BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Paradigma atau paradigm (Inggris) atau paradigme (Perancis), istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknymai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, paradigma berarti di sisi model, di samping pola atau di sisi contoh. Paradigma juga bisa berarti sesuatu yang menampakkan pola, model atau contoh (Bagus dalam Pujileksono, 2015: 25). Paradigma menurut Thomas Kuhn dipergunakan dalam dua arti yang berbeda yakni paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik, dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu. Di sisi lain paradigma juga berarti menunjukkan pada sejenis unsur dalam konstelasi itu, pemecahan teka-teki yang kongkret, yang jika digunakan sebagai model atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan tekateki sains yang normal yang masih tertinggal (Kuhn, 2002:180). Thomas Kuhn (2002:103) juga mengeksplisitkan bahwa perubahan paradigma dapat menyebabkan perbedaan dalam memandang realitas alam semesta. Realitas dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan tentang alam semesta (world). Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta dengan bagian-bagiannya. 8 Universitas Sumatera Utara 9 Methodology memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Guba and Lincoln (Denzim dan Lincoln, 1994:109) menempatkan empat paradigma penelitian yakni: positivism, post-positivism, critical theory, dan constructivism. Perbedaan dalam asumsi paradigma tidak dapat diabaikan seperti dikatakan semata-mata berbeda secara “philosophical”. Secara implisit maupun eksplisit posisi paradigma memiliki konsekuensi penting dalam melaksanakan penelitian, interpretasi temuan dan pemilihan kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu pola, model, atau cara berpikir seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan paradigma penelitian merupakan pola, model atau cara berpikir peneliti terhadap permasalahan yang diteliti. 2.1.1 Paradigma Post-Positivis Guba (1990:20) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: “Postpositivism is best characterized as modified version of positivism. Having assessed the damage that positivism has occured, postpositivists strunggle to limited that damage as well as to adjust to it. Prediction and control continue to be the aim.” ungkapan tersebut mempunyai arti Postpositivisme mempunyai ciri utama sebagai suatu modifikasi dari Positivisme. Melihat banyaknya kekurangan pada Positivisme menyebabkan para pendukung Postpositivisme berupaya memperkecil kelemahan tersebut dan menyesuaikannya. Prediksi dan kontrol tetap menjadi tujuan dari Postpositivisme tersebut.” Salim (2001:40) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Oleh karena itu secara metodologi pendekatan eksperimental melalui Universitas Sumatera Utara 10 metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori. Secara epistomologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, tidak seperti yang diusulkan aliran Positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal (Salim, 2001:40). Dari pandangan Guba maupun Salim yang juga mengacu pandangan Guba, Denzin dan Lincoln dapat disimpulkan bahwa Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data, dan lain-lain. 2.2 Kerangka Teori Dalam setiap penelitian diperlukan kejelasan titik tolak atau landasan dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya, untuk itu perlu disusun kerangka teori dan konsep-konsep menggambarkan dari sudut yang memuat mana masalah pokok-pokok peneliatian pikiran akan yang disoroti (Nawawi,1991 : 39-40). Teori memiliki peran penting sebagai pendorong pemecahan masalah. Teori adalah pertnyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja (Saverin & Tangkard, 2008:12) Adapun teori dan konsep-konsep yang relevan untuk penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara 11 2.1 Komunikasi 2.1.1 Defenisi Komunikasi Bila ditinjau secara etimologi, dapat disebutkan istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris yaitu Communucation berasal dari kata Latin Communis, artinya sama. Maskudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk persamaan arti dengan pihak yang menjadi lawan komunikasinya atau manyamakan dirinya dengan yang diajaknya berkomunikasi (dalam Lubis, 2011 : 6-7). Menurut Carl I. Hovland defenisi komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan guna merubah tingkah laku orang lain. Sedangakan Charles H. Cooley mengatakan bahwa komunikasi adalah mekanisme melalui mana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambanhg dari pemikiran dengan alat-alat pemyampain dan cara menjaganya melalui ruang dan waktu (Lubis, 2011 : 9). Terdapat banyak defenisi mengenai komunikasi, yang mana defenisi tersebut dinyatakan oleh para tokoh yang berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda. Menurut Everett M. Rogers (dalam Mulyana, 2010 : 6) komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Berkomunikasi merupakan satu hal yang mutlak bagi kehidupan manusia, karena sifatnya sebagai makhluk sosial, dimana manusia yang satu membutuhkan manusia yang lainnya. Dengan sifat manusia yang salin membutuhkan satu sama lain maka terjadilah proses interaksi sosial, dimana manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya dalam lingkungan sosial. Komunikasi merupakan proses penyampaian peran komunikasi dari seorang atau sekelompok kepada seseorang atau sekelompok lain. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampian, arus balik dan efek. Secara paradigmatis, komuniksi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain guna untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau Universitas Sumatera Utara 12 perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5). Menurut Harold D. Laswell (Salam Mulyana, 2010 : 69) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan who say what in which channel to whom with what effect? Atau siapa yang mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa denga pengaruh bagaimana? Berdasarkan defenisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : 1. Komunikator (Source/ Sender/ Encoder/ Communicator) adalah pihak yang berinisiatif atau me[unyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa berupa individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau negara. 2. Pesan (Message) adalah apa yang dikomunkasikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan apa berupa simbol verbal maupun nonverbal. 3. Saluran media, adalah alat yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. 4. Komunikan (Receiver/ Communican) adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator) 5. Efek, adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. 2.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi Ruang lingkup komunikasi meliputi: bentuk/tatanan, sifat, metode, teknik, fungsi, tujuan, model/pola dan bidang (Effendi dalam Pujileksono, 2015: 85). a. Bentuk Komunikasi (1) Komunikasi Pribadi Komunikasi pribadi terdiri atas komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) adalah proses komunikasi seseorang yang terjadi dengan dirinya sendiri. Sedangkan Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) adalah proses komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan Universitas Sumatera Utara 13 komunikan yang terdiri dari dua sampai tiga orang secara langsung/tatap muka yang bersifat personal atau dekat. (2) Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok terdiri atas komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi Kelompok Kecil adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka antara komunikan dan komunikator yang jumlahnya tiga orang atau lebih, seperti diskusi panel, forum, simposium. Sedangkan Komunikasi Kelompok Besar (Public Speaking) adalah komunikasi yang terjadi secara langsung antara komunikator dengan komunikan dengan jumlah yang banyak, seperti pidato, retorika, dan seminar. (3) Komunikasi Massa Komunikasi Massa adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator berupa lembaga ditujukan kepada komunikan yang merupakan khalayak dengan menggunakan media massa baik cetak seperti surat kabar, majalah, buku maupun berupa elektronik seperti radio, televisi, dan film. (4) Komunikasi Budaya (Cultural Communication) Komunikasi Budaya adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan yang memiliki latar belakang budaya yang sama (intrabudaya), budaya yang berbeda tetapi dalam kebangsaan yang sama (antarbudaya), serta antara budaya dan bangsa yang berbeda (lintas budaya). b. Sifat-sifat komunikasi (1) Komunikasi Verbal Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan di mana pesan yang disampaikan menggunakan katakata, baik secara lisan ataupun tulisan. (2) Komunikasi Nir-verbal/Non-verbal Komunikasi Nir-verbal atau biasa disebut sebagai Komunikasi Non-verbal adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang ditunjukkan melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, sentuhan, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak pribadi. Universitas Sumatera Utara 14 (3) Komunikasi Tatap Muka Komunikasi Tatap Muka adalah komunikasi yang berlangsung antara komunikator dan komunikan yang terjadi secara tatap muka di mana pesan disampaikan secara langsung tanpa perantara. (4) Komunikasi Bermedia Komunikasi Bermedia adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan di mana pesan disampaikan melalui media massa. c. Fungsi komunikasi (1) Menginformasikan (to inform) Komunikasi yang terjadi ketika komunikator menyampaikan suatu informasi kepada komunikan agar komunikan menjadi lebih tahu. (2) Mendidik (to educate) Komunikasi yang terjadi ketika komunikator menyampaikan pengetahuan baru dan mengajarkannya kepada komunikan. (3) Menghibur (to entertaint) Komunikasi yang terjadi ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan untuk menghibur komunikan. (4) Mempengaruhi (to influence) Komunikasi yang ditujukan oleh komunikator untuk mempengaruhi sikap ataupun perilaku komunikan atas pesan yang disampaikan oleh komunikator. d. Tujuan komunikasi (1) Mengubah sikap (2) Mengubah opini (3) Mengubah perilaku (4) Mengubah masyarakat e. Teknik komunikasi (1) Komunikasi Informatif Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator memberikan informasi kepada komunikan agar komunikan mengetahui suatu hal tertentu. (2) Komunikasi Persuasif Universitas Sumatera Utara 15 Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator mampu mengajak/membujuk komunikan untuk melakukan suatu hal. (3) Komunikasi Pervasif Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikan menyerapi pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam jangka waktu tertentu. (4) Komunikasi Koersi Suatu cara dalam proses komunikasi di mana pesan yang disampaikan oleh komunikator bersifat paksaan kepada komunikan. (5) Komunikasi Instruktif Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator memberikan perintah atau arahan kepada komunikan dan akan diberikan sanksi jika perintah atau arahan tersebut dilanggar atau tidak dilakukan. (6) Hubungan Manusiawi Suatu cara dalam proses komunikasi yang dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi melalui komunikasi yang dilakukan secara mendalam dan intens. f. Metode komunikasi (1) Jurnalisme (Jurnalisme Cetak dan Jurnalisme Elektronik) (2) Hubungan Masyarakat (Public Relations) (3) Periklanan (Advertising) (4) Propaganda (5) Perang Urat Syaraf (6) Perpustakaan g. Model Komunikasi Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication (Bungin, 2006: 253) menjelaskan tiga model komunikasi: (1) Komunikasi Satu Arah Komunikasi satu arah (one-way view of communication) atau model komunikasi linier merupakan proses komunikasi di mana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan tujuan untuk mempersuasi Universitas Sumatera Utara 16 orang tersebut sehingga melakukan hal yang sesuai dengan kehendak oleh komunikator. (2) Komunikasi Dua Arah Komunikasi dua arah atau model komunikasi interaksional merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan di mana komunikator akan menerima feedback (umpan-balik) dari proses komunikasi yang berlangsung. Dalam komunikasi dua arah ini, tidak hanya komunikan yang mendapatkan efek komunikasi, tetapi juga komunikator. h. Bidang komunikasi (1) Komunikasi Sosial (2) Komunikasi Organisasi (3) Komunikasi Bisnis (4) Komunikasi Politik (5) Komunikasi Internasional (6) Komunikasi Antarbudaya (7) Komunikasi Tradisional (8) Komunikasi Pembangunan 2.2 Strategi Komunikasi Kata “strategi” berasal dari akar kata bahasa Yunani strategos yang secara harfiah berarti “seni umum,” kelak term ini berubah menjadi kata sifat yang berarti “keahlian militer” yang belakangan diadaptasi lagi kedalam lingkungan bisnis modern. Kata Strategos bermakna sebagai: 1. Keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya. 2. Penentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan posisi para pesaing (ilmu perang dan bisnis). 3. Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis. 4. Penggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang relatif terbatas terhadap kemungkinan panyadapan informasi oleh para pesaing. Universitas Sumatera Utara 17 5. Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan penggunaan sumber daya dalam pasar informasi. (Liliweri, 2011 : 240). Dari beberapa penjelasan diatas, defenisi strategi komunikasi adalah: 1. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi komunikasi dalam suatu rumusan yang baik. 2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi. 3. Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi menajemen. (Bank Dunia, 2011). Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2003 : 300-301). Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan menjemen komunikasi (communication menajement) untuk mencapai tujuan. Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertaruutkan dengan komponenkomponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasweel tersebut : - Who? (Siapakah komunikarnya?) - Says What (Pesan apa yang dinyatakannya?) - In Which Channel? (Media yang digunakannya?) - To Whom? (Siapa Komunikannya?) Universitas Sumatera Utara 18 - With What effect? (Efek apa yang diharapkan?) Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat, dan pendengarnya. Untuk membantu supaya komunikasi bisa efektif, ada beberapa ketentuan untuk memudahkannya. Hal tersebut merupakan persyaratan dasar dalam berkomunikasi (Rumanti, 2002:107), yaitu: 1. Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan 2. Kemampuan menarik perhatian 3. Kemampuan mempengaruhi pendapat 4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling mempercayai Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik, efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, faktor utama yang harus diperhatikan adalah dari segi komunikatornya. Apabila komunikator tidak memiliki keahlian atau kemampuan untuk berkomunikasi serta membawa suasana kearah yang nyaman dan menyenangkan, maka komunikasi tentu saja tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk itu, perlu dirancang atau direncanakan strategi komunikasi agar segala bentuk komunikasi serta harapan yang ingin dicapai memiliki arah dan memudahkan komunikator untuk menciptakan hasil yang diinginkan. Strategi komunikasi yang dilakukan dapat meliputi penyebaran informasi, melakukan persuasi, dan melaksanakan instruksi. 2.2.1 Tujuan Strategi Komunikasi Ketika membayangkan strategi komunikasi, maka ada tujuan yang ingin dicapai dan jenis materil apa yang dipandang dapat memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan ini. Khusus untuk setiap tujuan tertentu yang berkaitan dengan aktivitas, maka tujuan komunikasi menjadi sangat penting karena meliputi, announcing, motivating, educating, informating, dan supporting decision making. 1. Memberitahu (Announcing) Universitas Sumatera Utara 19 Tujuan pertama dari strategi komunikasi adalah announcing, yaitu pemberitahuan tentang kapasitas dan kualitas informasi (one of the first goals of your communications strategy is to anounce the availability of information on quality). Oleh karena itu, informasi yang dipromosikan sedapat mungkin berkaitan dengan informasi utama dari seluruh informasi yang demikian penting. 2. Memotivasi (Motivating) Memotivasi artinya informasi yang diberikan untuk sasaran memberikan akses cepat kepada hal-hal yang berhubungan dengan apa yang akan disampaikan. Informasi yang diberikan harus dipersiapakan matangmatang dan menggunakan beberapa media agar sasaran mendapatkan informasi yang jelas. 3. Mendidik (Educating) Tujuan strategi komunikasi yang berikut adalah educating. Tiap informasi yang diberikan kepada sasaran harus bersifat mendidik. Misalnya informasi tentang tips-tips penting sebelumnya diketahui oleh komunikan. 4. Menyebarkan Informasi (Informating) Diusahakan agar infomasi yang disebarkan ini merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga dapat digunakan konsumen. Apalagi jika informasi ini tidak saja sekedar pemberitahuan, atau motivasi semata-mata tetapi mengandung unsur pendidikan. Ini yang disebut dengan strataegy of informing. 5. Mendukung Pembuatan Keputusan (Supporting Decision Making) Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang dikumpulkan, dikategorisasi, dianalis sedemikian rpa, sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuatan keputusan. 2.2.2 Peranan Komunikator dalam strategi komunikasi Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Strategi komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Universitas Sumatera Utara 20 Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komuniksai lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. Menurut Effendy (2003:304). A-A Procedure ini sebernarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut: A Attention (Perhatian) I Interest (Minat) D Desire (Hasrat) D Decision (Keputusan) A Action (Kegiatan) Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain perkataan pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulakan simpati komunikan pada komunikator. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian ini ialah dihindarkannya kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan yang negatif bukan attention arousing, melainkan anxiety arounsing, menumbuhkan kegelisaan. William J. McGuire, seorang ahli komunikasi kenamaan menegaskan dalam karyanya “Persuasion” bahwa “anxiety arousing communication” menimbulkan efek ganda. Disatu pihak ia mebangkitkan rasa takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan preventif. Dilain pihak rasa takut tersebut flight to fight yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali. Universitas Sumatera Utara 21 2.3 Guest Relation Officer Guest Relation Officer adalah orang yang bekerja pada suatu hotel tertentu dan bertugas sebagai penghubung antara hotel dengan tamu hotel, menerima semua kritik, saran dan keluhan tamu untuk perbaikan kualitas pelayanan guna mencapai kepuasan tamu hotel. Guest Relations Office adalah salah satu pekerja hotel pertama untuk menyambut tamu ketika mereka tiba. Para Guest Relations Officer menyediakan layanan yang baik untuk para tamu yang datang. Posisi Guest Relations Officer memastikan bahwa tamu bahagia, nyaman dan aman dari saat mereka masuk ke hotel sampai mereka pergi. Bahkan, seorang Guest Relations Officer akan terus berhubungan dengan tamu meskipun tamu tersebut sudah tidak menginap di hotel. Definisi Guest Relations Officer semakin diperkuat oleh pendapat serupa yang menyatakan bahwa Guest Relation Officer merupakan salah satu bagian dari hotel yang bertugas menjaga agar hubungan tamu dan pihak hotel selalu baik, diantaranya mencoba untuk mengantisipasi komplain – komplain dari tamu, menampung dan mencarikan jalan keluar sehingga tamu merasa diperhatikan, merasa puas dan selalu akan datang kembali (Sugiarto, 2000 : 111). Guest Relation Officer bertugas menerima dan men-check in-kan tamu dengan efisien, penuh perhatian, ramah tamah, sopan santun, mencarikan kamar tamu dan mengatasi masalah dengan tamu yang menyangkut pelayanan khusus. Bagian ini juga memberikan efisiensi dan perhatian yang sungguh – sungguh terhadap tamu. Dennis L Foster dalam Sugiarto (2000:112) dalam bukunya Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa, Pengertian Kualitas Pelayanan, tugas Guest Relation Officer adalah sebagai berikut. (a). Menerima atau menyambut tamu yang baru datang. (b). Mengantar dan menjelaskan tamu perihal hotel, baik kamar, fasilitas dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hotel. (c). Menangani tamu di Lobby. (d). Menerima dan menjelaskan keluhan dari tamu. (e). Menindak lanjuti komplain dari tamu yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 22 2.3.1 Uraian Tugas Guest Relation Officer (GRO) Petugas GRO harus mampu berkomunikasi dengan baik terhadap tamu dan sesama karyawan. Pemberian informasi yang benar terhadap pihak yang membutuhkan harus bisa dilakukan oleh petugas Guest Relation Officer untuk menghindari adanya keluhan tamu (guest complaint). Kemampuan menjawab pertanyaan dari tamu berarti juga memberikan kepuasan kepada tamu dalam hal pemberian informasi. Kepuasan tamu akan memberikan nilai positif bagi perkembangan hotel secara umum. Bambang Sujatno, (2006: 53-54) menyatakan “Seorang guest relation officer berada di lobby dengan sikap yang selalu siap membantu. Tugas utama Guest Relation Officer adalah untuk memastikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh semua petugas hotel memuaskan. Pelaksanaanya meliputi beberapa hal berikut ini: 1. Menerima pesanan kedatangan tamu VVIP/VIP (Very Very Important Person/Very Important Person). 2. Memilih dan mengecek langsung untuk meyakinkan bahwa kamar sudah siap untuk digunakan oleh tamu. 3. Menyiapkan segala fasilitas sesuai dengan standar yang berlaku. 4. Menyiapkan informasi untuk keperluan internal agar semua petugas hotel mengetahui adanya tamu penting (VVIP/VIP) yang akan menginap maupun yang sudah menginap. 5. Menyiapkan surat/kartu selamat datang dan meletakkannya di tempat yang tepat di kamar sebelum tamu tiba. 6. Menyambut tamu pada saat kedatangannya, terutama untuk tamu penting dan grup. 7. Berusaha untuk berkomunikasi dengan para tamu, baik secara langsung maupun melalui telepon dengan memilih waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu tamu. 8. Mengantar tamu saat akan meninggalkan hotel. 9. Mengisi guest history record. Guest Relation Officer adalah salah satu jabatan di Front Office yang fungsinya sebagai perantara atau jembatan antara tamu dengan pihak hotel, oleh Universitas Sumatera Utara 23 sebab itu Guest Relations Officer membutuhkan sesorang yang mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan semua orang. Seorang Guest Relations Officer atau GRO bertanggung jawab atas penanganan front office dalam segala aspeknya dalam sebuah hotel. Seorang Guest Relations Officer adalah frontliner pendirian usaha perhotelan. Di dalam kegiatannya, hotel dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu front of the house dan back of the house. Front of the house adalah departemen yang langsung berhubungan dengan tamu dan dapat dikatakan sebagai jantung hotel karena mempunyai kesempatan emas untuk menciptakan kesan pertama (pada saat menyambut kedatangan tamu/check-in), kedua (saat tamu menginap/stay), dan terakhir bagi tamu (pada saat tamu akan meninggalkan hotel/check-out). Ada beberapa sub bagian dalam lingkup kerja Front of the house, yaitu reception, bellboy, GRO, sales & marketing, housekeeping, food & beverage, engineering, dan security. Sedangkan back of the house adalah departemen yang tidak berhubungan langsung dengan tamu, yaitu reservation, telephone operator, accounting, dan human resources. Front Office adalah salah satu departemen yang masuk di dalam golongan front of the house. Front Office Department merupakan departemen yang menangani proses penjualan kamar. Dimulai pemesanan kamar, penyambutan tamu, registrasi tamu yang akan menginap, memberikan kunci kamar, sampai menangani sistem pembayaran” (Bambang Sujatno, 2006: 32). Departemen ini juga berfungsi sebagai pusat informasi bagi tamu. Semua staff yang bekerja di departemen front of the house terutama front office dituntut untuk memberikan kesan yang baik kepada tamu. Kapan saja dan di mana saja pelayanan yang mereka berikan harus mampu memberikan kepuasan bagi tamu, karena pada saat kita memberikan pelayanan itulah tamu melakukan penilaian. Departemen kantor depan merupakan titik bagi keberhasilan bisnis hotel. Sebab produk yang menjadi pendapatan utama (main revenue/main income) hotel adalah kamar. 2.3.2 Peranan Guest Relation Officer (GRO) Seorang Guest Relations Officer berada di lobby dengan sikap yang selalu siap untuk membantu memberikan informasi kepada tamu dan siap dalam Universitas Sumatera Utara 24 menghadapi complaint dari tamu. Guest Relations Officer juga harus selalu siap dan harus tahu apa yang harus dilakukan dalam menangani dan menyelesaikan masalah yang dialami tamu hotel. Hubungan komunikasi antara hotel dengan tamu harus dijaga dengan baik, karena hubungan yang baik akan memberikan kontribusi terhadap hotel. Dari hal tersebut peranan Guest Relations Officer sangat dibutuhkan sebagai jembatan penghubung antara hotel dengan tamu, maka hal yang harus diperhatikan oleh Guest Relations Officer antara lain: a) First Impression Kesan pertama adalah suatu bagian untuk menciptakan hubungan yang positif antar hotel dengan tamu. Good first impression akan memberikan dampak yang positif, misalnya tamu akan berkenan berkunjung kembali ke hotel. b) Personal Appearance Penampilan diri petugas Guest Relations Officer harus diperhatikan karena akan berdampak terhadap hubungan secara langsung pada tamu. Petugas Guest Relations Officer harus memperhatikan penampilan dirinya, apakah uniform yang dipakai dalam keadaan bersih, rapi dan wangi, sudah dipakai secara benar, sepatu sudah selaras dengan uniform, make up sudah sesuai dan rambut sudah disanggul dengan rapi. Di samping itu harus diperhatikan pula tentang personal behavior atau tingkah laku pribadi pada saat menghadapi tamu yaitu ramah, berpengetahuan luas, jujur dan dapat mengendalikan diri dari emosi. c) Communication Kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain adalah modal yang paling berharga. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain hanya akan terwujud jika masing-masing individu dapat saling berkomunikasi dengan baik pula. d) Dealing with Complaint Sikap yang positif akan mempermudah dalam menangani keluhan tamu. Keluhan tertentu dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak terduga, sehingga sebagai Guest Relations Officer harus selalu berani menghadapi dan menyelesaikan setiap keluhan tamu. Universitas Sumatera Utara 25 2.2.3 Pengertian Guest Complaint Dijelaskan oleh Yoeti (1995) dalam bukunya Hotel Customer Service bahwa “pengertian dari Complaint adalah ketidakpuasan tamu terhadap pelayanan yang telah diberikan atau diterima.“ Pengertian tentang keluhan tamu adalah adanya kesenjangan antara yang diharapakan tamu dengan yang didapatkan oleh tamu tidak sesuai dengan harapan. Sementara itu, Sugiarto (2000) mengemukakan bahwa “keluhan tamu adalah tidak puasnya tamu terhadap produk atau pelayanan yang diterimanya sehingga tamu merasa dirugikan. “ Mengutip penjelasan Sugiarto (2000:113), ada beberapa macam keluhan tamu, di antaranya yaitu : a. Mechanical Complaint ( Keluhan Mekanik ) Keluhan mekanik suatu keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya suatu peralatan yang diperoleh dari suatu interaksi pelayanan. Contoh ; ruang sewaan yang suhunya tidak bisa diatur, cahaya yang tidak baik, kerusakan listrik, hiasan dan mebel yang tidak memuaskan, kerusakan mesin, dan lain-lain. Meskipun tampaknya sepele, namun bila keluhan seperti ini tidak diperhatikan dengan baik, maka para pelanggan akan pergi secara perlahan – lahan. b. Attitudinal Complaint ( Keluhan akibat Sikap Petugas ) Keluhan akibat sikap petugas adalah keluhan pelanggan yang muncul karena sikap negatif yang ditampilkan oleh petugas pelayanan pada saat berhadapan dengan pelanggan. c. Service Related Complaint ( Keluhan yang berhubungan dengan Pelayanan ) Keluhan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah suatu keluhan pelanggan yang datang karena hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Contoh ; di restoran, dimana waktu menunggu hidangan yang terlalu lama akan membuat tamu bosan dan tidak berselera untuk makan. d. Unusual Complaint ( Keluhan yang Aneh ) Keluhan yang aneh adalah keluhan pelanggan yang di mata petugas merupakan keluhan yang tidak wajar (aneh). Universitas Sumatera Utara 26 Dari keempat macam keluhan tersebut harus difahami benar oleh Guest Relation Officer (GRO) karena keluhan dapat terjadi di setiap bagian dan tidak mungkin tamu menyampaikan keluhannya ke masing-masing bagian sehingga bagian Front Office yang menjadi tujuan untuk menyampaikan keluhan dalam hal ini GRO karena mudah dicari oleh tamu yaitu berada di Lobby utama dimana merupakan pusat kegiatan tamu di hotel. 2.4 Lobi dan Negosiasi Lobi adalah pendekatan yang dilakukan agar terjadi kerjasama antara kita dengan sasaran lobi dan itu kegiatan melobi adalah suatu bentuk pendekatan yang tidak resmi. Sedangkan negosiasi adalah proses tawar menawar antara kita dengan sasaran lobi untuk mencapai suatu kesepakatan. Negosiasi tidak akan terjadi apabila salah satu pihak mempunyai wewenang atau kuasa secara sepihak untuk memaksakan suatu keputusan kepada pihak lain. Negosiasi bukan terdiri dari sebuah ketrampilan saja, tetapi juga melibatkan elemen-elemen yaitu: pihak-pihak membutuhkan keterlibatan antar satu sama lain dalam mencapai hasil yang diinginkan bersama. Negosiasi adalah proses untuk menyelesaikan perbedaan secara bersamasama. Masing-masing pihak ada kemungkinan untuk membujuk pihak lain untuk memodifikasi posisi awal mereka. Tidak ada gunanya memulai negosiasi jika pihak yang satu mempunyai keyakinan bahwa posisi pihak lain sama sekali tidak dapat diubah. 2.4.1 Strategi Negosiasi Dalam melakukan negosiasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga mendapatkan hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan sebelum proses negosiasi dilakukan. Menurut Arbono (2005), ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita pilih, sebagai berikut : 1. Winwin. Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation. Contoh: Pihak manajemen Universitas Sumatera Utara 27 sepakat untuk memberikan paket PHK di atas ketentuan 19 pemerintah, dan pihak pekerja sepakat untuk dapat segera mengakhiri hubungan kerja dengan damai. 2. Winlose. Strategi ini dipilih karena pihakpihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesarbesarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi ini pihakpihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yng mereka inginkan. Contoh: Pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji di bawah target yang telah mereka usulkan sebelumnya kepada pihak perusahaan. 3. Loselose. Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihakpihak yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan. Contoh: Pihak pengusaha akhirnya melakukan upaya “Lock out”, karena pihak pekerja tidak bersedia untuk menghentikan pemogokan. 4. Losewin. Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka. Contoh: Pihak pengusaha sengaja memberikan beberapa konsesi yang tidak terlalu signifikan kepada pihak pekerja, dengan harapan dapat membangun kepercayaan dengan pihak pekerja di masa yang akan datang. 2.4.2 Taktik Negosiasi Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih seringkali menggunakan berbagai taktik agar agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Arbono (2005), menyarankan beberapa taktit sebagai berikut: 1. Membuat Agenda. Taktit ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihakpihak yang berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka mencapai kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan. 2. Bluffing. Taktik klasik yang sering digunakan para negosiator, bertujuan mengelabui lawan berundingnya dengan membuat distorsi kenyataan yang ada Universitas Sumatera Utara 28 dan membangun suatu gambaran yang tidak benar. Contoh: Pihak pengusaha menunjukkan bahwa mereka tidak peduli sama sekali dengan ancaman pihak pekerja untuk melakukan pemogokan bila perundingan gagal (padahal sebenarnya mereka khawatir bila pemogokan terjadi). 3. Membuat tenggat waktu (deadline). Taktik ini digunakan bila salah satu pihak yang berunding ingin mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan. Contoh: Pihak pengusaha menyatakan kepada pihak pekerja, bahwa bila paket PHK yang ditawarkan tidak diambil sekarang, maka paket PHK yang akan diberikan berikutnya akan lebih rendah dari yang ditawarkan saat ini. 3 Good Guy Bad Guy. Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat” dan “baik” pada salah satu pihak yang berunding. Tokoh “jahat” ini berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga pandanganpandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya, sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapat-pendapat yang dikemukakannya untuk menetralisir pendapat tokoh “jahat”, sehingga dapat diterima oleh lawan berundingnya. 4 The art of Concecion. Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi. Contoh: Pihak pengusaha sepakat untuk memberikan kenaikan gaji yang diminta pihak pekerja asal pihak pekerja sepakat untuk mendukung pihak pengusaha mengurangi jumlah pekerja. 5 Intimidasi. Taktik ini dilakukan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan konsekwensi yang akan diterima bila tawaran ditolak. Contoh: Pihak pekerja mengancam bahwa bila permintaan kenaikan gaji mereka tidak dipenuhi oleh pihak pengusaha, maka mereka akan melakukan pemogokan selama 1 bulan. Universitas Sumatera Utara 29 2.4.3 Elemen-Elemen Dalam Negosiasi: 1. Negosiasi adalah proses interaksi antar dua pihak atau lebih yang terlibat bersama dalam sebuah hasil akhir tetapi menggunakan argumen dan persuasi dan mengakhiri perbedaan mereka untuk mencapai jalan keluar yang dapat diterima bersama dan terjadi suatu dealing. 2. Terjadi interaksi di antara orang-orang terutama antar komunikasi lisan yang langsung, walaupun kadang-kadang dengan elemen tertulis yang penting. Kemajuan hasil negosiasi sangat dipengaruhi oleh sikap dan emosi manusia, tidak saja oleh logika argumentasi masing-masing pihak. Harga diri, kemarahan, humor, rasa takut persaingan unsur penting dalam proses negosiasi. Universitas Sumatera Utara 30 2.3 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada hipotesis (Nawawi, 2001 : 40). Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Judul : Strategi Komunikasi Guest Relations Officer dalam Menangani Komplain Tamu di Hotel Garuda Plaza Guest Relations Officer Komplain Tamu -Strategi Komunikasi -Lobi dan Negosiasi Sumber: Peneliti Universitas Sumatera Utara