1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),
pemerintah daerah harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Menurut Yuliani, dkk (2010)
mengatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah mengatur semua aspek teknis
mencakup bidang peraturan, kelembagaan, sistem informasi keuangan daerah dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah adalah dengan menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi
karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah yang diatur dalam peraturan
pemerintah nomor 71 tahun 2010 yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan
dapat dipahami.
Menurut UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, menyatakan
bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan
berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Dalam
menghasilkan laporan keuangan
daerah
yang
berkualitas
dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memahami dan kompeten dalam
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Menurut Nasaruddin (dalam Ihsanti, 2014)
sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan suatu instansi atau
perusahaan karena sumber daya manusia pada suatu instansi memiliki nilai yang
tinggi disebabkan oleh kemampuan pengetahuan dan keterampilan. Sejalan
dengan penelitian tersebut Wati, dkk. (2014) mengatakan bahwa keberhasilan
suatu entitas dipengaruhi oleh kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya.
Dengan adanya sumber daya manusia yang kompeten maka laporan keuangan
yang disusun dapat diselesaikan dan disajikan tepat waktu (Mardiasmo,2002:146).
Sumber daya manusia perlu menerapkan sistem akuntansi keuangan
daerah (SAKD) untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang
berkualitas. Menurut Permendagri Nomor 59 Tahun 2011 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan
pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
Ihsanti (2014) menegaskan bahwa penyusunan laporan keuangan daerah
yang berpedoman pada SAKD ini sesungguhnya adalah dalam rangka
peningkatan kualitas laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang
dimaksud mampu meningkatkan kredibilitasnya dan pada gilirannya akan dapat
mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Selain itu,
Sistem akuntansi sebagai sistem informasi merupakan subjek terjadinya kesalahan
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja (Riasetiawan). Oleh karena itu
sistem akuntansi memerlukan pengendalian intern atau dengan kata lain sistem
akuntansi berkaitan erat dengan pengendalian intern organisasi (Mahmudi, 2007).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengatakan bahwa
sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut
Herawati (2014) peran sistem pengendalian intern adalah untuk meningkatkan
kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.
Secara umum, pemenuhan kompetensi sumber daya manusia yang baik,
sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern akuntansi yang
benar akan mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD) yang dihasilkan, setiap tahunnya mendapat
penilaian berupa opini dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). Ketika BPK
memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) terhadap laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD), artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan
suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar
dan berkualitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Dalam penelitian ini penulis tertarik dengan fenomena yang dihadapi
Provinsi DKI Jakarta mengenai hasil audit BPK tentang kualitas laporan keuangan
daerah pada Provinsi DKI Jakarta. Pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) pernah diberikan oleh BPK pada laporan keuangan Pemprov DKI pada
tahun 2011 dan 2012. Pada masa pemerintahan Fauzi Bowo, Pemprov DKI
meraih opini BPK dengan predikat WTP-Dengan Paragraf Penjelas. Opini ini
merupakan opini tertinggi yang diraih oleh Pemprov DKI. Menurut Kepala BPK
Provinsi DKI Jakarta Blucer Rajaguguk, Pemprov DKI sudah selesai melakukan
sensus aset fasilitas umum dan fasilitas sosial yang diserahkan pihak ketiga, serta
manajemen keuangan pemerintah daerah sudah baik sehingga opini yang
diberikan BPK pun WTP (Kompas.com, 2012).
Meskipun pencapaian opini tertinggi telah didapatkan Pemprov DKI,
namun di tahun 2013 terjadi penurunan opini atas laporan keuangan Pemprov DKI
Jakarta menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Penurunan pencapaian opini
BPK tersebut menurut anggota V BPK RI Agung Firman Sampurna, terlihat dari
melemahnya sistem pengendalian internal, meningkatnya pelanggaran kepatuhan
yang bersifat material apalagi berdampak pada nilai aset yang disajikan, serta
kurangnya komitmen Pemprov DKI atas akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah melalui APBD DKI 2013 (Kompas.com, 2014).
Kemudian pada tahun 2014, Pemprov DKI kembali mendapatkan opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan
bahwa terdapat 70 temuan senilai Rp 2,16 triliun, yang terdiri atas temuan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
berindikasi kerugian daerah senilai Rp 442,37 milyar, potensi kerugian daerah
senilai Rp 1,71 triliun, kekurangan penerimaan daerah senilai Rp 3,23 milyar,
administrasi senilai Rp 469,51 juta dan pemborosan senilai Rp 3,04 miliar
(Kompas.com, 2015). Banyaknya aset yang hilang sebagai akibat dari perjanjian
kerja sama dengan pihak ketiga yang memberatkan Pemprov DKI Jakarta, serta
pencatatan
realisasi
belanja
operasional
yang
tidak
didukung
bukti
pertanggungjawaban yang lengkap menjadi penyebab Pemprov DKI Jakarta
memperoleh opini WDP.
Opini wajar dengan pengecualian yang diperoleh pemprov DKI Jakarta
pada tahun 2013 dan 2014, menunjukkan bahwa masih lemahnya pengendalian
dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat dikatakan
bahwa kualitas laporan keuangan Pemprov DKI Jakarta belum memenuhi standar
akuntansi pemerintah.
Beberapa penelitian yang terkait dengan kualitas laporan keuangan
pemerintah
daerah
diantaranya
dilakukan
oleh
Nurillah
(2014)
yang
mengemukakan bahwa kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan sistem
pengendalian intern baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Dari hasil tersebut dapat
diartikan bahwa jika kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan sistem
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
pengendalian intern semakin baik maka akan menyebabkan semakin baik pula
kualitas laporan keuangan daerah.
Lebih lanjut, Devi Roviyantie (2011) dan Andini (2015) membuktikan
bahwa kompetensi sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Kemudian Wati (2014) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintah
dan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan daerah.
Penelitian ini mengkombinasikan variabel-variabel bebas penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Roviyantie (2011), Yensi (2014) dan Wati
(2014). Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Roviyantie dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia
dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keungan (Survei pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tasikmalaya)”.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penambahan variabel pengendalian
intern akuntansi dan letak lokasi penelitian yang berbeda. Penelitian ini juga
merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Andini dan Yusrawati (2015)
dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah (Pada SKPD Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan)”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penambahan variabel pengendalian
intern akuntansi dan letak lokasi penelitian yang berbeda.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut,
maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah dan variabel yang mempengaruhinya tersebut dengan judul
“Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas , maka permasalahan yang
dikemukakan pada penelitian ini adalah :
1. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan daerah ?
2. Apakah Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan daerah ?
3. Apakah Sistem Pengendalian Intern Akuntansi berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan daerah ?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengkaji secara empiris pengaruh kompetensi sumber daya
manusia terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
b. Untuk mengkaji secara empiris pengaruh penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
c. Untuk mengkaji secara empiris pengaruh pengendalian intern akuntansi
terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
2. Kontribusi Penelitian
a. Kontribusi Praktik
Memberikan pengetahuan mengenai kompetensi sumber daya
manusia,
penerapan
sistem
akuntansi
keuangan
daerah,
sistem
pengendalian intern akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat lebih
berkualitas sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
b. Kontribusi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan
konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam
rangkaa mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan
kemajuan dunia pendidian khususnya di bidang akuntansi sektor publik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download