MODUL PERKULIAHAN AKUTANSI PERPAJAKAN Konvergensi IFRS dan pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas Program Studi Ekonomi Magister Akuntansi Tatap Muka 02 Abstract Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan a. Perkembangan Konvergensi IFRS di Indonesia b. PSAK dalam Ketentuan Perpajakan Indonesia c. Pengaruh penerapan IFRS terhadap Perpajakan Kasus Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Suhirman Madjid, SE,MSi,Ak, CA Kompetensi Mampu memahami dan menjelaskan secara umum Konvergensi IFRS dan pengaruhnya terhadap Perpajakan Pembahasan PENDAHULUAN Pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan selanjutnya adalah memakmurkan nilai pemegang saham. Salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuannya adalah laporan keuangan. Semakin relevan dan handal suatu laporan keuangan yang dibuat, maka semakin besar kecenderungan yang sejalan dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya di perusahaan. Dengan begitu, profit telah dicapai dan kemakmuran nilai pemegang saham juga telah terpenuhi. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi diantaranya berisi tentang aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian suatu pos dalam laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan keuangan antar perusahaan memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan keuangan, standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh penyusun laporan keuangan dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca. Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbedabeda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masingmasing negara tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara. A. Konvergensi IFRS di Indonesia Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS. Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu: 1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. 2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS. 3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif. Mengapa IFRS? Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum. Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November 2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah: 1. Strengthening Transparency and Accountability 2. Enhancing Sound Regulation 3. Promoting Integrity in Financial Markets 4. Reinforcing International Cooperation 5. Reforming International Financial Institutions Selanjutnya, pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan untuk Srengthening Financial Supervision and Regulation: 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality global accounting standards. B. Dampak Implementasi IFRS Terhadap Bisnis dan Auditor Implementasi IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan IFRS : 1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. 2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar. 3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif. 4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value. 5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management). 6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas. Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment. Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi standar (Carmona & Trombetta, 2008). Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan klien 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS Wajib pajak yang hendak melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan (SPT PPhBadan) menggunakan laba atau rugi sebelum pajak, dari sistem akuntansi komersial, sebagai dasaruntuk menghitung pajak penghasilan terutang. Penghasilan kena pajak, yang menjadi dasarpenghitungan pajak terutang, diperoleh dengan menyesuaikan angka laba atau rugi sebelum pajakdengan ketentuan perpajakan. Ini menunjukkan tingkat hubungan yang signifikan antara akuntansikomersial dengan sistem penghitungan pajak penghasilan terutang (akuntansi pajak).Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memutuskan untuk mengadopsi seluruh standar akuntansi yangditetapkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) yang disebut International FinancialReporting Standards (IFRS). Adopsi ini merupakan konsekuensi dari keanggotaan IAI di InternationalFederation of Accountants (IFAC). Adopsi bertujuan agar standar akuntansi Indonesia menjadibermutu tinggi dan setara dengan standar di negara-negara maju. Adopsi dilakukan secara gradual(dikenal dengan istilah konvergensi) sejak 2008 dan IAI menargetkan pada 1 Januari 2012 seluruhstandar akuntansi yang ditetapkan IASB per 1 Januari 2009 telah diadopsi. Selama rentang waktu 1Januari 2009 sampai dengan 1 Januari 2012, IASB sendiri telah melakukan revisi terhadap beberapastandar sehingga revisi standar akuntansi oleh IAI akan berlangsung terus-menerus.Bertolak dari tingkat hubungan yang signifikan tersebut, perubahan pengaturan dalam akuntansikomersial tentunya akan berdampak langsung terhadap akuntansi pajak. Penyusun laporankeuangan, pengguna, auditor, dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus mengidentifikasi perubahantersebut dan memahami bagaimana mengakui, mengukur, menyajikan dan mengungkapkannyadalam akuntansi komersial dan akuntansi pajak. Untuk membuat sistem administrasi pajak yangsederhana dan efisien muncul pertanyaan apakah tidak sebaiknya peraturan perpajakan jugamengadopsi ketentuan IFRS. Kerangka Pelaporan Keuangan di Indonesia Saat ini terdapat dua kerangka yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagipara pengguna eksternal (kerangka pelaporan akuntansi komersil) yaitu:1.Kerangka pelaporan umum, yang terdiri dari standar akuntansi berbasis IFRS dan standarakuntansi tidak berbasis IFRS. Kerangka pelaporan umum berbasis IFRS wajib bagi entitasyang memiliki akuntabilitas signifikan yaitu entitas yang menerbitkan efek ekuitas dan efekhutang di pasar modal atau sedang dalam proses pengajuan pendaftaran serta entitas yangmengumpulkan dana masyarakat dalam kapasitas fidusia. Bagi entitas lain yang tidakmemenuhi kriteria tersebut dapat memilih untuk menggunakan kerangka pelaporan umumatau kerangka pelaporan entitas tanpa akuntabilitas publik.2.Kerangka pelaporan entitas tanpa akuntabilitas publik (Standar Akuntansi Keuangan ETAP),merupakan alternatif 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagi entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikandisamping kerangka pelaporan umum. SAK ETAP merupakan penyederhanaan dari kerangkapelaporan umum dan pengaturannya mempertahankan atau menyederhanakan ketentuandalam kerangka pelaporan sebelum konvergensi ke IFRS. Penyederhanaan tersebutmembuat ketentuan dalam SAK ETAP lebih akrab bagi penyusun laporan keuangan dan tidak banyak berdampak terhadap ketentuan perpajakan yang ada sekarang. Selanjutnya penulistidak membahas dampak penerapan kerangka pelaporan ETAP terhadap akuntansi pajak.Kerangka pelaporan akuntansi komersial berbeda dengan kerangka pelaporan akuntansi pajak.Kerangka pelaporan akuntansi komersial bertujuan memberikan informasi bagi pengambilkeputusan utamanya investor, tentang kinerja entitas saat ini dan bagaimana prediksi kinerjanya dimasa yang akan datang. Kerangka pelaporan akuntansi pajak mempunyai tujuan utama bagaimanamenghasilkan pendapatan bagi negara, disamping tujuan lain seperti redistribusi pendapatan,realokasi sumber daya dan tujuan politis.Perbedaan tujuan membawa perbedaan dalam cara pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,ekuitas, pendapatan dan beban dalam laporan keuangan. Kerangka pelaporan akuntansi berbasisIFRS memiliki karakteristik: pendekatan neraca, pengukuran menggunakan nilai wajar atau nilai yangdapat diperoleh kembali, dan substansi mengungguli bentul formal. Sedangkan kerangka pelaporanakuntansi pajak memiliki karakteristik: pendekatan laba rugi, pengukuran menggunakan nilaihistoris, dan formal legal mengungguli substansi. Dampak Konvergensi ke IFRS terhadap Pelaporan SPT PPh Badan Wajib pajak umumnya sudah akrab dengan perbedaan perlakuan akuntansi komersial dan akuntansipajak. Sejak IAI menetapkan PSAK 46 (1997): Akuntansi Pajak Penghasilan, entitas sudah memilikimekanisme bagaimana mencatat dampak perbedaan tersebut dalam laporan keuangan. Berikut inicontoh perbedaan yang telah dikenal sebelum konvergensi ke IFRS:1.Estimasi beban atau kerugian yang diakui dalam menghitung laba akuntansi baru diakui padasaat realisasinya atau dengan tarif tertentu dalam menghitung laba kena pajak;2.Perbedaan tarif dan metode penyusutan antara akuntansi dan pajak;3.Penilaian kembali aset namun tidak ada penyesuaian ekuivalen untuk tujuan pajak; dan4.Sewa pembiayaan dianggap sebagai perolehan aset namun tidak untuk tujuan pajak sampaisecara hukum aset tersebut telah dialihkan ke lessee.Perbedaan tersebut mempengaruhi jumlah pajak penghasilan yang terutang pada periode kini ataupada masa yang akan datang. Dampak atas pembayaran pajak masa yang akan datang diakui sebagaiaset atau kewajiban pajak tangguhan dalam laporan keuangan. Perbedaan serupa juga munculdalam adopsi standar akuntansi yang berbasis IFRS sehingga secara substansi dampak konvergensiini sudah dipahami oleh wajib pajak.Tidak semua adopsi standar IFRS 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berdampak terhadap pelaporan SPT PPh Badan. Dampaknya dapatdibagi sebagai berikut:1.Tidak berdampaka.Standar pengungkapan.b.Standar konsolidasian.2.Berdampak yang yang terkait terhadap hanya dengan administrasi mengatur penyajian dan/atau penyajian laporan keuangan pembukuan.3.Berdampak terhadap perhitungan pajak penghasilan terutang.Standar akuntansi yang hanya mengatur penyajian dan/atau pengungkapan seperti PSAK 1 (revisi2009): Penyajian Laporan Keuangan, PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas, dan PSAK 7 (revisi 32010): Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi tidak mempengaruhi perhitungan jumlah pajakpenghasilan terutang, namun wajib pajak perlu memahami perbedaan penyajian dan pengungkapandalam standar akuntansi baru.Standar yang terkait dengan penyajian laporan keuangan konsolidasian, seperti: PSAK 4 (revisi 2009):Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri, PSAK 22 (revisi 2010): KombinasiBisnis, dan PSAK 15 (revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi tidak mempengaruhi akuntansipajak. Sistem perpajakan Indonesia tidak mengenal pelaporan pajak secara konsolidasian. Wajibpajak hanya melaporkan penghasilan dan beban yang diperoleh entitas dari kegiatan usahanyaselain dari pada pengakuan pendapatan investasi pada entitas anak , entitas asosiasi dan entitas joint venture.Standar akuntansi yang berdampak pada administrasi wajib pajak, antara lain: PSAK LamaPSAK RevisiKetentuan PajakDampakMata Uang PembukuanMata uang pembukuanharus sama dengan matauang pelaporan. Matauang pelaporan adalahRupiah atau mata uanglain yang memenuhikriteria mata uangfungsional.PSAK 52 (1998): MataUang PelaporanMata uang pembukuanadalah mata uangfungsional. Entitas dapatmenyajikan laporankeuangannya dalam matauang apapun.PSAK10 (2009):Pengaruh PerubahanNilai Tukar Valuta Asing,efektif 1 Januari 2011Mata uang pembukuandan pelaporan adalahRupiah atau mata uangDolar AS bagi WP yangmemenuhi syarat dantelah mendapat ijin dariMenteri Keuangan. Saatini ijin penggunaan matauang asing hanya untukDolar AS.PMK 196/2007: TatacaraPembukuan denganMenggunakan BahasaAsing dan Dalam MataUang Selain RupiahWajib Pajak yangmempunyai mata uangfungsional bukan Rupiahdan belum memperolehijin penggunaan matauang asing harusmenyelenggarakan duapembukuan yaitu dalammata uang fungsional(untuk pelaporankeuangan) dan matauang Rupiah untuk SPTPPh Badan. Standar akuntansi yang berdampak pada perhitungan pajak penghasilan terutang, antara lain: PSAK LamaPSAK RevisiKetentuan PajakDampakAset TetapPengukuran awal:meliputi harga beli danbiaya lain yang dapatdiatribusikan secaralangsung.Harga perolehan, biayayang dapat diatribusikansecara langsung, danestimasi awal biayapembongkaran danpemindahan aset tetapdan restorasi lokasi aset.Jumlah yangsesungguhnyadikeluarkan atau jumlahyang seharusnyadikeluarkan apabilaterdapat hubunganistimewa.Pajak 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tangguhan.Pengukuran asetsetelahpengakuan awal: hargaperolehan dikurangiakumulasi penyusutan(model biaya). Revaluasiboleh dilakukanberdasarkan ketentuanpemerintah.Model biaya atau modelrevaluasi. Entitas yangmemilih modelrevaluasian harusmelakukan revaluasisecara teratur.PSAK 16 (2007): AsetHarga perolehandikurangi akumulaipenyusutan. Penilaianaset dilakukan setelahmemperoleh ijin MenteriKeuangan dan revaluasiberikutnya setelah limatahun.Pajak tangguhan. Revisi PSAK dan pengaruhnya pada pajak Revisi PSAK dengan konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standards yang akan diterapkan mulai tahun 2012. Yakni Konvergensi IFRS ini akan memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan Standar Akuntasi Keuangan yang dikenal secara internasional. Manfaat positif dari konvergensi IFRS sebagai berikut : dampak dari konvergensi IFRS ini yaitu relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar. "Di sisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif," jelasnya. Dampak lainnya terhadap bisnis, yaitu smoothing income akan semakin sulit dengan menggunakan balance sheet approach dan fair value. "Penggunaan off balance sheet semakin terbatas,". salah satu perubahan PSAK yakni revisi PSAK 50 tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu dan revisi PSAK 55 tentang Akuntansi Instrumen Derivatf dan Lindung Nilai. Pengaruhnya pada pajak terutama atas revisi PSAK 50 dan 55 Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi pihak otoritas pajak, tidak hanya di Indonesia, adalah : 1. Rugi - Apakah rugi yang terjadi atas transaksi keuangan dapat dikurangkan sebagai biaya? - Dalam transaksi derivatif, bila terjadi kerugian apa cara untuk memastikan bahwa kerugian yang terjadi bukan karena spekulasi? Bagaimana untuk memastikan bahwa kerugian transaksi derivatif seperti hedging adalah sesuai dan diperlukan oleh pelaku usaha sehingga dapat dikurangkan sebagai biaya Dalam prakteknya pihak otoritas pajak tidak akan mudah mengakui kerugian atas transaksi keuangan seperti derivatif apalagi jika jumlahnya material. 2. Laba - Apakah laba yang dilaporkan sudah benar? Bagaimana cara penghitungan laba? Perlu dicatat juga bahwa atas transaksi derivatif di bursa sudah dikenakan PPh final 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2009 seperti dijelaskan disini Sehubungan dengan rugi atas transaksi derivatif, Indonesia mungkin dapat mencontoh perlakuan pajak di negara lain seperti dijelaskan di disini. Perlakuan pajak atas hedging juga bisa mengikuti PSAK atau IFRS seperti dijelaskan di artikel tentang hedging dan perlakuan pajak di Indonesia. Sementara ini, tanpa peraturan pajak yang jelas, PSAK dapat digunakan untuk menerapkan perlakuan pajak atas transaksi keuangan serta masalah keuangan pada umumnya. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Waluyo. 2014, Perpajakan Indonesia Buku Satu, Salemba Empat. 2. Waluyo. 2015, Akuntansi Pajak, Salemba Empat. 3. Undang-undang Perpajakan dan aturan pelaksanaannya 4. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2013. Salemba Empat 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id