BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Laporan Keuangan
Menurut PSAK tahun 2011, laporan keuangan merupakan salah satu media
utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa
kejadian bisnis dalam bentuk unit moneter. Tujuan dengan disediakannya laporan
keuangan maka keadaan ekonomi perusahan (yang dituangkan ke dalam bentuk
angka – angka moneter) tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Untuk
menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentu saja diperlukan komponen –
komponen laporan keuangan yang lengkap. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
5
6
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lain; dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif
atau membuat penyajian kembali pos – pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos – pos dalam laporan keuangannya.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan
atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
masa depan dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan
setara kas.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan mencakup seluruh
aspek perusahaan yang diwakili oleh angka – angka keuangan. Angka dalam
laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan akibat transaksi dan
peristiwa lain yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan diklasifikasikan lagi
ke dalam beberapa kelompok besar yang disebut unsur laporan keuangan. Aktiva,
kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur yang berkaitan langsung dengan
pengukuran posisi keuangan, sedangkan pendapatan (penghasilan) dan beban
adalah unsur yang terkait langsung untuk mengukur kinerja.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus
dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan
keputusan, yaitu relevant dan reliable. Kriteria relevant dipenuhi ketika informasi
akuntansi dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah
pengharapan para pengambil keputusan. Kriteria reliable dipenuhi ketika
7
informasi tersebut dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi
tergantung
dengan
informasi
tersebut.
Laporan keuangan
harus
dapat
menyediakan informasi untuk membantu investor sekarang, investor potensial,
kreditor, dan pengguna lainnya (Statements of Financial Accounting Concepts
No.1 dalam Thiono [2006]).
Peranan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
informasi yang terkandung di dalamnya. Pertanggungjawaban manajemen
(stewardship) atas penggunaan dan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya menjadi salah satu informasi yang terkandung di dalam laporan
keuangan (PSAK, 2011). Pengguna laporan keuangan memanfaatkan informasi
tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi
dapat berupa keputusan untuk menahan atau menjual investasi dalam perusahaan
atau keputusan penggantian manajemen baru. Informasi keuangan yang
disampaikan perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan
dan pihak eksternal perusahaan (Wolk et. al. dalam Thiono [2006]).
Penelitian yang bertujuan mengukur relevansi nilai akuntansi dalam laporan
keuangan telah berkembang sejak dulu. Studi empiris tersebut menguji hubungan
antar unsur laporan keuangan yang dapat memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan. Umumnya laba, nilai buku, dan dividen merupakan unsur
laporan keuangan yang sering diteliti karena diduga memiliki relevansi dengan
harga saham perusahaan.
Dalam penelitian ini, penulis mereplikasi penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Alfi Fadhliyah (2008) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
8
laba per saham dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002 - 2006.
B.
Laba
Informasi tentang laba dapat dijadikan parameter sebagai penilai kinerja
perusahaan. Informasi laba membantu investor menilai kinerja manajemen,
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta membantu
memprediksi laba masa yang akan datang beserta dengan risiko yang
menyertainya. Ketika informasi tersebut digunakan, maka investor dapat
mengambil keputusan yang tepat mengenai investasi dan pemberian pinjaman
pada perusahaan. Informasi laba seringkali menjadi acuan bagi investor dalam
mengevaluasi keputusan untuk mempertahankan atau menghentikan investasinya
kepada suatu perusahaan tertentu.
Umumnya informasi laba positif mewakili pengelolaan perusahaan yang
baik sehingga meningkatkan nilai perusahaan dari sisi investor, sedangkan laba
negatif mengindikasikan pengelolaan yang buruk sehingga menurunkan nilai
perusahaan dari sisi investor. Oleh karena itu, laba yang berhasil diraih
perusahaan memiliki peranan penting bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
Laba per saham adalah informasi akuntansi yang paling sering digunakan
dan dihubungkan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Menurut PSAK (2011),
laba per saham dibagi menjadi dua bagian yaitu : Laba per saham dasar (LPS
dasar) adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham
9
biasa yang beredar selama periode pelaporan. Laba per saham dilusian (LPS
dilusian) adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham
biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya
diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang
beredar sepanjang periode pelaporan. Penelitian ini menggunakan informasi laba
per saham biasa sebagai salah satu variabel penelitian.
Perusahaan yang baik dari sisi manajemen dan pengelolaan belum tentu
memiliki saham biasa (common stock) yang baik sebagai tempat investasi.
Saham pada perusahaan yang memiliki manajemen yang baik dan kinerja yang
bagus bisa mengalami overpriced. Investor sebaiknya tidak berinvestasi pada
saham overpriced karena harga saham tersebut suatu saat akan kembali pada nilai
intrinsik (harganya turun) sehingga investor mengalami kerugian.
Laba (earning) dan nilai buku (book value) memiliki hubungan yang diduga
relevan terhadap pembentukan nilai perusahaan yang dicerminkan oleh harga
saham pada pasar. Laba adalah salah satu tolak ukur profitabilitas yang menjadi
dasar bagi investor untuk menilai perusahaan. Nilai laba bisa positif atau negatif,
tergantung pada jenis perusahaan, kegiatan operasional, hingga pengelolaan aset
untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham.
Beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan memperoleh laba negatif adalah :
1. Temporary problems, yaitu masalah-masalah yang bersifat sementara
(temporary) dan terkadang hanya mempengaruhi perusahaan itu sendiri
(firm-specific reasons) atau industri dimana perusahaan berada (sectorwide
reasons).
10
2. Firm-specific reasons adalah masalah – masalah yang berhubungan
langsung dengan perusahaan, seperti mogok karyawan, penarikan produk,
tuntutan hukum. Efek dari masalah tersebut hanya terjadi sekali yaitu pada
saat peristiwa tersebut berlangsung. Akibatnya laba perusahaan tahun
berjalan menjadi berkurang akibat kerugian dan biaya yang ditanggung,
namun seringkali tidak berpengaruh pada laba di masa depan. Sectorwide
reasons yaitu masalah yang muncul dan berpengaruh terhadap seluruh
sektor yang ada dan berakibat pada menurunnya harga komoditas
perusahaan tersebut. Masalah seperti inflasi, kenaikan harga bahan baku,
kenaikan harga minyak dan lain-lain yang bersifat makro.
3. Long-Term problems, yaitu masalah yang bersifat lebih dalam dan
berlangsung dalam jangka panjang. Kesalahan dalam penetapan kebijakan
strategis, inefisiensi operasi (produksi), dan pinjaman yang terlalu besar
dibandingkan cash flow perusahaan adalah beberapa contoh penyebab
munculnya masalah jangka panjang.
4. Life-cycle, yaitu masalah yang berhubungan dengan posisi perusahaan di
dalam siklus hidupnya (company life-cycle).
Dalam hubungannya terhadap harga saham, laba yang bernilai negatif tentu
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Jika penyebab laba negatif
bersifat sementara maka pengaruhnya terhadap harga saham juga sementara.
Jika laba memiliki relevansi terhadap harga saham, maka secara tidak
langsung laba berperan dalam penentuan harga saham perusahaan yang pada
akhirnya menentukan nilai perusahaan.
11
Rasio – rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio pasar yang
berhubungan langsung dengan saham. Rasio – rasio itu adalah Nilai Buku Ekuitas
(BVE) dan Laba Per Saham (EPS).
C.
Nilai Buku Ekuitas
Nilai buku ekuitas menggambarkan jumlah ekuitas pemegang saham yang
dilaporkan dan dikurangi oleh saham preferen dan dilaporkan dalam neraca
perusahaan.
Cara menghitung nilai buku ekuitas adalah dengan menjumlahkan akun ekuitas
saham biasa dikurangi klaim yang didahulukan, seperti dividen saham preferen.
Unsur – unsur nilai buku adalah :
1. Modal dasar untuk memulai perusahaan ditambah dengan jumlah saham
tambahan dikurangi biaya atas saham yang diperoleh kembali.
2. Akumulasi laba ditahan
3. Penyesuaian akuntansi
Nilai buku ekuitas memberikan informasi mengenai besarnya nilai dari
sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai Buku Ekuitas =
Jumlah Modal Saham
Jumlah Saham Beredar
Drs. Lukman Syamsudin (2007)
12
D.
Laba Per Saham
Komponen penting kedua yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per saham. Dimana laba per saham itu merupakan “Laba
bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan
jumlah lembar saham perusahaan” (Tandelilin, 2010: 365). Informasi laba
per saham suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang
siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Besarnya laba per saham suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan
keuangan.
Jadi laba per saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Informasi
mengenai pendapatan per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk menentukan deviden yang akan dibagikan. Informasi ini juga
dapat berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Laba
per saham diperoleh dari laba bersih setelah dibagi dengan jumlah saham
Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Per Saham =
Laba Bersih
Jumlah Saham Beredar
(Tandelilin, 2010)
13
E.
Harga Saham
1. Pengertian Saham
Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) yaitu:
“Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang
saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa saham merupakan suatu surat bukti yang berharga atas kepemilikan dari
bagian modal perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar
kepemilikan saham, maka semakin besar pula kekuasaan di perusahaan.
2.
Jenis – jenis Saham
Saham menurut Siamat (2005: 508) yaitu :
a. Saham biasa adalah Saham merupakan
bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jaminan hasil karena deviden
yang diberikan perusahaan nilainya tidak tetap sesuai dengan laba yang
diperoleh perusahaan. Bila menajemen perusahaan tidak dijalankan
dengan baik sehingga harga saham melemah maka kemungkinan
terburuk bagi para investor adalah kehilangan investasinya (tidak
mendapat pembagian deviden). Akan tetapi bila perusahaan memperoleh
kenaikan laba, terdapat kemungkinan adanya peningkatan deviden yang
diterima oleh investor.
14
b. Saham preferen adalah saham yang pemegang sahamnya memiliki
preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa terutama dalam hal
pembagian deviden dan pembagian keuntungan.
Siamat (2005) membedakan saham biasa dan saham preferen dalam
beberapa karakteristik, yaitu :
1. Saham Biasa (Common stock)
Karakteristik dari saham biasa adalah deviden dibayarkan sepanjang
perusahaan memperoleh laba, memiliki hak suara, mempunyai hak untuk
memperoleh kekayaan perusahaan apabila perusahaan bangkrut yang
dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2. Saham Preferen (Preffered stock)
Karakteristik saham preferen adalah memiliki hak paling dahulu dalam
mendapatkan deviden, tidak memiliki hak suara, dapat mempengaruhi
manajemen perusahaan, memiliki hak pembayaran maksimum sebesar
nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan
dilikuidasi dan kemungkinan memperoleh tambahan dari pembagian laba
perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
Dari beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya saham dibedakan menjadi dua jenis yaitu saham biasa dan saham
preferen. Dalam hal ini yang membedakan keduanya adalah adanya preferensi
(didahulukan) pada saham preferen yang tidak dimilki oleh saham biasa dalam hal
pembagian deviden dan keuntungan.
15
Jenis – jenis saham preferen menurut Jogiyanto (2008) untuk menarik minat
investor terhadap saham preferan dan memberikan beberapa alternative yang
menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan
saham preferen, beberapa macam preferen telah dibentuk diantaranya :
1)
Convertible
Preferred
Stock,
yaitu
jenis
saham
preferen
yang
memungkinkan bagi pemegang sahamnya untuk menukar saham ini menjadi
saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.
2) Callable Preferred Stock, yaitu bentuk saham preferen yang memberikan
hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari
pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai
tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.
3) Floating/Adjustable Preferred Stock, yaitu saham yang tidak membayar
deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari
tingkat return dari sekuritas (Treasury Bills). Saham preferen tipe baru ini
cukup popular bagi investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai
kelebihan kas.
Sedangkan menurut Sawidji Widoatmodjo (2005) saham biasa (common
stock) dapat dibagi menjadi berbagai jenis, anatara lain :
1.
Saham unggul (Blue chip), saham bisa diklasifikasikan sebagai blue
chip bila memenuhi persyaratan bahwa perusahaan penerbitnya
memiliki reputasi yang baik, disamping itu dalam sejarahnya yang
panjang emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan
konsisten membayar deviden tunai.
16
2.
Growth stock, saham akan diklasifikasikan sebagai growth stocks, jika
emitennya merupakan pemimpin didalam industrinya, dan secara
berturut – turut beberapa tahun terakhir mampu mendapatka hasil diatas
rata – rata.
3.
Income stock, yaitu saham yang mampu membayar dividen lebih tinggi
dari rata – rata dividen yang dibayarkan tahun – tahun sebelumnya.
4.
Cyclical stock, yaitu saham yang perkembangannya mengikuti
pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.
5.
Defensive stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
6.
Speculative stock, yaitu saham yang saham yang emitennya tidak bisa
secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun.
3.
Pengertian Harga Saham
Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) : “Harga saham
merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk
kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.”
Sawidji Widioatmodjo (2005:102) mendefinisikan harga saham sebagai
berikut: “Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada
investor yang lain setelah saham tersebut di cantumkan di bursa, baik bursa utama
maupun OTC (Over the counter market)”.
Harga saham dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
17
1.
Harga saham perdana, yaitu harga saham yang ditawarkan kepada
masyarakat dan dibayar penuh pada awaktu mengajukan formulir pesanan
saham yang telah ditetapkan oleh underwriter atau emiten.
2.
Harga saham sekunder, yaitu harga yang terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan (listing) dilantai bursa dan telah diperdagangkan, harga saham ini
ditentukan oleh kondisi pasar.
Harga saham tercantum pada saham tersebut dengan harga atau nilai
nominal atau nilai pari, karena ada peningkatan laba dan sebagian laba yang
dihasilkan tidak dibagikan kepada pemegang saham maka nilai saham akan
meningkat. Harga baru disebut harga buku, apabila saham ini diperjualbelikan di
bursa efek maka harga saham disebut harga pasar (harga bursa karena saham).
Harga saham dipasar modal tidak selalu dalam keadaan tetap melainkan
selalu berfluktuasi sesuai dengan sifatnya yang selalu dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran pasar. Naik turunnya harga pasar akan sangat menarik
bagi para investor baik bagi individu maupun kelembagaan, karena naik turunnya
harga saham akan memberikan keuntungan bagi investor. Keuntungan itu
dinamakan capital gain.
Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan
harga (price), yang termasuk dengan nilai adalah nilai intrinstik (instrinstik value).
Nilai instrinsik merupakan nilai nyata (true value) salah satu yang ditentukan oleh
beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai
yang tercermin pada fakta (justified by the fact) seperti aktiva, pendapatan,
dividen dan proses perusahaan.
18
Penilaian saham yang umumnya digunakan dalam analisis sekuritas, yaitu :
1.
Pendekatan Nilai Buku Ekuitas
Nilai buku per saham ini mencerminkan berapa besar jaminan yang
diberikan terhadap pemegang saham jika perusahaan dilikuidasi. Nilai buku
per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimilki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Widoatmodjo
(2005:59)
2.
Pendekatan Earning Per Share (Laba Per Saham)
Pendekatan ini adalah pendekatan yang sering digunakan oleh para investor
dan analisis sekuritas. Pendekatan ini untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS
menggambarkan profitabilitas perusahaan dalam setiap lembar sahamnya.
Semakin tinggi nilai EPS menyebabkan semakin besar laba dan
kemungkinan meningkatkan jumlah dividen yang diterima oleh para
pemegang saham. Darmadji dan Fakhrudin (2008)
4.
Metode Menganalisis Harga Saham
Menurut Sunariyah (2006: 168-179) ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang
paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio
modern.
1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan
pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu:
19
a. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun
pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data
pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan,
indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor –faktor lain
yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut
pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal
(internal analisys). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah:
• Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat
dieksploitasi ke return ubnormal.
• Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu
diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas.
• Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal
adalah sebagai berikut:
• Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.
• Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu, penekanannya hanya
pada perubahan harga.
• Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis
pergerakan di dalam pasar atau suatu saham.
• Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada pasar
jangka pendek, karena teknik-teknik analisis teknikal dirancang
20
untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif
lebih pendek.
b. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan
bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang
diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan
suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan
untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan
suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai
intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang
(current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari
rata-rata nilai intrinsiknya.
2. Pendekatan portofolio modern
Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa
dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar
efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara
menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.
F.
Hubungan Nilai Buku Ekuitas (BVE), dan Laba Per Saham (EPS)
dengan Harga Saham
1.
Nilai Buku Ekuitas (BVE)
Nilai Buku Ekuitas (EBV) merupakan jumlah ekuitas pemegang saham
yang dilaporkan dan dikurangi oleh saham preferen serta dilaporkan dalam
21
neraca perusahaan. Nilai buku ekuitas memberikan informasi mengenai
besarnya nilai dari sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Hubungan nilai buku terhadap harga saham menyimpulkan bahwa
relevansi nilai buku ekuitas berasal dari perannya sebagai suatu proksi untuk nilai
adaptasi dan nilai penolakan.
2.
Laba Per Saham (EPS)
Laba per saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Dengan
menggunakan rasio EPS, investor dapat mengetahui besarnya pertumbuhan
ekonomi yang telah dicapai perusahaan terhadap saham perusahaan.
Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
per lembar saham maka kinerja perusahaan semakin baik. Dengan semakin
membaiknya kinerja perusahaan yang diakibatkan dari tingginya tingkat EPS hal
itu dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Terdapat hubungan perubahan
EPS dengan perubahan harga saham (Tandelilin, 2010). Berdasarkan kesimpulan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa Laba Per Saham berpengaruh positif
terhadap harga saham.
G.
1.
Kerangka Pemikiran Dan Model Konseptual
Kerangka Pemikiran
Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan
manfaat kepada pengguna terutama para investor sebagai bahan pertimbangan dan
22
membuat keputusan investasi. Faktor yang menjadi pertimbangan investor adalah
kemampuan emiten dalam menghasilkan laba. Investor dalam melakukan
investasi saham akan memilih perusahaan yang memiliki tingkat harga saham
yang tinggi. Perusahaan yang memiliki harga saham yang tinggi dianggap
perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus. Untuk menganalisis kinerja
keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran – ukuran tertentu. Analisis kinerja
perusahaan antara lain dapat diamati melalui serangkaian analisis terhadap laporan
keuangan, yaitu dengan menggunaka rasio keuangan. Rasio yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Nilai Buku Ekuitas (BVE) dan Laba Per Saham (EPS).
Laba Per Saham (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Semakin besar
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar
saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi harga saham
perusahaan, demikian pula sebaiknya. Dengan demikian laba per saham akan
berpengaruh positif terhadap harga saham. Perusahaan diharapkan mempercepat
pertumbuhan rata – rata, sementara di lain pihak dapat membagikan laba dalam
prororsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba akan menumbuhkan minat
para investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan
saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham.
1. X1
Y
Termasuk dalam grand theory (Contemporary Theory). Ekuitas kepemilikan
minoritas dianggap bagian dari ekuitas konsolidasi, dilaporkan dalam jumlah
tunggal (single amount) karena kemepilikan minoritas tidak akan mengambil
23
manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan) konsolidasi. Nilai buku ekuitas
juga merupakan nilai akunting, yaitu nilai yang dicatat berdasarkan sistem
akuntansi dan nampak di dalam neraca perusahaan. Dan dapat disimpulkan nilai
buku ekuitas adalah indikator yang dapat mempengaruhi harga saham.
2. X2
Y
Termasuk dalam grand theory (Contemporary Theory). Laba kepemilikan
minoritas adalah pengurang dalam menentukan laba bersih konsolidasi (tetapi
bukan beban seperti pada proprietary theory). Ini dianggap sebagai alokasi atas
realisasi laba entitas keseluruhan kepada keduanya mayoritas dan minoritas teori
akuntansi. Dan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan,
dimana laba per saham menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa. Sehingga para calon pemegang saham akan tertarik
pada laba per saham yang besar.
2.
Model Konseptual
Berikut Model Variabel Penelitian :
X1 = Nilai Buku Ekuitas
Y = Harga Saham
X2 = Laba Per Saham
24
H.
Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan laporan keuangan
dan harga saham, yaitu :
No
Penulis
Tahun
1
Anissa Amalia
2012
Mulya
Judul
Keterangan
Analisis Relevansi Informasi Laba
Menyatakan bahwa
Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan
secara simultan
Arus Kas Operasi Dengan Harga
berpengaruh
Saham (Studi Empirik Pada
signifikan terhadap
Perusahaan Manufaktur Yang
harga saham.
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2004-2008)
2
Alfi Fadhliyah
2008
Analisis Pengaruh Nilai Buku Ekuitas
Menyatakan bahwa
dan Laba Per Saham Terhadap Harga
nilai buku ekuitas
Saham Pada Perusahaan Terdaftar Di
berpengaruh
BEI Periode 2002 – 2006
signifikan terhadap
harga saham.
3
Rozard Karla
Siagian
2004
Analisis Pengaruh Nilai Buku dan dan
Menyatakan bahwa
Laba Per Saham Terhadap Harga
secara simultan
Pasar Saham Pada Perusahaan
berpengaruh
Manufaktur Go Public di BEJ 1995 –
signifikan terhadap
2002
harga saham.
Download