I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengindraan jauh yang berawal pada tahun 1960-an kegiatannya mencakup penelitian serta analisis foto udara multispectral scanner dan digitalisasi dari foto udara yang diambil dengan sensor kamera. Kemudian berkembang dengan pesat sejak diluncurkannya satelit ERTS (Earth Resources Technology Satellite) pada tahun 1972 yang memungkinkan pengumpulan dan analisis permukaan bumi dalam jumlah besar. Beberapa penerapan pengindraan jauh adalah dalam mitigasi bencana, intelejen atau militer, serta inventarisasi dan pemantauan sumberdaya alam terutama dalam bidang pertanian. Dalam bidang pertanian terdapat tiga isu pangan dan energi yang sedang dihadapi, yaitu (1) perbaikan estimasi produksi padi dari berbasis daftar (list frame) menuju berbasis area (area frame), (2) pemetaan lahan baku sawah terkait lahan pangan abadi, dan (3) laju ekstensifikasi lahan kebun sawit terkait perubahan iklim (deforestrasi) yang dapat mengancam lahan pertanian pangan. Perbaikan sistem estimasi menuju area frame ini diawali dengan pemetaan lahan baku sawah. Selama ini hanya diketahui angka luasan areal sawah (list frame) tanpa mengetahui letak pasti di mana lahan pertanian tersebut berada. Selain itu pemetaan sawah menggunakan GPS (Global Positioning System) yang selama ini dilakukan membutuhkan banyak biaya dan tenaga karena prosesnya sebagian besar berlangsung di lapang. Hasil pengecekan lapang menggunakan GPS juga memiliki keakurasian yang rendah, tidak sedikit lahan sawah yang terlewatkan karena berada dalam daerah yang terpencil dan sulit dijangkau petugas lapang. Untuk itu diperlukan sistem baru dalam pemetaan sawah yang lebih akurat dan hasilnya dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lebih lama. Pemetaan lahan baku sawah menggunakan sistem pengindraan jauh telah dilaksanakan tahun 2005 untuk seluruh Jawa dengan citra resolusi medium Landsat-ETM. Pemetaan dalam ruang lingkup lebih kecil lagi (kabupaten) dapat dilakukan dengan menggunakan data dari citra satelit ALOS. ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit milik Badan Antariksa Jepang 2 (JAXA) yang diluncurkan dari Pusat Angkasa Tanegashima tanggal 24 Januari 2006. Satelit ALOS memiliki tiga instrumen penginderaan jauh yaitu Panchromatik Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM) yang dirancang untuk dapat memperoleh data Digital Terrain Model (DTM), Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2 (AVNIR-2) untuk pemantauan penutup lahan secara lebih tepat, dan Phased-Array type L-band Synthetic Aperture Radar (PALSAR) untuk pemantauan permukaan bumi dan cuaca pada siang dan malam hari. Untuk pemetaan baku sawah maupun pemantauan kondisi tanaman digunakan PRISM (citra optik) dan PALSAR (citra radar). 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mengidentifikasi setiap bidang sawah serta memisahkan dengan galengannya di Kabupaten Subang bagian Timur dengan memanfaatkan citra ALOS PRISM dan ALOS PALSAR menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 dan ENVI 4.1.