BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini penyakit infeksi masih menjadi permasalahan utama yang menyebabkan banyak kerugian ekonomi dan kesehatan secara global. Salah satu penyebab utama penyakit infeksi adalah bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut data Global Health Statistic dari WHO (2012) pada tahun 2011 sekitar 12,5% kematian manusia global disebabkan oleh penyakit infeksi, yang meliputi infeksi pernafasan, diarrhoreal diseases, HIV/AIDS, tuberkolosis dan malaria. Penyakit infeksi mampu dengan mudah menular sehingga perkembangan penyakit ini sangat cepat dan besar jumlahnya. Laporan lain menyebutkan selama tahun 1940-2004 telah muncul 335 kasus EID (Emerging Infection Diseases) yaitu munculnya jenis penyakit infeksi baru yang membahayakan dimana 54,3% diantaranya disebabkan oleh infeksi dari bakteri (Jones dkk., 2008). Beberapa jenis bakteri patogen yang berbahaya dan sering menyebabkan infeksi pada manusia seperti Staphylococus aureus, Escherichia coli dan P. aeruginosa. Pelzcar dan Chan (1986) menyebutkan bahwa bakteri E. coli dapat menginfeksi saluran pencernaan manusia sebagai penyebab gejala penyakit diare, sedangkan S. aureus merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi pada jaringan luar seperti kulit. Pada umumnya upaya penanganan penyakit infeksi saat ini digunakan suatu zat antibakteri/antibiotik yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Namun pemakaian antibiotik yang berlebihan dan tidak sesuai dapat menimbulkan resistensi antibiotik pada bakteri. Data WHO (2014) dalam Antimicrobial Resistance Global Report on Surveilance menyebutkan beberapa jenis bakteri telah mengalami kasus resistensi terhadap antibiotik. Bakteri E. coli dan beberapa spesies Shigella dilaporkan telah mengalami resistensi antibiotik fluoroquinolon dan cephalosporin serta S. aureus pada antibiotik metisilin yang terjadi pada lebih dari 80 negara di dunia. Artinya 1 2 antibiotik yang dipakai menjadi tidak ampuh lagi dan bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Kumala dkk. (2007) juga melaporkan jenis bakteri S. aureus dan E. coli telah mengalami resistensi terhadap antibiotik seperti metisilin dan eritromisin. Hasil penelitian lain dari Fan dkk. (2002) juga melaporkan bahwa bakteri S. aureus telah resisten terhadap antibiotik triklosan. Resistensi terjadi akibat bakteri memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap efek antibiotik disekitarnya. Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus hingga pada kondisi tertentu bakteri mampu mengurangi efektifitas dari suatu antibiotik dan menjadi kebal. Hal ini menyebabkan pengobatan penyakit infeksi dapat mengalami kegagalan. Melihat permasalahan tersebut maka diperlukan pengembangan dan kajian lebih lanjut terhadap senyawa baru sebagai kandidat antibakteri yang lebih baik. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Tanaman Vanili (Vanilla planifolia) yang merupakan sebagian kecil kekayaan alam Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil utama tanaman vanili adalah bagian buahnya yang mengandung vanilin. Namun mahalnya harga vanilin alami yang mencapai USD 9-11 per kg menyebabkan muncul alternatif penggunaan sumber bahan lain yaitu senyawa vanilin sintetik, dimana secara struktur kimia tidak memiliki perbedaan dengan vanilin alami hasil isolasi. Vanilin sintetik dapat dibuat dari minyak daun cengkeh, guaiakol, safrol, glukosida koniferin, dan lignin (Rinarsih, 1998). Mudahnya pembuatan vanilin sintetik menyebabkan harga lebih murah dan keberadaaanya lebih melimpah daripada vanilin alami. Dengan melakukan modifikasi kimia terhadap vanilin sintetik diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomisnya, salah satunya dengan pemanfaatan vanilin sebagai bahan dasar sintesis antibakteri. Vanilin diketahui memiliki gugus fungsi aldehida, hidroksi dan metoksi, sehingga tidak menutup kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan senyawa pirazolina. Pirazolina merupakan senyawa heterosiklik cincin lima yang mengandung dua atom nitrogen yang berikatan rangkap dua endosiklik dimana senyawa pirazolina tersebut memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Levai, 1997). Beberapa 3 penelitian telah melaporkan bahwa senyawa turunan pirazolina memiliki potensial lain senyawa farmakologi yang aktif sebagai antidepresan, antifungi, antituberkular, antiinflamasi, antikanker, antiamoeba dan antibakteri. (Rahman dkk., 2010). Pirazolina dapat dikembangkan lebih luas sebagai antibakteri dengan melakukan modifikasi pada turunan senyawanya. Gupta dkk. (2010) melakukan sintesis turunan pirazolina menggunakan substituen gugus halogen dan dilaporkan aktif dan dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli. Palaska dkk. (2001) juga telah mensintesis turunan pirazolina dengan substituen gugus klor dan metoksi yang aktif sebagai antibakteri. Pada dasarnya senyawa antibakteri yang baik adalah yang mengandung gugus halogen, hidroksi dan nitro. Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis turunan senyawa pirazolina baru dengan melalukan modifikasi penambahan substituen gugus bromo dan kloro didalamnya menggunakan bahan awal vanilin yang ditambahkan gugus bromo dengan 4-kloroasetofenon untuk membentuk senyawa bromokloro kalkon. Selanjutnya senyawa bromokloro kalkon direaksikan lebih lanjut dengan fenilhidrazin untuk membentuk senyawa pirazolina yang memiliki gugus substituen bromo, kloro, metoksi dan hidroksi. Diharapkan senyawa baru turunan pirazolina ini mampu memiliki aktivitas yang baik sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif seperti S. aureus, B. cereus, B. substillis dan bakteri Gram Negatif seperti E. coli dan S. flexnerri. I.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan reaksi brominasi senyawa vanilin, 2. Melakukan sintesis senyawa kalkon dari bromovanilin dengan 4kloroasetofenon, 3. Melakukan sintesis turunan pirazolina antara bromo kloro kalkon dengan fenilhidrazina, 4 4. Melakukan uji aktifitas antibakteri terhadap senyawa pirazolina hasil sintesis secara in vitro. I.3 Manfaat Penelitian Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan nilai guna dari bahan vanilin sintetik dimana keberadaannya cukup banyak dengan harga yang lebih murah. 2. Memperoleh turunan senyawa pirazolina baru dari vanilin yang dapat digunakan sebagai kandidat senyawa aktif antibakteri. 3. Memberikan kontribusi terhadap bidang kesehatan khususnya perlindungan kesehatan makhluk hidup dan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum.