warta kota edisi 17 - Bulletin Metropolis

advertisement
TERBITAN DWIMINGGUAN
GELIAT KOTA METROPOLITAN
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
http://inforkom.palembang.go.id
Efisiensi Mendasari Penetapan
APBD Perubahan
Palembang, WK
Efisiensi nampaknya merupakan harga
mati bagi Panitia Anggaran DPRD Palembang. Tak heran, dalam rapat mengenai
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Perubahan (APBD-P) Kota
Palembang Tahun 2008, panita tersebut
akhirnya memangkas anggaran dari
semula sebesar Rp 54,77 miliar akhirnya
disetujui hanya sebesar Rp 49,19 miliar.
Menurut Anggota Panitia Anggaran
DPRD Palembang Irmaidi, semula APBD
2008 berjumlah Rp 1,28 triliun. Tetapi
dengan tambahan dari APBD-P,
jumlahnya meningkat menjadi Rp 1,32
triliun.
“Jadi, terjadi penghematan untuk belanja modal, barang, dan jasa,” ujar
Irmaidi, Senin (10/9).
Pemangkasan anggaran demi upaya
efisiensi ini dilakukan pada beberapa pos,
salah satunya adalah anggaran pada
Dinas Pekerjaan Umum. Usulan awal
yang diajukan oleh dinas ini adalah
sebesar Rp 132,9 miliar namun kemudian
hanya disetujui sebesar Rp 3,9 miliar saja.
Dengan kondisi ini, dinas pekerjaan
umum sudah barang tentu harus
melakukan penundaan pekerjaan dan
memprioritaskan
pelaksanaan
pembangunan fisik berdasarkan skala
prioritas.
“Mana yang bisa ditunda, tentu akan
ditunda,” kata Irmaidi.
Ia menerangkan, salah satu proyek
dinas PU yang ditunda adalah
pembangunan jalan masuk ke Pasar
Buah Jakabaring serta pembangunan
pelataran parkir di Pasar Plaju.
“Pembangunan banyak ditunda karena
dananya kurang, sekaligus untuk
meminimalisasi defisit anggaran,” ungkap
Irmaidi seraya menambahkan, selain
dinas pekerjaan umum, anggaran Badan
Perencanaan Pengembangan Daerah
(Bappeda) pun mengalami penyesuaian
sehingga bantuan sosial dipangkas Rp
400 juta dari Rp 21,4 miliar.
Banyak Terserap Gaji PNS
Irmaidi menjelaskan, perolehan
tambahan anggaran berasal dari
peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD) dari Rp 174,8 miliar bertambah Rp
2,55 miliar. Peningkatan terjadi di sektor
pajak dan retribusi
daerah. Imbasnya,
belanja langsung
dapat dikurangi
sebesar Rp 4,8
miliar.
Pada sisi lain, pemerintah
pun
mengalami defisit
anggaran. Meski
dapat ditekan menjadi Rp 9,36 miliar
dari perkiraan defisit sebesar Rp
16,74 miliar, namun IRMAIDI
jumlah ini masih dirasakan terlalu besar.
Hal ini diakibatkan tambahan anggara
belanja banyak terserap untuk pembayaran gaji PNS hingga 85 persen.
Apalagi pemerintah pusat menaikkan gaji
PNS sebesar 20 persen sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10
Tahun 2008 dan adanya pengangkatan
tenaga honorer dan tenaga pendidik,
serta tenaga kesehatan menjadi PNS.
“Idealnya, defisit berada di bawah Rp
5 miliar. Namun, pemangkasan dana dirasakan sudah cukup maksimal,” katanya
sembari meminta eksekutif tidak mela-
LUKMAN HAKIM
kukan pinjaman ke bank guna menutupi
defisit karena hal itu dapat membebani
anggaran.
Sementara itu, menurut Kepala
Bappeda Palembang Lukman Hakim,
tidak adanya penambahan anggaran
pada sejumlah dinas maupun badan
salah satu penyebabnya adalah akibat
perubahan asumsi ekonomi makro
karena kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM).
“Kondisi keuangan saat ini memang
mengharuskan setiap dinas/badan
melakukan efisiensi,” ujar Lukman. (yat)
2009, Anggaran Pendidikan
Dialokasikan 41 Persen
Termasuk Gaji Guru
Palembang, WK
Rencana penerapan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBD Pemerintah Kota Palembang nampaknya
belum akan terlaksana. Bahkan, pemerintah memperkirakan anggaran pendidikan pada APBD 2009 hanya setengahnya saja (10 persen), atau meningkat
sebesar 2 persen dari anggaran pendidikan tahun 2008 yang sebesar 8 persen.
Menurut Walikota Palembang Ir H Eddy
Santana Putra MT, Anggaran pendidikan
10 persen itu murni dari APBD yang digunakan untuk mengejar target wajib belajar 12 tahun. Selain itu, untuk membangun sarana dan prasarana, seperti ruang
kelas baru dan peningkatan kualitas guru.
Kendati demikian, kata Eddy, 10 persen
dari anggaran pendidikan itu belum
termasuk gaji guru. Apabila termasuk,
maka persentase anggaran pendidikan
dari APBD Palembang akan jauh lebih
besar dari anggaran pendidikan nasional
sekalipun.
“Bila termasuk gaji guru, APBD Kota
Palembang bisa mencapai 41 persen,”
ujar Eddy usai rapat pembahasan APBD
2009 di Kantor Walikota Palembang,
Senin (8/9).
Karena itu, lanjut Eddy, dalam rapat
pembahasan APBD 2009, terlebih dahulu
pihaknya akan mendengar masukkan dari
instansi terkait. Asumsi perkiraan
anggaran masih harus digodok bersama.
BERSAMBUNG KE HALAMAN 3
Teras
2
Diterbitkan Oleh:
DINAS INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
KOTA PALEMBANG
SUSUNAN REDAKSI
Pengarah:
Drs. H. Rismalyani
Kepala Dinas Inforkom
Kota Palembang
Penanggung Jawab:
Kasubdin Pelayanan Inforkom
Kota Palembang
Pemimpin Redaksi:
Drs. H. Thamrin
Redaktur Pelaksana:
Hidayatullah Adronafis, SE
Sekretaris Redaksi:
Tuty Eliaty Efrodina, SH
Keuangan:
Zamhari, S.Sos, Zubaidah
Staf Redaksi:
Bambang Irawan S, SH
Drs. H. Thamrin,
Hj. Djuwita Ghazali,SH,
Hj. Asmawaty Thohironie, SH,
Drs. Husin Djauhari,
Iin Indraswari, S.Kom,
Indra Sena Wirawan, SE,
Lilik Wijayanti,
Widya Oktarina, ST,
Hidayatullah Adronafis, SE,
Rio Esha Saputra
Juan Kelly, SH
Fotografer:
Mastop, SH, Sairin,
Winardi, SE
Desain Grafis/Lay Out:
Djoean Kellij
Distribusi:
Syahlan, Junaidi
Alamat Redaksi:
Dinas Informasi dan
Komunikasi Kota Palembang
Jl. Nyoman Ratu No.1271
Palembang
(Depan Wisma Prodexim)
Telp. : (0711) 352271
Fax : (0711) 353262
Website: http://
inforkom.palembang.go.id
E-mail:
[email protected]
Percetakan: CV. JAYA SEMPURNA
(Isi di luar tanggung jawab percetakan)
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Salam Redaksi
Idealnya, Efisiensi dan Transparansi di Semua
Lini
EFISIENSI nampaknya merupakan suatu hal yang sangat urgen bagi para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat DPRD
Palembang. Tak heran, saat rapat pembahasan mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah perubahan (APBD-P) Kota Palembang Tahun 2008, para wakil rakyat melakukan PENYESUAIAN anggaran yang dinilai kurang bermanfaat atau belum menjadi skala prioritas.
Awalnya, usulan anggaran yang
diajukan oleh eksekutif adalah sebesar
RP 54,77 miliar, namun kemudian
akhirnya disetujui hanya sebesar Rp
49,19 miliar. Artinya, ada penghematan
anggaran sebesar Rp 5,58 miliar.
Penyesuaian anggaran demi upaya
efisiensi ini dilakukan pada beberapa
pos kegiatan pada beberapa dinas dan
instansi pemerintah. Antara lain pada
pos Bantuan Sosial Badan Perencanaan
Pengembangan Daerah (Bappeda),
serta anggaran pada Dinas Pekerjaan
Umum.
Wakil rakyat beralasan, banyaknya
penundaan program pembangunan
pada dinas maupun badan dikarenakan
pemerintah mengalihkan prioritasnya
pada sektor pengembangan sumber
daya manusia (SDM). Hal ini diakibatkan
tambahan anggara belanja banyak
terserap untuk pembayaran gaji PNS
hingga 85 persen.
Apalagi, pemerintah pusat menaikkan gaji PNS sebesar 20 persen sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 2008
dan adanya pengangkatan tenaga honorer dan tenaga pendidik,
serta tenaga kesehatan menjadi
PNS. Selain itu, langkah efisiensi ini juga di tempuh guna
meminimalisasi selisih pendapatan dan penerimaan anggaran
pemerintah.
Meski memperoleh tambahan
anggaran sebesar Rp 2,55 miliar dari
peningkatan sektor pajak dan retribusi
daerah, sehingga total pendapatan yang
diperoleh dari kedua sektor ini sebesar Rp
177,35 miliar dari jumlah sebelumnya
sebesar RP 174,8 miliar. Namun, pemerintah masih mengalami selisih pendapatan
dan belanja anggaran dengan perkiraan
sebesar Rp 16,74 miliar. Meskipun dapat
ditekan hingga menjadi sebesar Rp 9.36
miliar, untuk menutupi kekurangan tersebut
di upayakan melalui
peningkatan
penerimaan dari sektor lainnya.
Dalam hemat kami, inisiatif yang
dilakukan para wakil rakyat untuk
melakukan penghematan sudah cukup
tepat. Ditengah kondisi keuangan dan
resesi ekonomi global yang melanda
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, upaya penghematan merupakan suatu
hal yang memang perlu dijalankan.
Kendati demikian, upaya penghematan
anggaran ini idealnya dilaksanakan tak
hanya di tingkat eksekutif saja, namun di
semua lini. Tak terkecuali di tingkat legislatif
(DPRD).
Pada akhirnya, semangat melakukan
efisiensi ini akan menemukan muaranya
bila di imbangi dengan melakukan
transparansi. Tak hanya eksekutif, legislatif,
namun disemua lini. Itu kalau kita
menginginkan terwujudnya pemerintahan
yang baik dan bersih (good and clean
goverment). (***)
daksi,
e
R
m
Sala
KRONIKA
Pemkot Berikan THR
MENYAMBUT Hari Raya Idul Fitri 1429 H, Pemerintah Kota Palembang mengalokasikan
dana tunjangan hari raya (THR) bagi PNS dan tenaga honorer di lingkungan pemerintah
kota.
Menurut Sekretaris Daerah Kota Palembang Marwan Hasmen, pencairan THR tersebut
bersumber dari dana APBD 2008 Kota Palembang dan akan dilakukan paling lambat
sepekan (H-7) sebelum Lebaran. Setiap PNS dan tenaga honorer akan menerima uang
tunai sebesar Rp 150.000-200.000
Sementara itu, Wali Kota Palembang Ir H Eddy Santana Putra, MT mengungkapkan,
selain akan mendapatkan THR, para pegawai juga akan mendapat paket sembako
seperti beras dan minyak goreng yang diperoleh dari koperasi pegawai.(rio)
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Warta Utama
3
Golput di Palembang Cukup Tinggi
Lebih dari 30 Persen
Di Palembang Pasangan SOHE Ungguli ALDY
Palembang, WK
Jumlah warga Palembang yang tidak
memberikan hak suaranya (Golput) pada
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)
periode 2008-2013 pada 4 September
2008 lalu, ternyata cukup tinggi. Hal ini
terungkap saat rekapitulasi surat suara
Kota Palembang di Kantor KPUD
Palembang, Senin (8/9) lalu.
Dari 1.057.625 warga yang ada dalam
Daftar Pemih Tetap (DPT) di 16
Kecamatan se-Kota Palembang, hanya
700.093 warga palembang yang
menggunakan hak suaranya. Sisanya
sebanyak 346 674 atau sekitar 32,78
pesen warga tidak memberikan hak
pilihnya. Rekapitulasi suara untuk Kota
Palembang juga mencatat sebanyak
10.857 surat suara dinyatakan tidak sah.
Dari hasil penghitungan akhir,
pasangan nomor urut 1 Syahrial OesmanHelmi Yahya (Sohe) unggul atas
pasangan nomor urut 2 Alex NoerdinEddy Yusuf (Aldy). Pasangan Sohe
memeroleh sebanyak 368.164 suara,
unggul di 10 kecamatan di Kota
Palembang. Yaitu di Kecamatan Plaju
25.949 suara, Seberang Ulu I sebanyak
43.761 suara, Kertapati (20.560) suara,
Ilir Barat I (31.294) suara, Bukit Kecil
(11.354) suara. Kemudian di Kecamatan
Ilir Timur I (24.494), Kemuning (22.072),
Kalidoni (24.220), Sako (19.787), serta
Kecamatan Seberang Ulu II (22.640)
suara.
Pasangan Sohe kalah di Kecamatan Ilir
Barat II dengan 16.236 suara, Gandus
12.895, Ilir Timur II 41.324, Sukarame
28.695, Alang-alang Lebar 16.055 dan di
Kecamatan Sematang Borang dengan
6.828 suara.
Penerapan Parkir Berlangganan Belum Berjalan
Palembang, WK
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot)
Palembang menerapkan parkir berlangganan seperti yang diatur dalam peraturan daerah (Perda) Nomor 4 Tahun
2008 tentang Pengelolaan dan
Retribusi, belum terwujud. Pemerintah
saat ini masih melakukan kajian secara
teknis termasuk menyusun format
penagihan parkir yang ideal. Antara lain
melalaui pemberian insentif maupun
undian berhadiah.
Menurut Asisten I Sekretariat Daerah
(Sekda) Kota Palembang Abdullah
Farhan, terbitnya perda perparkiran
tidak secara langsung dapat direalisasikan. Aturan ini perlu di sempurnakan
melalui peraturan wali kota (perwali)
serta disosialisasikan ke masyarakat.
“Kami melakukan pungutan parkir
tentu pelayanan parkir bisa ditingkatkan.
Kami melihat masih perlu pembenahanpembenahan di sektor ini,” ujar Farhan
di ruang kerjanya, Senin (1/9).
Pembenahan itu, kata Farhan, ter-
masuk penentuan pemungutan lokasi
parkir guna mengantisipasi pungutan
ganda sehingga masyarakat tidak
merasa dirugikan. Farhan pun meminta
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota
Palembang selaku instansi yang terkait
langsung segera membenahi sistem
perparkiran di kota metropolis.
Pada
rapat
pembahasan
sebelumnya, Farhan meminta agar
penerapan parkir berlangganan diikuti
dengan pemberian insentif maupun
potongan khusus guna memberi
kemudahan bagi pengguna.
“Bahkan bila dimungkinkan, ada semacam rangsangan, seperti undian
berhadiah,” katanya.
Sementara itu, menurut Anggota
Komisi I DPRD Palembang Jonny
Yulianto, rencana penerapan parkir
berlangganan ini masih belum jelas.
“Yang namanya parkir berlangganan,
masyarakat hanya sekali membayar
selama setahun dan tidak perlu membayar lagi,” katanya. (yat)
2009, Anggaran Pendidikan .................................................. Lanjutan hal. 1
Pemenuhan anggaran pendidikan 20
persen di luar gaji guru seperti yang
diamanatkan pemerintah pusat masih
sulit dilakukan. Apalagi pendapatan asli
daerah saat ini masih minim.
“Perlu adanya sinergi dan bantuan dari
pemerintah pusat atau provinsi,” tegas
Eddy.
Sementara itu, Kepala Bappeda Kota
Palembang Lukman Hakim, mengatakan,
pembahasan APBD 2009 Kota
Palembang baru memasuki tahap
pemaparan dari dinas pendidikan. Dalam
pemaparan itu dinas pendidikan
mengajukan dana pendidikan sebesar
41,78 persen, termasuk untuk gaji guru
yang berjumlah sebanyak 13.000 orang.
“Masih akan ada perubahan mendasar
karena konsep awal baru saja disusun,”
katanya. (rio)
KEMAS KHOIRUL MUKHLIS
Sisa 6 kecamatan dimenangkan oleh
pasangan Aldy dengan total perolehan
suara sebanyak 331.929. Yakni di
Kecamatan Ilir Barat II sebanyak 16.701
suara, Gandus sebanyak 13.596 suara,
Ilir Timur II (41.517) suara, Sukarame
(30.698) Suara, Alang-alang Lebar
(19.341) suara dan Kecamatan
Sematang Borang (6.895) suara.
Pasangan Aldy kalah di Kecamatan
Plaju 16.328 suara, Seberang Ulu (SU) I
36.128, Kertapati 20.222, Ilir Barat (IB) I
25.082, Bukit Kecil 10.901, Ilir Timur (IT)
I 14.217, Kemuning 18.737, Kalidoni
21.973, Sako 19.201, dan kecamatan
Seberang Ulu II dengan hanya
memperoleh 20.392 suara.
Menurut Kemas khoirul Muklis,
perhitungan surat suara ini berjalan lancar
dan sukses.
“Ini dikarenakan dalam rekapitulasi
tersebut dapat dilakukan dengan cepat,
dan tak ada kesalahan ataupun protes
yang berarti dari saksi pasangan Aldy
maupun Sohe,” kata Mukhlis.
Disinggung mengenai ketatnya
penjagaan aparat kepolisian dari Poltabes
Palembang dan Polda Sumsel (Brimob)
dengan memblokir jalan menuju Kantor
KPUD Palembang dengan pagar kawat
berduri, menurut Mukhlis itu merupakan
suatu hal yang wajar.
“Hal ini mungkin merupakan salah satu
antisipasi atau mungkin prosedur dari
aparat kepolisian terhadap hal-hal yang
tidak diinginkan, dan demi kelancaran
penghitungan itu sendiri di sini,” katanya.
Hadir dalam acara rekapitulasi ini
seluruh anggota KPUD Palembang, 16
Ketua PPK, Panwaslu. Hadir pula
perwakilan dari Poltabes Palembang,
perwakilan dari Pemerintah Kota
Palembang, dan 2 saksi dari masingmasing pasangan calon gubenur, serta 2
warga saksi dari masing-masing kandidat
tersebut. (yat)
4
Liputan Kota
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Kantor Pelayanan Pajak Targetkan
Penerimaan Pajak Rp. 445 Miliar
Palembang, WK
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur tahun 2008 ini
menargetkan penerimaan pajak sebesar
Rp 455 miliar.
Dari target tersebut, saat ini telah terealisasi sebesar Rp 266 miliar yang didapat
dari penerimaan pajak penghasilan (PPh)
sebesar Rp 127,5 miliar dan pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar Rp 138,7
miliar.
Demikian diungkapkan Penjabat sementara (Pjs) Kepala KPP Pratama Palembang Ilir Timur IT Adinur Prasetyo,
Kamis (13/9).
Menurut Adinur, target ini lebih kecil
dibandingkan target tahun sebelumnya
sebesar RP 600 miliar.
”Ini karena sekitar 320 wajib pajak (WP)
dari KPP Pratama Palembang IT diambil
oleh WP Kota Palembang, akibatnya target kita pun diperkecil,” kata Adinur.
Para wajib pajak tersebut sebagian
besar adalah pembayar pajak yang beromzet besar. Tak heran jika jumlah WP
pada KPP Palembang saat ini membengkak hingga 1000 WP dari sebelumnya 680 WP.
Wilayah yang menjadi kewenangan
penarikan pajak oleh KPP Pratama Ilir Ti-
mur terdiri dari Palembang Ilir Barat, Ilir
Timur, Seberang Ulu, Kayuagung, Sekayu, Prabumulih, Baturaja, Lahat, Lubuklinggau, Pangkal Pinang, dan Tanjung
Pandan.
Adinur menerangkan, saat ini pembayaran pajak menjadi lebih mudah.
Apalagi setelah terbentuk dan beroperasinya KPP Pratama Ilir Timur. Jika
selama ini pembayaran PPh, nomor pokok wajib pajak (NPWP) dipisah antara
satu kantor dan kantor lainnya, maka
sekarang semua pembayaran digabung
menjadi satu atap di KPP Ilir Timur.
”Dibentuknya KPP Pratama sejalan
dengan reformasi perpajakan yang
komprehensif, terutama di bidang
modernisasi administrasi perpajakan,”
terang Adinur.
Ia optimis target tahun ini bisa dicapai.
Karena selain target sudah terealisasi
sebesar Rp 266,2 miliar, dengan
kehadiran KPP ini pihaknya juga
membidik para WP di perumahan elite,
pasar, serta mal. Begitupun untuk WP
orang pribadi seperti dokter, notaris,
pengacara, dan konsultan pajak. Apalagi
para WP ini banyak yang belum memiliki
nomor pokok wajib pajak.
”Dari hasil survei kami selama ini,
masih banyak WP baik badan maupun
OP yang belum memiliki NPWP. Padahal,
penghasilan mereka melebihi aturan
yang sudah dikeluarkan sesuai aturan
perpajakan,” ucapnya.
Kendati sesuai dengan perundangundangan yang berlaku para penunggak
pajak maupun aparatur pajak yang
menyalahgunakan kewenangan dapat
dikenai sanksi, menurut Adinur pihaknya
tidak akan terburu-buru menempuh jalur
hukum.
”Hingga saat ini, belum ada WP dan
petugas yang ditindak secara pidana,
karena kita terus melakukan pembinaan
secara persuasif. Antara lain melalui sunset policy,” jelas Adinur.
Ferdinan Sembiring, Pjs Seksi
Ekstensifikasi KPP Pratama Palembang
IT, menambahkan, pihaknya membidik
para pedagang di Pasar 16 Ilir guna
mencapai sisa target pajak tahun ini.
Pasalnya sebagian besar WP yang tidak
memiliki NPWP terdapat di wilayah
tersebut.
”Untuk di Pasar 16 Ilir, sekitar 100 WP
akan kita targetkan, dan yang menjadi
target adalah pemilik- pemilik toko atau
grosir dengan omzet di atas Rp1 miliar,”
katanya. (iin)
Layanan Pajak Satu Pintu di KPP Pratama
Palembang, WK
Guna memudahkan layanan pajak bagi para wajib pajak
(WP), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Selatan dan Bangka Belitung (DJP Sumsel dan Babel)
mendirikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
Gedung pelayanan pajak satu atap yang berada di Jalan
Tasik, Palembang ini diluncurkan secara resmi oleh Kepala
DJP Sumsel dan Babel Anang Sangkut, Selasa (16/9).
Menurut Anang, peluncuran KPP Pratama ini berdasarkan
surat Keputusan Dirjen Pajak No KEP-159/PJ/- 2008
tertanggal 4 September 2008. Dalam keputusan tersebut
dinyatakan, terhitung 9 September 2008, KPP di lingkungan
Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel mengalami
restrukturisasi organisasi atau modernisasi administrasi
perpajakan.
“Restrukturisasi organisasi ini salah satunya adalah
penggabungan dari semua kantor pajak, yaitu KPP, kantor
pelayanan PBB, dan kantor pemeriksaan dan penyidikan
pajak, yang digabung menjadi satu. Selanjutnya, peleburan
tersebut menjadi KPP Pratama sesuai kode dan wilayah
kerjanya masing-masing,” jelas Anang.
Di lingkungan Kanwil DJP Sumsel dan Babel, kata Anang,
dibentuk sebanyak 12 KPP Pratama dan 13 kantor
pengamatan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan
(KP2KP). Adapun KPP Pratama tersebut terdiri dari KPP
Pratama Palembang Ilir Timur, KPP Pratama Palembang
Ilir Barat, KPP Pratama Palembang Seberang Ulu, KPP
Pratama Kayu Agung, KPP Pratama Sekayu, KPP Pratama
Baturaja, KPP Pratama Prabumulih, KPP Pratama Lahat,
KPP Pratama Lubuklinggau, KPP Pratama Pangkal Pinang,
KPP Pratama Bangka, dan KPP Pratama Tanjung Pandan.
Nantinya semua sistem pelayanan melalaui modernisasi
administrasi perpajakan di KPP Pratama ini.
Dengan adanya KPP Pratama, Anang berharap pelayanan
pajak kepada masyarakat dapat lebih optimal sehingga
tingkat kepatuhan membayar pajak akan semakin tinggi.
Pada 2008 ini, DJP Sumsel dan Babel merencanakan target pajak sebesar Rp 4.100.733.120.000. saat ini
realisasinya sudah sebesar Rp
2.638.668.980.000
atau 64 persen. Sedangkan untuk wilayah Babel target penerimaan pajak sebesar Rp 2. 203.
627.370.000 dengan
realisasi sebesar Rp
2.638.668.980.000.
“Artinya kita sudah
melebihi target,” kata
Anang. (yat)
KEPALA DJP SUMSEL DAN BABEL ANANG SANGKUT
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Liputan Kota
5
Rumah Susun Kasnariansyah
Masih Sepi Peminat
LOKASI RUSUNAWA KASNARIANSYAH YANG MASIH SEPI PEMINAT.
Palembang, WK
Pembangunan rumah susun sewa di
Jalan Kasnariansyah yang telah menghabiskan anggaran pemerintah senilai Rp
7,5 miliar terancam mubazir. Pasalnya
hingga Senin, (10/9), belum ada kejelasan mengenai pembangunan ulititas seperti listrik dan air bersih. Hal ini diper-
FOTO:RYO
parah dengan masih sedikitnya warga
yang tertarik menyewa rumah susun ini.
Pihak pengelola pun sampai harus
membuka pendaftaran sebanyak dua kali.
Yaitu pada awal September dan pada 9
September. Namun warga yang berminat
terhadap rumah bertingkat ini hanya
sedikit.
“Baru 25 orang saja yang mau menyewa,” kata Staf Marketing PT Sarana
Pembangunan Palembang Jaya (SP2J),
Franky Hidayat.
Menurut Franky, peminat rumah susun
ini pada awalnya cukup membludak.
Namun kebanyakan mereka terganjal
pada persyaratan administrasi karena
pihak pengelola lebih memprioritaskan
penyewaan rumah susun ini pada warga
yang tidak mampu dan belum memiliki
tempat tinggal. Saat dibuka pendaftaran
kedua, jumlah peminat malah semakin
berkurang. Belum adanya fasilitas air dan
listrik adalah salah satu penyebab utama
keengganan warga menempati rumah
susun ini.
“Jika kondisi seperti ini dibiarkan
berlarut, kami pihak pengelola khawatir
akan terhambat dalam memasarkan
rusunawa tersebut,” ujar Franky.
Komentar berbeda dilontarkan oleh
Kepala Seksi Pengelolaan Perumahan
dan Gedung Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya Kota Palembang Tri Sudarsono. Menurutnya pembangunan fasilitas umum di rumah susun ini tidak ada
permasalahan lagi karena pihak kontraktor sudah menyelesaikannya. (yat)
Guru Agama Dapat Beasiswa
Palembang, WK
Kantor Wilayah Departemen Agama
Sumatera Selatan memberikan beasiswa
sebesar Rp 2 juta per tahun bagi 807 guru
di madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah
tsanawiyah (MTs), serta madrasah aliah
(MA), guna melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
“Tujuan pemberian beasiswa ini, selain
untuk pengentasan guru berpendidikan
yang bukan strata satu (S-1), juga untuk
meningkatkan kualitas guru itu sendiri,
yang pada akhirnya akan berdampak
pada peningkatan mutu pendidikan,” kata
Kepala Bidang Madrasah Pendidikan
Agama Islam pada Departemen Agama
Sumsel HM Ridwan.
Melalui beasiswa ini, kata Ridwan, para
guru yang masih berijazah diploma satu,
dua, atau tiga, dapat melanjutkan
pendidikan S-1 di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Antara lain di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden
Fatah Palembang, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Malang, Universitas
Gajah Mada (UGM), dan PTN yang lain.
“Mereka dipersilakan untuk mengambil
jurusan sesuai bidang ilmu masing-masing di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) atau Tarbiah,” ujar Ridwan.
Dia menerangkan, para guru yang ingin
mengikuti program ini harus melampirkan
nomor rekening sekolah karena anggaran dari Depag untuk dana beasiswa ini
akan disalurkan secara
langsung melalui rekening
sekolah masing-masing.
Selanjutnya
dana tersebut
akan disetorkan ke pihak
lembaga PTN
terkait.
“Departemen
agama baik
kabupaten
maupun kota
hanya membantu mengatur mekanismenya. Untuk DEMI PENINGKATAN KUALITAS GURU AGAMA MAKA AKAN DIBERIKAN
FOTO:IST
masalah da- BEASISWA PENDIDIKAN BAGI MEREKA.
na, kami tidak ikut terlibat,semua langsung
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Padari pusat,” katanya sembari menam- lembang Hasbullah Akib menyambut pobahkan, beasiswa hanya diberikan untuk sitif bantuan beasiswa bagi para pendidik
bantuan pembayaran SPP per semester.
rohani generasi penerus ini. Ia berharap
Ridwan melanjutkan, bagi guru yang bantuan serupa dapat terus bergulir di
belum mendapat kesempatan memper- masa mendatang, tidak hanya berasal
oleh beasiswa tahun ini, akan diupayakan dari pemerintah pusat saja.
untuk dapat mengikuti program beasiswa
“Jika pemerintah telah memberikan
pada tahun depan.
dana bantuan pendidikan, mungkin pada
“Jika tidak ada perubahan rancangan kesempatan yang sama pihak departeanggaran dari Depag, tahun depan akan men agama dapat membantu di bidang
dibuka kembali gelombang kedua untuk lain, seperti penambahan sarana dan praprogram beasiswa ini,” katanya.
sarana,” katanya. (rio)
Liputan Kota
6
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Terapkan Semi Busway, Bus Kota
dan Angkot Digeser ke Pinggiran
Gunakan Sistem Frekuensi
Palembang, WK
Bus kota maupun angkutan mobil angkutan kota (angkot) yang selama ini bebas
beroperasi di jalan-jalan utama dalam
Kota Palembang tak lama lagi akan segera di geser ke daerah pinggiran. Ini menyusul rencana Pemerintah Kota Palembang menerapkan semi-busway atau
Trans Musi tahun 2009 mendatang sebagai angkutan umum dalam kota.
“Dinas Perhubungan sendiri tidak akan
memperpanjang trayek bus kota yang
habis masanya. Nanti, dalam kota semua
semi-busway. Ini kebijakan pemerintah
kota menuju kota internasional,” kata Kasubdin LLAJ Dinas Perhubungan Palembang, Edi Nursalam.
Edi menerangkan, mobil angkot seperti
jurusan Km 5 – Ampera, Plaju - Ampera,
Kertapati -Ampera akan digusur ke daerah
pedalaman, Sukabangun II, Abusman dan
daerah lain yang belum terjamah
transportasi umum.
“Lagian, kita menilai keberadaan angkot
sebenarnya berdempetan dengan bus
kota. Artinya, rute yang mereka ambil,
sama dengan bus kota, tumpang tindih,”
ujar Edi.
Sementara mengenai Trans Musi, Edi
mengatakan, pada tahap I pihaknya sudah
menyiapkan 11 rute dengan prioritas awal
3 rute di awal 2009. Yaitu rute Jakabaring
- Alang-alang Lebar (AAL), Bandara SMB
II – Palembang Indah Mall (PIM), serta
Sako - Kambang Iwak .
“Tiga rute ini kita pilih karena akan
menghidupkan beberapa ruas jalan yang
belum tersentuh angkutan umum, seperti
“kita menilai keberadaan
angkot sebenarnya
berdempetan dengan bus
kota. Artinya, rute yang
mereka ambil, sama dengan
bus kota, tumpang tindih,”
Kasubdin LLAJ Dinas
Perhubungan Palembang,
Edi Nursalam
jalur SMB II dan PIM. Juga Sako akan
melewati jalur Celentang,” terangnya.
Selanjutnya pada tahap II akan
dikembangkan 8 rute lainnya, terdiri dari
Plaju – Karya Jaya, Pusri - Ampera, Sako
- Dempo, AAL - Talang Keranggo, Pusri Siguntang, Karya Jaya - AAL, SMB II -
Kambang Iwak, dan Bukit Besar Ampera.
Edi menjelaskan, pada tahap I dengan
3 rute pemerintah membutuhkan 94 halte
dengan 20 halte akan dijadikan sebagai
halte bersama. Nantinya setiap bus way
bisa berhenti di tempat tersebut.
“Misalkan, bus dari Sako atau SMB II
dapat bertemu di halte Jalan Sudirman.
Nah, penumpang dapat turun dan naik ke
bus lain, tanpa harus membayar karcis
tambahan,” jelas Edi.
Ditambahkannya, pada tiap halte akan
dibangun tempat pembelian tiket yang dijaga dua petugas dibantu satu petugas keamanan. Warga dapat membeli tiket dengan
sistem bulanan atau hanya sekali jalan.
“Rencananya, pembelian akan menggunakan sistem smart card,” ungkap Edi.
Busway yang digagas pemerintah
sebagai solusi mengatasi kemacetan,
efisiensi pemakaian bahan bakar
sekaligus sebagai angkutan ramah
lingkungan ini juga akan dilengkapi
dengan penggunaan teknologi canggih
melalui sistem frekuensi. Dengan pola
ini jarak masuknya satu bus ke bus lain
di satu halte dapat dideteksi.
“Untuk rute pertama, Jakabaring – AAL
diperkirakan, frekuensi atau headway
mencapay 17,84 menit. Rute kedua, SMB
II - PIM menapai 14,34 menit dan rute
ketiga, Sako - Kambang Iwak mencapai
12,96 menit. Artinya, penumpang harus
menunggu pada waktu tersebut, baru
mendapat bus jika menunggu di satu
halte. Berhentinya bus juga hanya dua
menit,” jelas Edi. (lik)
Desa di Sumsel Dapat Bantuan
dari Pemerintah Pusat
Palembang, WK
Sebanyak 400 desa di Provinsi
Sumatera Selatan (Sumsel) mendapat
bantuan dalam program penyediaan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat
yang diluncurkan oleh pemerintah pusat.
Menurut Kepala Dinas PU Cipta Karya
Provinsi Sumsel Fadhil Taufik, program air
minum dan sanitasi ini telah dimulai pada
pada 2007 lalu dengan sasaran 10 ribu
desa di tanah air. Namun realisasinya baru
pada 2008 ini. Sementara untuk Sumsel
baru mulai dikucurkan pada 2009
mendatang.
”Kecuali untuk Kota Palembang,
bantuan tersebut akan disalurkan pada
desa-desa tertinggal dan belum memiliki
fasilitas air bersih di kabupaten/kota di
Sumsel. Antara lain di Kabupaten Musi
Rawas, Banyuasin, OKI, serta OKU
Timur dan kabupaten lain,” terang Fadhil,
Kamis (13/9).
Kendati tidak menyebutkan total dana
yang dikucurkan untuk program tersebut,
namun menurut Fadhil, program ini
dilakukan dengan mekanisme sharing
antara pusat, provinsi, dan kabupaten
serta masyarakat penerima. Pemerintah
pusat hanya mengalokasikan anggaran
sebesar 75 persen dari total kebutuhan
masing-masing desa.
“Sharing program pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan
dengan berbasis ke masyarakat. Jadi,
masyarakat setempat tetap dilibatkan,”
ujar Fadhil.
Ia menerangkan, untuk anggaran yang
dikucurkan pemerintah pusat untuk pro-
gram tersebut per tahunnya cukup besar.
Sekitar Rp 300-500 juta untuk setiap
desa. Hal ini dikarenakan kebutuhan
masing-masing desa berbeda.
“Yah disesuaikan dengan geografis
desanya. Kalau desanya berada di lereng
perbukitan, seperti Pagaralam, berarti
penyediaan airnya menggunakan sistem
gravitasi dan dananya lebih rendah.
Namun, jika pada dataran memerlukan
jaringan dan pompa,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Air
Minum Dinas PU Cipta Karya Sumsel
Genta Titando mengaku belum tahu
berapa desa yang akan dikerjakan
terlebih dahulu pada 2009 mendatang.
Karena menurutnya untuk mendapatkan
program tersebut masih dibutuhkan
beberapa tahapan. (sen)
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Opini
7
Pendidikan dan Masyarakat Transisi
Oleh: Arif Satria
D
ARI tahun ke tahun berbagai
isu pendidikan begitu menyedot perhatian publik. Dari
mulai kontrovesi UndangUndang Sisdiknas, “komersialisasi” perguruan tinggi
negeri, konflik sekolah dengan pemerintah
daerah seperti kasus Kampar dan SLTPN 56
Jakarta, hingga soal Undang-Undang Guru
di akhir 2005 ini. Naiknya wacana pendidikan
ke tengah publik juga merupakan hal yang
positif. Bahwa, kini orang mulai peduli dengan
dunia pendidikan. Fenomena kritik dan
respons masyarakat terhadap isu-isu
kontroversial itu merupakan bagian dari
proses transformasi masyarakat ke arah lebih
demokratis. Unjuk rasa berbagai kelompok
sosial merupakan upaya unjuk keberdayaan
agar masyarakat tidak didikte lagi.
Bangkitnya kesadaran ini sangat mendasar
dalam proses pendewasaan bangsa menuju
civil society yang dicita-citakan. Sketsa
perkembangan masyarakat yang transisional
ini sekaligus merupakan iklim baru bagi dunia
pendidikan untuk kembali berperan dalam
transformasi sosial ini. Pertanyaannya,
bagaimana dunia pendidikan mesti merespon
perkembangan baru tersebut ? Serta,
bagaimana dunia pendidikan mampu
mentransformasi dirinya sehingga justru tidak
ketinggalan oleh dunia di luarnya ?
Struktur Dominasi: Ciri Masa Lalu
Apa hubungan antara negara dan dunia
pendidikan ? Ini pertanyaan penting untuk
menjawab posisi dunia pendidikan dalam
setting sosial di masa lalu. Semua orang tahu
bahwa ada hubungan asimetris antara negara
dan dunia pendidikan pada masa Orde Baru.
Negara begitu kuat mendominasi semua
sektor termasuk pendidikan.
Bentuk dominasi tersebut sekaligus
menggambarkan betapa dependensi dunia
pendidikan terhadap negara sangat tinggi.
Dependensi ini terlihat dalam berbagai bentuk
“dukungan” dunia pendidikan terhadap sistem
sosial yang diciptakan negara. “Dukungan”
yang dipaksakan tersebut muncul dalam
berbagai dimensi.
Pertama, dalam dimensi politik, para pendidik mesti terhimpun dalam organisasi yang
menyalurkan aspirasi politiknya ke Golkar.
Homogenisasi organisasi pelajar menjelma
dalam bentuk OSIS. Di kampus ada NKK/
BKK yang memandulkan gerakan mahasiswa. Para pimpinan perguruan tinggi dan sekolah lalu menjadi kepanjangan tangan penguasa untuk menjaga stabilitas di lingkungan dunia
pendidikan tersebut. Tradisi berpikir kritis dan
dialektis mau tidak mau sulit berkembang.
Kedua, dalam dimensi keilmuan, dimana
ilmu-ilmu yang dikembangkan merupakan
“dukungan” apa maunya negara. Ilmu-ilmu
sosial yang dikembangkan di pendidikan
tinggi, misalnya, merupakan ilmu-ilmu yang
non-konfliktual. Pendekatan konflik jarang
dikenalkan, sebaliknya pendekatan struktural
fungsionalisme yang lebih menekankan
keharmonisan dan keseimbangan sosial
sangat ditekankan. Ini merupakan justifikasi
teoritis terhadap praktek politik yang
menekankan stabilitas waktu itu. Sekaligus
menjelaskan mengapa pendekatan struktural
yang neo-marxis tidak berkembang.
Contoh lainnya dalam pendidikan
pertanian, yang ternyata
didominasi oleh wacana beras,
sehingga produk teknologi serta
perubahan
sosial
yang
dikembangkan perguruan tinggi semua untuk
kepentingan produksi beras yang memang
merupakan obsesi penguasa waktu itu.
Pendidikan pertanian tak mampu keluar dari
belenggu wacana beras untuk sejenak
berpikir secara lebih independen tentang visi
pertanian masa depan. Akibatnya, dapat
dipahami mengapa kita tertinggal dari Thailand dalam pengembangan teknologi
hortikultura, peternakan, dan perikanan.
Ketiga, dimensi pengajaran. Praktek
pengajaran dalam pendidikan didominasi
oleh suatu model yang diistilahkan Paulo
Freire (1995) sebagai pendidikan “gaya
bank”. Pendidikan diibaratkan kegiatan
“menabung” ; guru jadi penabungnya dan
murid jadi celengannya.
Pendekatan “gaya bank” memiliki asumsi
bahwa anak didik adalah obyek yang kosong
akan pengetahuan, sehingga harus diisi.
Dalam konsep ini, pengetahuan merupakan
sebuah anugerah yang dihibahkan oleh
mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang di anggap
tidak berpengetahuan apa-apa. Menurut
Freire, menganggap bodoh secara mutlak
kepada orang lain merupakan ciri dari ideologi
penindasan. Dalam pendidikan macam ini,
kreatifitas dan kritisisme sulit ditemukan.
Tentu, manusia yang muncul akan lebih
bersifat mekanistik dan tidak menyejarah.
Pengalaman pendidikan masa lalu tersebut
menggambarkan bahwa pendekatan
pragmatik-teknokratik menjadi cirinya. Lulusannya pun mudah ditebak, yakni (meminjam istilah Anas Urbaningrum) hanya memiliki
kecerdasan teknokratik dan bukan kecerdasan intelektual. Kecerdasan teknokratik
hanyalah kecerdasan “mesin” yang jauh dari
persoalan moral, sosial, estetika, dan lainnya.
Sebaliknya kecerdasan intelektual adalah
kecerdasan transformatif yang signifikan
dalam transformasi sosial yang tidak semata
membutuhkan kemampuan teknis.
Proses Pembebasan : Ciri Masa Depan
Nah, ketika desakralisasi negara terjadi
pasca reformasi ini, struktur dominasi negara
terhadap dunia pendidikan akan kian
melemah. Gejala otonomisasi perguruan tinggi negeri merupakan salah satu sinyalnya. Sehingga, proses pembebasan kemudian tidak
saja difokuskan pada bagaimana membebaskan pendidikan dari struktur dominasi negara, tetapi juga pada bagaimana dunia
pendidikan mampu membebaskan dari
belenggu dirinya sendiri.
Agar, mampu menyesuaikan diri dengan
dinamika sosial baru yang lebih terbuka,
demokratis, dan dialektis. Ada beberapa hal
yang mesti mulai dipikirkan dunia pendidikan
berkaitan dengan hal tersebut.
Pertama, dunia pendidikan mesti memiliki
visi baru tentang potret masyarakat masa
depan. Daya visioner tersebut akan sangat
menentukan bagaimana pendidikan
berlangsung. Dengan visi tersebut, semakin
jelas kualifikasi manusia yang diperlukan
sejarah yang sedang dan akan berlangsung.
Tanpa visi, tentu praktek pendidikan hanya
menghasilkan manusia yang lalu menjadi
beban sejarah, karena tidak mampu terlibat
dalam proses sejarah yang begitu dinamis.
Kedua, pengembangan keilmuan secara
independen. Independensi yang perlu
dibangun tidak semata independensi
terhadap negara tetapi juga independensi
terhadap kelas sosial tertentu dalam rangka
kepentingannya. Seperti diketahui bahwa
pada masa lalu, pengembangan keilmuan
diperguruan tinggi, secara sengaja atau tidak,
memberikan dukungan besar terhadap
semakin mapannya kelas-kelas atas dalam
sistem sosial kita.
Independensi ini akan semakin penting
dalam mengukuhkan posisi pendidikan sebagai transformator masyarakat. Independensi mesti dimaknai sebagai keberpihakan
terhadap cita-cita sosial yang adil dan
makmur yang bebas dari kesenjangan. Dalam
hal ini pengembangan keilmuan harus mulai
diarahkan pada dukungan mentransformasi
struktur sosial ke arah yang lebih egaliter dan
tidak senjang. Untuk itu pengembangan
keilmuan diarahkan untuk mendukung
kepentingan mobilitas vertikal masyarakat
kelas bawah yang kini selalu tertinggal di
landasan saat kita “tinggal landas”.
Ketiga, perlunya landasan filsafat dalam
pengembangan keilmuan. Dengan kekuatan
filsafat memungkinkan kita memahami sekatsekat ideologi yang mewarnai perkembangan
suatu teori tertentu, sehingga kita pun
memiliki ruang yang cukup untuk melakukan
kritik atau bahkan menyempurnakannya.
Selama ini seolah ilmu dianggap given
sehingga sangat mudah jatuh menjadi
doktrin, yang tertutup kemungkinan untuk
mengkritisi. Dengan landasan filsafat tersebut
semakin memungkinkan bagi anak didik
untuk memahami bagaimana suatu teori
dibangun sehingga semakin mudah pula
untuk memahami dalam konteks mana suatu
teori itu relevan diterapkan.
Apalagi dalam era pasca modernisme ini
dimana sudah tumbuh kesadaran melakukan
rekonstruksi teori berbasis setting sosial lokal.
Sehingga, ilmu-ilmu yang dikembangkan
mampu menjawab permasalahan riil yang
ada. Sekaligus, mengurangi ketergantungan
terhadap teori-teori Barat. Bagaimana pun
teori-teori yang berasal dari setting sosial di
luar kita (baca: Barat) seringkali a historis dan
kurang tepat menjawab tantangan realitas
yang ada (lihat Damanhuri, 1999).
Keempat, merubah metode pendekatan ke
arah yang lebih membebaskan. Paulo Freire
menyebutnya sebagai “metode pendidikan
hadap-masalah” (problem posing), yang
berfokus pada laku pemahaman (acts of cognition) dan bukan pada pengalihan informasi.
Dalam pendekatan baru ini, dialog sangat
dipentingkan karena merupakan prasyarat
dalam menguak realitas. Dan, inilah yang
membuat anak didik menjadi kritis dan kreatif,
sehingga kebenaran tidak lagi akan dimonopoli oleh pendidik. Dengan demikian, dominasi pendidik akan melemah dan sekaligus
akan membebaskan anak didik dari belenggu
dominasi itu. Inilah bekal bagi munculnya
kelompok manusia yang menyejarah.
Gagasan transformasi ini akan berwujud
jika kalangan dunia pendidikan sadar bahwa
masyarakat ternyata telah selangkah lebih
“maju”. Kalau dunia pendidikan lambat
merespon dinamika masyarakat yang begitu
kompleks dan cepat, maka dunia pendidikan
pada gilirannya nanti hanya menjadi beban
sejarah serta terseret-seret oleh arus
perubahan.Penulis adalah Kepala Divisi
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Pusat
Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan
(PKSPL) IPB.Email: [email protected]
8
Liputan Kota
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Diperlukan, Kurikulum Muatan Lokal
tentang Pendidikan Lingkungan
Palembang, WK,
Pemerintah didesak proaktif dan konsisten mengatasi kerusakan lingkungan
yang selama ini kerap mengemuka. Pada
sisi lain, pengenalan lingkungan kepada
generasi penerus perlu ditanamkan sejak
dini agar terbentuk kesadaran melestarikan lingkungan secara menyeluruh.
Hal ini dapat dimulai dengan dimasukkannya pemberian pendidikan berbasis
lingkungan dalam kurikulum muatan lokal
pendidikan bagi siswa SD dan SMP di
Provinsi Sumsel.
“Melalui pendidikan lingkungan, selain
dapat memahami seriusnya masalah lingkungan, para siswa juga akan memiliki
pengharapan dan komitmen untuk melakukan perubahan,” kata Direktur Wahana Bumi Hijau (WHB) Sumsel, Deddy
Permana, Rabu (3/9).
Sebagai negara berpenduduk padat, Indonesia tentunya tak lepas dari kompleksitas persoalan lingkungan. Seperti
erosi, penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan. Belum lagi persoalan banjir, penumpukan limbah yang melebihi kemampuan pengolahan, serta ancaman-ancaman kerusakan lingkungan bagi sumber
daya pertanian, tanah, air,dan udara.
“Perlu ada generasi yang mampu menekan dan mengatasi masalah lingkungan,” tegas Deddy.
Desakan pemberlakuan kurikulum muatan lokal tentang lingkungan juga dikemukakan Yulius, Koordinator Sahabat
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel. Menurut dia, pendidikan lingkungan
memiliki cakupan lebih besar karena
menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan atau pelajaran, seperti sains, teknologi, ekonomi, geografi.
“Pendidikan lingkungan bertujuan menciptakan SDM yang peduli dengan nilainilai keterampilan dan pengetahuan agar
KAWASAN SEKITAR GUNUNG DEMPO KOTA PAGARALAM SUDAH MENERAPKAN SISTEM
FOTO: IST
PENGAJARAN LINGKUNGAN.
ke depan mampu mengelola lingkungan
secara lebih bijaksana,” katanya.
Yulius mengakui beberapa daerah di Sumsel telah menerapkan sistem pengajaran
lingkungan ini, terutama di daerah yang
memiliki hutan lindung dan taman nasional.
“Seperti kawasan Hutan Sembilang Banyuasin, Kawasan Gunung Dempo Pagaralam, serta sejumlah tempat di Kabupaten Musi Banyuasin,” sebut Yulius.
Namun, kata Yulius, kurikulum pendidikan lingkungan di daerah-daerah tersebut cenderung disesuaikan dengan
kondisi lingkungan setempat yang banyak terdapat lahan basah seperti hutan
manggrove, rawa, dan hutan gambut.
“Akibatnya, bahan ajar yang diterapkan
juga terkait hal tersebut,” ujar Yulius.
Perlu Pembahasan
Pada sisi lain, menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Sumsel, Tarmizi Mairu,
pendidikan lingkungan sebenarnya telah
ada atau menempel di sejumlah mata
pelajaran ilmu alam maupun ilmu sosial
yang diajarkan selama ini.
Kendati demikian, lanjutnya, untuk mengakomodir usulan ini diperlukan pembahasan
terlebih dahulu dengan dengan pihak-pihak
terkait dan kompeten seperti akademisi, ahli
lingkungan, dan dinas pendidikan.
Pembahasannya pun harus jelas.
“Misalnya bentuk penerapan pendidikan lingkungan itu seperti apa dan apa
saja cakupannya,” kata Tarmizi.
Menurutnya, masing-masing sekolah
bisa saja menerapkan kurikulum muatan
lokal yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan daerah bersangkutan.
“Jika pendidikan lingkungan memang
dianggap penting untuk dimasukkan ke
dalam kurikulum muatan lokal dalam satu
mata pelajaran khusus, silakan saja. Jika
itu memang dianggap baik untuk
diterapkan,” tambahnya. (yat)
Gubernur Terpilih Jangan Abaikan Lingkungan
Palembang, WK
Masalah lingkungan dan reformasi agraria atau pertanahan merupakan persoalan yang cenderung diabaikan oleh para
pemimpin di Sumsel. Partai politik pun
demikian. Karena itu Gubernur Sumsel
terpilih dituntut peduli. Masyarakat Sumsel
pun diharapkan tetap kritis mengawasi
jalannya pemerintahan.
“Kalau masyarakat Sumsel tak mengawal proses politik yang dilakukan
Gubernur Sumsel terpilih, kita patut khawatir Gubernur Sumsel mendatang akan
menjadikan investasi sebagai satu satunya jawaban yang dilakukannya atas
persoalan yang dihadapi masyarakat
Sumsel,” kata Direktur Nasional Walhi,
Chalid Muhammad, Jumat(14/9).
Pembiayaan program pembangunan
bila hanya bertumpu pada investasi yang
melibatkan koorporasi skala besar
dikhawatirkan akan berdampak terhadap
rusaknya lingkungan hidup. Selain itu
eksploitasi alam dalam skala massif (besar-besaran) akan terjadi tanpa diimbangi dengan melestarikan lingkungan
itu sendiri.
“Kita menyambut baik program
sekolah dan berobat gratis, tapi jika
pemerintah membiayai itu dengan
membuka ruang bagi koorporasi skala
besar dan merusak alam, apakah ini bisa
di benarkan? ‘’ ujar Chalid.
Perlu Dikoreksi
Alumnus Fakultas Hukum Universitas
Tadulako, Palu Sulawesi Tengah ini
berharap pemerintah Sumsel kedepan
mengkoreksi perilaku investasi para
pemilik modal raksasa. Pemerintah pun
harus berani mengevaluasi dan mengaudit terhadap seluruh perizinan yang dikeluarkan pemerintah dalam pengelolaan
lahan atau tanah untuk perkebunan dan
hutan tanaman industri.
“Jika ada izin usaha yang belum beroperasi namun berpotensi mersuak
pelestarian alam harus segera dicabut,”
kata Chalid.
“Pemerintah tentu bisa mengandalkan
ekonomi yang berbasis kerakyatan, dan
tak hanya mengandalkan investor, karena
investasi cenderung merusak perekonomian masyarakat secara struktural.
Kalau tidak ada koresi oleh tim Alex Noerdin - Eddy Yusuf, maka mereka sama saja
dengan pemerintahan sebelumnya,”
tambahnya. (yat)
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Serba - Serbi
9
Kuaci Mencegah Serangan Prostat
B
IJI labu merah bukan cuma enak dibikin kuaci sebagai
camilan di kala
senggang. Ternyata
kuaci juga berkhasiat sebagai obat maupun mencegah
pembesaran kelenjar prostat. Begitu juga
buah saw palmetto.
Orang Jawa Tengah menyebut labu
merah sebagai waluh. Daging buahnya
yang berwarna kuning bersemu merah
kalau sudah masak, enak disayur atau
dikolak. Sedangkan bijinya yang berkulit
putih, dan sedikit lebih besar dari biji
semangka yang berkulit hitam, juga biasa
diolah sebagai kuaci yang gurih rasanya.
Ada dua jenis labu merah, Cucurbita
moschata Duch ex Poir dan Cucurbita
pepo L. (Gembong Tjitrosoepomo, 1994).
Tanaman dan buah ini mudah dijumpai
di Tanah Air. Sedangkan saw palmetto jauh dari tempat kita, yaitu di Amerika Serikat bagian selatan, mulai dari Kalifornia
Selatan hingga Florida.
Dalam biji labu merah (ada juga yang
bilang labu kuning) itulah terletak khasiatnya dalam mencegah maupun
mengatasi hipertrofi atau pembesaran
prostat jinak (benign prostatic hyperplasia). Sedangkan khasiat saw palmetto
tersimpan pada buahnya.
Sejalan dengan proses menua
Gangguan berupa pembesaran prostat
jinak (PPJ) ini hanya mengancam ayah
atau kakek kita. Sebab, kelenjar prostat
hanya dimiliki kaum pria.
Fungsinya saja memproduksi cairan
prostat yang menyediakan zat makanan
bagi sperma. Kelenjar yang kira-kira seukuran biji kacang tanah itu letak persisnya
ada di antara tulang kemaluan dan anus,
mengelilingi pangkal saluran kemih atau
air seni (uretra).
PPJ dibandingkan dengan gangguan lain, misalnya kanker prostat, memang paling sering terjadi. Penyebab PPJ belum
diketahui secara pasti. Diduga, erat
kaitannya dengan proses penuaan. Makanya, PPJ biasanya mulai timbul atau
dirasakan pada usia 40 - 45 tahun. Sejalan
dengan proses penuaan, terjadi perubahan pada sistem hormonal dalam tubuh.
Secara bertahap terjadi proses reduksi
biologis terhadap hormon testosteron akibat pengaruh enzim 5-alfa-reduktase menjadi hormon dihidrotestosteron. Perubahan yang berlangsung secara bertahap
dekat pintu masuk kandung kemih seolaholah tercekik. Otomatis pengeluaran air
seni jadi terganggu. Makanya, penderita
akan sering kencing, terutama pada
malam hari. Adakalanya tak tertahankan
sampai mengompol segala.
Bila jepitan pada uretra meningkat,
keluarnya air seni pun makin sulit dan
pancaran kencing jadi melemah lalu
mendadak berhenti. Akibatnya, timbul
rasa amat nyeri pada perut karena air
seni yang tertahan. Keadaan ini selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada
kandung kencing.
Apabila PPJ sudah sedemikian rupa,
dan aliran air seni terhenti, untuk mengeluarkan air kecing harus digunakan
kateter. Cara ini akan dirasakan sakit oleh
penderita. Pada tahap serius, dokter terpaksa melakukan pembedahan dengan
memotong kelenjar prostat (Ariawan Soejoenoes, dkk., 1996).
Tapi, mencegah jelas merupakan langkah bijaksana. Makanya, jika timbul gejala-gejala hipertrofi prostat jinak, seyogianya segera mengonsumsi obat. Labu merah atau saw palmetto bisa dijadikan pilihan alternatif. Biji labu merah bisa dikonsumsi dalam bentuk kuaci, direbus, atau disangrai. Tidak ada batasan
berapa banyak yang harus dimakan.
Sebenarnya, pemanfaatan biji labu merah sebagai obat PPJ sudah ada sejak
zaman dulu. Dr. W. Devrient dari Berlin,
Jerman, menganjurkan kepada pasien
PPJ agar mengonsumsi biji labu merah
secara teratur untuk menghambat pembesaran kelenjar prostat. Malah biji labu
merah dikatakan punya khasiat memudakan kembali daya seksualitas pria.
Nah, apa nggak untung, sekali merengkuh dayung dua pulau terlampaui?
Di Eropa dan Amerika, biji labu merah
populer sebagai obat pencegah gangguan prostat. Terbukti, pria yang terbiasa
makan biji labu merah secara teratur tidak
mengalami gangguan kelenjar prostat
selama hidupnya (Richard Lucas, 3).
Apanya yang berhasiat ?
Dalam biji labu merah terkandung
sejumlah zat antara lain jenis asam amino
yang langka (seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam aminobutirat,
etilasparagina, dan sitrulina) dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan
kelenjar prostat (semisal alanina, glisina,
dan asam glutamat).
Biji labu merah juga mengandung unsur
mineral Zn (seng) dan Mg (magnesium)
yang sangat penting bagi kesehatan organ reproduksi, termasuk kelenjar prostat. Kandungan lainnya berupa asam lemak utama, yaitu asam linoleat, asam oleat, dan sedikit asam linolenat. Selain itu
vitamin E (tokoferol) dan karotenoid,
yakni lutein dan beta-karoten juga ada di
dalam daging bijinya.
Sementara buah saw palmetto mengandung sejumlah asam lemak, meliputi
asam laurat, asam linoleat, asam linolenat, asam miristat, asam oleat, asam
palmitat, dan asam stearat. (Bombardelli,
E., Morrazoni, P., 1997).
Namun, dalam hal ini yang paling pegang peranan di antara semua itu ialah
kandungan hormon beta-sitosterol pada
biji labu merah maupun buah saw palmetto (selain beta-sitostreol, buah ini juga
mengandung sterol lain seperti stigmasterol dan aukosterol).
Hormon beta-sitosterol itulah yang menyimpan khasiat menghambat atau menekan kerja enzim 5-alfa-reduktase. Enzim ini akan mengurangi terbentuknya
hormon dihidrotestosteron dari hormon
testosteron. Dengan begitu, membesarnya kelenjar prostat dapat dicegah.
Hormon beta-sitosterol dalam biji labu
merah ataupun buah saw palmetto itu
juga menghambat terbentuknya prostaglandin dalam jaringan prostat. Artinya,
menurunnya kadar prostaglandin akan
mencegah pembesaran kelenjar prostat.
Atau dengan kata lain kelenjar prostat
yang sudah mengalami pembesaran
akan mengecil kembali.
Unsur Zn dan magnesium dalam biji labu
merah juga sangat menunjang upay di
tanah berpasir. Tumbuhan ini spesifik
dengan batang yang menjalar mendatar
sepanjang 1,8 - 3 m, dan bercabang. Pada
ujungnya tumbuh batang pendek, yang
muncul di permukaan tanah dengan daun
berbentuk menjari. Pada bagian tepi daun
berbagi seperti gergaji, dengan panjang
tangkai daun 1,5 m. Perbungaan malai
dengan tangkai sepanjang tangkai daun.
Bagi kalangan penduduk di sana,
buahnya memang digunakan sebagai
obat untuk mengatasi iritasi kandung
kencing, uretra, dan kelenjar prostat. Sebab, zat-zat yang terkandung di dalamnya
dapat menstimulasi selaput lendir saluran
air seni. Selain itu juga digunakan sebagai
tonikum, obat bronkitis, pelancar air seni
dan sedatif (Bombardelli, E., Morrazoni,
P., 1997).
Obat gangguan prostat produksi industri yang beredar selama ini
kebanyakan berasal dari buah saw palmetto. Harganya lumayan mahal, maklum tanaman ini asli Amerika Serikat. Andaikata obat itu diracik dari biji labu merah
yang melimpah di Indonesia, tentu harganya akan tidak semahal yang berasal
dari buah saw palmetto.
Barangkali para pakar tanaman obat di
Tanah Air perlu membahas pengolahan
biji labu merah sebagai obat untuk gangguan prostat. Sebelum itu terlaksana,
anjuran Dr. W. Devrient dari Berlin itu
mungkin perlu diikuti: makanlah secara
teratur biji labu merah agar dapat terhindar dari gangguan prostat, hiperplasia
prostat jinak, terutama bagi para pria
dewasa.(Kompas Cyber Media)
(Djoko Hargono, pecinta dan
pemerhati obat bahan alami)
Ragam
10
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Ekonomi Politik Anggaran dan
Optimalisasi PAD
K
Oleh Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, PhD
EUANGAN daerah bisa dilihat dari dua sisi yang saling mengisi, yaitu sisi pendapatan dan sisi penganggaran. Untuk menyusun
APBD diperlukan pendekatan politik anggaran berbasis kinerja yang berorientasi
outcome dan stakeholder. Karena itu, strategi
optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bukanlah semata-mata ditujukan untuk memperoleh sebesar-besarnya pemasukan bagi
kas daerah, tetapi juga memperhatikan implikasi sosial dan lingkungannya kepada masyarakat.
Perspektif ekonomi politik dan politik ekonomi mempunyai perbedaan. Yang pertama
adalah membahas tentang permasalahan
ekonomi yang dikaji dari kacamata politik.
Yang kedua adalah permasalahan politik yang
dikaji dari kacamata ekonomi atau melalui
pendekatan ‘public choice’ (pilihan publik),
seperti melihat pemilu legislatif dari analisis
‘market’ (pasar) dimana ‘demand’ (pemilih)
dan ‘supply’ (yang dipilih) ditentukan oleh oleh
‘price’ (janji politik).
Pembahasan paper ini adalah dalam ruang
lingkup yang pertama disebutkan diatas atau
‘ekonomi politik’ dari anggaran pemerintah.
Jadi lokusnya (tempat lokasi kajian) adalah
anggaran, sedangkan fokusnya adalah politik.
Politik pemerintahan lokal walaupun dalam
aspek-aspek tertentu berciri khas lokal/
kedaerahan tetap mengacu pada koridor
Nasional Negara kesatuan RI.
Sebagai contoh legislasi nasional yang
menjadi acuan dalam penganggaran adalah
UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 3 disebutkan:
Keuangan Negara dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
Empat point terakhir dalam pasal ini apabila
diimplementasikan dengan baik (‘good governance’) akan besar kontribusinya pada
stakeholders external atau masyarakat. ‘Good
governance’ atau bisa di Indonesiakan
menjadi tatalaksana pemerintahan yang baik
menyarankan partisipasi nyata ketiga sektor
yaitu sektor pemerintah, sektor privat dan
sektor masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan publik.
Pelibatan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan publik belum tentu mencerminkan
spirit ‘good governance’.
Beberapa kasus mengindikasikan pelibatan
masyarakat hanyalah untuk memenuhi standard dan prosedur kerja pengambilan keputusan publik, ataupun sekedar justifikasi bahwa masyarakat telah dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan tersebut. Karena bisa
saja keputusan-keputusan publik tetap memuat misi pesanan dari para elit pemerintahan
atau politik namun belum mencerminkan
kepentingan masyarakat ataupun kelompokkelompok masyarakat marginal. Oleh karena
itu prinsip efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan perlu terus dievaluasi
secara berkesinambungan.
Dalam petunjuk teknis penyelesaian daftar
isian pelaksanaan anggaran (DIPA) tahun
anggaran 2005 disebutkan asas-asas baru
penyusunan anggaran yaitu memenuhi kaidah: asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, asas profesionalitas, asas keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara,
dan asas pemeriksaaan keuangan oleh
badan pemeriksa yang bebas yang mandiri.
Asas akuntabilitas yang berorientasi hasil
masih membutuhkan waktu untuk penyempurnaannya. Oleh karena itu dalam petunjuk
umum penyelesaian DIPA Bab I Pendahuluan
disebutkan bahwa:
‘Penganggaran berbasis kinerja pada TA
2003, masih berupa semangat (spirit) untuk
memulai pendektan berbasis kinerja yaitu
dengan mencantumkan sasaran kegiatan
berupa keluaran dan sasaran program
berupa hasil. Namun demikian perhitungan
alokasi anggaran belum didasarkan atas
jumlah keluaran atau hasil yang direncanakan. Perhitungan alokasi dana yang digunakan untuk masing-masing kegiatan masih
didasarkan atas masukan (input), sebagai
contoh: jumlah pegawai, jumlah barang inventaris maupun perhitungan indeks untuk
masing-masing masukan’.
Dokumen formal ini menggarisbawahi
bahwa anggaran berbasis kinerja yang
berorientasi hasil belum sepenuhnya diterapkan. Paling tidak ada beberapa hal yang
menjadi kendala penerapannya.
Pertama, system dan prosedur penganggaran saat ini masih design lama oleh karena
itu dikatakan diatas bahwa system penganggaran masih didasarkan pada masukan, belum pada hasil. Kedua, skill, pengetahuan,
kesiapan mental dan budaya politik para aparat dilembaga eksekutif dan legislatif masih
terus dalam proses ‘learning’ untuk menerima
dan mempraktekan sepenuhnya pendekatan
anggaran yang berbasis kinerja ini. Ketiga,
perlu pengembangan supra struktur pemerintahan yang memberikan ruang fungsi pengawasan anggaran bukanlah monopoli lembaga2 pemerintahan, tetapi memberikan ruang kepada publik untuk mempunyai akses
mengawasi dan mengevaluasi anggaran pemerintahan. Rancangan UU kebebasan mendapatkan informasi publik merupakan suatu
terobosan yang cukup riil dalam mengupayakan fungsi pengawasan public mendapatkan akar payung hukumnya.
Penerapan anggaran yang berbasis kinerja
sebenarnya ditujukan untuk menjamin agar
setiap sen uang yang dikeluarkan adalah untuk
membiayai hasil dari kegiatan publik tersebut.
Bukannya dana terkuras untuk membiayai input (termasuk birokrat dan birokrasi) dan
hasilnya belum tentu bermanfaat bagi publik.
Keberhasilan dalam penerapan suatu
strategi anggaran publik yang dilakukan oleh
suatu dinas pemerintahan akan memungkinkan program publik tersebut didanai dan
di perluas cakupannya baik secara horizontal dan vertikal. Sedangkan kegagalan dalam
menerapkan suatu strategi anggaran publik
perlu mendapatkan kaji ulang terhadap strategi tersebut.
Apabila strategi program tersebut sebenarnya baik dan yang menjadi sebab kegagalan adalah faktor lainnya, seperti skill
sumber daya manusianya yang rendah dll,
maka masih memungkinkan program tersebut masih dibiayai dengan tambahan mem-
perbaiki skill aparatur pelaksana.
Namun, jika strategi program tersebut memang yang kurang baik, maka strategi program yang baru dituntut untuk dikembangkan
untuk kemudian diputuskan pendanaannya.
Oleh karena dalam sistem anggaran berbasis
kinerja dan beorientasi hasil kreatifitas aparat
pemerintahan dituntut lebih.
Dasar penyusuan anggaran adalah rencana kerja hasil penjabaran perencanaan
strategis yang juga memuat visi, misi, tujuan,
program dan kegiatan. Kemudian indicatorindikator kinerja disusun sebagai alat detektsi
untuk mengevaluasi suatu program masih
sejalan dengan visi, misi dan tujuan dari program tersebut. Indikator-indikator kinerja
sendiri merupakan perangkat yang perlu terus
dievaluasi apakah indikator-indikator tersebut
benar-benar mengevaluasi program yang
akan dan sedang dievaluasi.
Dalam penerapan awal anggaran yang berbasis kinerja ini sangat dimungkinkan indikator-indikator yang disusun kurang berhubungan dengan program yang ada. Seiring
dengan semakin meningkatnya skill, pengetahuan dan pengalaman aparatur dalam system anggaran berbasis kinerja maka kevalidan dari indikator-indikator tersebut akan
semakin tinggi.
Anggaran juga berkaitan erat dengan
pendapatan daerah. Ketergantungan yang
tinggi terhadap subsidi pemerintah pusat
merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi
suatu pemerintahan daerah. Kecilnya anggaran
pembangunan membuat fungsi sosial ekonomipolitik dari anggaran tersebut semakin minim.
Namun menggenjot pendapatan daerah
juga perlu memperhatikan implikasi sosial
politis dan lingkungannya, disamping
implikasi ekonominya. Bisa saja pendapatan
pemerintah meningkat secara drastik karena
semakin dipertinggi dan diperluasnya
bermacam-macam tipe pungutan restibusi,
namun hal ini dapat berakibat ekonomi biaya
tinggi, karena naiknya harga barang-barang
akan menyebabkan inflasi. Daerah ini juga
menjadi kurang kondusif bagi para calon investor yang ingin ikut berusaha diwilayah ini
dan menyebabkan hilangnya kesempatan
kerja yang tentunya bermanfaat mengatasi
masalah sosial didaerah ini.
Optimalisasi PAD bukanlah semata-mata
diartikan meningkatkan Rupiah kedalam kas
daerah, tetapi optimalisasi PAD seyogyanya
dilihat sebagai strategi mengoptimalkan
fungsi PAD sebagai penyeimbang anggaran
berbasis kinerja yang berorientasi outcome
dan stakeholders. Sinergi fungsi pendapatan
dan penganggaran adalah ditujukan pada
kegiatan yang benar-benar membawa hasil
yang positif bagi daerah tersebut (pemerintah,
privat dan masyarakat).
Oleh karena itu struktur pembiayaan dan
penganggaran terutama untuk program
pembanguan tidak selalu tertuju pada kas
keuangan daerah, namun dapat digunakan
strategi-setrategi partnership atau kemitraan
antar pemerintah, privat dan masyarakat
dalam koridor ‘good governance’. Maksudnya
unsur masyarakat berfungsi aktif, dan dijamin
hak dan kewajiban dalam proses
penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program kemitraan tersebut.
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
Profil
11
Baharuddin Lopa
Tak Pernah Kenal Rasa Takut
ASALAH penegakan hukum
di Indonesia terus menjadi
sorotan dan menuai kritik
dari semua kalangan, baik di
negeri sendiri maupun
mancanegara. Momentum reformasi pada
Mei 1998 tenyata belum menjadi spirit
kebangkitan pemberantasan korupsi, kolusi
dan nepotisme. Bahkan, disinyalir justru
banyak aparat penegak hukum yang
menjadi “pemain hukum” karena lemahnya
mentalitas serta komitmen mereka untuk
menjadikan hukum sebagai panglima.
Imbasnya, rakyat kehilangan kepercayaan
kepada para pengadil ini.
Kendati demikian, ditengah krisis kepercayaan kepada para penegak hukum
tersebut, rakyat Indonesia masih bisa
tersenyum. Kenapa demikan? Karena
mereka masih memiliki figur penegak
hukum yang menjadi panutan. Walaupun
yang bersangkutan telah tiada, spirit,
komitmen serta kebersahajaan hidupnya
akan menjadi ideologi yang tetap hidup
selamanya. Figur yang dimaksud tidak
lain adalah Baharudin Lopa.
Dalam menegakkan hukum dan keadilan, Baharudin Lopa merupakan jaksa
yang tidak pandang bulu. Dia tidak punya
rasa takut kecuali hanya kepada Allah. Dia
teladan bagi orang-orang yang berani melawan arus kebobrokan serta pengaruh
kapitalisme dan liberalisme dalam hukum.
Ketika menjabat Jaksa Tinggi Makassar,
ia memburu seorang koruptor kakap, akibatnya ia masuk kotak, hanya menjadi penasihat menteri. Ia pernah memburu kasus
mantan Presiden Soeharto dengan mendatangi teman-temannya di Kejaksaan
Agung, di saat ia menjabat Sekretaris
Jenderal Komnas HAM. Lopa menanyakan
kemajuan proses perkara Pak Harto.
Memang akhirnya kasus Pak Harto diajukan
ke pengadilan, meskipun hakim gagal
mengadilinya karena kendala kesehatan.
Sejak ditunjuk sebagai Jaksa Agung
menggantikan Marzuki Darusman pada
6 Juni 2001 di era Presiden Abdurrahman
Wahid, Lopa bekerja keras untuk memberantas korupsi. Konon, Ia bersama staf
ahlinya Dr Andi Hamzah dan Prof Dr Achmad Ali serta staf lainnya, bekerja hingga
pukul 23.00 setiap hari.
Lopa memburu Sjamsul Nursalim yang
sedang dirawat di Jepang dan Prajogo
Pangestu dinilai bernuansa politik oleh
berbagai kalangan, namun Lopa tidak mundur. Lopa bertekad melanjutkan penyidikan,
kecuali ia tidak lagi menjabat Jaksa Agung.
Anak Dusun
Barlop, demikian pendekar hukum itu
biasa dipanggil, lahir di rumah panggung
berukuran kurang lebih 9 x 11 meter, di
Dusun Pambusuang, Sulawesi Selatan,
27 Agustus 1935. Rumah itu sampai
sekarang masih kelihatan sederhana untuk ukuran keluarga seorang mantan
M
Menteri Kehakiman dan HAM dan Jaksa
Agung. Ibunda pria perokok berat ini
bernama Samarinah. Di rumah yang
sama juga lahir seorang bekas menteri,
Basri Hasanuddin. Lopa dan Basri punya
hubungan darah sepupu satu.
Keluarga dekatnya, H. Islam Andada,
menggambarkan Lopa sebagai pendekar
yang berani menanggung risiko, sekali
melangkah pantang mundur. Ia akan mewujudkan apa yang sudah di ucapkannya.
Memang ada kecemasan dari pihak keluarga atas keselamatan jiwa Lopa begitu
ia duduk di kursi Jaksa Agung. Ia patuh
pada hukum, bukan pada politik.
Istri Lopa, Indrawulan, telah memberi
contoh kesederhanaan istri seorang
pejabat. Watak keras dan tegas suaminya
tidak dibuat-buat. Karena itu, ia berusaha
sedapat mengikuti irama kehidupan suaminya, mendukungnya dan mendoakan
bagi ketegaran Lopa.
Dalam usia 25, Baharuddin Lopa, sudah
menjadi bupati di Majene, Sulawesi Selatan.
Ia, ketika itu gigih menentang Andi Selle,
Komandan Batalyon 710 yang terkenal kaya
karena melakukan penyelundupan.
Lopa pernah menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan mengepalai Pusdiklat
Kejaksaan Agung di Jakarta. Sejak 1982,
Lopa menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Selatan. Pada tahun yang
sama, ayah tujuh anak itu meraih gelar
doktor hukum laut dari Universitas Diponegoro, Semarang, dengan disertasi Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan
yang Digali dari Bumi Indonesia.
Begitu diangkat sebagai Kajati Sulawesi
Selatan, Lopa membuat pengumuman di
surat kabar: ia meminta masyarakat atau
siapapun, tidak memberi sogokan kepada
anak buahnya. Segera pula ia menggebrak korupsi di bidang reboisasi, yang
nilainya Rp 7 milyar. Keberhasilannya itu
membuat pola yang diterapkannya dijadikan model operasi para jaksa di seluruh
Indonesia.Dengan keberaniannya, Lopa
kemudian menyeret seorang pengusaha
besar, Tony Gozal alias Go Tiong Kien ke
pengadilan dengan tuduhan memanipulasi dana reboisasi Rp 2 milyar. Padahal,
sebelumnya, Tony dikenal sebagai orang
yang ‘’kebal hukum’’ karena hubungannya
yang erat dengan petinggi. Bagi Lopa tak
seorang pun yang kebal hukum.
Lopa menjadi heran ketika Majelis Hakim yang diketuai J. Serang, Ketua
Pengadilan Negeri Ujungpandang, membebaskan Tony dari segala tuntutan. Tetapi diam-diam guru besar Fakultas
Hukum Unhas itu mengusut latar belakang vonis bebas Tony. Hasilnya, ia menemukan petunjuk bahwa vonis itu lahir
berkat dana yang mengalir dari sebuah
perusahaan Tony.
Sebelum persoalan itu tuntas, Januari
1986, Lopa dimutasi menjadi Staf Ahli
Menteri Kehakiman Bidang Perundangundangan di Jakarta. J. Serang juga dimutasi
ke Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan.
Tokoh Anti Korupsi
Lopa menerima anugerah Government
Watch Award (Gowa Award) atas pengabdiannya memberantas korupsi di Indonesia
selama hidupnya. SimboliSasi penganugeragan penghargaan itu ditandai
dengan Deklarasi Hari Anti Korupsi yang
diambil dari hari lahir Lopa pada 27 Agustus.
Lopa terpilih sebagai tokoh anti korupsi
karena telah bekerja dan berjuang untuk
melawan ketidakadilan dengan memberantas korupsi di Indonesia tanpa putus
asa selama lebih dari 20 tahun. Almarhum
Lopa memang telah meninggalkan kita.
Namun semangat, ketegasan, komitmen
serta kesederhanaan hidupnya akan
tetap langgeng dan menginsipirasi anak
bangsa ini. Semoga saja.
BIODATA
Nama : Baharuddin Lopa
Lahir : Mandar, 27 Agustus 1935
Meninggal: Arab Saudi, 3 Juli 2001
Agama :Islam
Pendidikan : SD, Tinambung
SMP, Majene
SMA, Ujungpandang
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (1962)
Kursus Reguler Lemhanas (1979)
FH Universitas Diponegoro, Semarang (Doktor,
1982)
Karir : - Jaksa pada Kejaksaan Negeri
Ujungpandang (1958-1960)
- Bupati Majene (1960)
- Kepala Kejaksaan Negeri Ternate (1964)
- Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara
(1966-1970)
- Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh (1970-1974)
- Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat
(1974-1976)
- Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung, Jakarta
(1976-1982)
- Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan
(1982-1986)
- Staf Ahli Menteri Kehakiman, Jakarta (1986)
- Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Kabinet Persatuan
- Jaksa Agung Kabinet Persatuan
Alamat Rumah :
- Kompleks Pondok Bambu Asri Raya No 1,
Jakarta Timur
12
Geliat Kota
EDISI XVII / SEPTEMBER 2008
KOTA PALEMBANG DARI WAKTU KE WAKTU TERUS BERBENAH. SARANA DAN PRASARANA
PEMBANGUNAN, BAIK SECARA FISIK MAUPUN MENTAL TERUS DIUPAYAKAN. DEMI
MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT. BERIKUT GELIAT KOTA PALEMBANG
DALAM BIDIKAN LENSA WARTA KOTA. (FOTO-FOTO: MASTOP, SAIRIN, WINARDI, RYO, IST/NET)
BERENANG BERSAMA DI KOLAM RETENSI BAGI ANAK-ANAK SD INI
MERUPAKAN HIBURAN SETELAH JENUH BELAJAR DI SEKOLAH
WAWAKO PALEMBANG MENINJAU PENJUALAN BUAH DI KAWASAN
PASAR CINDE
MEMAKAI INAI MERUPAKAN TRADISI YANG DILAKUKAN SAAT
PELAKSANAAN PERNIKAHAN ATAUPUN PERTUNANGAN
KETIKA HUJAN DERAS TAK ADA LAGI PERBEDAAN STATUS UNTUK
BERTEDUH
BERMAIN AIR DI HALAMAN SEKOLAH YANG TERGENANG AIR SETELAH
HUJAN DERAS SELAM SATU HARI
TOWER OPERATOR SELULER MENJAMUR DI PEMUKIMAN KOTA,
MENJADIKAN PALEMBANG SEPERTI HUTAN TOWER
Download