ASPEK PERANCANGAN PLATFORM MIGAS LAUT DALAM (OIL DEEP SEA PLATFORM) UNTUK PERAIRAN LAUT INDONESIA Arief Suroso Jurusan Teknik Kelautan ITS, Surabaya ABSTRAK. Indonesia saat ini sedang menuju laut dalam (deep sea) untuk memproduksi migasnya, Pengembangan ladang migas laut dalam sedang dilakukan di selat Makasar. Laut dalam terutama di kawasan Indonesia Bagian Timur pada umumnya adalah daerah frontier dan ladang minyak marginal, sehingga perancangan offshore platform untuk industri Migas harus dilakukan dengan mempertimbamgkan banyak aspek. Makalah ini bertujuan untuk membahas dan mendiskusikan aspek perancangan offshore platform untuk produksi migas di laut dalam. Untuk mencapai tujuan tersebut pembahasan akan dimulai dengan membahas aspek operasional dan lingkungan Laut,, aspek rancang bangun dan kemampuan industri maritim didalam negeri. Alternatif platform laut dalam (deepsea platform) untuk perairan laut Indonesia diberikan sabagai penutup makalah ini. Kata kunci: platform, laut dalam, produksi 1.PENDAHULUAN Wilayah Indonesia saat ini mempunyai sekitar 60 cekungan hidrokarbon dan 73% dari seluruh cekungan tersebut terletak didaerah pantai dan laut dimana sekitar 1/3 nya merupakan laut dalam (deep sea). Cekungan sedimen di wilayah Indonesia Bagian Barat (IBB) pada umumnya terletak di laut dangkal, sebaliknya di IBT cekungan hidrokarbon banyak terletak di laut dalam. Di IBB terdapat 22 cekungan hidrokarbon dimana hanya 33% berada dilaut dalam, sedaang di IBT terdapat 33 cekungan hidrokarbon dengan 86% berada di laut dalam.. Potensi cadangan sumber daya migas yang terkandung di IBT adalah 7.19 milyar barrel minyak dan 7.09 trilyon kaki kubik gas Teknologi eksplorasi dan eksploitasi migas di lepas pantai telah mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini terutama ditujukan untuk dapat membuat fasilitas dan peralatan yang mampu beroperasi di laut yang paling dalam dan bagaimanapun sulitnya medan. Meskipun demikian untuk melaksanakan kegiatan di daerah frontier seperti yang banyak dihadapi di IBT, aspek biaya dan keekonomian merupakan masalah yang perlu dipertimbangkan. Selain itu proses pengembangan ladang minyak baru di laut dalam memerlukan waktu yang sangat lama, bisa mencapai puluhan tahun Fasilitas dan peralatan untuk pengembangan migas dilaut terdiri dari pendukung eksplorasi dan pendukung produksi (production platform), marine riser, sub sea equipment, storage dan export system. Aspek penting lainnya dalam perancangan platform laut dalam di Indonesia harus juga dipertimbangkan kemampuan galangan konstruksi (construction yard) didalam negeri dalam hal mengkonstruksi platform laut dalam. 1. ASPEK OPERASIONAL Dalam setiap perancangan platform laut dalam, aspek pertama yang ditentukan adalah berapa jumlah sumur yang akan dibor, jenis peralatan pemboran dan bahan yang digunakan. Besarnya ruang dek yang diperlukan untuk semua opersai harus diketahui, demikian halnya jumlah dek harus ditentukan (berapa tingkat) Model transportasi hasil produksi minyak harus ditentukan apakah menggunakan tanker atau saluran pipa bawah air, juga sistim storage-nya. Selanjutnya konfigurasi platform yang dirancang harus disesuaikan dengan peralatan instalasi yang ada (available), misalnya untuk jenis platform barge launched jacket harus dipertimbamgkam tersedianya kapasitas tongkang pengangkut tersebut. 2. ASPEK LINGKUNGAN LAUT Faktor-faktor lingkungan antara lain kedalaman laut, kondisi pasang surut, tinggi gelombang, kecepatan angin, arus laut dan kondisi gempa harus ditentukan. Semua faktor lingkungan tersebut yang menimbulkan gaya/beban terhadap platform harus dianalisis. Didaerah laut dalam dan frontier pada umumnya data oceanografi tersebut sulit didapat. Pengukuran langsung dilokasi diperlukan apabila data tersebut tidak ada. Pengukuran langsung memerlukan fasilitas seperti kapal survai yang memadai dan canggih. Pengukuran bisa berlangsung cukup lama, misalnya untuk mendapat data annual wave height, perlu pengukuran sepanjang tahun.. Oleh karena itu seperti yang telah disinggung didepan pengembangan lapangan migas laut dalam bisa memakan waktu tahunan. Ahli oseanografi dan meterologi harus dapat menyelidiki dan memperoleh faktor-faktor lingkungan tersebut. 3. ASPEK DASAR LAUT Penentuan sifat dasar laut seperti mekanika tanah dan jenis tanah perlu diketahui untuk analisis fondasi terutama untuk platform jenis steel jacket dan concrete grafity structure. Untuk jenis platform terapung, sifat dasar laut diperlukan untuk mooring analyzed (jangkar), yaitu untuk menentukan holding capacity jangkar yang akan digunakan. Selanjutnya data dasar laut yang diperlukan terdiri dari data histori geologi tanah, data boring tanah, hasil percobaan pemancangan. Ahli geologi dan mekanika tanah diperlukan untuk analisis dan evaluasi data tersebut. 4. ASPEK RANCANG BANGUN Seperti yang telah diketahui bahwa laut dalam di IBT pada umumnya adalah daerah frontier, atau tidak ada fasilitas pendukung yang diperlukan dalam exploitasi migas di laut. maka rancang bangun platform harus dapat mendukung 3 kegiatan sekaligus yaitu produksi, eksport sistem dan storage. Selanjutnya ditentukan apakah akan menggunakan fixed platform atau floating platform. Tiap-tiap system memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk fixed structure seperti steel piled jacket untuk laut dalam harus dipertimbangkan jumlah sumur yang akan diproduksi. Kalau hanya beberapa kepala sumur, maka jacket platform tidak akan menguntungkan karena harga platform baja sangat mahal sekali. Jacket platform yang terdalam didunia saat ini berada di teluk Mexico, di kedalaman air 311 m. 2 Jacket terdalam didunia ini yang diberi nama Cognac , berharga sekitar 250 juta dolar Amerika atau sekitar 2.5 trilion rupiyah, digunakan untuk mendukung kepala sumur yang berjumlah 62 buah. Kondisi teluk Mexico yang termasuk harsh environment, memaksa para perancang menggunakan jacket karena jenis platform ini yang paling stabil untuk memdukung produksi migas dilaut (gambar 1) Gambar 1. Konfigurasi Jacket Platform ‘Coqnac’ Terdalam di Dunia (Graft, J. 1980) Jenis fixed platform lainnya adalah struktur beton (concrete gravity platform) yang banyak digunakan di laut dalam Norwegia. Platform struktur beton ini kemungkinan dapat digunakan di Indonesia mengingat kita memiliki bahan dasar semen yang melimpah. Sedang teknologi beton pada umumnya sudah dapat dikuasai oleh SDM dalam negeri. Platform yang kokoh untuk lingkungan yang buruk ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan jacket platform, karena tanpa menggunakan tiang pancang sehingga produksinya bisa lebih awal, memiliki dek yang lebih luas, memiliki kapasitas storage yang besar. Konfigurasi struktur dapat melindungi pipa konduktor dari beban gelombang, karena pipa konduktor berada didalam tower beton yang kokoh dan kedap air. Kelebihan lainnya adalah karena struktur terbuat dari beton maka tahan korosi sehingga dapat mengurangi pekerjaan bawah air (inspection and maintenance). Meskipun struktur beton memiliki kelebihan dari pada steel jacket, namun dari segi pembiayaan struktur untuk laut dalam masih diragukan apakah struktur beton biayanya lebih murah. Bisa terjadi biaya steel jacket dan concrete platform kemungkinannya sama. Kekurangan lainnya jenis concrete grafity sructure dalam pembangunannya perlu dry dock yang sangat besar yang belum dipunyai oleh galangan didalam negeri (gambar 2) Selanjutnya untuk platform terapung seperti menggunakan kapal tanker besar sebagai eksploitasi migas adalah kemungkinan yang paling murah. Mengingat bahwa cuaca perairan laut di Indonesia masih dapat dikatakan. sebagai calm weather , maka pemakaian kapal masih dapat diperhitungkan meskipun harus diteliti dulu berapa besar down time di lokasi. 3 Gambar 2. Sket Concrete Gravity Structure ( Syordma 1980 ) Pengalaman Operator migas Conoco di perarian laut Natuna dapat digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan harga down time tersebut Keuntungan yang lain menggunakan kapal adalah selain sebagai fasilitas produksi juga memiliki kapasitas storage yang sangat luas, dimana untuk daerah frontier sangat diperlukan. Kelemahan utama menggunakan platform terapung termasuk kapal adalah system peralatan dibawah air seperti marine riser, underwater blow out preventer (subsea well) yang perlu perawatan rutin dan bisa terjadi perlu penyelam (diver intervention). Hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya oprasi. Penggunaan jenis platform terapung lainnya seperti: Semisubmersible, Deep Sea Jack-up harganya labih mahal dari kapal dan pada umumnya tidak memiliki fasilitas storage. Jenis platform lainnya untuk laut dalam adalah dari kelompok compliant structures seperti TLP, Articulated Column, Guyed Tower. Tension Leg Platform (TLP) laut dalam yang telah beroperasi tanpa gangguan berada di Laut Utara dan dioperasikan oleh Conoco Oil. TLP dengan konfigurasi seperti Semisubmersible berkaki 6 dimooring secara kencang (taut mooring) di dasar laut dengan pondasi terpancang ( piled foundation). Tujuan taut mooring aatau tendon mooring adalah untuk mengurangi gerakan heave sehingga proses produksi dapat berjalan lancar. TLP Conoco ini beroperasi di kedalaman laut 160 m dan dilingkungan yang buruk. Meskipun TLP ini telah berhasil baik dalam operasinya namun biayanya amat mahal. Sedang jenis Articulated Column dan Guyed Tower pada umumnya digunakan untuk ladang minyak marginal. Konfigurasi Platform semacam ini adalah platform yang ramping dengan menggunakan space frame dari baja, yang dapat berdiri didasar laut dengan cara di spread mooring atau ditahan dengan ruang pengapung (gambar 3) 4 Gambar 3. Guyed Tower dan Articulated Column (DA.Fee 1986) 5. Potensi Industri Maritim Saat ini perusahaan nasional terbesar pembangun offshore structure adalah PT.McDermott di pulau Batam. Dengan kapasitas produksi 55.000 ton per tahun, telah mampu membuat jacket terbesar seberat 18.809 ton. Saat ini PT.McDermott sedang menyelesaikan proyek platform laut dalam jenis SPAR dengan berat 12.000 ton yang akan dioperasikan di teluk Mexico di kedalaman air laut 1600 meter. SPAR buatan McDermott ini diklaim sebagai platform terdalam di dunia yang sanggup berproduksi dengan sistim dry trees atau christmas tree berada diatas permukaan air (gambar 4a dan 4b). Oleh karena itu tidak ada alasan lagi, bahwa plaatform migas harus dibangun diluar negeri 6. Pengembangan lapangan West Seno Pengembangan ladang minyak laut dalam di West Seno selat makasar saat ini telah mencapai kemajuan yang cukup berarti dengan telah diselesaikannya instalasi well head platform jenis TLP (gambar 5). Selat Makasar dengan kondisi laut yang termasuk Calm Weather menguntungkan konfigurasi kolom TLP yang cukup dengan menggunakan penampang bujur sangkar sehingga pembangunan konstruksinya lebih mudah. Selain itu dengan penampang bujur sangkar memperbaiki gaya damping. Meskipun demikian dengan keputusan pemilihan meggunakan TLP, peluang pembangunannya didalam negeri sulit dilakukan karena pada umunya pembangunan TLP menggunakan Graving Dock yang sangat besar. Graving dock yang dimilik Indonesia pada umumnya untuk pembangunan kapal. 5 Gambar 4. SPAR Platform yang sedang dibangun di Batam (McDermott 2002) Gambar 5. Instalasi TLP di Lapangan Wesr Seno Selat Makasar 6 6. KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan yang telah diberikan, beberapa kesimpulan dapat dijelaskan sebagai berikut: o Rancang bangun offshore platform untuk laut dalam tergantung besarnya sumber migas, apabila sangat besar sekali masih dapat dipertimbangkan menggunakan steel piled jacket o Untuk ladang marginal dapat digunakan kapal tanker besar atau platform jenis compliant o Dari aspek rancang bangun para perancang masih berusaha menggunakan platform jenis fixed structures, untuk menghindari pemakaian marine riser dan subsea well o Kemampuan industri konstruksi offshore structure didalam negeri sudah cukup memadai, untuk pembuatan platform laut dalam Daftar Pustaka Andrier, B.L., et-al, (1986) ROSEAU: A Deepwater Compliant Structure, Offshore Technology Conference (OTC, paper 5256) Anonym, (1980) Deepwater Floating System Seen Best, Offshore (magazine), January Anonym, (1983) New Jack-Up Design for Remote, Severe Environments, Ocean Industry (magazine),April Anonym, (2002), Field Development Solutions, Leaflet PT.McDermott, Batam Beare, A.J. and Remery, G.F.M., (1983), Floating Production, Tanker Production Eyed For deep, rough seas, Offshore (magazine), March Fee, D.A., and O’Dea, J., (1985), Technology for Developing Marginal Offshore Oil field, Elsevier Applied Science Publication, London Graft, J., (1980), Introduction to Offshore Structures, Gulf Publisher, New York Suroso,A., (1988), Studi Peluang Pembangunan Offshore Jacket Platform di Indonesia, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian ITS, Surabaya Suroso, A., (1989), Pemilihan Tipe Offshore Structure untuk Eksploitasi Hidrikarbon di Laut Dalam Indonesia, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian ITS, Surabaya Suroso, A., (1990), Penerapan Teknik Marginal Field di Perairan Laut Indonesia, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian ITS, Surabaya Syordma, G.W., (1980) General Apparisal of Offshore Gravity Structures, Shell International Petroleum, Offshore Structure, ICE, London 7