RELATION EATING A PATTERN OF WITH THE ANEMIA IN ADOLESCENT GIRLS IN HIGH SCHOOL MIFTAHUL ULUM UNGARAN Laila Fajriah Ngudi Waluyo School of Health in 2015 Email : [email protected] ABSTRACT Anemia is a condition where the number of red blood cells is abnormal or low (WHO 2010 ). The number of iron anemia in Indonesia in 2006 was 72,3 % (Indonesia Dept. Of Health, 2007 ). Female adolescents are exposed to the risk of anemia due to every month they experience menstruation. One of the causes of anemia is the management of eating pattern containing iron. The research aimed to understand the relationship between eating pattern and anemia in female adolescents. The type of research was descriptive correlation with the approach of cross sectional. The population in this research was female adolencents in Junior High School of Miftahul Ulum Ungaran, with the total samples of 64 female adolescents. Sample taking used purposive sampling and the instrument used semi Quantitative FFQ and Hb test. This study was analyzed statistically by chi square and using windows for spss 17.0 version. In this research results, known that most students had less eating pattern as many as 33 ( 51.6 %), eating both a number of students with a pattern of 18 (28,1 %), a number of students with a pattern of eating more 13 (20.3 %). The anemia incidences ( 68.8 %) a number of 44, not anemia ( 31,2 %) a number of 20. Based on statistical analysis, is obtained the results of p-value = 0,0000, and be concluded that there was relations eating a pattern of with the anemia in adolescent girls in Junior High School Miftahul Ulum Ungaran. This study can give a description about the danger of teen years habit of adolescent girls and the negative impacts of wrong eating pattern that does not contain iron . Keywords Bibliographies :Eating pattern, Anemia, Female Adolescent. :24 (2002 – 2013). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI di SMP MIFTAHUL ULUM UNGARAN Laila Fajriah Stikes Ngudi Waluyo 2015 Email : [email protected] ABSTRAK Anemia adalah dimana kondisi jumlah sel darah merah dalam darah tidak normal atau rendah. Angka kejadian anemia besi di Indonesia tahun 2006 sebanyak 72,3% (Depkes RI, 2007).Remaja putri resiko terkena anemia karena setiap bulannya mengalami haid. Penyebab terjadinya anemia salah satunya adalah pengaturan dalam pola makan yang mengandung zat besi . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran, dengan jumlah sampel 64 remaja putri. Tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan instrument yang digunakan adalah FFQ semi kuantitatife dan Hb test. Penelitian ini dianalisis secara statistik dengan uji Chi square dan diolah dengan menggunakan SPSS Versi 17.0 for Windows. Dalam penelitian ini diperoleh hasil diketahui bahwa sebagaian besar siswi dengan pola makan kurang sejumlah 33 (51,6%), siswi dengan pola makan baik sejumlah 18 (28,1%), siswi dengan pola makan lebih sejumlah 13 (20,3%). Kejadian anemia sejumlah 44 (68,8%), tidak anemia sejumlah 20 (31,2%). Berdasarkan analisis statistik didapatkan hasil p-value = 0,0000, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran. Penelitian ini dapat memberikan gambaran akan bahaya kebiasaan remaja putri dan dampak negatif dari pola makan tidak baik yang tidak mengandung zat besi. Kata Kunci : Pola Makan, Anemia, Remaja Putri DaftarPustaka : 24 (2002 – 2013). PENDAHULUAN Anemia adalah dimana kondisi jumlah sel darah merah dalam darah tidak normal atau rendah. Seseorang yang menderita kurang darah disebut anemia. Anemia sering menyerang remaja puteri, hal ini disebabkan karena keadaan stress, haid, terlambat makan dan pola makan (WHO, 2010). Remaja puteri merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita anemia, karena masa remaja adalah masa pertumbuhan dan kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah 3 kali lebih besar dari pada laki-laki, sehingga harus mengkonsumsi dan mengatur pola makan sehari-hari. Sehingga makanan yang dikonsumsi harus bisa mencukupi kandungan zat besi. Kadang makanan yang dikonsumsi cukup tetapi tidak terdapat zat besi atau zat besi kurang (Noorkasiani, 2009). Penyebab terjadinya anemia salah satunya adalah pengaturan dalam pola makan yaitu jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu zat yang dapat menghambat absorpsi besi yaitu teh, kopi dan susu. Kebiasaan makan dengan makanan yang mengandung zat besi yang cukup akan menghambat terjadinya anemia (Arisman, 2004). Kejadian anemia di SMP Miftahul Ulum Ungaran masih harus diperhatikan karena masih banyak siswi yang belum mengerti tentang penyakit anemia. Di lihat dari seringnya kunjungan di UKS karena siswi yang pingsan karena aktivitas yang berat seperti olahraga, mengeluh pusing dan nyeri kepala, dan dari ijin siswi yang sakit saat menstruasi. Berdasarkan Studi Pendahuluan Tanggal 7 Mei 2014 didapatkan hasil penelitian dari 65 remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran Tahun 2014, dari 10 siswi yang dipilih secara acak dan sudah dilakukan pemeriksaan Hb, menunjukkan yang mengalami anemia ada 7 orang dan yang tidak anemia ada 3 orang. Dari hasil wawancara secara langsung pada guru, siswi selalu mengeluh tidak berkonsentrasi dalam belajar, beraktivitas dan lemas meskipun sudah makan. Hasil wawancara pada siswi secara langsung, siswi mengeluh sering pusing, tidak berkonsentrasi dalam belajar dan beraktivitas, sering lelah, lemas, lesu dan mata berkunangkunang. Dari pemeriksaan langsung diperoleh hasil kelopak mata pucat, kuku pucat dan lemas. Didapatkan hasil kadar Hb <12 gr/dl dari 7 siswi yang mengalami anemia dan >12 gr/dl dari 3 siswi yang tidak mengalami anemia. Hal ini disebabkan karena seringnya remaja puteri mengkonsumsi jenis makanan yang salah, makanan instant, cepat saji dan kurang mengandung zat besi yang disebabkan oleh pengaturan makanan dan pola menstruasi yang sering mengganti pembalut empat kali dalam sehari. Makanan yang sering dikonsumsi remaja putri setiap harinya yaitu mie, nasi jagung, sayur sawi dan teh. Dalam pengaturan makanan didapatkan dari hasil wawancara dan daftar menu di pondok pesantren setiap harinya. Tingginya angka kejadian anemia di sekolah merupakan suatu masalah kesehatan tingkat berat dan dilihat dari jumlah siswi yang diperiksa dari kadar Hb, kebiasaan pola makan dan pola menstruasi. TUJUAN Untuk Mengetahui Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di SMP Miftahul Ulum Ungaran pada tanggal 5-8 Januari Tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 responden remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Pola Makan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan Remaja Putri Kelas 1, 2 dan 3 di SMP Miftahul Ulum Ungaran Pola Makan Frekuensi Persentase (%) Kurang 33 51,6 Baik 18 28,1 Lebih 13 20,3 Jumlah 64 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pola makan remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 33 siswi (51,6%). Hal ini diketahui bahwa responden yang mempunyai pola makan kurang dalam konsumsi zat besi, dikarenakan kurangnya frekuensi responden dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau bayam dan kangkung, lauk nabati dan hewani seperti tahu, tempe, hati ayam, daging ayam dan ikan. Pada penelitian ini responden yang berada di asrama lebih banyak daripada responden yang tidak berada di asrama yaitu, 33 remaja putri yang di asrama dan 31 remaja putri tidak asrama. Responden yang berada diasrama memiliki kebiasaan selalu memilih makanan yang disukai saja, cepat saji seperti mie instan dan bihun yang dicampur dengan sayur sawi, serta jarang mengkonsumsi sayuran hijau yang banyak mengandung zat besi seperti bayam dan kangkung. Hal ini dikarenakan tersedianya makanan dalam asrama yang sudah ditentukan dan responden yang berada di asrama hampir semuanya mengkonsumsi jenis makanan yang sama. Pola makan responden setiap harinya tidak sesuai dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dilihat dari cara responden memilih, mengkonsumsi makanan, serta frekuensi makan khususnya yang mengandung zat besi. Responden juga tidak memperhatikan zat gizi dalam mengkonsumsi makanan karena kurang mengetahui makanan yang mengandung zat gizi tinggi terutama zat besi. Menurut teori Almatsier (2011), pola makan yang baik dan sehat yaitu pengaturan makan yang benar dengan memilih dan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Pola makan yang baik juga mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur setiap harinya, karena semua zat gizi diperlukan untuk tubuh, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan. 2. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Anemia pada Siswi Kelas 1, 2 dan 3 di SMP Miftahul Ulum Ungaran Kejadian Anemia Frekuensi Persentase (%) Anemia 44 68,8 Tidak Anemia 20 21,2 Jumlah 64 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswi di SMP Miftahul Ulum Ungaran mengalami kejadian anemia, yaitu sejumlah 44 siswi (68,8%). Hal ini dapat dikarenakan remaja putri sebagian besar mengalami pola menstruasi pertama kali saat menginjak SMP awal atau usia 13-15 tahun, pola makan dan riwayat penyakit kronik yang dialami remaja putri. Menurut teori yang dikemukakan oleh Arisman (2004), remaja putri merupakan kelompok resiko terkena anemia karena setiap bulan remaja putri mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari yang selalu penuh dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Selain itu remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing sehingga berdiet dan mengurangi makan sehingga pola makan tidak teratur khususnya yang mengandung banyak zat besi yang terdapat pada lauk hewani. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi. B. Analisis Bivariat 1. Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran Pola Makan Kurang Baik Lebih Jumlah Kejadian Anemia Anemia Tidak Anemia f % f % 32 97,0 1 3,0 8 44,4 10 55,6 4 30,8 8 69,2 44 68,8 20 31,2 Total f 33 18 13 64 χ² % 100 25,910 100 100 100 Pvalue 0,000 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa sebagaian besar siswi dengan pola makan kurang mengalami kejadian anemia sejumlah 32 (97,0%), siswi dengan pola makan baik mengalami anemia sejumlah 8 (44,4%), siswi dengan pola makan lebih mengalami anemia sejumlah 4 (30,8%). Ini menunjukkan bahwa kejadian anemia lebih banyak terjadi pada siswi dengan pola makan kurang dibandingkan siswi dengan pola makan baik atau lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, memperoleh nilai p-value (0,0000) ≤ α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015. Hasil pada penelitian ini dikatakan terdapat hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung banyak zat besi pada remaja putri akan mempengaruhi pada kadar hemoglobin pada tubuh. Apabila pola konsumsi makanan yang mengandung zat besi kurang akan menyebabkan terjadinya anemia. Apalagi didukung dengan kebiasaan responden yang suka mengkonsumsi teh setelah makan setiap harinya, akan menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh. Menurut Almatsier (2004), zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam pembentukan darah, yaitu dalam syntesa hemoglobin. Zat besi yang terdapat pada semua sel tubuh berperan penting untuk berbagai reaksi biokimia, diantaranya produksi sel darah merah. Sel ini diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah. Keterkaitan zat besi dengan kadar hemoglobin dapat dijelaskan bahwa besi merupakan komponen utama yang memegang peranan penting dalam pembentukan darah, yaitu mensintesis hemoglobin. Kelebihan besi disimpan sebagai protein feritin, hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya di dalam limpa dan otot. Apabila simpanan besi cukup, maka kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Namun, apabila jumlah simpanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun di bawah batas normal yang disebut sebagai anemia gizi besi. Anemia gizi besi ditunjukkan dengan kadar hemoglobin dan serum feritin yang turun di bawah nilai normal. Keadaan ini ditandai dengan warna sel darah merah yang pucat (hipokromik) dan bentuk sel darah merah yang kecil (mikrositik) (Almatsier, 2004). Menurut Arisman (2004), zat yang dapat menghambat absorpsi besi yaitu teh, kopi dan susu, sehingga penyerapan zat besi dalam tubuh akan terhambat apabila diiringi dengan minum kopi, teh atau susu. Pola makan pada responden yang kurang akan menyebabkan terjadinya anemia karena konsumsi makanan yang tidak mengandung zat besi, dan pemilihan jenis makanan responden yang suka memilih-milih makanan yang disukai dan cepat saji. Hal ini sependapat dengan teori Bakta (2007), bahwa penyebab terjadinya anemia yaitu kurang mengkonsumsi makanan berbahan hewani dan nabati yang mengandung zat besi dan kebiasaan makan makanan instan dan cepat saji. SIMPULAN 1. Pola makan pada remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran dalam kategori kurang yang mengalami anemia sebanyak 32 siswi (97,0%), kategori baik yang mengalami anemia sebanyak 8 siswi (44,4%) dan kategori lebih yang mengalami anemia sebanyak 4 siswi (30,8%). 2. Remaja putri yang mengalami anemia sebanyak 44 siswi (68,8%), dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 20 siswi (31,3%). 3. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran, (pvalue = 0,000 < α = 0,05). SARAN 1. Bagi SMP Miftahul Ulum Ungaran Diharapkan dapat lebih meningkatkan dalam penyajian makanan yang banyak mengandung zat besi tinggi di asrama, agar menghindari terjadinya anemia. 2. Remaja Putri Diharapkan kepada remaja putri selalu memperhatikan porsi makan atau pola makan setiap harinya, serta selalu makan makanan yang mengandung zat besi dan mengkonsumsi suplement zat besi untuk menghindari terjadinya anemia. 3. Peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya mengadakan penelitian dengan mengembangkan variabel penelitian, dilakukan pemeriksaan secara morfologi dari sel darah merah sehingga penyebab anemia belum bisa dipastikan karena defisiensi besi ataukah ada penyebab lainnya. Selain itu, ada beberapa faktor lain seperti banyaknya darah yang keluar selama menstruasi dan asupan zat gizi lain yang tidak diteliti, yang kemungkinan berperan dalam kejadian anemia pada remaja putri. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Ambarini, Arikunto, 2008. Menu Makanan Untuk Sebulan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Arumsari. 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi di Kota Bekasi [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bakta, I.M. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC. Depkes RI. 2007. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Ditjen Gizi. Dinkes Jawa Timur. 2013. Laporan Tahunan Program Gizi. Dinkes Jawa Timur. Surabaya : Dinkes Jawa Timur. Hidayat, A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Martadisoebrata. 2005. Menstruasi Mengakibatkan Anemia. Jakarta : Pustaka Utama. Niken. 2013. Menstruasi Tidak Normal, Waspada Anemia. (http://okehealth/detailh ealthupdate/21/04/2014 ). Diakses tanggal 5 Mei 2014. Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Nursari, D. 2009. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMP N 18 Bogor Tahun 2009. [Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Widyastuti. Proverawati. World Health Organization. 2010. Education and Treatment in Adolenscent Sexuality. Geneva : WHO 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Muha Medika. Riwidikdo, H. 2009. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Riyanto, A. 2010. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Ronald, A. Saacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC. Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sediaoetama, A. 2004. Makanan dan Kesehatanku. Jakarta : Kompas Media. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011. Tahap-Tahap Remaja. (http://widyastuti.tahaptahapremaja.com/25/07 /2011). Diakses tanggal 11 Mei 2014.