BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Gelinas dan Dull (2008: 11), mengatakan bahwa sistem adalah sekumpulan elemen yang saling tergantung satu sama lain dimana mereka bersama-sama menyelesaikan tujuan yang spesifik. 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Gelinas dan Dull (2008: 17), informasi adalah data yang dipresentasikan dalam bentuk yang berguna untuk aktivitas pengambilan keputusan. 2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012: 7), sistem informasi yaitu menggabungkan teknologi informasi, orang, dan data untuk mendukung kebutuhan bisnis. Menurut Gelinas dan Dull (2008: 13), sistem informasi adalah sistem yang dibuat oleh manusia yang secara umum terdiri dari sekumpulan komponenkomponen berbasis komputer yang terintegrasi dan juga komponen-komponen manual yang dibentuk untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur data serta menyediakan output informasi untuk para penggunannya. Sedangkan, menurut Rainer dan Turban (2010: 53), sistem informasi dimana proses mengumpulkan, memproses, menganalisis informasi secara spesifik untuk suatu kebutuhan dan biasanya kebanyakan sistem informasi telah terkomputerisasi. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah rangkaian aktifitas mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi kepada pemakai untuk tujuan tertentu dan biasanya sudah terkomputerisasi. 2.2 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Menurut Rainer dan Turban (2010: 253) fungsi dari MIS ialah bertanggung jawab untuk sistem informasi yang paling mendasar dalam organisasi, sistem pengolahan transaksi. TPS menyediakan data untuk database. Pada gilirannya, 7 8 semua sistem informasi lain menggunakan data ini. Personel MIS mengembangkan aplikasi yang mendukung semua tingkat organisasi (dari pengetikan hingga eksekusi) dan semua bidang fungsional. Aplikasi ini juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan bisnis dengan para patnernya. Dapat diambil kesimpulan dari defenisi diatas bahwa SIM ialah sistem berbasis komputer yang melakukan fungsi-fungsi untuk menyediakan semua informasi yang mempengaruhi semua operasi organisasi dan juga digunakan untuk pengambilan keputusan. 2.3 Pengertian Internet Menurut Reiner dan Turban (2010: 49) internet adalah kumpulan dari orangorang yang menggunakan computer secara berdiri sendiri namun terhubung antara satu sama lain melalui sebuah lingkungan jaringan global. Sedangkan menurut Menurut Stair dan Reynolds (2010: 14) internet adalah jaringan komputer terbesar di dunia. Terdiri dari beribu ribu jaringan yang saling terkoneksi, semua bebas bertukar informasi. Melalui pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian internet adalah jaringan yang global terdiri atas computer beserta pemakainya yang saling berhubungan. 2.4 Pengertian E-Bussiness Menurut Turban (2010: 47), e-business merujuk kepada pengertian yang lebih luas dari e-commerce, tidak hanya membeli dan menjual produk dan jasa, tetapi juga melayani pelanggan, berkolaborasi dengan patner bisnis, membuat elearning dan membuat transaksi elektronik dalam organisasi. Lalu, menurut Rainer dan Cegielski (2011: 201), e-business adalah konsep yang agak lebih luas dari e-commerce. Disamping pembelian dan penjualan barang dan jasa, e-business juga mengacu melayani pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis dan melakukan transaksi elektronik dalam sebuah organisasi. Dari pengertian diatas e-business dapat disimpulkan bahwa tidak hanya menjual dan membeli namun disisi lain e-bussiness juga melayani pelanggan, memuaskan pelanggan dan bekerja sama dengan perusahaan rekanan. 9 2.5 Supply Chain 2.5.1. Pengertian Supply Chain Menurut Rainer dan Turban (2010: 287), Supply Chain adalah aliran bahan, informasi, uang, dan layanan dari bahan baku pemasok melalui pabrik dan gudang sampai ke pelanggan akhir. 2.5.2 Komponen Supply Chain Menurut Rainer dan Turban (2010: 288), Supply Chain terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu: Upstream Supply Chain, terdiri dari aktivitas yang melibatkan perusahaan dengan pemasoknya ( dapat berupa produsen,perakitan atau keduanya, atau penyedia layanan). Kegiatan utama dalam Supply Chain bagian upstream ialah procurement. Internal Supply Chain, melibatkan semua proses internal yang dilakukan untuk mengubah input dari supplier menjadi output yang dihasilkan perusahaan. Downstream Supply Chain, meliputi semua kegiatan yang meliputi pengiriman produk akhir perusahaan ke pelanggannya. Gambar 2. 1Arus Arus Dalam Supply Chain Gambar 2.1 dalam Supply Chain Sumber : Reiner and Turban ( 2010: 244). 2.5.3 Strategi Supply Chain Menurut Janvier-James (2012) dalam The International Journal of Bussines Reaserch vol 5 (2012) yang bertopik A New Introduction to Supply Chains and Supply Chain Management: Definitions and Theories Perspective, 10 “Koneksi dan node dalam Supply Chain dalam mencapai fungsi yang berkontribusi terhadap nilai barang melalui rantai dan dengan pencapaiannya. Hubungan yang tidak terjalin dengan baik akan mengurangi keefektifan seluruh Supply Chain”. Maka diperlukan koordinasi agar yang baik dapat mencapai kefektifan dari Supply chain tersebut Berikut Strategi Supply Chain menurut Render ( 2010: 10-14): 1. Banyak pemasok Melalui banyak pemasok maka negosiasi dapat dilakukan dengan banyak pilihan, perusahaan dapat memilih antara satu pemasok dengan pemasok lainnya. Strategi yang biasanya diambil dari banyak pemasok adalah : banyak sumber per item, hubungan adversarial, jangka pendek, sedikit keterbukaan, dapat dinegosiasikan dan jumlah besar. 2. Sedikit pemasok Perlu ditempuh pengembangan hubungan menjadi partner dalam jangka panjang terhadap para pemasok dalam memuaskan konsumen. Strategi ini terjadi ketika sedikit sumber pemasok, penerapan just in time, jangka panjang dan stabil. Kontrak yang terjadi bersifat eksklusif, biaya rendah, pesanan besar dan sering. 3. Integrasi vertical Ditempuh dengan cara membeli pada pemasok yang telah ada, perusahaan mampu memproduksi barang-barang yang dibeli sebelumnya. Dalam hal ini analisis keuangan memegang peranan yang sangat penting, tidak mudah melakukan integrasi vertikal kecuali bagi perusahaan besar yang manajemennya sudah baik. 4. Jaringan keiretsu Adalah membuat pemasok menjadi bagian dari koalisi perusahaan, keiretsu merupakan sistem aliansi yang menguntungkan dari kepemilikan saham perusahaan secara patungan. Ada keterkaitan antara pabrikan, pemasok, distributor dan kreditor yang merupakan kemitraan yang lebih luas dalam SCM. 5. Perusahaan maya (virtual company) Adalah upaya untuk membangun sebuah perusahaan virtual yang menggunakan pemasok ketika dibutuhkan, biasanya bergerak di bidang jasa. 11 2.6 Supply Chain Management 2.6.1 Pengertian Supply Chain Management Menurut Heizer (2011: 452), manajemen rantai pasokan ialah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan bahan baku menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Dan Menurut Render (2010: 4), SCM mencakup aktivitas untuk menentukan penyedia transportasi, transfer uang secara kredit dan tunai, pemasok, distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan persediaan, pemenuhan persediaan serta berbagi informasi pelanggan, prediksi dan produksi Sedangkan menurut Russell dan Taylor (2009: 512), Supply Chain Manajemen ialah mengelola arus informasi, produk dan pelayanan diseluruh jaringan baik itu pelanggan, perusahaan, hingga pemasok. Pada berbagai definisi Supply Chain Management di atas maka bias dikatakan secara umum semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan uang di sepanjang Supply Chain adalah kegiatan-kegiatan dalam cakupan Supply Chain Management Tabel 2. 1 Area Cakupan Dalam SCM Bagian Pengembangan produk Pengadaan Cakupan kegiatan antara lain Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier Perencanaan & Pengendalian Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan Operasi / Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber: I Nyoman Pujawan (2005: 9) 12 2.6.2 Proses Supply Chain Management Proses Supply Chain Management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Gambar 2. 2 Proses Supply Chain Sumber : I Nyoman Pujawan (2005 : 9) Pada gambar diatas, terlihat bahwa Supply Chain Management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman. 2.6.3 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Management Menurut Pujawan (2005: 17), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola suppy chain, yaitu: 1. Kompleksitas struktur Supply Chain Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda. 13 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan. 2. Ketidakpastiaan Ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll. Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll. Gambar 2. 3 Ketidakpastian dalam Supply Chain Sumber: I Nyoman Pujawan (2005: 19) Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah. 2.6.4 Push and Pull Model dalam Supply Chain Management Menurut Rainer dan Cegielski (2011: 337), push model adalah proses produksi yang dilakukan dengan melakukan peramalan terhadap permintaan dari customer.Peramalan harus memprediksi produk yang customer inginkan serta banyaknya barang yang diinginkan. Lalu perusahaan memproduksi produk sesuai dengan jumlah yang telah diramalkan. 14 2.6.5 Tujuan Supply Chain Management Menurut Reiner dan Turban (2010: 289) SCM bertujuan untuk meminimalkan persediaan, meminimalkan waktu produksi, mengoptimalkan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas aktivitas tersebut secara umum. Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan (2005), Supply Chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat Supply Chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka Supply Chain harus bisa menyediakan produk yang, 1.Murah 2.Berkualitas 3.Tepat waktu 4.Bervariasi 2.7 E-Supply Chain Management 2.7.1 Pengertian E- Supply Chain Management Menurut Reiner dan Turban (2010: 289), E-SCM adalah kolaborasi dari penggunaan teknologi untuk memperluas proses B2B dan meningkatkan kecepatan, pengendalian tepat waktu dan kepuasan pelanggan. E-SCM merupakan kolaborasi penggunaan teknologi untuk meningkatkan kegiatan operasi SCM itu sendiri. 2.7.2 Keuntungan E- Supply Chain Management Chaffey (2007: 289), mengatakan ada enam keuntungan yang didapat dari penggunaan e-SCM, yaitu : 1. Reduce order-to-delivery time 2. Reduce costs of manufacturing 3. Manage inventory more effectively 4. Improve demand forecasting 5. Reduce time to introduce new products 6. Improve aftermarket / post-sales operations. 15 2.7.3 Keberhasilan pada E-Supply Chain Management Menurut Reiner dan Turban (2010: 290), keberhasilan suatu e-SCM tergantung pada : a. Kemampuan semua mitra rantai pasokan untuk melihat kolaborasi mitra sebagai asset strategis. Integrasi yang ketat dan kepercayaan antara mitra dagang menghasilkan kecepatan, kelincahan, dan biaya yang lebih rendah. b. Strategi rantai pasokan yang didefinisikan dengan baik. Ini mencakup pemahaman yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan yang ada, mengartikulasikan rencana yang jelas untuk perbaikan, dan membangun tujuan lintas organisasi untuk kinerja supply chain. c. Visibilitas informasi di sepanjang rantai pasokan. Visibilitas informasi mengacu pada informasi tentang persediaan pada berbagai segmen rantai, permintaan produk, perencanaan kapasitas dan aktivasi, sinkronisasi aliran material, waktu pengiriman, dan informasi relevan lainnya yang harus terlihat oleh semua anggota rantai pasokan pada setiap waktu yang diberikan. d. Kecepatan, biaya, kualitas, dan layanan customer. Ini adalah metrik di mana rantai pasokan diukur. Akibatnya, perusahaan harus secara jelas mendefinisikan pengukuran untuk masing-masing dari keempat metrik, bersama dengan tingkat target yang akan dicapai e. Mengintegrasikan rantai pasokan yang lebih erat. E-supply chain akan mendapatkan keuntungan dari integrasi yang lebih kuat, baik di dalam perusahaan dan di sebuah perusahaan yang akan diperluas yang terdiri dari pemasok, mitra dagang, penyedia logistik, dan saluran distribusi. 2.7.4 Preleminary Steps Menurut Ross (2004: 131-138) tugas untuk mencapai strategi e-scm membutuhkan beberapa langkah dari preliminary step. Tujuan awal dari langkah tersebut adalah dengan memfokuskan perusahaan terhadap dampak dari penerapan e-business pada semua orang, baik didalam organisasi dan kepada mitra dagang dalam rantai pasokan. Dengan melalui analisis strategi e-business yang komprehensif yang terperinci tentang interaksi yang sedang berjalan saat ini dalam perusahaan dapat mendukung dan menyediakan informasi untuk diferensiasi 16 kompetitif perusahaan. Pengembangan strategi e-scm melibatkan lima tahapan langkah, yaitu: Step 1: Energize the Organization Menyiapkan organisasi untuk e-SCM membutuhkan dua inisiatif utama sumber daya manusia: membuat manajemen tingkat atas di dewan untuk mempelopori usaha tersebut dan meningkatkan energy dan mengintegrasi orangorang perusahaan di dalam organisasi ke dalam teknologi e-SCM. Langkahlangkah ini harus diikuti untuk menginformasikan dan mengaktifasi tim manajemen tingkat atas: 1. Edukasi SCM dan e-business 2. Bertindak sebagai seorang penyokong 3. Mengembangkan strategi SCM 4. Mengembangkan sumberdaya manusia perusahaan 5. Berinvestasi pada peningkatan supply chain Inisiatif kedua dalam mempersiapkan pengembangan strategi e-SCM adalah meningkatkan energi sumber daya manusia dalam organisasi. Menurut Manheim, ada enam pendorong utama yang dapat digunakan untuk secara benar mengintegrasikan e-SCM dan orang-orang. Pendorong pertama berfungsi sebagai tema menyeluruh pada strategi bisnis, lima selanjutnya adalah pendorong pendukung, yang masing-masing mendukung dan memperkuat pendorong pertama. 1. Pendorong pertama: Meningkatkan cara-cara bagaimana orang bekerja. 2. Pendorong kedua: Membangun proses multi-enterprise yang kuat dengan dukungan Teknologi Informasi yang tepat. 3. Pendorong ketiga: Menyeimbangkan peran antara orang dan teknologi 4. Pendorong keempat: Mengatur proses multi-enterprise dengan fleksibel dan dinamis. 5. Pendorong kelima: Mengatur pengetahuan dengan strategis. 6. Pendorong keenam: Meningkatkan efektivitas individu. Step 2: Enterprise Vision Memvisikan kekuatan kompetitif adalah langkah selanjutnya dalam perjalanan dalam membangun strategi e-SCM yang efektif. Dalam mendefinisikan visi perusahaan tim eksekutif harus memikirkan beberapa faktor seperti: 17 1. Seperti apa jejak rekam dari sebuah perusahaan? 2. Bagaimana jejak rekam tersebut secara tradisional mendekati pasar? 3. Proses apa yang paling menambah nilai bagi pelanggan? 4. Bagaimana hubungan dengan pemasok berkembang seiring waktu? 5. Bagaimana sifat dari organisasi internal? 6. Apa kekuatan dan kelemahan dari mitra bisnis? 7. Apakah kemampuan adalah yang paling penting dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif? Step 3: Supply Chain Value Assesment Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah menentukan proses apa yang mendukung keunggulan kompetitif untuk dikonversikan ke dalam bentuk ebusiness. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan member prioritas inisiatif e-business yang dipilih agar dapat memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan rekan bisnis. Tahapan dalam menjalankan supply chain value assement sebagai berikut: 1. Sebuah tim kolaborasi yang terdiri dari perusahaan dan mitra rantai pasokan terbentuk. Dasar operasi dari sebuah tim adalah untuk mengintegrasikan rantai pasokan, proses bisnis, dan pengetahuan e-business. Adalah tanggung jawab tim untuk mengidentifikasikan isu-isu bisnis perusahaan dan rantai pasokan, dan mulai menjelaskan detail dampak dari pendekatan evolusi dan revolusi untuk menggunakan e-business sebagai keunggulan kompetitif. 2. Pada langkah kedua, tim supply chain value assement memecah penemuan mereka menjadi critical performance indicator (KPIs) dan supply network opportunities. Ketika garis besar dari solusi e-business yang memungkinkan menjadi jelas, tim akan mulai menginvestigasi dan membuat detail solusi dan pendekatan dan ,rintangan dan resiko, dan tolak ukur untuk memvalidasi performa di masa depan. 3. Pada langkah ketiga, tim supply chain value assement mulai mencocokkan KPIs dengan aplikasi internet untuk menentukan titik keputusan sebagai objektif dari sebuah inisiatif, profil resiko/tingkat pengembalian, faktor resiko utama, outcome metrics, dampak proses penambahan nilai, kompetensi yang dibutuhkan, dan dampak keseluruhan pada organisasi dan rantai pasokan. Ketika latihan sudah terlaksana, baik perusahaan dan mitra pendukung rantai pasokan harus ditinggalkan dengan ringkasan detail dari kemungkinan alternative e-business yang dapat 18 dipilih. Adalah daftar ini yang akan digunakan dalam proses priotisasi yang akan datang. Step 4: Opportunity Identification Tahap ini dilakukan dengan memprioritaskan alternative e-business yang memungkinkan. Untuk menyelesaikan tahap ini, tim supply chain value assesment harus memecahkan inisiati yang ada ke dalam evolutionary model dan revolutionary model. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, rangkaian peluang kompetitif yang tersedia dan biaya rata-rata yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan mitra supply chain. Step 5: Strategy Decision Setelah keempat tahapan selesai dilakukan, maka para eksekutif perusahaan dapat menentukan keputusan strategi dalam memulai proses perencanaan pembangunan e-SCM 2.8 Metode Analisa 2.8.1 Lima Kekuatan Porter Analisis lima kekuatan Porter adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis dalam menentukan strategi perusahaan. Menurut Porter (dalam David 2011: 106), terdapat lima kekuatan kompetitif porter yang akan menentukan keunggulan bersaing dalam industri, yaitu : 1. Ancaman pendatang baru yang potensial Pendatang baru dapat membawa kapasitas tambahan Menyebabkan adanya penuruanan harga produk Sebagai dasar baru untuk berkompetisi 2. Ancaman produk pengganti/subsitusi Produk pengganti memiliki kecenderungan untuk memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik daripada produk yang dihasilkan oleh perusahaan 19 Produk pengganti cenderung dihasilkan oleh perusahaan yang memiliki tingkat profit yang tinggi 3. Kekuatan tawar-menawar pemasok Pemasok dapat memaksa adanya peningkatan harga atau biaya Pemasok dapat mengurangi kualitas dari barang pasokan Pemasok dapat membatasi ketersediaan bahan baku sehingga menyebakan produksi barang menurun dan mengakibatkan naiknya harga produk 4. Kekuatan tawar-menawar pembeli Pembeli cenderung memiliki kemampuan untuk memaksa adanya penurunan harga. Pembeli cenderung meminta kualitas produk yang lebih bermutu Pembeli menyukai pelayanan yang sifatnya fleksibel Meningkatkan persaingan bisnis 5. Persaingan sesama industri Adanya kompetisi harga diantara para pesaing Persaingan bisnis mengakibatkan perusahaan harus menciptakan produk dengan invovasi terbaru serta perusahaan harus dapat mengembangkan produk yang telah ada sebelumnya sehingga produk yang dijual dan dihasilkan oleh perusahaan menjadi lebih berkualitas dan bermutu tinggi Pendistribusian produk dari perusahaan ke konsumen harus jelas dengan pelayanan yang baik untuk para konsumen Perusahaan harus dapat menjaga loyalitas customer Gambar 2.4 Skema Lima Kekuatan Porter Sumber: David (2011: 106) 20 2.8.2 Value Chain Analysis Menurut Pearce II dan Robinson, (2008: 208-209), Analisis rantai nilai (value chain analysis – VCA) digunakan untuk memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitasaktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut. Analisis rantai nilai membagi aktivitas dalam perusahaan menjadi dua kategori umum yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. 1. Aktivitas Utama /Primer (primary activities) Aktivitas utama/primer kadang kala disebut fungsi lini yaitu aktivitas- aktivitas dalam suatu perusahaan yang terlibat dalam penciptaan fisik dari produk, pemasaran, dan transfer ke pembeli, serta layanan purnajual. Aktivitas ini terdiri dari : a. Inbound Logistics Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan perolehan bahan bakar, energy, bahan baku, suku cadang, barang dagangan, dan perlengkapan lainnya dari pemasok yaitu penerimaan, penyimpanan, dan distribusi input dari pemasok yaitu inspeksi dan manajemen persediaan. b. Operations Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan konversi input menjadi bentuk produk akhir (produksi, perakitan, pengemasan, pemeliharaan peralatan, operasi fasilitas, penjaminan mutu, perlindungan lingkungan). c. Outbound Logistics Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan distribusi fisik dari produk kepada pembeli (penyimpanan barang jadi, pemrosesan pemesanan, pengepakan pesanan, pengiriman, operasi kendaraan pengiriman). 21 d. Marketing and Sales Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan upaya tenaga penjualan, iklan dan promosi, riset dan perencanaan pasar, sertadukungan bagi dealer/distributor. e. Service Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan penyediaan bantuan bagi pembeli, seperti instalasi, pengiriman suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan, bantuan teknis, penanganan atas pertanyaan dan keluhan pembeli. 2. Aktivitas Pendukung (support activities) Aktivitras pendukung sering kali disebut fungsi staf atau overhead adalah aktivitas-aktivitas dalam suatu perusahaan yang membantu perusahaan tersebut secara keseluruhan dengan cara menyediakan infrastruktur atau input yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas ini terdiri dari : a. Firm Infrastructure Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan manajemen umum, akuntansi dan keuangan, hukum dan masalah peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem informasi manajemen, dan fungsi-fungsi “overhead” lainnya. b. Human Resource Management Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan perekrutan,pelatihan, pengembangan, dan kompensasi dari seluruh jenis karyawan, aktivitas hubungan dengan karyawan, pengembangan keahlian yang berbasis pengetahuan. c. Technology Development Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan litbang produk, litbang proses, perbaikan desain proses, desain peralatan, pengembangan peranti lunak computer, 22 sistem telekomunikasi, desain dan rekayasa dengan bantuan computer, kapabilitas basis data baru, dan pengembangan sistem pendukung yang terkomputerisasi. d. Procurement Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan pembelian dan penyediaan bahan baku, perlengkapan, jasa, dan jasa pihak luar lainnya yang dperlukan untuk medukung perusahaan serta aktivitasnya. Sering kali aktivitas ini menjadi bagian dari aktvitas pengadaan logistic dalam perusahaan. Gambar 2.5 Value Chain Analysis Scheme Sumber : Pearce II dan Robinson (2008: 209) 23 2.9 Metode Perancangan Sistem 2.9.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 4), analisis sistem adalah sebuah proses pemahaman dan menentukan secara rinci apa yang seharusnya dilakukan oleh sistem informasi. 2.9.2 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 4), perancangan sistem diartikan sebagai proses untuk menentukan bagaimana detail komponen dari sistem informasi yang harus diterapkan. 2.9.3 Activity Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60), Object-Oriented Analysis (OOA) adalah menentukan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan apa use case yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60), Object-Oriented Design (OOD) menentukan semua jenis obyek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan memperbaiki pengertian masingmasing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu. Menurut Whitten (2004: 31) Object Oriented Analysis and Design adalah sekumpulan alat dan teknologi untuk mengembangkan system yang akan mengutilisasi objek untuk membangun system dan software-nya. 24 2.9.4 Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 48) adalah suatu standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object-oriented 2.9.5 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 141), activity diagram adalah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas pengguna atau sistem, orang yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran berurutan aktivitas ini. Diagram aktivitas adalah salah satu diagram Unified Modeling Language (UML) yang terkait dengan pendekatan berorientasi objek, tetapi dapat digunakan dengan pendekatan pengembangan. Gambar 2.6. Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd.,(2010: 42) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 141), dalam activity diagram terdapat beberapa simbol yang digunakan, yaitu: a. Synchronization bar Merupakan simbol dalam activity diagram untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan jalur berurutan. 25 b. Swimlane Merupakan area persegi pada activity diagram mewakili kegiatan dari agen tunggal. c. Starting activity (pseudo) Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan dimulainya sebuah aktivitas. d. Transition arrow Merupakan garis penunjuk arah yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas. e. Activity Merupakan notasi yang menggambarkan dan menjelaskan suatu aktivitas. f. Ending activity (pseudo) Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan berakhirnya suatu aktivitas. 2.9.6 Usecase Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), use case diagram adalah diagram untuk menunjukkan berbagai peran pengguna dan bagaimana peran mereka menggunakan sistem. Tujuan dari use case diagram adalah untuk mengidentifikasi penggunaan atau use cases dari sistem baru yang dimana dengan kata lain untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan. Menurut Honni, Herman, dan Chrisianto (2008, p.19), usecase diagram merupakan diagram yang menggambarkan interaksi antara sistemsistem eksternal, dan pengguna. Dengan kata lain, secara grafis mendeskripsikan siapa yang akan menggunakan sistem dan dalam cara apa pengguna mengharapkan interaksi dengan sistem tersebut. 26 Gambar 2.7. Usecase Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd., (2010: 244) 2.9.7 Usecase Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 171), usecase descriptions adalah gambaran yang menjelaskan detail proses dari setiap use case. Fully Developed Description seperti pada Gambar 2.4 memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang proses bisnis dan bagaimana sistem berperan dalam mendukung proses tersebut. 27 Gambar 2.8. Usecase Description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd.,(2010: 175) 2.9.8 Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 187), salah satu jenis UML class diagram ini menunjukkan users work domain atau disebut sebagai domain model class diagram. Tipe lain dari notasi UML class diagram digunakan untuk membuat design class diagrams ketika merancang software. Simbol domain kelas adalah rectangle dengan dua bagian. Bagian atas berisi nama kelas dan bagian bawah berisi daftar atribut kelas. Nama kelas selalu diawali huruf capital dan nama atribut selalu diawali dengan huruf kecil. 28 Gambar 2.9. Domain Model Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd, (2010: 187) 2.9.9 First Cut Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 413), first-cut design class diagram dikembangkan dengan memperpanjang model domain class diagram. Hal ini membutuhkan dua langkah yaitu menguraikan tentang atribut dengan jenis dan informasi nilai awalnya dan menambahkan panah navigation visibility. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 415), terdapat beberapa panduan dalam menentukan panah navigation visibility adalah: One-to-many relationships mengindikasikan pada sebuah hubungan superior/subordinate yang biasanya dinavigasi dari superior ke subordinate. Contohnya dari Order ke OrderItem. Mandatory relationships, dimana objek dalam suatu kelas tidak mungkin ada tanpa objek dari kelas lain, biasanya dinavigasi dari independent class ke dependent class. Contohnya dari Customer ke Order. Ketika sebuah objek memerlukan informasi dari objek lain, panah navigasi mungkin dibutuhkan untuk menunjukkan baik ke objek itu sendiri atau perusahaan induknya dalam suatu hirarki. Panah navigasi mungkin juga dua arah 29 Gambar 2.10. First Cut Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd, (2010: 416) 2.9.10 Updating and Packaging The Design Classes Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 457), berdasarkan metode ini, pertama kita harus menambahkan method signatures sebelum finalisasi tampilan. Ada tiga jenis metode yang ditemukan di sebagian besar kelas: (1) constructor methods, (2) data get and set methods, dan (3) use case specific methods. Constructor methods membuat instance baru dari objek. Data get and set methods mengambil dan memperbarui nilai atribut. Oleh karena setiap kelas harus mempunyai constructor, dan sebagian besar biasanya memiliki data get and set methods, ini merupakan opsional untuk memasukkan method signatures dalam design class diagram. Metode ketiga yaitu use case specific methods harus dimasukkan dalam design class diagram. 30 Gambar 2.11. Updating and Packaging The Design Classes Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd., (2010: 457) 2.9.11 Statechart Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 260) mengungkapkan bahwa state adalah kondisi dari sebuah objek yang terjadi selama masa hidupnya memenuhi beberapa standar, menjalankan kegiatan, atau menunggu suatu peristiwa. Gambar 2.12. Statechart Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd., (2005: 237) . 31 2.9.12 System Sequence Diagram (SSD) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), System Sequence Diagram (SSD) adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara faktor eksternal dan sistem selama kasus penggunaan atau skenario. Gambar 2.13. System Sequence Diagram (SSD) Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd., (2010: 253). 2.9.13 Three Layer Design Sequence Diagram Menurutt Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 436), three layer design sequence diagram merupakan gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan dari first cust sequence diagram yang terdiri dari tambahan layer sebagai berikut: View layer View Layer melibatkan interaksi manusia-komputer dan membutuhkan merancang user interface untuk setiap use case. Desain user interface adalah salah satu aktivitas utama dari disiplin desain UP. 32 Data Access Layer Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku untuk data access layer. Desain Multilayer penting untuk mendukung jaringan multitier di mana database pada satu server, logika bisnis pada server lain, dan user interface pada beberapa klien desktop. Cara baru merancang sistem yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem yang lebih fleksibel. Gambar 2.14. Three Layer Design Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd., (2010: 454) 2.9.14 Package Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 459), package diagram pada Unified Modifying Language (UML) merupakan diagram level tinggi yang digunakan oleh perancang untuk mengelompokkan kelas-kelas pada grup yang terkait. Gambar 2.15 menunjukkan package diagram yang berguna untuk mendokumentasikan persamaan atau perbedaan hubungan objek pada view layer, domain layer, dan data access layer. 33 Gambar 2.15. Package Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd., (2010:459) 2.9.15 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 531) user interface adalah bagian dari suatu sistem informasi yang memerlukan interaksi pengguna untuk membuat input dan output. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 541-544) menyatakan bahwa rumusan Ben Shneiderman mengemukakan didalam pendapatnya, delapan aturan emas untuk merancang interface yang interaktif menurut: a. Upaya untuk konsistensi Merancang sebuah interface dan fungsi yang konsisten adalah salah satu tujuan desain yang paling penting. Cara agar informasi diatur pada bentuk, nama dan pengaturan komponen menu, ukuran dan bentuk icon, dan urutan diikuti untuk melaksanakan tugas harus konsisten di seluruh sistem. 34 b. Memungkinkan pengguna menggunakan shortcuts User yang bekerja dengan satu aplikasi sepanjang hari bersedia untuk menginvestasikan waktu untuk belajar shortcut. Shortcut mengurangi jumlah interaksi untuk pekerjaan tertentu. Juga, desainer harus menyediakan fasilitas makro bagi pengguna untuk membuat shortcut-nya sendiri. c. Feedback yang informatif Setiap tindakan pengguna harus menghasilkan beberapa jenis feedback dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan tersebut diakui. d. Desain dialog untuk hasil penutupan Setiap dialog dengan sistem harus diatur dengan urutan yang jelas yaitu awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas yang jelas memiliki urutan awal, tengah, dan akhir, sehingga penggunan tugas di komputer seharusnya juga merasakan seperti itu. b. Penawaran sederhana error handling Kesalahan pengguna membutuhkan biaya, baik dalam waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki hasil kesalahannya. Perancang sistem harus mencegah pengguna dari membuat kesalahan bila memungkinkan. Sebuah cara utama untuk melakukan ini adalah membatasi pilihan yang tersedia dan memungkinkan pengguna untuk memilih dari pilihan yang valid pada setiap titik dalam dialog. Umpan balik yang memadai, seperti yang dibahas sebelumnya juga membantu mengurangi kesalahan. c. Mengijinkan pengguna untuk membatalkan tindakan Pengguna harus merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau dibatalkan tanpa kesulitan. Ini adalah salah satu cara pengguna belajar tentang sistem dengan melakukan 35 percobaan. Ini juga merupakan cara untuk mencegah kesalahan, seperti pengguna mengenali mereka telah membuat kesalahan, membatalkan tindakan. d. Dukungan internal locus of control Pengguna yang berpengalaman merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas sistem dan bahwa sistem mereSOKn perintah mereka. Mereka seharusnya tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat merasa seolah-olah sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat pengguna merasa bahwa mereka memutuskan apa yang harus dilakukan. Desainer dapat memberikan banyak fasilitas bagi hal ini dan pengendalian melalui kata-kata petunjuknya dan pesan. e. Mengurangi beban memori jangka pendek Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek adalah salah satu yang terbesar. Interface desainer tidak bisa berasumsi bahwa pengguna akan mengingat apa pun dari form ke form, atau dialog box untuk dialog box, selama interaksi dengan sistem. 37