Analisis ketimpangan pembangunan dan

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Ketimpangan pembangunan merupakan kenyataan yang terjadi di semua
negara, maju maupun berkembang sehingga wajar dalam suatu negara terdapat
daerah yang terbelakang dibanding daerah lainnya. Kondisi ketimpangan ini dapat
disebabkan berbagai faktor antara lain faktor struktur sosial ekonomi dan
distribusi spasial dari sumber daya bawaan yang mencakup faktor geografi,
sejarah, politik, kebijakan pemerintah, administrasi, sosial budaya dan ekonomi
(Budiharsono 1996, Murty 2000, Rustiadi et al 2009). Pada negara-negara maju,
kondisi ketimpangan bisa dieliminir sekecil mungkin dengan kebijakan
pemerintah yang optimal dalam proses pembangunan.
Perencanaan pembangunan yang lebih ditujukan pada pertumbuhan
ekonomi dengan pendekatan membangun pusat-pusat pertumbuhan ternyata telah
menimbulkan masalah yang kompleks. Pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah
hinterlandnya tidak tumbuh bersama-sama secara seimbang. Trickle down effect
yang diharapkan, berjalan sangat lamban bahkan tidak terjadi, sedangkan sumber
daya telah terkuras secara tidak terkendali (backwash effect). Pola pembangunan
seperti ini telah menciptakan ketimpangan antarwilayah; kawasan barat dan timur
Indonesia, Jawa dan luar Jawa, perkotaan dan perdesaan serta dalam internal
wilayah otonom.
Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator pembangunan bersamasama dengan PDRB perkapita akan mempengaruhi struktur ekonomi suatu
wilayah. Sebaliknya, perubahan struktur yang terjadi turut berperan dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebut Kuznets sebagai structural transformation
karena yang terjadi adalah suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri
(ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor produksi
seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Todaro, 2000).
Perubahan ini dapat dilihat dan dideskripsikan dengan menggunakan analisis
26
Shift-Share dan matriks tipologi Klassen. Hasil dari Matriks Klassen dan ShiftShare ini didukung oleh analisis deskriptif pertumbuhan ekonomi antarwilayah
(kabupaten/kota) serta sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi.
Perubahan struktur ekonomi ini juga secara tidak langsung melalui pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi ketimpangan pembangunan.
Dalam
proses
transformasi
struktural
ini
dipastikan
terjadi
ketidakharmonisan dalam pembangunan. Hal ini telah dibuktikan oleh Douglas C.
North dalam analisisnya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik dengan hasil
bahwa ketimpangan pembangunan antarwilayah dan ketimpangan pendapatan
cenderung meningkat sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak
(Divergence). Bila pembangunan terus berlanjut, maka setelah itu secara
berangsur-angsur ketimpangan tersebut akan menurun/berkurang (Convergence).
Untuk
melihat
besarnya ketimpangan tersebut
akan dilakukan dengan
menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Gini. Besar kecilnya tingkat
ketimpangan ini akan dihubungkan dengan capaian PDRB perkapita, tingkat
kesejahteraan masyarakt (yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) dan
aksesibilitas infrastruktur (dilihat dari rasio belanja infrastruktur dengan total
PDRB) dalam suatu model regresi berganda berdasarkan panel data dari lima
daerah/wilayah di Gorontalo.
Selanjutnya untuk melihat ketimpangan pembangunan hubungan positifnya
dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai selama ini, akan digunakan
regresi sederhana dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen,
masing-masing terhadap Indeks Williamson dan Indeks Gini sebagai variabel
dependen. Secara garis besar, rencana penelitian ini diilustrasikan dalam kerangka
pikir penelitian dan kerangka analisisi sebagai berikut:
27
PEMBANGUNAN
SENTRALISASI
Pro Pertumbuhan:
 Pusat pertumbuhan
 Trickle down effect, dll
Pro Pemerataan:
 Distribusi Pendapatan
 Keterkaitan spasial
sektoral, dll
Pro Keberlanjutan:
 Kelestarian alam
 Daya dukung lingkungan,
dll
KETIMPANGAN
Faktor penyebab
ketimpangan:
- Biofisik/ karakteristik
wilayah (SDA).
- Sarana & prasarana
(SDB)
- SDM.
- Sumber daya Sosial
- Karakteristik struktur
ekonomi wilayah.
- Kebijakan Pemda
Rekomendasi Kebijakan :
Pertumbuhan Ekonomi tinggi
disertai pengurangan
ketimpangan pembangunan
DESENTRALISASI
Mengurangi ketimpangan
pembangunan antarwilayah
melalui:
 Keterpaduan/keterkaitan
sektoral dan spasial dengan
intensitas interaksi spasial yg
optimal
 Alokasi sumber daya yg
proporsional
 Pengelolaan dan pemanfaatan
potensi ekonomi wilayah yg
optimal,adil dan
berkelanjutan
Menganalisis :
1. Ketimpangan pendapatan.
2. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
3. Rasio Belanja Infrastruktur
Gambar 3.1.
Kerangka Pikir Penelitian
28
Tipologi
Klassen
Tipologi & Struktur
Ekonomi
Antarwilayah
Pertumbuhan
Ekonomi
Analisis
Shift-Share
Rekomendasi
Kebijakan
PDRB
Perkapita
Indeks
Williamson
Indeks
Pembangunan
Manusia
Ketimpangan
Pembangunan
Indeks
Gini
Rasio Belanja
Infrastruktur
Kab/Kota → Provinsi
Keterangan :
keterkaitan/hubungan
alat analisis yang digunakan
Gambar 3.2
Kerangka Analisis
3.2
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalahan serta kerangka pemikiran yang
diuraikan sebelumnya, maka ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.
Diduga pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung tidak disertai penurunan
ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo.
2.
Sumber utama ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo baik
secara simultan maupun parsial berasal dari ketimpangan proporsional pada
PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia dan rasio belanja
infrastruktur.
3.
Pertumbuhan
ekonomi
memiliki
pembangunan di Provinsi Gorontalo.
hubungan
dengan
ketimpangan
29
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai daerah referensi
sedangkan 4 kabupaten (Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango)
serta 1 kota (Gorontalo) sebagai unit analisis. Pelaksanaan penelitian dimulai
bulan Mei hingga Agustus 2009.
Sumber: Bappeda Prov.Gorontalo, 2008
Gambar 3.3
Peta Administrasi Provinsi Gorontalo
3.4. Desain Penelitian
Penelitian ini membatasi pada Analisis Ketimpangan Pembangunan dan
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo selama 2001– 2008 dengan
menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif
merupakan teknik analisa dengan menyajikan data berupa tabel, rasio dan
persentase, yang selanjutnya memaknai angka – angka presentase dan rasio yang
diperoleh. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif mengggunakan analisis Shift
Share dan Matriks Tipologi Klassen untuk menjelaskan struktur ekonomi di
Provinsi Gorontalo.
30
Pendekatan kuantitatif lebih berdasarkan pada penggunaan teknik
ekonometrik. Dalam penelitian ini akan menggunakan model regresi berganda
unbalanced panel. Hasil perhitungan yang diperoleh akan dilakukan uji asumsi
klasik dan uji statistik yang harus dipenuhi dan selanjutnya diinterpretasikan
sesuai nilai – nilai koefisien yang sudah diperoleh.
3.5. Definisi Operasional
Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel dan penjelasan berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No
Variabel
1. Pertumbuhan
ekonomi
2. Ketimpangan
Pembangunan
3. PDRB perkapita
4. Penduduk
Batasan Pengertian
Simbol Satuan
Laju pertumbuhan PDRB riil dengan base year 2000
PE
%
- Perbedaan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi Gorontalo berdasarkan besarnya deviasi
PDRB perkapita kabupaten/kota dari rata-rata PDRB
perkapita provinsi dengan menggunakan Indeks
Williamson.
- Perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok
masyarakat yang diukur dengan menggunakan
Indeks Gini.
Iw
Poin
total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk yang ada
dalam wilayah yang bersangkutan
1. Jumlah penduduk dalam 1 tahun
2. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun.
GR
Y
Rupiah
1. N
2. Pop
1. Jiwa
2. %
5. Indeks
Pembangunan
Manusia
Indeks yang menyatakan sebagai tolok ukur dari
kesejahteraan
masyarakat
berdasarkan
tingkat
pendapatan, kesehatan dan pendidikan.
IPM
Poin
6. Rasio
Belanja
Infrastruktur
Merupakan rasio dari belanja untuk infrastruktur
terhadap total PDRB
RBI
Poin
1. Pertumbuhan Ekonomi adalah laju pertumbuhan PDRB riil dengan base year
2000 yang dihitung dengan formulasi :
Pertumbuhan Ekonomi 
Dimana:
PDRB t - PDRB t -1
. 100%
PDRB t -1
PDRBt = PDRB tahun sekarang
PDRBt - 1 = PDRB tahun sebelumnya
2. Ketimpangan pembangunan: perbedaan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi
Gorontalo
berdasarkan
besarnya
deviasi
PDRB
perkapita
31
kabupaten/kota dari rata-rata PDRB perkapita provinsi dengan menggunakan
Indeks Williamson dan ketimpangan pendapatan antara kelompok masyarakat
dengan menggunakan Indeks Gini.
3. PDRB perkapita adalah total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk yang ada
dalam wilayah yang bersangkutan.
4. Penduduk memiliki 2 batasan, yaitu dalam jumlah absolut dan dalam
persentase. Secara absolut merupakan jumlah penduduk suati wilayah dalam 1
tahun dan dalam persentase menggambarkan laju pertumbuhan penduduk dari
tahun ke tahun dengan rumus:
Pop 
N t - N t -1
. 100%
N t -1
Dimana:
Nt = jumlah penduduk tahun sekarang
Nt-1 = jumlah penduduk tahun sebelumnya
5. Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks yang menggambarkan kondisi
tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan masyarakat suatu wilayah yang
digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan suatu wilayah.
6. Rasio belanja infrastruktur merupakan rasio antara pengeluaran belanja untuk
infrastruktur dengan total PDRB yang berdampak langsung dan tak langsung
bagi kemudahan masyarakat dalam mengakses infrastruktur.
3.6. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu (time series)
periode tahun 2001 – 2008, yang diperoleh dari berbagai laporan dan kompilasi
data serta bentuk publikasi lainnya, seperti dari Badan Pusat Statistik dan
Bappeda Kabupaten, Kota dan Provinsi serta publikasi Bank Dunia dan cross
section dari lima wilayah (Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten
Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango).
3.7. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi terhadap berbagai data
sekunder yang dibutuhkan yang berasal dari BPS dan pemerintah daerah Provinsi
Gorontalo serta pemerintah daerah kabupaten dan kota. Berdasarkan variabel yang
32
diteliti maka data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dan metode analisis yang
digunakan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Kinerja Arah Penelitian
No
Tujuan
1. Mendeskripsikan perubahan
struktur ekonomi di Provinsi
Gorontalo
2. Menganalisis besarnya
ketimpangan proporsional pada
PDRB perkapita, IPM dan rasio
belanja infrastruktur sebagai
sumber ketimpangan
pembangunan di Provinsi
Gorontalo
3. Menganalisis hubungan
ketimpangan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Gorontalo
4. Memberi rekomendasi
kebijakan kepada pemerintah
yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pembangunan di
Provinsi Gorontalo
Metode Analisis
Deskriptif dengan
menggunakan
analisis Shift-Share,
Tipologi Klassen
Indeks Williamson,
Indeks Gini &
Regresi berganda
dengan panel data
Variabel/
Paramater
Data &
Sumber Data
PDRB sektor
Kab/Kota/provinsi
PDRB Provinsi & Kab.
Kota, Gorontalo Dalam
Angka (GDA)
PDRB Kab/Kota,
PDRB Provinsi &
pendapatan kelompok Kab./Kota, GDA, APBD
masyarakat, PDRB
Kab/Kota, jumlah
perkapita, IPM, rasio penduduk, IPM, belanja
belanja infrastruktur
pemerintah untuk
infrastruktur Kab/kota.
Regresi double log
dengan metode OLS
PDRB Kab/Kota,
Pertumbuhan
Ekonomi Kab/Kota
PDRB Provinsi & Kab.
Kota, Gorontalo Dalam
Angka
Deskriptif
Dari hasil analisis
yang telah dilakukan
poin sebelumnya
Dari hasil analisis yang
telah dilakukan poin
sebelumnya
3.8. Metode Analisis
1. Analisis untuk struktur perekonomian di Provinsi Gorontalo
a. Analisis Shift-Share
Analisis ini dilakukan untuk melihat pergeseran/perubahan aktivitas
perekonomian kabupaten kota dalam dua titik tahun dibandingkan dengan
Provinsi Gorontalo sebagai wilayah referensi. SSA ini melihat
perkembangan tahunan selang 2001-2008 (7 titik tahun), 2001-2007 serta
tahun 2001-2008 dengan menggunakan data PDRB yang dipublikasikan
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi dan masing-masing kabupaten kota di
Gorontalo. Formulasi Shift-Share seperti pada persamaan berikut:
 X..(t1) 
 X i(t1) X..(t1) 
X
X
  X ij(t0)  ij(t1) - i(t1)
X i  X ij(t0) 
- 1  X ij(t0) 
 X..

X

X
 (t0) 
 i(t0) X..(t0) 
 ij(t0) X i(t0)
a
+
b
+
c




33
Dimana :
a : komponen Regional Share
b : komponen proportionality shift
c : komponen differential shift
ΔXi : perubahan nilai aktifititas sektor i
X.. : Nilai total aktivitas dalam total provinsi
Xi : Nilai total aktivitas i dalam total provinsi.
Xij : nilai aktivitas sektor i dalam setiap kab/kota.
t1 : titik tahun akhir
t0 : titik tahun awal
Pada analisis kabupaten kota, untuk daerah referensi adalah data provinsi.
b. Deskripsi komparatif dan Analisis Matriks Tipologi Daerah (Matriks
Klassen Typology).
Deskripsi komparatif dilakukan untuk melihat perubahan struktur
ekonomi termasuk didalamnya PDRB perkapita, baik tingkat provinsi
maupun untuk kabupaten kota. Dilanjutkan dengan analisis tipologi daerah
dengan menggunakan Matriks Klassen. Hal ini seperti dilakukan oleh
Syafrizal dalam penelitiannya di daerah Sumatera Barat tentang Analisis
Pertumbuhan Ekonomi Regional: Kasus Sumatera Barat dalam bukunya
Ekonomi Regional (Sjafrizal, 2008).
Menurut Hill dalam Kuncoro (2004), analisis tipologi daerah
digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada
dasarnya membagi daerah berdasarkan 2 indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita (PDRB pekapita).
Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu
vertikal dan rata-rata PDRB perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah
yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:
1) High growth and high income (daerah cepat maju dan cepat tumbuh).
2) High growth but low income (daerah berkembang cepat).
3) Low growth and low income (daerah relatif tertinggal).
4) High income but low growth (daerah maju tapi tertekan).
34
Tabel 3.3
Tipologi Daerah
PDRB per Kapita (y)
Laju Pertum.(r)
(ri > r)
(ri < r)
Keterangan : r
y
ri
yi
(yi < y)
Pendapatan rendah
pertumbuhan tinggi
Pendapatan rendah
pertumbuhan rendah
(yi > y)
dan Pendapatan tinggi
pertumbuhan tinggi
dan Pendapatan tinggi
pertumbuhan rendah
: Rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi.
: Rata-rata PDRB perkapita provinsi.
: Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang diamati.
: PDRB perkapita kabupaten/kota yang diamati
Kriteria daerah untuk membagi daerah kabupaten/kota adalah:
a) High growth and high income: daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang lebih tinggi
dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.
b) High growth but low income: daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan tinggi tetapi tingkat PDRB perkapita yang lebih rendah
dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.
c) Low growth and low income: daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendpatan perkapita yang lebih rendah
dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian
d) High income but low growth: daerah yang memiliki tingkat PDRB
perkapita yang lebih tinggi tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.
Disebut “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi
dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian; digolongkan
“rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibanding
rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.
dan
dan
35
2. Analisis ketimpangan pembangunan antarwilayah.
Indeks Williamson
n
IW 

i 1
(yi  y) 2 (f i /n)
,
0 < Vw < 1
y
Dimana :
Iw = Indeks Wllilamson
yi = PDRB perkapita di kabupaten/kota i.
y = rata-rata PDRB perkapita di Provinsi Gorontalo.
fi = jumlah penduduk di kabupaten/kota i.
n = jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo.
Nilai angka indeks yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan
ketimpangan yang semakin kecil atau makin merata dan bila semakin jauh
dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.
3. Analisis sumber ketimpangan pembangunan digunakan metode analisis
regresi berganda pada data panel dengan dua model sebagai berikut:
I w  α  β Yt  β IPM  β RBI t  ε
1
2
t
3
t
GR  α  β Yt  β IPM  β RBI t  ε
1
2
t
3
t
Dimana :
Iw : Indeks Williamson
GR : Indeks Gini
Y : Pertumbuhan PDRB Perkapita
IPM : Indeks Pembangunan manusia
RBI : Rasio Belanja Infrastruktur
4. Analisis hubungan ketimpangan pembangunan dengan pertumbuhan
ekonomi digunakan Regresi Double Log dengan metode OLS terhadap nilai
indeks dengan PDRB perkapita
Mengikuti Hipotesa Neo-Klasik, variabel yang dapat digunakan sebagai
independen variabel adalah pendapatan perkapita yang menunjukan tingkat
pembangunan suatu negara/daerah. Sedangkan persamaan yang digunakan
adalah dalam bentuk kuadratik karena hubungan antara ketimpangan
pembangunan dengan tingkat pembangunan adalah bersifat non linear
(Sjafrizal, 2008). Dengan demikian fungsi regresi yang dapat digunakan
adalah persamaan regresi sebagai berikut:
36
logI w  log   δ log Y  2 logY  ε , dan
log GR  log   δ log Y  2 logY  ε
Dimana
Iw : Indeks Williamson
GR : Indeks Gini
Y
: PDRB perkapita
φ & δ: kofisien regresi
ε
: epsilon
Dengan menggunakan persamaan kuadratik maka dapat diketahui apakah
ketimpangan pada wilayah bersangkutan masih berada pada kondisi
meningkat (divergence) atau sudah berada pada kondisi yang menurun
(convergence).
3.9. Uji Hipotesis
1. Uji Gejala Multikolinearitas.
Multikolinearitas merupakan pelanggaran terhadap asumsi klasik yang
menunjukan adanya hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam
model yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Gejala
multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien regresi masing-masing
variabel independen tidak signifikan secara statistik sehingga tidak dapat
diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala ini dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi
parsial. Jika koefisien korelasi parsial mendekati nilai 1,00 maka ada indikasi
terdapat gejala multikolinearitas (Gujarati, 2003).
2. Uji Gejala Heteroskedastisitas.
Dalam asumsi klasik, dalam suatu model ekonometrika terdapat kondisi
dimana semua disturbances error yang muncul dalam model harus memiliki
varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan atau bersifat homoskedastis.
Tidak terpenuhinya asumsi ini menyebabkan adanya heteroskedastisitas yang
menyebabkan penaksiran/estimasi tidak lagi memiliki varians yang minimum.
Untuk menguji gangguan ini dapat digunakan beberapa cara yang salah
satunya dengan White Heteroscedasticity Test melalui pengujian hipotesis
berikut ini:
37
H0 :  i2   2 (tidak terdapat gejala heteroskedastisitas)
H0 :  i2   2 (terdapat gejala heteroskedastisitas)
Jika nilai nR2 atau Obs* lebih besar dari nilai χ2 pada tingkat signifikansi
tertentu, maka H0 ditolak. Atau dengan menggunakan probability value
dengan kriteria tidak menerima H0 jika probability valuenya < nilai α.
3. Uji Gejala Autokorelasi.
Otokorelasi merupakan kondisi tidak adanya korelasi serial yang terjadi
antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu pada data time series. Pelanggaran terhadap asumsi ini
disebut autokorelasi dan dapat menyebabkan dihasilkannya taksiran OLS yang
tak bias namun tidak efisien (underestimated). Untuk mengetahui ada tidaknya
gejala ini dilakukan Uji Durbin Watson dengan hipotesis sebagai berikut :
H0
Ha
H0
H0
: ρ = 0 (tidak ada autokorelasi)
: ρ ≠ 0 (ada autokorelasi)
: ρ > 0 (ada autokorelasi positif)
: ρ < 0 (ada autokorelasi negatif)
Jika H0 terdapat pada kedua ujung interval berarti tidak ada serial autokorelasi
baik positif maupun negatif (Gujarati, 2003), maka jika:
d  dL
d  4  dL
dU  d  4 - dU
dL  d  dU
4 - dU  d  4 - dL
: H0 tidak diterima (terdapat autokorelasi positif)
: H0 tidak diterima (terdapat autokorelasi negatif)
: H0 tidak ditolak (tidak terdapat autokorelasi)
: pengujian tidak memberikan hasil/ragu-ragu.
: pengujian tidak memberikan hasil/ragu-ragu.
Dimana:
dU: nilai kritis atas.
dL: nilai kritis bawah.
4. Kriteria Statistik:
a) Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependent dengan hipotesis statistik sebagai
berikut (Gujarati, 2003) :
H0: αn = 0
H1: setidaknya satu αn ≠ 0 (dimana n = 1,2,3)
38
Untuk
menguji
kedua
hipotesis
tersebut
dilakukan
dengan
membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka
kita tidak dapat menerima H0 atau dengan kata lain H1 yang menyatakan
bahwa semua variabel independet secara simultan mempengaruhi variabel
dependent tidak dapat ditolak. Atau pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan probability value dengan kriteria tidak menerima H0 jika
probability valuenya < nilai α
Menurut Juanda (2007) dalam menganalisis model sebaiknya
pertama kali dilakukan pengujian model secara keseluruhan dengan
menggunakan statistik uji-F.
b) Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikansi setiap variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen dengan uji satu arah.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : αn ≤ 0, setiap variabel independen tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependent
H1 : αn > 0, setiap variabel independen signifikan mempengaruhi variabel
dependen
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dari
persamaan regresi dengan nilai kritis dari tabel-t (ttabel) pada tingkat
kepercayaan tertentu. Jika t hitung > ttabel berarti H0 tidak dapat diterima,
artinya variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen,
demikian pula sebaliknya jika t hitung < ttabel berarti H0 tidak dapat ditolak,
artinya variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel
dependen. Pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan
probability value dengan kriteria tidak menerima H0 jika probability
valuenya < nilai α.
c) Penafsiran koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Besarnya
R2 berada antara 0 dan 1 ( 0 < R2 < 1 ). Hal ini menunjukan bahwa
semakin mendekati 1 nilai R2 berarti model tersebut dapat dikatakan baik
karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen.
Download