Efektivitas Penyebaran Informasi Di Bidang

advertisement
11
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik
personal, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka serta
efektivitas penyebaran informasi pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA
Bogor. Selain itu penelitian juga diarahkan untuk melihat keeratan hubungan antara
keempat peubah tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar
waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi, hal ini diperkuat oleh Tubbs
and Moss (1994), bahwa 83,5% manusia menggunakan waktunya untuk
berkomunikasi. Dengan demikian manusia akan selalu terlibat dalam tindakan
komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam beberapa konteks kehidupan
manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih,
kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan
global atau melalui media massa (Effendy, 2003). Oleh karena itu, Devito (1997)
menyatakan bahwa dalam kontek komunikasi setidaknya ada tiga dimensi, yaitu
dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis dan dimensi temporal. Tempat dimana
komunikasi berlangsung disebut dimensi fisik, tata hubungan status dimana
komunikasi berlangsung dan aturan budaya berlaku disebut dimensi sosialpsikologis. Sedangkan waktu hitungan tertentu (kurun waktu) dimana komunikasi
berlangsung disebut temporal.
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan
pertukaran informasi antara satu dengan lainnya, yang pada gilirannya akan tiba
saling pengertian yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Definisi ini menjelaskan
hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan),
diharapkan akan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam
menciptakan saling pengertian di antara orang-orang yang ikut serta dalam suatu
proses komunikasi (Wursanto, 1987). Komunikasi juga merupakan suatu tingkah
laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian yang mengandung arti atau makna.
Suatu bagian sentral dari segala sesuatu yang dilakukan. Komunikasi akan menjadi
12
buruk, karena adanya hambatan komunikasi atau karena tidak ada komunikasi sama
sekali. Berhasil tidaknya interaksi antar manusia adalah sebagai akibat langsung
dari kesanggupan atau ketidaksanggupan untuk berkomunikasi (Robbins, 1986).
Dalam berkomunikasi orang dapat berbuat, berfikir atau merasakan suatu cara
tertentu adanya respon atau reaksi orang yang diajak berkomunikasi. Respon atau
reaksi orang yang diajak berkomunikasi adalah umpan balik yang dapat ditangkap
dan diterjemahkan ke dalam bahasa penerima, sejauh respon dan reaksi tersebut
dimengerti oleh pemberi pesan atau komunikator. Respon itu sendiri dapat terjadi
secara langsung maupun tidak tergantung dari bentuk komunikasi yang digunakan
(Effendy, 2004). Komunikator yang efektif harus peka terhadap semua tanda-tanda
yang memberitahu atau mengisyaratkan kepadanya bagaimana pendengarnya
bereaksi.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, umpan balik sangat diperlukan,
namun tidak selalu memberikan hasil yang positif, karena adakalanya umpanbalik
merupakan gangguan. Orang seringkali menghadapi terjadinya umpan balik dalam
suatu komunikasi, tapi kemudian tidak ada melakukan sesuatu untuk mendorong
timbulnya untuk menerima atau menafsirkannya (Robbins, 1986). Menurut Effendy
(2003), komunikasi adalah upaya sistematis untuk pembentukan pendapat dan
sikap. Menurut Schraam dan Kincaid (1977), tujuan dasar dalam komunikasi antar
manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam.
Komunikasi tentang apa, dikomunikasikan kepada siapa, bilamana, mengapa
dan bagaimana, selalu merupakan pertimbangan dan penentu dalam merancang
suatu pesan agar dapat sampai kepada yang dituju. Dengan demikian karakteristik
pesan yang dikomunikasikan harus jelas, lengkap, memiliki metode yang tepat,
diulang seperlunya, dirasakan bermanfaat bagi kedua belah pihak, relevan dan
terpercaya.
Menurut
Harold D. Lasswell (seorang ilmuwan politik Amerika) dalam
McQuail dan Windahl (1985), cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah
tindak komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan; who, says
what, in which channel, to whom, and with what effect. Formula Lasswell ini sangat
13
populer dan banyak digunakan dalam riset-riset komunikasi, dan jawaban dari
pertanyaan paradigmatik Lasswell tersebut menurut Effendy (2003) merupakan
unsur-unsur dalam proses komunikasi, yaitu Communicator (komunikator),
message (pesan), media (media), receiver (komunikan/penerima) dan effect (efek).
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan
pikirannya atau perasaannya kepada orang lain, dan komunikator dapat bertindak
secara individu atau secara kolektif yang melembaga (Soekartawi, 1988).
Sedangkan pesan atau message adalah lambang yang bermakna (meaningful
symbols), yakni lambang yang membawakan pikiran, atau perasaan komunikator
(Cutlip and Center, 1971) dan pesan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk
seperti perintah, saran, usul, pengumuman, surat edaran dan sebagainya.
Menurut Effendy (1992), komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang
yang menjadi sasaran komunikasi ketika komunikator menyampaikan pesannya.
Sejumlah orang yang dijadikan sasaran itu dapat merupakan kelompok kecil
maupun kelompok besar, bersifat homogen atau heterogen. Kelompok homogen
adalah komunikan yang terdiri dari orang-orang yang relatif mempunyai kesamaan
baik dalam usia, pendidikan maupun sistem sosial seperti, pelajar, mahasiswa,
bintara dan lain-lain. Sementara kelompok heterogen sebaliknya. Perbedaan dalam
besar kecilnya kelompok beserta sifatnya menghendaki komunikator melakukan
gaya dan teknik berbeda dalam melakukan komunikasi.
Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Media digunakan dalam komunikasi apabila
komunikan berada di tempat yang jauh dari komunikator dan/atau jumlahnya
banyak (Effendy,1992). Sementara itu, efek adalah tanggapan, respons atau reaksi
dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator, dan jawaban lisan atau
tertulis dari individu yang memberi respon (tanggapan) ini oleh Sunarjo (1997)
disebut opini. Efek ini adalah akibat dari proses komunikasi (Wursanto, 1987).
Efek diklasifikasikan menjadi efek kognitif (cognitive effect), jika
menyangkut pikiran atau nalar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti; efek afektif (affective effect), yang menyangkut
14
perasaan dari tidak senang menjadi senang, dari menolak menjadi menerima, dan
efek konatif atau perilaku (conative behavioral effect) apabila dikaitkan dengan
perilaku, misalnya dari kondisi malas menjadi rajin dan dari pembangkang menjadi
penurut (Effendy, 1992). Dalam ilmu komunikasi, terutama dalam membahas opini
publik, pengertian opini, persepsi, sikap dan perilaku tidak dapat dipisahkan
(Sunarjo, 1997).
Pembangunan
perubahan
demi
pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan suatu
tercapainya
tujuan
yang
diinginkan.
Dengan
demikian
pembangunan menuntut semua pihak dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi
baik dalam pemberian input, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil yang akan
diperoleh, maka komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya sangat
diperlukan. Astrid Susanto dalam Mardikanto (1987) menyatakan bahwa
Komunikasi Pembangunan merupakan proses yang mengajak masyarakat untuk
berani meninggalkan sesuatu (yang telah diketahui kebaikan dan keburukannya)
untuk menggantikannya dengan sesuatu yang baru (yang belum secara pasti
diketahui kebaikannya).
Pengertian yang dikemukakan oleh Astrid seperti itu tentu saja tidak berarti
bahwa komunikasi pembangunan hanya bertujuan untuk menyampaikan pesanpesan pembangunan atau memasyarakatkan program pembangunan, tetapi yang
lebih penting adalah menumbuhkan partisipasi semua pihak (sesuai kedudukan dan
fungsinya masing-masing) untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses
pembangunan. Ditambahkan oleh Mardikanto (1987), Komunikasi pembangunan
adalah proses komunikasi yang memiliki karakteristik :
1. Menyampaikan atau menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya
kegiatan pembangunan yang sedang diupayakan oleh pemerintah.
2. Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
kegiatan
pembangunan bagi perbaikan mutu hidup atau peningkatan kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat.
3. Menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan yang sedang diupayakan pemerintah
15
4. Mengajak dan mendidik masyarakat untuk berperilaku dan menerapkan ide-ide
serta teknologi yang sudah terpilih guna tercapainya tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan
5. Memelihara partisipasi masyarakat tersebut secara berkelanjutan demi
perbaikan mutu hidup yang lebih baik di masa-masa mendatang.
Inti dari setiap upaya pembangunan adalah tercapainya perbaikan mutu hidup
segenap warga masyarakat melalui proses perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan yang mencakup ekonomi, politik dan sosial budaya. oleh karena itu
pesan yang harus dikomunikasikan di dalam proses komunikasi pembangunan
haruslah sesuatu yang mampu mendorong atau yang diperlukan untuk
berlangsungnya perubahan-perubahan, sekaligus memiliki sifat-sifat pembaharuan
yang disebut dengan sifat inovatif (Mardikanto, 1987).
Rogers and Shoemaker (2003) menyebutkan An Innovation is an idea,
practice, or object that is perceived as a new by an individual or other unit of
adoption. Sedangkan Gwin and Lionberger (1982) mengartikan inovasi tidak
sekedar sebagai suatu yang baru yang dirasakan oleh seseorang atau (individu) saja,
tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru oleh sekelompok
masyarakat atau sesuatu yang baru menurut lokalitas tertentu.
Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekedar baru diketahui
dalam artian pikiran (kognitif), akan tetapi karena belum dapat diterima secara luas
dalam artian sikap (attitude), dan juga baru dalam artian diputuskan untuk
dilaksanakan atau digunakan. Dalam hal ini pengertian inovasi tidak hanya terbatas
pengertian benda atau barang hasil produksi, tetapi mencakup ideology,
kepercayaan, sikap hidup, informasi dan perilaku atau gerakan-gerakan menuju
kepada proses perubahan di dalam kehidupan masyarakat.
Informasi
Menurut Claude Shannon dalam Pendit, dkk (2005), informasi adalah simbolsimbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia, dimana alat atau
saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik ke titik lain di tempat
16
lainnya. Informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Selanjutnya Pendit
mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dibawa oleh bahasa manusia
dalam komunikasi yang seringkali menjurus pada pengertian informasi sebagai
bagian tak terpisahkan dari pesan (message), atau sebagai isi dari sebuah pesan.
Seringkali informasi dalam pengertian ini diartikan sama dengan pesan itu sendiri.
Sementara itu Wersig dalam Pendit, dkk (2005) memberi 6 pengertian tentang
informasi ini sebagai berikut : (1) Struktur : struktur semesta adalah informasi; (2)
Pengetahuan : Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah
informasi;
(3) Pesan : informasi adalah pesan itu sendiri; (4) Makna : makna yang dikenakan
ke data adalah informasi; (5) Efek : informasi adalah efek dari sebuah proses
tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau sebuah perubahan pengetahuan atau
penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous di benak penerima; (6) Proses :
informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses transfer (perpindahan).
Menjelang tahun 2000 dan pasca tahun 2000, dalam era globalisasi ini,
informasi yang dicari publik, paradigma yang tadinya berkisar pada bahan-bahan
perlengkapan, subjek utama suatu pekerjaan/kegiatan pendidikan, lapangan kerja
dan sebagainya bergeser pada hal-hal seperti berikut (Suryana dalam Koswara,
1998):
1. Temuan-temuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang keilmuan teknologi
terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis dan
sebagainya.
2. Penciptaan lingkungan kerja berbasis komputer (wirausaha) yang menjanjikan
masa depan (usaha kecil, menengah dan usaha berskala besar) yang bernilai
ekspor.
3. Informasi kesempatan kerja, pendidikan dan keterampilan
4. Informasi tentang pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan
5. Peta politik bangsa-bangsa atau negara berkembang
6.
Sistem program jadi (telah terprogram) tinggal pakai, misalnya sistem
penelusuran informasi, sistem transaksi layanan sirkulasi dan sebagainya.
17
Menurut Muchyidin dalam Koswara (1998), dalam fenomena yang multi
dimensional, dikenal enam komponen informasi yang masing-masing memiliki sifat
, karakteristik dan kekhasan tersendiri yaitu :
a. Absolute information, yang merupakan “pohonnya” informasi, yaitu jenis
informasi yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan
informasi lebih lanjut.
b. Substitutional information, yaitu jenis informasi yang merujuk kepada kasus
dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam
pengertian
ini,
informasi
kadangkala
digantikan
dengan
istilah
“komunikasi”
c. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan
konsep-konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan
kebijakan.
d. Subjective information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi manusia . Kehadiran informasi ini bergantung pada
orang yang menyajikannya.
e. Objective information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada karakter
logis informasi-informasi tertentu.
f. Cultural information, yaitu informasi yang memberi penekanan pada
dimensi kultural.
Dalam dunia perpustakaan, informasi merupakan hasil proses dari metadata.
Pengetahuan yang dikelola melalui kaidah-kaidah perpustakaan belum menjadi
informasi, atau baru berupa data, setelah proses inputing ke dalam sistem komputer
dan diekstrak ke dalam sistem penyimpanan data (database), kemudian data
tersebut dapat diakses melalui komputer penelusuran, maka keluarannya berupa
informasi.
Dalam Grand Design PUSTAKA (2006) dikemukakan bahwa informasi
berbeda dengan data. Informasi adalah data yang telah diolah dan disajikan dalam
konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Oleh karena itu, untuk menentukan data
apa yang harus dihimpun dan disimpan, tergantung dari informasi apa yang
18
diperlukan oleh pengguna maupun pengelola sistem informasi. Data yang dihimpun
dapat berupa teks, citra (image), audio atau video. Selanjutnya dikemukakan bahwa
sumber daya data meliputi semua fakta-fakta hasil pengukuran, pengamatan,
perhitungan atau transaksi yang perlu dihimpun dan disimpan untuk mendukung
keseluruhan aktivitas sistem informasi.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian
informasi. Teknologi ini merupakan hasil perpaduan dari dua teknologi yang
sebelumnya dikembangkan secara terpisah, yaitu komputer untuk data digital dan
komunikasi untuk suara. Didorong oleh perkembangan teknologi mikroelektronika,
perbedaan antara keduanya menjadi tidak terlalu berarti (Kementerian Negara
Ristek, 2006).
Teknologi informasi dan teknologi komunikasi perkembangannya paling pesat
dibanding dengan teknologi-teknologi lain dan dipercaya belum kelihatan titik
jenuhnya dalam beberapa dekade terakhir, bahkan semakin mengagumkan. Dalam
perkembangannya, teknologi informasi sudah dan akan mengarah pada teknologi
dengan ciri-ciri konvergensi, miniaturisasi, embedded, on demand, grid, intellegent,
wireless inter networking, open source, seamles integration dan umbiquitous
(Kementerian Negara Ristek, 2006).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional
tergolong cepat. Kekuatan yang menjadi pendorong percepatan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi antara lain disebutkan dalam Kementerian
Negara Ristek (2006) adalah : (1) Indonesia mempunyai jumlah tenaga kerja yang
cukup besar, terampil dan berpengalaman; (2) Industri besar di bidang teknologi
informasi dan komunikasi sudah melakukan investasi di Indonesia (IBM, Microsoft,
INTEL, Oracle, SUN Microsystem, dan lain-lain.); (3) Secara alamiah telah
terbentuk pengelompokan industri teknologi informasi dan komunikasi yang
berpotensi membangun klaster, antara lain : wilayah Priangan (Bandung High Tech
19
Valley – BHTV, RICE Bali, Toba Group, Pulau Batam; (4) Industri pendukung
seperti Integrated Circuit (IC), Computerary Tube (CRT)), Liquid Computer
Display (LCD), Hand Phone, Camera Digital, Lensa digital, Personal Computer
Board (PCB), Komponen plastik, komponen casting sudah diproduksi di Indonesia;
(5) telah tersedia infrastruktur walaupun belum merata di seluruh nusantara.
Selain faktor kekuatan, terdapat beberapa kelemahan dalam pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, antara lain : (1) lingkungan usaha belum
sepenuhnya kondusif, terutama belum adanya kepastian hukum; (2) dukungan riset
dan pengembangan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya pembiayaan;
(3) belum tersedianya Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk teknologi
informasi dan komunikasi; (4) pasar ekspor masih terbatas; (5) terbatasnya SDM
yang profesional; (6) ketergantungan barang modal, komponen dan bahan baku
import masih tinggi; (7) potensi usaha berbasis teknologi informasi dan komunikasi
belum dikembangkan secara optimal; (8) tingginya tingkat pembajakan piranti
perangkat lunak (Kementerian Negara Ristek, 2006). Sementara itu dikemukakan
oleh Ristek beberapa peluang pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, seperti: (1) membaiknya perekonomian nasional; (2) semangat
reformasi dan demokrasi, (3) berkembangnya ekonomi baru, (4) meningkatnya
akses informasi, dan (5) adanya globalisasi yang dapat memperluas jaringan
kerjasama.
Selain adanya peluang yang terbuka, terdapat tantangan yang harus dihadapi
dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, diantaranya (1)
menyelaraskan kebijakan pembangunan teknologi informasi dan komunikasi
dengan kebijakan ekonomi; (2) meningkatkan SDM baik mutu maupun kuantitas;
(3) meningkatkan pemahaman pentingnya budaya informasi; (4) meningkatkan
peranan dunia usaha besar, menengah dan kecil dalam bidang teknologi informasi
dan komunikasi; (5) meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan Hak Kekayaan
Intelektual
(HKI).
pengembangan
Selanjutnya
teknologi
model
informasi
dan
strategi
pencapaian
komunikasi
Kementrian Negara Ristek dapat dilihat pada Gambar 1.
yang
dan
manfaat
dikembangkan
20
TUJUAN
Mewujudkan TIK agar dapat
mendukung iptek sebagai
kekuatan utama peningkatan
kesejahteraan yang
berkelanjutan dan peradaban
bangsa
STRATEGI PENCAPAIAN
MANFAAT
Infrastruktur Informasi
1.Jaringan informasi dan sistem
telekomunikasi
2. Information exchange
3. Digital broadcasting
4.Perangkat keras (komputer,
internet, network device)
5.Community access point
Meningkatnya kontribusi
TIK terhadap
perekonomian per tahun
Sistem Aplikasi
1.Sistem operasi
2.Aplikasi
3.Bahasa pemerograman
4.Open source
5.Simulasi dan komputasi
Meningkatnya
produktivitas aplikasi dari
IT import menjadi IT
ekspor
Meningkatnya
pemanfaatan TIK
Kandungan Informasi
1.Repository and information
sharing
2.Creative digital
3.Data security
4.e-services
Meningkatnya basis data
dan informasi
Meningkatnya
kewirausahaan TIK
Meningkatnya keamanan
data
Meningkatnya kecerdasan
bangsa
Pengembangan SDM dan
Kelembagaan
1.Trainning, education and
research center
2.Kurikulum TIK
3.Sertifikasi
4.Pemberdayaan software house
local
5..Business incubator & company
center
6.Seminar dan publikasi
7.Pembangunan ICT park/zone
Pengembangan regulasi dan
standardisasi
1.Regulasi menghadapi
konvergensi TIK
2.Pengembangan sistem insentif
3.Standardisasi peralatan TIK
4.Universal Services Obligation
Meningkatnya penetrasi
internet di kalangan
masyarakat
Meningkatnya lapangan
kerja baru
Meningkatnya
kemampuan SDM dalam
pengembangan dan
pemahaman TIK
Meningkatnya
pemanfaatan TIK
Terciptanya iklim yang
kondusif dlm
pengembangan TIK
Terciptanya standardisasi
peralatan TIK, yang
sesuai dengan tingkat
pengembangan
internasional
Gambar 1. Kebijakan Pengembangan TIK (Kementerian Negara Ristek, 2006)
21
Efektivitas Penyebaran informasi di bidang pertanian
Era globalisasi dan pasar bebas menuntut kemampuan Departemen Pertanian,
khususnya Badan Litbang Pertanian untuk menghasilkan produk-produk pertanian
yang berdaya saing tinggi baik di pasar nasional maupun internasional. Oleh karena
itu sistem pengelolaan dan pemanfaatan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) menjadi informasi mutakhir dan relevan dengan masalah yang dihadapi
pengguna serta dapat diakses secara cepat perlu dikembangkan.
Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses
pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan
mendesiminasikan (menyebarkan) atau menyampaikan informasi teknologi
pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan.
Upaya penyampaian informasi pembangunan, khususnya bidang pertanian
yang dikemas secara terarah, terencana dan periodik kepada kelompok masyarakat
ini diharapkan dapat mempercepat proses meningkatnya pengetahuan, kesadaran
memilih dan melakukan kegiatan untuk turut mensukseskan pembangunan nasional.
Seperti dikatakan Ross (1985), pesan pembangunan yang dikemas dengan
memperhatikan : (1) introduction yang meliputi attention, interest, overview dan
impression, (2) body meliputi information, vizualisation, (3) conclusion meliputi
review dan reinforcement, akan diterima dan kemudian mendorong khalayak untuk
melaksanakan isi pesan.
Selain itu pada era globalisasi dan informasi dewasa ini, perkembangan
informasi iptek sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi.
Informasi merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat luas, baik peneliti, dosen,
mahasiswa maupun pengguna jasa informasi lainnya.
Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu
produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi
secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan diseminasi
22
(penyebarluasan informasi) hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui
berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal, brosur, leaflet atau folder
dan poster), media elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan internet)
maupun melalui tatap muka (seminar, lokakarya, workshop atau apresiasi dan
advokasi) ( Setiabudi dalam PUSTAKA, 2007).
Sesuai dengan kompetensi utama perpustakaan adalah penyediaan dan
penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perpustakaan yang
mengkhususkan diri pada bidang pertanianpun haruslah dapat menyediakan dan
mendiseminasikan
teknologi pertanian. Untuk itu berbagai kegiatan dan usaha
harus dilakukan dengan memanfaatkan berbagai metode dan pengembangan
perpustakaan sehingga tujuan dari proses penyebaran informasi di bidang pertanian
ini dapat tercapai dengan baik.
Dalam proses seseorang mencari informasi yang dibutuhkan, satu faktor
penting adalah aksesibilitas dan usaha yang diperlukan untuk memperoleh akses
kepada informasi. Faktor ini ditentukan oleh apa yang disebut “ hukum usaha
terkecil”. Menurut hukum usaha terkecil, orang-orang dan berbagai organisasi
menghabiskan sesedikit mungkin sumber daya yang dimiliki (waktu, uang, atau
usaha) untuk mendapatkan informasi. Seringkali
ketika seseorang menyiapkan
sebuah dokumen, ada kebutuhan untuk informasi yang lebih akurat dan mutakhir.
Reaksi yang umum terjadi adalah orang itu akan mencari informasi itu pada
dokumen yang dimilikinya, walaupun orang itu mengetahui kecil kemungkinan
mendapatkannya dari dokumen itu. Kebanyakan orang mencoba cara ini bahkan
ketika mengetahui dimana dapat memperoleh informasi yang tepat, hanya karena
sumber yang diketahui berada pada lokasi yang kurang menyenangkan ( berada
jauh dari jangkauannnya) dibandingkan dengan materi yang ada ditangan. Dalam
sebuah lingkungan kerja, individu-individu bertanya kepada koleganya sebelum
berkonsultasi dengan berbagai sumber daya informasi resmi (PUSTAKA, 2006)
Proses penyebaran informasi ini akan berlangsung efektif bila hasil-hasil
penelitian tentang teknologi pertanian tersebut dapat diakses melalui berbagai
sumber informasi dan dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka. Hal tersebut
dapat dilihat bila pemustaka merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan
23
pustakawan dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang diinginkannya
baik berupa abstrak, bibliografi maupun fulltext.
Bagaimanapun setiap komunikasi yang dilakukan senantiasa mendambakan
efek yang positif/efektif. Komunikasi yang tidak menginginkan efektivitas
sesungguhnya komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah
perubahan yang terjadi pada penerima (komunikan/khalayak) sebagai akibat pesan
yang diterimanya, baik langsung maupun melalui media massa. Jika perubahan itu
sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu efektif (Arifin, 1986)
Efek komunikasi diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect),
efek afektif (affective effect) dan efek konatif yang sering disebut efek behavioral
(behavioral effect) (Effendy, 2003).
Jahi (1988) juga menyatakan bahwa ada 3 dimensi efek komunikasi massa,
yaitu kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran
belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi,
perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku
dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Ditambahkannya pula
bahwa dalam hampir seluruh kampanye komunikasi pembangunan, efek yang
dikehendaki ialah yang bertalian dengan belajar, sikap dan perilaku (Jahi, 1988).
Dengan demikian yang dimaksud efektivitas komunikasi adalah kefektifan
komunikasi yang bisa dilihat dari kognisi, afeksi, dan perilaku komunikasi.
Penyebaran informasi di bidang pertanian diartikan sebagai penyebaran
berbagai informasi yang berkaitan dengan teknologi pertanian. Seperti telah
diuraikan oleh Wersig dalam Pendit (2005) di atas bahwa informasi adalah
pengetahuan. Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah
informasi.
Informasi adalah efek dari sebuah proses tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau
sebuah perubahan pengetahuan atau penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous
di benak penerima dan informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses
transfer (perpindahan).
Dengan demikian efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian adalah
efektivitas komunikasi pada taraf kognitif atau pengetahuan. Efek kognitif adalah
efek yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, pengertian, penafsiran,
24
pembedaan dan penyimpulan. Kandungan kognitif dimulai dari tahap persepsi
dilanjutkan menjadi pengetahuan kemudian pemahaman dan akhirnya image
sebagai jembatan ke efek afektif.
Persepsi dimulai dengan sensasi. Persepsi merupakan pengalaman tentang
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkannya. Dengan kata lain persepsi adalah proses dan hasil
pemberian makna kepada stimuli inderawi akibat sensasi, sedangkan sensasi itu
sendiri adalah kejelasan objek. Suatu stimuli bisa merubah atau paling tidak
meningkatkan kognisi seseorang bila stimuli tersebut dapat ditangkap dan
dipersepsikan orang dengan jelas. (Bambang, 2000)
Persepsi merupakan komponen utama dalam proses komunikasi. Persepsi
terhadap
komunikasi
melibatkan
harapan
(expectation)
dan
keterlibatan
(involvement) (Muhyidin dalam Koswara, 1998). Dilihat dari segi persepsi, dalam
proses komunikasi perlu disadari tiga hal berikut :
a.
Tolok ukur proses komunikasi dan diseminasi informasi terletak pada si
penerima dan pemakai jasa informasi. Tidak akan terjadi komunikasi apabila
tidak ada yang mendengarkan.
b.
Penerimaan suatu proses komunikasi akan selalu dikaitkan dengan totalitas
konfigurasi informasi, maka orang tidak dapat berkomunikasi dengan katakata tunggal dan hanya mungkin melakukannya dalam konteks yang
terintegrasi.
c.
Mengkomunikasikan suatu konsep hanya mungkin apabila dikaitkan dengan
persepsi dan pengalaman si penerima. Dalam menyajikan suatu informasi
harus dalam batas-batas persepsi si penerima.
Proses komunikasi dan diseminasi informasi yang produktif hanya mungkin terjadi
apabila lembaga mampu membuat si penerima berbuat sesuatu dan mempercayai
sesuatu.
Kekuatan
komunikasi
dan
informasi terletak pada
kemampuan
mengantisipasi dirinya terhadap harapan dan aspirasi, etika dan nilai-nilai,
obyektifitas dan tujuan yang tampak dan menjadi milik masyarakat penerima.
25
Perpustakaan Digital
Adanya perkembangan teknologi menimbulkan perubahan besar-besaran pada
cara manusia memanfaatkan data, informasi, dan pengetahuan. Perkembangan ini
juga menimbulkan perubahan mendasar dalam cara penyelenggaraan perpustakaan.
Pendit, dkk (2005) menggambarkan perbedaan perpustakaan menurut keragaman
sumber daya informasi seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Trend perpustakaan ditinjau dari koleksi yang dimiliki
Perpustakaan
”biasa”
Koleksinya sematamata bahan
tercetak, berupa
buku, jurnal, surat
kabar, peta, dan
sebagainya
Perpustakaan
Perpustakaan
Hibrida
Multimedia Digital
Koleksinya sama
Koleksinya melulu
dengan
digital, bersifat
perpustakaan
interaktif dan dapat
multiple media,
merupakan
ditambah bahan
perpustakaan tanpa
digital yang
lokasi fisik (virtual)
interaktif
Sumber : Grand Design Perpustakaan Digital PUSTAKA, 2006
Trend
Perpustakaan
Multiple Media
Koleksinya sama
dengan
perpustakaan
biasa, ditambah
media analog
dan elektronik
perpustakaan
di Indonesia pada umumnya sudah
mengarah
kepengembangan perpustakaan digital, namun sebagian besar masih dalam fase
perpustakaan hibrida, yaitu suatu perpustakaan yang mengkombinasikan layanan
dalam bentuk konvensional dan format digital.
Layanan dalam perpustakaan hibrida dikelompokkan menjadi dua macam
layanan yang dapat diakses yaitu Pertama, Closed Space Oriented System, dimana
pemakai harus datang secara fisik ke perpustakaan pada jam yang sudah ditentukan
dan harus ada petugas yang siap melayani untuk memanfaatkan layanan
perpustakaan. Pada sistem ini layanan sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Kedua,
Open Space Oriented System, dimana pemakai tidak perlu datang secara fisik ke
perpustakaan untuk mendapat layanannya. Jenis layanan yang kedua ini tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga sering dikenal dengan perpustakaan tanpa
dinding (library without walls).
Perpustakaan digital merupakan implementasi teknologi informasi agar
dokumen digital bisa dikumpulkan, diklasifikasikan, dan bisa diakses secara
26
elektronik. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi
perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital.
Menurut Winny dalam PUSTAKA (2006) perpustakaan digital memiliki
banyak kelebihan dibandingkan perpustakaan tradisional. Dalam hal penyimpanan
koleksi, perpustakaan digital tidak terbatas pada ruang yang ada. Dalam hal
penyimpanan koleksi, perpustakaan digital lebih menghemat ruangan, karena dapat
menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar (contoh : 50 judul
disertasi/tesis atau setara 500 judul artikel jurnal dalam bentuk digital dapat
dikemas dalam 1 buah CD berkapasitas 650 MB).
Perpustakaan digital berkembang sesuai dengan tuntutan pemustaka. Tuntutan
tersebut terjadi karena sinergi antara teknologi informasi dan komunikasi yang
berimplikasi terhadap sikap dan perilaku pengguna informasi, sehingga faktor
kecepatan dan ketepatan meperoleh informasi merupakan bagian dari kepuasan
pengguna perpustakaan (Rochjat dan Maksum, 2007).
Menurut Deegan (2002) perpustakaan digital adalah: ”From a research
perspective, digital libraries are content collected and organized on behalf of user
communities. From a library perspective, digital librarie are institutions that
provide information services in digital formats”. Sedangkan menurut Asms dalam
Deegan (2002) perpustakan digital adalah: ”A managed collection of information,
with associated sources where the information is stored in digital formats and
accessible over a network. A crucial part of this definition is that the information is
managed”.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital
memiliki ciri-ciri : (1) memakai teknologi
yang memiliki kemampuan
mengintegrasikan dan menyebarkan informasi dalam format digital; (2) memiliki
koleksi digital yang mencakup data dan informasi di lingkungan internal maupun
eksternal perpustakaan; (3) merupakan kegiatan mengkoleksi dan mengatur sumber
daya digital yang dikembangkan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka. Dengan demikian, untuk membangun sebuah perpustakaan digital
diperlukan tiga faktor utama, yaitu ketersedian informasi dalam format digital yang
27
memadai, ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam
mengelola informasi dan TIK, serta tersedianya infrastruktur TIK yang memadai.
Pengamatan Mukiyama dalam Pendit, dkk (2005) ada 7 (tujuh) teknologi yang
harus diperhatikan ketika akan membangun perpustakaan digital, yaitu :
1. Contenst of processing technology, yaitu teknologi untuk menciptakan,
menyimpan dan menemukan kembali informasi digital, termasuk di dalamnya
teknologi untuk konversi dari dokumen non-digital (cetak) ke dokumen atau
format digital.
2. Information access technology, yaitu teknologi yang memungkinkan akses ke
banyak jenis informasi dari banyak tempat dan sembarang waktu.
3. Human-friendly (intelegent interface), yaitu antarmuka yang memungkinkan
peningkatan produktivitas intelek dalam bentuk fasilitas yang memungkinkan
berbagai pengguna melakukan berbagai cara pencarian dan pengaitan dokumen.
4. Interoperability, yaitu teknologi yang memungkinkan berbagai sistem yang
berbeda saling berintraksi dalam lingkungan yang hetrogen.
5. Scalability, yaitu teknologi yang mampu memperluas cakupan sebaran informasi
dan meningkatkan jumlah pengguna, serta kemungkinan aksesnya.
6. Open system development, yaitu teknologi yang memungkinkan penggunaan
standar internasional dan standar de facto, tetapi tidak mengorbankan kinerja
keseluruhan. Standardisasi tidak boleh menyebabkan sistem terlalu lambat
bekerja.
7. Highly flexible system development, yaitu luasnya cakupan informasi dan
pertumbuhan perpustakaan digital, diperlukan teknologi yang sesuai dengan
perkembangan sosial.
Tujuan utama pembangunan perpustakaan digital adalah membuka seluasluasnya akses informasi. Jika pada perpustakaan konvensional sebuah koleksi yang
digunakan atau dipinjam seorang pemustaka, maka pemustaka lain tidak dapat
menggunakan koleksi tersebut, walaupun koleksi tersebut digandakan dalam
beberapa eksemplar. Dalam sistem perpustakaan digital, koleksi dimaksud dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama yang jumlahnya tidak terbatas, dalam waktu
28
yang sama dan ditempat yang berbeda. Disamping itu, kelebihan dari perpustakaan
digital jauh lebih efektif dan efisien baik dalam hal pelayanan, penyediaan
informasi atau koleksi, maupun pemeliharaannya.
Disamping keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan, antara
lain memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras teknologi informasi,
pemasangan internet, dan lainya yang memerlukan energi listrik. Lebih spesifik
dikemukakan dalam buku Grand Design Perpustakaan Digital (PUSTAKA, 2006),
tujuan pembangunan perpustakaan digital adalah :
1. Memperlancar
pengembangan
yang
sistematis
tentang
cara-cara
mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisir serta menyebarluaskan
informasi dan pengetahuan dalam format digital.
2. Mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
3. Mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada
sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
4. Memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan,
pemerintah dan lingkungan pendidikan.
5. Mengelola informasi dan ilmu pengetahuan baik yang terekam maupun
informasi atau ilmu pengetahuan yang belum terekam/tercetak.
6. Memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.
Sumber daya Perpustakaan
Sumber daya perpustakaan (library resources) adalah kekuatan atau potensi
yang memungkinkan sebuah perpustakaan dapat diwujudkan. Sumber daya
dimaksud adalah sumber daya informasi (SDI), sumber daya manusia (SDM),
infrastruktur dan sistem layanan.
Sumber daya Informasi
Informasi merupakan sumber daya yang strategis di dalam kehidupan. Di
negara-negara berkembang, informasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembangunan. Informasi juga sangat diperlukan dalam pendidikan dan penelitian
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perpustakaan merupakan
29
suatu lembaga yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan informasi dari sejak
menghimpun dan
mengolah, sampai mendiseminasikan informasi kepada
penggunanya (Saleh dalam Koswara, 1998).
Di era globalisasi, berbagai informasi mudah didapat. Agar tidak ketinggalan
dari sumber-sumber informasi lainnya, maka sebuah perpustakaan harus
mempunyai sumber daya informasi yang dapat memudahkan penggunanya dalam
mendapatkan informasi. SDI yang terdapat di perpustakaan pada umumnya terdiri
dari bibliografi, abstrak dan full text.
Sebagai pusat informasi, berbagai informasi yang tersedia di perpustakaan
juga dapat berupa data, teks, gambar, maupun informasi yang bersumber dari
aplikasi video (moving picture). Demikian juga dalam melestarikan data maupun
informasi yang dimiliki, berbagai teknologi penyimpanan data juga sudah mulai
diterapkan oleh perpustakaan. Pemanfaatan teknologi CD-Rom, aplikasi komputer
untuk menyimpan database katalog maupun jurnal berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat diakses setiap pengunjung perpustakaan.
Seperti diketahui bahwa di era globalisasi ini, informasi yang dicari publik,
paradigma yang tadinya berkisar pada bahan-bahan perlengkapan, subjek utama
suatu pekerjaan/kegiatan pendidikan, lapangan kerja dan lainnya bergeser pada halhal berikut (Suryana dalam Koswara 1998) :
1.
Temuan-temuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang keilmuan
teknologi terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis
dan sebagainya.
2.
Penciptaan
lingkungan
kerja
berbasis
komputer
(wirausaha)
yang
menjanjikan masa depan (usaha kecil, menengah, dan usaha berskala besar)
yang bernilai ekspor.
3.
Informasi kesempatan kerja, pendidikan dan keterampilan
4.
Informasi tentang pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan
5.
Peta politik bangsa-bangsa atau negara berkembang
6.
Sistem program jadi (telah terprogram) tinggal pakai, misalnya sistem
penelusuran informasi, sistem transaksi layanan sirkulasi dan sebagainya.
30
Dengan demikian perpustakaan sebagai sumber informasi haruslah
menempatkan informasi-informasi tersebut sebagai koleksi yang bisa diakses oleh
semua penggunanya.
Sumber daya manusia
Ketersediaan SDM yang memadai baik dari segi mutu maupun jumlah
merupakan hal yang pelu diperhatikan guna tercapainya visi dan misi suatu
lembaga. Disamping itu, ketersediaan dan penempatan tenaga yang sesuai dengan
kebutuhan, baik jumlah maupun kualifikasi, keterampilan/keahliannya akan
menjamin keberhasilan tugas pokok dan fungsi dari organisasi. Sehubungan dengan
hal tersebut perpustakaan harus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pembinaan sumber daya perpustakaan ini.
Demi memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna, SDM yang ada di
perpustakaan haruslah orang-orang yang mempunyai keterampilan Manajemen
Informasi yang terdiri dari
(1) Keahlian mencari informasi, yaitu dengan
mendefinisikan dan mengidentifikasi kebutuhan informasi pengguna, serta
melakukan
penelusuran,
(2)
Keahlian
menggunakan
informasi
dengan
mengevaluasi, menilai, mengklasifikasi dan menginterpretasi informasi, (3)
Membuat/menciptakan informasi dengan menentukan tujuan dan isi yang dianggap
penting, memilih format yang tepat serta menyediakan panduan, dokumentasi dan
referensi,
(4)
Mengorganisasikan
informasi
dengan
melakukan
abstraksi,
pengindekan, resensi dan review, (5) Diseminasi informasi dengan mampu
menyampaikan dan mempromosikan ide-ide secara jelas dalam berbagai bentuk
(tertulis, oral, presentasi), mendengar dan mengevaluasi opini dan informasi dari
orang lain serta memfasilitasi berbagai bentuk forum berbagi informasi antar
pengguna.
Infrastruktur
Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke
depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan
teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang.
31
Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba
didekati dengan menggunakan teknologi informasi.
Kemampuan perpustakaan untuk memacu terciptanya ilmu pengetahuan dan
teknologi
baru, meningkatkan pemanfaatan iptek yang sudah ada, serta
membangun sinergi antara teknologi informasi dan komunikasi harus didukung
dengan infrastruktur yang kuat. Menurut Kementrian Negara Ristek (2006),
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi terdiri atas beberapa aspek yang
semuanya harus dibangun secara paralel dan saling menunjang. Aspek pertama
adalah jaringan fisik yang berfungsi sebagai jalan raya informasi, baik pada tingkat
saluran akses pelanggan maupun pada tingkat backbound. Pada tingkat backbound
jaringan komunikasi harus mampu menghubungkan seluruh simpul-simpul yang
ada diseluruh satuan kerja atau satuan wilayah kerja. Sistem saluran akses tersebut
harus yang murah dan memadai bagi masyarakat pemakai. Kedua adalah
pengelolaan sumber informasi yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh
seluruh komponen pemakai. Aspek ketiga adalah pengembangan perangkat keras
baik untuk terminal maupun jaringan, yang dirancang sesuai kebutuhan.
Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi merupakan komponen
utama dalam perpustakaan digital, karena untuk kepentingan akses informasi dari
dan ke sumber-sumber informasi, pertukaran informasi, penyebaran informasi, dan
lain-lain diperlukan jaringan atau internet.
Tersedianya jaringan informasi
(internet) dan sistem telekomunikasi yang menjangkau segenap lapisan masyarakat,
baik secara geografis maupun ekonomis, layanan apa saja termasuk layanan
perpustakaan dapat diberikan kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
Demikian halnya dengan luasnya jangkauan akses serta besarnya data yang harus
dialirkan membutuhkan perangkat dan infrastruktur yang dapat mentransmisikan
data super cepat (high speed data transmision). Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
dengan tersedianya sistem paket data yang efisien dan mekanisme komunikasi yang
singkat serta media transmisi berkapasitas cepat.
Dari uraian di atas, bahwa jaringan informasi merupakan kekuatan memacu
pembangunan diberbagai bidang. Oleh sebab itu, Nugroho (1994) menyatakan
32
bahwa dengan mengacu kepada kesiapan Indonesia untuk mempersiapkan
infrastruktur informasi nasional, sebagai suatu konsekuensi logis pemikiran untuk
menjadikan negara ini suatu kekuatan ekonomi yang terpandang di masa
mendatang, maka layak kiranya bila pemegang keputusan meletakkan manajemen
potensi SDI dan telekomunikasi sebagai aktivitas nasional yang cukup mendasar.
Hal tersebut amat terkait dengan kenyataan-kenyataan berikut : (a) Tidak ada
suatu negara yang kuat tanpa didukung oleh jaringan informasi yang memadai yang
dapat menghubungkan seluruh sumber informasi dengan pemakainya di dalam
negara tersebut secara andal, akurat dan tepat waktu; (b) Insfrastruktur informasi
nasional memiliki tulang punggung yaitu sistem telekomunikasi nasional yang
berfungsi sebagai jalan raya bagi mengalirnya informasi kepada tujuan yaitu si
pengguna informasi; (c) Sistem telekomunikasi nasional tersebut harus dibangun,
dipelihara, dioperasikan, dan dikembangkan sedemikian rupa hingga tidak akan ada
hambatan bagi mengalirnya informasi; (d) Sejalan dengan perkembangan jaman
kebutuhan informasi semakin beragam dan meningkat dalam tipe penyajian,
volume dan keandalan yang diminta, serta sistem telekomunikasi nasional harus
dapat mengimbangi trend tersebut; (e) Sistem informasi nasional dan karenanya,
juga, sistem telekomunikasi nasional, termasuk manajemen potensi sumber daya
telekomunikasi, harus menjadi isu yang sangat strategis dari bangsa ini.
Untuk melihat arah dan pergerakan infrastruktur internet di Indonesia adalah
dengan menjadikan jumlah pengguna sebagai parameter utama. Ada tiga bentuk
komunikasi yang digunakan pengguna dalam internet, yaitu komunikasi dua arah
(e-mail, chatting dan video conferencing), kemudian komunikasi satu arah
(community telecenter, information retrieval, browser, dan service (transacsional)
seperti e-government, teleducation dan e-commerce.
Layanan Perpustakaan
Peran
perpustakaan
dalam proses belajar,
transfer informasi,
ilmu
pengetahuan dan teknologi di dalam masyarakat dilakukan dengan cara memenuhi
keinginan dan kebutuhan dari para penggunanya yang diwujudkan dalam pelayanan
33
prima, dengan demikian akan tercipta kepuasan di benak pengguna perpustakaan,
sehingga interaksi pengguna dengan perpustakaan dapat terjadi berulang-ulang.
Haryono (1990) menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam perpustakaan, sehingga baik buruknya suatu
perpustakaan sering dinilai dari mutu pelayanannya kepada masyarakat. Sangat
disayangkan kalau informasi yang terhimpun di perpustakaan tidak dimanfaatkan
oleh masyarakat pengguna hanya karena tidak tahu cara memperolehnya.
Seiring
dengan
peningkatan
mutu
manusia/masyarakat
pengguna
perpustakaan dari yang semula kurang mengenal perpustakaan hingga yang sangat
membutuhkan
informasi
pada
gilirannya
justru
akan
menuntut
dilayani
perpustakaan. Begitu pula dalam perkembangan perpustakaan yang melakukan jasa
aktif seperti pada perpustakaan khusus tidak luput dari permasalahan dan tantangan
yang harus dihadapi seperti yang dikemukakan Tjiptopranoto dalam Hidayat (1999)
bahwa layanan perpustakaan dan informasi harus sesuai dengan jasa layanan yang
dikehendaki oleh pengguna.
Jasa aktif adalah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan atau unit
informasi dengan cara mendekatkan dan menawarkan informasi yang dimiliki oleh
perpustakaan secara aktif dan terus menerus berdasarkan kebutuhan atau minat
pengguna, tanpa menunggu permintaan penggunaan (Suratman dalam Hidayat
1999).
Mutu
pelayanan
membandingkan
(service
quality)
harapan/kepentingan
dapat
pengguna
diketahui
dengan
dengan
cara
pelaksanaan/kinerja
perpustakaan. Dalam banyak hal, definisi yang berbasis jasa menyamakan mutu
dengan kepuasan pengguna dan dirumuskan oleh Lovelock dalam Suwardi (2006)
sebagai berikut : Kepuasan = pelayanan/jasa yang dipahami : pelayanan/jasa yang
diharapkan.
Jika pengguna memahami pelayanan yang diterima lebih baik dari
harapannya, maka akan merasa puas dan dapat dikatakan bahwa pelayanan/jasa
34
tersebut bermutu. Tetapi jika pengguna memahami pelayanan/jasa yang diterimanya
kurang dari harapan akan kecewa dan untuk itu suatu pelayanan/jasa dikatakan
tidak/kurang bermutu.
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
Secara konvensional sampai saat ini masih dipakai, pembagian jenis-jenis
perpustakaan adalah Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Perguruan Tinggi,
Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus (Sularsih,
2006). Berdasarkan klasifikasi di atas, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian termasuk ke dalam perpustakaan khusus. Yaitu perpustakaan
yang disediakan untuk mendukung tugas dan fungsi unit kerja yang menaunginya.
Oleh karena itu, penyediaan informasi atau koleksi perpustakaan khusus terbatas
pada bidang dan tugas fungsi lembaga (Perpustakan Nasional RI, 2005).
Pusat perpustakaan dan penyebaran informasi di bidang pertanian, yang
selanjutnya disebut PUSTAKA, adalah salah satu institusi yang berada di bawah
Departemen Pertanian mempunyai tugas mengelola informasi iptek di bidang
pertanian. Organisasi PUSTAKA ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
No.
B/1305/M.PAN17/2005.
Kemudian
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005,tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, PUSTAKA merupakan unsur
penunjang Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri melalui Sekretariat Jenderal.
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud,
PUSTAKA
menyelenggarakan fungsi : (a) Perumusan program perpustakaan dan penyebaran
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian; (b) Pengelolaan sumber daya
perpustakaan dan pengembangan aplikasi teknologi informasi; (c) Pembinaan
sumber daya perpustakaan di lingkungan Departemen Pertanian; d) Pembinaan dan
pengelolaan publikasi hasil pertanian dan pengembangan lintas komoditas
pertanian; e) Penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian teknologi
pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian;
35
f) Pengelolaan sarana instrumen teknologi informasi dan bahan pustaka; dan g)
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat.
Visi PUSTAKA adalah menjadi pusat informasi iptek dan penyebaran inovasi
pertanian nasional terdepan. Misi PUSTAKA adalah (1) Mengelola dan
mendokumentasikan informasi iptek pertanian, (2) Memperluas penyebaran
informasi
iptek pertanian melalui
pemanfaatan teknologi
informasi,
(3)
Meningkatkan akses terhadap sumber-sumber penyedia informasi iptek pertanian,
(4) Menerbitkan dan meningkatkan mutu publikasi hasil litbang pertanian, (5)
Melakukan penyebaran inovasi hasil litbang pertanian melalui berbagai media, (6)
Mengembangkan profesionalisme pejabat fungsional pustakawan dan pembinaan
perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, dan (7) Meningkatkan kompetensi dan
kerjasama pertukaran informasi iptek dengan lembaga sejenis, LSM dan Swasta.
Dengan demikian pada lima tahun mendatang diharapkan PUSTAKA menjadi
pusat deposit, pusat studi, serta pusat penyebaran informasi IPTEK pertanian
melalui (a) Pengelolaan SDI; (b) Penyelenggaraan layanan prima berbasis teknologi
informasi, serta (c) meningkatkan kerjasama pertukaran informasi dan kompetensi
ditingkat nasional dan internasional.
Pembinaan dan pengembangan Perpustakaan
Pada saat ini, pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi
pertanian menghadapi paradigma baru yang dipengaruhi adanya berbagai
perubahan lingkungan strategis, baik bersifat positif atau negatif. Dengan demikian,
perlu dilakukan reorientasi program maupun kegiatan yang mengacu pada visi dan
misi yang telah ditetapkan. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menganalisis
lingkungan strategis adalah aspek teknologi, sosial, ekonomi, budaya dan kebijakan
yang dikategorikan menjadi lingkungan internal dan eksternal.
Implementasi program pengembangan perpustakaan didukung oleh dua
kegiatan,
yaitu
pemutakhiran
materi
informasi
dan
pengelolaan
teknik
perpustakaan, serta kesiagaan jasa informasi. Kegiatan pemutakhiran dan
pengelolaan teknik perpustakaan terdiri atas sub kegiatan pengembangan materi
iptek pertanian, pengelolaan informasi di bidang pertanian Indonesiana, Inventory
36
dan pelestarian koleksi PUSTAKA. Kegiatan pengembangan materi IPTEK
pertanian dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kualitas maupun kuantitas
koleksi PUSTAKA dengan cara pengadaan melalui pembelian, pertukaran dan
hadiah/hibah (PUSTAKA, 2006).
Bahan pustaka yang diperoleh dari instansi di dalam negeri sampai saat ini
sebagian besar merupakan hadiah, sedangkan pertukaran lebih banyak dilakukan
dengan penerbit luar negeri dan beberapa perguruan tinggi, baik di dalam maupun
luar negeri. Selain itu pengolahan informasi hasil pertanian dibuat bibliografi,
kemudian diseleksi untuk dikirim dan digabungkan ke pangkalan data pusat
Internasional Informasi dan Teknologi Hasil Penelitian Pertanian (AGRIS) di FAO.
PUSTAKA sebagai salah satu pusat nasional AGRIS secara cuma-cuma dan rutin
mendapatkan CD-ROM yang berisi informasi bibliografis hasil penelitian pertanian
di seluruh dunia.
Pemustaka
Menurut Christiansen dalam Perpustakaan Nasional RI (2005), istilah
pengguna atau pemakai perpustakaan (library user) mengacu pada seseorang yang
menggunakan buku, majalah, atau koleksi perpustakaan. Sedangkan Fosket dalam
Perpustakaan Nasional RI (2005), menjelaskan bahwa pemakai perpustakaan adalah
seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan perpustakaan dalam
rangka mencari informasi yang diperlukan.
Pemakai dapat dibedakan sebagai pemakai aktif dan tidak aktif. Menurut
Basuki (1993), ada tiga jenis pemakai yaitu, (a) pemakai yang belum terlibat dalam
kehidupan aktif, misal mahasiswa, (b) Pemakai yang mempunyai pekerjaan.
Informasi yang diinginkan merupakan informasi
yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Kelompok ini digolongkan berdasarkan: (1) aktivitas utama mereka,
seperti: manajemen, riset, manufaktur, jasa dan lain-lain; (2) cabang aktivitas
dan/atau bidang spesialisasi, seperti pegawai negeri, peneliti dan lain-lain; (3)
tingkat pendidikan dan tanggungjawab, seperti: manajer, profesional, teknisi,
asisten dan lain-lain, (4) Pemakai umum yang memerlukan informasi untuk
keperluan khusus.
37
Pengguna yang memanfaatkan layanan perpustakaan dan informasi baik yang
datang langsung maupun yang memesan melalui sarana komunikasi (surat, telepon,
email dan faksimili) di PUSTAKA cukup banyak. Pengunjung perpustakaan
terbanyak berturut-turut adalah mahasiswa, masyarakat umum, peneliti, dosen dan
ilmuwan. Untuk mengantisipasi dan memberikan pelayanan kepada pengguna jarak
jauh atau yang tidak sempat datang ke perpustakaan, PUSTAKA menyediakan
informasi dalam website untuk dapat diakses melalui internet.
Model Pencarian Informasi
Dalam masyarakat, berbagai macam informasi diproduksi, didistribusikan,
disimpan dan diterima dalam bentuk yang tak pernah dialami sebelumnya. Pada
saat yang sama individu semakin sulit mendapatkan informasi yang relevan, hal
inilah yang mendasari bagaimana orang mencari informasi.
Information Seeking Model adalah salah satu model komunikasi yang
difokuskan dalam pencarian, penolakkan dan pengolahan informasi. Asumsi
utamanya adalah individu cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai
dengan citranya tentang realitas. Ada dua konsep kunci, yakni citra dan citra
realitas. Citra pertama-tama merupakan hasil pengalaman hidup individu yang
terdiri dari tujuan, keyakinan, pengetahuan yang telah diperolehnya. Kemudian citra
berkembang menjadi konsep pribadi yang mencakup penilaian terhadap
kemampuan mengatasi berbagai situasi. Sedangkan citra realitas adalah seperangkat
penggunaan informasi yang mengatur tingkah laku individu dalam mencari dan
memproses informasi (Mc.Quail dan Windahl, 1985). Model ini dapat dilihat pada
Gambar 2
38
Atensi
bandingkan
dengan citra
ya
tidak
sesuai?
tolak?
berakhir (stop)
tidak
bertindak?
tidak
ganti citra
ya
tetapkan
prioritas
evaluasi
umpan balik
lihat
situasi
ya
closure?
bertindak
tidak
tetapkan
sumber
luas
cek relevansi
sumber
fokus
sempit
konsultasi
dengan
sumber khusus
Gambar 2 . Model Pencarian Informasi ( McQuail dan Windahl , 1985)
Pada saat mencari informasi, individu memilih strategi yang akan digunakan.
Ada dua strategi yaitu : strategi berfokus sempit dan strategi berfokus luas. Pada
hal yang pertama, individu berangkat dari satu sumber informasi sebagai titik
keberangkatan dan berdasarkan itu mencari lagi informasi. Sedangkan pada hal
39
kedua, individu mengumpulkan kemungkinan-kemungkinan sumber informasi,
menilainya, kemudian menetapkan sumber mana yang akan dipakai. Ada istilah lain
dalam model ini, jika individu merasa cukup dan berhenti mencari informasi baru,
dinamakan: closure. Lebih jelas dpat dilihat pada gambar Information Seeking
Model di atas.
Gambar tersebut sebenarnya dimulai dari stimuli. Di sini sangat jelas —
kebalikan dari Stimulus-Respons— stimulus ditiadakan sama sekali. Dengan kata
lain, stimulus dianggap tidak bermakna, yang bermakna adalah komunikan. Pada
model tersebut proses dimulai justru pada perhatian (atensi), tentu atensi
komunikan. Jadi, terhadap stimulus yang bersangkutan ada perhatian atau tidak.
Bila pada stimuli tertentu komunikan menaruh perhatian, maka dia akan
membandingkannya dengan citra realitas yang dimilikinya. Pada tahap inilah
diadakan pengujian tingkat relevansi dan konsistensi stimuli berdasarkan citra. Bila
stimuli dianggap terlampau mengancam atau tidak penting atau monoton
(konsistensi terlalu tinggi), maka akan dibuang, proses akan berakhir (stop).
Jika stimuli itu tidak ditolak maka akan dipertimbangkan bertindak atau tidak.
Jika tidak , maka stimuli tersebut akan menjadi bagian dari citra yang sudah ada.
Terjadilah revisi citra. Jika jawabannya bertindak/diambil tindakan maka citra
realitas akan mempengaruhi tindakan tersebut. Stimuli yang ditanggapi dengan
tindakan tadi akan disusun berdasarkan skala prioritas. Kemudian, jika komunikan
dalam stuasi tertentu memutuskan bahwa informasi sudah cukup, maka akan
melakukan closure (tutup), jika tidak , dia akan mencari informasi tambahan. Pada
saat mencari informasi ini, komunikan akan menimbang-nimbang : informasi apa
yang dibutuhkan, media mana yang akan dijadikan sumbernya. Kalau ada beberapa
sumber potensial maka yang bersangkutan akan merumuskan strategi : informasi
mana yang akan digunakannya.
Telah disebutkan strategi yang digunakan komunikan ada dua : sempit dan
luas. Namun, strategi manapun yang dipilih, tetap akan melakukan closure.
Sebelumnya akan membuka trayek lingkar. Jika strategi sempit yang dipilih, maka
trayek lingkarnya dengan melalui ”konsultasi dengan sumber khusus” untuk
kemudian kembali melihat situasi yang bila merasa cukup, maka akan melakukan
40
closure. Bila tidak akan melakukan trayek lingkar lagi. Demikian juga bila
menggunakan strategi luas yang bersangkutan akan melakukan closure setelah
melalui “cek sumber untuk relevansi”, kemudian lihat situasi. Jika informasi dari
sumber lain dianggap relevan dan cukup, maka melakukan closure. Jika tidak, akan
melakukan strategi lingkar lagi, demikian seterusnya.
Setelah bertindak komunikan memerlukan umpan balik guna mengevaluasi
tindakannya dan menilai kembali relevansi informasi yang digunakan sebagai
landasan tindakannya. Pada tahap akhir akan pula terjadi revisi citra seperti pada
sesi tidak dilakukan tindakan. Pada tahap inilah pengalaman baru terbentuk
sehingga akan mempengaruhi pandangannya tentang lingkungan dan konsepkonsep pribadinya.Dengan demikian, model ini fokus pada pencarian informasi
pada beberapa sumber, terutama media massa atau tidak fokus kepada penggunaan.
Bila model information seeeking ini dikaitkan dengan penelitian, maka dapat
diuraikan bahwa pemustaka akan mencari berbagai sumber informasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingannya berdasarkan profesi dan pengetahuannya
mengenai informasi yang diinginkannya. Pemustaka
yang terdiri dari peneliti,
penyuluh, mahasiswa dan staf deptan akan menjadikan perpustakaan sebagai
sumber informasi dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi tentang teknologi
pertanian.
Kebutuhan dan kebiasaan serta kemampuan pemustaka dalam mencari
informasi mencakup : (a) format dan bentuk informasi apa yang dibutuhkan, (b)
bagaimana mereka mencari informasi, (c) sistem atau teknik apa yang selama ini
sering digunakan dalam mencari informasi, (d) di mana dan kapan mencari
informasi, serta (e) digunakan untuk apa informasi tersebut.
Dalam memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, saat ini sudah tersedia
teknologi yang dapat mendukung pemustaka dalam pencarian informasi tersebut
yaitu dengan adanya Information Technology and Commmunication (ITC) atau TIK
di perpustakaan digital PUSTAKA. Pemustaka dapat menggunakan TIK ini dengan
memanfaatkan berbagai fasilitas digital dalam menemukan informasi mutakhir
berbentuk off-line seperti CD-ROM, maupun secara on-line melalui e-mail.
Download