BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak perusahaan muncul di permukaan dunia bisnis Indonesia. Persaingan dengan bidang bisnis yang serupa menjadi kendala tersendiri bagi suatu perusahaan untuk tetap menghasilkan keuntungan. Dengan kondisi seperti ini mendorong upaya manajemen untuk membuat strategi-strategi baru. Jika manajemen tidak mempunyai strategi yang benar-benar matang tidak mungkin perusahaan tersebut dapat maju dan berkembang. Apabila perusahaan tersebut kalah bersaing dengan pesaingnya, hal yang tidak diinginkan pun dapat terjadi misalnya menurunnya laba, menurunnya produksi barang atau jasa, dan terakhir colapsenya perusahaan. Tentu hal semacam ini tidak diinginkan oleh perusahaan, sehingga dengan masalah seperti ini manajemen dituntut mencari strategi untuk memperbesar usaha yang membutuhkan modal besar, sumber dana yang mudah diperoleh dan berbiaya rendah (Samsul, 2006). Oleh karena itu manajemen merubah perusahaannya menjadi perusahaan go public, dimana perusahaan ini dapat menawarkan atau menjual sahamsahamnya pada masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006). UU No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang 1 2 berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, berarti pasar modal merupakan kegiatan jual beli saham, di mana perusahaan menawarkan dan menjual kepada masyarakat melalui badan atau lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek (www.ojk.go.id). Jika dilihat dari sisi yang lain, saat ini investor sangat menggemari investasi dalam bentuk saham dibandingkan berinvestasi jenis lain. Bagi investor membeli saham atau memiliki saham dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang yang besar berupa dividen. Saham juga mempunyai resiko yang tidak bisa diabaikan, semakin tinggi dividen yang yang diharapkan semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi seorang investor (Setiyawan, 2014). Maka dari itu, seorang investor harus teliti, dan penuh dengan pertimbangan dalam menganalisa laporan keuangan supaya tidak salah dalam memilih saham (Fauziah dkk, 2014). Pengambilan keputusan investasi yang tepat diperlukan analisa laporan keuangan yang baik, tidak hanya melihat laba bersih yang dihasilkan perusahaan melainkan investor juga perlu menganalisis rasio-rasio keuangan sebagai pertimbangan dalam menentukan harga saham (Fauziah dkk, 2014). Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya (Zuliarni, 2012). Harga saham menjadi cerminan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaan (Fauziah dkk, 2014). Salah satu cara untuk meramalkan harga saham di masa yang akan datang adalah dengan menggunakan analisis fundamental atau analisis 3 terhadap kinerja keuangan (Murtadho, 2013). Di samping itu, dengan menggunakan analisis fundamental juga dapat menilai suatu perusahaan (Susilawati, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuliarni (2012) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan periode 2010 menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi ROA, maka semakin baik keadaan perusahaan Mining and Mining Service dan menunjukkan bahwa perusahaan Mining and Mining Service semakin efektif dalam memanfaatkan asset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Murtadho (2013) Studi Tentang Hubungan ROA, ROE, dan EPS terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mendapatkan hasil variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap naiknya harga saham. Maskun (2012) menganalisis Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Return On Asset, Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Baverages yang Go Public Di BEJ periode 2006-2010 menemukan hasil variabel Return On Asset (ROA) terhadap harga saham Food and Baverages yang Go Public menunjukkan pengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena ROA memberikan informasi pendapatan apa yang dihasilkan dari aset yang diinvestasikan. Apabila laba naik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dan hal ini dapat 4 mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Penelitian ini didukung oleh Fauziah dkk (2014) Pengaruh Dividend Per Share, Return On Asset, dan Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010 sampai dengan 2012 yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan semakin rendah Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin menurun karena tingkat pengembalian investasi pada total aset semakin rendah. Semakin rendah tingkat pengembalian investasi pada total aset, semakin rendah pula perubahan harga saham. Gunawan (2011) menemukan hasil yang serupa, Pengaruh Analisis Fundamental terhadap Harga Saham Di Jakarta Islamic Indeks pada periode 2006 sampai dengan 2009 dikatakan Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham syari’ah yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks. Karena semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memberikan perbedaan hasil penelitian (research gaap), peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian ulang dengan melakukan sintesa dari penelitian Maskun (2012). Dalam penelitian Maskun (2012) peneliti menggunakan variabel Return On Asset (ROA), variabel Current Ratio (CR),dan Return On Equity (ROE) sedangkan di dalam penelitian Fauziah dkk (2014) peneliti menggunakan variabel Devidend Per Share (DPS). Objek penelitian yang digunakan berbeda dengan jurnal Maskun (2012), yaitu harga saham pada perusahaan manufaktur dengan periode penelitian di tahun 20112013. 5 Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas diatas peniliti mengambil judul “PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CURRENT RATIO (CR), RETURN ON ASSET (ROE), DAN DEVIDEND PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA) TAHUN 2011-2013”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham? 2. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham? 3. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham? 4. Apakah Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap harga saham. 2. Mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham. 3. Mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap harga saham. 4. Mengetahui pengaruh Devidend Per Share (DPS) terhadap harga saham. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penilitian ini yaitu: 6 1. Bagi perusahaan penilitian ini diharapkan menjadi suatu masukan bagi perusahaan terutama dalam hal mengelola keuangan perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham. 2. Bagi investor penelitian ini sebagai bahan referensi dalam menganalisa laporan keuangan supaya tidak salah dalam memilih saham. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi referensi yang berhubungan dengan Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Devidend Per Share (DPS) dalam menganalisis laporan keuangan kaitannya dengan harga saham. 4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dengan penelitian ini dapat memunculkan penelitian yang lebih sempurna. 1.5 Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang sebelumnya didahului dengan halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, halaman persembahan, dan daftar isi. BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah yang diikuti dengan perumusan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Selain itu juga dibahas mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penyusunan skripsi. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bagian yang berisi tentang teori-teori yang melandasi penelitiian ini. Selain itu juga diungkapkan mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Merupakan bab yang berisi mengenai variabel-variabel penelitian dan definis operasionalnya, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisisd data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Merupakan baguian yang berisi tentang analisis data dan pembahasan yang dilakukan sesuai dengan alat analisis yang digunakan. BAB V PENUTUP Merupakan bab yang menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan dan saran-saran mengenai masalah penelitian berdasarkan hasil analisis penelitian. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori 2.1.1 Signaling Theory Signaling Theory menyebutkan bahwa struktur modal (pengumuman utang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat. Hal ini dianggap sebagai suatu signal kepada para investor dikarenakan sebuah pengambilan strategi yang baik akan berisiko dalam menghimpun dana sekaligus mendatangkan keuntungan (Hanafi, 2013). Menurut Brigham dan Houston (2001) teori sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. 2.1.2 Pecking Order Theory Menurut Hanafi (2013) teori trade-off mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir bahwa dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Teori ini menjelaskan bahwa kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan akan memulai dengan internal dan sebagai pilihan terakhir adalah menerbitkan saham. Disamping kebutuhan investasi, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran deviden. Pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, jika kas berkurang, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas baru. Teori pecking order bisa menjelaskan 9 kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai utang yang lebih kecil. 2.1.3 Pasar Modal Dalam UU No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, berarti pasar modal merupakan kegiatan jual beli saham, di mana perusahaan menawarkan dan menjual kepada masyarakat melalui badan atau lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek. (www.ojk.go.id) Sedangkan Darmaji dan Hendy (2011) menyatakan pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu (Samsul,2006): 1. Sudut Pandang Negara Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak membuang-buang biaya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban membuat perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. 10 2. Sudut Pandang Emiten Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang yang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal, akan lebih dikenal. Selain itu setiap hari bursa namanya selalu muncul dalam berita televisi, radio, atau surat kabar sehingga perusahaan tersebut mendapat sorotan, kritik, perhatian, pujian dari masyarakat. Perusahaan yang sudah dikenal namanya akan lebih mudah mencari hubungan bisnis maupun investor. 3. Sudut Pandang Masyarakat Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jadi pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. 2.1.4 Laporan Keuangan Dalam PSAK No.1, SAK (2014) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Laporan yang disusun untuk tujuan 11 ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak mewajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomik. Keputusan ekonomik mungkin mencakup, sebagai contoh, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen Menurut Kasmir (2014) dalam pengertian sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Menurut Munawir (2010) pelaporan ringkasan daripada peristiwaperistiwa dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) laporan keuangan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi, nilai riil dan laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan digunakan 12 untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan. Ada beberapa sudut pandang penggunaan laporan keuangan, antara lain: a) Dari Sudut Pandang Investor Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan suatu perusahaan. b) Dari Sudut Pandang Manajemen Analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan. a. Neraca Di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.1, SAK (2014) Neraca adalah laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukkan keadaan keuangan secara sistematis dari perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang, dan modal pemilik perusahaan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan neraca, a) Perusahaan menyajikan aset lancar terpisah dari asset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu diatur dalam PSAK khusus. Asset lancar disajikan menurut urutan likuidats sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. b) Perusahaan harus menggunakan informasi jumlah setiap asset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca. 13 c) Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perusahaan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi asset lancar dan tidak lancar serta kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang bermanfaat yang membedakan asset bersih sebagai modal kerja dengan asset yang digunakan untuk opersasi jangka panjang. Menurut Samsul (2006) neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Secara garis besar komponen neraca terdiri dari aktiva lancar, penyertaan, aktiva tetap, aktiva lainnya. Sedangkan komponen kewajiban dan modal terdiri dari utang lancar, utang jangka panjang, dan ekuitas. Neraca memuat tiga bagian pokok, yakni (Jumingan, 2009): a. Aktiva Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan. Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan uang, dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas. 14 2. Utang Utang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan. Kreditur-kreditur tersebut ada yang mendapat jaminan sepenuhnya dengan harta kekayaan tertentu (secured creditors), mendapat jaminan sebagian (partly secured creditors), atau tanpa jaminan sama sekali (unsecured creditor). 3. Modal Sendiri Modal sendiri merupakan sumber modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Bersama-sama dengan modal yang berasal dari kreditur kemudian ditanamkan dalam berbagai bentuk aktiva perusahaan. Dalam catatan akuntansi modal sendiri ditentukan dengan mengurangkan modal pinjaman dari jumlah keseluruhan modal yang ditanamkan dalam aktiva b. Laporan Laba/Rugi Menurut PSAK No.1, SAK (2014) laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu, perusahaan, terutama profotabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa depan. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan 15 suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan asset yang disamakan dengan kas dimasa depan. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini. Menurut Jumingan (2009) dalam literatur akuntansi, laporan laba rugi diturunkan dari istilah profit and loss statement, earnning statement, operation statement, atau income statement. Laporan laba rugi merupakan perhitungan hasil laba dan rugi yang dilaporkan setiap jangka waktu tertentu umumnya satu tahun. Laporan laba rugi mempunyai komponen yaitu (Mardiasmo, 1992): a. Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penrunan kewajiban perusahaan, yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau kegiatan usaha yang lain didalam suatu periode akuntansi. b. Biaya Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa. Pengorbanan ekonomis tersebut dapat berupa pengurangan aktiva atau bertambahnya utang dan modal perusahaan. c. Pendapatan dan Biaya Lain-lain Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha pokok atau utama perusahaan. Misalnya pendapatan dari penyewaan aktiva tetap. Biaya lain-lain adalah biaya yang terjadi dalam kaitannya dengan kegiatan di luar usaha pokok atau utama perusahaan. Misalnya, rugi penjualan aktiva tetap. 16 d. Pos Luar Biasa Pos Luar biasa adalah kejadian-kejadian yang bersifat tidak normal (tidak biasa terjadi) menurut ukuran kegiatan perusahaan yang normal dan umumnya tidak sering terjadi, tetapi berpengaruh terhadap hasil usaha perusahaan. Contoh, pembatalan utang kepada pemegang saham. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Mardiasmo (1992) menyatakan laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan mengenai perubahan modal perusahaan yang terjadi selama periode tertentu, laporan perubahan ekuitas dari setiap perusahaan berbeda terutama ditinjau dari segi kepemilikannya: a. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseorangan Ekuitas perseorangan, bertambah karena adanya setoran modal pemilik dan laba usaha. Modal perusahaan perseorangan akan berkurang karena perusahaan menderita kerugian dan adanya pengambilan modal pemilik. b. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Persekutuan Perubahan modal pada perusahaan persekutuan umumnya dilaporkan terinci untuk setiap pemilik modal. Jika diperoleh laba, maka laba tersebut dibagikan kepada masingmasing pemilik (sekutu) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Penyebab perubahan modal perusahaan persekutuan relatif sama dengan perusahaan perorangan. Tetapi perubahan modal masing-masing sekutu jumlahnya tidak sama. c. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseroan 17 Komponen modal perusahaan perseroan antara lain berupa modal saham dan laba yang ditahan. Modal saham dilaporkan sebesar nilai nominal dari saham yang terjual, sedangkan laba yang ditahan dilaporkan sebesar jumlah bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba atau rugi perusahaan tidak mempengaruhi jumlah modal saham, melainkan berpengaruh terhadap laba yang ditahan. Disamping itu, laba yang ditahan berubah karena pembayaran dividen kepada pemegang saham. Oleh karena itu, laporan perubahan modal perusahaan perseroan disebut dengan laba yang ditahan. 4. Laporan Arus Kas Di dalam PSAK 1, SAK (2014) laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Tujuan pernyataan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas suuatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode Laporan arus kas melengkapi sekumpulan laporan perusahaan yang diterbitkannya. Tujuannya adalah untuk menelusuri arus dana yang melalui perusahaan. Arus dana ini mengidentifikasi kemana kas keluar dan dari mana kas tersebut berasal serta merupakan alat yang sangat berguna untuk menjeaskan pergerakan dari berbagai rasio likuiditas (Walsh, 2004). 18 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal yang terkait secara langsung dengan laporan keuangan yang disajikan entitas tertentu, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan berbagai informasi yang relevan dengan laporan keuangan tersebut (Rudianto, 2012). 2.1.5 Rasio Keuangan Pada dasarnya rasio lebih tepat digunakan sebagai indikator atau awal analisis (Prihadi, 2008). Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara lain satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan, Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode maupun beberapa periode (Kasmir, 2014). 1. Rasio Likuditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar (Brigham dan Houston, 2001). Rasio likuiditas ini mempunya manfaat dan tujuan antara lain (Kasmir, 2014): a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. 19 c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. d. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan, e. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang f. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang, serta untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam penelitian, ini rasio profitabilitas yang dipakai adalah: a. Current Ratio (CR) Kasmir (2014) menyatakan Current Ratio (CR) atau dalam bahasa Indonesia rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila Current Ratio ini tinggi bisa saja dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang (Prastowo dan Juliaty, 2002). Current Ratio ini ditunjukkan dengan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar (Kasmir ,2014): πΆπ’πππππ‘ π ππ‘ππ (πΆπ ) = πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘ πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ 20 2. Rasio Profitabilitas Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar yaitu (Kasmir, 2014): a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Untuk menilai perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, serta mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang dipakai adalah: a. Return On Asset (ROA) Gunawan (2011) menyatakan Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. Return On Asset diperoleh dengan cara membandingkan Earning After Tax (EAT) dengan total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Rumus ROA (Weston dan Brigham, 1994): π ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ (ROA) = πΈππππππ π΄ππ‘ππ πππ₯ (πΈπ΄π) πππ‘ππ π΄π π ππ‘π 21 b. Return On Equity (ROE) Menurut Kasmir (2014) Return On Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri semakin tinggi rasio ini, senakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya, rumus menghitung ROE yaitu: π ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ (ROE) = πΈππππππ π΄ππ‘ππ πππ₯ (πΈπ΄π) πππππππππππ ′ π πΈππ’ππ‘π¦ 2.1.6 Devidend Devidend adalah jumlah yang melebihi setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan (Muljono dan Vicaksono, 2009). 1. Devidend Per Share (Dividen per Lembar Saham) Semakin tinggi nilai DPS suatu perusahaan, akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut, karena semakin besar proporsi dividen yang disediakan untuk dibagikan kepada para investor dalam setiap lembar saham yang mereka miliki (Fauziah dkk, 2014). Menurut Syamsuddin (1994) Devidend Per Share (DPS) menggambarkan berapa jumlah pendapatan perlembar saham (EPS) yang akan didistribusikan: π·ππ = π·ππ£πππππ ππππ ππ’ππππ ππ ππππππ ππ πΆπππππ ππ‘πππ ππ’π‘ ππ‘ππππππ 22 2.1.7 Saham Samsul (2006) menyatakan saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Saham mempunyai beberapa jenis berdasarkan kepemilikan yaitu: a. Saham Preferen Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. b. Saham Biasa Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan pailit, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. 2.1.8 Harga Saham Menurut Jogiyanto (2008) harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Semakin sedikit informasi yang mengalir ke Bursa Efek, maka harga saham tersebut cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis pembeli dan atau penjual (Halim, 2003) 23 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berisikan rangkuman dari jurnal-jurnal terdahulu yang pada penelitian ini dipergunakan sebagai sumber dalam pengukuran variabel serta indikator variabel. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 NAMA Gunawan (2011) JUDUL Pengaruh Analisis Terhadap Harga Saham(Studi Empiris Terhadap Harga Sahamsaham Syaria’ah Di Jakarta Islamic Indeks) VARIABEL Variabel Independen(X): ο Price Earning Ratio(X1) ο Return On Asset(X2) ο Earning per Share(X3) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Secara parsial variabel Price Earning Ratio, Return On Asset tidak berpengaruh terhadap harga sahamsaham syari’ah. Sedangkan variabel Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham-saham syari’ah. 2. Secara simultan terdapat pengaruh terhadap harga saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Variabel solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham. 2. Sedangkan variabel likuiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap harga saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 3. Variabel Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. 4. Sedangkan variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham. 2 Christine Dwi Karya Susilawati (2012) Analisis Perbandingan Likuiditas,Solvabilitas, dan Provitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45 Variabel Independen(X): ο Likuiditas(X1) ο Solvabilitas(X2) ο Profitabilitas(X3) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham 3 Ali Maskun (2012) Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Return On Asset, Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food And Baverges yang Go Public di BEJ Variabel Independen(X): ο Current Ratio (X1) ο Return On Equity (X2) ο Return On Asset (X3) ο Earning Per Share (X4) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham 4 Sri Zuliarni (2012) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia(BEI) Variabel Independen(X): ο Return On Asset(X1) ο Price Earning Ratio (X2), ο Devidend Payout Ratio(X3) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham 5 Muis Murtadho (2013) Studi Tentang Hubungan ROA,ROE,dan EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang Di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen(X): ο Return On Asset(X1) ο Return On Equity(X2) ο Earning Per Share(X3) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Variabel Return On Asset dan Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham. 2. Sedangkan variabel Devidend Payout Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Variabel Return On Asset dan Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham. 2. Return On Equity tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. 6 Karina Fauziah, dkk Pengaruh Dividen Per Share,Return On Asset,dan Variabel Independen(X): ο Dividen Per Share(X1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Secara parsial,Deviden Per Share, 24 7 (2014) Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham(Studi pada Perusahaan Property, Real Estate And Building Contruction yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012) ο Return On Asset(X2) ο Debt Equity Ratio(X3) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan variabel Return On Asset tidak mempengaruhi harga saham 2. Secara simultan variabel X1,X2,X3 berpengaruh terhadap harga saham. Indra Setiyawan (2014) Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, Time Interest Earned dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Periode 2009-2012 Variabel Independen(X): ο Current Ratio(X1) ο Inventory Turn Ove (X2) ο Time Interest Earned(X3) ο Return On Equity(X4) Variabel Dependen(Y): ο Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Secara parsial Current Ratio, Inventory Turnover, Time Interest Earned, dan Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham 2. Secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap harga saham 2.3 Kerangka Pemikiran Atas dasar tujuan, landasan teori, dan penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Return On Asset X1 Current Ratio X2 Harga Saham Y Return On Equity X3 Devidend Per Share X4 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 25 2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham Gunawan (2011) menyatakan Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. Return On Asset diperoleh dengan cara membandingkan Net Income After Tax (NIAT) dengan total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Teori signaling menjelaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Dengan tingginya ROA kepada para investor untuk membeli saham tersebut. Penelitian Zuliarni(2012) dan Murtadho (2013) yang menggunakan varaibel Return On Asset (ROA) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1: Rasio Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. 2.4.2 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham Menurut Munawir (2010) Current ratio adalah nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current Ratio ini juga menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Current Ratio ini ditunjukkan dengan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. 26 Teori signaling menjelaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011), semakin tinggir CR kemungkinan besar para investor akan membeli saham tersebut, hal ini dianggap memberikan signal kepada para investor bahwa pembelian suatu saham dapat mendatangkan keuntungan Penelitian yang dilakukan Setiyawan (2014) yang meneliti menggunakan variabel Current Ratio (CR) mendapatkan hasil bahwa variabel Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis: H2: Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham. 2.4.3 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2014) Return On Equity (ROE), hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, denikian pula sebaliknya. Teori signaling menegaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Tingginya ROE memberikan signal kepada investor bahwa perusahaan ini dapat memanfaatkan modal dengan baik, sehingga para investor berminat membeli saham tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2014) yang menguji pengaruh Return On Equity (ROE) menunjukkan hasil bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: 27 H3: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham 2.4.4 Pengaruh Devided Per Share (DPS) terhadap Harga Saham Devidend Per Share (DPS) menggambarkan berapa jumlah pendapatan perlembar saham (EPS) yang akan didistribusikan (Syamsuddin, 1994). Pembayaran deviden oleh perusahaan kepada para investor akan menyebabkan dana kas berkurang, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas baru. Teori Pecking Order menegaskan bahwa pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, hal ini dilakukan untuk menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut, sehingga memicu adanya kenaikan harga saham (Hanafi, 2013). Teori signaling menegaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Dengan adanya pembagian deviden yang besar, akan memberikan sinyal kepada para investor untuk membeli saham tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fauziah dkk (2014) yang meneliti tentang pengaruh variabel Devidend Per Share terhadap harga saham menunjukkan hasil bahwa Devidend Per Share memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: H4: Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. (Indrianto dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain, variabel dependen ini dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab dari variabel independen. Sedangkan variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel dependen (Indrianto dan Supomo, 2002). Pada penelitian ini menggunakan ROA, CR, ROE, DPS sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen yaitu harga saham manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah penentuan construct menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indrianto dan Supomo ,2002). Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 29 a. Return On Asset (X1) Return On Asset adalah alat analisis untuk menghitung tingkat pengembalian asset, rasio ini membandingkan laba setelah pajak (Earnig After Tax) dengan total asset (Gunawan, 2011). b. Current Ratio (X2) Current Ratio adalah alat analisis untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, rasio ini membandingkan rasio antara aset lancar dengan hutang lancar (Kasmir, 2014) c. Return On Equity (X3) Return On Equity adalah alat analisis untuk menghitung tingkat pengembalian ekuitas, rasio ini untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan total modal sendiri (Kasmir, 2014). d. Devidend Per Share (X4) Devidend Per Share adalah alat untuk menggambarkan berapa jumlah pendapatan perlembar saham (EPS) yang akan didistribusikan (Kasmir, 2014). Devidend Per Share membandingkan antara devidend paid dengan number shares of common stock out standing (Syamsuddin, 1994). e. Harga Saham (Y) Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto, 2008). Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price). 30 3.3 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya terdaftar aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejak periode 2011-2013 pada sektor perusahaan manufaktur. Berdasarkan data yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) sampel yang diambil sebanyak 155 perusahaan manufaktur pada tahun 2011, 155 perusahaan pada tahun 2012, 155 perusahaan manufaktur pada tahun 2013. Dari populasi tersebut diambil sampel untuk penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling. Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013. b. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam pelaporan keuangannya. c. Perusahaan yang menyediakan informasi closing price. d. Perusahaan yang membagikan devidend. 3.4 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh oleh pihak lain). Untuk mencari harga saham penutupan (closing price), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), dan Devidend Per Share (DPS) dapat dilihat di ICMD. Return On Asset (ROA) dapat dilihat di Ringkasan Kinerja Perusahaan (IDX). Pada Laporan Keuangan (IDX) CR dapat dicari dibagian laporan posisi 31 keuangan dan laporan laba rugi, ROE dapat dilihat di laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi, ROA dapat dicari di laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan, DPS dapat dicari di laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 3.5 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan IDX yang terdiri dari Laporan Keuangan dan Ringkasan Kinerja Perusahaan (idx.co.id). Data tersebut mengungkapkan ROA, CR, ROE, dan DPS serta closing price. 3.6 Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data ke Bursa Efek Indonesia. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahanbahan yang tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. 3.7 Metode Analisis Data Analisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan bentuk analisa data yang berupa angka-angka dan dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu hipotesis. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam bentuk tabel, grafik, dan output analisis lain yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan. Teknik analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi berganda dapat menjelaskan pengaruh 32 antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam melakukan analisis regresi berganda diperlukan beberapa langkah dan alat analisis. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda texrlebih dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Untuk mempermudah dalam menganalisis digunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science) 20 (dua puluh). 3.7.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara ringkas variabelvariabel dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis. Dalam Ghozali (2013) disebutkan bahwa alat analisis yang digunakan dalam uji statistik deskriptif antara lain adalah nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel. Ukuran numerik ini merupakan bentuk penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana yang pada akhirnya mengarah pada suatu penjelasan dan penafsiran. 3.7.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diinput akan diuji Terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi dasar. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari estimasi yang bias. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Normalitas, uji Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, dan uji Autokorelasi. 33 3.7.2.1 Uji Normalitas Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendeteksi normal, untuk mendeteksi apakah distribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara analisis statistik (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013), ada dua cara untuk mengetahui apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak. Cara tersebut adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji normalitas dengan analisis grafik seringkali menyesatkan jika tidak dilakukan dengan seksama. Hal ini karena secara visual data terlihat normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh karena itu, dianjurkan selain menggunakan analisis grafik,penelitian juga menggunakan analisis statistik. Ada dua cara untuk mengetahui normalitas distribusi residual data dengan analisis statistik. Yang pertama adalah dengan uji statistik sederhana dengan dengan melihat nilai kurtosis dan skewnes dari residual dengan menggunakan rumus. Yang kedua adalah dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) < taraf signifikansi, maka distribusi data dikatakan tidak normal dan Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) > taraf signifikansi, maka distribusi data dikatakan normal. 3.7.2.2 Uji Multikolinieritas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terdapat adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik 34 seharusnya tidak terjadi suatu korelasi diantara variable-variabel bebasnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (Ghozali ,2013). Ghozali (2013) menyatakan bahwa untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (multikolinieritas) dalam sebuah model regresi adalah sebagai berikut: 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi (misalnya antara 0.7 dan 1), tetapi secara individual variabelvariabel independen banyak yang tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3. Menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi apabila nilai tolerance dibawah 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) berada diatas 10. 3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Dalam Ghozali (2013) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas antara lain adalah dengan melakukan uji park, uji glejser, uji white 35 dan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variable terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. 3.7.2.4 Uji Autokorelasi Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung letaknya di daerah No Autokorelasi. Penentuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Pengujian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autukorelasi positif Tolak Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl ≤ d ≤ du Tolak 4 – dl < d <4 Tidak ada korelasi negatif 0 < d < dl 36 Tidak ada korelasi negatif No desicion 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du (Ghozali, 2011). 3.7.3 Analisis Regresi Analisis yang digunakan dalam pengolahan data penelitian adalah analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya. Hipotesis yang akan diuji dalam dalam penelitian ini adalah pengaruh Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Devidend Per Share (DPS) Model pengujian dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan dibawah ini : Y = π + ππ ππ + ππ ππ + ππ ππ + ππ ππ + π Keterangan : Y : Harga Saham (ROE) α : Intercept/konstanta b : Koefisien regresi x1 : ROA x2 : CR x3 : ROE x4 : DPS e : errors-terms (variable gangguan/residual) 37 3.7.4 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2013). Dengan pengukuran koefisien determinasi ini akan dapat diketahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variable dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) ini berkisar antara 0 < R2 < 1. Semakin besar nilai yang dimiliki, menunjukkan bahwa semakin banyak informasi yang mampu diberikan oleh variabel-variabel independen untuk memprediksi variansi variabel dependen. 3.7.5 Uji Hipotesis Uji Hipotesis dilakukan untuk mendapatkan bukti apakah hipotesis yang telah dibuat, diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini pengambilan kesimpulan tersebut didapat dari hasil uji parameter individual atau disebut juga uji T statistik. Uji T statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas atau independen secara individual menerangkan variansi variable dependen (Ghozali, 2013). Uji T dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual/parsial. Penetapan untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak ada dua cara yaitu : a. Membandingkan t hitung dengan t table Jika T hitung lebih kecil daripada T tabel artinya bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara individual terhadap variabel dependen. Jika T hitung lebih besar dari T tabel artinya ada 38 pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara individual terhadap variabel independen. b. Menghitung Probabilities value atau nilai signifikansi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat signifikansi dari suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas value lebih besar daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara individual terhadap variabel independen. Probabilities value atau nilai signifikansi lebih kecil daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas secara individual terhadap variabel independen. 3.7.6 Uji Sigifikansi Simultan (Uji F statistik) Uji F statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas yang terdapat dalam persamaan regresi secara keseluruhan berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ini adalah dengan cara : a. Membandingkan F hitung dengan F table Jika F hitung lebih kecil daripada F tabel artinya bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable dependen. Jika F hitung lebih besar dari F tabel artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable independen. b. Melihat Probabilities value atau nilai signifikansi lebih besar daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel independen. Probabilities value atau nilai 39 signifikansi lebih kecil daripada taraf signifikansi (derajat keyakinan) berarti terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel independen. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang tercantum pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indoenesia pada periode 2011-2013 berdasarkan pada data ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Dengan teknik purposive sampling, yaitu memilih sampel penelitian menggunakan kriteria-kriteria tertentu telah didapat populasi sebanyak 465 dari tahun 2011-2013 data perusahaan yang dipakai selama periode penelitian. Sampel diambil berdasarkan kriteria berikut : TABEL 4.1 PROSEDUR PEMILIHAN SAMPEL No Keterangan Sampel 1 Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013 berdasarkan pada data ICMD Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah dalam pelaporan keuangannya 465 2 (60) 3 Perusahaan yang tidak membagikan devidend (162) 4 Perusahaan yang tidak menyediakan informasi closing price (16) Jumlah 227 40 4.2 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan menjelaskan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata setiap variabel X dan Y dari data perusahaan yang dijadikan sampel. TABEL 4.2 STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics Minimum Maximum N Mean Std. Deviation HARGA SAHAM 227 4,32 14,00 7,6167 1,91500 ROA 227 -4,19 74,84 10,7170 11,23044 CR 227 ,24 210,25 3,6044 14,05631 ROE 227 -23,51 137,46 18,8634 21,50113 DPS 227 ,24 46076,00 526,4029 3344,80617 Valid N (listwise) 227 Sumber : Data sekunder yang telah diolah Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Berdasarkan output SPSS di atas menunjukkan nilai standar deviasi variabel harga saham sebesar 1,91500 dan nilai mean sebesar 7,6167. Jadi data ini memiliki variance yang relatif kecil sehingga sebaran data stabil, karena nilai mean tersebut lebih besar dari standar deviasinya. Keseluruhan nilai harga saham terendah sebesar 4,32 dan nilai tertinggi sebesar 14,00. 41 2. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel ROA sebesar 11,23044 dan nilai mean sebesar 10,7170. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar deviasinya. Keseluruhan nilai terendah ROA sebesar -4,19 dan nilai tertinggi sebesar 74,84. 3. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel CR sebesar 14,05631 dan nilai mean sebesar 3,6044. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar deviasinya. Keseluruhan nilai terendah CR sebesar 0,24 dan nilai tertinggi sebesar 210,25. 4. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel ROE sebesar 21,50113 dan nilai mean sebesar 18,8634. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar deviasinya. Secara keseluruhan nilai terendah ROE sebesar -23,51 dan nilai tertinggi sebesar 137,46. 5. Berdasarkan output SPSS diatas nilai standar deviasi variabel DPS sebesar 3344,80617dan nilai mean sebesar 526,4029. Jadi data ini memiliki variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil, karena nilai mean lebih kecil dari standar deviasinya. Secara keseluruhan nilai terendah DPS sebesar 0,24 dan nilai tertinggi sebesar 46076,00. 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.1 Uji Normalitas 42 Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk melakukan uji normalitas dapat menggunakan grafik normal p-plot yang memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Data dapat diasumsikan normal jika titik-titik menyebar jauh dan mengikuti garis diagonal. Sumber : Data sekunder yang telah diolah GAMBAR 4.1 HASIL UJI NORMALITAS Dapat dilihat pada gambar 4.1 grafik P-Plot memperlihatkan titik-titik (data) mengikuti garis diagonal, jadi dapat disimpulkan model regresi data yang digunakan normal. 4.2 Uji Multikolonearitas Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Uji ini dapat dideteksi dengan melihat nilai 43 tolerance dan VIF. Jika nilai tolerance kurang dari 0,1 dan VIF lebih dari 10 maka dapat diasumsikan variabel independen terbebas dari masalah multikolonearitas. Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen TABEL 4.4 UJI MULTIKOLONEARITAS Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B 1 Std. Error (Constant) 6,525 ,141 ROA CR ROE DPS ,050 -,002 ,027 ,000 ,013 ,007 ,007 ,000 t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance ,292 -,015 ,304 ,183 46,161 ,000 3,753 -,297 3,769 3,313 ,000 ,767 ,000 ,001 ,433 ,996 ,403 ,856 VIF 2,307 1,004 2,483 1,168 a. Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Data sekunder yang telah diolah Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.3 Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik 44 adalah homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika nilai signifikansinya secara statistik berada diatas 0.05 maka variabel tersebut tidak terkena masalah heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 4.5 UJI HETEROKEDASTISITAS AWAL Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B (Constant) 1 ROA CR ROE DPS Std. Error ,898 ,072 ,040 ,000 -,008 3,127E-005 ,007 ,004 ,004 ,000 Standardized Coefficients t Sig. Beta ,538 ,002 -,197 ,126 12,491 ,000 5,917 ,036 -2,091 1,942 ,000 ,971 ,038 ,053 a. Dependent Variable: ABS_RES1 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Pada penelitian ini model regresi terkena heterokedastisitas yaitu pada variabel ROA yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan variabel ROE yang menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,038 dimana nilai kedua variabel tersebut dibawah 0,05 maka dapat dinyatakan variabel independen ROA dan ROE terkena masalah heterokedastisitas. Untuk memperbaiki masalah heterokedastisitas pada variabel ROA dan ROE maka diperbaiki dengan menggunakan uji INV_SQRT_ROA, INV_SQRT_ROE dan SQRT_ DPS. Sehingga menghasilkan output sebagai berikut: 45 TABEL 4.6 UJI HETEROKEDASTISITAS AKHIR Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B 1 Std. Error (Constant) 1,144 ,147 CR INV_SQRT_ROA INV_SQRT_ROE SQRT_DPS -,001 -,189 -,091 ,003 ,004 ,215 ,441 ,003 Standardized Coefficients Beta -,020 -,070 -,016 ,081 t Sig. 7,770 ,000 -,292 -,880 -,206 1,113 ,770 ,380 ,837 ,267 a. Dependent Variable: ABS_RES5 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel 4.6 hasil output SPSS diatas diketahui bahwa semua variabel independen telah bernilai lebih dari 0,05 yang menyatakan bahwa model regresi terbebas dari masalah heterokedastisitas. 4.4 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik merupakan model regresi yang terbebas dari autokorelasi. Jika terjadi korelasi, maka model regresi terkena masalah autokolerasi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Bila du < d < 4 – du maka tidak ada autokorelasi. 46 Uji dapat dilihat dengan membandingkan DW hitung dengan du pada tabel DW. Untuk mencari tabel dengan melihat tabel DW dengan k=4 dan n=227 maka dapat didapat nilai du=1,8094. Nilai durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : TABEL 4.7 UJI AUTOKORELASI Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 ,647 a ,418 ,408 1,47398 2,060 a. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE b. Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Data sekunder yang telah diolah Diperoleh nilai DW = 2,060 dan DU = 1,8094 maka 1,8094 < 2,060< 2,1906 maka dapat disimpulkan data penelitian terbebas dari autokorelasi. 4.4 Uji Persamaan Regresi Berganda Uji regresi berganda dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemampuan suatu model menerangkan variasi variabel dependen. Dengan metode Regresi Linear berganda adalah sebagai berikut : TABEL 4.8 KOEFISIEN REGRESI Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B 1 Std. Error (Constant) 6,525 ,141 ROA CR ROE DPS ,050 -,002 ,027 ,000 ,013 ,007 ,007 ,000 a. Dependent Variable: HARGA SAHAM t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance ,292 -,015 ,304 ,183 46,161 ,000 3,753 -,297 3,769 3,313 ,000 ,767 ,000 ,001 ,433 ,996 ,403 ,856 VIF 2,307 1,004 2,483 1,168 47 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui sebuah persamaan sebagai berikut : Harga Saham = 6,525+ 0,050 ROA – 0,002 CR + 0,027 ROE + 0,000 DPS Makna dari persamaan dari regresi diatas sebagai berikut : 1. Konstanta = 6,525 menunjukan angka positif yang artinya bila semua variabel independent bernilai konstan maka harga saham sebesar 6,525. 2. Nilai koefisien Return On Asset (ROA) sebesar 0,050 menunjukan angka positif yang artinya peningkatan ROA (X1) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai konstan maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 0,050. 3. Nilai koefisien Current Ratio (CR) sebesar - 0,002 menunjukan angka negatif yang artinya peningkatan CR (X2) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai konstan maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar - 0,002. 4. Nilai koefisien Return On Equity (ROE) sebesar 0,027 menunjukan angka positif yang artinya peningkatan ROE (X3) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai konstan maka akan diikuti oleh peningkatan harga saham sebesar 0,027. 5. Nilai koefisien arus Devidend Per Share (DPS) sebesar 0,000 menunjukan angka positif yang artinya peningkatan DPS (X4) setiap satu-satuan dan variabel lain bernilai konstan maka akan diikuti oleh peningkatan harga saham sebesar 0,000. Dengan kata lain, hampir tidak ada peningkatan terhadap harga saham. 4.5 Uji Hipotesis 4.6.1 Uji Pengaruh Simultan 48 Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Model regresi dikatakan berpengaruh secara bersama-sama jika nilai signifikan dari tabel ANOVA kurang dari 0,05. TABEL 4.9 UJI PENGARUH SIMULTAN ANOVAa Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 346,478 4 86,619 Residual 482,320 222 2,173 Total 828,797 226 F 39,869 Sig. ,000b a. Dependent Variable: HARGA SAHAM b. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE Sumber: Data sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel 4.9 uji pengaruh simultan menunjukan nilai signifikansi 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Devidend Per Share (DPS) secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh terhadap harga saham, karena nilai signifikan dari tabel ANOVA kurang dari 0,05. 4.6.2 Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi independen. Tabel 4.10 berikut menunjukkan koefisien determinasi dari variabel independen. 49 TABEL 4.10 UJI KOEFISIEN DETERMINASI Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 1 ,647 a ,418 ,408 1,47398 2,060 a. Predictors: (Constant), DPS, CR, ROA, ROE b. Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel 4.10 tersebut diketahui besarnya Adjusted R Square adalah 0,408 Hal ini berarti 40,8% variasi harga saham dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel Independen Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Devidend Per Share (DPS). Sedangkan sisanya 59,2% (100% - 40,8%) dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 4.6.3 Uji Pengaruh Parsial Uji pengaruh secara parsial menunjukkan sejauh mana pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Caranya dengan melakukan uji pengaruh parsial dengan melihat nilai signifikansinya dari masing – masing variabel independen. Bila tingkat kepercayaan 95 % atau nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka variabel independen tersebut secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Tabel 4.11 berikut menjelaskan tentang nilai signifikansi dari masing – masing variabel independen. 50 TABEL 4.11 UJI PENGARUH PARSIAL Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B (Constant) Std. Error 6,525 ROA ,050 CR -,002 ROE ,027 DPS ,000 a. Dependent Variable: HARGA SAHAM 1 t Sig. Beta Tolerance ,141 ,013 ,007 ,007 ,000 Collinearity Statistics ,292 -,015 ,304 ,183 46,161 ,000 3,753 -,297 3,769 3,313 ,000 ,767 ,000 ,001 ,433 ,996 ,403 ,856 VIF 2,307 1,004 2,483 1,168 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Pada variabel X1 Return On Asset (ROA), nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROA berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima. Pada variabel X2 Current Ratio (CR), nilai signifikansinya sebesar 0,767. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel CR tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham tidak dapat diterima. Pada variabel X3 Return On Equity (ROE) nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROE berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima. 51 Pada variabel X4 Devidend Per Share (DPS), nilai signifikansinya sebesar 0,001. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel DPS berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga hipotesis 4 yang menyatakan bahwa Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham dapat diterima. 4.6 Pembahasan 4.6.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Return On Asset (ROA) yaitu alat untuk mengukur keefisienan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Sesuai dengan diskripsi teori signaling semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak investor yang tertarik semakin tinggi pula harga saham dipasar. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa Return On Asset (ROA) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel ROA berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini didukung oleh nilai standar deviasi variabel ROA sebesar 11,23044 dan nilai mean sebesar 10,7170, dimana nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasinya yang artinya variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil. Berdasarkan sebaran data, mampu dibuktikan pada data perusahaan PT. United Tractors Tbk. Perusahaan ini memiliki nilai ROA sebesar 11,44 dan harga saham sebesar 19.700, terdapat pula yang memiliki nilai ROA rendah dan harga saham rendah pula yaitu pada perusahaan PT. Indofarma Tbk. dimana nilai ROA -4,19 dan harga saham senilai 153. 52 Perusahaan mampu memanfaatkan asetnya yang terdiri dari aset lancar dan tak lancar untuk memperoleh laba atau keuntungan dalam satu tahun. Logikanya, jika perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan yang besar dengan mamanfaatkan aset yang ada maka pasar akan memberikan respon positif sehingga harga saham tersebut mengalami kenaikan atau penurunan di pasar bursa efek. Teori sinyal menegaskan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Jadi, semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut, dan semakin banyak investor yang tertarik pada perusahaan tersebut semakin tinggi pula harga saham di pasar. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtadho (2013) dan Zuliarni (2012) yang memberikan hasil variabel ROA berpengaruh terhadap harga saham. harga saham 4.6.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham Current Ratio (CR) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Hasil uji parsial menunjukan bahwa Current Ratio (CR) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,767, maka dapat diartikan variabel CR tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Hal ini disebabkan oleh nilai dari standar deviasi CR yang lebih besar daripada nilai meannya yaitu 14,05631 dan nilai rata-ratanya sebesar 3,6044. Dari besarnya standar deviasi dan mean dapat diperoleh selisih standar deviasi dan mean dari variabel 53 tersebut sebesar 10,45. Disimpulkan bahwa CR tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi harga saham karena dapat menjadi faktor penyebabnya adalah selisih antara nilai standar deviasi dan rata-rata CR. Hasil uji secara parsial dan uji statistik diskriptif tersebut didukung oleh data perusahaan pada PT. Martina Berto Tbk. memiliki nilai CR 3,99 dengan harga saham di pasar sebesar 305. Perusahaan ini dapat dibandingkan dengan perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. memiliki nilai CR sebesar 28,76 dan harga saham sebesar 50.000 Current Ratio yang tinggi tidak mampu mempengaruhi minat investor membeli saham atau berinvestasi ke suatu perusahaan. Hal ini dimungkinkan perusahaan memperbesar pinjaman jangka panjangnya dari pada memperbesar hutang jangka pendeknya, jadi investor lebih menyukai perusahaan yang memperbesar hutang jangka pendeknya dari pada memperbesar hutang jangka panjangnya. Dengan menggunakan logika, Current Ratio tidak menjadi perhitungan oleh para penanam saham untuk melihat kinerja suatu perusahaan apakah perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak, sehingga Current Ratio tidak dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham. Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maskun (2012) yang menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. 4.6.3 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan total modal sendiri, rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri 54 semakin tinggi rasio ini, semakin baik kinerja perusahaan tersebut dalam memanfaatkan ekuitas yang ada. Berdasarkan hasil uji parsial Return On Equity (ROE) menunjukan terdapat pengaruh ROE terhadap harga saham dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dimana nilai tersebut kurang dari 0,05. Berdasarkan analisis deskriptif nilai standar deviasi variabel ROE sebesar 21,50113 dan nilai mean sebesar 18,8634. Jadi variabel ROE memiliki variance yang relatif besar dan sebaran datanya tidak stabil. Hasil SPSS tersebut juga didukung dengan data perusahaan PT. Mayora Indah Tbk. yang mempunyai nilai ROE sebesar 19,95 dan harga saham sebesar 14.250 tetapi ada pula perusahaan yang memiliki nilai ROE dan harga saham rendah yaitu pada perusahaan PT. Alkindo Naratama Tbk yang memiliki nilai ROE sebesar -23,51 dan harga saham sebesar 660. Perusahaan manufaktur ini berhasil memberikan kinerja yang baik dalam memanfaatkan ekuitas yang ada, karena ekuitas yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan perusahaan, misalnya kebutuhan penunjang proses produksi dan penjualan sehingga perusahaan mampu memperoleh laba atau keuntungan yang tinggi. Semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi pula minat pemegang saham untuk bertahan maupun membeli saham tersebut. Dengan kata lain, semakin besar atau banyak minat investor untuk membeli saham maka akan memicu kenaikan atau penurunan harga saham di pasar. Teori sinyal menegaskan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Jadi, semakin tinggi nilai ROE, semakin tinggi pula minat investor 55 untuk menanamkan modal di perusahaan yang memiliki nilai pengembalian berupa devidend atas keberhasilan perusahaan memanfaatan aset yang dimilikinya. Menggunakan logika, semakin banyak investor yang tertarik, maka semakin tinggi harga saham di bursa efek. Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiyawan (2014) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif terhadap harga saham. 4.6.4 Pengaruh Devidend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Devidend Per Share (DPS) dapat menggambarkan berapa jumlah pendapatan perlembar saham (EPS) yang akan dibagikan. Berdasarkan hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel DPS memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 . Nilai tersebut kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel DPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Hasil uji diskriptif menunjukkan nilai standar deviasi variabel DPS sebesar 3344,80617dan nilai mean sebesar 526,4029. Dapat dikatakan bahwa DPS memiliki variance yang relatif besar sehingga sebaran data tidak stabil. Hasil olah SPSS juga didukung dengan contoh data perusahaan PT. Keramika Indonesia Asosiasi Tbk. kegiatan perusahaan yang dilakukan adalah memproduksi minuman. Perusahaan ini memiliki nilai DPS sebesar 0,24 dan harga saham sebesar 175, perusahaan ini dapat dibuktikan dengan data perusahaan PT. Keramika Indonesia Tbk. yang memiliki nilai DPS sebesar 1,00 dan harga saham senilai 160. Penggunan sumber dana perusahaan yang tepat dan efisien dapat meningkatkan laba bersih. Perusahaan akan membagikan devidend dari laba bersih yang kemudian di alokasikan untuk pembayaran devidend kepada para pemegang saham. DPS yang tinggi 56 menandakan perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dalam hal pemanfaatan sumber dana. Dengan banyaknya pemegang saham yang bertahan dan banyaknya pembelian saham yang semakin meningkat maka harga saham di bursa efek akan meningkat juga. Hasil di atas sejalan dengan Teori Pecking Order yang menegaskan bahwa pembayaran deviden akan menyebabkan dana kas berkurang, hal ini dilakukan untuk menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut, sehingga memicu adanya kenaikan harga saham (Hanafi, 2013). Teori signaling juga menegaskan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Houston, 2011). Dengan adanya pembagian deviden yang besar, akan memberikan sinyal kepada para investor untuk membeli saham tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian milik Fauziah dkk (2014) yang menyatakan Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. 57 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Return On Asset (ROA) dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa efek. 2. Variabel Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Jadi hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham ditolak. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Current Ratio (CR) tidak dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa efek. 3. Variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau rendahnya Return On Equity (ROE) dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa efek. 4. Variabel Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Jadi hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Devidend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham diterima. Dengan demikian tinggi atau 58 rendahnya Devidend Per Share (DPS) dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham di bursa efek. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat digunakan sebagai peneliti selanjutnya sebagai dasar untuk menyempurnakan penelitian ini. Keterbatasan tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan angka yang terdapat di Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Ringkasan Kinerja Perusahaan pada variabel CR, DPS, dan ROE. 2. Penelitian ini hanya mengambil empat variabel, sedangkan masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham. 5.3 Saran 1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel misalnya DER, PER, EPS, dan DPR supaya hasil penelitian lebih akurat dalam mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham. 2. Untuk peneliti selanjutnya memperpanjang periode pengamatan penelitian menjadi empat tahun. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah jenis perusahaan yang lain tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja. 59 DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 1. Jakarta: Erlangga Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 2. Jakarta: Erlangga Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2011. Pasar Modal Di Indonesia Edisi 3.Jakarta: Salemba Empat Fauziah, Karina, dkk. 2014. Pengaruh Deviden Per Share, Return On Asset, dan Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 11 No.1, 1 Juni 2014 Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Unversitas Diponegoro Gunawan. 2011. Pengaruh Analisis Fundamental Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Terhadap Saham-saham Syari’ah Di Jakarta Islamic Indeks). Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol. 1 No.1, April 2011 Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Hanafi, M. 2013. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Standar Dewan Akuntansi Keuangan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2014 Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 60 Mardiasmo. 1992. Akuntansi Keuangan Dasar 1. Yogyakarta: NPFE Yogyakarta Maskun, Ali. 2012. Pengaruh Current Ratio, Return on Equity, Return on Asset, Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEJ. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Vol. 3 No. 2, Oktober 2012 Muljono, Djoko dan Baruni Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: Andi Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan Edisi 15. Yogyakarta: Yogyakarta Liberty Murtadho, Muis. 2013. Studi Tentang Hubungan ROA, ROE, dan EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang Di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Kewirausahaan Vol. 1 No. 1, Oktober 2013 Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis rasio Keuangan. Jakarta: PPM Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga Setiyawan, Indra. 2014. Pengaruh Current Ratio, Inventory Turn Over, Time Interest Earned, dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI 2009-2012. Jurnal Nominal Vol. 3 No. 2, 2014 Susilawati, Christine Dwi Karya. 2012. Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 2, November 2012 Sutojo, Siswanto. 2004. Mengenali Arti dan Penggunaan Neraca Perusahaan. Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka Syamsuddin, Lukman. 1994. PT.RajaGrafindo Persada Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: 61 Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis Edisi 3. Jakarta: Erlangga Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Zuliarni, Sri. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Aplikasi Bisnis Vol. 3 No. 1, Oktober 2012 http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal Minggu 22 Maret 2015 Pukul 9.45 A.M http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx Senin 7 Juni 2015 Pukul 10.20 A.M