PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN

advertisement
PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D
MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL ”THE
POSTMAN STORY”
Adindha Miftania
D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya, email: [email protected]
Film animasi adalah suatu teknik dalam pembuatan karya audio visual yang mengacu pada
pengaturan waktu gerakan dalam gambar-gambar berurutan sehingga karakter yang terdapat pada
gambar terkesan bergerak atau hidup. Animasi 3D memiliki keterbatasan dan kelebihan yang dapat
saling melengkapi dengan 2D. Dari dasar pemikiran ini maka dibuat Tugas Akhir yang mengangkat
teknik pembuatan animasi 3D berbasis 2D.
Proses awal perancangan animasi ini dimulai dengan mengambil data animasi karakter 2D,
kemudian dibuat model 3D untuk digunakan sebagai environment. Penggunaan material pada model
3D menggunakan cell shading untuk mendapatkan hasil yang menyerupai 2D. Penggabungan karakter
2D dan environment 3D dilakukan dengan cara memberi material berupa animasi karakter pada plane,
kemudian diatur sesuai dengan storyboard.
Perancangan ini menghasilkan film animasi yang dapat menggabungkan teknik 3D dan 2D
dengan visual yang menyatu. Manfaat dari pembuatan film animasi ini untuk memberikan kesan baru
dalam bidang animasi di Indonesia.
Kata Kunci: 3D, 2D, postman, cel shading, film animasi
Indonesia sejak tahun 1980. Indonesia semakin
1. Pendahuluan
Animasi berangkat dari fitur pada film,
memperlihatkan
perkembangan
serta
minat
komedi situasi, iklan, website, telepon seluler,
dalam upaya meningkatkan kualitas dari film
saat ini hadir dimana-mana. Animasi menurut
animasi mulai abad 21. Hal tersebut dapat dilihat
Jill Nelmes [2] adalah salah satu praktek
dari banyaknya jumlah penggemar film animasi,
pembuatan film yang paling menonjol dari abad
munculnya
kedua puluh satu awal, dan akhirnya, setelah
animasi,
bertahun-tahun dianggap sebagai anak tiri yang
animasi, keberadaan sekolah-sekolah animasi
meminggirkan
serta forum-forum atau komunitas animasi.
untuk
film
live-action,
rumah-rumah
diadakannya
produksi
festival-festival
untuk
film
mendapatkan pengakuan komersial dan kritis
Sama seperti animasi 3D, 2D memiliki
sebagai bahasa fondasi kunci kontemporer
audience tersendiri. Hal ini terbukti dengan
budaya visual yang dalam dirinya sendiri.
banyaknya peminat film-film 2D hasil produksi
Animasi berasal dari kata latin animare, yang
Jepang seperti Naruto, Dragon Ball, One piece,
berarti “membuat hidup atau mengisi dengan
dan lain sebagainya. Animasi 2D tidak memiliki
napas” [1], dengan kata lain animasi membuat
batasan spesial seperti pada 3D. Batasan spasial
gambar menjadi tampak hidup.
ini yang menyebabkan animasi 3D tidak dapat
Film
animasi
yang
kebanyakan
produksi Jepang dan Amerika, berkembang di
membuat
morph
seperti
yang
diinginkan
animator. Animasi 3D selalu menampilkan segi
realistis dari berbagai unsur animasi, dan tidak
yang telah dibuat maka selanjutnya yang harus
dapat menjangkau beberapa fantasi yang bisa
dilakukan adalah pemberian material. Setelah
dicapai oleh animasi 2D, seperti gerakan, warna,
tahap pematerialan selesai dapat dilakukan tahap
bayangan dan outline. Kelemahan yang dimiliki
compositing atau penggabungan. Namun dalam
animasi 3D ini memunculkan teknik baru dalam
tahap ini dibutuhkan data animasi karakter yang
hal
berkembang
dibuat sebelumnya oleh peneliti pertama(Ratna).
tersebut memiliki hasil akhir animasi 3D yang
Dari data animasi karakter yang telah dibuat oleh
tampak seperti 2D. Teknik ini dinamakan Cell
peneliti sebelumnya diolah dan digabungkan
shading.
dengan environment menggunakan software 3D.
finishing.
Finishing
yang
Tugas Akhir ini membahas tentang
Lalu dianimasikan kembali dan dilakukan proses
Film Animasi 3D Berbasis 2D Menggunakan
rendering untuk dijadikan file movie. Dari hasil
Teknik Cell shading. Pada proyek Tugas Akhir
movie tersebut barulah dilakukan tahap editing
ini membahas tentang proses pembuatan film
dan compositing, dimana didalamnya terdapat
animasi 3D berupa environment yang diberikan
pengaturan tone warna, pemberian special effect
teknik cell shading untuk digabungkan dengan
dan sound. Tahapan tersebut dapat dijelaskan
animasi karakter 2D, rendering hingga finishing.
sebagai berikut:
2. Metode Pembuatan
a. Modeling 3D
Urutan pembuatan film ini secara garis
besar dikerjakan seperti bagan pada gambar 1.
Proses pembuatan environment pada
film Tugas Akhir ini di kerjakan dengan
software 3D. Modeling adalah proses pembuatan
bentuk dari sebuah objek yang akan dibuat. Pada
environment film Tugas Akhir ini modeling yang
dibuat diantaranya adalah:
1) Tumbuhan
Membangun sebuah desa ataupun kota hal utama
yang perlu di buat mengingat beberapa lokasi di
sebutkan dalam cerita adalah diperbukitan yang
sejuk adalah tumbuhan. Pembuatan model 3D
dari tumbuhan mempertimbangkan unsur-unsur
Gambar 1 bagan urutan pembuatan film
antara lain charming sebagai keyword dari film,
jumlah polygon yang minim, kecocokan dengan
Pengerjaan Tugas akhir ini mengacu pada
karakter, serta kecepatan dalam proses render.
storyboard yang sebelumnya telah dibuat.
Dari tiga alternatif yang dibuat seperti pada
Langkah awal yang harus dilakukan adalah
pembuatan modeling environment, dari modeling
gambar 2, maka didapatkan hasil gambar a
charming sebagai keyword dari film, jumlah
sebagai alternatif terpilih.
polygon
yang
minim,
kecocokan
dengan
karakter, serta kecepatan dalam proses render.
Dari tiga alternatif yang dibuat seperti pada
gambar 3, maka didapatkan hasil gambar b
sebagai alternatif terpilih.
Gambar 2 alternatif tanaman
Gambar 4 alternatif jalan
2) Bangunan
Selain tumbuhan diperlukan
pula bangunan-
bangunan yang akan digunakan untuk mebuat
suasana desa atau kota. Pembuatan model 3D
bangunan
mempertimbangkan
unsur-unsur
antara lain charming sebagai keyword dari film,
jumlah polygon yang minim, kecocokan dengan
karakter, serta kecepatan dalam proses render.
Dari tiga alternatif yang dibuat seperti pada
gambar 3, maka didapatkan hasil gambar a
sebagai alternatif terpilih.
b. Materialing
Untuk menghasilkan sebuah gambar 3D berbasis
2D maka teknik pemberian material/coloring
disebut dengan cell shading. Dalam software 3D,
teknik cell shading dapat dicapai dengan
menggunakan pilihan material ink ‘n paint.
Dalam ink ‘n paint ini terdapat pengaturan
warna, shading/gradasi pada warna dan tebal
tipis outline.
1) Shading/Gradasi warna
Pada
tahap
pengaturan
pematerialan
ini
shading/gradasi
mempertimbangkan
unsur-unsur
dibutuhkan
warna
antara
yang
lain
charming sebagai keyword dari film, mendekati
visual kartun, kecocokan dengan karakter, serta
kecepatan dalam proses render. Dari tiga
alternatif yang dibuat seperti pada gambar 5,
maka didapatkan hasil gambar c sebagai
Gambar 3 alternatif bangunan
alternatif terpilih.
3) Jalan
Jalan diperlukan
pula dalam pembuatan desa
atau kota. Pembuatan model 3D bangunan
mempertimbangkan
unsur-unsur
antara
lain
Penggabungan karakter 2D dan environment 3D
dilakukan dengan cara memberi material berupa
animasi karakter pada plane, kemudian diatur
sesuai dengan storyboard.
Gambar 5 alternatif shading/Gradasi warna
d. Rendering
Pada tahap ini proses render dilakukan untuk
2) Outline
menghasilkan output berupa still image dan
Pada tahap pematerialan ini dibutuhkan pula
movie. Still image dan movie ini adalah data
pengaturan
yang
mentah yang masih dibutuhkan proses editing
lain
lebih lanjut. Oleh karna itu pada saat rendering
charming sebagai keyword dari film, mendekati
ini backgroundnya menggunakan satu warna,
visual kartun, kecocokan dengan karakter, serta
yang tidak terdapat pada obyek lain, dalam film
kecepatan dalam proses render. Dari tiga
Tugas Akhir ini warna yang digunakan adalah
alternatif yang dibuat seperti pada gambar 6,
warna biru muda. Dapat dilihat pada gambar 8.
outline
mempertimbangkan
warna
unsur-unsur
antara
maka didapatkan hasil gambar b sebagai
alternatif terpilih.
Gambar 6 alternatif outline
c. Compositing
Setelah data animasi karakter dalam bentuk 2D
telah siap dan data 3D environment telah selesai
Gambar 8 output rendering
dibuat maka langkah selanjutunya yang harus
dilakukan
adalah
tahap
penggabungan
(compositing) dengan menggunakan software
3D. Dapat dilihat pada gambar 7.
e. Editing dan Compositing
Hasil renderan sebelumnya yang berupa file still
image dan movie per-take, kemudian diedit
diberikan background dan objek-objek tambahan
(bila di perlukan) pada software video. Hal ini di
lakukan
untuk
memperkuat
memperdalam
cerita
melalui
kesan
serta
cuaca,
dan
sebagainya. Dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 7 compositing karakter dan environment
Gambar11 tone warna
h. Sound
Gambar 9 output rendering
Pengisian sound pada film Tugas Akhir ini
f. Special effect
Penambahan special effect pada film Tugas
Akhir ini bertujuan untuk penyesuaian terhadap
bertujuan untuk menambahkan kesan dan
menciptakan mood melalui penataan audio.
cerita yang telah dibuat, selain itu untuk
mempertegas pendalaman kesan yang ingin
disampaikan. Seperti yang di contohkan pada
2. Hasil
Dari proses pengerjaan yang telah dilakukan,
maka dapat dilihat hasilnya pada gambar 12
gambar 10.
sebagai berikut:
Gambar10 special effect
g. Tone Warna
Warna yang di dapat dari hasil rendering 3D,
selanjutnya diatur dan dibuat menjadi 3 alternatif
tone
warna
yang
menggambarkan
kesan
cheerfull yang mempertimbangkan unsur-unsur
antara lain charming sebagai keyword dari film,
disukai oleh anak-anak, serta faktor kelelahan
pada mata. Dari tiga alternatif yang dibuat
seperti pada gambar 11, maka didapatkan hasil
gambar b sebagai alternatif terpilih.
Gambar12 cuplikan film
3. Simpulan
Dari laporan ini disimpulkan, bahwa:
1.
Penggunan
material
plane
berupa
yang
diberikan
animasi
2D
dapat
mempermudah proses komposisi sesuai
dengan storyboard.
2.
Rendering film dengan menggunakan
warna biru sebagai background, dapat
digantikan
terdapat
dengan
pada
warna
objek
yang
tidak
karakter
dan
environment.
3.
Untuk dapat menghasilkan film Tugas
Akhir animasi yang sesuai untuk anak-anak
secara visual, maka digunakanlah warnawarna terang dan ceria atau dapat di sebut
warna-warna cheerful.
4. Referensi
[1] Horn, G. M. (2006). Movie Animation.
Pleasantville, NY 10570-7000 USA: Gareth
Stevens.
[2] Nelmes, J. (2003). An introduction to
film studies. Canada: Routledge.
Download