TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Peru dan Ekuador (Ashari, 2006). Dalam botani, tanaman tomat digolongkan ke dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae, genus Lycopersicon dan spesies esculentum (Cahyono, 2008). Tanaman tomat merupakan tanaman semusim berbentuk perdu dengan tinggi dapat mencapai dua meter. Batangnya dapat tegak atau menjalar, padat, dan berambut. Duduk daunnya teratur secara spiral dengan filotaksis 2/5. Ada dua golongan tomat, yaitu tipe determinant dan indeterminant. Bunga tomat hermafrodit, tumbuh secara berlawanan atau pada ketiak daun, berwarna kuning dan bersifat self compatible pada daerah yang lebih dingin (Ashari, 2006). Tanaman tomat diperbanyak dengan bijinya. Biji tersebut diambil dari buah tomat yang sudah masak fisiologis. Selain dengan bijinya, tanaman tomat dapat diperbanyak melalui stek batang serta dapat disambung dengan famili Solanaceae lainnya (Ashari, 2006). Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangat disukai tomat untuk pertumbuhan optimal. Tanaman tomat menyukai tanah yang tergolong asam, dengan pH 5.5 – 6.5. Air merupakan kebutuhan mutlak bagi tomat, namun kelebihan air tidak disukainya. Penyakit layu bakteri mudah sekali menyerang bila lahan tergenang air (Duriat et al., 1997). Tanaman tomat dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Suhu rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tanaman tomat berkisar antara 25oC-30oC pada siang hari dan antara 16oC-30oC pada malam hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Pemakaian mulsa dapat meningkatkan kelembaban apabila ditanam pada musim kemarau (Ashari, 2006). Menurut Sumiati (1990) penggunaan mulsa plastik bening dapat menekan evapotranspirasi yang mungkin terjadi akibat tiupan angin, sehingga kelembaban tanah tetap terjamin untuk pertumbuhan dan perkembangan tomat. Selanjutnya naungan plastik bening secara nyata dapat meningkatkan bobot buah per hektar. 5 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hias Arachis pintoi adalah tanaman kacang-kacangan yang dikenal dengan nama Pinto Peanut, pertama kali dikoleksi oleh G.C.P. Pinto pada tahun 1954 dari lembah Jequitinhonha, San Fransisco dan sepanjang sungai Tocantins di Brazil. Tanaman ini populer di Indonesia dengan nama kacang hias. Berdasarkan sistimatika, tanaman A. pintoi digolongkan ke dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Leguminosae, genus Arachis dan spesies pintoi (Reksohadiprodjo, 1981). Tanaman A. pintoi merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rendah. Batangnya tumbuh menjalar, akar dan sulur akan tumbuh dari buku batang apabila ada kontak langsung dengan tanah. Setiap tangkainya mempunyai dua pasang helai daun. Daunnya berbentuk oval dengan ukuran lebih kurang 1.5 cm lebar dan 3 cm panjang (Balittan, 2004). Perbanyakan tanaman A. pintoi dapat dilakukan dengan menggunakan biji, stek, dan stolon. Diperlukan waktu 2 – 5 bulan untuk menutupi seluruh permukaan tanah dengan pertumbuhan yang seragam, tergantung kondisi lingkungan dan jarak tanam (Balittan, 2004). Namun perbanyakan vegetatif dengan cara stek dan stolon adalah cara yang umum diterapkan. Keberhasilan perbanyakan secara vegetatif terutama dengan stek ditentukan oleh jenis stek yang digunakan dan faktor lingkungan pada awal pertumbuhan stek. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan stek adalah radiasi surya, kelembaban, dan ketersediaan air. Penyiangan gulma juga diperlukan selama masa awal pertumbuhan menggunakan mesin potong, cangkul, herbisida, atau dicabut. Penyiangan atau penyemprotan herbisida diperlukan sebanyak 2–4 kali sebelum seluruh permukaan lahan tertutupi. Tanaman A. pintoi tumbuh dan berkembang baik pada daerah sub tropika dan tropika dengan curah hujan tahunan > 1 000 mm. Tanaman ini cocok tumbuh pada tanah dengan tekstur liat berat sampai berpasir, namun tumbuh lebih baik pada tanah lempung berpasir (sandy loam). Mannetje dan Jones (1992) menyatakan bahwa A. pintoi tahan terhadap konsentrasi Al yang tinggi, dapat tumbuh pada tingkat kesuburan rendah dan tinggi, tahan terhadap kandungan air yang tinggi, miskin unsur liat, tahan terhadap 6 kandungan Mn yang tak dapat ditanami legum lain, daya berkecambah biji tahan sampai termperatur 35oC – 40oC selama 10 hari. Selanjutnya Fisher dan Cruz (1993) menambahkan bahwa A. pintoi selain toleran terhadap naungan juga relatif tahan terhadap defisit air. Manfaat Tanaman Arachis pintoi sebagai Tanaman Penutup Tanah Tanaman Arachis pintoi digunakan sebagai tanaman hias di taman dan pakan ternak selain itu bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah. Boerhendhy dan Sianturi (1986) menguraikan manfaat tanaman penutup tanah kacangan, antara lain: 1. Menahan air hujan yang jatuh langsung pada permukaan tanah yang akan menghancurkan agregat tanah (struktur remah) menjadi butiran-butiran kecil yang akan menutupi pori-pori tanah, sehingga menghalangi peresapan air hujan ke dalam tanah yang akan menyebabkan erosi. 2. Menekan pertumbuhan gulma, sehingga biaya pengendalian gulma dapat ditekan. 3. Menghasilkan banyak bahan organik dan serasah yang berasal dari pelapukan daun dan batang, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. 4. Mempunyai bintil akar (nodula) yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara, sehingga mengurangi persaingan antara kacangan dengan tanaman pokok dalam penyerapan nitrogen tanah. Selanjutnya nitrogen yang yang diikat dari udara akan dilepaskan kembali ke dalam tanah dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. 5. Menyerap unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam kemudian memperkaya lapisan permukaan tanah akan unsur hara karena kacangan mempunyai sistem perakaran yang dalam. 6. Membantu mempercepat proses pembusukan bahan organik sehingga dapat menghindari perkembangan jamur putih. Menurut Kartika et al. (2009) A. pintoi sebagai biomulsa memiliki manfaat bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah, mengurangi erosi, memperbaiki lahan yang rusak, mempercepat perputaran nutrisi; memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah; memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan 7 generatif dari tananaman utama; meningkatkan jumlah dan kualitas makanan ternak; mengontrol penyebaran penyakit; menekan pertumbuhan gulma; pilihan baru untuk tanaman hias; dan diharapkan sebagai sumber yang baik dari nektar untuk lebah. Mulsa dan Manfaatnya Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian. Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu mulsa organik, mulsa anorganik, dan mulsa kimia-sintetis. Mulsa organik meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami padi, batang jagung, daun pisang, dan lain-lain. Mulsa anorganik meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Mulsa kimia-sintetis meliputi bahan-bahan plastik dan bahan-bahan kimia lainnya (Umboh, 2002). Manfaat awal penggunaan mulsa terhadap tanaman adalah manfaat dalam hal kompetisi dengan gulma untuk memperoleh sinar matahari. Selain itu mulsa dapat mempengaruhi kestabilan agregat tanah yaitu mengurangi daya tumbuk langsung butir-butir hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi. Kemudian mulsa juga berperan dalam mempertahankan kelembaban tanah dan suhu tanah serta mengurangi evaporasi. Setiap jenis bahan mulsa memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan mulsa jerami dan mulsa plastik saat ini sering digunakan. Kelebihan mulsa jerami antara lain, harganya murah, memiliki efek menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat pertumbuhan gulma, dan menambah bahan organik tanah. Hasil penelitian Triyono (2007) menunjukkan sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa jerami dapat menekan laju erosi sebesar 75.6 % pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman dan 14.8 % pada saat pertumbuhan generatif. Selanjutnya pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa terhadap produksi tanaman kacang tanah berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil yang ditunjukkan peningkatan berat polong 154 %. Fahrurrozi et al. (2005) menyatakan bahwa pemberian mulsa alang-alang meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Menurut Umboh (2002) 8 kekurangan penggunaan mulsa jerami antara lain tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya. Penggunaan mulsa plastik dominan dilakukan untuk produksi sayuran. Mulsa plastik hitam perak merupakan jenis mulsa yang umum digunakan oleh para petani. Mulsa dipasang dengan posisi warna hitam menghadap ke tanah dan dan warna perak menghadap ke atas. Permukaan perak dimaksudkan agar pemantulan radiasi sinar matahari memiliki efek ganda, yaitu memperkecil panas yang mengalir ke tanah dan memperbesar radiasi matahari yang diterima oleh daun sehingga meningkatkan proses fotosintesis. Permukaan hitam dimaksudkan untuk membatasi radiasi matahari yang menembus sampai ke permukaan tanah sehingga keadaan permukaan tanah menjadi gelap total. Keadaan ini akan menekan perkecambahan dan pertumbuhan gulma (Umboh, 2002). Keuntungan lain dari penggunaan mulsa plastik atau polyethylen yaitu mempercepat pemanenan dan peningkatan hasil, memperbaiki kelembaban tanah, mengurangi pencucian pupuk, mengurangi kepadatan tanah, menurunkan penyakit busuk buah, dan meningkatkan efektivitas fumigan. Kekurangan mulsa plastik antara lain memerlukan alat khusus, meningkatkan biaya produksi, dan adanya kesulitan dalam pemusnahan mulsa. Selain mulsa organik dan mulsa kimia sintetis, penggunaan mulsa hidup atau biomulsa dapat dilakukan pada lahan budidaya. Mulsa hidup atau biomulsa yang baik adalah tanaman yang tumbuh rendah, tumbuh cukup rapat untuk menekan pertumbuhan gulma dan memilki respon yang baik terhadap penyiangan. Biomulsa umum digunakan untuk mencegah erosi, meningkatkan retensi air dan mudah untuk disiangi. Petani umumnya menggunakan leguminosa sebagai biomulsa di antar baris, dan lebih umum digunakan pada fase rotasi untuk untuk meningkatkan nitrogen di lahan serta menurunkan serangan serangga tanah dan penyakit (Clark, 2010) Pengaruh Perbedaan Waktu Tanam Salah satu faktor penting dalam pertanaman adalah pengaturan waktu tanam yang tepat. Pengaturan waktu tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tersebut. Pengaturan ini dimaksudkan untuk 9 mengurangi kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan faktor tumbuh, seperti cahaya, air, hara, dan CO2. Perbedaan waktu tanam kacang kedelai berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi gogo. Penanaman padi gogo sebelum kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas padi gogo bila dibandingkan dengan ditanam setelah, bersamaan, maupun monokultur (Milpanda, 2005). Kacang tanah yang ditanam sebelum padi gogo memberikan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan pola tanam ganda setelah penanaman padi gogo (Caswiniati, 2006). Amin (2006) menunjukkan bahwa penanaman pegagan dua minggu sebelum penanaman cabai merah memberikan pengaruh lebih baik dalam respon tinggi tanaman. Pengaturan waktu tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Kaligis (1995) menunjukkan bahwa waktu tanam A. pintoi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan tidak mempengaruhi komponen produksi padi, sedangkan Umboh (1995) menyatakan bahwa kombinasi perlakuan waktu tanam A. pintoi dan taraf pemupukan fosfor yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, dan pipilan kering tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah tongkol jagung per petak.