FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN IMPOR BAWANG MERAH DAN KENTANG
INDONESIA
(Periode Tahun 2001-2010)
OLEH
LUSIANA MANIK
H14080113
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
LUSIANA MANIK. Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan
Impor Bawang Merah dan Kentang Indonesia (Periode tahun 2001-2010)
(dibimbing oleh TANTI NOVIANTI).
Bawang merah dan kentang merupakan jenis tanaman sayuran yang cukup
potensial dikembangkan di Indonesia, hal ini disebabkan luas areal dan
produksinya yang cukup besar dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.
Namun, sejak tahun 2006 hingga 2010 terjadi peningkatan neraca impor kedua
komoditas ini secara signifikan. Peningkatan ini kemudian akan secara langsung
memengaruhi neraca perdagangan sayuran dan hortikultura Indonesia. Kondisi ini
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal
ini disebabkan neraca perdagangan merupakan salah satu penentu Produk
Domestik Bruto Indonesia dari sisi pengeluaran.
Tingginya permintaan impor bawang merah dan kentang ini tidak hanya
memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga berdampak pada
penurunan tingkat kesejahteraaan petani Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan kondisi dan kecenderungan impor komoditas
bawang merah dan kentang Indonesia. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor
komoditas bawang merah dan kentang Indonesia. Penelitian ini menggunakan
data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross
section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak sepuluh tahun, mulai dari
tahun 2001 hingga 2010. Jumlah negara yang menjadi asal impor yang diamati
pada penelitian ini disesuaikan dengan keberlanjutan impor yang terjadi selama
periode pengamatan. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan model gravitasi.
Model estimasi terbaik yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan komoditas bawang merah
berdasarkan uji Chow adalah dengan menggunakan model efek tetap (fixed effect
model) yang kemudian diboboti dengan cross-section SUR. Pada komoditas
kentang dengan menggunakan uji yang sama, diperoleh model estimasi terbaik
yaitu pooled least square. Sama halnya dengan bawang merah model ini
kemudian diboboto dengan cross-section SUR untuk mendapatkan hasil terbaik.
Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan model gravitasi
diketahui dari tujuh variabel yang digunakan hanya satu variabel yang tidak
berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan kentang Indonesia.
Adapun variabel yang berpengaruh terhadap volume impor bawang merah dan
kentang Indonesia yaitu populasi negara pengekspor, populasi Indonesia, harga
impor, jarak ekonomi, GDP riil Indonesia dan GDP riil negara pengekspor.
Sedangkan variabel nilai tukar tidak memengaruhi volume impor bawang merah
dan kentang Indonesia.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah dibutuhkan regulasi yang tepat
dalam mengatur impor bawang merah dan kentang ini. Misalnya, dengan menutup
pintu impor pada daerah sentra produksinya yang dapat dilakukan oleh
Kementerian Pertanian .Selain itu agar dapat bersaing dengan produk impor,
bawang merah dan kentang domestik harus dapat menekan harga. Hal ini dapat
tercapai apabila petani dapat menekan biaya produksinya, dalam hal ini,
pemerintah (Kementerian Pertanian) bekerjasama dengan lembaga-lembaga
penelitian dapat berperan dalam penyediaan teknologi produksi yang lebih baik,
misalnya pemberian subsidi berupa bibit unggul.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN IMPOR BAWANG MERAH DAN KENTANG
INDONESIA
(Periode Tahun 2001-2010)
OLEH
LUSIANA MANIK
H14080113
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor
Bawang Merah dan Kentang Indonesia (Periode Tahun 20012010)
Nama
: Lusiana Manik
NIM
: H14080113
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Tanti Novianti, M.Si.
NIP. 19721117 199802 2 005
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KERJA SAYA SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2012
Lusiana Manik
H14080113
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lusiana Manik dilahirkan di Sangkal pada tanggal 15
Januari 1990. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara, pasangan Bapak
Togar Parulian Manik dan Ibu Rosulda Sitio. Penulis menamatkan pendidikan
dasar di SDN No. 176381 Sangkal pada tahun 2002, kemudian melanjut ke SMP
Negeri 1 Kecamatan Simanindo dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama
penulis diterima di SMA Negeri 1 Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama
menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi UKM Persekutuan
Mahasiswa Kristen IPB, Komisi Pelayanan Anak (KPA) periode 2008-sekarang.
Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan. Selain itu, penulis
juga dipercayakan untuk menjadi asisten mata kuliah Ekonomi Umum dan
Pendidikan Agama Kristen.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Yesus Kristus atas
segala cinta kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdaganga Impor Bawang Merah dan Kentang Indonesia (Periode Tahun
2001-2010). Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1.
Tanti Novianti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi baik
secara teknis maupun teoritis selama penulis menempuh pendidikan di IPB
hingga proses penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Dr. Yeti Lies Purnamadewi selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan banyak masukan, saran dan kritik demi perbaikan penulisan
skripsi ini dan Dr. Muhammad Findi selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan yang telah memberikan masukan demi perbaikan penulisan
skripsi ini.
3.
Kedua orang tua penulis, Bapak Togar Parulian Manik dan Ibu Rosulda
Sitio atas kasih sayang, doa, motivasi, dan materi yang telah diberikan
selama ini.
4.
Saudara Penulis, Kak Paska, Bang Maryo, Bang Rudolf dan Dek Siska yang
selalu mendukung penulis dalam kondisi apapun.
5.
Kak Mutiara, Theresia dan Kak Loretta yang telah memberikan banyak
pengajaran mengenai Panel Data dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
6.
Teman-teman Ilmu Ekonomi 45: Shanty Nathalia Margaretha, Fiona
Rebecca Hutagaol, Illinia Ayudhia Riyadi, Henny Priscilia dan Hairul atas
persahabatan, sukacita, doa, semangat dan motivasi selama kuliah di Ilmu
Ekonomi.
7.
Cahyana Depta Wijayanti, Hairul, dan Desi Erilia Juanda sebagai teman
satu bimbingan atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
8.
Teman-teman Dwi Regina: Lasmatiur, Junita, Hanna, Yosi, Dina, Ester,
Nika, Lia dan Silvi untuk persahabatan selama ini.
9.
Teman-teman seperjuangan: Melisa, Indah, Christine, Vonika, Cella,
Monika dan Gio untuk kebersamaan dan kerjasama selama ini.
10.
PMK IPB, KPA, Amos dan Azriel yang memberikan banyak kenangan
selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
11.
Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Juni 2012
Lusiana Manik
H14080113
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............................ 10
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 10
2.1.1 Bawang Merah ........................................................................................ 10
2.1.2 Kentang ................................................................................................... 10
2.1.3 Teori Perdagangan Internasional ............................................................. 11
2.1.4 Teori Permintaan ..................................................................................... 13
2.1.5 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan ........................................ 15
2.1.6 Konsep Gravity Model ............................................................................ 16
2.1.6.1 Gross Domestik Product (GDP) ................................................. 18
2.1.6.2 Populasi ........................................................................................ 18
2.1.6.3 Nilai Tukar ................................................................................... 19
2.1.6.4 Jarak Antara Pengekspor dengan Pengimpor .............................. 20
iii
2.1.7 Panel Data ............................................................................................ 22
2.1.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 24
2.1.8.1 Penelitian Mengenai Model Gravitasi dan Data Panel ............. 24
2.1.8.2 Penelitian Mengenai Impor ....................................................... 26
2.1.9 Relevansi dengan Penelitian Sebelumnya ........................................... 27
2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 27
2.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN .................................................................................. 30
3.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 31
3.2 Metode Analisis Data ..................................................................................... 31
3.3 Perumusan Model .......................................................................................... 31
3.4 Defenisi Operasional ...................................................................................... 32
3.5 Pengujian Kesesuaian Model ......................................................................... 33
3.5.1 Uji Chow (Chow Test) .......................................................................... 33
3.5.2 Uji Hausman (Hausman Test) ............................................................... 34
3.6 Pengujian Statistik ......................................................................................... 35
3.6.1 Uji F ...................................................................................................... 35
3.6.2 Uji t ....................................................................................................... 36
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2) ................................................................... 37
3.6.4 Asumsi Kenormalan.............................................................................. 38
3.7 Pengujian Asumsi Klasik ............................................................................... 38
3.7.1 Uji Multikolinearitas ............................................................................. 38
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas.......................................................................... 39
3.7.3 Uji Autokorelasi .................................................................................... 40
iv
IV. GAMBARAN UMUM ........................................................................................ 41
4.1 Pertumbuhan Total Nilai Impor Indonesia Tahun 2001-2010 di
Pasar Internasional ........................................................................................ 41
4.2 Pertumbuhan Volume Produksi dan Impor Sayuran Indonesia
Tahun 2001-2010 .......................................................................................... 41
4.3 Pertumbuhan Nilai Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001-2010 .................. 43
4.3.1 Kecenderungan Impor Komoditas Bawang Merah dan
Kentang Indonesia Tahun 2001-2010 ................................................. 44
4.3.1.1 Bawang Merah ....................................................................... 45
4.3.1.2 Kentang .................................................................................. 48
4.4 Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Indonesia Tahun
2001-2010 di Pasar Internasional ................................................................. 52
4.5 Peraturan Impor Hortikultura Indonesia ........................................................ 53
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN IMPOR ............................................................................... 55
5.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor
Bawang Merah Indonesia ........................................................................... 55
5.1.1 Pemilihan Kesesuaian Model ............................................................ 55
5.1.2 Hasil Estimasidan Interpretasi Model ................................................ 55
5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor
Kentang Indonesia ...................................................................................... 59
5.2.1 Pemilihan Kesesuaian Model .............................................................. 59
5.2.2 Hasil Estimasidan Interpretasi Model .................................................. 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 65
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 65
5.2 Saran ............................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 66
LAMPIRAN ............................................................................................................... 69
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2007 hingga 2011 (juta jiwa) ................1
1.2 Produk Domestik Bruto Indonesia Berdasarkan Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (triliun rupiah) ................2
1.3 Perkembangan PDB Hortikultura Indonesia berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2004-2009 (Persen) ..................................................................3
1.4 Volume Neraca Perdagangan Sayuran Potensial Indonesia Tahun
2006-2010 (ton) ..............................................................................................4
1.5 Total Produksi dan Impor Bawang Merah Indonesia Tahun 20062010 (ton) .........................................................................................................5
1.6 Total Produksi dan Impor Kentang Indonesia Tahun 2006-2010
(ton) ...................................................................................................................6
1.7 Perubahan Nilai Neraca Perdagangan Bawang Merah dan Kentang
Indonesia Tahun 2006-2010 (US$) ...................................................................7
1.8 Volume dan Nilai Ekspor Impor Komoditas Hortikutura Indonesia
Tahun 2006-2010 ..............................................................................................7
3.1 Negara-negara asal Impor Komoditas Bawang Merah dan Kentang
Indonesia Tahun 2001-2010 ...........................................................................30
3.2 Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian .............................31
3.3 Selang Nilai Statistik Durbin Watson serta Keputusannya .............................40
4.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Indonesia
Tahun 2001-2010 ...........................................................................................46
4.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang Indonesia Tahun
2001-2010 ......................................................................................................49
5.1 Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Komoditas Bawang Merah Indonesia .................56
5.2 Hasil Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia ....................................57
5.3 Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Komoditas Kentang Indonesia ............................60
vi
5.4 Hasil Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia ...............................................61
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1 Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional ...............................13
2.2 Kurva Permintaan............................................................................................14
2.3 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan ...............................................16
2.4 Hubungan Kurs Riil dengan Ekspor Neto .......................................................20
2.5 Analisis Keseimbangan Parsial Atas Biaya Transportasi ...............................21
2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................................28
4.1 Pertumbuhan Total Nilai Impor Indonesia Tahun 2001-2010 (US$) .............41
4.2 Pertumbuhan Total Produksi Sayuran Indonesia Tahun 2001-2010
(kilogram) .......................................................................................................42
4.3 Total Volume Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001-2010
(kilogram) .......................................................................................................43
4.4 Tren Nilai Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001-2010 (US$) ......................44
4.5 Volume dan Nilai Impor Bawang Merah (HS070310) Indonesia
Tahun 2001-2010 ............................................................................................46
4.6 Nilai Impor Bawang Merah (HS070310) Indonesia Berdasarkan
Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$)..................................................47
4.7 Volume Impor Bawang Merah (HS070310) Indonesia
Berdasarkan Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$) .............................48
4.8 Volume dan Nilai Impor Kentang (HS070190) Indonesia Tahun
2001-2010 .......................................................................................................50
4.9 Nilai Impor Kentang (HS070190) Indonesia Berdasarkan Negara
Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$) ..............................................................51
4.10 Volume Impor Kentang (HS070190) Indonesia Berdasarkan
Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$) ..................................................52
4.11 Volume dan Nilai Ekspor Sayuran (HS07) Indonesia Tahun 20012010.................................................................................................................53
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Variabel-variabel dalam Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia ......................................69
2. Variabel-variabel dalam Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia .................................................72
3. Hasil Uji Chow Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia .................................................75
4. Hasil Estimasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia dengan
Menggunakan Fixed Effect Model serta Pembobotan Cross Section
SUR ...................................................................................................................76
5. Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia .................................................77
6. Hasil Uji Chow Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Kentang Indonesia ............................................................78
7. Hasil Estimasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Impor Kentang Indonesia dengan Menggunakan Fixed Effect Model
serta Pembobotan Cross Section SUR...............................................................79
8. Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Kentang Indonesia ............................................................80
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang
paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor
pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian dan merupakan
penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya (Putong, 2002). Indonesia
merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah.
Pertanian bagi bangsa ini, memiliki peran penting karena merupakan sumber mata
pencaharian bagi sebagian besar penduduknya.
Tabel 1.1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2007 hingga 2011 (juta
jiwa)
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
Pertanian, Kehutanan,
41,91
42,01
42,32
42,16
40,90
Perburuan dan Perikanan (42,43)
(41,60) (40,43) (39,10) (37,02)
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan Besar,
Eceran, Rumah Makan,
dan Hotel
Angkutan, Pergudangan,
dan Komunikasi
Keuangan, Asuransi,
Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah, dan
Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan,
Sosial dan Perorangan.
Total
1,01
(1,02)
12,23
(12,38)
0.21
(0,21)
1,07
(1,06)
12,49
(12,37)
0,21
(0,21)
1,15
(1,10)
12,73
(12,16)
0,22
(0,21)
1,22
(1,13)
13,44
(12,47)
0,22
(0,21)
1,41
(1,28)
14,12
(12,78)
0,24
(0,22)
4,82
(4,88)
19,99
(20,25)
5,07
(5,02)
20,93
(20,73)
5,05
(4,82)
21,89
(20,91)
5,22
(4,82)
22,35
(20,73)
5,97
(5,40)
23,32
(21,11)
5,77
(5,84)
1,33
(1,35)
6,10
(6,04)
0,15
(0,15)
6,03
(5,76)
1,48
(1,42)
5,72
(5,32)
1,69
(1,57)
5,33
(4,83)
2,35
(2,13)
11,5
(11,64)
98,76
12,94
(12,82)
100,98
13,81
(13,19)
104,68
15,79
(14,65)
107,81
16,84
(15,24)
110,48
Sumber: BPS, 2012.
Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika 2012 diketahui pada Tahun
2007, total angkatan kerja Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian mencapai
2
42,43 persen. Tahun 2008, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja Indonesia
yang bekerja di sektor ini walaupun persentasenya mengalami penurunan menjadi
41,60 persen. Sejak Tahun 2009 hingga 2011, terjadi penurunan angkatan kerja
yang bekerja di sektor ini, hingga Tahun 2011 menjadi 37,02 persen. Namun
hingga saat ini, sektor pertanian menyerap sebagian besar angkatan kerja
Indonesia jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tabel 1.2 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 ( triliun rupiah)
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010* 2011**
Pertanian, Peternakan,
271,5
284,6
295,9
304,7
313,7
Kehutanan, dan Perikanan
(13,8)
(13,6)
(13,6)
(13,2)
(12,7)
Pertambangan dan
171,3
172,5
180,2
186,6
189,2
Penggalian
(8,7)
(8,3)
(8,3)
(8,1)
(7,7)
Industri Pengolahan
538,1
557,8
570,1
597,1
634,2
(27,4)
(26,8)
(26,2)
(25,8)
(25,7)
Listrik, Gas, dan Air
13,5
15,0
17,1
18,0
18,9
Bersih
(0,7)
(0,7)
(0,8)
(0,8)
(0,8)
Konstruksi
121,8
131,0
140,3
150,0
160,1
(6,2)
(6,3)
(6,4)
(6,5)
(6,5)
Perdagangan, Hotel dan
340,4
363,8
368,5
400,5
437,3
Restoran
(17,3)
(17,5)
(16,9)
(17,3)
(17,8)
Pengangkutan dan
142,3
165,9
192,2
218,0
241,3
Komunikasi
(7,2)
(8,0)
(8,8)
(9,4)
(9,8)
Keuangan, Real Estat, dan
183,7
198,8
209,2
221,0
236,1
Jasa Perusahaan
(9,4)
(9,5)
(9,6)
(9,5)
(9,6)
Jasa-jasa
181,7
193,1
205,4
217,8
232,5
(9,3)
(9,3)
(9,4)
(9,4)
(9,4)
PDB
1964,3 2082,5 2178,9 2313,8 2463,3
PDB Tanpa Migas
1821,8 1939,6 2036,7 2171,0 2321,8
Sumber: BPS, 2012.
Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Selain menyerap sebagian besar angkatan kerja Indonesia, sektor pertanian
(termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) juga menyumbang kontribusi
yang cukup besar bagi perekonomian di negara ini. Hal ini dapat dilihat dari
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada Tabel 1.2
dapat dilihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia. Pada Tahun
2007, sektor pertanian menyumbang kontribusi terbesar ketiga terhadap total PDB
Indonesia setelah industri pengolahan dan perdagangan hotel serta restoran, yaitu
sebesar 271,5 triliun rupiah atau sebesar 13,8 persen dari total PDB Indonesia.
3
Pada Tahun 2008, kontribusi sektor ini mengalami peningkatan menjadi 284,6
triliun rupiah atau sebesar 13,6 persen dari total PDB Indonesia. Peningkatan
kontribusi pertanian terhadap PDB Indonesia terus terjadi hingga Tahun 2011
sektor pertanian menyumbang kontribusi sebesar 313,7 triliun rupiah atau sebesar
12,7 persen terhadap PDB Indonesia.
Tabel 1.3 Perkembangan PDB Hortikultura Indonesia berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2005-2009 (persen)
Nilai PDB (Milyar Rupiah)
Komoditas
2005
2006
2007
2008
2009
Buah-buahan
31,694 35,448 42,362 47,060 48,437
(11,84) (19,51) (11,09)
(2,93)
Sayuran
22,630 24,694 25,587 28,205 30,506
(9,12)
(3,61) (10,23)
(8,16)
Tanaman Biofarmaka
2,806
3,762
4,106
3,853
3,897
(34,06)
(9,14) (-6,16)
(1,14)
Tanaman Hias
4,662
4,374
4,741
5,085
5,494
(1,54)
(8,39)
(7,26)
(8,04)
Total
61,792 68,639 76,795 84,203 88,334
(11,08) (11,88)
(9,65)
(4,91)
Rata-rata Peningkatan PDB Hortikultura (%)
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010.
Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen
Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian tanamana bahan
makanan, mempunyai komoditas yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman
biofarmaka dan tanaman hias juga berperan penting terhadap pembentukan PDB
Indonesia. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan PDB Hortikultura berdasarkan
harga berlaku periode 2005 hingga 2009. Berdasarkan data tersebut diketahui,
sejak Tahun 2005 hingga 2009 komoditas buah-buahan memberikan kontribusi
terbesar terhadap PDB, sedangkan sayuran berada pada urutan kedua. Tren
pertumbuhan nilai PDB sayuran berdasarkan harga berlaku periode 2005 sampai
2009 terus meningkat dari Tahun ke Tahun. Pada Tahun 2006, nilai PDB sayuran
Indonesia meningkat sebesar 9,12 persen dibandingkan Tahun sebelumnya. Pada
Tahun 2007, nilai PDB sayuran Indonesia juga meningkat sebesar 3,61 persen.
Hingga Tahun 2009, peningkatan nilai PDB sayuran Indonesia menjadi 8,16
persen.
Menurut data dari Badan Pusat Statistika 2011, ada lima jenis sayuran
yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Kelima jenis sayuran itu
4
adalah, kubis, kentang, bawang merah, tomat, dan cabe besar. Kelima jenis
sayuran ini dikatakan potensial karena produksi dan luas arealnya yang cukup
besar jika dibandingkan dengan sayuran lainnya. Selain itu, kelima jenis sayuran
ini juga diperdagangkan Indonesia ke negara lain. Namun, sejak Tahun 2006
terjadi peningkatan impor yang sangat signifikan pada dua jenis sayuran potensial
Indonesia yaitu bawang merah dan kentang. Hal ini mengakibatkan volume
neraca impor kedua komoditas ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
komoditas sayuran lainnya. Tabel 1.4 menunjukkan volume neraca perdagangan
sayuran potensial Indonesia sejak Tahun 2006 hingga 2010. Tabel tersebut
menunjukkan neraca perdagangan komoditas bawang merah dan kentang
Indonesia terus berfluktuasi dengan kecenderungan impor yang semakin tinggi.
Tabel 1.4 Volume Neraca Perdagangan Sayuran Potensial Indonesia Tahun
2006-2010 (ton)
Komoditas
2006
2007*
2008
2009
2010**
Kubis
29.875
42.657
35.881
40.147
28.549
Kentang
81.711
4.093
2.613
-5.407
-17.433
Bawang Merah
-62.671
-98.292
-115.701
-54.508
-70.036
Tomat
-48
1.643
732
549
561
Cabe
1.038
1.052
717
-161
346
Sumber: Kementerian Pertanian, 2011. (diolah)
Keterangan: * Tahun 2007 terdapat perubahan HS dari 9 digit menjadi 10 digit.
** Angka sementara
Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang
memiliki banyak manfaat. Selain sebagai bumbu penyedap masakan, tanaman
bawang merah juga dijadikan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Bawang
merah termasuk kedalam kelompok rempah tidak bersubstitusi. Di Indonesia
tanaman ini banyak dihasilkan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara,
Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
Penyedian bawang merah dalam negeri dipasok dari produksi domestik
dan impor. Data dari statistik pertanian 2011 menunjukkan perubahan produksi
dan konsumsi bawang merah setiap Tahunnya. Tabel 1.5 menunjukkan total
produksi dan impor bawang merah Indonesia. Sejak Tahun 2006 hingga 2010,
produksi bawang merah Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
Tahun 2006 produksi bawang merah nasional sebesar 794.929 ton. Pada Tahun
5
berikutnya terjadi peningkatan produksi bawang merah Indonesia hingga Tahun
2010 menjadi 1.048.934 ton.
Total impor bawang merah Indonesia juga berfluktuasi namun cenderung
meningkat. Pada Tahun 2006, impor bawang merah Indonesia sebesar 78.462 ton.
Pada Tahun 2007 dan 2008, impor bawang merah Indonesia mengalami kenaikan
yang signifikan menjadi 107.649 ton pada Tahun 2007 dan 128.015 ton pada
Tahun 2008. Total impor bawang merah Indonesia mengalami penurunan pada
Tahun 2009 karena adanya krisis ekonomi global walaupun pada tahun 2010
kembali mengalami kenaikan.
Tabel 1.5 Total Produksi dan Impor Bawang Merah Indonesia Tahun 20062010 (ton)
Tahun
Total Produksi
Total Impor
Nasional
(Ton)
(Ton)
2006
794.929
78.462
2007*
802.810
107.649
2008
853.615
128.015
2009
965.164
67.330
2010**
1.048.934
73.270
Sumber: Kementerian Pertanian, 2011.
Keterangan: * Tahun 2007 terdapat perubahan HS dari 9 digit menjadi 10 digit.
** Angka sementara
Berbeda dengan bawang merah yang tidak memiliki substitusi terdekat,
fungsi kentang bagi masyarakat Indonesia masih terbatas sebagai bahan sayuran
dan penganan (snack food) dan belum menjadi pangan pokok yang dapat
menyubstitusi beras secara nyata. Di Indonesia sentra produksi kentang terdapat
di provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan
Nusa Tenggara Barat. Tabel 1.6 menunjukkan produksi dan impor kentang
Indonesia sejak Tahun 2006 hingga 2010. Pada Tahun 2006 produksi kentang
nasional sebesar 1.011.911 ton. Pada Tahun 2007, produksi kentang Indonesia
mengalami penurunan menjadi 1.003.732 ton. Pada Tahun 2008 dan 2009,
produksi kentang Indonesia mengalami kenaikan hingga Tahun 2010 produksi
kentang Indonesia menjadi 1.060.805 ton.
Impor kentang Indonesia juga mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2006,
impor kentang Indonesia hanya sebesar 4.211 ton dan meningkat pada Tahun
6
berikutnya. Pada Tahun 2008, terjadi penurunan impor kentang Indonesia menjadi
5.345 ton. Pada Tahun 2009, total impor kentang Indonesia meningkat tajam
menjadi 11.727 ton hingga pada Tahun 2010, total impor kentang Indonesia
menjadi 24.204 ton.
Tabel 1.6 Total Produksi dan Impor Kentang Indonesia Tahun 2006-2010
(ton)
Tahun
Total Produksi
Total Impor
Nasional
(Ton)
(Ton)
2006
1.011.911
4.211
2007*
1.003.732
5.559
2008
1.071.543
5.345
2009
1.176.304
11.727
2010**
1.060.805
24.204
Sumber: Kementerian Pertanian, 2011.
Keterangan: * Tahun 2007 terdapat perubahan HS dari 9 digit menjadi 10 digit.
** Angka sementara
Volume impor bawang merah dan kentang Indonesia cenderung
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tentunya akan memengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang
menganut sistem perekenomian terbuka, dimana untuk menghitung PDB dari sisi
pengeluaran juga ditentukan oleh komopenen net ekspor. Jika impor kedua
komoditas ini semakin meningkat berarti net ekspornya akan mengalami
penurunan dan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun ini akan secara langsung
memengaruhi posisi Indonesia di mata dunia.
Neraca perdagangan bawang merah menunjukkan surplus impor dari tahun
ke tahun. Sejak Tahun 2006 hingga 2008 kenaikan nilai impor bawang merah
terus menerus mengalami kenaikan. Setelah itu pada Tahun 2009, nilai impor
bawang merah turun drastis. Hal ini disebabkan adanya krisis ekonomi global
yang terjadi pada Tahun sebelumnya. Namun pada Tahun 2010, nilai impor
bawang merah Indonesia kembali mengalami kenaikan. Berbeda dengan bawang
merah,
sejak Tahun 2006 hingga 2007 neraca perdagangan kentang masih
mengalami surplus perdagangan. Namun sejak Tahun 2008 hingga 2010, nilai
impor kentang jauh melebihi nilai ekspornya. Tabel 1.7 menunjukkan perubahan
7
nilai neraca perdagangan bawang merah dan kentang Indonesia Tahun 2006
hingga 2010.
Tabel 1.7 Perubahan Nilai Neraca Perdagangan Bawang Merah dan Kentang
Indonesia Tahun 2006-2010 (US$)
Komoditas
2006
2007*
2008
2009
2010**
Bawang Merah
-Ekspor
6.366
3.492
4.534
4.348
1.814
-Impor
30.106
44.097
53.814
28.942
32.048
-Neraca
-23.740
-40.605
-49.280
-24.594
-32.048
Kentang
-Ekspor
-Impor
-Neraca
5.917
1.959
3.958
2.855
2.687
168
2.340
2.880
-540
2.180
6.689
-4.529
2.426
14.591
-12.165
Sumber: Kementerian Pertanian, 2011.
Keterangan: * Tahun 2007 terdapat perubahan HS dari 9 digit menjadi 10 digit.
** Angka sementara
Peningkatan impor komoditi bawang merah dan kentang ini akan
berdampak pada penurunan neraca perdagangan komoditas sayuran Indonesia.
Hal ini kemudian berdampak pada neraca perdagangan hortikultura dan neraca
perdagangan Indonesia secara keseluruhan. Tabel 1.8 menunjukkan perubahan
volume dan nilai impor komoditas hortikultura Indonesia periode 2006-2010.
Tabel ini menunjukkan kecenderungan peningkatan baik volume maupun nilai
impor hortikultura Indonesia dari Tahun ke Tahun.
Tabel 1.8 Volume dan Nilai Eskpor Impor Komoditas Hortikultura
Indonesia Tahun 2006-2010
Hortikultura
2006
2007*
2008
2009
2010**
Volume(Ton)
-Ekspor
456.890
393.895
524.485
447.609
364.139
-Impor
923.867 1.300.345 1.429.967 1.524.666 1.560.808
-Neraca
-466.977
-906.450
-905.482 -1.077.057 -1.196.669
Impor (US$
000)
-Ekspor
-Impor
-Neraca
238.063
527.415
-289.352
254.537
810.130
-555.593
433.921
926.045
-492.124
379.739
1.077.463
-697.724
390.740
1.292.988
-902.248
Sumber: Kementerian Pertanian, 2011.
Keterangan: * Tahun 2007 terdapat perubahan HS dari 9 digit menjadi 10 digit.
** Angka sementara
Tidak hanya memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, kenaikan
impor bawang merah dan kentang juga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani
8
yang bekerja di sektor ini. Tingginya volume impor bawang merah dan kentang
Indonesia akan menyebabkan peningkatan supply kedua komoditas ini di pasar
domestik. Hal ini kemudian akan menyebabkan penurunan harga, (ceteris
paribus), terutama saat panen raya. Penurunan harga ini akan secara langsung
memengaruhi petani Indonesia karena harga merupakan salah satu insentif bagi
petani untuk terus berproduksi. Penurunan harga pada barang kebutuhan pokok
yang cenderung bersifat inelastis dengan permintaan yang cenderung tetap akan
berdampak pada pengurangan keuntungan yang diterima oleh petani secara
umum. Hal inilah yang dapat mengurangi tingkat kesejahteraan petani, jika
dibiarkan terus menerus.
1.2. Perumusan Masalah
Tingginya impor bawang merah dan kentang akan memengaruhi posisi
petani Indonesia bahkan dalam skala domestiknya. Jika dilihat secara empiris
tingkat harga produk impor kedua komoditas ini masih lebih murah dibandingkan
dengan produk domestiknya. Hal ini menyebabkan minat masyarakat Indonesia
yang umumnya berada pada tingkat pendapatan menengah ke bawah memilih
membeli produk impor dibandingkan produk domestik, walaupun kualitas
produksi domestik masih lebih baik. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka
petani domestik akan kehilangan insentif untuk terus berproduksi. Selain itu,
predikat negara Indonesia yang dikenal sebagai negara pertanian juga akan
terpengaruh dengan peningkatan volume dan nilai impor produk pertaniannya.
Untuk dapat mengantisipasi permintaan impor kedua komoditas ini yang
cenderung meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan adanya suatu analisis dan
kajian mengenai aliran perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang
oleh Indonesia dari negara-negara asal impor.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka perumusan masalah yang dikaji
dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi dan kecenderungan impor komoditas bawang merah
dan kentang Indonesia ?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi volume impor komoditas
bawang merah dan kentang Indonesia ?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kondisi dan kecenderungan impor komoditas bawang
merah dan kentang Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor
komoditas bawang merah dan kentang Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga
bagi pemerintah Indonesia dan instansi yang terkait dalam melakukan impor suatu
komoditas khususnya komoditas yang dijelaskan dalam penelitian ini. Manfaat
yang diharapkan antara lain:
1. Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, masukan dan bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam penyusunan kebijakan yang terkait
dengan kegiatan impor terutama impor komoditas yang diteliti.
2. Bagi
penulis
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
tempat
pengaplikasian ilmu pengetahuan.
3. Dapat dijadikan sebagai informasi bagi penelitian-penelitian serupa
dimasa yang akan datang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus dari penelitian ini diarahkan untuk mengamati faktor-faktor yang
memengaruhi aliran perdagangan impor. Adapun komoditas yang diteliti yaitu
bawang merah dan kentang dimana neraca impor komoditas ini menduduki
peringkat tertinggi jika dibandingkan dengan neraca impor komoditas sayuran
lainnya. Namun karena alasan ketersediaan data, analisis bawang merah akan
digabung dengan bawang bombay. Tahun pengamatan dalam penelitian ini yaitu
Tahun 2001 hingga 2010. Adapun variabel penelitian yang diamati dalam
penelitian ini meliputi harga impor komoditas, Produk Domestik Bruto (GDP) riil
Indonesia dan negara asal impor komoditas, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat, populasi Indonesia dan populasi negara asal impor, serta jarak
ekonomi antara Indonesia dengan negara asal impor.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1. Bawang Merah
Bawang merah dikenal dengan nama ilmiah Allium ascalonicum L.
Bawang Merah berasal dari wilayah yang sama dengan bawang putih yaitu
kawasan Asia Tengah yaitu di sekitar India, Pakistan sampai Palestina. Jika
dibandingkan dengan jenis bawang lainnya, bawang merah di Indonesia lebih
populer dan banyak dibudidayakan.
Pada umumnya, bawang merah dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap
rasa masakan. Bawang merah mengandung minyak atsiri yang dapat menciptakan
aroma yang khas dan memberikan cita rasa pada masakan. Selain itu, minyak asiri
ini juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat bakterisida dan fungisida
untuk bakteri dan cendawan tertentu (Rahayu dan Berlian, 1994).
2.1.2 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes
di Peru dan Bolivia. Suku Inka telah memanfaatkan kentang sekurang-kurangnya
sejak 2000 tahun sebelum kedatangan penjajah Spanyol. Pendugaan umur dengan
menggunakan C14 terhadap butiran pati yang ditemukan dalam penggalian
arkaelogi menunjukkan bahwa kentang telah dimanfaatkan sekurang-kurangnya
sejak 8000 tahun yang lalu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan
berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya
satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman ini relatif pendek, hanya
90-180 hari (Samadi, 2007). Kentang merupakan salah satu tanaman sumber
karbohidrat. Kentang bermanfaaat untuk meningkatkan energi di dalam tubuh
manusia. Energi ini kemudian membuat manusia dapat bergerak, berpikir dan
melakukan berbagai aktivitas lainnya. Selain itu, karbohidrat juga berperan
penting untuk meningkatkan proses metabolisme tubuh.
11
2.1.3 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan manusia karena dapat menyalurkan barang hasil produksi dari
produsen ke konsumen. Perdagangan antarnegara atau yang lebih dikenal dengan
perdangan internasional sudah terjadi sejak zaman dulu namun dalam skala yang
masih relatif kecil.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan
internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi
salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi
pengeluaran negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama
untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2009).
Dalam perdagangan internasional terdapat beberapa teori, dimulai dari
merkantilisme. Teori merkantilisme adalah suatu teori yang berpendapat bahwa
perdagangan internasional akan terjadi apabila terdapat kesempatan memperoleh
surplus neraca transaksi berjalan (current account). Oleh karena itu, kegiatan
ekspor-impor diletakkan sebagai lokomotif utama yang dipacu melalui
peningkatan industri dalam negeri. Teori ini pada akhirnya mengetengahkan
pemikiran bahwa kegiatan ekspor harus lebih besar dibandingkan impor (Halwani,
2002).
Teori merkantilisme ini mendapat beberapa kritikan diantaranya dari
Adam Smith. Smith, datang dengan teori keunggulan mutlak (absolut advantage)
yang menerangkan bagaimana perdagangan internasional dapat menguntungkan
kedua belah pihak. Teori ini berpendapat setiap negara akan memperoleh manfaat
perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan
mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut
memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage) (Hadi, 2001).
12
David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut
yang
dikemukakan oleh Adam Smith dengan teori keunggulan komparatif (The Law of
Comparative Advantage). Teori ini berpendapat bahwa walaupun suatu negara
tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika
dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih
dapat berlangsung, selama rasio harga antarnegara masih berbeda jika
dibandingkan tidak ada perdagangan.
Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai tenaga kerja atau theory of
labour value yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan
oleh jumlah jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Oleh karena itu,
suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara
tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien (Hady, 2001).
Teori Heckscher-Ohlin menyatakan perbedaan opportunity cost suatu
produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya
perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factor)
masing-masing negara. Oleh karena itu, menurut teori ini sebuah negara akan
mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi
yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut, dan mengimpor komoditas
yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif terbatas dan mahal di
negara tersebut.
Pada gambar 2.1, secara teoritis dapat dilihat dimana negara 1 adalah
negara pengekspor dan negara 2 adalah negara pengimpor. Negara 1 (eksportir)
akan mengekspor suatu komoditi ke negara 2. Saat sebelum terjadi perdagangan,
harga di negara 1 terletak pada P1 karena itu terjadi kelebihan penawaran (excess
supply) sebesar garis BE. Adanya kelebihan penawaran dengan harga yang
tergolong rendah memberikan kesempatan kepada negara 1 untuk menjual
kelebihan produksinya ke negara 2.
Negara 2 sebagai negara pengimpor (importir) mengalami kekurangan
supply (penawaran) karena konsumsi domestiknya melebihi produksinya sehingga
terjadi kelebihan permintaan (excess demand) sebesar garis B’E’. Harga yang
13
terbentuk menjadi lebih tinggi yaitu sebesar P3. Hal ini menyebabkan terjadinya
perdagangan antarnegara. Kedua negara melakukan perdagangan melalui pasar
internasional sehingga terjadi keseimbangan pada e*, dan harga yang terbentuk di
pasar internasional berada pada P2.
Panel A
Px/Py
Px/Py
Pasar di Negara 1
untuk Komoditas X
SX
P3
A’’
Panel B
Hubungan
Perdagangan
Internasional dalam
Komoditas X
Ekspor
B
E
Pasar di
Negara 2
untuk
Komoditas X
SX
S
A’
e*
P2
Panel C
Px/Py
E’
B’
B*
Impor
P1
A*
A
DX
0
X
DX
D
X
0
X
Sumber: Salvatore, 1997
Gambar 2.1 Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional
keterangan:
Px/Py
= Harga relatif komoditas X
P1
= Harga domestik komoditas X di negara 1, sebagai negara eksportir
sebelum terjadi perdagangan internasional
P2
= Harga yang terjadi di pasar internasional setelah terjadi perdagangan
internasional
P3
= Harga domestik komoditas X di negara 2, sebagai negara importir
sebelum terjadi perdagangan internasional
BE
= Besarnya excess supply di negara 1 atau jumlah yang diekspor
B’E’
= Besarnya excess demand di negara 2 atau jumlah yang diimpor
2.1.4 Teori Permintaan
Menurut (Putong, 2002), permintaan adalah banyaknya jumlah barang
yang diminta pada suatu pasar tertentu, pada tingkat pendapatan tertentu, dan
dalam periode tertentu. Jumlah komoditas total yang ingin dibeli oleh semua
14
rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas
tersebut (Lipsey, 2005). Banyaknya komoditas yang akan dibeli semua rumah
tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini
yaitu: harga komoditas itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga
komoditas yang berkaitan, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga,
dan besarnya populasi.
P
P1
a
P2
b
P3
c
D
Q = f(P)
Q1 Q2 Q3
Sumber: Lipsey, 1995
Gambar 2.2. Kurva Permintaan
keterangan:
P
= harga komoditas
Q
= jumlah komoditas yang diminta
Gambar 1, menunjukkan bagaimana hubungan antara harga dengan jumlah
komoditas yang diminta. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga
suatu komoditas akan berhubungan negatif dengan kuantitas yang akan diminta,
dengan faktor lain tetap sama (ceteris paribus). Hal ini berarti, semakin rendah
harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut
akan semakin besar, dan semakin tinggi harga suatu komoditas maka jumlah yang
akan diminta untuk komoditas tersebut akan semakin kecil. Gambar 1,
menunjukkan gambaran umum kurva permintaan yaitu jumlah yang diminta pada
Q dengan tingkat harga pada P. Titik – titik a, b, dan c merupakan titik-titik
kombinasi antara harga komoditas dan jumlah yang diminta. Kemiringan yang
semakin menurun pada kurva menunjukkan hubungan berbanding terbalik antara
harga dengan jumlah komoditas yang diminta.
Rata-rata pendapatan rumah tangga akan berpengaruh terhadap permintaan
masyarakat. Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menggeser kurva
15
permintaan untuk kebanyakan komoditas ke arah kanan. Ini menunjukkan akan
lebih banyak komoditas itu yang akan diminta pada setiap tingkat harga yang
mungkin.
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas adalah harga
barang lain yang memiliki keterkaitan dengan komoditas tersebut. Keterkaitan
antara dua jenis komoditas dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat
komplemen (pelengkap). Jika harga komoditas substitusi suatu barang meningkat,
maka harga barang tersebut menjadi relatif lebih murah. Hal ini kemudian
meningkatkan permintaan akan barang tersebut. Namun, jika harga komoditas
pelengkap suatu barang meningkat yang mengakibatkan penurunan permintaan,
akan berdampak pada penurunan permintaan barang tersebut. Selera berpengaruh
besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera memang bisa
lama sekali. Namun cepat atau lambat, perubahan selera terhadap suatu komoditas
akan menggeser kurva permintaan ke arah kanan. Artinya, lebih banyak
komoditas yang akan dibeli pada tiap tingkat harga.
Perubahan distribusi pendapatan akan menggeser kurva-kurva permintaan
untuk komoditas yang dibeli. Jika masyarakat memperoleh tambahan pendapatan
maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika masyarakat
mengalami penurunan pendapatan maka kurva permintaannya akan bergeser ke
kiri. Distribusi pendapatan yang dimaksud adalah jika suatu pendapatan total
yang konstan didistribusikan kembali kepada sejumlah penduduk yang
mengakibatkan perubahan permintaan.
Kenaikan jumlah penduduk juga memengaruhi permintaan suatu komoditi.
Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva-kurva permintaan untuk
komoditas ke arah kanan, yang menunjukkan bahwa
akan lebih banyak
komoditas yang dibeli pada setiap tingkat harga.
2.1.5 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan
Perubahan permintaan dapat terjadi karena dua sebab utama. Sebab utama
tersebut yaitu perubaan yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas itu
sendiri dan perubahan yang disebabkan oleh faktor lain selain harga komoditas itu
sendiri. Perubahan faktor lain selain harga yang dimaksud dapat berupa perubahan
16
jumlah penduduk, pendapatan, selera, distribusi pendapatan, dan harga komoditas
lain yang terkait.
Perubahan pada harga barang itu sendiri akan langsung memengaruhi
jumlah barang yang diminta. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan
pergerakan pada kurva permintaan. Perubahan ini hanya terjadi dalam satu kurva.
Jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan
harga barang itu sendiri. Kenaikan harga dari P2 ke P1 akan menyebabkan jumlah
barang yang diminta berkurang dari Q2 ke Q1. Keseimbangan permintaan berubah
yaitu pergerakan dari titik B ke titik A.
P
P1
A
P2
C
B
D
D1
D0
Q
Q1
Q2 Q3
Q4
Sumber: Lipsey, 1995
Gambar 2.3. Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan
keterangan:
P
= harga komoditas
Q
= jumlah komoditas yang diminta
Jika perubahan permintaan disebabkan faktor lain selain harga barang itu
sendiri akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan. Suatu pergeseran
kurva permintaan ke kanan dapat disebabkan oleh kenaikan pendapatan, kenaikan
jumlah penduduk, kenaikan distribusi pendapatan,
perubahan selera menjadi
lebih menyukai komoditi, penurunan pada harga komoditi komplementer, dan
kenaikan pada komoditi subtitusi. Pergeseran kurva permintaan ke kiri terjadi
17
karena kondisi sebaliknya. Pergeseran kurva permintaan ke kanan ditunjukkan
oleh pergeseran kurva permintaan dari D0 ke D1.
2.1.6 Konsep Gravity Model
Model gravitasi (gravity model) digunakan untuk menerka perdagangan
berdasarkan jarak antarnegara dan interaksi antarnegara. Model ini terbentuk
berdasarkan kinerja hukum Gravitasi Newton. Model ini pertama kali diterapkan
oleh Jan Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963)
untuk menganalisis aliran
perdagangan antarnegara Eropa. Selanjutnya Bergstrand (1985) dalam Napitupulu
(2007) menerapkan persamaan gravitasi dari keseimbangan model perdagangan
dunia. Tidak hanya digunakan untuk menganalisis perdagangan secara agregat,
gravity model juga diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas.
Napitupulu (2007) menjelaskan bahwa pemikiran mendasar yang menjadi
argumen pemakaian gravity model adalah negara yang lebih besar dan kaya akan
lebih banyak melakukan perdagangan internasional dibandingkan dengan negara
yang kecil dan miskin. Perumusan Teori Gravitasi Newton dalam fisika yaitu:
Fij = G X
“interaksi antar dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding
terbalik dengan jarak masing-masing”
Jika persamaan tersebut diaplikasikan dalam perdagangan internasional maka,
F
= Volume aliran perdagangan
M
= Ukuran ekonomi untuk kedua negara
D
= Jarak ekonomi kedua negara
G
= konstanta
Dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan diatas kemudian diubah
kedalam bentuk linear dan menjadi bentuk umum dari Gravity Model untuk
analisis ekonometrika, dimana konstanta G menjadi bagian dari
dan GDP
0,
menggambarkan ukuran ekonomi untuk kedua negara.
Log (Aliran Perdagangan Bilateral) =
0
+
1
log (GDP negara 1) +
negara 2) +
3 log
(Jarak) +
Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut:
Log Xij =
0+
1 log
Yj +
2 log
Pj +
3 log
Dij +
ij
2
log (GDP
18
keterangan:
Xij
= Volume komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j
Yj
= GDP negara j
Pj
= Jumlah populasi negara j
Dij
= Jarak antarnegara i dengan negara j
Pada penerapannya dalam perdagangan antarnegara, bentuk model ini
disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model
untuk aliran perdagangan bilateral yaitu:
1. Variabel yang mewakili total total permintaan potensial negara pengimpor
2. Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor
3. Variabel yang mewakili pendukung atau penghambat aliran perdagangan
Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh variabelvariabel yang terdapat pada model gravitasi atau gravity model, diantaranya:
2.1.6.1 Gross Domestik Product (GDP)
Gross Domestik Product adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi di
dalam suatu negara selama periode ekonomi tertentu. GDP dapat juga digunakan
untuk mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran
total terhadap output barang dan jasa perekonomian. Dalam model gravitasi,
semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara mengindikasikan semakin besar
pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Sehingga, GDP
baik yang dimiliki negara pengekspor maupun pengimpor akan memengaruhi
voleme perdagangan antar kedua negara.
2.1.6.2 Populasi
Jumlah penduduk atau populasi suatu negara akan memengaruhi besarnya
kebutuhan negara tersebut terhadap komoditas perdagangan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan peningkatan permintaan seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk disuatu negara, ceteris paribus. Peningkatan jumlah penduduk akan
memengaruhi dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran.
Dari sisi permintaan peningkatan jumlah penduduk menunjukkan
kebutuhan
yang
semakin
meningkat
terhadap
komoditas
perdagangan.
Peningkatan kebutuhan ini tercermin dari peningkatan permintaan pada negara
19
tujuan ekspor yang menyebabkan terjadinya pergeseran kurva permintaan kearah
kanan dan terjadinya ekses demand di pasar internasional. Hal tersebut kemudian
berdampak pada peningkatan harga komoditi tersebut dan akan mendorong negara
pengekspor untuk melakukan perdagangan atau ekspor.
Sementara itu, dari sisi penawaran peningkatan jumlah penduduk
mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan komoditas tersebut di pasar
domestik. Hal ini akan menyebabkan pengurangan jumlah ekspor komoditas yang
berakibat terjadinya excess demand (jika permintaan awal tetap) di pasar
internasional. Setelah itu, akan terjadi peningkatan harga, ceteris paribus. Namun,
dampak lain yang dapat ditimbulkan akibat kenaikan jumlah penduduk dari sisi
penawaran yaitu peningkatan faktor produksi karena penambahan sumberdaya
tenaga kerja.
2.1.6.3 Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2003), nilai tukar adalah tingkat harga yang disepakati
penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kebijakan
perdagangan internasional suatu negara akan dipengaruhi oleh peningkatan
maupun penurunan nilai tukar. Nilai tukar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga
relatif mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif
dari barang-barang diantara dua negara.
Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar
negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal.
Begitupun sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, maka barang-barang luar negeri
relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Nilai tukar riil = Nilai Tukar Nominal X Rasio Tingkat Harga
Adapun hubungan antara nilai tukar riil dengan ekspor neto dapat
dirumuskan sebagai berikut (Mankiw, 2003):
NX = NX ( )
dimana : NX = Ekspor neto
= Kurs Riil
20
Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara kurs riil dengan ekspor
neto: semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif terhadap
barang-barang luar negeri, hal ini akan menyebabkan ekspor domestik semakin
besar.
Kurs Riil (€)
e1
e2
NX (e)
Ekspor Neto (NX)
NX1 NX2
Sumber: Mankiw, 2003.
Gambar 2.4 Hubungan Kurs Riil dengan Ekspor Neto
keterangan:
e
= kurs riil
NX
= Ekspor bersih (net ekspor)
2.1.6.4 Jarak Antara Pengekspor dengan Pengimpor
Jarak merupakan faktor geografi yang menjadi variabel utama gravity
model untuk aliran perdagangan. Jarak, dalam kaitannya dengan perdagangan
akan memberikan pengaruh dalam masalah biaya angkut (transportasi) komoditas
yang diperdagangkan antarnegara. Hal ini kemudian berdampak pada biaya
transaksi dari perdagangan suatu komoditas. Jarak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jarak ekonomi. Jarak ekonomi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan jarak geografis antar ibukota negara yaitu antar ibukota
negara Indonesia dengan negara asal impor yang dikalikan dengan total GDP
negara asal impor yang telah dibagi dengan GDP masing-masing negara asal.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jarak Ekonomi = Jarak Geografis X
21
Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan jarak geografis antar ibukota
negara Indonesia dengan negara asal impor tidak berubah atau konstan. Oleh
karena itu, kondisi tersebut tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak
terhadap aliran ekspor jika hanya menggunakan jarak geografis saja, akan tetapi
dapat dilihat dari share GDP-nya yang menunjukkan kecenderungan perdagangan
diantara kedua negara.
Analisis untuk menjelaskan biaya transportasi dalam memengaruhi
perdagangan dapat dilakukan dengan metode analisis keseimbangan parsial.
Metode analisis keseimbangan parsial menganalisis biaya dengan satuan absolut
(nominal uang), dengan asumsi kurs mata uang dua negara yang melakukan
perdagangan selalu konstan, demikian juga indikator ekonomi lainnya kecuali
tingkat konsumsi yang ditolerir dapat berubah.
Pada Gambar 2.5 sumbu vertikal mengukur harga komoditas Z dalam satuan
dolar yang berlaku dikedua negara. Setiap pergerakan ke sebelah kiri dari pusat
sumbu mengukur peningkatan kuantitas komoditi Z untuk negara 1. Sebelum
adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan berproduksi sebanyak 50Z dan
dengan harga sebesar $5. Sedangkan Negara 2 akan memproduksi komoditas Z
sebanyak 50 unit dengan harga sebesar $11.
Pz ($)
Sz
Negara 2
13
Sz
11
Negara 1
9
Ekspor
7
.
5
Impor
.
D
3
D
Z
Z
100
70
50
30
0
30 50
70
100
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 2.5 Analisis Keseimbagan Parsial Atas Biaya Transportasi
22
Setelah perdagangan internasional berlangsung diantara kedua negara
tersebut maka akan menyebabkan ekspor dan impor diantara negara yang
bersangkutan. Negara 1 akan mengekspor komoditi Z ke negara 2 ketika harga
mulai mengalami kenaikan di negara 1. Kenaikan harga ini mendorong Negara 1
untuk memproduksi komoditi Z dan kemudian kelebihan produksinya akan
diekspor ke Negara 2. Di Negara 2 harga dari komoditas Z mulai menurun. Tanpa
adanya biaya transportasi maka harga yang berlaku di kedua negara adalah sama
yaitu $8 dengan jumlah komoditas Z yang diperdagangkan antarnegara sebanyak
60 unit.
Lain halnya ketika terjadi perdagangan internasional dengan adanya biaya
transportasi, misalkan $1 per unit, maka harga di Negara 2 akan melampaui harga
di Negara 1 sebesar $1. Pada Gambar 2.5, hal tersebut terjadi apabila harga
sebesar $7 di Negara 1 dan harga $9 di Negara 2. Pada harga $7 maka Negara 1
akan meningkatkan produksi domestik pada komoditi Z hingga 70 unit,
diantaranya konsumsi domestik 30 unit dan 40 unit sisanya diekspor ke Negara 2.
Sedangkan pada saat harga $9 di Negara 2, produksi komoditi Z turun menjadi 30
unit dan tingkat konsumsi domestiknya naik menjadi 70 unit, sisa 40 unit
kekurangan diimpor dari negara 1. Oleh karena itu, dengan adanya biaya
transportasi maka akan menyebabkan penurunan dalam produksi dan berdampak
pada penurunan volume perdagangan.
2.1.7 Panel Data
Data empiris dalam suatu kasus ekonomi terdiri dari berbagai macam tipe,
yaitu data berkala (time series), data tampang lintang (cross section), dan data
penel yang merupakan gabungan antara data berkala dan data tampang lintang
(Setiawan dan Kusrini, 2010). Juanda (2009) menjelaskan ada beberapa
keuntungan menggunakan data panel dalam model regresi dibandingkan hanya
dengan time series atau hanya data cross section, yaitu:
1. Data panel akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam
kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.
2. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis
dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.
23
3. Membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya
fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.
4. Dapat meminimumkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau
perusahaan karena unit data lebih banyak.
Menurut Syahrial dalam Yuliastuti (2010), dikenal tiga macam pendekatan
dalam analisis model panel data yang terdiri dari:
Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data
yang berbentuk pool . Misalkan terdapat persamaan berikut ini:
Yit =
+
j
it
j+
untuk i = 1,2, ...,N dan t = 1,2,...T
it
Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah
periode waktunya. Dengan mengasumsi komponen error dalam pengolahan
kuadrat terkecil biasa, maka proses estimasi secara terpisah dapat dilakukan untuk
setiap unit cross section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan regresi
cross section sebagai berikut:
Yi1 =
+
j
it
j+
untuk i = 1,2,.....N
i1
yang akan berimplikasi diperolehnya persamaan sebanyak T persamaan yang
sama dan begitu pun sebaliknya akan diperoleh persamaan deret waktu (time
series) sebanyak N persamaan untuk setiap T observasi. Namun untuk
mendapatkan parameter
dan
yang konstan dan efisien, akan data diperoleh
dalam bentuk regresi yang lebih besar dengan melibatkan sebanyak NT observasi.
1) Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terecil biasa adalah
asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik
antar daerah maupun antar waktu yang mungkin tidak beralasan. Generelasi
secara umum yang sering dilakukan adalah dengan memasukkan variabel boneka
(dummy variabel) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang
berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun time series.
Pendekatan dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan
sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau
disebut juga (Covariance Model). Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut:
24
Yit =
i+
j
it
j+
∑
t+
eit
keterangan:
Yit
= variabel terikat diwaktu t untuk unit cross section i
i
= intersep yang berubah-ubah antar cross section unit
j
it
= variabel bebas j di waktu t untuk unit
j
= parameter untuk variabel ke j
i
= komponen error diwaktu t untuk unit cross section i
eit
2) Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Memasukkan variabel dummy dalam efek tetap dapat menimbulkan
konsekuensi (trade off) yaitu akan dapat mengurangi derajat kebebasan (degree of
freedom) yang akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang
diestimasi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah
model efek acak (random effect). Dalam model ini, parameter-parameter yang
berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan kedalam error.
Model efek acak ini dijelaskan dengan persamaan berikut:
Yit =
it =
+
j
it
j+
it
ui + vt + wit
dimana:
ui ~ N(0,
vt
~
N(0,
wit ~ N(0,
u
2
) = komponen cross section error
2
v )
= komponen time series error
2
w )
= komponen error kombinasi
Dalam model ini, diasumsikan bahwa error secara individual juga tidak
saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Penggunaan model
efek acak ini, dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak
mengurangi jumlahnya seperti yang akan dilakukan pada model efek tetap. Hal ini
berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin
efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun efek acak ditentukan
dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausmann. Spesifikasi
ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan chi square statistic sehingga
keputusan pemilihan model akan dilakukan secara statistik.
25
2.1.8 Penelitian Terdahulu
2.1.8.1 Penelitian Mengenai Model Gravitasi dan Data Panel
Berbagai penelitian terdahulu yang terkait aliran perdagangan dengan
menggunakan model gravitasi dan data panel telah banyak dilakukan. Penelitian
tersebut dilakukan dengan berbagai jenis data dan jenis komoditas yang berbeda.
Soelaksono (2010) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran perdagangan ekspor komoditas perkebunan Indonesia.
Terdapat lima jenis komoditas yang diteliti yaitu karet, kelapa sawit, kopi, teh,
dan biji kakao. Dari kelima jenis komoditas yang diteliti tersebut, secara umum
menunjukkan pola kecenderungan volume ekspor yang berfluktuatif.
Dalam penelitian tersebut, faktor-faktor aliran perdagangan untuk kelima
komoditas perkebunan Indonesia diestimasi dengan menggunakan model efek
tetap (fixed effect). Dari semua variabel independen yang digunakan, terdapat dua
variabel yang memiliki pengaruh untuk seluruh model persamaaan komoditas
yaitu jarak dan dummy (adanya krisis global), sehingga secara umum pengaruh
besarnya jarak antara pengekspor dengan negara tujuan impor serta adanya krisis
global tidak menyebabkan turunnya permintaan ekspor komoditas perkebunan
Indonesia karena komoditas tersebut merupakan kebutuhan primer yang harus
dipenuhi.
Selain itu variabel-variabel lainnya yang digunakan dalam model memiliki
pengaruh yang beragam pada masing-masing komoditas. Komoditas karet
dipengaruhi oleh variabel PDB, jarak, nilai tukar, dan adanya krisis global.
Komoditas kelapa sawit dipengaruhi oleh variabel populasi, jarak, dan adanya
krisis. Komoditas kopi dipengaruhi oleh variabel harga komoditas, populasi,
jarak, dan adanya krisis global. Komoditas teh dipengaruhi oleh variabel Produk
Domestik Bruto, jarak, nilai tukar, dan adanya krisis global. Komoditas biji kakao
dipengaruhi oleh harga komoditas, jarak dan adanya krisis global.
Alam et al. (2009) meneliti tentang aliran impor Bangladesh dengan
menggunakan pendekatan model gravitasi. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis impor Bangladesh sebagai salah satu faktor yang paling signifikan
dalam neraca perdagangan negara tersebut. Data yang digunakan adalah data
panel dari tahun 1985 – 2003, dan data cross section yang digunakan adalah
26
negara-negara mitra dagang terbesar: Cina, Singapura, Jepang, Hongkong, Korea
Selatan, Amerika Serikat, dan Malaysia.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh impor terhadap produksi
Bangladesh sangat kecil, hal ini disebabkan kebanyakan impor negara ini adalah
impor barang konsumsi dan bukan barang modal. Selain itu, populasi Bangladesh
memiliki dampak yang signifikan terhadap impor yang artinya Bangladesh tidak
mampu memenuhi peningkatan permintaan domestik akan barang konsumsi.
Selain itu, hal ini juga menunjukkan PDB negara-negara mitra dagang yang lebih
besar bila dibandingkan dengan Bangladesh.
Yuliastuti (2010) melakukan penelitian yang berjudul analisis aliran
perdagangan ekspor rumput laut Indonesia periode 1999-2008. Penelitian ini
menggunakan data panel, yaitu kombinasi antara data time series selama periode
1999-2008 dan data cross section sepuluh negara tujuan ekspor rumput laut
Indonesia yang kemudian dianalisis dengan menggunakan model gravitasi.
Hasil pengolahan regresi data panel menunjukkan bahwa metode yang
terbaik dalam estimasi model adalah metode fixed effect. Selain itu, berdasarkan
uji t-statistik pada taraf nyata lima persen, diketahui bahwa harga komoditi
rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor, populasi penduduk negara
importir, GDP riil negara pengimpor berpengaruh signifikan terhadap aliran
perdagangan ekspor rumput laut Indonesia. Faktor yang paling mempengaruhi
positif adalah populasi penduduk negara tujuan ekspor dan yang negatif adalah
jarak ekonomi Indonesia dan negara tujuan ekspor.
2.1.8.2 Penelitian Mengenai Impor
Tresnawan (2006) melakukan penelitian terkait dengan analisis tren dan
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor kentang di Indonesia. Data
sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika Indonesia kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis tren dan analisis regresi data panel.
Berdasarkan hasil pengolahan data impor kentang periode 2001-2003 dari lima
negara pengimpor terbesar ke Indonesia, diperoleh
Indonesia
cenderung
fluktuatif.
Secara
umum
tren impor kentang di
didapatkan
model
tren
eksponensial. Penelitian ini juga menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi
27
nilai impor kentang di Indonesia pada taraf satu persen yaitu nilai tukar rupiah,
harga impor, Produk Domestik Bruto, dan lag nilai impor bulan sebelumnya.
Jumini (2008) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia. Hasil
penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan, dari
delapan variabel yang di uji, ada empat variabel yang berpengaruh terhadap
permintaan bawang putih impor. Keempat variabel tersebut yaitu harga bawang
putih lokal (pada taraf nyata lima persen), konsumsi bawang putih lokal (taraf
nyata 10 persen), produksi bawang putih dalam negeri (taraf nyata lima persen)
dan harga bawang putih impor (taraf nyata 15 persen).
2.1.9 Relevansi dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian
sebelumnya
membahas
tren
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan kentang di Indonesia dengan menggunakan analisis
tren dan analisis regresi data panel. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang
memengaruhi aliran perdagangan impor bawang merah dan kentang Indonesia
dengan menggunakan model gravitasi. Tahun pengamatan dalam penelitian
sebelumnya sejak tahun 2001 hingga 2003. Penelitian ini menggunakan sepuluh
tahun pengamatan sejak tahun 2001 hingga 2010.
2.2 Kerangka Pemikiran
Peningkatan permintaan impor bawang merah dan kentang Indonesia
cenderung mengalami kenaikan sejak tahun 2006 hingga 2010. Peningkatan impor
ini akan berdampak pada pengurangan neraca perdagangan Indonesia secara
umum. Selain itu, peningkatan impor ini akan memengaruhi produksi dalam
negeri karena dampaknya terhadap harga produk domestik.
Impor jika tidak dikendalikan akan menyebabkan turunnya harga bawang
merah dan kentang lokal produksi petani Indonesia. Hal ini kemudian akan
mengurangi minat produksi petani Indonesia yang akan mengalami kerugian
akibat turunnya harga. Selain itu, harga bawang merah dan kentang impor juga
masih lebih rendah dibandingkan harga produk lokalnya. Akibatnya, konsumsi
produk impor akan lebih tinggi dibandingkan produk domestiknya. Kondisi ini
pada akhirnya akan mengurangi daya saing petani Indonesia di pasar nasional.
28
Tingginya
Permintaan
Impor
Tingginya
Permintaan
Impor
Bawang
Merah
Kentang
Bawang
Merah
dandan
Kentang
Penurunan Neraca Perdagangan
Hortikultura
Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Penurunan Kesejahteraan Petani
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Komoditas Sayuran Indonesia:
Kecenderungan Volume
Impor
1. Harga Komoditas di negara asal
2. GDP riil Indonesia dan negara asal impor
3. Populasi Indonesia dan negara asal impor
4. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar
5. Jarak Ekonomi Indonesia dengan negara
asal impor
Analisis Regresi Data Panel
(Gravity Model)
Rekomendasi Kebijakan dalam Hal Impor
Bawang Merah dan Kentang Indonesia
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Operasional
keterangan:
= bagian yang dianalisis
= bagian yang tidak dianalisis
Analisis Deskriptif
29
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Harga komoditas bawang merah dan kentang impor Indonesia di negaranegara asal impor mempunyai pengaruh negatif terhadap aliran
perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia.
2. GDP riil negara asal impor mempunyai pengaruh positif terhadap aliran
perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia.
3. GDP riil negara Indonesia mempunyai pengaruh positif terhadap aliran
perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia.
4. Populasi negara Indonesia mempunyai pengaruh positif terhadap aliran
perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia.
5. Populasi negara asal impor mempunyai pengaruh positif terhadap aliran
perdagangan impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia
6. Nilai tukar riil mata uang rupiah terhadap dolar Amerika mempunyai
pengaruh positif terhadap aliran perdagangan impor komoditas bawang
merah dan kentang Indonesia.
7. Jarak ekonomi antara negara Indonesia dengan negara asal impor
mempunyai pengaruh negatif terhadap aliran perdangan impor komoditas
bawang merah dan kentang Indonesia.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan
data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan
sebanyak sepuluh tahun, mulai dari tahun 2001 hingga 2010. Adapun pemilihan
komoditas yang diteliti yaitu bawang merah dan kentang karena kedua komoditas
ini memiliki neraca impor tertinggi pada tahun 2010.
Jumlah negara yang menjadi asal impor yang diamati pada penelitian ini
disesuaikan dengan keberlanjutan impor yang terjadi selama periode pengamatan.
Adapun negara-negara yang menjadi asal impor berdasarkan masing-masing
komoditas yang menjadi objek penelitian ini, tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Negara – negara Asal Impor Komoditas Bawang Merah dan
Kentang Indonesia Tahun 2001-2010
No
Komoditas
Negara Asal Impor
Jumlah
1
Bawang Merah Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China,
(HS 070310)
Philipines, Netherlands, USA, dan Australia
9
2
Kentang
Australia, China, USA , dan Singapore
4
(HS 070190)
Sumber: UNComtrade, 2012.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: volume impor
komoditas yang diteliti berdasarkan negara asal, GDP riil dengan tahun dasar
2000 masing-masing negara, harga komoditas di masing-masing negara asal
impor, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, jarak antara negara
Indonesia dengan negara asal impor, indeks harga konsumen Indonesia, dan
indeks harga konsumen Amerika Serikat. Data tersebut diperoleh dari: Badan
Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, United Nation
Commodity Trade (UN Comtrade), United Nation Conference on Trade and
Development (UNCTAD), Bank Dunia (World Development Indikator), dan
penelusuran situs-situs yang terkait dengan penelitian.
31
Tabel 3.2 Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian
No
1
2
3
4
5
Data yang Digunakan
Sumber
Nilai dan volume impor komoditas
UN Comtrade
bawang merah dan kentang Indonesia
(comtrade.un.org)
tahun 2001-2010
Populasi Indonesia dan negara asal impor World Development Indicator
komoditas bawang merah dan kentang
(www.worldbank.org)
tahun 2001-2010
GDP riil Indonesia dan negara asal impor World Develoment Indicator
komoditas bawang merah dan kentang
(www.worldbank.org)
tahun 2001-2010
Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar www.unctadstat.unctad.org
Amerika tahun 2001-2010
Jarak geografis antara Indonesia dan
www.timeanddate.com
negara asal impor komoditas bawang
merah dan kentang
3.2 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan informasi-informasi yang
terkandung dalam data hasil analisis dan kecenderungan volume impor komoditas
bawang merah dan kentang Indonesia. Analisis kuantitatif digunakan untuk
melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan
impor komoditas bawang merah dan kentang. Analisis kuantitatif menggunakan
analisis regresi data panel model gravitasi (gravity model). Data sekunder diolah
dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Eviews 6 yang
kemudian hasil outputnya diinterpretasikan.
3.3 Perumusan Model
Faktor-faktor yang digunakan untuk menganalisis aliran perdagangan
komoditas bawang merah dan kentang Indonesia antara lain: Produk Domestik
Bruto Riil Indonesia, Produk Domestik Bruto Riil negara asal impor, populasi
Indonesia, harga komoditas sayuran di negara asal impor dan nilai tukar riil rupiah
terhadap dolar Amerika.
Bentuk umum persamaan regresi model gravitasi (gravity model) yang
digunakan untuk masing-masing komoditas adalah:
32
ln Yjt =
0
+
+
1
ln GDPjt +
6 lnJEijt +
2
ln GDPit +
7 lnERijt
+
3
ln Popit +
4
ln Popjt +
5
lnPM
it
Tanda dugaan parameter pada variabel bebas bebas yang diharapkan adalah:
1>0;
2>0;
3>0;
4>0;
5<0;
6<0;
dan
7>0
keterangan:
j
= unit cross section (negara)
t
= time series (waktu)
Yjt
= Volume impor komoditas dari negara asal j pada tahun t (kilogram)
GDPjt = GDPriil negara asal impor pada tahun t (US$)
GDPit = GDP riil negara Indonesia pada tahun t (US$)
Popit
= Populasi penduduk Indonesia pada tahun t (orang)
Popjt
= Populasi penduduk negara J pada tahun t (orang)
Pj
= Harga komoditas di negara asal impor (US$/kg)
JEijt
= Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara asal impor (kilometer)
ERijt
= Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Rp/US$)
it
= Random error
3.4 Defenisi Operasional
Untuk memahami secara jelas variabel-variabel yang dituliskan dalam
persamaan di atas, maka defenisi operasional variabel-variabel tersebut adalah:
1. Negara j adalah negara pengekspor atau negara asal impor komoditas bawang
merah dan kentang Indonesia.
2. Volume impor komoditas bawang merah dan kentang Indonesia adalah total
impor dari negara asal selama jangka waktu satu tahun terhitung sejak tahun
2001 hingga tahun 2010, dinyatakan dalam satuan kilogram.
3. Nilai GDP riil Indonesia adalah Produk Domestik Bruto riil yang dihasilkan
oleh Indonesia dalam satu tahun terhitung sejak tahun terhitung 2001 hingga
2010, dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat
4. Nilai GDP riil negara j atau nilai GDP negara asal impor adalah Produk
Domestik Bruto riil yang dihasilkan perekonomian negara tersebut dalam satu
tahun terhitung sejak tahun 2001-2010, dinyatakan dalam dolar Amerika
Serikat.
33
5. Populasi penduduk negara Indonesia adalah total jumlah penduduk di Indonesia
dalam satu tahun terhitung sejak tahun 2001 hingga 2010, dinyatakan dalam
satuan orang.
6. Populasi penduduk negara pengekspor adalah total jumlah penduduk di
Indonesia
dalam satu tahun terhitung sejak tahun2001 hingga 2010,
dinyatakan dalam satuan orang.
7. Harga impor merupakan harga yang digunakan dalam transaksi perdagangan
internasional. Harga impor dinyatakan dalam satuan dolar Amerika
perkilogram.
Pjt =
8. Jarak antara negara Indonesia dengan negara asal impor dihitung berdasarkan
jarak antar ibukota Indonesia dengan negara asal impor dan dinyatakan dalam
kilometer. Jarak ekonomi kemudian diperoleh berdasarkan rumus:
JEindjt =
9.Nilai tukar mata uang negara Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat,
dinyatakan Rp/US$. Hal ini dikarenakan nilai impor yang diperoleh dari UN
Comtrade dalam satuan US$. Rumus yang digunakan untuk mendapatan nilai
tukar Rupiah terhadap US$ Amerika adalah:
(
Riil)t =
X(Indeks harga konsumen USA)t
3.5 Pengujian Kesesuaian Model
Pada analisis model dengan menggunakan data panel, dikenal tiga macam
pendekatan yang terdiri dari Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least
Squared), Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model), dan Pendekatan Efek
Acak (Random Effect). Pemilihan model terbaik yang digunakan untuk
pengolahan data panel menggunakan beberapa pengujian. Pengujian yang
dilakukan antara lain:
3.5.1 Uji Chow (Chow Test)
Uji Chow digunakan untuk memilih kedua model diantara Pooled Least
Squared dan Fixed Effect Model. Asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
34
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkannya setiap
unit cross section memiliki perilaku yang berbeda menjadi dasar uji chow ini.
Adapun hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut:
H0
: Model Pooled Least Squared
H1
: Model Fixed Effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan
menggunakan Fstatistik seperti berikut:
CHOW :
keterangan:
RRSS : Restricted Residual Sum square (Sum Squared Residual PLS)
URSS : Unrestricted Residual Sum Square (Sum Squared Residual Fixed)
N
: Jumlah Data Cross Section
T
: Jumlah data Times Series
K
: Jumlah variabel penjelas
Statistik Chow Test mengikuti sebaran Fstatistik yaitu FN-1,NT-N-K. Jika nilai
CHOW Statistic (Fstat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel, maka cukup bukti
untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang
digunakan adalah model efek tetap (Fixed Effect Model), begitu juga sebaliknya
jika nilai CHOW Statistic (Fstat) lebih kecil dari Ftabel maka model yang digunakan
adalah model Pooled Least Squared.
3.5.2 Uji Hausmann (Hausman Test)
Uji Hausmann adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan
dalam memilih untuk menggunakan model Fixed Effect atau model Random
Effect. Alasan dilakukannya uji Hausmann didasarkan pada model Fixed Effect
yang mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya unsur derajat bebas
dengan memasukkan variabel dummy dan model Random Effect yang harus
memperlihatkan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Dalam
pengujian ini dilakukan Hipotesis sebagai berikut:
H0
: Model Random Effect
H1
: Model Fixed Effect
35
Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut:
)’(M0-M1 )-1(
m=(
)~
2
(K)
keterangan:
= vektor untuk statistik variabel fixed effect
B
= vektor untuk statistik variabel random effect
M0
= matriks kovarians untuk dugaan fixed effect model
M1
= matriks kovarians untuk dugaan random effect model
Statistik Hausman menyebar Chi-Squared, jika nilai hasil pengujian lebih
besar dari
2
tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
hipotesis nol, sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect, demikian
pula sebaliknya.
3.6 Pengujian Statistik
Pengujian statistik berfungsi untuk mengetahui apakah model yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup baik ataupun belum dalam menjelaskan
keragaman yang terdapat pada suatu permasalahan. Terdapat beberapa kriteria
yang digunakan yaitu uji F, uji t, dan koefisien determinasi yang disesuaikan (Rsquared adjusted) (Juanda, 2009).
3.6.1 Uji F
Dalam menganalisis model, sebaiknya yang pertama kali dilakukan
pengujian model secara keseluruhan dengan menggunakan statistik uji F. Uji F
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen di dalam model secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yang digunakan.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis
H0 :
1=
2=
3=
4=
H1 : paling sedikit ada
k=
i
0
0
2. Penentuan nilai kritis atau taraf nyata ( ), misalnya dengan taraf nyata
= 5%.
Pada uji ini digunakan uji F.
3. Nilai Fhitung dari hasil perhitungan komputer dalam ANOVA atau dengan
menggunakan rumus :
Fhitung =
36
keterangan:
e2
: Jumlah kuadrat regresi
2
(1-e ) : Jumlah kuadrat sisa
n
: Jumlah sampel
k
: Jumlah parameter
4. Penentuan kriteria uji:
- Terima H0, jika Fhitung < Ftabel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan
bahwa model tersebut bisa menjelaskan atau memprediksi keragaman volume
impor bawang merah dan kentang Indonesia. Hal ini juga berarti secara
bersama-sama variabel bebas dalam model tidak berpengaruh terhadap variabel
tak bebas.
- Terima H1 (tolak H0), Jika Fhitung > Ftabel, artinya secara statistik telah
dibuktikan bahwa model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi
keragaman volume impor bawang merah dan kentang Indonesia. Hal ini juga
berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap
variabel tak bebas.
Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan angka
probabilitas (Pvalue atau sign) yang diperoleh dengan perhitungan komputer
kemudian diperbandingkan dengan taraf nyata pengujian yang digunakan. Jika
probabilitas lebih kecil dari taraf nyata, maka keputusannya adalah menolak H0
atau menerima hipotesis alternatif (H1).
3.6.2 Uji t
Uji t pada dasarnya merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak pada taraf tertentu (taraf
yang digunakan peneliti). Uji t digunakan untuk melihat apakah koefisien regresi
masing-masing variabel independen secara individu memiliki pengaruh nyata
(signifikan) atau tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tak
bebas yang terdapat pada suatu model.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis:
H0 :
i
H1 :
i
= 0, artinya faktor ke – i tidak berpengaruh nyata
0, artinya faktor ke – i berpengaruh nyata
37
2. Penentuan nilai kritis atau taraf nyata
( ) yang digunakan sebesar
=
1%,5%,10%.
3. Menentukan nilai thitung masing-masing
i
koefisien regresi yang dapar
dirumuskan sebagai:
thitung =
ttabel = t (n-k)
keterangan:
Sd ( i)
= Standard deviasi paremeter untuk bi
= Koefisien ke-i yang diduga
n
= Jumlah pengamatan
k
= Jumlah parameter
4. Penentuan kriteria uji:
- Terima H0, jika |thitung| < ttabel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan
bahwa faktor ke – i tidak berpengaruh nyata.
- Terima H1 (tolak H0), jika |thitung| > ttabel, artinya secara statistik telah
dibuktikan bahwa faktor ke – i tersebut berpengaruh nyata.
Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan angka
probabilitas (Pvalue atau sign) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian
diperbandingkan dengan taraf nyata pengujian yang digunakan. Jika probabilitas
(sign) lebih kecil dari taraf nyata maka keputusannya adalah menolak H0.
5. Mengambil kesimpulan.
3.6.3 Koefisien Determinasi (R-squared)
Koefisien determinasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan keragaman
pada variabel tak bebas (dependen) yang dapat diterangkan pada variasi model
regresi atau menunjukkan besarnya sumbangan dari variabel penjelas terhadap
variabel respon. R-squared memiliki range antara 0<R-squared<1. Jika Rsquared bernilai satu maka variabel independen menjelaskan 100% variasi dalam
variabel dependen, sedangkan jika R-squared bernilai 0 maka variabel independen
tidak dapat menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Hal ini berarti semakin
besar koefisiennya atau mendekati satu maka model yang dibentuk dapat
menjelaskan keragaman dari variabel dependen (model semakin baik). Begitu
38
pula sebaliknya jika nilai koefisien determinasi rendah atau mendekati nol, maka
model tersebut kurang dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebasnya.
Adapun rumus untuk koefisien determinasi (R-squared) yaitu:
R2 =
keterangan:
RSS
: Jumlah Kuadrat Regresi (Residual Sum Square)
TSS
: Jumlah kuadrat total (Total Sum Square)
Selain itu ada pengukuran R-squared yang lain yaitu R-squared adjusted
yang merupakan nilai R-squared yang telah disesuaikan terhadap banyaknya
variabel bebas dan banyaknya observasi. Rumus R-squared adjusted adalah:
R-squared adjusted = 1-
(
)
keterangan:
R-squared adjusted = koefisien determinasi yang telah disesuaikan
k
= Jumlah variabel bebas
n
= Jumlah observasi
3.6.4 Asumsi Kenormalan
Pengujian kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah error term
mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan
dengan menggunakan uji Jarque Bera dengan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 :
H1 :
= 0, error term terdistribusi normal
0, error term tidak terdistribusi normal
Uji normalitas diaplikasikan dengan melakukan tes Jarque Bera, jika nilai
probabilitas yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka
terima H0 yang berarti error term dalam model sudah menyebar normal.
3.7 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan model yang efisien dan konsisten, maka diperlukan
pengujian terhadap pelanggaran asumsi-asumsi klasik seperti uji multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Bila terjadi pelanggaran asumsi-asumsi di
atas maka model ini menjadi tidak valid.
39
3.7.1 Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat
multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model
(Gujarati, 1978).
Istilah multikolinearitas (kolinearitas ganda) pertama kali
ditemukan oleh Ragnar Frisch, yang berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel penjelas (bebas) dari
model regresi ganda. Selanjutnya, istilah multikolinearitas digunakan dalam arti
yang lebih luas, yaitu untuk terjadinya koreasi linear yang tinggi diantara variabelvariabel penjelas (X1,X2,.....Xp) (Setiawan dan Kusrini, 2010). Cara mendeteksi
adanya multikolinearitas yaitu jika R-squared tinggi, tetapi variabel yang
signifikan hanya sedikit.
Adapun konsekuensi dari adanya multikolinearitas ini yaitu:
1. Apabila terjadi multikolinearitas yang sempurna, maka koefisien regresi yang
unik tidak dapat diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil.
2. Jika terjadi masalah multikolinearitas yang mendekati sempurna, maka hasil
perkiraan dengen metode kuadrat terkecil masih tetap tak bias, tetapi tidak
efisien (variansinya tidak minimum).
3. Terjadinya kontradiksi antara hasil pengujian hipotesis parameter regresi secara
serentak melalui uji F dangan hasil pengujian parameter regresi secara individu
melalui uji t.
Untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam model maka dapat
digunakan beberapa cara berikut ini: adanya informasi apriori; penggabungan data
cross section dengan time series; mengeluarkan suatu variabel atau lebih dan
kesalahan spesifikasi; transformasi variabel-variabel, dan penambahan data baru.
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas berarti bahwa variasi dari error bersifat konstan (tetap)
atau disebut juga identik. Kebalikannya adalah kasus heteroskedastisitas, yaitu
jika kondisi variansi error-nya tidak identik. Pada model regresi, apabila semua
asumsi klasik dipenuhi, kecuali satu, yaitu terjadi heteroskedastisitas, maka
pengingat kuadrat terkecil masih tetap tak bias dan konsisten, tetapi tidak efisien
(variansi membesar). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, dalam hasil
olahan data penel dengan eviews dengan menggunakan metode General Least
40
Squared (Cross Section Weight), caranya adalah dengan membandingkan nilai
sum squared resid pada weighted statistic dengan sum squared resid pada
unweighted statistic. Jika sum squared resid pada weighted statistic lebih kecil
daripada sum squared resid pada unweighted statistic maka terdapat
heteroskedastisitas. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
heterosedastisitas adalah dengan mengestimasi General Least Squared (GLS)
dengan white heterocedasticity. Selain itu dapat juga dilakukan dengan
pembobotan Cross Section SUR.
3.7.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya suatu korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang (data cross
section). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai
dari Durbin – Watson (DW) statistiknya yang dibandingkan dengan nilai dari
tabel DW. Tabel 3.2 merupakan kerangka identifikasi dalam menentukan ada
tidaknya autokorelasi.
Tabel 3.3 Selang Nilai Statistik Durbin Watson serta Keputusannya
Nilai Durbin – Watson
Keterangan
DW < 1,10
Ada autokorelasi
1,10 < DW < 1,54
Tanpa Kesimpulan
1,55 < DW < 2,46
Tidak ada autokorelasi
2,46 < DW < 2,90
Tanpa Kesimpulan
DW > 2,91
Ada autokorelasi
Sumber: Firdaus, 2004.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Pertumbuhan Total Nilai Impor Indonesia Tahun 2001-2010 di Pasar
Internasional
Impor adalah salah satu bentuk perdagangan internasional yang bertujuan
untuk memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri.
Impor biasanya dilakukan jika suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri terhadap suatu komoditas. Selain itu, impor juga bisa dilakukan, jika biaya
yang dibutuhkan untuk mengimpor relatif lebih kecil dibandingkan memproduksi
komoditas tersebut di dalam negeri.
160000000000
140000000000
Total Impor (US$)
120000000000
100000000000
80000000000
60000000000
40000000000
20000000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.1 Pertumbuhan Total Nilai Impor Indonesia Tahun 2001 – 2010
(US$)
Gambar 4.1 menunjukkan tren pertumbuhan total nilai impor Indonesia di
pasar internasional sejak Tahun 2001 hingga 2010. Nilai impor Indonesia
cenderung mengalami peningkatan sejak Tahun 2001 hingga 2008. Hal ini
kemudian berbeda pada Tahun 2009 karena pada tahun ini nilai impor Indonesia
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya krisis ekonomi global yang
terjadi pada tahun sebelumnya. Namun pada Tahun 2010, nilai impor Indonesia
kembali mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan angkanya lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai impor Indonesia pada tahun-tahun sebelum krisis
termasuk Tahun 2008.
42
4.2 Pertumbuhan Volume Produksi dan Volume Impor Sayuran Indonesia
Tahun 2001-2010
Produksi sayuran di Indonesia masih banyak dihasilkan oleh petani-petani
kecil dengan pola produksi yang sebagian besar bersifat musiman. Jika iklim
sedang baik, maka produksi sayuran akan melimpah (panen raya) yang kemudian
akan meningkatkan suplainya di pasar. Peningkatan suplai ini akan menyebabkan
fluktuasi harga, sehingga keuntungan yang diperoleh petani tidak maksimal.
Kondisi petani Indonesia yang tergantung pada iklim ini kemudian juga
memengaruhi kondisi pasar sayuran itu sendiri. Gambar 4.2 menunjukkan volume
produksi sayuran Indonesia sejak Tahun 2001 hingga 2010.
12000000
Total Produksi (kg)
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2001
2002
2003
2004
2005 2006
Tahun
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, 2012. (diolah)
Gambar 4.2 Petumbuhan Total Produksi Sayuran Indonesia Tahun 20012010 (kilogram)
Produksi sayuran Indonesia terus berfluktuasi sejak Tahun 2001 hingga
2010, dengan produksi yang cenderung meningkat. Tahun 2001 hingga 2004,
produksi sayuran Indonesia mengalami peningkatan, namun pada Tahun 2005,
produksi sayuran Indonesia menurun walaupun angkanya tidak terlalu besar.
Tahun 2006, produksi sayuran Indonesia kembali meningkat dan mengalami
penurunan di tahun berikutnya. Tahun 2008 dan 2009 produksi sayuran Indonesia
juga meningkat walaupun Tahun 2010 mengalami penurunan. Produksi tertinggi
sayuran Indonesia pada Tahun 2009.
43
Volume impor komoditas sayuran Indonesia cenderung mengalami
peningkatan sejak Tahun 2001 hingga 2010. Gambar 4.3 menunjukkan volume
impor sayuran Indonesia sejak Tahun 2001 hingga 2010. Pada Tahun 2001,
volume impor sayuran Indonesia mencapai 323.947.306 kilogram. Tahun 2002,
volume impor sayuran Indonesia mengalami peningkatan menjadi 341.407.030
kilogram. Penurunan volume impor sayuran Indonesia terjadi pada Tahun 2003,
dimana volume impor sayuran Indonesia menjadi 339.590.031 kilogram.
Setelah itu, Tahun 2004 hingga 2008 volume impor sayuran Indonesia
terus menerus mengalami peningkatan. Volume impor tertinggi pada Tahun 2008
yaitu sebesar 699.795.700 kilogram. Tahun 2009, setelah adanya krisis ekonomi
global, volume impor sayuran Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi
652.416.791 kilogram. Hal yang sama juga terjadi pada tahun berikutnya dimana
volume impor sayuran Indonesia menjadi 627.768.710 kilogram.
800000
Volume Impor (000 kg)
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2001
2002
2003
2004
2005 2006
Tahun
2007
2008
2009
2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.3 Total Volume Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001 – 2010
(kilogram)
4.3 Pertumbuhan Nilai Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001-2010
Nilai impor sayuran Indonesia dapat ditentukan oleh besarnya volume
impor dan nilai tukar yang berlaku antara rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Selain itu, besarnya nilai impor ini juga dipengaruhi oleh harga sayuran yang
diimpor Indonesia dari negara asalnya. Sejak Tahun 2001 hingga 2003, nilai
44
impor sayuran Indonesia terus berfluktuasi. Namun sejak Tahun 2004 hingga
2010 nilai impor Indonesia terus menerus meningkat. Gambar 4.4 menunjukkan
tren nilai impor sayuran Indonesia sejak Tahun 2001 hingga 2010.
500000000
450000000
400000000
Nilai Impor
350000000
300000000
250000000
200000000
150000000
100000000
50000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.4 Tren Nilai Impor Sayuran Indonesia Tahun 2001 – 2010 (US$)
Berdasarkan data yang diperoleh dari UN Comtrade , pada Tahun 2001,
nilai impor Indonesia mencapai US$ 92.379.525. Tahun 2002, nilai impor sayuran
Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,45 persen menjadi US$ 94.643.942.
Tahun 2003, nilai impor Indonesia mengalami penurunan menjadi US$
92.433.574. Setelah itu Tahun 2004, nilai impor sayuran Indonesia kembali
mengalami peningkatan menjadi US$ 109.250.425. Hingga tahun-tahun
berikutnya nilai impor sayuran Indonesia terus menerus mengalami peningkatan,
dengan nilai impor terbesar pada Tahun 2010 yaitu sebesar US$ 431.904.226.
4.3.1 Kecenderungan Impor Komoditas Bawang Merah dan Kentang
Indonesia Tahun 2001-2010
Berdasarkan informasi dari statistik pertanian 2011 diketahui bahwa impor
bawang merah dan kentang sejak Tahun 2006 hingga 2010 terus mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun dengan volume yang cenderung meningkat. Volume
impor bawang merah terus mengalami peningkatan sejak Tahun 2006 hingga
Tahun 2008. Pada Tahun 2009, volume impor bawang merah mengalami
penurunan namun di tahun berikutnya meningkat kembali. Berbeda dengan
45
bawang merah, sebelum Tahun 2009 kentang mengalami surplus neraca
perdagangan yang artinya ekspor lebih besar dibandingkan dengan impor. Namun,
sejak Tahun 2009 sampai 2010, volume impor kentang meningkat signifikan. Hal
ini kemudian berdampak pada neraca perdagangan komoditas ini, dimana impor
lebih besar daripada ekspor yang menyebabkan defisit neraca perdagangannya.
4.3.1.1 Bawang Merah
Bawang merah termasuk salah satu sayuran yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Luas panen dan produksi bawang merah mengalami
fluktuasi namun cenderung meningkat. Pada Tahun 2001, luas areal bawang
merah sebesar 82. 147 ha dengan produksi 861.150 ton. Tahun berikutnya terjadi
peningkatan luas penen bawang merah menjadi 88.396 ha namun produksinya
menurun menjadi 766.572 ton. Tahun 2003 dan 2005, baik luas panen maupun
produksi bawang merah mengalami penurunan. Tahun 2004, terjadi peningkatan
luas panen bawang merah menjadi 89.000 ha walaupun produksinya semakin
menurun. Luas panen dan produksi bawang merah mengalami peningkatan pada
Tahun 2006 dan 2007. Tahun 2008, luas panen bawang merah kembali menurun
namun produksinya meningkat menjadi 853.815 ton. Luas panen dan produksi
bawang merah kembali mengalami peningkatan pada Tahun 2009 dan 2010. Baik
luas panen maupun produksi tertinggi dicapai pada Tahun 2010, dengan luas
penennya mencapai 109.634 ton dan produksi sebesar 1.048.934. Tabel 5.1 di
bawah ini menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah
sejak Tahun 2001 hingga 2010.
Produktivitas bawang merah juga cenderung fluktuatif. Pada Tahun 2001,
produktivitas bawang merah sebesar 10,5 ton/ha. Pada Tahun 2002, produktivitas
bawang merah menurun menjadi 8,7 ton/ha. Tahun-tahun berikutnya produktivitas
bawang merah tidak banyak berubah. Setelah itu Tahun 2008, produktivitas
bawang merah meningkat menjadi 9,34 ton/ha. Pada Tahun 2009, produktivitas
bawang merah menurun menjadi 9,27 ton/ha dan meningkat kembali pada Tahun
2010 menjadi 9,57 ton/ha.
46
Tabel 4.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Indonesia
Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas
(Ton/ha)
2001
82.147
861.150
10,483037
2002
88.396
766.572
8,6720214
2003
87.900
762.795
8,6779864
2004
89.000
757.399
8,5101011
2005
83.614
732.609
8,7617983
2006
89.188
794.931
8,9129816
2007
93.694
802.810
8,5684249
2008
91.339
853.615
9,3455698
2009
104.009
965.164
9,2796200
2010
109.634
1.048.934
9,5675976
Sumber: BPS, (2012) dan Kementerian Pertanian, (2004) (diolah)
Walaupun luas areal dan produksinya cenderung meningkat,
namun Indonesia tetap melakukan impor bawang merah. Baik volume maupun
nilai impor bawang merah Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Gambar 4.5
menunjukkan kecenderungan volume dan nilai impor bawang merah Indonesia
Tahun 2001 hingga 2010.
Baik volume maupun nilai impor bawang merah
cenderung meningkat dari Tahun ke Tahun. Volume maupun nilai impor bawang
merah mengalami penurunan pada Tahun 2002 dan 2009. Angka tertinggi untuk
volume dan nilai impor bawang merah terjadi pada Tahun 2008. Tahun 2010, baik
volume maupun impor bawang merah kembali mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan Tahun 2009.
180000000
Volume dan Niilai Impor
160000000
140000000
120000000
100000000
Nilai
80000000
Volume
60000000
40000000
20000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.5 Volume dan Nilai Impor Bawang Merah (HS 070310) Indonesia
Tahun 2001-2010
47
Sama halnya dengan nilai impor sayuran secara umum, nilai impor
bawang merah juga dipengaruhi oleh volume impor, nilai tukar rupiah terhadap
dollar dan harga bawang merah impor Indonesia. Gambar 4.6 menunjukkan nilai
impor Indonesia berdasarkan negara asal impor. Gambar tersebut menunjukkan
nilai impor bawang merah Indonesia didominasi oleh bawang merah yang berasal
dari negara Thailand. Pada Tahun 2007 nilai impor bawang merah Indonesia asal
Thailand, jauh melebihi nilai impor bawang merah Indonesia dari negara lainnya.
Namun seteleh itu, nilai impor bawang merah Indonesia asal Thailand mengalami
penurunan, bahkan di Tahun 2009, nilai impornya menurun drastis.
40000000
Nilai Impor
35000000
Thailand
30000000
India
25000000
Vietnam
Malaysia
20000000
China
15000000
Philipines
10000000
Netherlands
USA
5000000
Australia
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.6 Nilai Impor Bawang Merah (HS070310) Indonesia Berdasarkan
Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$)
Selain Thailand, nilai impor bawang merah Indonesia juga didominasi
oleh bawang merah asal India, Vietnam, Netherland dan Philipines pada tahuntahun sebelum 2005. Nilai impor bawang merah asal USA dan Autralia cenderung
tetap dari tahun ke tahun sedangkan nilai impor bawang merah asal Malaysia dan
China terus menerus berfluktuasi sejak Tahun 2001 hingga 2010. Sama halnya
dengan nilai impornya volume impor bawang merah juga didominasi oleh bawang
merah asal Thailand, India, Vietnam, dan Philipinnes pada tahun-tahun sebelum
2005. Gambar 4.7 menunjukkan volume impor bawang merah Indonesia
berdasarkan negara asal. Volume impor bawang merah asal USA dan Australia
48
cenderung sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Selain
negara-negara tersebut, volume impor bawang merah Indonesia juga dipengaruhi
oleh bawang merah asal Malaysia, China dan Netherlands.
90000000
80000000
Thailand
70000000
Volume Impor (kg)
India
60000000
Vietnam
50000000
Malaysia
40000000
China
Philipines
30000000
Netherlands
20000000
USA
10000000
Australia
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.7 Volume Impor Bawang Merah (HS070310) Indonesia
Berdasarkan Negara Asal Impor Tahun 2001-2010
(kilogram)
4.3.1.2 Kentang
Perkembangan komoditas kentang di Indonesia sejak Tahun 2001 hingga
2010 cenderung kecil. Pada Tahun 2001, luas panen kentang Indonesia sebesar
55.971 ha dengan produksi 831.140 ton. Pada Tahun 2002 luas panen kentang
menurun menjadi 55.324 ha dengan produksi yang lebih tinggi yaitu 893.824 ton.
Tahun 2003 terjadi peningkatan luas panen kentang menjadi 65.800 ha dengan
produksi yang juga meningkat menjadi 1.009.979 ton. Tahun 2004 hingga 2006,
luas panen tanaman kentang kembali mengalami penurunan, namun produksinya
cenderung fluktuatif. Pada Tahun 2007, 2008 dan 2009 luas panen tanaman
kentang kembali mengalami peningkatan, namun produksi kentang Tahun 2007
lebih kecil jika dibandingkan Tahun 2006. Pada Tahun 2010, luas panen dan
produksi tanaman kentang kembali menurun menjadi 66.531 ha dengan produksi
1.060.805. Baik luas panen dan volume tertinggi untuk tanaman kentang dicapai
49
pada Tahun 2009. Pada tahun ini, luas tanaman kentang sebesar 71.238 ha dengan
produksi sebesar 1.176.304 ton.
Tabel 4.2 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kentang Indonesia Tahun
2001-2010
Tahun
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
2001
55.971
831.140
14,8494756
2002
55.324
893.824
16,1561709
2003
65.800
1.009.979
15,3492249
2004
65.000
1.072.040
16,4929231
2005
61.557
1.009.619
16,4013678
2006
59.798
1.011.911
16,9221546
2007
62.375
1.003.733
16,0919118
2008
64.151
1.071.543
16,7034497
2009
71.238
1.176.304
16,5123109
2010
66.531
1.060.805
15,9445221
Sumber : BPS (2012) dan Kementerian Pertanian (2004) (diolah)
Produktivitas tanaman kentang cenderung tidak banyak berubah sejak
Tahun 2001 hingga 2010. Pada Tahun 2001, produktivitas tanaman kentang
sebesar 14,8 ton/ha. Tahun 2002, produktivitas tanaman kentang meningkat
menjadi 16,2 ton/ha namun di Tahun berikutnya turun menjadi 15,3 ton/ha. Tahun
2004 hingga 2009, produktivitas kentang naik turun dengan nilai tertinggi pada
Tahun 2006 dan terendah pada Tahun 2007. Produktivitas kentang pada Tahun
2010 kembali mengalami penurunan menjadi 15,9 ton/ha. Produktivitas tertinggi
dicapai pada Tahun 2006 sebesar 16,92 ton/ha.
Sama halnya dengan bawang merah, nilai impor kentang selalu lebih
rendah dibandingkan dengan volumenya. Baik nilai maupun volume impor
kentang cenderung mengalami peningkatan sejak Tahun 2001 hingga 2010.
Sebelum Tahun 2005, baik volume maupun nilai impor kentang cenderung tidak
banyak berubah. Namun, pada Tahun 2005 terjadi peningkatan volume dan nilai
impor kentang secara signifikan. Tahun 2006, volume dan nilai impor kentang
mengalami penurunan namun kembali meningkat pada Tahun 2007. Pada Tahun
2008, volume dan nilai impor kentang juga mengalami penurunan namun di
Tahun 2009 volume dan nilai impor kentang mengalami peningkatan yang sangat
tinggi. Tahun 2010, volume dan impor kentang kembali mengalami peningkatan
dibanding Tahun 2010 sehingga volume dan nilai impor kentang tertinggi terjadi
50
pada Tahun 2010. Gambar 4.8 menunjukkan volume dan nilai impor kentang
Indonesia Tahun 2001-2010.
30000000
Volume dan Nilai
25000000
20000000
Nilai
15000000
Volume
10000000
5000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.8 Volume dan Nilai Impor Kentang (HS 070190) Indonesia Tahun
2001-2010
Nilai impor kentang Indonesia berdasarkan negara asalnya terus
berfluktuasi dari Tahun ke Tahun. Gambar 4.7 menunjukkan nilai impor kentang
Indonesia berdasarkan negara asal. Berdasarkan data yang diperoleh dari UN
Comtrade, nilai impor kentang Indonesia didominasi oleh kentang asal Autralia.
Bahkan dari tahun ke tahun, nilai impor Indonesia asal Autralia selalu lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai impor kentang dari negara lainnya, kecuali pada
Tahun 2007. Pada Tahun 2009, nilai impor kentang Indonesia asal Australia
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kemudian pada Tahun 2010, nilai
impor kentang Indonesia juga mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya.
Selain dari Australia, nilai impor kentang Indonesia juga dipengaruhi oleh
kentang asal China, USA dan Singapore. Nilai impor kentang Indonesia asal
China cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai tertinggi berada pada
Tahun 2009. Selain China, nilai impor kentang Indonesia juga dipengaruhi oleh
negara asal Singapore dan USA. Namun, nilai impor kentang yang berasal dari
kedua negara ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Australia dan China.
51
7000000
6000000
Nilai Impor
5000000
Australia
4000000
Cina
3000000
USA
Singapura
2000000
1000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.9 Nilai Impor Kentang (HS070190) Indonesia Berdasarkan
Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (US$)
Sama halnya dengan nilai impornya, volume impor kentang Indonesia juga
didominasi oleh kentang asal Australia. Gambar 4.8 menunjukkan kecenderungan
volume impor kentang Indonesia berdasarkan negara asal Tahun 2001 hingga
2010. Volume impor Indonesia asal Australia cenderung menurun pada Tahun
2001 hingga 2003. Pada Tahun 2004, volume impor kentang Indonesia asal
Australia mengalami peningkatan begitupun dengan Tahun 2005 namun di Tahun
2006 dan 2007 mengalami penurunan. Sejak Tahun 2008 hingga 2010,
peningkatan volume impor kentang asal australia terus terjadi dengan volume
impor tertinggi pada Tahun 2010.
Setelah Australia, volume impor kentang Indonesia juga dipengaruhi
China. Tahun 2001 hingga 2004, volume impor kentang Indonesia asal China
terus menerus meningkat. Pada Tahun 2005, volume impor kentang Indonesia asal
China menurun dan kembali meningkat pada Tahun 2006 dan 2007. Pada Tahun
2008 dan 2010, volume impor Indonesia asal China mengalami penurunan
sementara di Tahun 2009 mengalami kenaikan. Volume impor kentang Indonesia
asal China mencapai nilai tertinggi pada Tahun 2009. Sama halnya dengan nilai
impornya, volume impor kentang Indonesia asal USA dan Singapore masih sangat
kecil jika dibandingkan dengan Australia dan China. Hal ini dapat dilihat pada
52
Gambar 4.10 dimana volume impor kentang asal USA dan Singapore cenderung
mendatar.
12000000
Volume Impor (kg)
10000000
8000000
Australia
Cina
6000000
USA
4000000
Singapore
2000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.10 Kecenderungan Volume Impor Kentang (HS070190) Indonesia
Berdasarkan Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 (kilogram)
4.4 Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Indonesia Tahun 20012010 di Pasar Internasional
Secara sederhana ekspor adalah kegiatan menjual barang atau komoditas
dari suatu negara ke negara lainnya. Selain melakukan impor, Indonesia juga
melakukan ekspor ke beberapa negara mitra dagangnya, termasuk ekspor sayuran.
Gambar 4.7 menunjukkan volume dan nilai ekspor sayuran Indonesia dari tahun
ke tahun. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa nilai ekspor Indonesia
selalu lebih kecil dibandingkan volume ekspornya. Volume ekspor sayuran
Indonesia terus berfluktuasi dari tahun ke tahun namun cenderung menurun.
Pada Tahun 2003, volume ekspor Indonesia menurun drastis namun di
tahun berikutnya yaitu 2004, volume ekspor sayuran Indonesia melonjak tajam.
Tahun 2004 hingga 2007, volume ekspor Indonesia masih berfluktuatif namun
cenderung stabil. Kemudian, pada Tahun 2008, volume ekspor sayuran Indonesia
kembali menurun cukup tajam. Pada Tahun 2009, volume ekspor sayuran
Indonesia kembali meningkat, namun di Tahun 2010 volume ekspor sayuran
Indonesia kembali turun.
53
400000000
350000000
Volume & Nilai
300000000
250000000
Nilai Ekspor
200000000
Volume Ekspor
150000000
100000000
50000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.11 Volume dan Nilai Ekspor Sayuran (HS 07) Indonesia Tahun
2001- 2010
Berbeda dengan volume ekspornya, nilai ekspor sayuran Indonesia terus
berfluktuatif namun cenderung meningkat walaupun tidak signifikan. Nilai ekspor
sayuran Indonesia pada Tahun 2003 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan Tahun 2002 dan 2001. Tahun 2004 dan 2005, nilai ekpor sayuran
Indonesia mengalami peningkatan, namun Tahun 2006 turun kembali. Tahun
2007 hingga 2010, nilai ekspor sayuran Indonesia naik turun dengan nilai tebesar
pada Tahun 2009.
4.5 Peraturan Impor Hortikultura Indonesia
Tingginya volume impor produk hortikultura yang masuk ke Indonesia
memang menjadi masalah baru yang harus diatasi oleh pemerintah. Berbagai
protes dan kritikan datang dari berbagai kalangan yang merasa dirugikan dengan
peningkatan volume impor komoditas hortikultura ini setiap tahunnya. Protes
umumnya datang dari kalangan petani yang secara langsung dirugikan dengan
masuknya produk-produk impor ini ke pasar domestik. Kondisi ini pada akhirnya
menuntut pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian
Pertanian untuk menetapkan regulasi yang tepat dalam mengatur impor
hortikultura Indonesia.
Perumusan perundang-undangan mengenai impor produk hortikultura ini
pada akhirnya terbentuk dengan dengan adanya Peraturan Menteri Perdagangan
54
(Permendag) Nomor 30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Impor Produk
Hortikultura. Peraturan ini mewajibkan para importir produk hortikultura untuk
memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri dan
penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura. Selain itu para
pengimpor juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar
mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan dan lingkungan.
Permendag ini juga menetapkan bahwa setiap impor produk hortikultura
wajib mendapat peretujuan dari Kementerian Perdagangan atas rekomendasi
impor dari Kementerian Pertanian. Adapun komoditas hortikultura yang diatur
dalam Permendag tersebut yaitu produk tanaman hias, seperti anggrek dan krisan;
produk hortikultura segar, misalnya bawang, sayur-sayuran dan buah-buahan
(wotel, lobak, pisang, kentang, cabe, jeruk, apel, anggur, pepaya); serta produk
hortikultura olahan seperti sayuran dn buah-buahan yang diawetkan dan jus buah.
Penetapan Permendag tersebut seharusnya dilaksanakan pada tanggal 15
Juni 2012. Namun, Kementerian Perdagangan menunda pemberlakuannya
menjadi 28 September 2012. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya perlunya sosialisasi lanjut agar pihak-pihak yang terkait dengan aturan
ini memahami Permendag tersebut; memberikan watu yang cukup untuk importir
untuk mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan; serta notifikasi Permendag
ke World Trade Organisation.
Selain itu, juga terdapat Peraturan Menteri pertanian Nomor 42 Tahun
2012 yang mewajibkan impor sayur dan buah hanya boleh masuk melalui empat
pelabuhan yaitu Tanjung Perak Surabaya, Soekarno-Hatta Makassar, Belawan
Medan, dan Bandar Udara Soekarno-Hatta Tangerang. Peraturan ini memang
mendapat sambutan positif dari petani namun berbeda dengan kalangan
pengusaha dan importir. Hal ini disebabkan pembatasan pintu masuk impor ini
akan secara langsung memengaruhi aktivitas impor yang dilakukan oleh importir.
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN IMPOR
5.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Bawang
Merah Indonesia
5.1.1 Pemilihan Kesesuaian Model
Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan
uji Hausman. Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chow menunjukkan
probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti sudah cukup
bukti untuk menolak H0 dimana H0 merupakan model pooled least squared.
Setelah itu juga dilakukan pengujian dengan uji Hausman dimana probabilitasnya
lebih besar dari taraf nyata sehingga sudah cukup bukti untuk menolak H0 dan H0
merupakan model Random Effect. Berdasarkan hasil tersebut diketahui model
estimasi terbaik untuk mengetahui fakto-faktor yang memengaruhi aliran
perdagangan impor bawang merah Indonesia adalah dengan menggunakan model
efek tetap (fixed effect). Setelah model tersebut dipilih selanjutnya akan dilakukan
pengujian asumsi untuk mendapatkan model persamaan yang terbebas dari
masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi seperti Multikolinearitas,
Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.
Indikasi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan nilai Rsquared yang tinggi tetapi variabel independen banyak yang tidak berpengaruh
pada variabel dependen. Dari tujuh variabel independen yang dianalisis, dengan
R-squared sebesar 98,25 persen, hanya terdapat satu variabel yang tidak
signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas.
Pengujian asumsi selanjutnya, yaitu uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan cross - section
SUR, sehingga asumsi adanya heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat
diabaikan.
5.1.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Model
Model estimasi terbaik yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan komoditas bawang merah
adalah dengan menggunakan efek tetap (fixed effect). Berdasarkan hasil estimasi
56
diketahui nilai koefisisien determinasi (R-squared) yang diperoleh sebesar 98,25
persen menunjukkan bahwa sebesar 98,25 persen keragaman impor bawang
merah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, sedangkan sisanya 1,75
persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.
Tabel 5.1 Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia
Variabel
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNJE
LNGDPJ
LNGDPI
LNER
C
Koefisien
Std. Error
-7,982748
0,684535
-113,0607
8,670249
-2,531801
0,084126
15,21394
1,197638
16,03484
1,167134
22,28454
1,496306
0,218203
0,282733
1148,548
112,0012
Fixed Effect (Cross)
t-statistik
-11,66157
-13,04007
-30,09524
-12,70328
13,73864
14,89304
0,771762
10,25478
Thailand
India
Vietnam
Malaysia
China
Philippines
Netherlands
USA
Australia
R-squared
Prob (Fstat)
Prob.
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,4427
0,0000
8,380599
15,60498
6,188951
10,03516
15,57669
7,449297
-28,80708
-17,40212
-17,02647
Weighted Statistic
0,982584
Sum squared resid
0.000000
Durbin Watsonstat
Unweighted Statistics
0,849338
Sum squared resid
1,389422
R-squared
Durbin Watsonstat
Sumber: Lampiran 4
Catatan: Signifikan pada taraf nyata 1 persen
85,15533
2,174253
65,86102
Pada hasil uji normalitas (Tabel 5.2) probabilitas Jarque Bera lebih besar
dari pada taraf nyata yang digunakan (0,542755 > 0,05). Berdasarkan hal tersebut
maka residual dalam model ini dapat dikatakan sudah menyebar normal. Dalam
uji kriteria statistik untuk pelanggaran multikolinearitas, model ini juga
disimpulkan tidak mengalami pelanggaran tersebut. Hal ini karena data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari data time series
dan cross-section, sehingga dapat mengurangi multikolinearitas. Selain itu dari
57
hasil estimasi, terlihat nilai R-squared yang cukup besar sedangkan variabel yang
tidak signifikan yaitu nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia
Model
Jarque-Bera
Probability
Aliran Impor Bawang Merah
1,222194
0,542755
Sumber: Lampiran 5
Nilai Durbin Watsonstat dari hasil pengolahan data adalah sebesar 2,17. Hal
ini berarti nilai Durbin Watsonstat tersebut berada di antara 1,55-2,46, maka model
yang diestimasi telah terbebas dari masalah autokorelasi. Sedangkan untuk
masalah heteroskedastisitas, dari hasil estimasi terlihat bahwa Sum Squared Resid
pada Weighted Statistics lebih besar dari Sum Squared Resid pada Unweighted
Statistics. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Selain itu, dengan menggunakan pembobotan Cross-Section SUR, masalah
autokorelasi dan heteroskedastisitas dapat disimpulkan sudah teratasi. Selanjutnya
akan dilakukan interpretasi pengaruh masing-masing faktor atau variabel terhadap
aliran perdagangan impor komoditas bawang merah. Probabilitas pada variabel
populasi negara pengekspor untuk komoditas bawang merah sebesar 0,0000. Hal
tersebut menunjukkan pengaruh nyata (signifikan) pada taraf nyata satu persen
terhadap aliran impor komoditas bawang merah Indonesia, dengan parameter
bertanda negatif (tidak sesuai dengan hipotesis penelitian).
Menurut Yuniarti (2007), populasi digunakan untuk mengukur ukuran
suatu negara. Suatu negara yang memiliki ukuran yang lebih besar menunjukkan
bahwa negara tersebut mempunyai produksi yang lebih beragam dan cenderung
untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri (inwardly oriented), sehingga besarnya
populasi diperkirakann mempunyai hubungan yang negatif dengan perdagangan.
Namun di sisi lain besarnya populasi juga dapat menunjukkan potensi pasar yang
besar, sehingga populasi dapat berpengaruh positif. Ketidaksesuaian hasil estimasi
output dengan hipotesis penelitian menjadi indikasi, peningkatan populasi negara
asal impor menyebabkan negara tersebut mempunyai produksi yang lebih
beragam dan cenderung untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga
peningkatan populasi negara asal sebesar satu persen, akan mengurangi volume
impor bawang merah sebesar 7,98 persen (ceteris paribus).
58
Jumlah populasi negara Indonesia sebagai negara pengimpor memiliki
pengaruh negatif (tidak sesuai dengan hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai
probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini berarti variabel populasi berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap volume impor komoditas bawang merah Indonesia. Kondisi
ini menunjukkan semakin besar populasi penduduk Indonesia sebesar satu persen
maka akan menurunkan volume impor komoditas bawang merah sebesar 113,06
persen (ceteris paribus). Peningkatan populasi Indonesia dalam hal ini
menunjukkan kecenderungan produksi bawang merah untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri semakin besar.
Dugaan parameter dari variabel harga impor memiliki pengaruh negatif
(sesuai dengan hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,0000. Hal ini berarti bahwa variabel harga impor berpengaruh nyata (signifikan)
terhadap volume impor komoditas bawang merah
Indonesia. Kondisi ini
menunjukkan dengan adanya kenaikan harga impor komoditas bawang merah
sebesar satu persen akan menurunkan volume impornya sebesar 2,53 persen
(ceteris paribus).
Variabel jarak ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap volume impor
bawang merah Indonesia (tidak sesuai dengan hipotesis penelitian) dan
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel jarak ekonomi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap aliran impor
komoditas bawang merah Indonesia. Kondisi tersebut juga menggambarkan
bahwa dengan meningkatnya jarak ekonomi sebesar satu persen akan
meningkatkan volume impor bawang merah Indonesia sebesar 15,21 persen
(ceteris paribus). Ketidaksesuaian hasil estimasi output dengan hipotesis
penelitian disebabkan karena adanya komisi perdagangan dari suatu transaksi.
Adanya komisi transaksi yang diberikan kepada perantara (broker) akan
memengaruhi transaksi perdagangan internasional. Hal ini disebabkan, semakin
tinggi nilai perdagangannya maka semakin tinggi juga komisi transaksi yang
diterima oleh perantara (broker).
GDP riil negara asal impor bawang merah Indonesia memiliki pengaruh
positif terhadap volume impor bawang merah Indonesia (sesuai dengan hipotesis
penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini berarti
59
variabel GDP riil negara asal berpengaruh nyata terhadap volume impor bawang
merah Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya GDP riil
negara asal impor sebesar satu persen akan meningkatkan volume impor bawang
merah Indonesia sebesar 16,03 persen (ceteris paribus).
Sama halnya dengan GDP riil negara asal, variabel GDP riil Indonesia
memiliki pengaruh positif terhadap volume impor bawang merah (sesuai dengan
hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini
berarti variabel GDP riil Indonesia berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
volume impor bawang merah Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya GDP riil Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan volume
impor bawang merah Indonesia sebesar 22,28 persen (ceteris paribus).
Selanjutnya variabel nilai tukar pada estimasi hasil output memiliki
pengaruh positif terhadap volume impor komoditas bawang merah Indonesia
(sesuai dengan hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,4427. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata (tidak
signifikan) terhadap volume impor bawang merah Indonesia. Kondisi ini
menunjukkan bahwa nilai tukar tidak memengaruhi aliran perdagangan impor
komoditas bawang merah Indonesia.
Dari hasil estimasi (Tabel 5.1) terdapat Fixed Effect (Cross) yang
memperlihatkan pembeda dari setiap cross section (negara). Terlihat bahwa India
memiliki nilai pembeda paling tinggi. Hal ini berarti volume impor bawang merah
Indonesia dari India memiliki rata-rata perubahan paling tinggi, yaitu sebesar
15,60498. Sedangkan Netherlands memiliki efek yang paling kecil, sehingga
dapat dikatakan volume impor komoditas bawang merah Indonesia dari
Netherlands memiliki rata-rata perubahan paling kecil yaitu sebesar -28,80708.
5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Kentang
Indonesia
5.2.1 Pemilihan Kesesuaian Model
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji Chow diperoleh nilai
statistik sebesar 2,575815 dengan nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata
lima persen. Hal ini berarti sudah cukup bukti untuk tidak tolak H0, dimana H0
60
dalam uji Chow adalah model Pooled Least Squared. Pengujian dengan uji
Hausman tidak dapat dilakukan karena jumlah variabel yang diteliti lebih besar
dari jumlah cross section (negara)nya. Kondisi ini pada akhirnya menunjukkan
bahwa model estimasi terbaik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
aliran impor komoditas bawang merah Indonesia adalah dengan menggunakan
model pooled least squared. Dari tujuh variabel independen yang dianalisis,
dengan R-squared sebesar 86,20 persen, hanya terdapat satu variabel yang tidak
signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas.
Pengujian asumsi selanjutnya, yaitu uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi. Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan cross
- section SUR, sehingga asumsi adanya heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat
diabaikan.
5.2.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Model
Model estimasi terbaik yang digunakan untuk melakukan
analisis
terhadap faktor-faktor yang memengaruhi aliran impor komoditas kentang adalah
dengan menggunakan model pooled least squared dengan pembobotan crosssection SUR.
Tabel 5.3 Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia
Variabel
Koefisien
Std. Error
t-statistik
Prob.
LNPOPJ
0,587957
0,315190
1,865404
0,0713
LNPOPI
-174,1103
56,43556
-3,085117
0,0042
LNPM
-1,646935
0,424858
-3,876435
0,0005
LNJE
4,169129
0,487108
8,558943
0,0000
LNGDPJ
0.856034
0,449762
1,903306
0,0660
LNGDPI
46.39378
12,24298
3,789419
0,0006
LNER
-0.041100
0,164419
-0,249974
0,8042
C
2071.357
767,9340
2,697311
0,0111
Weighted Statistic
R-squared
0,862025
Sum squared resid
38,96356
Prob (Fstat)
0.000000
Durbin Watsonstat
2,126516
Unweighted Statistics
R-squared
0,693156
Sum squared resid
111,0123
Durbin Watsonstat
2,544835
Sumber: Lampiran 7
Catatan: Signifikan pada taraf nyata 10 persen
61
Berdasarkan uji-t dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
nyata terhadap volume impor kentang Indonesia adalah populasi negara asal
impor dan populasi Indonesia, harga impor, jarak ekonomi, GDP riil Indonesia,
dan GDP riil negara asal impornya. Berdasarkan hasil estimasi diketahui nilai
koefisisien determinasi (R-squared) yang diperoleh sebesar 86,20 persen
menunjukkan bahwa sebesar 86,20 persen keragaman impor bawang merah dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, sedangkan sisanya 13,80 persen
dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Pada hasil uji normalitas (Tabel
5.2) probabilitas Jarque Bera lebih besar dari pada taraf nyata yang digunakan
(0,385458 > 0,05). Berdasarkan hal tersebut maka residual dalam model ini dapat
dikatakan sudah menyebar normal.
Dalam uji kriteria statistik untuk pelanggaran multikolinearitas, model ini
juga disimpulkan tidak mengalami pelanggaran tersebut. Hal ini karena data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari data time series
dan cross-section, sehingga dapat mengurangi multikolinearitas. Selain itu dari
hasil estimasi, terlihat nilai R-squared yang cukup besar sedangkan variabel yang
tidak signifikan hanyalah nilai logaritma natural dari nilai tukar antara rupiah
dengan dolar Amerika Serikat.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia.
Model
Jarque-Bera
Probability
Aliran Impor Kentang
1,906646
0,385458
Sumber: Lampiran 8
Nilai Durbin Watsonstat dari hasil pengolahan data adalah sebesar 2,12. Hal
ini berarti nilai Durbin Watsonstat tersebut berada di antara 1,55-2,46, maka model
yang diestimasi telah terbebas dari autokorelasi. Sedangkan untuk masalah
heteroskedastisitas, dari hasil estimasi terlihat bahwa Sum Squared Resid pada
Weighted Statistics lebih kecil dari Sum Squared Resid pada Unweighted
Statistics. Hal ini berarti terdapat indikasi adanya masalah heteroskedastisitas
pada model. Namun, dengan menggunakan pembobotan Cross-Section SUR,
masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas dapat disimpulkan sudah teratasi.
Tabel 5.3 menunjukkan variabel populasi negara pengekspor memiliki
pengaruh positif terhadap volume impor kentang Indonesia (sesuai dengan
62
hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0713. Hal
tersebut berarti variabel populasi negara pengekspor berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap volume mpor komoditas kentang Indonesia. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi negara pengekspor sebesar
satu persen, akan meningkatkan volume impor kentang Indonesia sebesar 0,58
persen (ceteris paribus). Hal ini juga berarti untuk komoditas kentang,
peningkatan populasi negara pengekspor akan memengaruhi potensi pasarnya
menjadi lebih besar.
Berbeda dengan variabel populasi negara pengekspor, populasi Indonesia
memiliki pengaruh negatif (tidak sesuai dengan hipotesis penelitian) terhadap
volume impor komoditas kentang Indonesia dan menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,0042. Hal ini berarti variabel populasi Indonesia berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap volume impor komoditas kentang Indonesia. Tanda negatif
pada koefisien populasi kentang menunjukkan peningkatan populasi Indonesia
akan meningkatkan produksi kentang yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri.
Variabel harga impor memiliki pengaruh negatif terhadap volume impor
komoditas kentang Indonesia (sesuai dengan hipotesis penelitian) dan
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0005. Hal ini berarti variabel harga
impor berpengaruh nyata (signifikan) terhadap volume impor komoditas kentang
Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatnya harga
impor komoditas kentang sebesar satu persen, akan menurunkan volume impor
kentang Indonesia sebesar 1,64 persen (ceteris paribus).
Variabel jarak ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap volume impor
kentang Indonesia (tidak sesuai dengan hipotesis penelitian) dan menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,0000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jarak
ekonomi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap aliran impor komoditas kentang
Indonesia. Kondisi ini menunjukkan peningkatan satu persen jarak ekonomi akan
meningkatkan 4,16 persen volume impor komoditas kentang Indonesia.
Ketidaksesuaian hasil estimasi output dengan hipotesis penelitian disebabkan
kondisi yang sama dengan impor bawang merah yaitu adanya komisi perdagangan
dari suatu transaksi. Komisi perdagangan ini akan memperoleh keuntungan yang
63
semakin besar, jika nilai transaksi perdaganngan internasional mengalami
kenaikan.
GDP riil negara asal impor kentang Indonesia memiliki pengaruh positif
terhadap volume impor kentang Indonesia (sesuai dengan hipotesis penelitian)
dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0660. Hal ini berarti variabel GDP
riil negara asal berpengaruh nyata terhadap volume impor kentang Indonesia.
Koefisien GDP riil yang bertanda positif menunjukkan peningkatan satu persen
GDP riil negara asal akan meningkatkan volume impor kentang Indonesia sebesar
0,85 persen (ceteris paribus).
Sama halnya dengan GDP riil negara asal, variabel GDP riil Indonesia
memiliki pengaruh positif terhadap volume impor kentang (sesuai dengan
hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0006. Hal ini
berarti variabel GDP riil Indonesia berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
volume impor kentang Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya GDP riil Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan volume
impor kentang Indonesia sebesar 46,39 persen (ceteris paribus).
Setelah itu variabel nilai tukar pada estimasi hasil output memiliki
pengaruh negatif terhadap volume impor komoditas kentang Indonesia (tidak
sesuai dengan hipotesis penelitian) dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,8042. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata (tidak
signifikan) terhadap volume impor bawang merah Indonesia. Kondisi ini
menunjukkan bahwa nilai tukar bukan merupakan faktor yang dapat memengaruhi
aliran perdagangan impor komoditas kentang Indonesia.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Kecenderungan impor baik bawang merah maupun kentang mengalami
kenaikan selama Tahun 2001 hingga 2010. Kenaikan ini terjadi pada
volume dan nilai impor bawang merah dan kentang. Untuk komoditas
bawang merah, peningkatan volume dan nilai impor terjadi sejak Tahun
2002 hingga 2008 kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2009.
Namun, pada Tahun 2010 baik volume maupun nilai impor bawang merah
kembali mengalami kenaikan. Untuk komoditas kentang, baik volume dan
nilai impornya cenderung mengalami kenaikan sejak Tahun 2001 hingga
2010. Berbeda dengan bawang merah, baik volume maupun nilai impor
kentang mengalami peningkatan yang signifikan pada Tahun 2009.
Kemudian Tahun 2010, volume dan impor kentang juga mengalami
kenaikan dibanding Tahun sebelumnya.
2. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui faktor-faktor yang
signifikan memengaruhi volume impor komoditas bawang merah adalah
populasi negara pengekspor, populasi Indonesia, harga impor, jarak
ekonomi, GDP riil negara pengekspor, dan GDP riil Indonesia. Sedangkan
variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap volume impor bawang
merah Indonesia. Variabel yang berpengaruh positif terhadap volume
impor bawang merah Indonesia yaitu jarak ekonomi, GDP riil negara
pengekspor, GDP riil Indonesia, dan nilai tukar riil antara rupiah dengan
dollar Amerika Serikat sedangkan variabel yang berpengaruh negatif
terhadap volume impor yaitu populasi negara pengekspor, populasi
Indonesia, dan harga impor.
3. Pada komoditas kentang, faktor-faktor yang signifikan memengaruhi
volume impornya adalah populasi negara pengeskpor, populasi Indonesia,
harga impor, jarak ekonomi, GDP riil negara pengekspor, dan GDP riil
Indonesia. Sama halnya dengan komoditas bawang merah, variabel nilai
65
tukar tidak berpengaruh terhadap volume impor kentang Indonesia.
Adapun variabel yang berpengaruh positif terhadap volume impor kentang
Indonesia yaitu populasi negara pengekspor, jarak ekonomi, GDP riil
negara pengekspor dan GDP riil negara Indonesia sedangkan variabel
yang berpengaruh negatif yaitu populasi Indonesia, harga impor, dan nilai
tukar riil antara rupiah dengan dollar Amerika Serikat.
6.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
1. Dari hasil penelitian terlihat kecenderungan peningkatan volume dan nilai
impor bawang merah dan kentang Indonesia. Hal ini akan memengaruhi
harga bawang merah dan kentang domestik, oleh sebab itu dibutuhkan
regulasi yang tepat dalam mengatur impor bawang merah dan kentang ini.
Misalnya, dengan menutup pintu impor pada daerah sentra produksinya.
Hal ini dapat dilakukan oleh Kementerian Pertanian sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap pertanian Indonesia.
2. Pada hasil estimasi ouput diketahui variabel harga memengaruhi kedua
komoditas ini. Apabila harga produk impor lebih murah daripada harga
produk domestik maka masyarakat Indonesia secara umum akan membeli
produk impor. Oleh karena itu, agar dapat bersaing dengan produk impor,
bawang merah dan kentang domestik harus dapat menekan harga. Hal ini
dapat tercapai apabila petani dapat menekan biaya produksinya.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian bekerjasama dengan
lembaga-lembaga penelitian dapat berperan dalam penyediaan teknologi
produksi yang lebih baik, misalnya pemberian subsidi berupa bibit unggul.
3. Model ekonometrika dalam penelitian kali ini belum spesifik karena
adanya keterbatasan data. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan
adanya pengembangan model sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat.
Selain itu diharapkan juga adanya penambahan komoditas yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Md.M, Uddin, Md.G.S, Taufique, K.Md.R. 2009. Import Inflows of
Bangladesh : the Gravity Model Approach. International Journal of
Economics and Finance 1: 131-140.
Badan Pusat Statistika. 2011. Data Sosial Ekonomi 2011. Jakarta.
__________________. 2012. Total Produksi Sayuran Tahun 2001-2010.
http://bps.go.id. [3 Mei 2012].
Burhani,R. 2012. Kemendag Tunda Pemberlakuan Aturan Impor Hortikultura.
http://m.antarnews.com [1 Juli 2012].
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hady, H. 2001. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Halwani, R.H. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.
Kementerian Pertanian. 2011. Statistik Pertanian 2011. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Pertanian.
Lipsey, R.G, P.N. Courant, D.D. Purpis , P.O Steiner. 1995. Pengatar
Mikroekonomi. Alih
Bahasa: A. Jaka Wasana, Kirbrandoko dan
Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mankiw, N.G. 2003. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Alih Bahasa: Imam
Nurmawan. Jakarta: Erlangga.
Napitupulu, C. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Aliran Perdagangan Beras Intra-Asean. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Oktaviani, R, T. Novianti. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan
Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
Putong, I. 2002. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahayu, E, V.A. Berlian. 1994. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rubatzky, V.E, M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia : Prisip, Produksi dan Gizi .
Penerjemah : Ir. Catur Herison, Msc.Universitas Bengkulu. Bandung: ITB.
___________. 1998. Sayuran Dunia 2: Prinsip , Produksi dan Gizi. Edisi Kedua.
Penerjemah : Ir. Catur Herison, MSc. Universitas Bengkulu. Bandung: ITB.
67
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Ke-5 Jilid 1. Alih Bahasa: Haris
Munandar. Jakarta: Erlangga.
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisi Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, Kusrini. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: Andi.
Soelaksono, A. 2010. Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan
Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia .[Skripsi]. Bogor : IPB Press.
The World Bank. 2012. Data GDP (Current US$). http://data.worldbank.org. [23
April 2012].
_______________. 2012. Data Population. http://data.worldbank.org. [23 April
2012].
_______________. 2012. Consumer Price Index. http://data.worldbank.org. [23
April 2012].
Time and Date. 20 April 2012. Calculate Distance Between Two Location.
timeanddate.com.
United Nations Commodity Trade Statistic. Database. 2012. Data Query of
Import and Export. http://comtrade.un.org. [20 April 2012].
United Nation Conference on Trade and Development. Economic Trends. 2012.
Exchange Rates crossrates, annual, 1970-2010. http://unctadstat.unctad.org.
[24 April 2012].
Wibowo, S. 1987. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Yuliastuti. 2010. Analisis Aliran Perdagangan Ekspor Rumput Laut Indonesia
Periode 1999-2008. [Skripsi]. Bogor : IPB Press.
Yuniarti, D. 2007. Analisis Determinan Perdagangan Bilateral Indonesia
Pendekatan Gravity Model. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi
Negara Berkembang, 12: 99-109.
68
LAMPIRAN
Lampiran 1. Variabel-variabel dalam Model Faktor-faktor yang Memangaruhi Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah
Indonesia
Negara
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
India
India
India
India
India
India
India
India
India
India
Viet Nam
Viet Nam
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
LNVOL
16.50485503
15.68568464
14.66625191
15.64210131
16.10728877
17.5323459
18.22956629
18.14073492
17.22096975
17.16639469
15.19675745
12.58648316
13.69094684
12.42414335
12.93544809
15.45745942
15.54606125
16.53598051
16.17461218
17.36380422
15.3800032
14.78238033
LNGDPI
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
LNGDPJ
25.55466
25.60647
25.67543
25.73694
25.78196
25.83163
25.88085
25.90539
25.88181
25.95702
26.90574
26.94272
27.02311
27.10264
27.19174
27.28041
27.37405
27.4222
27.50934
27.59374
24.22948
24.29789
LNPOPJ
17.97281
17.98439
17.99558
18.00608
18.01569
18.02432
18.03202
18.03895
18.04535
18.05139
20.75522
20.77076
20.78568
20.79997
20.81364
20.82746
20.84086
20.85426
20.86767
20.88107
18.18015
18.19175
LNPOPI
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
LNPM
-1.2949
-1.2478
-1.16769
-1.23054
-1.29745
-0.92404
-0.8766
-0.86909
-0.80673
-0.663
-1.34996
-1.34135
-1.21366
-1.28253
-1.27648
-1.33368
-0.93897
-0.92934
-1.09112
-0.90486
-1.36152
-1.26591
LNER
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
LNJE
11.90449
11.87961
11.84585
11.82906
11.82639
11.81927
11.81124
11.806
11.82374
11.79444
11.32471
11.31466
11.26948
11.23467
11.18791
11.14181
11.08934
11.06049
10.96752
10.92902
13.4953
13.45382
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Viet Nam
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
China
China
China
China
China
China
China
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
15.78688055
16.01899329
16.58417032
16.27646906
14.13125517
17.1341347
16.32368938
16.74913176
15.3679016
14.87820962
14.38285412
14.89722284
14.85027387
15.5188462
15.39327409
16.27103852
15.67892504
15.70299542
14.5590471
13.87931037
14.3122833
14.5723032
15.24275251
14.37267191
15.71288631
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
24.36873
24.44374
24.52478
24.60386
24.68504
24.74623
24.7981
24.86373
25.26948
25.32199
25.37826
25.4439
25.49584
25.55269
25.61548
25.66243
25.64593
25.7154
27.89181
27.9789
28.07421
28.17043
28.27749
28.39705
28.52983
18.20338
18.21535
18.22702
18.23812
18.24896
18.2596
18.27014
18.28069
16.99209
17.01481
17.03679
17.05773
17.07746
17.09591
17.11324
17.12977
17.14591
17.16194
20.96374
20.97044
20.97667
20.98261
20.98849
20.99407
20.99929
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
-1.2469
-1.25457
-1.23599
-0.92825
-0.93578
-0.89987
-0.801
-0.83595
-1.40166
-1.39954
-1.35541
-1.27708
-1.12091
-1.08868
-0.97919
-0.6653
-0.60946
-0.47357
-1.31073
-1.30145
-1.56638
-1.28033
-1.23598
-1.05533
-0.95658
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
13.41819
13.38789
13.3492
13.31268
13.27268
13.23078
13.17308
13.15335
11.51381
11.48823
11.46717
11.44625
11.43665
11.42237
11.40076
11.3731
11.38376
11.3602
10.37912
10.31895
10.25885
10.20735
10.14264
10.06564
9.97404
70
China
China
China
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Philippiness
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
Netherlands
USA
USA
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
15.42705884
15.12162443
15.8266406
15.4624138
16.45771109
17.14168485
17.18138538
16.82292355
16.58179841
16.29002397
15.8827764
15.71250203
15.78388645
15.40348333
15.50993573
15.74691544
15.89063467
16.1118522
16.12598217
15.96453833
16.47737098
16.71588226
15.46171213
9.285726099
11.14738275
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
28.6215
28.70951
28.80845
25.14657
25.18238
25.23089
25.29572
25.34239
25.39349
25.45756
25.49825
25.50966
25.58321
26.69578
26.69654
26.69989
26.72201
26.74227
26.77565
26.8141
26.83198
26.79598
26.81273
29.93431
29.95242
21.00442
21.00948
21.01467
18.18451
18.20539
18.22581
18.24557
18.26457
18.28275
18.30024
18.31724
18.33407
18.35091
16.59098
16.59736
16.60208
16.60556
16.60789
16.6095
16.61168
16.61557
16.62071
16.62565
19.46829
19.47779
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
-1.03692
-0.98265
-0.83524
-1.35089
-1.27693
-1.19917
-1.22546
-1.23577
-0.94123
-0.93275
-0.91031
-0.8941
-0.83745
-1.29181
-1.28349
-1.27142
-1.24727
-1.1106
-1.02693
-0.96616
-0.95502
-0.96307
-0.82401
-0.62132
-1.18069
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.901671
9.807823
9.754789
12.49919
12.49031
12.47701
12.4569
12.45258
12.44403
12.42115
12.39975
12.3825
12.35486
12.35761
12.38378
12.41564
12.43824
12.46033
12.46951
12.47223
12.47365
12.50382
12.53297
9.483818
9.492637
71
USA
USA
USA
USA
USA
USA
USA
USA
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Keterangan: LNVOL
LNGDPI
LNGDPJ
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNER
LNJE
2.772588722
11.9101366
8.485702524
12.9773746
12.41323315
9.780359005
11.94769044
14.46368025
14.31797351
14.01741413
14.36616978
13.30522812
14.31418728
13.61125868
13.23602594
13.00066117
13.975624
13.71070878
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
25.86512527
25.90913713
25.95583338
26.00491754
26.06028196
26.11383175
26.1753503
26.23374847
26.27848888
26.33774655
29.97713
30.01236
30.04249
30.06888
30.08812
30.08791
30.05228
30.08184
26.77659
26.81488
26.84708
26.8878
26.91696
26.94731
26.98233
27.01993
27.03431
27.05663
19.48651
19.49584
19.50504
19.51459
19.52455
19.53377
19.54238
19.54902
16.78145
16.79366
16.806
16.81759
16.83079
16.84554
16.86348
16.88349
16.90436
16.92139
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
1.504077
-1.15885
-0.50876
-0.92969
-0.5398
1.160273
-0.4738
-0.67453
-1.11645
-0.99376
-0.88679
-0.6584
-1.04587
-0.63856
-0.37298
-0.3766
-0.7598
-0.65824
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.503132
9.51262
9.524836
9.541006
9.562955
9.582458
9.612248
9.628595
11.53264
11.52127
11.52429
11.52828
11.54147
11.55368
11.55984
11.54153
11.52132
11.54491
: Logaritma Natural Volume impor bawang merah Indonesia (HS070310)
: Logaritma Natural GDP Indonesia pada tahun t
: Logaritma Natural GDP negara asal impor pada tahun t
: Logaritma Natural Populasi negara asal impor pada tahun t
: Logaritma Natural Populasi Indonesia pada tahun t
: Logaritma Natural Harga Impor dari masing-masing negara asal
: Logaritma Natural Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
: Logaritma Natural Jarak Ekonomi antara negara Indonesia dengan negara asal impor
72
Lampiran 2. Variabel-variabel dalam Model Faktor-faktor yang Memangaruhi Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia
Negara
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
Australia
China
China
China
China
China
China
China
China
China
China
USA
USA
USA
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
LNVOL
14.49940103
14.3820123
13.68540187
13.9646665
15.27739419
14.76018659
13.84172786
14.18489519
15.84630058
16.12545451
10.40426284
12.89080956
13.26489886
13.60871637
9.786335568
12.82484643
14.24105538
12.68517538
14.56842552
14.40365938
11.23635477
9.091331585
9.990169709
LNPM
-1.206240579
-1.173781364
-0.867074907
-0.917712248
-0.789627147
-0.788125376
-0.714034712
-0.469212703
-0.460582659
-0.491192562
-1.149714214
-1.564153433
-1.35121267
-1.032187682
-1.547798638
-1.003157675
-0.815955321
-1.024286908
-0.948990678
-1.004520693
-0.985455036
0.022387748
-0.379175786
LNGDPI
25.86513
25.90914
25.95583
26.00492
26.06028
26.11383
26.17535
26.23375
26.27849
26.33775
25.86513
25.90914
25.95583
26.00492
26.06028
26.11383
26.17535
26.23375
26.27849
26.33775
25.86513
25.90914
25.95583
LNGDPJ
26.77659
26.81488
26.84708
26.8878
26.91696
26.94731
26.98233
27.01993
27.03431
27.05663
27.89181
27.9789
28.07421
28.17043
28.27749
28.39705
28.52983
28.6215
28.70951
28.80845
29.93431
29.95242
29.97713
LNPOPI
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
LNPOPJ
16.78145
16.79366
16.806
16.81759
16.83079
16.84554
16.86348
16.88349
16.90436
16.92139
20.96374
20.97044
20.97667
20.98261
20.98849
20.99407
20.99929
21.00442
21.00948
21.01467
19.46829
19.47779
19.48651
LNER
2.437315
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
LNJE
11.44228
11.43082
11.43227
11.43519
11.44687
11.45711
11.46049
11.44002
11.41536
11.43748
10.28876
10.2285
10.16683
10.11425
10.04804
9.969071
9.874691
9.800154
9.701862
9.647363
9.393459
9.402183
9.41111
73
USA
USA
USA
USA
USA
USA
USA
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
Singapura
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Keterangan: LNVOL
LNGDPI
LNGDPJ
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNER
LNJE
1.945910149
11.05885818
6.932447892
8.974491448
11.91201026
10.10106711
13.40740547
6.722629795
6.6147256
7.96241568
9.286189684
11.00522828
9.390492911
11.77884494
8.13710339
11.51784335
12.68862533
-0.559615788
-0.517498337
-0.063433441
-0.102986102
-0.497105647
0.216713138
-0.294409831
1.054743808
0.744105298
-1.650680871
-0.298742895
-0.720192695
0.024338123
-0.595660418
0.970650394
-0.168260686
0.125232667
26.00492
26.06028
26.11383
26.17535
26.23375
26.27849
26.33775
25.86513
25.90914
25.95583
26.00492
26.06028
26.11383
26.17535
26.23375
26.27849
26.33775
30.01236
30.04249
30.06888
30.08812
30.08791
30.05228
30.08184
25.27453
25.31605
25.36101
25.44936
25.52058
25.60404
25.68814
25.7029
25.69517
25.83033
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.19173
19.2047
19.21746
19.22986
19.2418
19.25324
19.26424
19.27489
19.28532
19.29561
19.49584
19.50504
19.51459
19.52455
19.53377
19.54238
19.54902
15.23572
15.24486
15.2301
15.24263
15.26614
15.29743
15.33909
15.3923
15.42247
15.44017
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.474127
9.280494
9.157044
9.164208
9.18037
9.031092
8.995112
8.998756
9.016997
8.848703
9.419521
9.43024
9.444436
9.463606
9.480942
9.506287
9.521169
11.13664
11.12196
11.11064
11.06594
11.03556
10.99269
10.94699
10.94936
10.9468
10.85609
: Logaritma Natural Volume impor kentang Indonesia (HS070190)
: Logaritma Natural GDP Indonesia pada tahun t
: Logaritma Natural GDP negara asal impor pada tahun t
: Logaritma Natural Populasi negara asal impor pada tahun t
: Logaritma Natural Populasi Indonesia pada tahun t
: Logaritma Natural Harga Impor dari masing-masing negara asal
: Logaritma Natural Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
: Logaritma Natural Jarak Ekonomi antara negara Indonesia dengan negara asal impor
74
75
Lampiran 3. Hasil Uji Chow Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
Cross-section F
Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
5.189656
40.081931
(8,74)
8
0.0000
0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LNVOL
Method: Panel Least Squares
Date: 05/21/12 Time: 09:29
Sample: 2001 2010
Periods included: 10
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 90
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNJE
LNGDPJ
LNGDPI
LNER
C
-0.029958
-71.09999
-3.141671
0.126450
-0.515923
22.32902
-0.636482
816.2816
0.098653
56.38014
0.340932
0.255729
0.174936
11.07568
2.208176
815.0212
-0.303664
-1.261082
-9.214955
0.494470
-2.949203
2.016040
-0.288239
1.001546
0.7622
0.2109
0.0000
0.6223
0.0042
0.0471
0.7739
0.3195
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.765628
0.745621
1.117786
102.4545
-133.5369
38.26729
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
14.90786
2.216244
3.145264
3.367469
3.234870
0.944770
76
Lampiran 4. Hasil Estimasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia dengan
Menggunakan Fixed Effect Model serta Pembobotan Cross
Section SUR
Dependent Variable: LNVOL
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 05/21/12 Time: 09:35
Sample: 2001 2010
Periods included: 10
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 90
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNJE
LNGDPJ
LNGDPI
LNER
C
-7.982748
-113.0607
-2.531801
15.21394
16.03484
22.28454
0.218203
1148.548
0.684535
8.670249
0.084126
1.197638
1.167134
1.496306
0.282733
112.0012
-11.66157
-13.04007
-30.09524
12.70328
13.73864
14.89304
0.771762
10.25478
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.4427
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.982584
0.979053
1.072729
278.3238
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
23.97407
108.6849
85.15533
2.174253
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.849338
65.86102
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
14.90786
1.389422
77
Lampiran 5. Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia
14
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2010
Observations 90
12
10
8
6
4
2
0
-2
-1
0
1
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-1.43e-15
0.040421
2.524770
-2.243938
0.978162
0.057955
2.440998
Jarque-Bera
Probability
1.222194
0.542755
78
Lampiran 6. Hasil Uji Chow Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Kentang Indonesia
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
Cross-section Chi-square
0.681720
2.725885
(3,29)
3
0.5704
0.4358
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LNVOL
Method: Panel Least Squares
Date: 05/21/12 Time: 14:18
Sample: 2001 2010
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNJE
LNGDPJ
LNGDPI
LNER
C
0.675175
-206.4537
-1.539497
4.146674
0.723888
53.15927
-0.070178
2519.922
0.316453
124.5745
0.679775
0.882523
0.410008
26.98294
0.312887
1695.673
2.133573
-1.657271
-2.264717
4.698661
1.765545
1.970107
-0.224292
1.486090
0.0406
0.1072
0.0304
0.0000
0.0870
0.0575
0.8240
0.1470
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.695944
0.629432
1.854080
110.0036
-76.99022
10.46339
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
11.62499
3.045750
4.249511
4.587287
4.371640
2.559232
79
Lampiran 7. Hasil Estimasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Impor Kentang Indonesia dengan Menggunakan Pooled Least
Square serta Pembobotan Cross Section SUR
Dependent Variable: LNVOL
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 05/21/12 Time: 14:18
Sample: 2001 2010
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOPJ
LNPOPI
LNPM
LNJE
LNGDPJ
LNGDPI
LNER
C
0.587957
-174.1103
-1.646935
4.169129
0.856034
46.39378
-0.041100
2071.357
0.315190
56.43556
0.424858
0.487108
0.449762
12.24298
0.164419
767.9340
1.865404
-3.085117
-3.876435
8.558943
1.903306
3.789419
-0.249974
2.697311
0.0713
0.0042
0.0005
0.0000
0.0660
0.0006
0.8042
0.0111
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.862025
0.831843
1.103454
28.56079
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
15.41206
2.997794
38.96356
2.126516
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.693156
111.0123
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
11.62499
2.544835
80
Lampiran 8. Uji Normalitas Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Impor Kentang Indonesia
7
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2010
Observations 40
6
5
4
3
2
1
0
-2
-1
0
1
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.012668
0.252653
1.714071
-2.346258
0.999450
-0.466070
2.475497
Jarque-Bera
Probability
1.906646
0.385458
Download