LPD

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang tersebar di wilayah Bali merupakan
bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha
LPD sepenuhnya dimiliki dan dikelola oleh Desa Adat, merupakan lembaga bisnis
yang dikelola dengan tujuan untuk memperoleh laba. Lembaga Perkreditan Desa
wajib melaksanakan fungsi perusahaan dalam upaya mengoptimalkan potensi modal
sendiri dalam rangka mencapai tujuan mendapatkan laba, sehingga laba tersebut
dapat ditanamkan kembali untuk memperkuat struktur permodalan. Pengelolaan
modal yang efektif dan efisien akan menjadi penentu keberhasilan dalam memperkuat
cadangan modal baik tujuan memperkuat likuiditas maupun sebagai cadangan yang
diperlukan untuk menghadapi risiko kerugian sebagai akibat dari kredit macet tak
tertagih serta risiko bisnis lainnya.
Lembaga Perkreditan Desa adalah lembaga keuangan yang melaksanakan
kegiatan usahanya seperti lembaga perbankan, serta pada intinya
bersaing dengan
pasar keuangan, sehingga dalam gerak pertumbuhannya tidak dapat dipisahkan
dengan kondisi pendukung dalam rangka mencapai pertumbuhan usaha, seperti
perkembangan struktur permodalan, pertumbuhan aset, serta pengendalian risiko
pinjaman. Struktur modal Lembaga Perkreditan Desa penting untuk dikaji dalam
rangka menganalisis sumber pendanaan untuk kelangsungan usaha.
1
2
Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa yang tersebar di Kabupaten Badung
sampai akhir tahun 2012 berjumlah 119, saat ini telah berfungsi dengan baik tidak
saja sebagai lembaga keuangan dalam rangka memenuhi kebutuhan permodalan bagi
warga Desa Adat bersangkutan, tetapi juga dapat memberikan kontribusi sebesar 20%
dari laba setiap tahun disumbangkan kepada Desa Adat sebagai sumber keuangan
Desa yang berfungsi dalam melaksanakan berbagai kegiatan sosial keagamaan. Data
tentang kinerja LPD (PLPDK, 2012) menunjukkan pertumbuhan aset dari tahun
2007 sampai akhir tahun 2012 sebesar rata-rata kenaikan 66% pertahun.
Perolehan laba juga mengalami peningkatan tiap tahun, namun tidak sebesar
peningkatan aset, yaitu hanya sekitar 45% pertahunnya. Pertumbuhan struktur modal
masing-masing tidak menunjukan perubahan seperti yang terjadi pada pertumbuhan
aset dan laba. Pembentukan cadangan untuk piutang terklasifikasi juga menunjukkan
kinerja yang cukup baik.
Empat faktor yang saling terkait dapat menjelaskan pertumbuhan begitu cepat
sebagai lembaga keuangan di Provinsi Bali yaitu: Pertama, pertumbuhan yang cepat
tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa pemerintah provinsi Bali
memiliki keinginan yang kuat untuk menyediakan akses kredit bagi masyarakatnya
melalui pendirian LPD. Kedua, pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio
nasabah dan pinjaman mengindikasikan bahwa LPD baik sebagai lembaga keuangan
maupun tata-kelolanya sesuai dengan mekanisme dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Bali, terutama didaerah pedesaan. Ketiga, karena masing-masing LPD
beroperasi hanya dilingkungan desa adat yang wilayahnya relatif kecil, anggota
3
komunitas memiliki informasi yang cukup dan dapat dengan mudah mengaksesnya.
Keempat, jumlah tabungan menunjukkan bahwa LPD bukan hanya merupakan
lembaga pemberi pinjaman (lending institution ) tetapi juga sebagai lembaga
penerima tabungan ( saving institution), telah mampu berperan sebagai lembaga
perantara keuangan seperti Bank umum.
Data pertumbuhan LPD di Kabupaten Badung dari tahun 2007 - 2012 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Pertumbuhan Laba, Aset, Tabungan, Deposito, Modal, Cadangan, CPRR, Pinjaman
dan Pinjaman terklasifikasi LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 – 2012
No
Tahun
Indikator
2007
49,439,532
2008
56,564,902
2009
71,454,521
2010
88,722,973
2011
105,523,571
2012
127,678,680
1,031,629,942
1,344,313,132
1,677,959,490
2,098,699,510
2,614,219,960
3,436,447,132
1
Laba
2
Aset
3
Tabungan
446,114,858
611,713,070
752,949,422
941,328,626
1,204,761,852
1,570,682,363
4
Deposito
387,707,634
495,068,223
634,132,801
798,771,932
976,949,996
1,327,850,413
5
Modal
6
Cadangan
7
CPRR
8
Pinjaman
9
P.terklasifikasi
7,612,351
7,990,920
8,758,974
9,582,474
12,098,538
13,581,043
134,363,061
164,538,891
198,124,600
242,495,004
295,566,191
360,262,237
13,064,944
16,646,685
23,452,924
32,844,943
43,902,769
55,066,337
699,738,344
938,033,720
1,285,405,812
1,610,545,309
1,973,962,430
2,459,189,856
77,037,922
89,702,673
137,201,346
130,612,555
171,125,111
177,722,739
Sumber: Data LPD Kabupaten Badung tahun 2007-2012
Persaingan yang semakin ketat menuntut LPD harus berkinerja dengan baik.
Operasionalnya mengadopsi peraturan perbankan yang merupakan salah satu industri
yang bersaing dengan cukup ketat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik
investor. Sebelum menginvestasikan dananya investor memerlukan informasi
mengenai kinerja LPD. Penilaian kinerja bagi manajemen merupakan penilaian
terhadap prestasi yang dicapai. Hal ini penting dilakukan oleh masyarakat,
4
manajemen, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan. Ukuran dari
prestasi yang dicapai dapat dilihat dari profitabilitasnya. Bank perlu menjaga
profitabilitas yang tinggi agar kinerjanya dinilai bagus (Ponco, 2008)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba periode
tertentu (Munawir, 2010). Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba akan
menggambarkan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Efektivitas suatu
perusahaan bergantung pada kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya karena profitabilitas menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang
baik di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat profitabilitas akan lebih
terjamin kelangsungan usahanya.
Rasio Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return On Assets
(ROA), yaitu rasio yang membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva
(Riyanto, 2013:138). Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan
diantaranya risiko usaha, struktur modal, dan pertumbuhan aset. Stabilitas
profitabilitas yang dapat dicapai industri perbankan sangat ditentukan oleh kondisi
pendukung untuk mencapai profitabilitas yaitu kondisi struktur permodalan, mitigasi
risiko kredit (management risk), pertumbuhan aset, serta sumber daya
yang
mengelola industri perbankan atau lembaga lainnya.
Risiko usaha pada lembaga perkreditan desa adalah risiko kredit macet karena
fokus utama usaha yang dijalankan adalah menyalurkan kredit kepada masyarakat
atau nasabah. Risiko usaha diukur dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yaitu
5
perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Kredit
bermasalah yaitu kredit dalam klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Risiko kredit merupakan risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan
nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadualkan. Ketidakmampuan
nasabah memenuhi perjanjian kredit yang telah disepakati kedua belah pihak
(Siamat, 2005:280). Penelitian Cebenoyan et al. (2001) menunjukkan bahwa
perbankan yang lebih aktif dalam mengembangkan produk yang dapat meningkatkan
leverage dan pengembangan holding company ternyata dapat menurunkan risiko
bisnis dan akhirnya juga meningkatkan profitabilitas industri perbankan di Asia.
Kebijakan pengelolaan struktur modal yang efisien dan efektif tidak saja
dalam rangka penatausahaan untuk mencapai profit, tetapi juga
menanamkan
kembali profit sebagai modal perusahaan, sehingga setiap peluang laba dapat
diartikan sebagai peluang untuk memperkuat struktur modal perbankan, tentunya
sangat rentan dengan persoalan likuiditas yang selalu diatur sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko bisnis perusahaan.
Gropp dan Heider (2009) melakukan penelitian di sejumlah negara Eropa
untuk mendapatkan sejumlah faktor yang diduga merupakan bagian penentu
kebijakan penguatan struktur modal perbankan. Bahwa pada negara maju memiliki
kondisi yang berbeda dengan banyak negara berkembang di Asia dimana terdapat
cukup banyak industri perbankan yang berskala kecil, sehingga faktor penentu
penguatan struktur permodalan menjadi berbeda dengan di negara maju. Kepemilikan
6
saham, serta strategi perusahaan dalam mendapatkan dana pihak ketiga memiliki
peluang yang lebih terbuka. Gropp dan Heider (2009) menemukan adanya peluang
untuk memperkuat struktur permodalan melalui kebijakan hutang sehingga beban
operasional perbankan dapat ditekan sedemikian rupa untuk menghasilkan profit
yang lebih besar.
Struktur Modal dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to Equity Ratio
(DER)
dikaitkan
dengan
pembelanjaan
permanen
dimana
mencerminkan
perimbangan antara utang jangka panjang dan jangka pendek yang bersifat permanen
dengan modal sendiri (Riyanto, 2013). Struktur modal mempengaruhi profitabilitas
perusahaan apabila manajemen tidak mampu mengendalikan komposisi utang
terhadap ekuitas karena mengendalikan utang yang tinggi menyebabkan biaya tinggi,
dan akan berkaitan dengan risiko tinggi. Tingginya utang perusahaan memungkinkan
perusahaan memacu produktivitas usaha. Modal yang besar akan mampu
menyalurkan kredit yang tinggi dengan harapan mendapatkan laba yang tinggi pula.
Penyaluran pinjaman yang tinggi sudah pasti membawa risiko yang tinggi pula.
Pertumbuhan aset menunjukkan jumlah kekayaan perusahaan yang semakin
meningkat. Aset yang besar berpengaruh terhadap pendapatan laba perusahaan.
Semakin besar jumlah aset, semakin besar laba yang diharapkan oleh perusahaan.
Pertumbuhan aset yang tinggi selalu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan, dengan harapan akan mendapatkan laba
yang lebih besar. Pertumbuhan aset dapat memediasi risiko usaha dan struktur modal
untuk meningkatkan pendapatan laba atau meningkatkan profitabilitas, dengan aset
7
yang besar kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi di perusahaan akan semakin
baik menyebabkan struktur modal semakin tinggi. Dengan aset yang besar
perusahaan dapat menginvestasikan dananya melalui pemberian kredit kepada
masyarakat yang lebih banyak, dapat meningkatkan risiko kredit pada perusahaan
tersebut. Jumlah aset yang besar memungkinkan manajemen perusahaan mengatur
atau memilih investasi yang lebih menguntungkan, memanfaatkan dana pihak ketiga
berinvestasi, menekan risiko sekecil mungkin, sehingga aset yang besar akan mampu
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rindhatmono (2005) menemukan
bahwa Risiko usaha yang diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL)
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return
on Asset (ROA). Sementara itu menurut Suyono (2005), Ahmad, Hestina, Puspitasari,
Setiawan (2009), Nursatyani, Ariyanti (2010), Putri (2013), Delsy (2014)
menemukan risiko usaha
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.
Menurut Mahardian dan Ponco (2008) menemukan bahwa Non Performing Loan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Penelitian terdahulu masih menunjukkan beberapa hasil penelitian yang tidak
konsisten, untuk itu tertarik untuk dileliti tentang Pengaruh Risiko usaha dan Struktur
Modal terhadap Pertumbuhan Aset serta Profitabilitas pada Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) di Kabupaten Badung. Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Badung
dipakai sebagai obyek penelitian karena LPD Kabupaten Badung perkembangannya
tergolong sangat cepat dan sebagai entitas ekonomi pedesaan sangat perlu
8
dipertahankan serta dikembangkan untuk kemajuan ekonomi masyarakat desa yang
ada di wilayah Provinsi Bali. Lembaga Perkreditan Desa terbukti telah mampu
mengangkat perekonomian masyarakat adat di Bali. Perkembangan LPD sangat perlu
diperhatikan agar tetap berkembang dan mampu menjawab tantangan globalisasi
ekonomi. Keberadaannya perlu mendapat perhatian khusus karena keterbatasan
wilayah operasional yaitu sebatas desa adat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian di atas, maka
dirumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut :
1) Apakah risiko usaha berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada LPD
di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
2) Apakah pertumbuhan aset berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada
LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
3) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada
LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
4) Apakah risiko usaha berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset pada
LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
5) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset
pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko usaha terhadap profitabilitas
9
pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan aset terhadap
profitabilitas pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012
3) Untuk
mengetahui
signifikansi
pengaruh
struktur
modal
terhadap
profitabilitas pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko usaha terhadap pertumbuhan
aset pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
5) Untuk
mengetahui
signifikansi
pengaruh
struktur
modal
terhadap
pertumbuhan aset pada LPD di Kabupaten Badung tahun 2007 - 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, pokok permasalahan, dan tujuan
penelitian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi bukti empiris mengenai pengaruh
Risiko Usaha dan Struktur Modal terhadap Pertumbuhan Aset dan
Profitabilitas pada Lembaga Perkreditan Desa.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pengelola
LPD dalam upaya memaksimalkan Pertumbuhan Aset dan Profitabilitas
sebagai salah satu tujuan
perusahaan. Kegunaan praktis yang dihasilkan
10
dalam penelitian ini antara lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi LPD dalam mengidentifikasikan variabel yang dapat
mempengaruhi profitabilitas dalam menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan profitabilitas agar diperoleh penggunaan modal yang tepat.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini terbatas pada
Pengaruh Risiko Usaha dan Struktur Modal terhadap Pertumbuhan Aset serta
Profitabilitas pada Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Badung tahun
2007-2012.
Download