SILATURAHMI Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

advertisement
SILATURAHMI
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dengan Pengadilan
Tinggi DKI-Jakarta, Pengadilan Negeri se-DKI Jakarta
dan Hakim Tindak Pidana Terorisme
Jakarta, 16 April 2014
1) Terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa dan telah menimbulkan
banyak korban, harta benda dan berdampak secara luas di masyarakat.
Sebagai kejahatan yang terorganisir, sistematis dan berskala internasional
perlu ditanggulangi dengan cara-cara yang luar biasa juga.
2) Terorisme masih menjadi ancaman karena mindset para pelaku terorisme
masih tetap ada dan terpelihara sejak dahulu. Para pelaku terorisme saat ini
adalah penerus dari pelaku terorisme yang ingin mendirikan negara Islam
dan syariah Islam sejak jaman Kartosoewiryo dengan dendam yang lebih
besar dan tingkat radikal yang lebih besar.
3) Saat ini terorisme di Indonesia kelihatannya berada dalam kelompokkelompok kecil di beberapa kota. Kelihatan mereka otonom, tetapi
sebenarnya kalau didalami, mereka ada di dalam sebuah jaringan besar. Ini
bisa dilihat dari mindset yang sama untuk mendirikan negara Islam dan
syariat Islam, cara yang sama dan tokoh panutan yang sama.
4) Penanggulangan terorisme yang dilakukan saat ini adalah dengan
menggunakan pendekatan penegakan hukum, tidak lagi menggunakan
penegakan militer. Dan saat ini Indonesia menjadi salah satu model dalam
penanganan terorisme di dunia dan dianggap konsisten dalam melakukan
penegakan hukum.
5) Di samping penegakan hukum, pemerintah juga tetap memperhatikan
pendekatan kemanusiaan. Salah satu upaya dalam rangka pendekatan
kemanusiaan adalah pemerintah telah mendirikan Pusat Deradikalisasi di
Sentul. Pusat Deradikalisasi bukanlan penjara khusus teroris.
6) Indonesia adalah salah satu simpul di dalam penanganan terorisme dunia.
Saat ini Indonesia sudah meratifikasi 7 konvensi dari 18 konvensi
internasional tentang terorisme. Sehingga hukum positif Indonesia tidak
terlepas dari konvensi dan perjanjian-perjanjian Internasional tentang
terorisme.
7) Mengenai Penerapan Pasal 14 UU No. 15 Tahun 2013. Perlu ada penerapan
Pasal 14 secara lebih intensif dan menyeluruh terhadap aktor intelektual yang
merencanakan dan menggerakkan orang untuk melakukan tindak pidana
iA 1
terorisme. Karena penanganan masalah terorisme harus juga diawali dengan
menjaring para aktor intelektual yang sebetulnya sudah bisa diketahui dari
tulisan-tulisan maupun penanganan kasus-kasus terorisme yang terjadi di
Indonesia.
8) Mengenai putusan Pembubaran Jamaah Islamiah. Bahwa putusan ini hanya
menetapkan, bukan memerintahkan. Sehingga bukan cuma jaksa yang harus
melaksanakan, tetapi juga perlu juga koordinasi dengan Menteri Hukum dan
HAM, Menko Polkam dan sebagainya. Tetapi sebagai langkah awal, Jaksa
atau Penuntut Umum bisa membuat pengumuman di media massa yang
menyebutkan bahwa Jamaah Islamiah adalah organisasi terlarang dengan
rincian kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, sehingga masyarakat tahu
bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan serupa dilakukannya adalah
organisasi terlarang.
9) Perlu ada pengamanan bagi hakim dalam sidang-sidang perkara tindak
pidana terorisme. BNPT juga sudah menyusun Peraturan Kepala BNPT
mengenai Perlindungan Aparat Penegak Hukum dalam Perkara Tindak
Pidana Terorisme.
10) Silaturahmi antara BNPT dengan Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri seDKI dan Hakim Tindak Pidana Terorisme dapat meyamakan persepsi dan
komitmen terkait masalah penanggulangan terorisme. Harapannya
sekurang-kurangnya setahun sekali bisa dilaksanakan pertemuan seperti
ini.
iA 2
Download