BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Rangkaian Elektronik 3.1.1 Diagram Blok Gambar 3.1 Diagram Blok Alat Pengering Tangan Dari Gambar 3.1 di atas rancangan bangun alat pengering tangan dengan menggunakan sensor cahaya sebagai trigger Transistor untuk kontrol relay yang terdiri atas tiga bagian yaitu piranti input, proses, dan piranti output. Pada piranti masukan terdapat sensor yang merupakan sumber perintah bagi saklar transistor. Adapun jenis sensor yang digunakan berbasis optik yang terdiri dari LDR (Light Dependent Resistor) dan LED (Lighting Emitor Diode) sedangkan pada piranti keluaran yaitu terdapat Motor AC untuk mengeringkan tangan atau objek yang basah. Pembahasan pada Laporan Akhir ini dibatasi pada pemanfaatan Transistor sebagai kontrol relay dan sensor Optik sebagai input. Maka penulis akan membahas secara khusus mengenai blok diagram dari masing-masing rangkaian yang terkait didalamnya. 32 3.1.2 Diagram Alir Cara kerja secara umum dari alat pengering tangan ini dapat dilihat melalui diagram alir seperti dibawah ini : Gambar 3.2 Diagram Alir alat pengering tangan 3.1.3 Gambar Lengkap Rangkaian Pada Bab ini penulis membahas rangkaian keseluruhan dari alat Hand dryer otomatis dengan menggunakan fingerprint yang terdiri dari Rangkaian Power supply, Sensor Optik(LDR dan LED), Kontrol Relay dan Motor AC seperti Gambar 3.3 dibawah ini: 33 Gambar 3.3 Rangkaian Keseluruhan alat pengering tangan 3.1.4 Cara kerja keseluruhan Rangkaian : Power supply akan mensupply kesemua rangkaian sebesar 12V dan 24V. Yang pertama penulis akan menjelaskan cara kerja sensor. Pada kondisi normal saat LDR terkena cahaya, Transistor berposisi ON/Switching dan membuat Relay aktif karena Tegangan yang melewati LDR sampai pada kaki Basis Transistor. Saat sensor dipotong dengan menggunakan tangan terjadilah pemotongan cahaya yang membuat Transistor berposisi cut-off. Karena LED yang menyinari LDR terputus, membuat LDR yang bertahanan 0 Ώ menjadi 4MΏ sehingga arus tidak sampai pada kaki Basis Transistor. Yang kedua cara kerja dari saklar Transistor. Adapun kontak yang dijadikan input untuk masuk ke saklar Transistor adalah kontak NC(Normally Common) Relay sehingga saat keadaan working atau berlogika 1, relay sudah bekerja dan membuat kontak NC(Normally Common) tersebut menjadi kontak NO(Normally open). Pada saat terjadi pemotongan cahaya, NO(Normally open) akan kembali menjadi NC(Normally Common) setelah terjadinya pemotongan cahaya atau pemotongan sesaat. Dan ketika terjadi pemotongan cahaya dan 34 Transistor berposisi cut-off maka Beban akan aktif selama waktu yang telah ditentukan oleh Timer. 3.2 Perancangan Perangkat keras (Hardware) Pada perancangan alat pengering tangan atau Hand dryer berbasis sensor optik ada 4 rancangan fisik yang harus penulis buat, yaitu - Sensor Optik (LED dan LDR) - Control Relay - Beban atau Motor AC - Power supply 3.2.1 Perancangan Sensor Optik (LED dan LDR) Pada perancangan Hardware sensor optik ini penulis memanfaatkan pemotongan dari cahaya yang dilakukan lampu LED (Light Emitting Diode) terhadap LDR(Light Dependent Resistor). Gambar skema Rangkaiannya: Gambar 3.4 Skema Rangkaian Sensor Dalam cara kerja sensor penulis membagi pada 2 (dua) kondisi. Sebelum masuk kedalam kondisi, yang harus dipahami ialah dasar dari Hukum Ohm. Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang 35 diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan : V=IxR Dimana : I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dengan satuan Ampere (A) V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dengan satuan Volt R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat dalam suatu penghantar dengan satuan ohm. Hukum ini dicetus oleh George simon ohm seorang fisikawan asal jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan dalam sebuah paper berjudul The Galvanic Circuit Invertigated Mathematically pada tahun 1827. Kondisi pertama : Ketika power supply memberikan tegangan 24V kepada sensor, penulis mengasumsikan nilai LDR sebesar 10 Ohm. Rumus : V=I. R I= V/R, maka I= 24/10 = 2,4 Ampere Pada kondisi ini Transistor akan bekerja karena ada arus yang mentrigger kaki basis dengan aktifnya Transistor kontak Collector dan Emitor akan terhubung dan mengaktifkan Relay yang terhubung pada sensor. Visualisasi dengan Gambar : 36 Gambar 3.5 Sensor Transistor Aktif (open) berlogika 1 Penjelasan Gambar : Pada Gambar diatas Transistor akan berlogika 1 dan membuat aktif Relay namun yang dijadikan output sensor adalah kontak NO(Normally Open) sehingga membuat output berlogika 0. Kondisi kedua : Ketika power supply memberikan tegangan 24V kepada sensor. Dan sensor terhalangi oleh jari tangan atau sentuhan benda asing, inputan Transistor menjadi cut off atau diam. Penulis melakukan pengukuran pada nilai resistansi yang terjadi sebesar 4MΏ. Rumus : V= Ix R I=V/R, maka I=24/4.000.000=0,000006 A Hasil mendekati 0 atau dengan kata lain berlogika 0. Visualisasi dengan Gambar : 37 Gambar 3.6 Sensor Transistor cut off (close) berlogika 0 Penjelasan Gambar : Pada Gambar diatas ketika jari menutupi cahaya dari LED, LDR akan bernilai pada posisi tahanan maksimal sebesar 4 MΏ. Sehingga membuat arus menjadi 0 dan transistor akan berposisi cut off. Ketika Transistor berposisi cut off atau berlogika 0 maka kaki emitor dan collector seakan-akan terputus dan mengoffkan Relay. Dengan off nya Relay kontak NO (Normally Open) yang dijadikan output sensor akan berlogika 1. 3.2.2 Perancangan Hardware Saklar Transistor dan Beban Pada perancangan Contorl penulis memanfaatkan Coil Relay dan Timer sebagai alat perangkat keras yang dapat mengatur sampai ke beban. Dan beban yang dipakai, penulis memanfaatkan hair dryer sebagai alat pengering tangan yang basah terkena air. 38 Berikut ini Gambar Skema Rangkaiannya: Gambar 3.7 Skema Rangkaian Saklar Transistor dan Beban Cara kerja dari Rangkaian tersebut: Pada kondisi normal sensor akan berlogika 1 untuk Transistornya, apabila sensor menerima masukan atau pemotongan cahaya yang berasal jari tangan di dekatkan antara LDR dan Lampu LED maka sensor akan berlogika 0. Setelah sensor berlogika 0, maka input tersebut akan disampaikan kepada koil relay, kemudian koil relay tersebut akan memproses dan mengaktifkan Timer DC yang semula berlogika 0, setelah Koil Relay berjalan dan berlogika 1 maka akan mengaktifkan transistor yang merupakan switch untuk membuka kontak bergerak pada relay ke arah motor ac dari hair dryer, sehingga arus dapat mengalir pada hair dryer. Hair Dryer yang digunakan menggunakan tegangan AC yaitu sebesar 220 V. Apabila arus tersebut masuk maka motor akan aktif dan akan berhenti apabila sensor tidak menerima masukan atau bernilai 1. . Cara kerja dari rangkaian Saklar Transistor terbagi menjadi tiga bagian : - Proses setelah sensor - Koil Relay aktif - Timer - Proses setelah Sensor Pada proses sensor menuju ke saklar Transistor, penulis analogikan kedalam Gambar visualisasi, 39 Gambar 3.8 Proses Visualisasi Sensor Ketika Sensor No.1 terhadap No. 2 saling menutup atau cut off Maka Sensor memberikan Impuls atau perintah, Aktifkan Koil Relay 1 (CR1) - Koil Relay Ketika Koil Relay aktif seperti visualisasi sebelumnya, tapi tidak dalam kondisi mati atau arus nol maka dengan cara ini Koil relay akan dapat mendelay untuk aktifkan timer. Kondisi No.1 terhadap No. 2 saling menutup atau cut off Visualisainya seperti Gambar berikut 40 Gambar 3.9 Proses Visualisasi Koil Relay - Timer Ketika Koil Relay aktif dan Timer aktif dapat merubah kondisi dimana NO(Normally Open) menjadi NC(Nomally Common) atau sebaliknya, maka Rangkaian menjadi OFF Visualisasi seperti gambar berikut : Gambar 3.10 Proses Visualisasi Timer Dc 41 3.2.3 Rangkaian Power Supply Power supply adalah suatu sistem yang dapat bekerja mengkonversikan tegangan arus bolak balik (ac) ke tegangan searah (dc) pada nilai tertentu. Oleh karena itu rangkaian power supply sangat diperlukan untuk alat pengering tangan ini, karena alat ini membutuhkan tegangan DC untuk mengontrolnya, yaitu berkisar antara 12-24V. Sensor optik memerlukan tegangan sekitar 12 - 24V (DC), sedangkan untuk relay dibutuhkan tegangan sebesar 24VDC untuk menggerakkan koilnya. Dalam Rangkaian power supply ini terdapat kapasitor untuk filter dan mengurangi terlalu tingginya tegangan puncak pada saat power supply dalam kondisi start. Secara umum sebuah power supply terbagi atas tiga unsur utama dan unsur tambahan seperti pada gambar Gambar 3.11 Blok Diagram Power Supply Secara Umum Berikut ini Rancangan power supply yang penulis buat: Gambar 3.12 Rangkaian Power Supply keseluruhan 42 3.3 Perancangan Mekanik Tahap ini merupakan tahap kedua setelah semua rangkaian elektronik selesai dikerjakan. Yang dilakukan dalam perancangan kontruksi mekanik ini adalah merancang tempat meletakkan alat. Dalam perancangan kontruksi ini yang paling penting untuk diperhatikan ialah ukuran harus pas dan persis. Hal yang pertama dilakukan ialah membuat desain tempat rangkaian sesuai dengan ukuran. Adapun spesifikasi mekanik alat pengering tangan ini dalah sebagai berikut : Dimensi Lebar 20 Cm Panjang 25 Cm Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.12 Gambar 3.13 Perancangan Mekanik tampak dari Atas 43