BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sejenis Sebagai landasan pemikiran dalam melakukan penelitian terkait dengan motif dan makna, peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menyinggung tentang aktivasi merek yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga. Penelitian yang dibuat oleh Andi Mulyoprastyo Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Jogjakarta. Penelitian berjudul “Strategi Brand Activation dalam Mewujudkan Loyalitas Konsumen dan Meningkatkan Penjualan Produk (Studi Evaluatif Proses Perencanaan hingga Implementasi Aktivitas Brand Activation PT Pertamina (Persero) Sales Area Yogyakarta Melalui Program Promosi “Pertamax Experience” Dalam Mewujudkan Loyalitas Konsumen dan Meningkatkan Penjualan Produk Non Subsidi Pertamax)”. Penelitian ini menggunakan kegiatan brand activation Pertamax Experience yang dilakukan PT Pertamina sebagai subjek penelitian untuk mengetahui proses perencanaan hingga implementasi kegiatan brand activation tersebut, dalam meningkatkan sales volume produk Pertamax sebagai produk non subsidi, serta mengetahui peran kegiatan brand activation itu dalam mewujudkan loyalitas konsumen. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 12 Penelitian ini menggunakan teori elemen pengembangan program komunikasi dan promosi total yang efektif menurut Philip Kotler. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian studi evaluatif. Penelitian ini lebih melihat bagaimana proses perencanaan hingga implementasi yang terjadi di dalam aktivitas brand activation tersebut. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara, observasi dan dokumentasi dari objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu produk Pertamax dengan fokus utama proses perencanaan hingga implementasi dari kegiatan aktivitas brand activation program Pertamax Experience 2011. Hasil penelitian ini berupa temuan data mengenai informasi proses perencanaan hingga implementasi dari aktivitas brand activation program Pertamax Experience. Peneliti kemudian menganalisa mengenai proses perencanaannya dan mengevaluasi proses implementasinya berdasarkan elemen pengembangan program komunikasi dan promosi total yang efektif menurut teori Philip Kotler. Selain itu peneliti juga menganalisa aktivitas brand activation program Pertamax Experience ini mampu berperan dalam mewujudkan loyalitas konsumen, untuk meningkatkan sales volume produk Pertamax. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah Proses perencanaan dalam menyusun strategi brand activation terstruktur dengan berdasar teori Philip Kotler yaitu elemen pengembangan program komunikasi dan promosi total yang efektif. Tetapi di dalam proses implementasinya terdapat beberapa aktivitas yang tidak sesuai dengan perencanaanya, terutama faktor komunikator yang masih dianggap http://digilib.mercubuana.ac.id/z 13 kurang efektif. Adanya kegiatan brand activation program Pertamax Experience mampu meningkatkan sales volume Pertamax. Namun di sisi lain dapat disimpulkan juga bahwa konsumen belum dapat dikatakan loyal terhadap Pertamax, karena konsumen masih dipengaruhi masalah harga dalam membeli bahan bakar untuk kendaraanya.6 Penelitian selanjutnya dibuat oleh Aulia Kurniawan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Strategi Brand Activation OMUS dalam Meraih Brand Awareness (Studi Deskriptif Strategi Brand Activation OMUS dalam Meraih Brand Awareness di Syafa’at Marketing Communication)”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan secara detail bagaiman proses kreatif terbentuknya brand activation dan juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi maupun mendukung pada saat pelaksanaan brand activation. Penelitian ini dilakukan di Syafa’at Marketing Communication yang merupakan pihak yang menangani langsung brand activation ini Spesial event yang baik haruslah melalui tahap perencanaan yang baik sehingga dapat meminimalisir segala sesuatu yang dapat menjadi hambatan bagi pelaksanaan event. Syafa’at telah melakukan perencanaan yang cukup matang untuk event ini, akan tetapi ada beberapa faktor yang kurang menarik sehingga kurang dapat perhatian dari media.7 Andi Mulyo Prastyo, Strategi Brand Activation dalam Mewujudkan Loyalitas Konsumen dan Meningkatkan Penjualan Produk, http://e-journal.uajy.ac.id/251/, (April 20, 2016) 7 Aulia Kurniawan, Strategi Brand Activation OMUS dalam Meraih Brand Awareness, https://scholar.google.co.id/scholar?q=Strategi+Brand+Activation+OMUS+dalam+Meraih+Brand +Awareness&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5. (April 20, 2016) 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 14 Selanjutkan dilakukan penleitian oleh Kurnia Dewi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana proses tahapan perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi yang dilakukan Mara Advertising dalam rangka peneyelenggaraan brand activation Metro Beringharjo. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, dengan metode ini penulis dapat menganalisa bagaimana brand activation dalam launching Metro Beringharjo dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan rangkaian analisa data dari pengumpulan data, reduksi, penyajian, hingga penarikan kesimpulan. Keabsahan data dikembangkan melalui triangulasi data dan triangulasi sumber. Penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan bahwa strategi brand activation yang dilakukan oleh Mara Advertising dalam grand opening Metro Beringharjo melalui berbagai tahapan. Tahapan yang dilalui melalui proses perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Dengan melakukan proses tersebut akan menimbulkan experience terhadap produk, adanya koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja tim brand activation serta dan kegiatan yang berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar PT. Mara Advertising memiliki divisi khusus untuk melakukan riset sehingga tujuan akan tercapai, serta pemilihan bauran promosi yang tepat dapat menimbulkan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 15 feedback yang baik sehingga masyarakat akan mengetahui Metro Beringharjo sebagai pasar tradisional yang berkonsep modern.8 2.2 Public Relations Public relations terdiri dari dua kata, yaitu Public dan Relations. Dalam bahasa indonesia, kata pertama berarti publik dan kata kedua berarti hubunganhubungan dengan public. Untuk memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan arti tersebut dapatlah dijelaskan pengertian dari masing-masing kata yang membentuknya9. Scott M, Cutlip (2000) mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap Publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prodesur dari Individu atau Organisasi atas dasar kepentingan Publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh Pengertian dan Pengakuan Publik. Menurut Sukatendel (1990) mendefinisikan Public relations sebagai suatu metode komunikasi untuk untuk pencitraan citra positif dari mitra Intuisi atas dasar kesadaran yang untuk menghormati kepentingan bersama. Apabila disari ada sejumlah butir penting yaitu 10: 1. Public relations adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuan dari Ilmu Komunikasi. Sebagai suatu cabang keilmuan maka Public relations bukan sekadar menjadi Kurnia Dewi, Mara Advertising dan Strategi Brand Activation Metro Bringharjo di Yogyakarta, http://repository.upnyk.ac.id/885/. (April 20, 2016) 9 Kustadi Suhandang. Public Relation Perusahaan. (Nuansa: Bandung, 2004). Hlm. 29 10 Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004). Hlm. 43 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 16 Isu semata tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan dan dipertanggung jawabkan melalui metode logika tertentu layaknya pengujian terhadap Cabang keilmuan lainnya. 2. Citra adalah obyek dari Public relations telah menjadi kebutuhan dari Institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti sumber daya Manusia, sumber daya Keuangan, sumber daya Peralatan bahkan sumber daya Pengetahuan (knowledge dalam knowledge management). 3. Mitra adalah subyek dari Public relatioss disamping Institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian dari Operasi sebuah Insitusi, tanpa Mitra sebuah Institusi tidak dapat berjalan. Definisi lain tentang Public relations adalah menurut International Public relations Association (IPRA), yang merupakan wadah PR Internasional, menyatakan bahwa PR merupakan Fungsi Manajemen yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh Organisasi, lembaga umum maupun pribadi untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan Publik dengan cara menilai Opini Publik, yang bertujuan untuk menghubungkan kebijaksanaan dan Prosedur, guna mencapai kerja sama yang lebih Produktif dan untuk memenuhi Kepentingan bersama yang lebih Efisien, dengan Kegiatan Komunikasi yang terencana dan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 17 tersebar Luas11. Fungsi Public Relations adalah orang yang mengemas informasi, menciptakan kehidupan yang harmonis, menciptakan image yang positif dari suatu institusi atau lembaga untuk kemudian disosialisasikan pada internal lembaga maupun kepada masyarakat. Sedangkan tujuan Public Relations adalah menciptakan kehidupan yang harmonis dari suatu institusi/lembaga dengan mengupayakan pengertian umum, kepercayaan umum dan kerja sama saling menguntungkan dengan institusi/lembaga lain. Menurut Tjiptono (1999), kegiatan-kegiatan public relation meliputi hal-hal berikut: a. Press Relations Aktivitas ini memberikan informasi yang pantas atau layak dimuat di surat kabar agar dapat menarik perhatian publik terhadap seseorang, produk, jasa atau organisasi. b. Product Publicity Aktivitas ini meliputi berbagai upaya untuk mempublikasikan produk-produk tertentu. Abdurrachman (1993) menyatakan bahwa“publicity adalah news (berita) yang ditulis dalam surat– surat kabar, majalah-majalah atau yang disiarkan melalui radio Prida.A.A.A. Publik Relation dan Kesalahapahaman Publik Atas Pemaknaan Sebuah Profesi. Jurnal Scriptura. 2007. Hlm. 29 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 18 dan televisi, yang penuh dengan human interest dan menarik perhatian publik mengenai kegiatan- kegiatan atau pernyataanpernyataan orang-orang yang prominently involved” Publikasi produk ditujukan untuk menciptakan brain image pada benak konsumen. Brain image merupakan suatu kesan yang ada di benak konsumen atas suatu merek. Kesan ini muncul berkaitan dengan pengalaman maupun pengetahuan konsumen terhadap merek yang bersangkutan. Pemahaman konsumen terhadap sebuah merek tergantung pada kemampuan konsumen untuk mengidentifikasikan berbagai informasi mengenai merek bersangkutan, dan kemampuan konsumen untuk menyimpan informasi tentang suatu merek di ingatan konsumen. Pemahaman konsumen terhadap sebuah merek merupakan gambaran penilaian konsumen atas merek produk. c. Corporate Communication Kegiatan ini mencakup komunikasi internal dan eksternal, serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi. memberikan informasi dengan pelanggan melalui promosi. Simamora (2000), memberikan pengertian: “Promosi adalah pengkomunikasian informasi antara penjual dan pembeli potensial atau pihak-pihak lainnya dalam saluran distribusi guna mempengaruhi sikap dan perilakunya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 19 Menurut Stanton (1998), definisi promosi yaitu: “Promosi adalah kegiatan memberikan informasi menghimbau dan mempengaruh khalayak ramai, yang menjadi unsur pokok dalam pemasaran modern”. Jadi dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu cara yang digunakan perusahaan untuk menyebarkan informasi mengenai suatu produk agar dapat terkomunikasi kepada masyarakat dengan baik dan berusaha untuk mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen dalam melaksanakan keinginan atas pembelian suatu produk. Bauran promosi karena pada umumnya tenaga pemasaran menggunakan berbagai jenis promosi secara terintegrasi dalam merencanakan promosi suatu produk. Jenis promosi yang biasa digunakan dalam promotion mix ada 5 (Kotler, 1997:88) yaitu : 1. Iklan (Advertising) yaitu Semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi, barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan medapat bayaran. 2. Penjualan tatap muka (Personal Selling), Interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan. 3. Promosi insentif penjualan (Sales jangka http://digilib.mercubuana.ac.id/z pendek Promotion) yaitu untuk mendorong 20 keingin.mencoba atau pembelian produk atau jasa. 4. Hubungan masyarakat (Public relations) yaitu Berbagai program mempromosikan yang dan/atau dirancang untuk melindungi citra perusahaan dan produk individualnya. 5. Pemasaran langsung (Direct Marketing) yaitu Penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung nonpersonal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respons dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu. d. Lobbying Lobbying merupakan usaha untuk bekerjasama dengan pembuat undang-undang dan pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi penting yang berharga. Bahkan kadangkala juga dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. e. Counseling Aktivitas ini dilakukan dengan jalan memberi saran dan pendapat kepada manajemen mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan publik dan mengenai posisi dan citra perusahaan. Menurut Onong hubungan masyarakat suatu komunikologis http://digilib.mercubuana.ac.id/z 21 adalah sebagai berikut12 : a. Sebagai Communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. b. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. d. Membentuk Corporate image, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Fungsi public relation dapat dibagi menjadi 4 hal yang dianggap penting yaitu: a. Membuat evaluasi dan analisa tentang opini tamu, calon tamu dan masyarakat tentang pendapat dan keinginannya, terutama yang berkaitan dengan lembaga perusahaan dan produk atau jasa pelayanan yang diinginkan Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002). Hlm. 36 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 22 b. Memberi masukan dan usul kepada pihak manajemen tentang cara- cara menangani opini, pendapat atau kritik yang ditujukan kepada perusahaan. c. Mempengaruhi konsumen dan calon konsumen serta masyarakat melalui kegiatan publikasi dan promosi yang menggunakan teknik komunikasi yang canggih sehingga dapat meningkatkan citra hotel lebih baik lagi. d. Memelihara hubungan baik dengan konsumen dan masyarakat sehingga terjalin pengertian satu dengan yang lainnya. Public relation bertugas menciptakan citra positif terhadap produk dan jasa-jasa yang ditawarkan pada khalayak ramai, jadi bukan menjual produk dan jasa seperti yang dilakukan marketing. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa public relation lebih berorientasi pada pembentukan citra positif lembaga, sedangkan marketing lebih berorientasi pada produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen secara luas. 2.3 Komunikasi Organisasi Eksternal 2.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Eksternal Komunikasi eksternal menurut Onong U. Effendy merupakan komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi13. Sementara itu, Suranto AW memberikan pengertian bahwa 13 Onong uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. (Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya, 2006). Hlm. 128 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 23 komunikasi eksternal merupakan proses komunikasi antara sebuah organisasi dengan pihak-pihak diluar organisasi (public external). Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan suatu organisasi pasti memerlukan bantuan partisipasi kepercayaan dan kerjasama dengan lingkungan sekitarnya, baik dari organisasi lain maupun masyarakat umum14. 2.3.2 Pola Komunikasi Eksternal Di dalam bukunya, Suranto AW menjelaskan bahwa polapola komunikasi eksternal ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah: 1. Komunikasi antara konsumen (customer), kantor pelanggan (manajemen) atau dengan pengguna jasa, bertujuan untuk: a. Mengetahui tanggapan konsumen terhadap kualitas layanan dari organisasi b. Mengetahui harapan konsumen atau pengguna jasa terhadap produk atau jasa c. Pemberitahuan adanya produk baru d. Pemberitahuan adanya perubahan tarif e. Mempertahankan dan meningkatkan jumlah konsumen f. Menampung kritik atau harapan dari pelanggan 14 Suranto AW. Komunikasi Perkantoran, cetakan Pertama, (Media Wacana: Yogyakarta, 2005). Hlm. 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 24 2. Komunikasi antara kantor dengan pemegang saham, bertujuan untuk: a. Menggali informasi dan saran-saran dari pemegang saham b. Mengirimkan laporan (neraca keuangan) c. Mendapatkan umpan balik untuk kemajuan kantor d. Pemberitahuan pelaksanaan rapat pemegang saham 3. Komunikasi antara kantor dengan masyarakat umum, bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat (khususnya masyarakat sekitar) sehingga dengan komunikasi ini diharapkan dapat menekan kemungkinan timbulnya konflik dengan lingkungan masyarakat. Proses komunikasi dengan masyarakat umum (terutama masyarakat sekitar kantor/ organisasi/perusahaan) dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a. Mengadakan anjangsana b. Mengundang masyarakat dalam acara tertentu c. Ikut berpartisipasi atau memberikan bantuan dalam kegiatan masyarakat d. Menyelenggarakan pasar murah untuk masyarakat sekitar e. Menyelenggarakan pameran f. Menyelenggarakan acara kesenian atau panggung terbuka g. Menyalurkan beasiswa h. Memberikan sponsorship http://digilib.mercubuana.ac.id/z 25 4. Komunikasi antara kantor dengan pemerintah, bertujuan untuk manjalin hubungan baik dengan pemerintah. Bentuk-bentuk komunikasi antara organisasi dengan pemerintah, misalnya: a. Pengurusan izin atau lisensi usaha b. Pembayaran pajak c. Permohonan bantuan administrative d. Permohonan dukungan legalitas 5. Komunikasi antara kantor dengan pers atau media, bertujuan untuk menjalin kerjasama dan memanfaatkan media pers sebagai sarana penyebaran informasi maupun sarana promosi. Komunikasi dengan pers dapat dilaksanakan dengan cara: a. Mengadakan konferensi pers b. Menerbitkan keterangan pers (press release) c. Pemasangan iklan d. Tindak public melalui pikiran pembaca Dalam melakukan komunikasi eksternal ini, organisasi berusaha memberikan informasi-informasi yang sekiranya dibutuhkan oleh pihakpihak luar mengenai organisasi yang bersangkutan. Arni Muhammad menyatakan bahwa15: “Pemberian informasi kepada public ini banyak sekali tujuannya, diantaranya ialah untuk merubah sikap (persepsi) public terhadap organisasi, misalnya untuk menambah kepercayaan orang atau kesan baik orang lain terhadap 15 Muhammad Arni. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara,2005). Hlm. 198-199 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 26 organisasi tersebut dengan meningkatnya kepercayaan public, maka daya saing organisasi pun bisa lebih meningkat lagi.” 2.3.3 Tujuan Pelaksanaan Komunikasi Eksternal Tujuan umum dari komunikasi eksternal ini terutama sekali adalah untuk memberikan informasi kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi atau lembaga, misalnya mengenai aktivitas-aktivitas organisasi, hasil-hasil yang diperoleh, mutu dari produk atau jasa organisasi, fasilitasfasilitas yang tersedia,keunggulan-keunggulan apa saja yang dimiliki dan lain sebagainya. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menjalin hubungan antara organisasi dengan pihak di luar organisasi seperti pemakai jasa organisasi, instansi-instansi lain yang berkepentingan dan juga masyarakat umum. Tujuan-tujuan tersebut berhubungan satu sama lain dan sulit untuk dipisahkan. Kadang-kadang walaupun suatu presentasi komunikasi eksternal dilaksanakan dengan satu tujuan tertentu akan tetapi tujuan yang lain juga bisa ikut tercapai. 2.3.4 Pentingnya Komunikasi Eksternal dalam Organisasi Arni Muhammad (2005:198) menyatakan bahwa organisasi sebagai sistem terbuka harus berhubungan dengan lingkungan luarnya, terutama sekali dengan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap kehidupan organisasi tersebut. Misalnya saja dengan badan pemerintahan, pemakai jasa atau pengguna produk, organisasi-organisasi lain yang berkepentingan dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk mengadakan hubungan ini adalah dengan berkomunikasi. Kegiatan komunikasi ini bisa dilakukan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 27 tatap muka secara langsung, tertulis maupun melalui media-media tertentu. Kegiatan komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidak tidaknya ada hubungan batin dengan organisasi atau lembaga yang bersangkutan. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga. Karena dengan adanya hubungan baik sebagai akibat kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi, maka masalah yang dijumpai kemungkinan besar tidak akan terlalu sulit untuk dicarikan jalan keluarnya. Sebagaimana kegiatan komunikasi, pasti dibutuhkan umpan balik atau feedback dari komunikan. Maka dalam kegiatan komunikasi organisasi ini diperlukan pula komunikasi dari khalayak kepada organisasi sebagai umpan balik dari kegiatan komunikasi yang telah dilaksanakan oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya controversial (timbulnya pro dan kontra), maka ini disebut opini publik (public opinion). Opini publik ini seringkali merugikan organisasi. Oleh karena itu harus diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan, dan disinilah optimalisasi kegiatan komunikasi eksternal dari pihak organisasi kepada khalayak atau publik ini sangat diperlukan. 16 16 Muhammad Arni. Op. Cit. Hlm. 198 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 28 2.4 Marketing Public Relations Pada tahun 1980-an, Marketing Public Relations (MPR) atau Public Relations Pemasaran mengalami pertumbuhan pesat. Pada hakikatnya, MPR memperoleh pengakuan secara cepat karena adanya sejumlah korporasi atau perusahaan dan kemampuan professional menerapkan program-program untuk mendukung strategi pemasaran. Philip Kotler, Profesor Marketing dari sekolah manajemen Kellog Universitas Northwestern dan penulis buku Marketing Management mengatakan, pada masa mendatang MPR tidak hanya suatu cara atau alat, tetapi akan mengalami perkembangan pesat (meningkat). Ia menyebutkan bahwa PR adalah pergerakan tahap pertumbuhan eksplosif (bersifat meledakledak) karena perusahaan-perusahaan melakukannya dengan apa yang disebut mass advertising (periklanan masa). Dalam waktu tidak terlalu lama untuk menjawab semuanya dan organisasi-organisasi menggabungkan PR ke dalam pemasaran17. Kotler melihat sejumlah perkembangan baru yang menandai semakin terkaitnya hubungan pekerjaan antara marketing dan PR di masa mendatang. Para Praktisi marketing sangat suka untuk meningkatkan apresiasi mereka terhadap kontribusi potential PR kepada produk marketing karena dengan menggunakan alat-alat promosi lainnya poduktivitas mereka mengalami penurunan drastis, hasilnya pun secara terus-menerus mengalami penurunan. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi penurunan. Untuk menjangkau khalayak secara terus 17 Thomas L. Harris, The Marketer’s Guide to Public Relations. (New York: John Wiley & Sons, 1991). Hlm. 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 29 menerus, biaya periklanan dari hari ke hari semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah penurunan penjualan dan pemasaran, serta menangani promosi lebih luas, pihak perusahaan perlu menggunakan teknik-teknik PR. Secara kreatif menggunakan news events (peristiwa berita), publications (publikasi-publikasi), social investments (investasi sosial), community relations (hubungan komunitas) dan kegiatan sejenis lainnya untuk meningkatkan penjualanan dan pemasaran produk mereka dengan mengungguli para pesaing18. MPR didefinisikan sebagai proses dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-program yang mendorong minat beli serta keluasaan konsumen melalui penyampaian informasi dan kesan yang meyakinkan, dalam upaya memperlihatkan bahwa perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan , keinginan-keinginan, dan minat para konsumen19. 2.5 Brand Activation 2.5.1 Pengertian Brand Activation Bentuk komunikasi pemasaran yang dapat mempengaruhi konsumen sehingga dapat merasakan efek komunikasi yang jauh lebih besar. Bentuk komunikasi tersebut meliputi iklan, direct marketing, sales promotion, public relation, personal selling dan bentuk komunikasi pemasaran lainnya yang semakin terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu. Untuk membangun brand tidak cukup hanya bertumpu pada periklanan. Pemasar dapat menggabung Thomas L. Harris, The Marketer’s Guide to Public Relations. (New York: John Wiley & Sons, 1991). Hlm. 5 19 Thomas L. Harris, op. cit. Hlm. 12 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/z dan 30 mengkombinasikan elemen komunikasi pemasaran yang ada, salah satunya dengan mempergunakan trend baru dengan mengaktivasi brand sebuah perusahaan. Salah satu metodenya disebut dengan aktivasi merek (brand activation). Aktivasi merek bertujuan untuk meningkatkan brand awarenss terhadap suatu produk dan memunculkan interaksi antara brand dengan konsumen sehingga dapat terciptanya pengalaman konsumen terhadap brand. Program aktivasi merek dapat dikemas secara menarik sehingga akan melibatkan konsumen dengan kegiatan yang diadakan yang akan merangsang keterbukaan konsumen untuk mencoba produk. Aktivasi merek dapat disesuaikan dengan tujuan dari acara yang diadakan dan menyesuaikan suasana hati dan life stlye dari target audience. Menurut Denny Siregar, Ketua Pengembangan Brand Activation PPPI Pusat/ Business Strategy Director RAPP mengatakan bahwa brand activation adalah kegiatan untuk menarik hati konsumen dengan berbagai saluran komunikasi terpadu ( TV, radio, cetak, internet, event, SMS, online, facebook dan sebagainya) untuk mengubah perilaku konsumen dalam mempertahankan loyalitas konsumen terhadap suatu produk dan membantu produk tersebut dalam memperluas pasar. Brand activation mengandung pesan komunikasi untuk take to action ataupun pesan komunikasi yang bersifat call to action message. Aktivasi merek adalah salah satu bentuk promosi merek yang mendekatkan dan membangun interaksi merek dengan penggunanya http://digilib.mercubuana.ac.id/z 31 melalui aktivitas pertandingan olahraga, hiburan, kebudayaan, sosial, atau aktivitas publik yang menarik perhatian lainnya20. Dalam sebuah kampanye produk atau branding, kegiatan event management telah disusun dalam kerangka perencanaan tetap dan dilakukan secara kontinyu. Event management lain yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang promosi adalah dalam rangka perayaan hari-hari besar nasional atau kegiatan exhibiton berskala nasional atau regional.”21. Aktivasi merek merupakan aktifitas dua arah dimana sebuah brand ada untuk “bergerak” mendekati target market maupun target audience. Sedangkan target sendiri melakukan aktifitas yang berhubungan dengan fasilitas aktifasi yang disediakan oleh penyelenggara. Berbeda jauh dengan aktifitas iklan yang biasa disebut sebagai media lini atas (newspaper ad, magazine ad, billboard, etc) maupun lini bawah (poster, brochure, flier, etc). Media lini atas dilakukan adalah satu arah, dimana media yang ada disuguhkan untuk dinikmati atau barangkali dengan bahasa lain memiliki daya ganggu satu arah, karena tidak adanya feedback langsung dari Audience yang menjadi target tidak bisa bersentuhan dengan brand, mengenal, memahami, atau bahkan bercanda. 20 Terence A. Shimp, Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Erlangga: Jakarta, 2003). Hlm. 263 21 Rd. Soemanegara, Strategic Marketing Communication : Konsep Strategis dan Terapan. (Bandung: Alfabeta, 2006). Hlm. 143 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 32 Menurut (Pudjiastuti, 2010) brand activation atau ajang khusus sangat efektif memengaruhi khalayak sasaran dalam berbagai aspek, yaitu22: 1. Aspek Kognitif (awareness dan pengetahuan khalayak terhadap perusahaan, merek, atau produk). 2. Aspek Afektif (mengatasi kesalahpahaman dan prasangka serta mengasosiasikan merek dengan suatu gaya hidup, kegiatan atau individu tertentu). 3. Aspek konatif (mempertahankan penerimaan masyarakat akan produk, merek, atau perusahaan). Brand activation memungkinkan adanya komunikasi interaksi yang terjadi antara penyelenggara dan konsumen atau khalayaknya. Komunikasi yang terjadi sangat efektif untuk menyakinkan khalayak dibandingkan dikomunikasikan melalui media massa. Dengan demikian, aspek kognitif, dan afektif khalayak dapat dipengaruhi. Produk atau jasa yang dicoba dan dibeli khalayak dapat memperngaruhi aspek konatif khalayak. Tujuan para pemasar menggunakan brand activation atau event marketing untuk membina hubungan dengan para konsumen, meningkatkan ekuitas merek, dan memperkuat ikatan dengan dunia perdagangan. Keberhasilan event sangat tergantung pada kesesuaian antara merek, event, pasar sasaran. Oleh karena itu, sebagaimana halnya dengan 22 Wahyuni Pudjiastuti, Special Event. (Elex Media Komputindo: Jakarta, 2010) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 33 setiap keputusan komunikasi pemasaran, titik awal aktivasi merek yang efektif adalah menentukan pasar sasaran dan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dari event yang akan diselenggarakan. “Event pemasaran tidak akan ternilai kecuali mencapai tujuan dari event tersebut”23. 2.5.2 Unsur-Unsur Brand Activation Strategi kreatif komunikasi pemasar sekarang tidak hanya dilihat dari komunikasi Unique Selling proposition produk dan tindakannya saja, tetapi lebih bertujuan untuk mendapatkan emotional bonding antara produk dan konsumen. Pemasar kerap melibatkan konsumen untuk terlibat dalam pengalaman terhadap produk dan merek. Melalui brand activation, pemasar dapat membangun interaksi terhadap konsumen dengan menggunakan komunikasi dua arah dan memperoleh emotional bonding antara konsumen dengan produk dari emotional branding. “Konsep emotional branding yang kini makin populer didasarkan kepada empat pilar utama: relationship, pengalaman sensorik, imajinasi dan visi24 : 1. Relationship: berkaitan dengan interaksi dan menghargai konsumen sekaligus memberi pengalaman emosional yang diinginkannya. 2. Sensorial experience: sebagai alat branding, memberikan konsumen pengalaman sensorik dari merek adalah kunci untuk 23 Terence A. Shimp, op.cit. Hlm. 264 Uyung Sulaksana, Integrated Marketing Communication. (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2007). Hlm. 158 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 34 meraih kontak emosional yang sulit dilupakan, sehingga melahirkan preferensi merek dan loyalitas. 3. Imagination: pendekatan imajinatif dalam mendesain produk, kemasan, toko retail, iklan, dan situs Web memungkinkan merek merombak pembatas untuk mencapai hati konsumen dengan cara baru yang lebih baik. 4. Vision: merupakan penentu kesuksesan jangka panjang dari sebuah merek. Untuk membuat merek dicintai oleh orang, maka pemasar harus dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengan aspirasi konsumen. Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen yang didasarkan atas perspektif experiental adalah bahwa banyak tindakan yang dihasilkan dari adanya kebutuhan manusia pada perasaan-perasaan dan emosinya”25. Tujuannya agar brand memiliki fungsi kegunaan ganda bagi pemakainya. Pemasar menganggap bahwa konsumen membutuhkan ekuitas merek yang lebih nyata. Maka pemasar menciptkan konsep brand experience, bahwa brand tidak hanya akan memuaskan konsumennya dengan sebuah merek atau status, melainkan dengan pengalaman. Brand experience menjadi salah satu ajang interaksi antara produsen dan konsumen melalui pengalaman yang unik. 25 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. (PT.Remaja Rosdakarya: Bandung, 2003) Hlm. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 35 Melibatkan konsumen dalam kegiatan sebuah brand akan merangsang keterbukaan konsumen untuk mencoba produk. Akan adanya rangsangan terhadap konsumen untuk mencoba produk pada saat menyaksikan orang lain melakukan hal yang sama. Untuk melibat konsumen pada produknya dapat menggunakan strategi yang tepat. Sulaksana memberikan strategi yang dapat diterapkan oleh pemasar, yaitu: 1. Kaitkan produk dengan isu yang melibatkan 2. Ciptakan masalah dan tawarkan solusi 3. Kaitkan produk dengan situasi pribadi yang melibatkan 4. Kaitkan produk dengan iklan yang melibatkan 5. Ubahlah pentingnya benefit produk 6. Membawa Introdusir karakter penting. sebuah brand kedalam pikiran konsumen dan memberikan brand awarenss pada tingkat yang lebih tinggi akan bekerja apabila konsistensi terjadi dengan citra merek dan adanya kualitas bentuk pesan komunikasi sejalan dengan nilai dan identitas merek. Untuk membangun kesadaran merek tidak diperlukan promosi secara besar-besar, tetapi diperlukan strategi yang efektif dan efisien antara biaya dan waktu kegiatan. 2.5.3 Kreatifitas dalam Brand Activation Brand activation merupakan kegiatan sebuah brand yang terintegritas dengan menggunakan strategi kreatif. Pendekatan experiantal merupakan salah satu strategi kreatif yang dapat dipakai dalam program http://digilib.mercubuana.ac.id/z 36 brand activation. Kreatifitas dalam brand activation dituntut untuk menciptakan pengalaman yang unik bagi brand dan konsumennya. Kreatifitas yang muncul dalam penyelenggaraan brand activation tidak hanya fokus terhadap ide atau konsep dasar brand activation tersebut, tetapi keratifitas dibangun berdasarkan brand knowledge dan consumer insight. Penyelenggaraan brand activation tidak dapat berdiri sendiri, oleh karena itu brand activation dilaksanakan dengan menggabung dengan bauran promosi yang lainnya. Bauran promosi lainnya seperti dengan mempergunakan periklanan, penjualan personal, pemasaran langsung, promosi penjualan serta publisitas. Dari penggabung tersebut kegiatan brand dapat dikreasikan dengan membuat program-program yang inovatif yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh A. Adji Watono, Presiden Direktur Dwi Sapta Group “bahwa brand activation merupakan sebuah aktifitas below the line yang sekarang menjadi salah satu experiental marketing tools yang efektif dan diminati. Brand activation ini pun seringkali dikaitkan dengan above the line untuk mendapatkan gaung yang lebih besar”. (Watono, 2008: 37) Tujuan dari program brand activation adalah untuk menciptkan pengalaman yang akan dirasakan oleh konsumen. Untuk dapat mencapai tujuannya tersebut, program brand activation dapat digabungkan dengan kegiatan kreatif pendukung lainnya. Menurut Matthew Donovan, Chief Strategy Officer Asia Pacific and Greater China Euro RSCG Worldwide, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 37 dalam wawancara dengan majalah Mix-Marketing Xtra bahwa “brand activation yang ideal bukan sekedar event, tetapi lebih kompleks karena menggabungkan CRM (caused related marketing) digital, database, event, training internal, field forces, dan lain-lain”. Agar program brand activation efektif, maka program tersebut harus digerakkan oleh sebuah ide, bukan hanya kesepakatan harga. Diharapkan dengan adanya program brand activation tidak hanya akan menciptakan brand awareness, namun dapat membangun brand equity agar dapat menyakinkan konsumen sehingga terjadinya pembelian. Matthew Donovan juga mengatakan bahwa dalam dunia marketing yang modern, brand activation sangat penting dalam bentuk apapun, karena saat ini “more and more consumers are judging brands not by what they say, but by how they behave, so its about behavior beyond the promise”. Program brand activation dapat diselenggarakan dimana saja yang dapat mempertemukan konsumen terhadap brand dan dapat membuat konsumen bersentuhan langsung terhadap produknya. Kegiatan yang sering dilakukan seperti sponsorship, sampling, tryevertising, marketing event, dan pameran yang merupakan perwujudan dari brand activation. Penjelasan lebih lanjut, yaitu: a. Sponsorship “Pensponsoran akan mendukung strategi komunikasi yang telah membangkitkan tingkat kesadaran http://digilib.mercubuana.ac.id/z tertentu dan yang 38 menyampaikan pesan-pesan yang tepat dengan cara yang berbeda”26. Kegiatan tersebut akan mendukung teknik-teknik komunikasi lainnya, seperti halnya dalam menciptakan kesadaran merek (brand awareness), menimbulkan pemahaman produk, dan membentuk preferensi pembelian. John Millward dari Jack Moerton Worldwide yang telah berpengalaman dalam bidang expriental marketing menerangkan bahwa brand activation lewat event memberikan apa yang selalu dicari oleh sponsor yaitu kontak dengan target demografis mereka. Pada kesempatan ini, brand dapat berdialog target audience dengan memanfaatkan situasi yang ada. b. Product trial atau Tryvertising Product trial atau yang biasa disebut dengan sampling adalah kegiatan yang dapat memberikan kesempatan bagi konsumen untuk dapat mencoba produk. Biasanya kegiatan sampling atau product trial ini dilakukan oleh pemasar pada saat akan meluncurkan produk baru (launch) atau pada saat perbaruan produk yang sudah ada (relaunch). Aktivitas bagi-bagi sample biasanya dilakukan untuk: 26 Tom Brannan, Pedoman Praktis Untuk Komunikasi Pemasaran Terpadu. (PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1998). Hlm. 88 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 39 - Mendapatkan kesadaran merek dan citra produk yang baik dari khalayak sasarannya. Sebab pada saat ini akan terjadi brand experience. - Memperkuat perencanaan pemasaran dan kesiapan pasarnya. Sebab dari kegiatan sampling akan diketahui produk sudah sesuai dengan interest dan kebutuhan khalayak serta product positioning-nya atau belum.27 c. Event Marketing Sebuah event marketing merupakan salah satu bentuk promosi, yang mendekatkan konsumen terhadap merek melalui aktivitas merek. Penyelenggaraan event marketing harus memiliki pengaruh serta dapat memberikan kesan yang mendalam bagi konsumen yang hadir dan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Event marketing bertujuan untuk membentuk situasi yang dapat membangun emosional atau peristiwa promosional yang dapat melibatkan konsumen dalam event tersebut. Kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan brand awareness sehingga terjadi pembelian. Event marketing juga berfungsi mengklasifikasikan brand berdasarkan gaya hidup orang-orang tertentu sehingga dapat meraih target sasaran yang sulit dijangkau. 27 Budi Darmadi, Tak Kenal Maka Tak Sayang, artikel dalam majalah Cakram, edisi 285 November 2007. Hlm. 285 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 40 d. Pameran “Pameran berfungsi sebagai tempat pemasar memamerkan produknya juga sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli”28. Adanya pameran, konsumen dapat bersentuhan langsung terhadap produk yang dipamerkan sehingga konsumen tersebut mendapatkan pengalaman dalam menggunakan produk tersebut. Pameran dapat berbentuk sebagai peluncuran produk baru, adanya produk andalan atau adanya perkembangan informasi dari suatu produk atau industri. Pameran pada umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu: - Pameran dengan target apresiasi Dalam event tersebut tujuannya adalah untuk membentuk apresiasi dari para pengunjung atau masyarakat terhadap sebuah karya, misalnya pameran foto, pameran lukisan, pameran benda bersejarah dan lain-lain. - Pameran dengan target penjualan Dalam event tersebut memiliki tujuan untuk memasarkan suatu produk dan peningkatan penjualan serta untuk memperluas pasar, misalnya 28 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. (Grafiti, Jakarta, 1993). Hlm. 143 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 41 pameran otomotif, pameran buku, pameran property dan lain-lain. 2.6 Interpretasi 2.6.1 Pengertian Interpretasi Interpretation Theory adalah berupaya menjelaskan keutuhan Bahasa manusia dalam keberagaman fungsi. 29 Interpretasi, tahap akhir dari persepsi, adalah proses subjektif di mana kita mewakili dan memahami rangsangan. Dalam tahap interpretasi persepsi, kita melekatkan makna terhadap rangsangan. Setiap rangsangan atau kelompok rangsangan dapat ditafsirkan dengan berbagai cara yang berbeda. Interpretasi mengacu pada proses dimana kita mewakili dan memahami rangsangan yang mempengaruhi kita. Interpretasi kita adalah subjektif dan berdasarkan factor-faktor pribadi. Hal ini dalam tahap akhir dari proses persepsi bahwa individu menampilkan secara langsung pandangan subjektifnya mengenai dunia disekitar mereka. 2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interpretasi Beberapa faktor yang mempengaruhi interpretasi yaitu nilai-nilai budaya, kebutuhan, keyakinan, pengalaman, harapan, keterlibatan, konsep diri, dan pribadi mempengaruhi semua yang memiliki banyak hubungannya dengan bagaimana kita mengartikan rangsangan di 29 Paul Ricoeur, diterjemahkan dari buku Theory of Interpretation: Discourse and the Surplus of Meaning, The Texas Christian University Press. (Texas, 2015) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 42 lingkungan kita. Berdasarkan faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut30 : 1. Pengalaman Pengalaman sebelumnya memainkan peranan besar dalam menafsirkan rangsangan. Sebagai contoh, seorang individu yang telah mengalami pelecehan mungkin melihat seseorang mengangkat tangannya dan mundur dengan harapan memukul. Itu adalah penafsiran mereka terhadap rangsangannya (yang mengangkat tangan). Seseorang yang tidak mengalami pelecehan tapi sering berolahraga, mungkin saja melihat rangsangan ini sebagai tanda tos. Berbeda individu berbeda pula rekasinya terhadap rangsangan yang sama, tergantung pada pengalaman sebelumnya dari rangsangan tersebut. 2. Nilai dan Budaya Budaya menyediakan struktur, pedoman, harapan, dan aturan untuk membantu orang memahami dan menafsirkan perilaku. Studi Etnografi menunjukkan adanya perbedaan dalam budaya sosial memahami, menginterpretasi, dan merespon suatu perilaku dan emosi. Naskah kebudayaan mendikte bagaimana positif dan negatif rangsangan harus di interpretasikan. Misalnya, nilai budaya 30 Boundless. “Interpretation.” Boundless Psychology. Boundless, 27 Aug. 2015. Retrieved 13 Apr. 20016 from: https://www.boundless.com/psychology/textbooks/boundlesspsychology-textbook/sensation-and-perception-5/introduction-to-perception39/interpretation-170-12705/. Diunduh pada 10 September 2016. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 43 menunjukkan bahwa para Ibu di Amerika cenderung berpikir bahwa itu penting untuk fokus pada keberhasilan anak mereka. Sementara, para Ibu di Cina cenderung mengartikan nilai yang bagus pada anaknya (stimulus) adalah ketika anaknya mempertanyakan segala pertanyaan (interpretasi) dimana itulah makna dari nilai kedisiplinan. Oleh karena itu, para Ibu di Amerika akan menafsirkan anaknya sangat cerdas dan pantas dipuji. Contoh lain adalah bahwa budaya Timur biasanya melihat keberhasilan dari kelompok usaha, sementara budaya Barat ingin membuat kesuksesan berdasarkan individu-individu. 3. Harapan dan Keinginan Harapan dan keinginan seorang individu dapat mempengaruhi interpretasi mereka. dialokasikan untuk Dalam suatu tugas-tugas percobaan, menyenangkan siswa yang atau tidak menyenangkan oleh computer. Mereka diberitahu bahwa sejumlah angka atau huruf akan berkedip pada layar untuk mengatakan apakah mereka merasakan rasa jus jeruk atau mencicipi minuman kesehatan yang tidak menyenangkan. Bahkan, gambar ambigu (stimulus) berkelebat di layar yang dapat dibaca sebagai huruf B atau angka 13 (interpretasi). Ketika huruf terkait dengan tugas menyenangkan, mata pelajaran lebih cenderung memandang huruf B, dan ketika huruf yang terkait dengan tugas itu tidak menyenangkan mereka cenderung http://digilib.mercubuana.ac.id/z menganggap angka 13. 44 Keinginan seseorang untuk menghindari minuman yang tidak menyenangkan memimpin mereka untuk menafsirkan stimulus dengan cara tertentu. 4. Konsep Diri Istilah ini menjelaskan kumpulan orang memiliki keyakinan tentang diri mereka sendiri, termasuk unsur-unsur seperti kecerdasan, peran gender, seksualitas, identitas ras dan banyak lainnya. Jika saya percaya diri saya untuk menjadi orang yang menarik, aku mungkin menafsirkan tatapan dari orang lain (stimulus) sebagai kekaguman (interpretasi). Namun sebaliknya, jika saya percaya bahwa saya tidak menarik, mungkin saya menafsirkan tatapan yang sama sebagai penilaian yang negative. http://digilib.mercubuana.ac.id/z