BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Struktur Modal Berbagai macam teori mengenai struktur modal sudah ada sejak lama dan muncul dari berbagai sudut pandang yang berbeda, pada penelitian ini penulis akan memaparkan dua teori yang cukup umum serta dari sudut pandang yang berbeda pula, sehingga dapat mewakilkan dari dua sudut pandang tersebut mengenai kestrukturan modal dalam sebuah perusahaan. Berikut teori-teori yang berkaitan secara langsung dengan struktur modal: a. Pecking Order Theory Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Maljuf dalam Pecking Order Theory (POT). Ada 2 alasan mengapa teori ini disebut dengan pecking order, yaitu: 1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan yang berupa laba ditahan). 2) Perusahaan akan berusaha untuk menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang nantinya 12 13 akan dihadapi, dan berusaha untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar. Walapun teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan lebih menyukai pendanaan secara internal bukan berarti perusahaan tidak akan melakukan kegiatan pendanaan secara eksternal, karena sebuah perusahaan pasti akan memiliki kewajiban yang mana dalam hal ini adalah hutang. Pecking Order Theory adalah sebuah kehirarkian pendanaan yang dimulai dari menggunakan pendanaan secara internal dengan menggunakan laba ditahan kemudian diikuti dengan menggunakan pendanaan hutang dan akhirnya pendanaan eksternal modal, hal tersebut menunjukan bahwa ketika manajer hendak melakukan pendanaan sebuah proyek atau investasi baru maka pertama kali mereka akan menggunakan laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan, namun jika pendanaan dari internal tadi tidak mencukupi maka manajer akan melakukan pendanaan eksternal melalui pasar hutang. Sedangkan pilihan yang terakhir adalah dengan cara menerbitkan saham baru (Gitman dan Zutter, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pecking order theory merupakan teori yang lebih mengutamakan modal sendiri dalam pengelolaan pendanaannya, dengan begitu akan sedikit sekali kemungkinan perusahaan untuk mengandalkan modal asing (pendanaan eksternal) jika pendanaan internalnya mencukupi sehingga dapat 14 menciptakan proporsi struktur modal yang lebih kuat dengan tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang cenderung melakukan pendanaan dari modal eksternal. b. Modigliani-Miller Model Teori mengenai struktur modal modern bermula di tahun 1958 dimana Franco Modigliani dan Merton Miller mengatakan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak, maka pendekatan dari Modigliani-Miller Model ini harus memasukan unsur pajak, karena tanpa adanya pajak dalam asumsi pasar yang sempurna dapat dikatakan struktur modal menjadi tidak relavan. Setelah memasukan unsur pajak barulah kestrukturan modal menjadi relavan karena perusahaan yang menggunakan hutang dalam struktur modalnya akan mendapatkan penghematan pajak. Penghematan pajak ini didapatkan karena Penghasilan Kena Pajak (PKP) akan berkurang akibat penggunaan hutang sehingga jumlah pajak yang harus dibayar lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki hutang. Hasilnya pendekatan ini akan membawa kita pada kesimpulan bahwa semakin banyak penggunaan hutang pada struktur modal maka akan semakin besar pula penghematan yang akan diraih nantinya dari kecilnya jumlah yang akan dibayarkan dan membuat nilai perusahaan akan semakin baik pula. Akan tetapi nilai perusahaan justru akan menjadi tidak 15 maksimal jika perusahaan menggunakan hutang dengan porsi penuh yakni sebesar 100% dalam modalnya. Pada model ini dapat kita simpulkan bahwa perusahaan akan cenderung lebih memilih pendanaan secara eksternal melalui berhutang karena dirasa akan lebih menghemat pengeluaran dari penghematan pajak yang dapat meningkatkan nilai perusahaan, namun harus tetap dalam proporsi yang baik agar nilai perusahaan tetap terjaga dengan baik. Banyak yang mengatakan semakin tinggi hutang sebuah perusahaan maka itu menjadi sebuah sinyal bahwa perusahaan tersebut cukup baik karena dapat mempercayai kreditor baik dengan cara kinerjanya dan juga aset-aset bernilai tinggi yang dapat menjadi jaminan hutang. 2. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja sebuah perusahaan dimana dana yang diperoleh dengan menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari 2 sumber utama, yakni dapat berasal dari dalam dan luar perusahaan (Ahmad dan Herni, 2010) Struktur modal yaitu pembelanjaan tetap dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dengan modal sendiri. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur finansialnya (Bambang, 2010). 16 Adapun perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Struktur Modal = Total Hutang Modal Sendiri Semakin rendah hasil dari rumus tersebut berarti menunjukan bahwa semakin kecil risiko yang ditanggung perusahaan dan sebaliknya, semakin tinggi hasil perhitungannya maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang ditanggung perusahaan tersebut, karena hasil perhitungan tersebut menunjukan bagaimana kekuatan struktur modal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dimana perbandingan yang diambil adalah antara modal dan total hutang, jika hutang lebih besar proporsinya dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan maka akan menunjukan hasil yang tinggi dan dapat memungkinkan sebuah perusahaan mengalami kegagalan membayar hutang (default). Struktur modal harus diatur sebaik mungkin komposisinya sesuai dengan kemampuan perusahaan sehingga dapat tercapai struktur modal optimal yang dapat menambah nilai perusahaan dengan baik dan menjaga stabilitas keuangan serta keberlangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan tadi dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan perbandingan atau berupa perimbangan antara hutang dengan modal sendiri yang dapat menggambarkan sebuah perusahaan dalam hal pengelolaan struktur modalnya. 17 3. Pengertian Modal Menurut Rudianto (2012) modal adalah kontribusi pemilik pada perusahaan sekaligus menunjukan hak pemilik atas perusahaan tersebut. Dengan demikian modal sangat erat kaitannya dengan kepemilikan penanam modal atas perusahaan yang ditanami modal sesuai dengan kontribusi yang diberikan penanam modal kepada perusahaan tersebut. Menurut Elfrida (2015) Pengertian modal secara mendasar adalah modal sendiri yang merupakan kelebihan nilai aset diatas hutang-hutang atau kewajibankewajiban yang dimiliki oleh sebuah perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman. Kebutuhan modal ini merupakan hal yang sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Oleh karena hal tersebut perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai macam sumber dan memiliki jenis yang berbeda-beda pula. Menurut Bambang (2010:240) sumber modal dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Sumber Internal (Modal Sendiri) Modal sendiri merupakan modal yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri atau bisa juga modal yang dihasilkan ataupun dibentuk sendiri didalam perusahaan tersebut. 18 Bambang (2010:240) menyatakan bahwa modal sendiri dalam suatu perusahaan Perseroan Terbatas, meliputi: 1) Modal Saham (Stock Capital) Saham merupakan surat bukti penyertaan atau bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Ada 2 jenis saham, yakni: a) Saham Biasa (Commond Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti investor membeli prospek usaha dan siap menanggung segala risiko sebesar dana atau presentase kepemilikan yang ditanamkan. b) Saham Preferen (Preferred Stock) Sahan Preferen merupakan suatu bentuk modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. 2) Saham Kumulatif Preferen (Cummulative Preferred Stock) Saham kumulatif preferen adalah saham prioritas yang dividennya setiap tahun harus dibayarkan kepada pihak pemegang saham jenis ini, apabila dalam satu tahun dividen tersebut tidak 19 dibayarkan maka pada tahun-tahun selanjutnya dividen yang belum dibayarkan tadi harus dilunasi terlebih dahulu ditambah dengan deviden tahun berjalan, barulah mengadakan pengumuman serta pembagian dividen untuk saham biasa. 3) Cadangan (Reserve) Cadangan dalam hal ini adalah cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu lampau atau bisa juga dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri antara lain adalah Cadangan Ekspansi, Cadangan Modal Kerja, Cadangan Selisih Kurs, dan Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (Cadangan Umum). 4) Laba Ditahan (Retained Earnings) Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai dividen. Besar kecilnya laba ditahan ini tidak hanya tergantung pada besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan setiap tahunnya, tetapi juga bergantung pada besarnya dividen yang dibagikan kepada pihak pemegang saham. b. Sumber Eksternal (Modal Asing) Modal asing atau hutang menurut Bambang (2010:227) adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang bersifat sementara dan bagi 20 perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya nanti harus dibayar kembali. Bambang (2010:227) mengklasifikasikan modal asing menjadi 3, yakni: 1) Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt) Hutang jangka pendek adalah modal yang jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Adapun jenisjenis hutang jangka pendek meliputi kredit rekening Koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel. 2) Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt) Hutang jnagka menengah adalah hutang yang jangka waktunya lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Adapun jenis-jenis hutang jangka menengah disini umumnya ada 3, yaitu term loan, equiptment loan, dan leasing. 3) Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun, pinjaman hutang jangka panjang meliputi: 21 a) Pinjaman berjangka Pinjaman berjangka adalah pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau untuk membeli mesin dan peralatan. b) Penerbitan obligasi Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi ini dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang didanai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. Obligasi juga merupakan hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi tersebut sudah ditentukan pula nilai nominal, bunga pertahun serta jangka waktu pelunasan untuk obligasi tersebut. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal mengingat kondisi kenyataan dalam sebuah bisnis banyak terjadi permasalahan yang berbeda-beda, sehingga kondisi yang berbeda-beda pada setiap perusahaan ini menimbulkan faktor penentu bagaimana kestrukturan modal yang ada pada masing-masing perusahaan. 22 Dalam Penelitian ini hanya membahas tiga faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal sesuai dengan variabel-variabel independen yang digunakan untuk mengkaji apakah ketiga faktor tersebut benar-benar telah mempengaruhi struktur modal khususnya pada perusahaan-perusahaan manufaktur untuk sektor logam dan sejenisnya dan sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. a. Ukuran Perusahaan Menurut Endang (2009) ukuran perusahaan merupakan sebuah ukuran (size) atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat ditunjukan dengan cara natural logaritma dari total aset. Dengan begitu dapat dirumuskan sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Ln (Total Asset) Perusahaan-perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber modal yang lebih baik sehingga semakin kecil adanya kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan dan akan lebih mampu dalam memenuhi setiap kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, hal inilah yang dapat membuat perusahaan-perusahaan besar cenderung akan memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang berskala kecil. Sebab itulah perusahaan kecil akan cenderung menggunakan modal sendiri karena tidak mempunyai aset yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penjamin hutang. 23 Ukuran perusahaan juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat atau menentukan besar kecilnya sebuah perusahaan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa gambaran yang tercipta pada besar kecilnya perusahaan juga dapat dilhat dari total penjualan, total aset, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aset perusahaan tersebut. b. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan merupakan total penjualan dari tahun ke tahun yang mana tentunya sebuah perusahaan akan memiliki total penjualan yang akan berbeda disetiap tahunnya. Untuk melihat pertumbuhan penjualan satu periode kita perlu membandingkannya dengan periode sebelumnya untuk dijadikan tolak ukur, pertama dengan menghitung selisih penjualan dari periode berjalan dikurangi dengan penjualan periode sebelumnya kemudian dibagi dengan penjualan periode sebelumnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Pertumbuhan Penjualan = Total Penjualan Periode t - Total Penjualan periode t-1 Total Penjualan Peiode t-1 Pertumbuhan penjualan ditunjukan dengan pencapaian tingkat penjulan yang dihasilkan, pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan sebagai pertumbuhan penjualan (growth on sales) yaitu kenaikan jumlah dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu (Panca, Kertati, dan Hanar 2011). 24 Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang baik akan memiliki angka produktifitas yang harus dipenuhi setiap tahunnya dan umumnya angka produktifitas yang harus dipenuhi akan terus meningkat setiap tahunnya, ditambah dengan adanya kecenderungan memiliki keinginan untuk melakukan pemekaran karena dirasa usahanya cukup diminati dengan melihat pertumbuhan penjualan mereka yang tumbuh stabil setiap tahunnya. Dengan adanya keharusan pemenuhan angka produktifitas serta keinginan pemekeran usaha inilah yang membuat perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah besar dalam waktu dekat. Disamping itu pertumbuhan penjualan yang baik tadi dapat membuat pendapatan bergerak stabil dan membuat perusahaan optimis serta merasa nyaman jika menggunakan hutang dalam kata lain tidak khawatir terhadap biaya yang timbul dari hutang karena memiliki pertumbuhan penjualan yang baik, sehingga perusahaan akan memiliki hutang yang relatif tinggi untuk memenuhi rencananya tersebut. c. Profitabilitas Menurut Linda dan Aan (2013) Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dalam suatu periode, hal ini sejalan dengan pecking order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu dibanding dengan pendanaan eksternal. 25 Profitabilitas atau Tingkat pengembalian yang sangat tinggi dapat memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2009). Dalam peneltian ini penulis menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM) yang mana rasio ini dapat menunjukan rasio profitabilitas yang bersih dikarenakan menggunakan keuntungan bersih setelah pajak dan penjualan bersih sebagai perhitungan dengan membaginya secara langsung yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih Fungsi manajemen keuangan dalam kaitannya dengan profitabilitas akan membuat seorang manajer keuangan perlu membuat keputusan yang cermat agar tidak terjebak masalah keuangan karena terlalu yakin dengan profitabilitas yang dimiliki perusahaan, karena akan ada banyak kemungkinan yang terjadi dimasa mendatang. Beberapa fungsi spesifik yang berkaitan dengan profitabilitas yaitu (Hampton, 2009): a) Pengaturan Biaya. Posisi manajer keuangan adalah memonitor dan mengukur jumlah uang yang dikeluarkan dan dianggarkan oleh perusahaan. Ketika terjadi kenaikan biaya, manajer dapat membuat rekomendasi dikendalikan. yang diperlukan agar dapat 26 b) Penentuan Harga. Manajer keuangan dapat mensuplai informasi mengenai harga, perubahan biaya, serta profit margin yang diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan sukses. c) Memproyeksi Keuntungan. Manajer keuangan bertanggung jawab untuk mendapatkan dan menganalisis data relavan dan membuat proyeksi keuntungan perusahaan, untuk dapat memperkirakan keuntungan dari penjualan di masa yang akan datang perusahaan perlu mempertimbangkan biaya saat ini serta kemungkinan kenaikan biaya dan perubahaan kemampuan perusahaan untuk menjual barang pada harga yang telah ditetapkan. d) Mengukur Keuntungan yang Disyaratkan. Keuntungan yang disyaratkan harus diperkirakan dari proposal sebelum diterima. Kadang dikenal juga sebagai biaya modal. B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Endang pada tahun 2009 dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur”. Pada penelitian tersebut Endang menggunakan 6 variabel independen, yakni ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva, dan profitabilitas serta variabel dependen struktur modal yang 27 menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, risiko bisnis dan tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Pada tahun 2010 Joni dan Lina juga melakukan sebuah penelitian yang sama dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal”. Variabel independen yang digunakan adalan profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, risiko bisnis, dividen, dan struktur aktiva dan struktur modal sebagai variabel dependennya yang menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, ukuran perusahaan, risiko bisnis dan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, serta profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Masih pada tahun yang sama, Farah dan Aditya meniliti ditahun 2010 dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan variabel independen size, tangibility, profitability, liquidity, growth, non-debt tax shield, age and investment dengan variabel dependen yang masih sama yakni struktur modal mengahasilkan kesimpulan bahwa size, tangibility, profitability, liquidity, growth, dan age berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan non-debt tax shield dan investment tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Pada tahun 2011 Seftianne dan Ratih meneliti hal yang sama dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor 28 manufaktur”. Dengan menggunakan variabel independen berupa profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, growth, opportunity, kepemilikan manajerial, struktur aktiva dengan struktur modal sebagai variabel dependennya menghasilkan kesimpulan bahwa opportunity dan ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal, sedangkan profitabilitas, tingkat likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. Masih pada tahun yang sama yakni, 2011 Panca, Kertati, dan Hanar melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.” Dengan variabel independen pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aktiva, dan operating leverage, dan masih menggunakan variabel dependen yang sama yakni struktur modal yang menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan operating leverage berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Dari uraian yang telah dipaparkan diatas mengenai beberapa jurnal dari penelitian-penelitian terdahulu yang dipilih penulis selama 5 tahun terakhir untuk menjaga kemutakhiran penelitian, serta terkait dengan penelitian ini secara langsung dengan melihat variabel-variabel yang digunakan para peneliti terdahulu, maka dapat diringkas penelitian-penelitian terdahulu tersebut kedalam tabel sebagai berikut: 29 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Peneliti (Tahun) Endang (2009) Juidul Penelitian Variabel Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur Independen: Ukuran perusahaan, Risiko Bisnis, Tingkat Pertumbuhan, Struktur Aktiva, Profitabilitas. Dependen: Struktur Modal 2 Joni dan Lina (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Independen: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko Bisnis, Dividen, Struktur Aktiva Dependen: Struktur Modal 3 Farah dan Aditya (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia Independen: Size, Tangibility, Profitability, Liquidity, Growth, Non-debt Tax Shield, Age, Investment Dependen: Struktur Modal 4 Seftianne dan Ratih (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur Independen: Profitabilitas, Tingkat Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Growth, Opportunity, Kepemilikan Manajerial, Struktur Aktiva Dependen: Struktur Modal 5 Panca, Kertati, dan Hanar (2011) Analisis factor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia. Independen: Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Operating Leverage Dependen: Struktur Modal Sumber: Dari beberapa jurnal Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis dan Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal, sedangkan Struktur Aktiva dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal. Pertumbuhan Aktiva dan Struktur Aktiva memiliki pengaruh positif terhadap Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Risiko bisnis dan Dividen tidak memiliki pengaruh terhadap Struktur Modal, serta Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap Struktur Modal Size, Tangibility, Profitability, Liquidity, Growth, dan Age berpengaruh terhadap Struktur Modal, sedangkan Non-debt Tax Shield dan Investment tidak memiliki pengaruh terhadap Struktur Modal Opportunity dan Ukuran Perusahaan mempengaruhi Struktur Modal, sedangkan Profitabilitas, Tingkat Likuiditas, Risiko Bisnis, Kepemilikan Manajerial dan Struktur Aktiva tidak mempengaruhi Struktur Modal Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas dan Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal, sedangkan Struktur Aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Struktur Modal 30 C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian dimulai dengan meneliti bagaimana struktur modal perusahaanperusahaan manufaktur pada sektor logam dan sejenisnya dan sektor rokok yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014, kemudian struktur modal tersebut akan diuji dengan analisis regresi linier berganda untuk menguji apakah faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Sekaligus merumuskan hipotesis pada masing-masing faktor yang mana hipotesis diterima jika benar dan sebaliknya hipotesis akan ditolak jika tidak benar. 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Secara teoritis ukuran perusahaan seharusnya akan berpengaruh terhadap struktur modal sebuah perusahaan, karena ukuran perusahaan yang besar akan membuat perusahaan lebih leluasa dalam mendapatkan hutang karena memiliki aset yang cukup memadai untuk dijadikan sebagai jaminan. Akhirnya proporsi pendanaan secara eksternal akan lebih dominan dalam struktur modal dibandingkan dengan pendanaan secara internal. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. Ha1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Struktur Modal 31 2. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang stabil dan cenderung membaik harus bisa memenuhi angka produktifitas pada periode selanjutnya dan dilansir akan memiliki niat untuk melakukan pemekaran usaha dalam waktu dekat, sehingga untuk memenuhi kedua hal tersebut perusahaan akan membutuhkan dana yang besar. Dengan demikian perusahaan akan membuat kebijakan mendanai usahanya dari pendanaan secara eksternal yang mengakibatkan proporsi hutang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan pendanaan internal dalam struktur modal. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh terhadap Struktur Modal 3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin baik pula keadaan keuangan sebuah perusahaan dengan begitu perusahaan akan lebih nyaman dengan pendanaan secara internal dibandingkan dengan pendanaan eksternal karena dirasa akan memberatkan dan mengurangi pendapatan perusahaan karena harus membagi-bagi lagi keuntungan yang diperolehnya. Sehingga perusahaan yang memiliki profitablitas yang baik akan memiliki proporsi pendanaan internal yang lebih tinggi 32 dibandingkan dengan pendanaan eksternalnya. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha3 : Profitabilitas (NPM) berpengaruh terhadap Struktur Modal Melihat beberapa faktor yang dipilih dalam penelitian ini maka dapat digambarkan kerangka model penelitian sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian UKURAN PERUSAHAAN PERTUMBUHAN PENJUALAN PROFITABILITAS Ha1 Ha2 STRUKTUR MODAL Ha3 Sumber: Diolah oleh peneliti Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel utama, yaitu variabel dependen dan variabel independen, adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah Struktur Modal sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, dan Profitabilitas (NPM) sebagai faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada perusahaan manufaktur.