BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Banyak perusahaan muncul di permukaan dunia bisnis Indonesia. Persaingan
dengan bidang bisnis yang serupa menjadi kendala tersendiri bagi suatu perusahaan
untuk tetap menghasilkan keuntungan. Dengan kondisi seperti ini mendorong upaya
manajemen untuk membuat strategi-strategi baru. Jika manajemen tidak mempunyai
strategi yang benar-benar matang tidak mungkin perusahaan tersebut dapat maju dan
berkembang. Apabila perusahaan tersebut kalah bersaing dengan pesaingnya, hal yang
tidak diinginkan pun dapat terjadi misalnya menurunnya laba, menurunnya produksi
barang atau jasa, dan terakhir colapsenya perusahaan.
Tentu hal semacam ini tidak diinginkan oleh perusahaan, sehingga dengan
masalah seperti ini manajemen dituntut mencari strategi untuk memperbesar usaha yang
membutuhkan modal besar, sumber dana yang mudah diperoleh dan berbiaya rendah
(Samsul, 2006). Oleh karena itu manajemen merubah perusahaannya menjadi
perusahaan go public, dimana perusahaan ini dapat menawarkan atau menjual sahamsahamnya pada masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal dibangun dengan tujuan
menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi
beban negara (Samsul, 2006).
UU No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
1
2
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, berarti pasar modal merupakan kegiatan jual
beli saham, di mana perusahaan menawarkan dan menjual kepada masyarakat melalui
badan atau lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sarana untuk
mempertemukan penjual dan pembeli efek (www.ojk.go.id).
Jika dilihat dari sisi yang lain, saat ini investor sangat menggemari investasi
dalam bentuk saham dibandingkan berinvestasi jenis lain. Bagi investor membeli saham
atau memiliki saham dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang
yang besar
berupa dividen. Saham juga mempunyai resiko yang tidak bisa diabaikan, semakin
tinggi dividen yang yang diharapkan semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi
seorang investor (Setiyawan, 2014). Maka dari itu, seorang investor harus teliti, dan
penuh dengan pertimbangan dalam menganalisa laporan keuangan supaya tidak salah
dalam memilih saham (Fauziah dkk, 2014).
Pengambilan keputusan investasi yang tepat diperlukan analisa laporan keuangan
yang baik, tidak hanya melihat laba bersih yang dihasilkan perusahaan melainkan
investor juga perlu menganalisis rasio-rasio keuangan sebagai pertimbangan dalam
menentukan harga saham (Fauziah dkk, 2014). Harga saham merupakan salah satu
indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan
selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa
perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya (Zuliarni, 2012). Harga saham menjadi
cerminan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan operasional
perusahaan (Fauziah dkk, 2014). Salah satu cara untuk meramalkan harga saham di
masa yang akan datang adalah dengan menggunakan analisis fundamental atau analisis
3
terhadap kinerja keuangan (Murtadho, 2013). Di samping itu, dengan menggunakan
analisis fundamental juga dapat menilai suatu perusahaan (Susilawati, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuliarni (2012) Pengaruh Kinerja Keuangan
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan periode 2010 menunjukkan bahwa
Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi ROA,
maka semakin baik keadaan perusahaan Mining and Mining Service dan menunjukkan
bahwa perusahaan Mining and Mining Service semakin efektif dalam memanfaatkan
asset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Penelitian ini sejalan dengan
penilitian yang dilakukan oleh Murtadho (2013) Studi Tentang Hubungan ROA, ROE,
dan EPS terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mendapatkan hasil variabel Return On Asset
(ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
meningkatnya Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap naiknya harga
saham.
Maskun (2012) menganalisis Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Return
On Asset, Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and
Baverages yang Go Public Di BEJ periode 2006-2010 menemukan hasil variabel Return
On Asset (ROA) terhadap harga saham Food and Baverages yang Go Public
menunjukkan pengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena ROA
memberikan informasi pendapatan apa yang dihasilkan dari aset yang diinvestasikan.
Apabila laba naik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dan hal ini dapat
4
mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Penelitian ini
didukung oleh Fauziah dkk (2014) Pengaruh Dividend Per Share, Return On Asset, dan
Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010
sampai dengan 2012 yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel Return On Asset
(ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan semakin rendah
Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin menurun karena
tingkat pengembalian investasi pada total aset semakin rendah. Semakin rendah tingkat
pengembalian investasi pada total aset, semakin rendah pula perubahan harga saham.
Gunawan (2011) menemukan hasil yang serupa, Pengaruh Analisis Fundamental
terhadap Harga Saham Di Jakarta Islamic Indeks pada periode 2006 sampai dengan
2009 dikatakan Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham
syari’ah yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks. Karena semakin besar ROA
menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang
memberikan perbedaan hasil penelitian (research gaap), peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian ulang dengan melakukan sintesa dari penelitian Maskun (2012).
Dalam penelitian Maskun (2012) peneliti menggunakan variabel Return On Asset
(ROA), variabel Current Ratio (CR),dan Return On Equity (ROE) sedangkan di dalam
penelitian Fauziah dkk (2014) peneliti menggunakan variabel Devidend Per Share
(DPS). Objek penelitian yang digunakan berbeda dengan jurnal Maskun (2012), yaitu
harga saham pada perusahaan manufaktur dengan periode penelitian di tahun 20112013.
5
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas diatas peniliti mengambil judul
“PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CURRENT RATIO (CR), RETURN
ON ASSET (ROE), DAN DEVIDEND PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (STUDI EMPIRIS DI BURSA
EFEK INDONESIA) TAHUN 2011-2013”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham?
2. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham?
3. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham?
4. Apakah Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap harga saham.
2. Mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham.
3. Mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap harga saham.
4. Mengetahui pengaruh Devidend Per Share (DPS) terhadap harga saham.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penilitian ini yaitu:
6
1. Bagi perusahaan penilitian ini diharapkan menjadi suatu masukan bagi perusahaan
terutama dalam hal mengelola keuangan perusahaan dan pengaruhnya terhadap
harga saham.
2. Bagi investor penelitian ini sebagai bahan referensi dalam menganalisa laporan
keuangan supaya tidak salah dalam memilih saham.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi referensi yang berhubungan
dengan Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE),
Devidend Per Share (DPS) dalam menganalisis laporan keuangan kaitannya
dengan harga saham.
4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dengan penelitian ini dapat
memunculkan penelitian yang lebih sempurna.
1.5
Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan, skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang sebelumnya
didahului dengan halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, halaman
persembahan, dan daftar isi.
BAB I
PENDAHULUAN
Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah
yang diikuti dengan perumusan masalah agar penelitian yang
dilakukan lebih terarah. Selain itu juga dibahas mengenai tujuan dan
manfaat dari penelitian serta sistematika penyusunan skripsi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bagian yang berisi tentang teori-teori yang melandasi
penelitiian ini. Selain itu juga diungkapkan mengenai penelitian
terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang berisi mengenai variabel-variabel penelitian dan
definis operasionalnya, penentuan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data dan metode analisisd data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Merupakan baguian yang berisi tentang analisis data dan pembahasan
yang dilakukan sesuai dengan alat analisis yang digunakan.
BAB V
PENUTUP
Merupakan bab yang menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data
yang telah dilakukan dan saran-saran mengenai masalah penelitian
berdasarkan hasil analisis penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Telaah Teori
2.1.1 Signaling Theory
Signaling Theory menyebutkan bahwa struktur modal (pengumuman utang)
merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika utang meningkat, maka
kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat. Hal ini dianggap sebagai suatu signal
kepada para investor dikarenakan sebuah pengambilan strategi yang baik akan berisiko
dalam menghimpun dana sekaligus mendatangkan keuntungan (Hanafi, 2013). Menurut
Brigham dan Houston (2001) teori sinyal adalah suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan.
2.1.2 Pecking Order Theory
Menurut Hanafi (2013) teori trade-off mempunyai implikasi bahwa manajer akan
berpikir bahwa dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya
kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Teori ini menjelaskan bahwa kebutuhan
dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka
perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan
akan memulai dengan internal dan sebagai pilihan terakhir adalah menerbitkan saham.
Disamping kebutuhan investasi, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran deviden.
Pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, jika kas berkurang, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas baru. Teori pecking order bisa menjelaskan
9
kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai
utang yang lebih kecil.
2.1.3 Pasar Modal
Dalam UU No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal merupakan kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, berarti pasar modal merupakan
kegiatan jual beli saham, di mana perusahaan menawarkan dan menjual kepada
masyarakat melalui badan atau lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan
sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek. (www.ojk.go.id)
Sedangkan Darmaji dan Hendy (2011) menyatakan pasar modal merupakan
tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang seperti utang,
ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Tujuan dan manfaat pasar
modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu (Samsul,2006):
1. Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara
melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Jika kegiatan ekonomi dapat
dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak
membuang-buang biaya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban membuat
perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi
monopoli.
10
2. Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan
berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu
hanya bisa diperoleh di pasar modal. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang
yang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang
lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Perusahaan yang masuk ke
dalam pasar modal, akan lebih dikenal. Selain itu setiap hari bursa namanya selalu
muncul dalam berita televisi, radio, atau surat kabar sehingga perusahaan tersebut
mendapat sorotan, kritik, perhatian, pujian dari masyarakat. Perusahaan yang sudah
dikenal namanya akan lebih mudah mencari hubungan bisnis maupun investor.
3. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang
semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat
dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jadi pasar modal merupakan sarana yang
baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan
masyarakat.
2.1.4 Laporan Keuangan
Dalam PSAK No.1, SAK (2014) laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Laporan yang disusun untuk tujuan
11
ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomik karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak mewajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomik. Keputusan ekonomik mungkin mencakup, sebagai contoh,
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan
untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen
Menurut Kasmir (2014) dalam pengertian sederhana, laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Menurut Munawir (2010) pelaporan ringkasan daripada peristiwaperistiwa dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara
yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta
penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) laporan keuangan baik posisi
perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang
lalu. Akan tetapi, nilai riil dan laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan
dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan digunakan
12
untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan. Ada beberapa sudut
pandang penggunaan laporan keuangan, antara lain:
a) Dari Sudut Pandang Investor
Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan suatu
perusahaan.
b) Dari Sudut Pandang Manajemen
Analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di
masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan
tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
a. Neraca
Di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.1, SAK
(2014) Neraca adalah laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukkan
keadaan keuangan secara sistematis dari perusahaan pada saat tertentu dengan cara
menyajikan daftar aktiva, utang, dan modal pemilik perusahaan yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan neraca,
a) Perusahaan menyajikan aset lancar terpisah dari asset tidak lancar dan kewajiban
jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu
diatur dalam PSAK khusus. Asset lancar disajikan menurut urutan likuidats sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo.
b) Perusahaan harus menggunakan informasi jumlah setiap asset yang akan diterima
dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari tanggal
neraca.
13
c) Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi
perusahaan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi asset lancar dan
tidak lancar serta kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca
memberikan informasi yang bermanfaat yang membedakan asset bersih sebagai modal
kerja dengan asset yang digunakan untuk opersasi jangka panjang.
Menurut Samsul (2006) neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang
terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk
menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya disusun pada
periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat
tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Secara garis besar
komponen neraca terdiri dari aktiva lancar, penyertaan, aktiva tetap, aktiva lainnya.
Sedangkan komponen kewajiban dan modal terdiri dari utang lancar, utang jangka
panjang, dan ekuitas.
Neraca memuat tiga bagian pokok, yakni (Jumingan, 2009):
a. Aktiva
Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan. Bentuknya dapat
berupa harta kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Harta
kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan uang, dan
diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang
kas.
14
2. Utang
Utang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam jangka
waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan
yang berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa
pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan
pinjaman kepada perusahaan. Kreditur-kreditur tersebut ada yang mendapat jaminan
sepenuhnya dengan harta kekayaan tertentu (secured creditors), mendapat jaminan
sebagian (partly secured creditors), atau tanpa jaminan sama sekali (unsecured
creditor).
3. Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan sumber modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Bersama-sama dengan modal yang berasal dari kreditur kemudian ditanamkan dalam
berbagai bentuk aktiva perusahaan. Dalam catatan akuntansi modal sendiri ditentukan
dengan mengurangkan modal pinjaman dari jumlah keseluruhan modal yang ditanamkan
dalam aktiva
b. Laporan Laba/Rugi
Menurut PSAK No.1, SAK (2014) laporan laba rugi merupakan laporan utama
untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi
tentang kinerja suatu, perusahaan, terutama profotabilitas, dibutuhkan untuk mengambil
keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa
depan. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan
15
suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan asset yang disamakan dengan kas dimasa
depan. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.
Menurut Jumingan (2009) dalam literatur akuntansi, laporan laba rugi diturunkan
dari istilah profit and loss statement, earnning statement, operation statement, atau
income statement. Laporan laba rugi merupakan perhitungan hasil laba dan rugi yang
dilaporkan setiap jangka waktu tertentu umumnya satu tahun.
Laporan laba rugi mempunyai komponen yaitu (Mardiasmo, 1992):
a. Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penrunan kewajiban
perusahaan, yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau kegiatan usaha yang lain
didalam suatu periode akuntansi.
b. Biaya
Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang
atau jasa. Pengorbanan ekonomis tersebut dapat berupa pengurangan aktiva atau
bertambahnya utang dan modal perusahaan.
c. Pendapatan dan Biaya Lain-lain
Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha
pokok atau utama perusahaan. Misalnya pendapatan dari penyewaan aktiva tetap. Biaya
lain-lain adalah biaya yang terjadi dalam kaitannya dengan kegiatan di luar usaha pokok
atau utama perusahaan. Misalnya, rugi penjualan aktiva tetap.
16
d. Pos Luar Biasa
Pos Luar biasa adalah kejadian-kejadian yang bersifat tidak normal (tidak biasa
terjadi) menurut ukuran kegiatan perusahaan yang normal dan umumnya tidak sering
terjadi, tetapi berpengaruh terhadap hasil usaha perusahaan. Contoh, pembatalan utang
kepada pemegang saham.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Mardiasmo (1992) menyatakan laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang
menggambarkan mengenai perubahan modal perusahaan yang terjadi selama periode
tertentu, laporan perubahan ekuitas dari setiap perusahaan berbeda terutama ditinjau dari
segi kepemilikannya:
a. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseorangan
Ekuitas perseorangan, bertambah karena adanya setoran modal pemilik dan laba
usaha. Modal perusahaan perseorangan akan berkurang karena perusahaan menderita
kerugian dan adanya pengambilan modal pemilik.
b. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Persekutuan
Perubahan modal pada perusahaan persekutuan umumnya dilaporkan terinci untuk
setiap pemilik modal. Jika diperoleh laba, maka laba tersebut dibagikan kepada masingmasing pemilik (sekutu) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Penyebab
perubahan modal perusahaan persekutuan relatif sama dengan perusahaan perorangan.
Tetapi perubahan modal masing-masing sekutu jumlahnya tidak sama.
c. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseroan
17
Komponen modal perusahaan perseroan antara lain berupa modal saham dan laba
yang ditahan. Modal saham dilaporkan sebesar nilai nominal dari saham yang terjual,
sedangkan laba yang ditahan dilaporkan sebesar jumlah bagian laba yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham. Laba atau rugi perusahaan tidak mempengaruhi
jumlah modal saham, melainkan berpengaruh terhadap laba yang ditahan. Disamping
itu, laba yang ditahan berubah karena pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Oleh karena itu, laporan perubahan modal perusahaan perseroan disebut dengan laba
yang ditahan.
4. Laporan Arus Kas
Di dalam PSAK 1, SAK (2014) laporan arus kas melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Tujuan pernyataan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai
perubahan historis dalam kas dan setara kas suuatu entitas melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan
selama suatu periode
Laporan
arus
kas
melengkapi
sekumpulan
laporan
perusahaan
yang
diterbitkannya. Tujuannya adalah untuk menelusuri arus dana yang melalui perusahaan.
Arus dana ini mengidentifikasi kemana kas keluar dan dari mana kas tersebut berasal
serta merupakan alat yang sangat berguna untuk menjeaskan pergerakan dari berbagai
rasio likuiditas (Walsh, 2004).
18
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan yang harus diberikan
menyangkut berbagai hal yang terkait secara langsung dengan laporan keuangan yang
disajikan entitas tertentu, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan
berbagai informasi yang relevan dengan laporan keuangan tersebut (Rudianto, 2012).
2.1.5 Rasio Keuangan
Pada dasarnya rasio lebih tepat digunakan sebagai indikator atau awal analisis
(Prihadi, 2008). Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara lain satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan,
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode
maupun beberapa periode (Kasmir, 2014).
1. Rasio Likuditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar
lainnya dengan kewajiban lancar (Brigham dan Houston, 2001). Rasio likuiditas ini
mempunya manfaat dan tujuan antara lain (Kasmir, 2014):
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih.
b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
19
c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar jangka pendek dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
d. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan,
e. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang
f. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang, serta untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari
waktu ke waktu.
Dalam penelitian, ini rasio profitabilitas yang dipakai adalah:
a. Current Ratio (CR)
Kasmir (2014) menyatakan Current Ratio (CR) atau dalam bahasa Indonesia rasio
lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang
modal untuk membayar utang. Namun, apabila Current Ratio ini tinggi bisa saja dapat
disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang
tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang (Prastowo dan Juliaty, 2002).
Current Ratio ini ditunjukkan dengan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar (Kasmir ,2014):
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (𝐢𝑅) =
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘ 
20
2. Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar
yaitu (Kasmir, 2014):
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
b. Untuk menilai perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri untuk
mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri, serta mengukur produktivitas dari seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang dipakai adalah:
a. Return On Asset (ROA)
Gunawan (2011) menyatakan Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliknya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas
yang lainnya. Return On Asset diperoleh dengan cara membandingkan Earning After
Tax (EAT) dengan total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan
kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Rumus ROA
(Weston dan Brigham, 1994):
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 (ROA) =
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΄π‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯ (𝐸𝐴𝑇)
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠
21
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Kasmir (2014) Return On Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau
rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri
semakin tinggi rasio ini, senakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya, rumus menghitung ROE yaitu:
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› 𝑂𝑛 πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ (ROE) =
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΄π‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯ (𝐸𝐴𝑇)
π‘†π‘•π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘•π‘œπ‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ ′ 𝑠 πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
2.1.6 Devidend
Devidend adalah jumlah yang melebihi setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan
yang bersangkutan (Muljono dan Vicaksono, 2009).
1. Devidend Per Share (Dividen per Lembar Saham)
Semakin tinggi nilai DPS suatu perusahaan, akan menarik minat investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut, karena semakin besar proporsi dividen yang
disediakan untuk dibagikan kepada para investor dalam setiap lembar saham yang
mereka miliki (Fauziah dkk, 2014).
Menurut Syamsuddin (1994) Devidend Per Share (DPS) menggambarkan berapa
jumlah pendapatan perlembar saham (EPS) yang akan didistribusikan:
𝐷𝑃𝑆 =
𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘ƒπ‘Žπ‘–π‘‘
π‘π‘’π‘šπ‘π‘’π‘Ÿ π‘œπ‘“ π‘†π‘•π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘  π‘œπ‘“ πΆπ‘œπ‘šπ‘šπ‘œπ‘› π‘†π‘‘π‘œπ‘π‘˜ 𝑂𝑒𝑑 π‘†π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘–π‘›π‘”
22
2.1.7 Saham
Samsul (2006) menyatakan saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di
mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).
Saham mempunyai beberapa jenis berdasarkan kepemilikan yaitu:
a. Saham Preferen
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih
dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak
untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami
kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham
preferen akan menerima laba dua kali.
b. Saham Biasa
Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah
laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan pailit, maka pemegang
saham biasa yang menderita terlebih dahulu.
2.1.8 Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2008) harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Semakin sedikit
informasi yang mengalir ke Bursa Efek, maka harga saham tersebut cenderung
dipengaruhi oleh tekanan psikologis pembeli dan atau penjual (Halim, 2003)
23
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berisikan rangkuman dari jurnal-jurnal terdahulu yang
pada penelitian ini dipergunakan sebagai sumber dalam pengukuran variabel serta
indikator variabel.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
NAMA
Gunawan
(2011)
JUDUL
Pengaruh Analisis Terhadap
Harga Saham(Studi Empiris
Terhadap Harga Sahamsaham Syaria’ah Di Jakarta
Islamic Indeks)
VARIABEL
Variabel Independen(X):
ο€­ Price Earning Ratio(X1)
ο€­ Return On Asset(X2)
ο€­ Earning per Share(X3)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Secara parsial variabel Price Earning
Ratio, Return On Asset tidak
berpengaruh terhadap harga sahamsaham syari’ah. Sedangkan variabel
Earning Per Share berpengaruh
terhadap harga saham-saham
syari’ah.
2. Secara simultan terdapat pengaruh
terhadap harga saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Variabel solvabilitas dan
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap harga saham.
2. Sedangkan variabel likuiditas tidak
menunjukkan pengaruh terhadap
harga saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
3. Variabel Current Ratio (CR), Return
On Equity (ROE), dan Return On
Asset (ROA) tidak berpengaruh
positif terhadap harga saham.
4. Sedangkan variabel Earning Per
Share (EPS) berpengaruh positif
terhadap harga saham.
2
Christine Dwi
Karya
Susilawati
(2012)
Analisis Perbandingan
Likuiditas,Solvabilitas, dan
Provitabilitas terhadap
Harga Saham pada
Perusahaan LQ 45
Variabel Independen(X):
ο€­ Likuiditas(X1)
ο€­ Solvabilitas(X2)
ο€­ Profitabilitas(X3)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
3
Ali Maskun
(2012)
Pengaruh Current Ratio,
Return On Equity, Return
On Asset, Earning Per
Share terhadap Harga
Saham pada Perusahaan
Food And Baverges yang
Go Public di BEJ
Variabel Independen(X):
ο€­ Current Ratio (X1)
ο€­ Return On Equity (X2)
ο€­ Return On Asset
(X3)
ο€­ Earning Per Share (X4)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
4
Sri Zuliarni
(2012)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Mining
And Mining Service Di
Bursa Efek Indonesia(BEI)
Variabel Independen(X):
ο€­ Return On Asset(X1)
ο€­ Price Earning Ratio (X2),
ο€­ Devidend Payout Ratio(X3)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
5
Muis
Murtadho
(2013)
Studi Tentang Hubungan
ROA,ROE,dan EPS
Terhadap Harga Saham
Perusahaan Tambang Di
Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen(X):
ο€­ Return On Asset(X1)
ο€­ Return On Equity(X2)
ο€­ Earning Per Share(X3)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Variabel Return On Asset dan Price
Earning Ratio berpengaruh terhadap
harga saham.
2. Sedangkan variabel Devidend Payout
Ratio tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Variabel Return On Asset dan
Earning Per Share berpengaruh
terhadap harga saham.
2. Return On Equity tidak berpengaruh
positif terhadap harga saham.
6
Karina
Fauziah, dkk
Pengaruh Dividen Per
Share,Return On Asset,dan
Variabel Independen(X):
ο€­ Dividen Per Share(X1)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Secara parsial,Deviden Per Share,
24
7
(2014)
Debt To Equity Ratio
Terhadap Harga
Saham(Studi pada
Perusahaan Property, Real
Estate And Building
Contruction yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2012)
ο€­ Return On Asset(X2)
ο€­ Debt Equity Ratio(X3)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
Debt Equity Ratio berpengaruh
terhadap harga saham. Sedangkan
variabel Return On Asset tidak
mempengaruhi harga saham
2. Secara simultan variabel X1,X2,X3
berpengaruh terhadap harga saham.
Indra
Setiyawan
(2014)
Pengaruh Current Ratio,
Inventory Turnover, Time
Interest Earned dan Return
On Equity Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang
Konsumsi Yang Terdaftar
Di Bei Periode 2009-2012
Variabel Independen(X):
ο€­ Current Ratio(X1)
ο€­ Inventory Turn Ove (X2)
ο€­ Time Interest Earned(X3)
ο€­ Return On Equity(X4)
Variabel Dependen(Y):
ο€­ Harga Saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Secara parsial Current Ratio,
Inventory Turnover, Time Interest
Earned, dan Return On Equity
berpengaruh terhadap harga saham
2. Secara simultan semua variabel
independen berpengaruh terhadap
harga saham
2.3
Kerangka Pemikiran
Atas dasar tujuan, landasan teori, dan penelitian terdahulu maka kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Return On Asset
X1
Current Ratio
X2
Harga Saham
Y
Return On Equity
X3
Devidend Per Share
X4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
25
2.4
Perumusan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham
Gunawan (2011) menyatakan Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliknya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas
yang lainnya. Return On Asset diperoleh dengan cara membandingkan Net Income After
Tax (NIAT) dengan total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan
kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Teori signaling
menjelaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan (Houston, 2011). Dengan tingginya ROA kepada para investor untuk
membeli saham tersebut. Penelitian Zuliarni(2012) dan Murtadho (2013) yang
menggunakan varaibel Return On Asset (ROA) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
harga saham menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap
harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Rasio Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham.
2.4.2 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham
Menurut Munawir (2010) Current ratio adalah nilai kekayaan lancar (yang segera
dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current Ratio ini juga
menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Current Ratio ini
ditunjukkan dengan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
26
Teori signaling menjelaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan (Houston, 2011), semakin tinggir CR kemungkinan besar para
investor akan membeli saham tersebut, hal ini dianggap memberikan signal kepada para
investor bahwa pembelian suatu saham dapat mendatangkan keuntungan Penelitian yang
dilakukan Setiyawan (2014) yang meneliti menggunakan variabel Current Ratio (CR)
mendapatkan hasil bahwa variabel Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap
harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis:
H2: Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham.
2.4.3 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham
Menurut Kasmir (2014) Return On Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau
rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri
semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
denikian pula sebaliknya. Teori signaling menegaskan suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Tingginya ROE
memberikan signal kepada investor bahwa perusahaan ini dapat memanfaatkan modal
dengan baik, sehingga para investor berminat membeli saham tersebut. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Setiyawan (2014) yang menguji pengaruh Return On Equity (ROE)
menunjukkan hasil bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut:
27
H3: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham
2.4.4 Pengaruh Devided Per Share (DPS) terhadap Harga Saham
Devidend Per Share (DPS) menggambarkan berapa jumlah pendapatan perlembar
saham (EPS) yang akan didistribusikan (Syamsuddin, 1994). Pembayaran deviden oleh
perusahaan kepada para investor akan menyebabkan dana kas berkurang, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas baru. Teori Pecking Order menegaskan bahwa
pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, hal ini dilakukan untuk
menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut, sehingga memicu adanya
kenaikan harga saham (Hanafi, 2013). Teori signaling menegaskan suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Dengan
adanya pembagian deviden yang besar, akan memberikan sinyal kepada para investor
untuk membeli saham tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fauziah dkk
(2014) yang meneliti tentang pengaruh variabel Devidend Per Share terhadap harga
saham menunjukkan hasil bahwa Devidend Per Share memiliki pengaruh positif
terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis sebagai
berikut:
H4: Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. (Indrianto
dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel
dependen dan independen. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel lain, variabel dependen ini dinamakan pula dengan variabel
yang diduga sebagai sebab dari variabel independen. Sedangkan variabel dependen
adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel dependen (Indrianto
dan Supomo, 2002). Pada penelitian ini menggunakan ROA, CR, ROE, DPS sebagai
variabel dependen sedangkan variabel independen yaitu harga saham manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan construct menjadi variabel yang dapat
diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti
dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
cara pengukuran construct yang lebih baik (Indrianto dan Supomo ,2002). Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
29
a. Return On Asset (X1)
Return On Asset adalah alat analisis untuk menghitung tingkat pengembalian asset,
rasio ini membandingkan laba setelah pajak (Earnig After Tax) dengan total asset
(Gunawan, 2011).
b. Current Ratio (X2)
Current Ratio adalah alat analisis untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya, rasio ini membandingkan rasio antara aset
lancar dengan hutang lancar (Kasmir, 2014)
c. Return On Equity (X3)
Return On Equity adalah alat analisis untuk menghitung tingkat pengembalian
ekuitas, rasio ini untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan total modal sendiri
(Kasmir, 2014).
d. Devidend Per Share (X4)
Devidend Per Share adalah alat untuk menggambarkan berapa jumlah pendapatan
perlembar saham (EPS) yang akan didistribusikan (Kasmir, 2014). Devidend Per Share
membandingkan antara devidend paid dengan number shares of common stock out
standing (Syamsuddin, 1994).
e. Harga Saham (Y)
Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto, 2008). Harga saham yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price).
30
3.3
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya terdaftar aktif
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejak periode 2011-2013 pada sektor
perusahaan manufaktur. Berdasarkan data yang diperoleh dari ICMD (Indonesian
Capital Market Directory) sampel yang diambil sebanyak 155 perusahaan manufaktur
pada tahun 2011, 155 perusahaan pada tahun 2012, 155 perusahaan manufaktur pada
tahun 2013.
Dari populasi tersebut diambil sampel untuk penelitian ini. Sampel dalam
penelitian ini diambil secara purposive sampling. Purposive sampling yaitu pemilihan
sampel berdasarkan kriteria. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011-2013.
b. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam pelaporan keuangannya.
c. Perusahaan yang menyediakan informasi closing price.
d. Perusahaan yang membagikan devidend.
3.4
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh oleh pihak lain). Untuk mencari harga saham penutupan (closing price),
Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), dan Devidend Per Share (DPS) dapat
dilihat di ICMD. Return On Asset (ROA) dapat dilihat di Ringkasan Kinerja Perusahaan
(IDX). Pada Laporan Keuangan
(IDX) CR dapat dicari dibagian laporan posisi
31
keuangan dan laporan laba rugi, ROE dapat dilihat di laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi, ROA dapat dicari di laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan,
DPS dapat dicari di laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
3.5
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan IDX yang terdiri dari Laporan Keuangan dan
Ringkasan Kinerja Perusahaan (idx.co.id). Data tersebut mengungkapkan ROA, CR,
ROE, dan DPS serta closing price.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini peneliti menggunakan metode
dokumentasi yaitu metode pengumpulan data ke Bursa Efek Indonesia. Dokumentasi
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahanbahan yang tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.7
Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
merupakan bentuk analisa data yang berupa angka-angka dan dengan menggunakan
perhitungan statistik untuk menganalisis suatu hipotesis. Analisis data kuantitatif
dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya
dan menyajikannya dalam bentuk tabel, grafik, dan output analisis lain yang digunakan
untuk menarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Teknik analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda
(multiple linear regression). Analisis regresi berganda dapat menjelaskan pengaruh
32
antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam melakukan analisis
regresi berganda diperlukan beberapa langkah dan alat analisis. Sebelum melakukan
analisis regresi linier berganda texrlebih dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji
asumsi klasik. Untuk mempermudah dalam menganalisis digunakan software SPSS
(Statistical Package for Social Science) 20 (dua puluh).
3.7.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara ringkas variabelvariabel dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran
data yang akan dianalisis. Dalam Ghozali (2013) disebutkan bahwa alat analisis yang
digunakan dalam uji statistik deskriptif antara lain adalah nilai maksimum, minimum,
rata-rata (mean), dan standar deviasi.
Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi
data sampel. Ukuran numerik ini merupakan bentuk penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih ringkas dan sederhana yang pada akhirnya mengarah pada suatu
penjelasan dan penafsiran.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diinput akan diuji
Terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data tersebut
memenuhi asumsi-asumsi dasar. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari estimasi
yang bias. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Normalitas, uji
Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, dan uji Autokorelasi.
33
3.7.2.1 Uji Normalitas
Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik memiliki distribusi data normal atau mendeteksi normal, untuk mendeteksi apakah
distribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara analisis statistik (Ghozali,
2013).
Menurut Ghozali (2013), ada dua cara untuk mengetahui apakah residual
memiliki distribusi normal atau tidak. Cara tersebut adalah dengan analisis grafik dan uji
statistik. Uji normalitas dengan analisis grafik seringkali menyesatkan jika tidak
dilakukan dengan seksama. Hal ini karena secara visual data terlihat normal, padahal
secara statistik bisa sebaliknya. Oleh karena itu, dianjurkan selain menggunakan analisis
grafik,penelitian juga menggunakan analisis statistik.
Ada dua cara untuk mengetahui normalitas distribusi residual data dengan analisis
statistik. Yang pertama adalah dengan uji statistik sederhana dengan dengan melihat
nilai kurtosis dan skewnes dari residual dengan menggunakan rumus. Yang kedua
adalah dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai probabilitas
(Kolmogorov-Smirnov) < taraf signifikansi, maka distribusi data dikatakan tidak normal
dan Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) > taraf signifikansi, maka distribusi
data dikatakan normal.
3.7.2.2 Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
terdapat adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik
34
seharusnya tidak terjadi suatu korelasi diantara variable-variabel bebasnya. Jika variabel
bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (Ghozali ,2013).
Ghozali (2013) menyatakan bahwa untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar
variabel bebas (multikolinieritas) dalam sebuah model regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi
(misalnya antara 0.7 dan 1), tetapi secara individual variabelvariabel independen banyak
yang tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi tidak
berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya
kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3. Menggunakan
nilai
tolerance
dan
Variance
Inflation
Factor
(VIF).
Multikolinieritas terjadi apabila nilai tolerance dibawah 0,1 dan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) berada diatas 10.
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Dalam Ghozali (2013) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas antara lain adalah dengan melakukan uji park, uji glejser, uji white
35
dan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variable terikat (dependent) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID.
3.7.2.4 Uji Autokorelasi
Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang
individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya.
Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung
letaknya di daerah No Autokorelasi. Penentuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl
dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Pengujian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autukorelasi positif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
No desicion
dl ≤ d ≤ du
Tolak
4 – dl < d <4
Tidak ada korelasi negatif
0 < d < dl
36
Tidak ada korelasi negatif
No desicion
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
(Ghozali, 2011).
3.7.3 Analisis Regresi
Analisis yang digunakan dalam pengolahan data penelitian adalah analisis regresi
linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis
regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel
independen terhadap variabel dependennya.
Hipotesis yang akan diuji dalam dalam penelitian ini adalah pengaruh Return On
Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Devidend Per Share
(DPS) Model pengujian dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan dibawah ini :
Y = 𝒂 + π’ƒπŸ π’™πŸ + π’ƒπŸ π’™πŸ + π’ƒπŸ‘ π’™πŸ‘ + π’ƒπŸ’ π’™πŸ’ + 𝒆
Keterangan :
Y
: Harga Saham (ROE)
α
: Intercept/konstanta
b
: Koefisien regresi
x1
: ROA
x2
: CR
x3
: ROE
x4
: DPS
e
: errors-terms (variable gangguan/residual)
37
3.7.4 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan
model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2013).
Dengan pengukuran koefisien determinasi ini akan dapat diketahui seberapa besar
variabel independen mampu menjelaskan variable dependennya, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi
(R2) ini berkisar antara 0 < R2 < 1. Semakin besar nilai yang dimiliki, menunjukkan
bahwa semakin banyak informasi yang mampu diberikan oleh variabel-variabel
independen untuk memprediksi variansi variabel dependen.
3.7.5 Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk mendapatkan bukti apakah hipotesis yang telah
dibuat, diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini pengambilan kesimpulan tersebut
didapat dari hasil uji parameter individual atau disebut juga uji T statistik.
Uji T statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable
penjelas atau independen secara individual menerangkan variansi variable dependen
(Ghozali, 2013). Uji T dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual/parsial. Penetapan untuk
mengetahui hipotesis diterima atau ditolak ada dua cara yaitu :
a. Membandingkan t hitung dengan t table Jika T hitung lebih kecil daripada T
tabel artinya bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara
individual terhadap variabel dependen. Jika T hitung lebih besar dari T tabel artinya ada
38
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara individual terhadap variabel
independen.
b.
Menghitung Probabilities value atau nilai signifikansi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat signifikansi dari suatu variabel independen terhadap
variabel dependen. Jika probabilitas value lebih besar daripada taraf signifikansi (derajat
keyakinan) berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara individual
terhadap variabel independen. Probabilities value atau nilai signifikansi lebih kecil
daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti terdapat pengaruh signifikan dari
variabel bebas secara individual terhadap variabel independen.
3.7.6 Uji Sigifikansi Simultan (Uji F statistik)
Uji F statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas yang terdapat dalam
persamaan regresi secara keseluruhan berpengaruh terhadap nilai variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ini adalah
dengan cara :
a. Membandingkan F hitung dengan F table Jika F hitung lebih kecil daripada F
tabel artinya bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variable dependen. Jika F hitung lebih besar dari F tabel artinya
ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable
independen.
b. Melihat Probabilities value atau nilai signifikansi lebih
besar daripada taraf
signifikansi (derajat keyakinan) berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel independen. Probabilities value atau nilai
39
signifikansi lebih kecil daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti terdapat
pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
independen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang tercantum
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indoenesia
pada
periode 2011-2013
berdasarkan pada data ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Dengan teknik
purposive sampling, yaitu memilih sampel penelitian menggunakan kriteria-kriteria
tertentu telah didapat populasi sebanyak 465 dari tahun 2011-2013 data perusahaan yang
dipakai selama periode penelitian. Sampel diambil berdasarkan kriteria berikut :
TABEL 4.1
PROSEDUR PEMILIHAN SAMPEL
No
Keterangan
Sampel
1
Perusahaan manufaktur
yang
menerbitkan laporan
keuangannya di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013
berdasarkan pada data ICMD
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah dalam
pelaporan keuangannya
465
2
(60)
3
Perusahaan yang tidak membagikan devidend
(162)
4
Perusahaan yang tidak menyediakan informasi closing price
(16)
Jumlah
227
40
4.2
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan menjelaskan nilai minimum,
maksimum, dan rata-rata setiap variabel X dan Y dari data perusahaan yang dijadikan
sampel.
TABEL 4.2
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
Minimum
Maximum
N
Mean
Std. Deviation
HARGA SAHAM
227
4,32
14,00
7,6167
1,91500
ROA
227
-4,19
74,84
10,7170
11,23044
CR
227
,24
210,25
3,6044
14,05631
ROE
227
-23,51
137,46
18,8634
21,50113
DPS
227
,24
46076,00
526,4029
3344,80617
Valid N (listwise)
227
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan output SPSS di atas menunjukkan nilai standar deviasi variabel harga
saham sebesar 1,91500 dan
nilai mean sebesar 7,6167. Jadi data ini memiliki
variance yang relatif kecil sehingga sebaran data stabil, karena nilai mean tersebut
lebih besar dari standar deviasinya. Keseluruhan nilai harga saham terendah sebesar
4,32 dan nilai tertinggi sebesar 14,00.
41
2. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel ROA sebesar 11,23044
dan nilai mean sebesar 10,7170. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar
sehingga sebaran data
tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar
deviasinya. Keseluruhan nilai terendah ROA sebesar -4,19 dan nilai tertinggi sebesar
74,84.
3. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel CR sebesar 14,05631
dan nilai mean sebesar 3,6044. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar
sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar
deviasinya. Keseluruhan nilai terendah CR sebesar 0,24 dan nilai tertinggi sebesar
210,25.
4. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel ROE sebesar 21,50113
dan nilai mean sebesar 18,8634. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar
sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar
deviasinya. Secara keseluruhan nilai terendah ROE sebesar -23,51 dan nilai tertinggi
sebesar 137,46.
5. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel DPS sebesar
3344,80617dan nilai mean sebesar 526,4029. Jadi data ini memiliki variance yang
relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari
standar deviasinya. Secara keseluruhan nilai terendah DPS sebesar 0,24 dan nilai
tertinggi sebesar 46076,00.
4.3
Uji Asumsi Klasik
4.1
Uji Normalitas
42
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk melakukan uji
normalitas dapat menggunakan grafik normal p-plot yang memperlihatkan titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal. Data dapat diasumsikan normal jika titik-titik
menyebar jauh dan mengikuti garis diagonal.
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
GAMBAR 4.1
HASIL UJI NORMALITAS
Dapat dilihat pada gambar 4.1 grafik P-Plot memperlihatkan titik-titik (data)
mengikuti garis diagonal, jadi dapat disimpulkan model regresi data yang digunakan
normal.
4.2
Uji Multikolonearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas. Uji ini dapat dideteksi dengan melihat nilai
43
tolerance dan VIF. Jika nilai tolerance kurang dari 0,1 dan VIF lebih dari 10 maka dapat
diasumsikan variabel independen terbebas dari masalah multikolonearitas. Dari tabel 4.4
menunjukan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
TABEL 4.4
UJI MULTIKOLONEARITAS
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model
B
1
Std. Error
(Constant)
6,525
,141
ROA
CR
ROE
DPS
,050
-,002
,027
,000
,013
,007
,007
,000
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
,292
-,015
,304
,183
46,161
,000
3,753
-,297
3,769
3,313
,000
,767
,000
,001
,433
,996
,403
,856
VIF
2,307
1,004
2,483
1,168
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan semua variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen.
Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.3
Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
44
adalah homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual
terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika nilai signifikansinya
secara statistik berada diatas 0.05 maka variabel tersebut tidak terkena masalah
heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 4.5
UJI HETEROKEDASTISITAS AWAL
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
B
(Constant)
1
ROA
CR
ROE
DPS
Std. Error
,898
,072
,040
,000
-,008
3,127E-005
,007
,004
,004
,000
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
,538
,002
-,197
,126
12,491
,000
5,917
,036
-2,091
1,942
,000
,971
,038
,053
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada penelitian ini model regresi terkena heterokedastisitas yaitu pada variabel
ROA yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan variabel ROE yang
menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,038 dimana nilai kedua variabel tersebut
dibawah 0,05 maka dapat dinyatakan variabel independen ROA dan ROE terkena
masalah heterokedastisitas. Untuk memperbaiki masalah heterokedastisitas pada
variabel ROA dan ROE maka diperbaiki dengan menggunakan uji INV_SQRT_ROA,
INV_SQRT_ROE dan SQRT_ DPS. Sehingga menghasilkan output sebagai berikut:
45
TABEL 4.6
UJI HETEROKEDASTISITAS AKHIR
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
Std. Error
(Constant)
1,144
,147
CR
INV_SQRT_ROA
INV_SQRT_ROE
SQRT_DPS
-,001
-,189
-,091
,003
,004
,215
,441
,003
Standardized
Coefficients
Beta
-,020
-,070
-,016
,081
t
Sig.
7,770
,000
-,292
-,880
-,206
1,113
,770
,380
,837
,267
a. Dependent Variable: ABS_RES5
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel
4.6 hasil output SPSS diatas diketahui bahwa semua variabel
independen telah bernilai lebih dari 0,05 yang menyatakan bahwa model regresi terbebas
dari masalah heterokedastisitas.
4.4
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik merupakan model regresi yang
terbebas dari autokorelasi. Jika terjadi korelasi, maka model regresi terkena masalah
autokolerasi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Bila du < d < 4 – du maka tidak ada
autokorelasi.
46
Uji dapat dilihat dengan membandingkan DW hitung dengan du pada tabel DW.
Untuk mencari tabel dengan melihat tabel DW dengan k=4 dan n=227 maka dapat
didapat nilai du=1,8094. Nilai durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
TABEL 4.7
UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
,647
a
,418
,408
1,47398
2,060
a. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE
b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Diperoleh nilai DW = 2,060 dan DU = 1,8094 maka 1,8094 < 2,060< 2,1906 maka
dapat disimpulkan data penelitian terbebas dari autokorelasi.
4.4
Uji Persamaan Regresi Berganda
Uji regresi berganda dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
kemampuan suatu model menerangkan variasi variabel dependen. Dengan metode
Regresi Linear berganda adalah sebagai berikut :
TABEL 4.8
KOEFISIEN REGRESI
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model
B
1
Std. Error
(Constant)
6,525
,141
ROA
CR
ROE
DPS
,050
-,002
,027
,000
,013
,007
,007
,000
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
,292
-,015
,304
,183
46,161
,000
3,753
-,297
3,769
3,313
,000
,767
,000
,001
,433
,996
,403
,856
VIF
2,307
1,004
2,483
1,168
47
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui sebuah persamaan sebagai berikut :
Harga Saham = 6,525+ 0,050 ROA – 0,002 CR + 0,027 ROE + 0,000 DPS
Makna dari persamaan dari regresi diatas sebagai berikut :
1.
Konstanta = 6,525 menunjukan angka positif yang artinya bila semua variabel
independent bernilai konstan maka harga saham sebesar 6,525.
2.
Nilai koefisien Return On Asset (ROA) sebesar 0,050 menunjukan angka positif
yang artinya peningkatan ROA (X1) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai
konstan maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 0,050.
3.
Nilai koefisien Current Ratio (CR) sebesar - 0,002 menunjukan angka negatif yang
artinya peningkatan CR (X2) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai konstan
maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar - 0,002.
4.
Nilai koefisien Return On Equity (ROE) sebesar 0,027 menunjukan angka positif
yang artinya peningkatan ROE (X3) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai
konstan maka akan diikuti oleh peningkatan harga saham sebesar 0,027.
5.
Nilai koefisien arus Devidend Per Share (DPS) sebesar 0,000 menunjukan angka
positif yang artinya peningkatan DPS (X4) setiap satu-satuan dan variabel lain
bernilai konstan maka akan diikuti oleh peningkatan harga saham sebesar 0,000.
Dengan kata lain, hampir tidak ada peningkatan terhadap harga saham.
4.5
Uji Hipotesis
4.6.1 Uji Pengaruh Simultan
48
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Model regresi dikatakan
berpengaruh secara bersama-sama jika nilai signifikan dari tabel ANOVA kurang dari
0,05.
TABEL 4.9
UJI PENGARUH SIMULTAN
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
346,478
4
86,619
Residual
482,320
222
2,173
Total
828,797
226
F
39,869
Sig.
,000b
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
b. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.9 uji pengaruh simultan menunjukan nilai signifikansi 0,000.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return
On Equity (ROE), dan Devidend Per Share (DPS) secara bersama-sama atau secara
simultan berpengaruh terhadap harga saham, karena nilai signifikan dari tabel ANOVA
kurang dari 0,05.
4.6.2 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi independen. Tabel 4.10 berikut menunjukkan koefisien determinasi
dari variabel independen.
49
TABEL 4.10
UJI KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
1
,647
a
,418
,408
1,47398
2,060
a. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE
b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel 4.10 tersebut diketahui besarnya Adjusted R Square adalah 0,408 Hal
ini berarti 40,8% variasi harga saham dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel
Independen Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan
Devidend Per Share (DPS). Sedangkan sisanya 59,2% (100% - 40,8%) dijelaskan oleh
variabel lain di luar model.
4.6.3 Uji Pengaruh Parsial
Uji pengaruh secara parsial menunjukkan sejauh mana pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Caranya
dengan melakukan uji pengaruh parsial dengan melihat nilai signifikansinya dari masing
– masing variabel independen. Bila tingkat kepercayaan 95 % atau nilai signifikansinya
kurang dari 0,05 maka variabel independen tersebut secara parsial mempengaruhi
variabel dependen. Tabel 4.11 berikut menjelaskan tentang nilai signifikansi dari masing
– masing variabel independen.
50
TABEL 4.11
UJI PENGARUH PARSIAL
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model
B
(Constant)
Std. Error
6,525
ROA
,050
CR
-,002
ROE
,027
DPS
,000
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
1
t
Sig.
Beta
Tolerance
,141
,013
,007
,007
,000
Collinearity Statistics
,292
-,015
,304
,183
46,161
,000
3,753
-,297
3,769
3,313
,000
,767
,000
,001
,433
,996
,403
,856
VIF
2,307
1,004
2,483
1,168
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada variabel X1 Return On Asset (ROA), nilai signifikansinya sebesar 0,000.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROA berpengaruh
terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan bahwa Return On Asset
(ROA) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima.
Pada variabel X2 Current Ratio (CR), nilai signifikansinya sebesar 0,767. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel CR tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Current Ratio
(CR) berpengaruh terhadap harga saham tidak dapat diterima.
Pada variabel X3 Return On Equity (ROE) nilai signifikansinya sebesar 0,000.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROE berpengaruh
terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Return On Equity
(ROE) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima.
51
Pada variabel X4 Devidend Per Share (DPS), nilai signifikansinya sebesar 0,001.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel DPS
berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 4 yang menyatakan bahwa
Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima.
4.6
Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Return On Asset (ROA) yaitu alat untuk mengukur keefisienan perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Sesuai
dengan diskripsi teori signaling semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi pula minat
investor untuk membeli saham tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
investor yang tertarik semakin tinggi pula harga saham dipasar. Hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa Return On Asset (ROA) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROA berpengaruh
terhadap harga saham. Hal ini didukung oleh nilai standar deviasi variabel ROA sebesar
11,23044 dan nilai mean sebesar 10,7170, dimana nilai mean lebih besar dari nilai
standar deviasinya yang artinya variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak
stabil. Berdasarkan sebaran data, mampu dibuktikan pada data perusahaan PT. United
Tractors Tbk. Perusahaan ini memiliki nilai ROA sebesar 11,44 dan harga saham
sebesar 19.700, terdapat pula yang memiliki nilai ROA rendah dan harga saham rendah
pula yaitu pada perusahaan PT. Indofarma Tbk. dimana nilai ROA -4,19 dan harga
saham senilai 153.
52
Perusahaan mampu memanfaatkan asetnya yang terdiri dari aset lancar dan tak
lancar untuk memperoleh laba atau keuntungan dalam satu tahun. Logikanya, jika
perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan yang besar dengan mamanfaatkan
aset yang ada maka pasar akan memberikan respon positif sehingga harga saham
tersebut mengalami kenaikan atau penurunan di pasar bursa efek.
Teori sinyal menegaskan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan
memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Jadi, semakin tinggi nilai ROA,
semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut, dan semakin banyak
investor yang tertarik pada perusahaan tersebut semakin tinggi pula harga saham di
pasar.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtadho (2013) dan
Zuliarni (2012)
yang memberikan hasil variabel ROA berpengaruh terhadap harga
saham. harga saham
4.6.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham
Current Ratio (CR) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Hasil uji
parsial menunjukan bahwa Current Ratio (CR) mempunyai nilai signifikan sebesar
0,767, maka dapat diartikan variabel CR tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
saham. Hal ini disebabkan oleh nilai dari standar deviasi CR yang lebih besar daripada
nilai meannya yaitu 14,05631 dan nilai rata-ratanya sebesar 3,6044. Dari besarnya
standar deviasi dan mean dapat diperoleh selisih standar deviasi dan mean dari variabel
53
tersebut sebesar 10,45. Disimpulkan bahwa CR tidak dapat digunakan untuk
mempengaruhi harga saham karena dapat menjadi faktor penyebabnya adalah selisih
antara nilai standar deviasi dan rata-rata CR. Hasil uji secara parsial dan uji statistik
diskriptif tersebut didukung oleh data perusahaan pada PT. Martina Berto Tbk.
memiliki nilai CR 3,99 dengan harga saham di pasar sebesar 305. Perusahaan ini dapat
dibandingkan dengan perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. memiliki nilai CR
sebesar 28,76 dan harga saham sebesar 50.000
Current Ratio yang tinggi tidak mampu mempengaruhi minat investor membeli
saham atau berinvestasi ke suatu perusahaan. Hal ini dimungkinkan perusahaan
memperbesar pinjaman jangka panjangnya dari pada memperbesar hutang jangka
pendeknya, jadi investor lebih menyukai perusahaan yang memperbesar hutang jangka
pendeknya dari pada memperbesar hutang jangka panjangnya. Dengan menggunakan
logika, Current Ratio tidak menjadi perhitungan oleh para penanam saham untuk
melihat kinerja suatu perusahaan apakah perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak,
sehingga Current Ratio tidak dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga
saham.
Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Maskun (2012) yang menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh positif terhadap
harga saham.
4.6.3 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan total modal sendiri, rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri
54
semakin tinggi rasio ini, semakin baik kinerja perusahaan tersebut dalam memanfaatkan
ekuitas yang ada. Berdasarkan hasil uji parsial Return On Equity (ROE) menunjukan
terdapat pengaruh ROE terhadap harga saham dengan nilai signifikan sebesar 0,000
dimana nilai tersebut kurang dari 0,05. Berdasarkan analisis deskriptif nilai standar
deviasi variabel ROE sebesar 21,50113 dan nilai mean sebesar 18,8634. Jadi variabel
ROE memiliki variance yang relatif besar dan sebaran datanya tidak stabil. Hasil SPSS
tersebut juga didukung dengan data perusahaan PT. Mayora Indah Tbk. yang
mempunyai nilai ROE sebesar 19,95 dan harga saham sebesar 14.250 tetapi ada pula
perusahaan yang memiliki nilai ROE dan harga saham rendah yaitu pada perusahaan
PT. Alkindo Naratama Tbk yang memiliki nilai ROE sebesar -23,51 dan harga saham
sebesar 660.
Perusahaan manufaktur ini berhasil memberikan kinerja yang baik dalam
memanfaatkan ekuitas yang ada, karena ekuitas yang dimiliki perusahaan dapat
dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan perusahaan, misalnya kebutuhan penunjang
proses produksi dan penjualan sehingga perusahaan mampu memperoleh laba atau
keuntungan yang tinggi. Semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi pula minat pemegang
saham untuk bertahan maupun membeli saham tersebut. Dengan kata lain, semakin
besar atau banyak minat investor untuk membeli saham maka akan memicu kenaikan
atau penurunan harga saham di pasar.
Teori sinyal menegaskan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan
memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Jadi, semakin tinggi nilai ROE, semakin tinggi pula minat investor
55
untuk menanamkan modal di perusahaan yang memiliki nilai pengembalian berupa
devidend
atas
keberhasilan
perusahaan
memanfaatan
aset
yang
dimilikinya.
Menggunakan logika, semakin banyak investor yang tertarik, maka semakin tinggi harga
saham di bursa efek. Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Setiyawan (2014) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh
positif terhadap harga saham.
4.6.4 Pengaruh Devidend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham
Devidend Per Share (DPS) dapat menggambarkan berapa jumlah pendapatan
perlembar saham (EPS) yang akan dibagikan. Berdasarkan hasil uji parsial menunjukan
bahwa variabel DPS memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 . Nilai tersebut kurang dari
0,05 maka dapat dikatakan variabel DPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Hasil uji diskriptif menunjukkan
nilai standar deviasi variabel DPS sebesar
3344,80617dan nilai mean sebesar 526,4029. Dapat dikatakan bahwa DPS memiliki
variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil. Hasil olah SPSS juga
didukung dengan contoh data perusahaan PT. Keramika Indonesia Asosiasi Tbk.
kegiatan perusahaan yang dilakukan adalah memproduksi minuman. Perusahaan ini
memiliki nilai DPS sebesar 0,24 dan harga saham sebesar 175, perusahaan ini dapat
dibuktikan dengan data perusahaan PT. Keramika Indonesia Tbk. yang memiliki nilai
DPS sebesar 1,00 dan harga saham senilai 160.
Penggunan sumber dana perusahaan yang tepat dan efisien dapat meningkatkan
laba bersih. Perusahaan akan membagikan devidend dari laba bersih yang kemudian di
alokasikan untuk pembayaran devidend kepada para pemegang saham. DPS yang tinggi
56
menandakan perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dalam hal pemanfaatan
sumber dana. Dengan
banyaknya pemegang saham yang bertahan dan banyaknya
pembelian saham yang semakin meningkat maka harga saham di bursa efek akan
meningkat juga.
Hasil di atas sejalan dengan Teori Pecking Order yang menegaskan bahwa
pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, hal ini dilakukan untuk
menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut, sehingga memicu adanya
kenaikan harga saham (Hanafi, 2013). Teori signaling juga menegaskan suatu tindakan
yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Dengan
adanya pembagian deviden yang besar, akan memberikan sinyal kepada para investor
untuk membeli saham tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian milik Fauziah dkk (2014) yang
menyatakan Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham.
57
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi
hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh
terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Return On
Asset (ROA) dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa
efek.
2.
Variabel Current Ratio
(CR) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Jadi
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh
terhadap harga saham ditolak. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Current
Ratio (CR) tidak dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di
bursa efek.
3.
Variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh
terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Return On
Equity (ROE) dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa
efek.
4.
Variabel Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi
hipotesis keempat
yang menyatakan bahwa Devidend Per Share (DPS)
berpengaruh terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau
58
rendahnya Devidend Per Share (DPS) dapat mempengaruhi kenaikan atau
penurunan harga saham di bursa efek.
5.2
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat digunakan sebagai peneliti
selanjutnya sebagai dasar untuk menyempurnakan penelitian ini. Keterbatasan tersebut
yaitu sebagai berikut :
1.
Terdapat perbedaan angka yang terdapat di Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) dan Ringkasan Kinerja Perusahaan pada variabel CR, DPS, dan ROE.
2.
Penelitian ini hanya mengambil empat variabel, sedangkan masih banyak variabel
yang dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham.
5.3
Saran
1.
Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel misalnya DER, PER,
EPS, dan
DPR supaya hasil penelitian lebih akurat dalam mengetahui
pengaruhnya terhadap harga saham.
2.
Untuk peneliti selanjutnya memperpanjang periode pengamatan penelitian menjadi
empat tahun.
3.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah jenis perusahaan yang lain
tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja.
59
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 1. Jakarta:
Erlangga
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 2. Jakarta:
Erlangga
Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2011. Pasar Modal Di Indonesia Edisi
3.Jakarta: Salemba Empat
Fauziah, Karina, dkk. 2014. Pengaruh Deviden Per Share, Return On Asset, dan Debt To
Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Property, Real
Estate, and Building Construction yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 11 No.1, 1 Juni 2014
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Unversitas Diponegoro
Gunawan. 2011. Pengaruh Analisis Fundamental Terhadap Harga Saham (Studi Empiris
Terhadap Saham-saham Syari’ah Di Jakarta Islamic Indeks). Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil Vol. 1 No.1, April 2011
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Hanafi, M. 2013. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Standar
Dewan Akuntansi Keuangan
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2014
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketiga. Yogyakarta:
BPFE
Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
60
Mardiasmo. 1992. Akuntansi Keuangan Dasar 1. Yogyakarta: NPFE Yogyakarta
Maskun, Ali. 2012. Pengaruh Current Ratio, Return on Equity, Return on Asset, Earning
Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages yang Go
Public di BEJ. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Vol. 3 No. 2, Oktober
2012
Muljono, Djoko dan Baruni Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta:
Andi
Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan Edisi 15. Yogyakarta:
Yogyakarta
Liberty
Murtadho, Muis. 2013. Studi Tentang Hubungan ROA, ROE, dan EPS Terhadap Harga
Saham Perusahaan Tambang Di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Kewirausahaan
Vol. 1 No. 1, Oktober 2013
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan
Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis rasio Keuangan.
Jakarta: PPM
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Laporan Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga
Setiyawan, Indra. 2014. Pengaruh Current Ratio, Inventory Turn Over, Time Interest
Earned, dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI 2009-2012. Jurnal
Nominal Vol. 3 No. 2, 2014
Susilawati, Christine Dwi Karya. 2012. Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas,
Solvabilitas, dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45.
Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 2, November 2012
Sutojo, Siswanto. 2004. Mengenali Arti dan Penggunaan Neraca Perusahaan. Jakarta:
PT. Damar Mulia Pustaka
Syamsuddin, Lukman. 1994.
PT.RajaGrafindo Persada
Manajemen
Keuangan
Perusahaan.
Jakarta:
61
Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios Rasio-rasio Manajemen Penting
Penggerak dan Pengendali Bisnis Edisi 3. Jakarta: Erlangga
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 7
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Zuliarni, Sri. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Aplikasi Bisnis Vol. 3 No. 1, Oktober 2012
http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal Minggu
22 Maret 2015 Pukul 9.45 A.M
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx
Senin 7 Juni 2015 Pukul 10.20 A.M
Download