PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari kebutuhan kedelai dari tahun ketahun terus meningkat. Di lain pihak produksi kedelai nasional belum mencukupi kebutuhan kedelai nasional yang terus meningkat seiring dengan meningkatanya populasi penduduk, sehingga masih diperlukan jutaan ton tiap tahunnya. Menurut data dari Bidang Statistik Produksi (BPS) Sumatera Utara pada tahun 2011 produksi kedelai meningkat yaitu 12.939 ton biji kering dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 9.439 ton biji kering. Peningkatan produksi ini dikarenakan meningkatnya luas panen yang bertambah 4.237 ha dibandingkan dengan tahun lalu yang angka luas panen hanya 7.803 ha.. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi kedelai salah satu caranya adalah dengan menambah areal luasan panen (ektensifikasi). Pemanfaatan lahan kering yang tidak terpakai merupakan cara yang tepat, mengingat lahan kering yang terdapat di Sumatera Utara ini cukup luas. Dari segi luasnya, lahan kering merupakan areal yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Di Indonesia Luas lahan kering untuk pertanian diperkirakan mencapai 55.6 juta ha Sebaran lahan kering tersebut meliputi 22,8 juta ha di Sumatera, 15,5 juta ha di Kalimantan dan 13,3 juta ha di Sulawesi dan Jawa dan kira-kira 13,5 juta ha. lahan kering tersebut didominasi oleh jenis tanah ultisol (Hidayat dan Mulyani, 2002). Akan tetapi lahan kering ini mempunyai faktor pembatas ekologi seperti rendahnya unsur hara tanah dan sering mengalami cekaman kekeringan. Miskin unsur hara teutama N dan Universitas Sumatera Utara rendahnya pH dan menyebabkan penurunan produktivitas kedelai hingga kurang dari satu ton per hektar (Sunarlim dan Titis, 2001). Unsur nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman, Unsur nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman namun ketersediaanya dalam tanah mudah sekali hilang. Kehilangan nitrogen dari tanah dalam bentuk gas (N2, N2O, NO, dan NH3) yaitu dengan cara denitrifikasi, volatilisasi amonium, pencucian, dan hilang bersama panen. Nitrogen berfungsi sebagai penyusun molekul klorofil, asam nukleat, protoplasma dan asam amino penyusun protein yang merupakan proses kelanjutan dari hasil proses fotosintesis berupa karbohidrat bila nitrogen tidak tersedia dalam tubuh tanaman. Semakin besar protein yang terkandung dalam biji, berarti semakin besar pula nitrogen yang dibutuhkan. Tanaman juga tidak dapat melakukan metabolisme bila kekurangan nitrogen untuk membentuk alat-alat vital tersebut. Dengan demikian kekurangan nitrogen dalam tubuh tanaman tidak hanya memyebabkan kekerdilan, tetapi juga menghentikan pertumbuhan tanaman (Damanik dkk, 2010). Kendala lain dalam peningkatan produksi kedelai di lapangan salah satunya adalah keterbatasan kadar air tanah yang menjadikan kondisi cekaman air (Darman, 2000). Kondisi ini semakin sulit karena Indonesia memiliki lahan kering yang cukup luas dibandingkan dengan lahan yang berpengairan. Faktor kekeringan diketahui merupakan faktor lingkungan utama yang akan menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi. Secara umum cekaman air mempunyai pengaruh menekan pertumbuhan tanaman kedelai baik tajuk maupun akar sehingga menyebabkan penurunan bobot kering total tanaman. Walaupun demikian cekaman kekeringan menekan Universitas Sumatera Utara perkembangan tajuk jauh lebih besar daripada perkembangan akar kedelai. Hal ini diduga berhubungan dengan upaya tanaman dalam mempertahankan status air di dalam tubuhnya yaitu dengan mengurangi kehilangan air melalui daun, sehingga tanaman mengurangi ukuran kanopinya, dan tetap mempertahankan perkembangan akarnya sehingga mampu mertsuplai air dengan cukup (Hamim dkk, 1996). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisiensi N ini adalah dengan inokulasi Bradyrhizobium. Simbiosis dengan akar tanaman kacangkacangan dengan Bradyrhizobium mampu menambat nitrogen bebas di atmosfir, yang selanjutnya N ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman inangnya. Dalam simbiosis ini tanaman mendapatkan nitrogen yang diikat oleh Bradyrhizobium, sedangkan bakteri ini mendapatkan zat makanan dari tanaman inangnya, sehingga simbiosis ini merupakan simbiosis mutualisme (Soedarjo, 1998). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max l. ) terhadap pemberian sumber N dan perbedaan kondisi air tanah. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) terhadap pemberian sumber N dan perbedaan kondisi air tanah. Hipotesis Penelitian Ada perbedaan respons pertumbuhan dan produksi kedelai akibat pemberian sumber hara N dan perbedaan kondisi air tanah serta interaksi kedua faktor tersebut. Universitas Sumatera Utara Kegunaan Penelitian Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara