11 Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik personal, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka serta efektivitas penyebaran informasi pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA Bogor. Selain itu penelitian juga diarahkan untuk melihat keeratan hubungan antara keempat peubah tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi, hal ini diperkuat oleh Tubbs and Moss (1994), bahwa 83,5% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi. Dengan demikian manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam beberapa konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa (Effendy, 2003). Oleh karena itu, Devito (1997) menyatakan bahwa dalam kontek komunikasi setidaknya ada tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis dan dimensi temporal. Tempat dimana komunikasi berlangsung disebut dimensi fisik, tata hubungan status dimana komunikasi berlangsung dan aturan budaya berlaku disebut dimensi sosialpsikologis. Sedangkan waktu hitungan tertentu (kurun waktu) dimana komunikasi berlangsung disebut temporal. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi antara satu dengan lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Definisi ini menjelaskan hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), diharapkan akan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian di antara orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Wursanto, 1987). Komunikasi juga merupakan suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian yang mengandung arti atau makna. Suatu bagian sentral dari segala sesuatu yang dilakukan. Komunikasi akan menjadi 12 buruk, karena adanya hambatan komunikasi atau karena tidak ada komunikasi sama sekali. Berhasil tidaknya interaksi antar manusia adalah sebagai akibat langsung dari kesanggupan atau ketidaksanggupan untuk berkomunikasi (Robbins, 1986). Dalam berkomunikasi orang dapat berbuat, berfikir atau merasakan suatu cara tertentu adanya respon atau reaksi orang yang diajak berkomunikasi. Respon atau reaksi orang yang diajak berkomunikasi adalah umpan balik yang dapat ditangkap dan diterjemahkan ke dalam bahasa penerima, sejauh respon dan reaksi tersebut dimengerti oleh pemberi pesan atau komunikator. Respon itu sendiri dapat terjadi secara langsung maupun tidak tergantung dari bentuk komunikasi yang digunakan (Effendy, 2004). Komunikator yang efektif harus peka terhadap semua tanda-tanda yang memberitahu atau mengisyaratkan kepadanya bagaimana pendengarnya bereaksi. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, umpan balik sangat diperlukan, namun tidak selalu memberikan hasil yang positif, karena adakalanya umpanbalik merupakan gangguan. Orang seringkali menghadapi terjadinya umpan balik dalam suatu komunikasi, tapi kemudian tidak ada melakukan sesuatu untuk mendorong timbulnya untuk menerima atau menafsirkannya (Robbins, 1986). Menurut Effendy (2003), komunikasi adalah upaya sistematis untuk pembentukan pendapat dan sikap. Menurut Schraam dan Kincaid (1977), tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Komunikasi tentang apa, dikomunikasikan kepada siapa, bilamana, mengapa dan bagaimana, selalu merupakan pertimbangan dan penentu dalam merancang suatu pesan agar dapat sampai kepada yang dituju. Dengan demikian karakteristik pesan yang dikomunikasikan harus jelas, lengkap, memiliki metode yang tepat, diulang seperlunya, dirasakan bermanfaat bagi kedua belah pihak, relevan dan terpercaya. Menurut Harold D. Lasswell (seorang ilmuwan politik Amerika) dalam McQuail dan Windahl (1985), cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan; who, says what, in which channel, to whom, and with what effect. Formula Lasswell ini sangat 13 populer dan banyak digunakan dalam riset-riset komunikasi, dan jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell tersebut menurut Effendy (2003) merupakan unsur-unsur dalam proses komunikasi, yaitu Communicator (komunikator), message (pesan), media (media), receiver (komunikan/penerima) dan effect (efek). Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain, dan komunikator dapat bertindak secara individu atau secara kolektif yang melembaga (Soekartawi, 1988). Sedangkan pesan atau message adalah lambang yang bermakna (meaningful symbols), yakni lambang yang membawakan pikiran, atau perasaan komunikator (Cutlip and Center, 1971) dan pesan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk seperti perintah, saran, usul, pengumuman, surat edaran dan sebagainya. Menurut Effendy (1992), komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikasi ketika komunikator menyampaikan pesannya. Sejumlah orang yang dijadikan sasaran itu dapat merupakan kelompok kecil maupun kelompok besar, bersifat homogen atau heterogen. Kelompok homogen adalah komunikan yang terdiri dari orang-orang yang relatif mempunyai kesamaan baik dalam usia, pendidikan maupun sistem sosial seperti, pelajar, mahasiswa, bintara dan lain-lain. Sementara kelompok heterogen sebaliknya. Perbedaan dalam besar kecilnya kelompok beserta sifatnya menghendaki komunikator melakukan gaya dan teknik berbeda dalam melakukan komunikasi. Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berada di tempat yang jauh dari komunikator dan/atau jumlahnya banyak (Effendy,1992). Sementara itu, efek adalah tanggapan, respons atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator, dan jawaban lisan atau tertulis dari individu yang memberi respon (tanggapan) ini oleh Sunarjo (1997) disebut opini. Efek ini adalah akibat dari proses komunikasi (Wursanto, 1987). Efek diklasifikasikan menjadi efek kognitif (cognitive effect), jika menyangkut pikiran atau nalar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti; efek afektif (affective effect), yang menyangkut 14 perasaan dari tidak senang menjadi senang, dari menolak menjadi menerima, dan efek konatif atau perilaku (conative behavioral effect) apabila dikaitkan dengan perilaku, misalnya dari kondisi malas menjadi rajin dan dari pembangkang menjadi penurut (Effendy, 1992). Dalam ilmu komunikasi, terutama dalam membahas opini publik, pengertian opini, persepsi, sikap dan perilaku tidak dapat dipisahkan (Sunarjo, 1997). Pembangunan perubahan demi pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan suatu tercapainya tujuan yang diinginkan. Dengan demikian pembangunan menuntut semua pihak dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik dalam pemberian input, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil yang akan diperoleh, maka komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya sangat diperlukan. Astrid Susanto dalam Mardikanto (1987) menyatakan bahwa Komunikasi Pembangunan merupakan proses yang mengajak masyarakat untuk berani meninggalkan sesuatu (yang telah diketahui kebaikan dan keburukannya) untuk menggantikannya dengan sesuatu yang baru (yang belum secara pasti diketahui kebaikannya). Pengertian yang dikemukakan oleh Astrid seperti itu tentu saja tidak berarti bahwa komunikasi pembangunan hanya bertujuan untuk menyampaikan pesanpesan pembangunan atau memasyarakatkan program pembangunan, tetapi yang lebih penting adalah menumbuhkan partisipasi semua pihak (sesuai kedudukan dan fungsinya masing-masing) untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses pembangunan. Ditambahkan oleh Mardikanto (1987), Komunikasi pembangunan adalah proses komunikasi yang memiliki karakteristik : 1. Menyampaikan atau menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan yang sedang diupayakan oleh pemerintah. 2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kegiatan pembangunan bagi perbaikan mutu hidup atau peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. 3. Menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan yang sedang diupayakan pemerintah 15 4. Mengajak dan mendidik masyarakat untuk berperilaku dan menerapkan ide-ide serta teknologi yang sudah terpilih guna tercapainya tujuan pembangunan yang telah ditetapkan 5. Memelihara partisipasi masyarakat tersebut secara berkelanjutan demi perbaikan mutu hidup yang lebih baik di masa-masa mendatang. Inti dari setiap upaya pembangunan adalah tercapainya perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat melalui proses perubahan dalam berbagai aspek kehidupan yang mencakup ekonomi, politik dan sosial budaya. oleh karena itu pesan yang harus dikomunikasikan di dalam proses komunikasi pembangunan haruslah sesuatu yang mampu mendorong atau yang diperlukan untuk berlangsungnya perubahan-perubahan, sekaligus memiliki sifat-sifat pembaharuan yang disebut dengan sifat inovatif (Mardikanto, 1987). Rogers and Shoemaker (2003) menyebutkan An Innovation is an idea, practice, or object that is perceived as a new by an individual or other unit of adoption. Sedangkan Gwin and Lionberger (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai suatu yang baru yang dirasakan oleh seseorang atau (individu) saja, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru oleh sekelompok masyarakat atau sesuatu yang baru menurut lokalitas tertentu. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekedar baru diketahui dalam artian pikiran (kognitif), akan tetapi karena belum dapat diterima secara luas dalam artian sikap (attitude), dan juga baru dalam artian diputuskan untuk dilaksanakan atau digunakan. Dalam hal ini pengertian inovasi tidak hanya terbatas pengertian benda atau barang hasil produksi, tetapi mencakup ideology, kepercayaan, sikap hidup, informasi dan perilaku atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Informasi Menurut Claude Shannon dalam Pendit, dkk (2005), informasi adalah simbolsimbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia, dimana alat atau saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik ke titik lain di tempat 16 lainnya. Informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Selanjutnya Pendit mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dibawa oleh bahasa manusia dalam komunikasi yang seringkali menjurus pada pengertian informasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pesan (message), atau sebagai isi dari sebuah pesan. Seringkali informasi dalam pengertian ini diartikan sama dengan pesan itu sendiri. Sementara itu Wersig dalam Pendit, dkk (2005) memberi 6 pengertian tentang informasi ini sebagai berikut : (1) Struktur : struktur semesta adalah informasi; (2) Pengetahuan : Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah informasi; (3) Pesan : informasi adalah pesan itu sendiri; (4) Makna : makna yang dikenakan ke data adalah informasi; (5) Efek : informasi adalah efek dari sebuah proses tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau sebuah perubahan pengetahuan atau penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous di benak penerima; (6) Proses : informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses transfer (perpindahan). Menjelang tahun 2000 dan pasca tahun 2000, dalam era globalisasi ini, informasi yang dicari publik, paradigma yang tadinya berkisar pada bahan-bahan perlengkapan, subjek utama suatu pekerjaan/kegiatan pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya bergeser pada hal-hal seperti berikut (Suryana dalam Koswara, 1998): 1. Temuan-temuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang keilmuan teknologi terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis dan sebagainya. 2. Penciptaan lingkungan kerja berbasis komputer (wirausaha) yang menjanjikan masa depan (usaha kecil, menengah dan usaha berskala besar) yang bernilai ekspor. 3. Informasi kesempatan kerja, pendidikan dan keterampilan 4. Informasi tentang pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan 5. Peta politik bangsa-bangsa atau negara berkembang 6. Sistem program jadi (telah terprogram) tinggal pakai, misalnya sistem penelusuran informasi, sistem transaksi layanan sirkulasi dan sebagainya. 17 Menurut Muchyidin dalam Koswara (1998), dalam fenomena yang multi dimensional, dikenal enam komponen informasi yang masing-masing memiliki sifat , karakteristik dan kekhasan tersendiri yaitu : a. Absolute information, yang merupakan “pohonnya” informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan informasi lebih lanjut. b. Substitutional information, yaitu jenis informasi yang merujuk kepada kasus dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini, informasi kadangkala digantikan dengan istilah “komunikasi” c. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan. d. Subjective information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia . Kehadiran informasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya. e. Objective information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada karakter logis informasi-informasi tertentu. f. Cultural information, yaitu informasi yang memberi penekanan pada dimensi kultural. Dalam dunia perpustakaan, informasi merupakan hasil proses dari metadata. Pengetahuan yang dikelola melalui kaidah-kaidah perpustakaan belum menjadi informasi, atau baru berupa data, setelah proses inputing ke dalam sistem komputer dan diekstrak ke dalam sistem penyimpanan data (database), kemudian data tersebut dapat diakses melalui komputer penelusuran, maka keluarannya berupa informasi. Dalam Grand Design PUSTAKA (2006) dikemukakan bahwa informasi berbeda dengan data. Informasi adalah data yang telah diolah dan disajikan dalam konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Oleh karena itu, untuk menentukan data apa yang harus dihimpun dan disimpan, tergantung dari informasi apa yang 18 diperlukan oleh pengguna maupun pengelola sistem informasi. Data yang dihimpun dapat berupa teks, citra (image), audio atau video. Selanjutnya dikemukakan bahwa sumber daya data meliputi semua fakta-fakta hasil pengukuran, pengamatan, perhitungan atau transaksi yang perlu dihimpun dan disimpan untuk mendukung keseluruhan aktivitas sistem informasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi, secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi. Teknologi ini merupakan hasil perpaduan dari dua teknologi yang sebelumnya dikembangkan secara terpisah, yaitu komputer untuk data digital dan komunikasi untuk suara. Didorong oleh perkembangan teknologi mikroelektronika, perbedaan antara keduanya menjadi tidak terlalu berarti (Kementerian Negara Ristek, 2006). Teknologi informasi dan teknologi komunikasi perkembangannya paling pesat dibanding dengan teknologi-teknologi lain dan dipercaya belum kelihatan titik jenuhnya dalam beberapa dekade terakhir, bahkan semakin mengagumkan. Dalam perkembangannya, teknologi informasi sudah dan akan mengarah pada teknologi dengan ciri-ciri konvergensi, miniaturisasi, embedded, on demand, grid, intellegent, wireless inter networking, open source, seamles integration dan umbiquitous (Kementerian Negara Ristek, 2006). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional tergolong cepat. Kekuatan yang menjadi pendorong percepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara lain disebutkan dalam Kementerian Negara Ristek (2006) adalah : (1) Indonesia mempunyai jumlah tenaga kerja yang cukup besar, terampil dan berpengalaman; (2) Industri besar di bidang teknologi informasi dan komunikasi sudah melakukan investasi di Indonesia (IBM, Microsoft, INTEL, Oracle, SUN Microsystem, dan lain-lain.); (3) Secara alamiah telah terbentuk pengelompokan industri teknologi informasi dan komunikasi yang berpotensi membangun klaster, antara lain : wilayah Priangan (Bandung High Tech 19 Valley – BHTV, RICE Bali, Toba Group, Pulau Batam; (4) Industri pendukung seperti Integrated Circuit (IC), Computerary Tube (CRT)), Liquid Computer Display (LCD), Hand Phone, Camera Digital, Lensa digital, Personal Computer Board (PCB), Komponen plastik, komponen casting sudah diproduksi di Indonesia; (5) telah tersedia infrastruktur walaupun belum merata di seluruh nusantara. Selain faktor kekuatan, terdapat beberapa kelemahan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, antara lain : (1) lingkungan usaha belum sepenuhnya kondusif, terutama belum adanya kepastian hukum; (2) dukungan riset dan pengembangan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya pembiayaan; (3) belum tersedianya Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk teknologi informasi dan komunikasi; (4) pasar ekspor masih terbatas; (5) terbatasnya SDM yang profesional; (6) ketergantungan barang modal, komponen dan bahan baku import masih tinggi; (7) potensi usaha berbasis teknologi informasi dan komunikasi belum dikembangkan secara optimal; (8) tingginya tingkat pembajakan piranti perangkat lunak (Kementerian Negara Ristek, 2006). Sementara itu dikemukakan oleh Ristek beberapa peluang pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti: (1) membaiknya perekonomian nasional; (2) semangat reformasi dan demokrasi, (3) berkembangnya ekonomi baru, (4) meningkatnya akses informasi, dan (5) adanya globalisasi yang dapat memperluas jaringan kerjasama. Selain adanya peluang yang terbuka, terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, diantaranya (1) menyelaraskan kebijakan pembangunan teknologi informasi dan komunikasi dengan kebijakan ekonomi; (2) meningkatkan SDM baik mutu maupun kuantitas; (3) meningkatkan pemahaman pentingnya budaya informasi; (4) meningkatkan peranan dunia usaha besar, menengah dan kecil dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi; (5) meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). pengembangan Selanjutnya teknologi model informasi dan strategi pencapaian komunikasi Kementrian Negara Ristek dapat dilihat pada Gambar 1. yang dan manfaat dikembangkan 20 TUJUAN Mewujudkan TIK agar dapat mendukung iptek sebagai kekuatan utama peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan dan peradaban bangsa STRATEGI PENCAPAIAN MANFAAT Infrastruktur Informasi 1.Jaringan informasi dan sistem telekomunikasi 2. Information exchange 3. Digital broadcasting 4.Perangkat keras (komputer, internet, network device) 5.Community access point Meningkatnya kontribusi TIK terhadap perekonomian per tahun Sistem Aplikasi 1.Sistem operasi 2.Aplikasi 3.Bahasa pemerograman 4.Open source 5.Simulasi dan komputasi Meningkatnya produktivitas aplikasi dari IT import menjadi IT ekspor Meningkatnya pemanfaatan TIK Kandungan Informasi 1.Repository and information sharing 2.Creative digital 3.Data security 4.e-services Meningkatnya basis data dan informasi Meningkatnya kewirausahaan TIK Meningkatnya keamanan data Meningkatnya kecerdasan bangsa Pengembangan SDM dan Kelembagaan 1.Trainning, education and research center 2.Kurikulum TIK 3.Sertifikasi 4.Pemberdayaan software house local 5..Business incubator & company center 6.Seminar dan publikasi 7.Pembangunan ICT park/zone Pengembangan regulasi dan standardisasi 1.Regulasi menghadapi konvergensi TIK 2.Pengembangan sistem insentif 3.Standardisasi peralatan TIK 4.Universal Services Obligation Meningkatnya penetrasi internet di kalangan masyarakat Meningkatnya lapangan kerja baru Meningkatnya kemampuan SDM dalam pengembangan dan pemahaman TIK Meningkatnya pemanfaatan TIK Terciptanya iklim yang kondusif dlm pengembangan TIK Terciptanya standardisasi peralatan TIK, yang sesuai dengan tingkat pengembangan internasional Gambar 1. Kebijakan Pengembangan TIK (Kementerian Negara Ristek, 2006) 21 Efektivitas Penyebaran informasi di bidang pertanian Era globalisasi dan pasar bebas menuntut kemampuan Departemen Pertanian, khususnya Badan Litbang Pertanian untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi baik di pasar nasional maupun internasional. Oleh karena itu sistem pengelolaan dan pemanfaatan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi informasi mutakhir dan relevan dengan masalah yang dihadapi pengguna serta dapat diakses secara cepat perlu dikembangkan. Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan mendesiminasikan (menyebarkan) atau menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Upaya penyampaian informasi pembangunan, khususnya bidang pertanian yang dikemas secara terarah, terencana dan periodik kepada kelompok masyarakat ini diharapkan dapat mempercepat proses meningkatnya pengetahuan, kesadaran memilih dan melakukan kegiatan untuk turut mensukseskan pembangunan nasional. Seperti dikatakan Ross (1985), pesan pembangunan yang dikemas dengan memperhatikan : (1) introduction yang meliputi attention, interest, overview dan impression, (2) body meliputi information, vizualisation, (3) conclusion meliputi review dan reinforcement, akan diterima dan kemudian mendorong khalayak untuk melaksanakan isi pesan. Selain itu pada era globalisasi dan informasi dewasa ini, perkembangan informasi iptek sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Informasi merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat luas, baik peneliti, dosen, mahasiswa maupun pengguna jasa informasi lainnya. Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan diseminasi 22 (penyebarluasan informasi) hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal, brosur, leaflet atau folder dan poster), media elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan internet) maupun melalui tatap muka (seminar, lokakarya, workshop atau apresiasi dan advokasi) ( Setiabudi dalam PUSTAKA, 2007). Sesuai dengan kompetensi utama perpustakaan adalah penyediaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perpustakaan yang mengkhususkan diri pada bidang pertanianpun haruslah dapat menyediakan dan mendiseminasikan teknologi pertanian. Untuk itu berbagai kegiatan dan usaha harus dilakukan dengan memanfaatkan berbagai metode dan pengembangan perpustakaan sehingga tujuan dari proses penyebaran informasi di bidang pertanian ini dapat tercapai dengan baik. Dalam proses seseorang mencari informasi yang dibutuhkan, satu faktor penting adalah aksesibilitas dan usaha yang diperlukan untuk memperoleh akses kepada informasi. Faktor ini ditentukan oleh apa yang disebut “ hukum usaha terkecil”. Menurut hukum usaha terkecil, orang-orang dan berbagai organisasi menghabiskan sesedikit mungkin sumber daya yang dimiliki (waktu, uang, atau usaha) untuk mendapatkan informasi. Seringkali ketika seseorang menyiapkan sebuah dokumen, ada kebutuhan untuk informasi yang lebih akurat dan mutakhir. Reaksi yang umum terjadi adalah orang itu akan mencari informasi itu pada dokumen yang dimilikinya, walaupun orang itu mengetahui kecil kemungkinan mendapatkannya dari dokumen itu. Kebanyakan orang mencoba cara ini bahkan ketika mengetahui dimana dapat memperoleh informasi yang tepat, hanya karena sumber yang diketahui berada pada lokasi yang kurang menyenangkan ( berada jauh dari jangkauannnya) dibandingkan dengan materi yang ada ditangan. Dalam sebuah lingkungan kerja, individu-individu bertanya kepada koleganya sebelum berkonsultasi dengan berbagai sumber daya informasi resmi (PUSTAKA, 2006) Proses penyebaran informasi ini akan berlangsung efektif bila hasil-hasil penelitian tentang teknologi pertanian tersebut dapat diakses melalui berbagai sumber informasi dan dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka. Hal tersebut dapat dilihat bila pemustaka merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan 23 pustakawan dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang diinginkannya baik berupa abstrak, bibliografi maupun fulltext. Bagaimanapun setiap komunikasi yang dilakukan senantiasa mendambakan efek yang positif/efektif. Komunikasi yang tidak menginginkan efektivitas sesungguhnya komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada penerima (komunikan/khalayak) sebagai akibat pesan yang diterimanya, baik langsung maupun melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu efektif (Arifin, 1986) Efek komunikasi diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect) dan efek konatif yang sering disebut efek behavioral (behavioral effect) (Effendy, 2003). Jahi (1988) juga menyatakan bahwa ada 3 dimensi efek komunikasi massa, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Ditambahkannya pula bahwa dalam hampir seluruh kampanye komunikasi pembangunan, efek yang dikehendaki ialah yang bertalian dengan belajar, sikap dan perilaku (Jahi, 1988). Dengan demikian yang dimaksud efektivitas komunikasi adalah kefektifan komunikasi yang bisa dilihat dari kognisi, afeksi, dan perilaku komunikasi. Penyebaran informasi di bidang pertanian diartikan sebagai penyebaran berbagai informasi yang berkaitan dengan teknologi pertanian. Seperti telah diuraikan oleh Wersig dalam Pendit (2005) di atas bahwa informasi adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah informasi. Informasi adalah efek dari sebuah proses tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau sebuah perubahan pengetahuan atau penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous di benak penerima dan informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses transfer (perpindahan). Dengan demikian efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian adalah efektivitas komunikasi pada taraf kognitif atau pengetahuan. Efek kognitif adalah efek yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, pengertian, penafsiran, 24 pembedaan dan penyimpulan. Kandungan kognitif dimulai dari tahap persepsi dilanjutkan menjadi pengetahuan kemudian pemahaman dan akhirnya image sebagai jembatan ke efek afektif. Persepsi dimulai dengan sensasi. Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Dengan kata lain persepsi adalah proses dan hasil pemberian makna kepada stimuli inderawi akibat sensasi, sedangkan sensasi itu sendiri adalah kejelasan objek. Suatu stimuli bisa merubah atau paling tidak meningkatkan kognisi seseorang bila stimuli tersebut dapat ditangkap dan dipersepsikan orang dengan jelas. (Bambang, 2000) Persepsi merupakan komponen utama dalam proses komunikasi. Persepsi terhadap komunikasi melibatkan harapan (expectation) dan keterlibatan (involvement) (Muhyidin dalam Koswara, 1998). Dilihat dari segi persepsi, dalam proses komunikasi perlu disadari tiga hal berikut : a. Tolok ukur proses komunikasi dan diseminasi informasi terletak pada si penerima dan pemakai jasa informasi. Tidak akan terjadi komunikasi apabila tidak ada yang mendengarkan. b. Penerimaan suatu proses komunikasi akan selalu dikaitkan dengan totalitas konfigurasi informasi, maka orang tidak dapat berkomunikasi dengan katakata tunggal dan hanya mungkin melakukannya dalam konteks yang terintegrasi. c. Mengkomunikasikan suatu konsep hanya mungkin apabila dikaitkan dengan persepsi dan pengalaman si penerima. Dalam menyajikan suatu informasi harus dalam batas-batas persepsi si penerima. Proses komunikasi dan diseminasi informasi yang produktif hanya mungkin terjadi apabila lembaga mampu membuat si penerima berbuat sesuatu dan mempercayai sesuatu. Kekuatan komunikasi dan informasi terletak pada kemampuan mengantisipasi dirinya terhadap harapan dan aspirasi, etika dan nilai-nilai, obyektifitas dan tujuan yang tampak dan menjadi milik masyarakat penerima. 25 Perpustakaan Digital Adanya perkembangan teknologi menimbulkan perubahan besar-besaran pada cara manusia memanfaatkan data, informasi, dan pengetahuan. Perkembangan ini juga menimbulkan perubahan mendasar dalam cara penyelenggaraan perpustakaan. Pendit, dkk (2005) menggambarkan perbedaan perpustakaan menurut keragaman sumber daya informasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Trend perpustakaan ditinjau dari koleksi yang dimiliki Perpustakaan ”biasa” Koleksinya sematamata bahan tercetak, berupa buku, jurnal, surat kabar, peta, dan sebagainya Perpustakaan Perpustakaan Hibrida Multimedia Digital Koleksinya sama Koleksinya melulu dengan digital, bersifat perpustakaan interaktif dan dapat multiple media, merupakan ditambah bahan perpustakaan tanpa digital yang lokasi fisik (virtual) interaktif Sumber : Grand Design Perpustakaan Digital PUSTAKA, 2006 Trend Perpustakaan Multiple Media Koleksinya sama dengan perpustakaan biasa, ditambah media analog dan elektronik perpustakaan di Indonesia pada umumnya sudah mengarah kepengembangan perpustakaan digital, namun sebagian besar masih dalam fase perpustakaan hibrida, yaitu suatu perpustakaan yang mengkombinasikan layanan dalam bentuk konvensional dan format digital. Layanan dalam perpustakaan hibrida dikelompokkan menjadi dua macam layanan yang dapat diakses yaitu Pertama, Closed Space Oriented System, dimana pemakai harus datang secara fisik ke perpustakaan pada jam yang sudah ditentukan dan harus ada petugas yang siap melayani untuk memanfaatkan layanan perpustakaan. Pada sistem ini layanan sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Kedua, Open Space Oriented System, dimana pemakai tidak perlu datang secara fisik ke perpustakaan untuk mendapat layanannya. Jenis layanan yang kedua ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga sering dikenal dengan perpustakaan tanpa dinding (library without walls). Perpustakaan digital merupakan implementasi teknologi informasi agar dokumen digital bisa dikumpulkan, diklasifikasikan, dan bisa diakses secara 26 elektronik. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital. Menurut Winny dalam PUSTAKA (2006) perpustakaan digital memiliki banyak kelebihan dibandingkan perpustakaan tradisional. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan digital tidak terbatas pada ruang yang ada. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan digital lebih menghemat ruangan, karena dapat menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar (contoh : 50 judul disertasi/tesis atau setara 500 judul artikel jurnal dalam bentuk digital dapat dikemas dalam 1 buah CD berkapasitas 650 MB). Perpustakaan digital berkembang sesuai dengan tuntutan pemustaka. Tuntutan tersebut terjadi karena sinergi antara teknologi informasi dan komunikasi yang berimplikasi terhadap sikap dan perilaku pengguna informasi, sehingga faktor kecepatan dan ketepatan meperoleh informasi merupakan bagian dari kepuasan pengguna perpustakaan (Rochjat dan Maksum, 2007). Menurut Deegan (2002) perpustakaan digital adalah: ”From a research perspective, digital libraries are content collected and organized on behalf of user communities. From a library perspective, digital librarie are institutions that provide information services in digital formats”. Sedangkan menurut Asms dalam Deegan (2002) perpustakan digital adalah: ”A managed collection of information, with associated sources where the information is stored in digital formats and accessible over a network. A crucial part of this definition is that the information is managed”. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital memiliki ciri-ciri : (1) memakai teknologi yang memiliki kemampuan mengintegrasikan dan menyebarkan informasi dalam format digital; (2) memiliki koleksi digital yang mencakup data dan informasi di lingkungan internal maupun eksternal perpustakaan; (3) merupakan kegiatan mengkoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Dengan demikian, untuk membangun sebuah perpustakaan digital diperlukan tiga faktor utama, yaitu ketersedian informasi dalam format digital yang 27 memadai, ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam mengelola informasi dan TIK, serta tersedianya infrastruktur TIK yang memadai. Pengamatan Mukiyama dalam Pendit, dkk (2005) ada 7 (tujuh) teknologi yang harus diperhatikan ketika akan membangun perpustakaan digital, yaitu : 1. Contenst of processing technology, yaitu teknologi untuk menciptakan, menyimpan dan menemukan kembali informasi digital, termasuk di dalamnya teknologi untuk konversi dari dokumen non-digital (cetak) ke dokumen atau format digital. 2. Information access technology, yaitu teknologi yang memungkinkan akses ke banyak jenis informasi dari banyak tempat dan sembarang waktu. 3. Human-friendly (intelegent interface), yaitu antarmuka yang memungkinkan peningkatan produktivitas intelek dalam bentuk fasilitas yang memungkinkan berbagai pengguna melakukan berbagai cara pencarian dan pengaitan dokumen. 4. Interoperability, yaitu teknologi yang memungkinkan berbagai sistem yang berbeda saling berintraksi dalam lingkungan yang hetrogen. 5. Scalability, yaitu teknologi yang mampu memperluas cakupan sebaran informasi dan meningkatkan jumlah pengguna, serta kemungkinan aksesnya. 6. Open system development, yaitu teknologi yang memungkinkan penggunaan standar internasional dan standar de facto, tetapi tidak mengorbankan kinerja keseluruhan. Standardisasi tidak boleh menyebabkan sistem terlalu lambat bekerja. 7. Highly flexible system development, yaitu luasnya cakupan informasi dan pertumbuhan perpustakaan digital, diperlukan teknologi yang sesuai dengan perkembangan sosial. Tujuan utama pembangunan perpustakaan digital adalah membuka seluasluasnya akses informasi. Jika pada perpustakaan konvensional sebuah koleksi yang digunakan atau dipinjam seorang pemustaka, maka pemustaka lain tidak dapat menggunakan koleksi tersebut, walaupun koleksi tersebut digandakan dalam beberapa eksemplar. Dalam sistem perpustakaan digital, koleksi dimaksud dapat dimanfaatkan secara bersama-sama yang jumlahnya tidak terbatas, dalam waktu 28 yang sama dan ditempat yang berbeda. Disamping itu, kelebihan dari perpustakaan digital jauh lebih efektif dan efisien baik dalam hal pelayanan, penyediaan informasi atau koleksi, maupun pemeliharaannya. Disamping keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan, antara lain memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras teknologi informasi, pemasangan internet, dan lainya yang memerlukan energi listrik. Lebih spesifik dikemukakan dalam buku Grand Design Perpustakaan Digital (PUSTAKA, 2006), tujuan pembangunan perpustakaan digital adalah : 1. Memperlancar pengembangan yang sistematis tentang cara-cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisir serta menyebarluaskan informasi dan pengetahuan dalam format digital. 2. Mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor. 3. Mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi. 4. Memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah dan lingkungan pendidikan. 5. Mengelola informasi dan ilmu pengetahuan baik yang terekam maupun informasi atau ilmu pengetahuan yang belum terekam/tercetak. 6. Memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat. Sumber daya Perpustakaan Sumber daya perpustakaan (library resources) adalah kekuatan atau potensi yang memungkinkan sebuah perpustakaan dapat diwujudkan. Sumber daya dimaksud adalah sumber daya informasi (SDI), sumber daya manusia (SDM), infrastruktur dan sistem layanan. Sumber daya Informasi Informasi merupakan sumber daya yang strategis di dalam kehidupan. Di negara-negara berkembang, informasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan. Informasi juga sangat diperlukan dalam pendidikan dan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perpustakaan merupakan 29 suatu lembaga yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan informasi dari sejak menghimpun dan mengolah, sampai mendiseminasikan informasi kepada penggunanya (Saleh dalam Koswara, 1998). Di era globalisasi, berbagai informasi mudah didapat. Agar tidak ketinggalan dari sumber-sumber informasi lainnya, maka sebuah perpustakaan harus mempunyai sumber daya informasi yang dapat memudahkan penggunanya dalam mendapatkan informasi. SDI yang terdapat di perpustakaan pada umumnya terdiri dari bibliografi, abstrak dan full text. Sebagai pusat informasi, berbagai informasi yang tersedia di perpustakaan juga dapat berupa data, teks, gambar, maupun informasi yang bersumber dari aplikasi video (moving picture). Demikian juga dalam melestarikan data maupun informasi yang dimiliki, berbagai teknologi penyimpanan data juga sudah mulai diterapkan oleh perpustakaan. Pemanfaatan teknologi CD-Rom, aplikasi komputer untuk menyimpan database katalog maupun jurnal berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diakses setiap pengunjung perpustakaan. Seperti diketahui bahwa di era globalisasi ini, informasi yang dicari publik, paradigma yang tadinya berkisar pada bahan-bahan perlengkapan, subjek utama suatu pekerjaan/kegiatan pendidikan, lapangan kerja dan lainnya bergeser pada halhal berikut (Suryana dalam Koswara 1998) : 1. Temuan-temuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang keilmuan teknologi terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis dan sebagainya. 2. Penciptaan lingkungan kerja berbasis komputer (wirausaha) yang menjanjikan masa depan (usaha kecil, menengah, dan usaha berskala besar) yang bernilai ekspor. 3. Informasi kesempatan kerja, pendidikan dan keterampilan 4. Informasi tentang pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan 5. Peta politik bangsa-bangsa atau negara berkembang 6. Sistem program jadi (telah terprogram) tinggal pakai, misalnya sistem penelusuran informasi, sistem transaksi layanan sirkulasi dan sebagainya. 30 Dengan demikian perpustakaan sebagai sumber informasi haruslah menempatkan informasi-informasi tersebut sebagai koleksi yang bisa diakses oleh semua penggunanya. Sumber daya manusia Ketersediaan SDM yang memadai baik dari segi mutu maupun jumlah merupakan hal yang pelu diperhatikan guna tercapainya visi dan misi suatu lembaga. Disamping itu, ketersediaan dan penempatan tenaga yang sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah maupun kualifikasi, keterampilan/keahliannya akan menjamin keberhasilan tugas pokok dan fungsi dari organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut perpustakaan harus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pembinaan sumber daya perpustakaan ini. Demi memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna, SDM yang ada di perpustakaan haruslah orang-orang yang mempunyai keterampilan Manajemen Informasi yang terdiri dari (1) Keahlian mencari informasi, yaitu dengan mendefinisikan dan mengidentifikasi kebutuhan informasi pengguna, serta melakukan penelusuran, (2) Keahlian menggunakan informasi dengan mengevaluasi, menilai, mengklasifikasi dan menginterpretasi informasi, (3) Membuat/menciptakan informasi dengan menentukan tujuan dan isi yang dianggap penting, memilih format yang tepat serta menyediakan panduan, dokumentasi dan referensi, (4) Mengorganisasikan informasi dengan melakukan abstraksi, pengindekan, resensi dan review, (5) Diseminasi informasi dengan mampu menyampaikan dan mempromosikan ide-ide secara jelas dalam berbagai bentuk (tertulis, oral, presentasi), mendengar dan mengevaluasi opini dan informasi dari orang lain serta memfasilitasi berbagai bentuk forum berbagi informasi antar pengguna. Infrastruktur Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang. 31 Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba didekati dengan menggunakan teknologi informasi. Kemampuan perpustakaan untuk memacu terciptanya ilmu pengetahuan dan teknologi baru, meningkatkan pemanfaatan iptek yang sudah ada, serta membangun sinergi antara teknologi informasi dan komunikasi harus didukung dengan infrastruktur yang kuat. Menurut Kementrian Negara Ristek (2006), infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi terdiri atas beberapa aspek yang semuanya harus dibangun secara paralel dan saling menunjang. Aspek pertama adalah jaringan fisik yang berfungsi sebagai jalan raya informasi, baik pada tingkat saluran akses pelanggan maupun pada tingkat backbound. Pada tingkat backbound jaringan komunikasi harus mampu menghubungkan seluruh simpul-simpul yang ada diseluruh satuan kerja atau satuan wilayah kerja. Sistem saluran akses tersebut harus yang murah dan memadai bagi masyarakat pemakai. Kedua adalah pengelolaan sumber informasi yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh seluruh komponen pemakai. Aspek ketiga adalah pengembangan perangkat keras baik untuk terminal maupun jaringan, yang dirancang sesuai kebutuhan. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi merupakan komponen utama dalam perpustakaan digital, karena untuk kepentingan akses informasi dari dan ke sumber-sumber informasi, pertukaran informasi, penyebaran informasi, dan lain-lain diperlukan jaringan atau internet. Tersedianya jaringan informasi (internet) dan sistem telekomunikasi yang menjangkau segenap lapisan masyarakat, baik secara geografis maupun ekonomis, layanan apa saja termasuk layanan perpustakaan dapat diberikan kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Demikian halnya dengan luasnya jangkauan akses serta besarnya data yang harus dialirkan membutuhkan perangkat dan infrastruktur yang dapat mentransmisikan data super cepat (high speed data transmision). Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan tersedianya sistem paket data yang efisien dan mekanisme komunikasi yang singkat serta media transmisi berkapasitas cepat. Dari uraian di atas, bahwa jaringan informasi merupakan kekuatan memacu pembangunan diberbagai bidang. Oleh sebab itu, Nugroho (1994) menyatakan 32 bahwa dengan mengacu kepada kesiapan Indonesia untuk mempersiapkan infrastruktur informasi nasional, sebagai suatu konsekuensi logis pemikiran untuk menjadikan negara ini suatu kekuatan ekonomi yang terpandang di masa mendatang, maka layak kiranya bila pemegang keputusan meletakkan manajemen potensi SDI dan telekomunikasi sebagai aktivitas nasional yang cukup mendasar. Hal tersebut amat terkait dengan kenyataan-kenyataan berikut : (a) Tidak ada suatu negara yang kuat tanpa didukung oleh jaringan informasi yang memadai yang dapat menghubungkan seluruh sumber informasi dengan pemakainya di dalam negara tersebut secara andal, akurat dan tepat waktu; (b) Insfrastruktur informasi nasional memiliki tulang punggung yaitu sistem telekomunikasi nasional yang berfungsi sebagai jalan raya bagi mengalirnya informasi kepada tujuan yaitu si pengguna informasi; (c) Sistem telekomunikasi nasional tersebut harus dibangun, dipelihara, dioperasikan, dan dikembangkan sedemikian rupa hingga tidak akan ada hambatan bagi mengalirnya informasi; (d) Sejalan dengan perkembangan jaman kebutuhan informasi semakin beragam dan meningkat dalam tipe penyajian, volume dan keandalan yang diminta, serta sistem telekomunikasi nasional harus dapat mengimbangi trend tersebut; (e) Sistem informasi nasional dan karenanya, juga, sistem telekomunikasi nasional, termasuk manajemen potensi sumber daya telekomunikasi, harus menjadi isu yang sangat strategis dari bangsa ini. Untuk melihat arah dan pergerakan infrastruktur internet di Indonesia adalah dengan menjadikan jumlah pengguna sebagai parameter utama. Ada tiga bentuk komunikasi yang digunakan pengguna dalam internet, yaitu komunikasi dua arah (e-mail, chatting dan video conferencing), kemudian komunikasi satu arah (community telecenter, information retrieval, browser, dan service (transacsional) seperti e-government, teleducation dan e-commerce. Layanan Perpustakaan Peran perpustakaan dalam proses belajar, transfer informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam masyarakat dilakukan dengan cara memenuhi keinginan dan kebutuhan dari para penggunanya yang diwujudkan dalam pelayanan 33 prima, dengan demikian akan tercipta kepuasan di benak pengguna perpustakaan, sehingga interaksi pengguna dengan perpustakaan dapat terjadi berulang-ulang. Haryono (1990) menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam perpustakaan, sehingga baik buruknya suatu perpustakaan sering dinilai dari mutu pelayanannya kepada masyarakat. Sangat disayangkan kalau informasi yang terhimpun di perpustakaan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna hanya karena tidak tahu cara memperolehnya. Seiring dengan peningkatan mutu manusia/masyarakat pengguna perpustakaan dari yang semula kurang mengenal perpustakaan hingga yang sangat membutuhkan informasi pada gilirannya justru akan menuntut dilayani perpustakaan. Begitu pula dalam perkembangan perpustakaan yang melakukan jasa aktif seperti pada perpustakaan khusus tidak luput dari permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi seperti yang dikemukakan Tjiptopranoto dalam Hidayat (1999) bahwa layanan perpustakaan dan informasi harus sesuai dengan jasa layanan yang dikehendaki oleh pengguna. Jasa aktif adalah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan atau unit informasi dengan cara mendekatkan dan menawarkan informasi yang dimiliki oleh perpustakaan secara aktif dan terus menerus berdasarkan kebutuhan atau minat pengguna, tanpa menunggu permintaan penggunaan (Suratman dalam Hidayat 1999). Mutu pelayanan membandingkan (service quality) harapan/kepentingan dapat pengguna diketahui dengan dengan cara pelaksanaan/kinerja perpustakaan. Dalam banyak hal, definisi yang berbasis jasa menyamakan mutu dengan kepuasan pengguna dan dirumuskan oleh Lovelock dalam Suwardi (2006) sebagai berikut : Kepuasan = pelayanan/jasa yang dipahami : pelayanan/jasa yang diharapkan. Jika pengguna memahami pelayanan yang diterima lebih baik dari harapannya, maka akan merasa puas dan dapat dikatakan bahwa pelayanan/jasa 34 tersebut bermutu. Tetapi jika pengguna memahami pelayanan/jasa yang diterimanya kurang dari harapan akan kecewa dan untuk itu suatu pelayanan/jasa dikatakan tidak/kurang bermutu. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Secara konvensional sampai saat ini masih dipakai, pembagian jenis-jenis perpustakaan adalah Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus (Sularsih, 2006). Berdasarkan klasifikasi di atas, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian termasuk ke dalam perpustakaan khusus. Yaitu perpustakaan yang disediakan untuk mendukung tugas dan fungsi unit kerja yang menaunginya. Oleh karena itu, penyediaan informasi atau koleksi perpustakaan khusus terbatas pada bidang dan tugas fungsi lembaga (Perpustakan Nasional RI, 2005). Pusat perpustakaan dan penyebaran informasi di bidang pertanian, yang selanjutnya disebut PUSTAKA, adalah salah satu institusi yang berada di bawah Departemen Pertanian mempunyai tugas mengelola informasi iptek di bidang pertanian. Organisasi PUSTAKA ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/1305/M.PAN17/2005. Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005,tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, PUSTAKA merupakan unsur penunjang Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretariat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, PUSTAKA menyelenggarakan fungsi : (a) Perumusan program perpustakaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian; (b) Pengelolaan sumber daya perpustakaan dan pengembangan aplikasi teknologi informasi; (c) Pembinaan sumber daya perpustakaan di lingkungan Departemen Pertanian; d) Pembinaan dan pengelolaan publikasi hasil pertanian dan pengembangan lintas komoditas pertanian; e) Penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian teknologi pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian; 35 f) Pengelolaan sarana instrumen teknologi informasi dan bahan pustaka; dan g) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. Visi PUSTAKA adalah menjadi pusat informasi iptek dan penyebaran inovasi pertanian nasional terdepan. Misi PUSTAKA adalah (1) Mengelola dan mendokumentasikan informasi iptek pertanian, (2) Memperluas penyebaran informasi iptek pertanian melalui pemanfaatan teknologi informasi, (3) Meningkatkan akses terhadap sumber-sumber penyedia informasi iptek pertanian, (4) Menerbitkan dan meningkatkan mutu publikasi hasil litbang pertanian, (5) Melakukan penyebaran inovasi hasil litbang pertanian melalui berbagai media, (6) Mengembangkan profesionalisme pejabat fungsional pustakawan dan pembinaan perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, dan (7) Meningkatkan kompetensi dan kerjasama pertukaran informasi iptek dengan lembaga sejenis, LSM dan Swasta. Dengan demikian pada lima tahun mendatang diharapkan PUSTAKA menjadi pusat deposit, pusat studi, serta pusat penyebaran informasi IPTEK pertanian melalui (a) Pengelolaan SDI; (b) Penyelenggaraan layanan prima berbasis teknologi informasi, serta (c) meningkatkan kerjasama pertukaran informasi dan kompetensi ditingkat nasional dan internasional. Pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Pada saat ini, pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian menghadapi paradigma baru yang dipengaruhi adanya berbagai perubahan lingkungan strategis, baik bersifat positif atau negatif. Dengan demikian, perlu dilakukan reorientasi program maupun kegiatan yang mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menganalisis lingkungan strategis adalah aspek teknologi, sosial, ekonomi, budaya dan kebijakan yang dikategorikan menjadi lingkungan internal dan eksternal. Implementasi program pengembangan perpustakaan didukung oleh dua kegiatan, yaitu pemutakhiran materi informasi dan pengelolaan teknik perpustakaan, serta kesiagaan jasa informasi. Kegiatan pemutakhiran dan pengelolaan teknik perpustakaan terdiri atas sub kegiatan pengembangan materi iptek pertanian, pengelolaan informasi di bidang pertanian Indonesiana, Inventory 36 dan pelestarian koleksi PUSTAKA. Kegiatan pengembangan materi IPTEK pertanian dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kualitas maupun kuantitas koleksi PUSTAKA dengan cara pengadaan melalui pembelian, pertukaran dan hadiah/hibah (PUSTAKA, 2006). Bahan pustaka yang diperoleh dari instansi di dalam negeri sampai saat ini sebagian besar merupakan hadiah, sedangkan pertukaran lebih banyak dilakukan dengan penerbit luar negeri dan beberapa perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu pengolahan informasi hasil pertanian dibuat bibliografi, kemudian diseleksi untuk dikirim dan digabungkan ke pangkalan data pusat Internasional Informasi dan Teknologi Hasil Penelitian Pertanian (AGRIS) di FAO. PUSTAKA sebagai salah satu pusat nasional AGRIS secara cuma-cuma dan rutin mendapatkan CD-ROM yang berisi informasi bibliografis hasil penelitian pertanian di seluruh dunia. Pemustaka Menurut Christiansen dalam Perpustakaan Nasional RI (2005), istilah pengguna atau pemakai perpustakaan (library user) mengacu pada seseorang yang menggunakan buku, majalah, atau koleksi perpustakaan. Sedangkan Fosket dalam Perpustakaan Nasional RI (2005), menjelaskan bahwa pemakai perpustakaan adalah seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan perpustakaan dalam rangka mencari informasi yang diperlukan. Pemakai dapat dibedakan sebagai pemakai aktif dan tidak aktif. Menurut Basuki (1993), ada tiga jenis pemakai yaitu, (a) pemakai yang belum terlibat dalam kehidupan aktif, misal mahasiswa, (b) Pemakai yang mempunyai pekerjaan. Informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kelompok ini digolongkan berdasarkan: (1) aktivitas utama mereka, seperti: manajemen, riset, manufaktur, jasa dan lain-lain; (2) cabang aktivitas dan/atau bidang spesialisasi, seperti pegawai negeri, peneliti dan lain-lain; (3) tingkat pendidikan dan tanggungjawab, seperti: manajer, profesional, teknisi, asisten dan lain-lain, (4) Pemakai umum yang memerlukan informasi untuk keperluan khusus. 37 Pengguna yang memanfaatkan layanan perpustakaan dan informasi baik yang datang langsung maupun yang memesan melalui sarana komunikasi (surat, telepon, email dan faksimili) di PUSTAKA cukup banyak. Pengunjung perpustakaan terbanyak berturut-turut adalah mahasiswa, masyarakat umum, peneliti, dosen dan ilmuwan. Untuk mengantisipasi dan memberikan pelayanan kepada pengguna jarak jauh atau yang tidak sempat datang ke perpustakaan, PUSTAKA menyediakan informasi dalam website untuk dapat diakses melalui internet. Model Pencarian Informasi Dalam masyarakat, berbagai macam informasi diproduksi, didistribusikan, disimpan dan diterima dalam bentuk yang tak pernah dialami sebelumnya. Pada saat yang sama individu semakin sulit mendapatkan informasi yang relevan, hal inilah yang mendasari bagaimana orang mencari informasi. Information Seeking Model adalah salah satu model komunikasi yang difokuskan dalam pencarian, penolakkan dan pengolahan informasi. Asumsi utamanya adalah individu cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan citranya tentang realitas. Ada dua konsep kunci, yakni citra dan citra realitas. Citra pertama-tama merupakan hasil pengalaman hidup individu yang terdiri dari tujuan, keyakinan, pengetahuan yang telah diperolehnya. Kemudian citra berkembang menjadi konsep pribadi yang mencakup penilaian terhadap kemampuan mengatasi berbagai situasi. Sedangkan citra realitas adalah seperangkat penggunaan informasi yang mengatur tingkah laku individu dalam mencari dan memproses informasi (Mc.Quail dan Windahl, 1985). Model ini dapat dilihat pada Gambar 2 38 Atensi bandingkan dengan citra ya tidak sesuai? tolak? berakhir (stop) tidak bertindak? tidak ganti citra ya tetapkan prioritas evaluasi umpan balik lihat situasi ya closure? bertindak tidak tetapkan sumber luas cek relevansi sumber fokus sempit konsultasi dengan sumber khusus Gambar 2 . Model Pencarian Informasi ( McQuail dan Windahl , 1985) Pada saat mencari informasi, individu memilih strategi yang akan digunakan. Ada dua strategi yaitu : strategi berfokus sempit dan strategi berfokus luas. Pada hal yang pertama, individu berangkat dari satu sumber informasi sebagai titik keberangkatan dan berdasarkan itu mencari lagi informasi. Sedangkan pada hal 39 kedua, individu mengumpulkan kemungkinan-kemungkinan sumber informasi, menilainya, kemudian menetapkan sumber mana yang akan dipakai. Ada istilah lain dalam model ini, jika individu merasa cukup dan berhenti mencari informasi baru, dinamakan: closure. Lebih jelas dpat dilihat pada gambar Information Seeking Model di atas. Gambar tersebut sebenarnya dimulai dari stimuli. Di sini sangat jelas — kebalikan dari Stimulus-Respons— stimulus ditiadakan sama sekali. Dengan kata lain, stimulus dianggap tidak bermakna, yang bermakna adalah komunikan. Pada model tersebut proses dimulai justru pada perhatian (atensi), tentu atensi komunikan. Jadi, terhadap stimulus yang bersangkutan ada perhatian atau tidak. Bila pada stimuli tertentu komunikan menaruh perhatian, maka dia akan membandingkannya dengan citra realitas yang dimilikinya. Pada tahap inilah diadakan pengujian tingkat relevansi dan konsistensi stimuli berdasarkan citra. Bila stimuli dianggap terlampau mengancam atau tidak penting atau monoton (konsistensi terlalu tinggi), maka akan dibuang, proses akan berakhir (stop). Jika stimuli itu tidak ditolak maka akan dipertimbangkan bertindak atau tidak. Jika tidak , maka stimuli tersebut akan menjadi bagian dari citra yang sudah ada. Terjadilah revisi citra. Jika jawabannya bertindak/diambil tindakan maka citra realitas akan mempengaruhi tindakan tersebut. Stimuli yang ditanggapi dengan tindakan tadi akan disusun berdasarkan skala prioritas. Kemudian, jika komunikan dalam stuasi tertentu memutuskan bahwa informasi sudah cukup, maka akan melakukan closure (tutup), jika tidak , dia akan mencari informasi tambahan. Pada saat mencari informasi ini, komunikan akan menimbang-nimbang : informasi apa yang dibutuhkan, media mana yang akan dijadikan sumbernya. Kalau ada beberapa sumber potensial maka yang bersangkutan akan merumuskan strategi : informasi mana yang akan digunakannya. Telah disebutkan strategi yang digunakan komunikan ada dua : sempit dan luas. Namun, strategi manapun yang dipilih, tetap akan melakukan closure. Sebelumnya akan membuka trayek lingkar. Jika strategi sempit yang dipilih, maka trayek lingkarnya dengan melalui ”konsultasi dengan sumber khusus” untuk kemudian kembali melihat situasi yang bila merasa cukup, maka akan melakukan 40 closure. Bila tidak akan melakukan trayek lingkar lagi. Demikian juga bila menggunakan strategi luas yang bersangkutan akan melakukan closure setelah melalui “cek sumber untuk relevansi”, kemudian lihat situasi. Jika informasi dari sumber lain dianggap relevan dan cukup, maka melakukan closure. Jika tidak, akan melakukan strategi lingkar lagi, demikian seterusnya. Setelah bertindak komunikan memerlukan umpan balik guna mengevaluasi tindakannya dan menilai kembali relevansi informasi yang digunakan sebagai landasan tindakannya. Pada tahap akhir akan pula terjadi revisi citra seperti pada sesi tidak dilakukan tindakan. Pada tahap inilah pengalaman baru terbentuk sehingga akan mempengaruhi pandangannya tentang lingkungan dan konsepkonsep pribadinya.Dengan demikian, model ini fokus pada pencarian informasi pada beberapa sumber, terutama media massa atau tidak fokus kepada penggunaan. Bila model information seeeking ini dikaitkan dengan penelitian, maka dapat diuraikan bahwa pemustaka akan mencari berbagai sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya berdasarkan profesi dan pengetahuannya mengenai informasi yang diinginkannya. Pemustaka yang terdiri dari peneliti, penyuluh, mahasiswa dan staf deptan akan menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi tentang teknologi pertanian. Kebutuhan dan kebiasaan serta kemampuan pemustaka dalam mencari informasi mencakup : (a) format dan bentuk informasi apa yang dibutuhkan, (b) bagaimana mereka mencari informasi, (c) sistem atau teknik apa yang selama ini sering digunakan dalam mencari informasi, (d) di mana dan kapan mencari informasi, serta (e) digunakan untuk apa informasi tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, saat ini sudah tersedia teknologi yang dapat mendukung pemustaka dalam pencarian informasi tersebut yaitu dengan adanya Information Technology and Commmunication (ITC) atau TIK di perpustakaan digital PUSTAKA. Pemustaka dapat menggunakan TIK ini dengan memanfaatkan berbagai fasilitas digital dalam menemukan informasi mutakhir berbentuk off-line seperti CD-ROM, maupun secara on-line melalui e-mail.