production of vegetable breeder seed from generative

advertisement
No. 007, April 2015
(Tanggal diunggah 15 April 2015)
Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati
Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi
Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) SNI ISO 9001 : 2008 DALAM
KEGIATAN PRODUKSI BENIH DI UPBS BALITSA
Oleh : Gungun Wiguna
Kelti Pemuliaan Perbenihan dan Plasma Nutfah
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl. Tangkuban Parahu No. 517 Lembang, Bandung Barat
Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian peningkatan
produktivitas pertanian. Benih bermutu berperan penting bila tersedia tepat jenis, jumlah,
waktu, tempat, harga dan berkesinambungan. Petani sering menghadapi kendala ketersediaan
benih bermutu dengan harga terjangkau dan berkesinambungan. Umumnya petani merasa
bahwa benih bermutu tergolong mahal dan tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Hal ini
mengakibatkan petani menggunakan benih dari hasil panennya dengan tingkat kemurnian
tidak terjamin.
Unit Pengelola Benih Sumber Balai Penelitian Tanaman Sayuran (UPBS Balitsa)
merupakan unit yang menyediakan benih sayuran bermutu secara berkesinambungan dan
memiliki tanggung jawab serta wewenang untuk memproduksi benih dasar dan benih
penjenis dari varietas-varietas sayuran yang telah dilepas atau diidaftarkan. Sampai dengan
saat ini UPBS Balitsa telah memproduksi 20 varietas unggul kentang dalam bentuk planlet
dan umbi mini, umbi dari 11 varietas unggul bawang merah, dan benih dari 33 varietas
unggul sayuran lainnya.
Hingga saat ini mutu memegang peranan sangat penting, dikarenakan tingkat kepuasan
pelanggan sangat bergantung pada mutu produk atau jasa yang dihasilkan. UPBS Balitsa
telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dalam menjalankan organisasi. Dimana
suatu organisasi menerapkan SMM adalah untuk meningkatkan daya saing melalui fokus
pada kepuasan pelanggan, keterlibatan seluruh karyawan serta perbaikan secara
berkesinambungan atas mutu produk, pelayanan, personil, proses dan lingkungan organisasi.
UPBS Balitsa telah mendapatkan sertifikat SMM pada bulan Oktober 2013 sesuai
dengan standar SNI ISO 9001:2008 yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) dan terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN).
ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur sistem manajemen mutu
(Quality Management System) dan sering disebut sebagai ISO 9001: QMS. Adapun 2008
menunjukkan tahun revisi. Dengan demikian ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu
hasil revisi pada tahun 2008. Sistem tersebut merupakan revisi terbaru yang diterbitkan pada
bulan Desember tahun 2008 (Utami & Basista, 2011).
Manfaat Penerapan SMM
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap jaminan mutu, suatu organisasi
pelayanan publik seperti UPBS dituntut untuk selalu menghasilkan produk dan pelayanan
berkualitas. Suatu produk atau jasa dapat dikatakan bermutu, jika produk tersebut mampu
memenuhi kebutuhan atau sesuai dengan keinginan pengguna.
Melalui penerapan SMM dalam pengelolaan suatu organisasi diharapkan produk dan
jasa pelayanan yang dihasilkan bermutu tinggi. SMM merupakan suatu kegiatan
terkoordinasi untuk mengendalikan serta mengarahkan suatu organisasi berhubungan dengan
mutu. Di dalam SMM, struktur, tugas, tanggung jawab karyawan dan manajemen, serta
prosedur-prosedur yang dipersyaratkan untuk mewujudkan mutu produk atau jasa
didokumentasikan, diimplementasikan dan dievaluasi dengan baik.
Dalam Susilawati (2005) dinyatakan bahwa penerapan SMM pada suatu organisasi
dapat meningkatkan kesadaran pada setiap personel akan perlunya menjaga kualitas,
menjamin kesesuaian produk secara konsisten serta meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan yang berujung pada meningkatnya kepuasan pelanggan. Hal tersebut terjadi karena
di dalam SMM ada keharusan untuk memelihara dan mempertahankan sertifikat ISO
sehingga lambat laun dapat mengubah kultur mutu dari setiap personel (Dharma 2007).
Melalui penerapan SMM pula prosedur dan tanggung jawab setiap personel terorganisir
dan terdokumentasi secara baik dan jelas. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan lebih
mudah untuk ditelusuri dan dilakukan audit. Demikian halnya dengan tindakan pencegahan
terhadap ketidaksesuaian dan perbaikan berkesinambungan pada semua tahapan proses.
Akibatnya keefektifan, efisiensi dan konsistensi proses kerja dalam organisasi tersebut akan
meningkat dan secara otomatis kemampuan bersaing dan reputasi juga meningkat menjadi
lebih baik (Lukman 2010).
Menurut Setiawan dalam Tiwi & Basista (2011) standar dalam sistem manajemen mutu
ISO 9001:2008 menitikberatkan pada keefektivan proses pengembangan berkelanjutan
dengan
pilar
utama
control/mengawasi,
pola
berpikir
PDCA
act/menindaklanjuti).
(plan/merencanakan,
Pada
setiap
proses
do/melaksanakan,
senantiasa
dilakukan
perencanaan dengan matang, implementasi terukur dengan jelas, evaluasi dan analisis data
yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai, dan pemantauan pelaksanaannya dilakukan
agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di organisasi.
Penerapan SMM dalam Sistem Produksi Benih oleh UPBS Balitsa
Penerapan SMM dalam produksi benih diterjemahkan dalam bentuk prosedur, instruksi
kerja dan form untuk merekam setiap proses produksi mulai dari pemilihan lokasi dan waktu
tanam hingga prosessing dan penyimpanan benih. Kegiatan produksi yang langsung
berhubungan dengan mutu benih dilakukan melalui beberapa tahapan pengawasan mutu,
yaitu: 1) penyiapan benih; 2) pemilihan lahan; 3) roguing selama waktu tanam dan 4)
pengujian benih di laboratorium pada saat setelah panen sebelum dikemas serta 5)
pengujian benih di laboratorium selama masa penyimpanan.
Pengawasan mutu benih selama proses produksi dilakukan dalam rangka menghasilkan
benih yang memiliki mutu genetik, fisiologis maupun fisik baik. Pengawasan dilakukan
bukan hanya oleh tim produksi (manajer produksi dan staf) tetapi juga oleh tim mutu
(manajer mutu dan staf). Melalui pengawasan berganda dilakukan oleh kedua tim tersebut
diharapkan dapat dihasilkan benih berkualitas tinggi.
Pengawasan mutu dalam proses penyiapan benih bertujuan untuk memberikan jaminan
terhadap kemurnian genetik (true to type) sumber benih yang akan digunakan dalam
perbanyakan.
Pada komoditas kentang, selain untuk memberikan jaminan terhadap
kebenaran varietas, pengawasan mutu juga berfungsi untuk memberi jaminan bahwa benih
yang dijadikan sebagai sumber perbanyakan bebas patogen terutama penyakit sistemik virus.
Pemilihan lahan selain bertujuan untuk mencari daerah tumbuh yang sesuai dengan
rekomendasi juga bertujuan untuk menjaga kemurnian genetik benih selama masa produksi.
Lahan yang digunakan untuk produksi benih disyaratkan bukan lahan bekas tanaman sejenis
atau satu famili, juga jauh dari lokasi tanaman sejenis. Hal ini bertujuan selama masa
produksi tidak terjadi persilangan antara tanaman produksi dengan tanaman sejenis yang
berada di sekitar lokasi tanam. Selain itu juga untuk memutus siklus hama dan penyakit
utama yang menyerang pertanaman.
Roguing bertujuan untuk mendapatkan pertanaman murni varietas dan sehat. Roguing
dilakukan minimal dua kali selama penanaman yaitu pada fase vegetatif dan generatif
(DirjenHort 2013). Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang bukan varietas
yang ditanam dan membuang tanaman yang terserang hama dan penyakit. Dalam kegiatan
roguing, tim produksi dibantu oleh pemulia tanaman terkait serta peneliti yang membidangi
hama dan penyakit tanaman.
Pengawasan mutu pada benih generatif seperti cabai, tomat, dan kacang panjang
dilakukan juga pada proses pascapanen dan selama masa simpan, yang meliputi pemeriksaan
mutu fisik benih (kadar air, daya berkecambah dan kemurnian fisik benih) yang dilakukan di
Laboratorium penguji Balitsa. Jika dari hasil pemeriksaan benih tersebut tidak memenuhi
standar mutu yang telah ditentukan, maka benih tersebut tidak ada disalurkan dan akan
dimusnahkan.
Kendala dalam Penerapan Penerapan SMM
Dalam penerapan SMM dijumpai beberapa kendala, baik selama proses maupun setelah
proses sertifikasi.
Masalah utama dalam penerapan SMM antara lain ialah proses
pengecekan dokumen dan kegiatan administrasi yang terlalu banyak sehingga cukup menyita
waktu pelaksana. Selain itu komitmen dari pihak manajemen dan para karyawan pelaksana
dirasa kurang kuat. Meskipun mereka dituntut kemauan untuk merubah sikap perilaku ke
arah yang konsisten, akibatnya pada saat dilakukan audit sering dijumpai ketidaksesuaian
dalam penerapan SMM. Hal lain yang juga menjadi kendala dalam penerapan SMM adalah
sisi pembiayaan cukup tinggi guna memelihara dan mempertahankan sistem sesuai dengan
persyaratan ISO (Susilawati et al. 2005).
Dalam penerapan SMM standar SNI ISO 9001:2008, UPBS Balitsa telah berupaya
melakukan perbaikan/peningkatan sarana dan prasarana juga peningkatan kompetensi teknis
untuk beberapa personil.
Namun demikian masih terdapat banyak hal yang perlu menjadi
perhatian pihak manajemen, terutama pengendalian dokumen dan rekaman yang belum efektif;
penetapan sasaran mutu yang belum tepat, belum terukur, dan belum ada evaluasi, serta
pelaksanaan audit internal dan tinjauan manajemen yang belum efektif. .
Pada akhirnya produk dan layanan bermutu dapat ditingkatkan apabila semua komponen
dan pihak yang terlibat (stakeholder) secara bersama-sama sadar dan mempunyai kemauan
yang keras untuk melaksanakan prinsip-prinsip sistem manajemen mutu tersebut dengan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami, TN & Basista, R 2011, ‘Pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 tentang pelaksanaan ujian akhir semester terhadap kompetensi
karyawan
pengujian di unit program belajar jarak jauh – universitas terbuka Pekanbaru’, Jurnal
Organisasi dan Manajemen, vol. 7, no. 2, hlm. 157-167.
2. Susilawati, C, Salim, F & Soesilo, T 2005, ‘Harapan dan realita sistem manajemen mutu
iso 9000 dalam penerapannya di perusahaan kontraktor’ Civil Engineering Dimension,
vol. 7, No. 1, hlm. 30 – 35
3. Lukman 2010, ‘Pengaruh penerapan
ISO 9001 terhadap kualitas proyek di PT.
Pembangunan Perumahan cabang V wilayah Jateng dan DIY’.
Tesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
4. Dharma, C 2007, ‘Analisis pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
terhadap peningkatan kinerja pada PT Jasa Raharja (Persero) cabang Sumatera Utara,’
TESIS, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Download