BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Struktur Modal
Berbagai macam teori mengenai struktur modal sudah ada sejak lama dan
muncul dari berbagai sudut pandang yang berbeda, pada penelitian ini penulis
akan memaparkan dua teori yang cukup umum serta dari sudut pandang yang
berbeda pula, sehingga dapat mewakilkan dari dua sudut pandang tersebut
mengenai kestrukturan modal dalam sebuah perusahaan.
Berikut teori-teori yang berkaitan secara langsung dengan struktur modal:
a. Pecking Order Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Maljuf dalam Pecking
Order Theory (POT). Ada 2 alasan mengapa teori ini disebut dengan
pecking order, yaitu:
1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (pendanaan dari
hasil operasi perusahaan yang berupa laba ditahan).
2) Perusahaan
akan
berusaha
untuk
menyesuaikan
rasio
pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang nantinya
12
13
akan dihadapi, dan berusaha untuk tidak melakukan perubahan
pembayaran dividen yang terlalu besar.
Walapun teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan lebih
menyukai pendanaan secara internal bukan berarti perusahaan tidak akan
melakukan
kegiatan
pendanaan
secara
eksternal,
karena
sebuah
perusahaan pasti akan memiliki kewajiban yang mana dalam hal ini adalah
hutang.
Pecking Order Theory adalah sebuah kehirarkian pendanaan yang
dimulai
dari
menggunakan
pendanaan
secara
internal
dengan
menggunakan laba ditahan kemudian diikuti dengan menggunakan
pendanaan hutang dan akhirnya pendanaan eksternal modal, hal tersebut
menunjukan bahwa ketika manajer hendak melakukan pendanaan sebuah
proyek atau investasi baru maka pertama kali mereka akan menggunakan
laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan, namun jika pendanaan dari
internal tadi tidak mencukupi maka manajer akan melakukan pendanaan
eksternal melalui pasar hutang. Sedangkan pilihan yang terakhir adalah
dengan cara menerbitkan saham baru (Gitman dan Zutter, 2012).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pecking order theory
merupakan teori yang lebih mengutamakan modal sendiri dalam
pengelolaan
pendanaannya,
dengan
begitu
akan
sedikit
sekali
kemungkinan perusahaan untuk mengandalkan modal asing (pendanaan
eksternal) jika pendanaan internalnya mencukupi sehingga dapat
14
menciptakan proporsi struktur modal yang lebih kuat dengan tingkat risiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang cenderung
melakukan pendanaan dari modal eksternal.
b. Modigliani-Miller Model
Teori mengenai struktur modal modern bermula di tahun 1958
dimana Franco Modigliani dan Merton Miller mengatakan bahwa dengan
menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih
banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak, maka
pendekatan dari Modigliani-Miller Model ini harus memasukan unsur
pajak, karena tanpa adanya pajak dalam asumsi pasar yang sempurna dapat
dikatakan struktur modal menjadi tidak relavan. Setelah memasukan unsur
pajak barulah kestrukturan modal menjadi relavan karena perusahaan yang
menggunakan hutang dalam struktur modalnya akan mendapatkan
penghematan pajak. Penghematan pajak ini didapatkan karena Penghasilan
Kena Pajak (PKP) akan berkurang akibat penggunaan hutang sehingga
jumlah pajak yang harus dibayar lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak memiliki hutang.
Hasilnya pendekatan ini akan membawa kita pada kesimpulan
bahwa semakin banyak penggunaan hutang pada struktur modal maka
akan semakin besar pula penghematan yang akan diraih nantinya dari
kecilnya jumlah yang akan dibayarkan dan membuat nilai perusahaan akan
semakin baik pula. Akan tetapi nilai perusahaan justru akan menjadi tidak
15
maksimal jika perusahaan menggunakan hutang dengan porsi penuh yakni
sebesar 100% dalam modalnya.
Pada model ini dapat kita simpulkan bahwa perusahaan akan
cenderung lebih memilih pendanaan secara eksternal melalui berhutang
karena dirasa akan lebih menghemat pengeluaran dari penghematan pajak
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan, namun harus tetap dalam
proporsi yang baik agar nilai perusahaan tetap terjaga dengan baik. Banyak
yang mengatakan semakin tinggi hutang sebuah perusahaan maka itu
menjadi sebuah sinyal bahwa perusahaan tersebut cukup baik karena dapat
mempercayai kreditor baik dengan cara kinerjanya dan juga aset-aset
bernilai tinggi yang dapat menjadi jaminan hutang.
2. Pengertian Struktur Modal
Struktur Modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja sebuah perusahaan dimana dana yang diperoleh dengan menggunakan
kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri
dari 2 sumber utama, yakni dapat berasal dari dalam dan luar perusahaan (Ahmad
dan Herni, 2010)
Struktur modal yaitu
pembelanjaan tetap dimana mencerminkan
perimbangan antara hutang dengan modal sendiri. Dengan demikian maka
struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur finansialnya
(Bambang, 2010).
16
Adapun perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Struktur Modal =
Total Hutang
Modal Sendiri
Semakin rendah hasil dari rumus tersebut berarti menunjukan bahwa
semakin kecil risiko yang ditanggung perusahaan dan sebaliknya, semakin tinggi
hasil perhitungannya maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang ditanggung
perusahaan tersebut, karena hasil perhitungan tersebut menunjukan bagaimana
kekuatan struktur modal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dimana
perbandingan yang diambil adalah antara modal dan total hutang, jika hutang
lebih besar proporsinya dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan
maka akan menunjukan hasil yang tinggi dan dapat memungkinkan sebuah
perusahaan mengalami kegagalan membayar hutang (default).
Struktur modal harus diatur sebaik mungkin komposisinya sesuai dengan
kemampuan perusahaan sehingga dapat tercapai struktur modal optimal yang
dapat menambah nilai perusahaan dengan baik dan menjaga stabilitas keuangan
serta keberlangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dari pengertian-pengertian
yang telah dipaparkan tadi dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan
perbandingan atau berupa perimbangan antara hutang dengan modal sendiri yang
dapat menggambarkan sebuah perusahaan dalam hal pengelolaan struktur
modalnya.
17
3. Pengertian Modal
Menurut Rudianto (2012) modal adalah kontribusi pemilik pada
perusahaan sekaligus menunjukan hak pemilik atas perusahaan tersebut. Dengan
demikian modal sangat erat kaitannya dengan kepemilikan penanam modal atas
perusahaan yang ditanami modal sesuai dengan kontribusi yang diberikan
penanam modal kepada perusahaan tersebut.
Menurut Elfrida (2015) Pengertian modal secara mendasar adalah modal
sendiri yang merupakan kelebihan nilai aset diatas hutang-hutang atau kewajibankewajiban yang dimiliki oleh sebuah perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman.
Kebutuhan modal ini merupakan hal yang sangat penting dalam membangun dan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Oleh
karena hal tersebut perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang
dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal
tersebut dapat dipenuhi dari berbagai macam sumber dan memiliki jenis yang
berbeda-beda pula.
Menurut Bambang (2010:240) sumber modal dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Sumber Internal (Modal Sendiri)
Modal sendiri merupakan modal yang bersumber dari dalam
perusahaan itu sendiri atau bisa juga modal yang dihasilkan ataupun
dibentuk sendiri didalam perusahaan tersebut.
18
Bambang (2010:240) menyatakan bahwa modal sendiri dalam
suatu perusahaan Perseroan Terbatas, meliputi:
1) Modal Saham (Stock Capital)
Saham merupakan surat bukti penyertaan atau bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Ada 2
jenis saham, yakni:
a) Saham Biasa (Commond Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen jangka
panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki
saham ini berarti investor membeli prospek usaha dan siap
menanggung segala risiko sebesar dana atau presentase
kepemilikan yang ditanamkan.
b) Saham Preferen (Preferred Stock)
Sahan Preferen merupakan suatu bentuk modal
jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal
sendiri dengan hutang jangka panjang.
2) Saham Kumulatif Preferen (Cummulative Preferred Stock)
Saham kumulatif preferen adalah saham prioritas yang
dividennya setiap tahun harus dibayarkan kepada pihak pemegang
saham jenis ini, apabila dalam satu tahun dividen tersebut tidak
19
dibayarkan maka pada tahun-tahun selanjutnya dividen yang belum
dibayarkan tadi harus dilunasi terlebih dahulu ditambah dengan
deviden tahun berjalan, barulah mengadakan pengumuman serta
pembagian dividen untuk saham biasa.
3) Cadangan (Reserve)
Cadangan dalam hal ini adalah cadangan yang dibentuk
dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu
lampau atau bisa juga dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk
modal sendiri antara lain adalah Cadangan Ekspansi, Cadangan
Modal Kerja, Cadangan Selisih Kurs, dan Cadangan untuk
menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga
sebelumnya (Cadangan Umum).
4) Laba Ditahan (Retained Earnings)
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak
dibayarkan sebagai dividen. Besar kecilnya laba ditahan ini tidak
hanya tergantung pada besarnya laba yang diperoleh sebuah
perusahaan setiap tahunnya, tetapi juga bergantung pada besarnya
dividen yang dibagikan kepada pihak pemegang saham.
b. Sumber Eksternal (Modal Asing)
Modal asing atau hutang menurut Bambang (2010:227) adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang bersifat sementara dan bagi
20
perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang
pada saatnya nanti harus dibayar kembali.
Bambang (2010:227) mengklasifikasikan modal asing menjadi 3,
yakni:
1) Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)
Hutang jangka pendek adalah modal yang jangka waktunya
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Adapun jenisjenis hutang jangka pendek meliputi kredit rekening Koran, kredit
dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
2) Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)
Hutang jnagka menengah adalah hutang yang jangka
waktunya lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Adapun
jenis-jenis hutang jangka menengah disini umumnya ada 3, yaitu
term loan, equiptment loan, dan leasing.
3) Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka
waktunya lebih dari 10 tahun, pinjaman hutang jangka panjang
meliputi:
21
a) Pinjaman berjangka
Pinjaman berjangka adalah pinjaman yang digunakan
untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk
melunasi hutang lain, atau untuk membeli mesin dan
peralatan.
b) Penerbitan obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan
bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.
Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi ini dapat
diambil dari penyusutan aktiva tetap yang didanai dengan
pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. Obligasi
juga merupakan hutang yang diperoleh melalui penjualan
surat-surat obligasi, dalam surat obligasi tersebut sudah
ditentukan pula nilai nominal, bunga pertahun serta jangka
waktu pelunasan untuk obligasi tersebut.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal
mengingat kondisi kenyataan dalam sebuah bisnis banyak terjadi permasalahan
yang berbeda-beda, sehingga kondisi yang berbeda-beda pada setiap perusahaan
ini menimbulkan faktor penentu bagaimana kestrukturan modal yang ada pada
masing-masing perusahaan.
22
Dalam Penelitian ini hanya membahas tiga faktor yang dapat
mempengaruhi struktur modal sesuai dengan variabel-variabel independen yang
digunakan untuk mengkaji apakah ketiga faktor tersebut benar-benar telah
mempengaruhi
struktur
modal
khususnya
pada
perusahaan-perusahaan
manufaktur untuk sektor logam dan sejenisnya dan sektor rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.
a. Ukuran Perusahaan
Menurut Endang (2009) ukuran perusahaan merupakan sebuah
ukuran (size) atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat
ditunjukan dengan cara natural logaritma dari total aset. Dengan begitu
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan
=
Ln (Total Asset)
Perusahaan-perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber
modal yang lebih baik sehingga semakin kecil adanya kemungkinan untuk
mengalami kebangkrutan dan akan lebih mampu dalam memenuhi setiap
kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, hal inilah yang dapat
membuat perusahaan-perusahaan besar cenderung akan memiliki hutang
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang
berskala
kecil.
Sebab
itulah
perusahaan
kecil
akan
cenderung
menggunakan modal sendiri karena tidak mempunyai aset yang cukup
besar untuk dijadikan sebagai penjamin hutang.
23
Ukuran perusahaan juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
melihat atau menentukan besar kecilnya sebuah perusahaan, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa gambaran yang tercipta pada besar kecilnya
perusahaan juga dapat dilhat dari total penjualan, total aset, rata-rata
tingkat penjualan dan rata-rata total aset perusahaan tersebut.
b. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan merupakan total penjualan dari tahun ke
tahun yang mana tentunya sebuah perusahaan akan memiliki total
penjualan yang akan berbeda disetiap tahunnya. Untuk melihat
pertumbuhan penjualan satu periode kita perlu membandingkannya dengan
periode sebelumnya untuk dijadikan tolak ukur, pertama dengan
menghitung selisih penjualan dari periode berjalan dikurangi dengan
penjualan periode sebelumnya kemudian dibagi dengan penjualan periode
sebelumnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan
Penjualan
=
Total Penjualan Periode t - Total Penjualan periode t-1
Total Penjualan Peiode t-1
Pertumbuhan penjualan ditunjukan dengan pencapaian tingkat
penjulan yang dihasilkan, pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan
sebagai pertumbuhan penjualan (growth on sales) yaitu kenaikan jumlah
dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu (Panca, Kertati, dan Hanar
2011).
24
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang baik akan
memiliki angka produktifitas yang harus dipenuhi setiap tahunnya dan
umumnya angka produktifitas yang harus dipenuhi akan terus meningkat
setiap tahunnya, ditambah dengan adanya kecenderungan memiliki
keinginan untuk melakukan pemekaran karena dirasa usahanya cukup
diminati dengan melihat pertumbuhan penjualan mereka yang tumbuh
stabil setiap tahunnya. Dengan adanya keharusan pemenuhan angka
produktifitas serta keinginan pemekeran usaha inilah yang membuat
perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah besar dalam waktu dekat.
Disamping itu pertumbuhan penjualan yang baik tadi dapat membuat
pendapatan bergerak stabil dan membuat perusahaan optimis serta merasa
nyaman jika menggunakan hutang dalam kata lain tidak khawatir terhadap
biaya yang timbul dari hutang karena memiliki pertumbuhan penjualan
yang baik, sehingga perusahaan akan memiliki hutang yang relatif tinggi
untuk memenuhi rencananya tersebut.
c. Profitabilitas
Menurut Linda dan Aan (2013) Profitabilitas merupakan
kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat
penjualan tertentu dalam suatu periode, hal ini sejalan dengan pecking
order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal
terlebih dahulu dibanding dengan pendanaan eksternal.
25
Profitabilitas atau Tingkat pengembalian yang sangat tinggi dapat
memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan
Houston, 2009).
Dalam peneltian ini penulis menggunakan rasio Net Profit Margin
(NPM) yang mana rasio ini dapat menunjukan rasio profitabilitas yang
bersih dikarenakan menggunakan keuntungan bersih setelah pajak dan
penjualan bersih sebagai perhitungan dengan membaginya secara langsung
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Profit Margin
=
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih
Fungsi manajemen keuangan dalam kaitannya dengan profitabilitas
akan membuat seorang manajer keuangan perlu membuat keputusan yang
cermat agar tidak terjebak masalah keuangan karena terlalu yakin dengan
profitabilitas yang dimiliki perusahaan, karena akan ada banyak
kemungkinan yang terjadi dimasa mendatang. Beberapa fungsi spesifik
yang berkaitan dengan profitabilitas yaitu (Hampton, 2009):
a) Pengaturan Biaya. Posisi manajer keuangan adalah memonitor
dan mengukur jumlah uang yang dikeluarkan dan dianggarkan
oleh perusahaan. Ketika terjadi kenaikan biaya, manajer dapat
membuat
rekomendasi
dikendalikan.
yang
diperlukan
agar
dapat
26
b) Penentuan
Harga.
Manajer
keuangan
dapat
mensuplai
informasi mengenai harga, perubahan biaya, serta profit margin
yang diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan
sukses.
c) Memproyeksi Keuntungan. Manajer keuangan bertanggung
jawab untuk mendapatkan dan menganalisis data relavan dan
membuat proyeksi keuntungan perusahaan, untuk dapat
memperkirakan keuntungan dari penjualan di masa yang akan
datang perusahaan perlu mempertimbangkan biaya saat ini
serta kemungkinan kenaikan biaya dan perubahaan kemampuan
perusahaan untuk menjual barang pada harga yang telah
ditetapkan.
d) Mengukur Keuntungan yang Disyaratkan. Keuntungan yang
disyaratkan harus diperkirakan dari proposal sebelum diterima.
Kadang dikenal juga sebagai biaya modal.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Endang pada tahun 2009
dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
manufaktur”. Pada penelitian tersebut Endang menggunakan 6 variabel
independen, yakni ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur
aktiva, dan profitabilitas serta variabel dependen struktur modal yang
27
menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, risiko bisnis dan tingkat
pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan struktur
aktiva dan profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal.
Pada tahun 2010 Joni dan Lina juga melakukan sebuah penelitian yang
sama dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal”. Variabel
independen
yang
digunakan
adalan
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan aktiva, risiko bisnis, dividen, dan struktur aktiva dan struktur modal
sebagai
variabel
dependennya
yang
menghasilkan
kesimpulan
bahwa
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap
struktur modal, ukuran perusahaan, risiko bisnis dan dividen tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal, serta profitabilitas memiliki pengaruh negatif
terhadap struktur modal.
Masih pada tahun yang sama, Farah dan Aditya meniliti ditahun 2010
dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri
manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan variabel
independen size, tangibility, profitability, liquidity, growth, non-debt tax shield,
age and investment dengan variabel dependen yang masih sama yakni struktur
modal mengahasilkan kesimpulan bahwa size, tangibility, profitability, liquidity,
growth, dan age berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan non-debt tax
shield dan investment tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Pada tahun 2011 Seftianne dan Ratih meneliti hal yang sama dengan judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor
28
manufaktur”. Dengan menggunakan variabel independen berupa profitabilitas,
tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, growth, opportunity,
kepemilikan manajerial, struktur aktiva dengan struktur modal sebagai variabel
dependennya
menghasilkan
kesimpulan bahwa
opportunity dan
ukuran
perusahaan mempengaruhi struktur modal, sedangkan profitabilitas, tingkat
likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak
mempengaruhi struktur modal.
Masih pada tahun yang sama yakni, 2011 Panca, Kertati, dan Hanar
melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek
Indonesia.” Dengan variabel independen pertumbuhan penjualan, profitabilitas,
struktur aktiva, dan operating leverage, dan masih menggunakan variabel
dependen yang sama yakni struktur modal yang menghasilkan kesimpulan bahwa
pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan operating leverage berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur modal.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas mengenai beberapa jurnal dari
penelitian-penelitian terdahulu yang dipilih penulis selama 5 tahun terakhir untuk
menjaga kemutakhiran penelitian, serta terkait dengan penelitian ini secara
langsung dengan melihat variabel-variabel yang digunakan para peneliti
terdahulu, maka dapat diringkas penelitian-penelitian terdahulu tersebut kedalam
tabel sebagai berikut:
29
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
1
Peneliti
(Tahun)
Endang
(2009)
Juidul Penelitian
Variabel Penelitian
Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan
manufaktur
Independen:
Ukuran perusahaan,
Risiko Bisnis, Tingkat
Pertumbuhan, Struktur
Aktiva, Profitabilitas.
Dependen:
Struktur Modal
2
Joni dan Lina
(2010)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur
modal
Independen:
Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan,
Pertumbuhan Aktiva,
Risiko Bisnis, Dividen,
Struktur Aktiva
Dependen:
Struktur Modal
3
Farah dan
Aditya
(2010)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur
modal pada industri
manufaktur di Bursa Efek
Indonesia
Independen:
Size, Tangibility,
Profitability, Liquidity,
Growth, Non-debt Tax
Shield, Age, Investment
Dependen:
Struktur Modal
4
Seftianne dan
Ratih
(2011)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan
publik sektor manufaktur
Independen:
Profitabilitas, Tingkat
Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Risiko
Bisnis, Growth,
Opportunity,
Kepemilikan Manajerial,
Struktur Aktiva
Dependen:
Struktur Modal
5
Panca,
Kertati, dan
Hanar
(2011)
Analisis factor-faktor yang
mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan
manufaktur yang go public
di Bursa Efek Indonesia.
Independen:
Pertumbuhan Penjualan,
Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Operating
Leverage
Dependen:
Struktur Modal
Sumber: Dari beberapa jurnal
Hasil Penelitian
Ukuran Perusahaan,
Risiko Bisnis dan
Tingkat Pertumbuhan
tidak berpengaruh
terhadap Struktur
Modal, sedangkan
Struktur Aktiva dan
Profitabilitas
berpengaruh terhadap
Struktur Modal.
Pertumbuhan Aktiva dan
Struktur Aktiva
memiliki pengaruh
positif terhadap Struktur
Modal, Ukuran
Perusahaan, Risiko
bisnis dan Dividen tidak
memiliki pengaruh
terhadap Struktur
Modal, serta
Profitabilitas memiliki
pengaruh negatif
terhadap Struktur Modal
Size, Tangibility,
Profitability, Liquidity,
Growth, dan Age
berpengaruh terhadap
Struktur Modal,
sedangkan Non-debt Tax
Shield dan Investment
tidak memiliki pengaruh
terhadap Struktur Modal
Opportunity dan Ukuran
Perusahaan
mempengaruhi Struktur
Modal, sedangkan
Profitabilitas, Tingkat
Likuiditas, Risiko
Bisnis, Kepemilikan
Manajerial dan Struktur
Aktiva tidak
mempengaruhi Struktur
Modal
Pertumbuhan Penjualan,
Profitabilitas dan
Operating Leverage
berpengaruh signifikan
terhadap Struktur
Modal, sedangkan
Struktur Aktiva tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Struktur Modal
30
C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Penelitian dimulai dengan meneliti bagaimana struktur modal perusahaanperusahaan manufaktur pada sektor logam dan sejenisnya dan sektor rokok yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014, kemudian
struktur modal tersebut akan diuji dengan analisis regresi linier berganda untuk
menguji apakah faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan
profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Sekaligus merumuskan
hipotesis pada masing-masing faktor yang mana hipotesis diterima jika benar dan
sebaliknya hipotesis akan ditolak jika tidak benar.
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Secara teoritis ukuran perusahaan seharusnya akan berpengaruh
terhadap struktur modal sebuah perusahaan, karena ukuran perusahaan
yang
besar
akan membuat
perusahaan
lebih
leluasa
dalam
mendapatkan hutang karena memiliki aset yang cukup memadai untuk
dijadikan sebagai jaminan. Akhirnya proporsi pendanaan secara
eksternal akan lebih dominan dalam struktur modal dibandingkan
dengan pendanaan secara internal. Maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
Ha1
: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Struktur
Modal
31
2. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang stabil
dan cenderung membaik harus bisa memenuhi angka produktifitas
pada periode selanjutnya dan dilansir akan memiliki niat untuk
melakukan pemekaran usaha dalam waktu dekat, sehingga untuk
memenuhi kedua hal tersebut perusahaan akan membutuhkan dana
yang besar. Dengan demikian perusahaan akan membuat kebijakan
mendanai
usahanya
dari
pendanaan
secara
eksternal
yang
mengakibatkan proporsi hutang menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan pendanaan internal dalam struktur modal. Maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha2
: Pertumbuhan Penjualan berpengaruh terhadap
Struktur Modal
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin baik pula
keadaan keuangan sebuah perusahaan dengan begitu perusahaan akan
lebih nyaman dengan pendanaan secara internal dibandingkan dengan
pendanaan eksternal karena dirasa akan memberatkan dan mengurangi
pendapatan perusahaan karena harus membagi-bagi lagi keuntungan
yang diperolehnya. Sehingga perusahaan yang memiliki profitablitas
yang baik akan memiliki proporsi pendanaan internal yang lebih tinggi
32
dibandingkan dengan pendanaan eksternalnya. Maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha3
:
Profitabilitas
(NPM)
berpengaruh
terhadap
Struktur Modal
Melihat beberapa faktor yang dipilih dalam penelitian ini maka dapat
digambarkan kerangka model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Penelitian
UKURAN PERUSAHAAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN
PROFITABILITAS
Ha1
Ha2
STRUKTUR MODAL
Ha3
Sumber: Diolah oleh peneliti
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel utama, yaitu variabel
dependen dan variabel independen, adapun variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Struktur Modal sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, dan Profitabilitas (NPM) sebagai
faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada perusahaan manufaktur.
Download