TERBITAN DWIMINGGUAN GELIAT KOTA METROPOLITAN EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 http://inforkom.palembang.go.id Efisiensi Mendasari Penetapan APBD Perubahan Palembang, WK Efisiensi nampaknya merupakan harga mati bagi Panitia Anggaran DPRD Palembang. Tak heran, dalam rapat mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Kota Palembang Tahun 2008, panita tersebut akhirnya memangkas anggaran dari semula sebesar Rp 54,77 miliar akhirnya disetujui hanya sebesar Rp 49,19 miliar. Menurut Anggota Panitia Anggaran DPRD Palembang Irmaidi, semula APBD 2008 berjumlah Rp 1,28 triliun. Tetapi dengan tambahan dari APBD-P, jumlahnya meningkat menjadi Rp 1,32 triliun. “Jadi, terjadi penghematan untuk belanja modal, barang, dan jasa,” ujar Irmaidi, Senin (10/9). Pemangkasan anggaran demi upaya efisiensi ini dilakukan pada beberapa pos, salah satunya adalah anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum. Usulan awal yang diajukan oleh dinas ini adalah sebesar Rp 132,9 miliar namun kemudian hanya disetujui sebesar Rp 3,9 miliar saja. Dengan kondisi ini, dinas pekerjaan umum sudah barang tentu harus melakukan penundaan pekerjaan dan memprioritaskan pelaksanaan pembangunan fisik berdasarkan skala prioritas. “Mana yang bisa ditunda, tentu akan ditunda,” kata Irmaidi. Ia menerangkan, salah satu proyek dinas PU yang ditunda adalah pembangunan jalan masuk ke Pasar Buah Jakabaring serta pembangunan pelataran parkir di Pasar Plaju. “Pembangunan banyak ditunda karena dananya kurang, sekaligus untuk meminimalisasi defisit anggaran,” ungkap Irmaidi seraya menambahkan, selain dinas pekerjaan umum, anggaran Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (Bappeda) pun mengalami penyesuaian sehingga bantuan sosial dipangkas Rp 400 juta dari Rp 21,4 miliar. Banyak Terserap Gaji PNS Irmaidi menjelaskan, perolehan tambahan anggaran berasal dari peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari Rp 174,8 miliar bertambah Rp 2,55 miliar. Peningkatan terjadi di sektor pajak dan retribusi daerah. Imbasnya, belanja langsung dapat dikurangi sebesar Rp 4,8 miliar. Pada sisi lain, pemerintah pun mengalami defisit anggaran. Meski dapat ditekan menjadi Rp 9,36 miliar dari perkiraan defisit sebesar Rp 16,74 miliar, namun IRMAIDI jumlah ini masih dirasakan terlalu besar. Hal ini diakibatkan tambahan anggara belanja banyak terserap untuk pembayaran gaji PNS hingga 85 persen. Apalagi pemerintah pusat menaikkan gaji PNS sebesar 20 persen sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 2008 dan adanya pengangkatan tenaga honorer dan tenaga pendidik, serta tenaga kesehatan menjadi PNS. “Idealnya, defisit berada di bawah Rp 5 miliar. Namun, pemangkasan dana dirasakan sudah cukup maksimal,” katanya sembari meminta eksekutif tidak mela- LUKMAN HAKIM kukan pinjaman ke bank guna menutupi defisit karena hal itu dapat membebani anggaran. Sementara itu, menurut Kepala Bappeda Palembang Lukman Hakim, tidak adanya penambahan anggaran pada sejumlah dinas maupun badan salah satu penyebabnya adalah akibat perubahan asumsi ekonomi makro karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Kondisi keuangan saat ini memang mengharuskan setiap dinas/badan melakukan efisiensi,” ujar Lukman. (yat) 2009, Anggaran Pendidikan Dialokasikan 41 Persen Termasuk Gaji Guru Palembang, WK Rencana penerapan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBD Pemerintah Kota Palembang nampaknya belum akan terlaksana. Bahkan, pemerintah memperkirakan anggaran pendidikan pada APBD 2009 hanya setengahnya saja (10 persen), atau meningkat sebesar 2 persen dari anggaran pendidikan tahun 2008 yang sebesar 8 persen. Menurut Walikota Palembang Ir H Eddy Santana Putra MT, Anggaran pendidikan 10 persen itu murni dari APBD yang digunakan untuk mengejar target wajib belajar 12 tahun. Selain itu, untuk membangun sarana dan prasarana, seperti ruang kelas baru dan peningkatan kualitas guru. Kendati demikian, kata Eddy, 10 persen dari anggaran pendidikan itu belum termasuk gaji guru. Apabila termasuk, maka persentase anggaran pendidikan dari APBD Palembang akan jauh lebih besar dari anggaran pendidikan nasional sekalipun. “Bila termasuk gaji guru, APBD Kota Palembang bisa mencapai 41 persen,” ujar Eddy usai rapat pembahasan APBD 2009 di Kantor Walikota Palembang, Senin (8/9). Karena itu, lanjut Eddy, dalam rapat pembahasan APBD 2009, terlebih dahulu pihaknya akan mendengar masukkan dari instansi terkait. Asumsi perkiraan anggaran masih harus digodok bersama. BERSAMBUNG KE HALAMAN 3 Teras 2 Diterbitkan Oleh: DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA PALEMBANG SUSUNAN REDAKSI Pengarah: Drs. H. Rismalyani Kepala Dinas Inforkom Kota Palembang Penanggung Jawab: Kasubdin Pelayanan Inforkom Kota Palembang Pemimpin Redaksi: Drs. H. Thamrin Redaktur Pelaksana: Hidayatullah Adronafis, SE Sekretaris Redaksi: Tuty Eliaty Efrodina, SH Keuangan: Zamhari, S.Sos, Zubaidah Staf Redaksi: Bambang Irawan S, SH Drs. H. Thamrin, Hj. Djuwita Ghazali,SH, Hj. Asmawaty Thohironie, SH, Drs. Husin Djauhari, Iin Indraswari, S.Kom, Indra Sena Wirawan, SE, Lilik Wijayanti, Widya Oktarina, ST, Hidayatullah Adronafis, SE, Rio Esha Saputra Juan Kelly, SH Fotografer: Mastop, SH, Sairin, Winardi, SE Desain Grafis/Lay Out: Djoean Kellij Distribusi: Syahlan, Junaidi Alamat Redaksi: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Palembang Jl. Nyoman Ratu No.1271 Palembang (Depan Wisma Prodexim) Telp. : (0711) 352271 Fax : (0711) 353262 Website: http:// inforkom.palembang.go.id E-mail: [email protected] Percetakan: CV. JAYA SEMPURNA (Isi di luar tanggung jawab percetakan) EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Salam Redaksi Idealnya, Efisiensi dan Transparansi di Semua Lini EFISIENSI nampaknya merupakan suatu hal yang sangat urgen bagi para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Palembang. Tak heran, saat rapat pembahasan mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah perubahan (APBD-P) Kota Palembang Tahun 2008, para wakil rakyat melakukan PENYESUAIAN anggaran yang dinilai kurang bermanfaat atau belum menjadi skala prioritas. Awalnya, usulan anggaran yang diajukan oleh eksekutif adalah sebesar RP 54,77 miliar, namun kemudian akhirnya disetujui hanya sebesar Rp 49,19 miliar. Artinya, ada penghematan anggaran sebesar Rp 5,58 miliar. Penyesuaian anggaran demi upaya efisiensi ini dilakukan pada beberapa pos kegiatan pada beberapa dinas dan instansi pemerintah. Antara lain pada pos Bantuan Sosial Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (Bappeda), serta anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum. Wakil rakyat beralasan, banyaknya penundaan program pembangunan pada dinas maupun badan dikarenakan pemerintah mengalihkan prioritasnya pada sektor pengembangan sumber daya manusia (SDM). Hal ini diakibatkan tambahan anggara belanja banyak terserap untuk pembayaran gaji PNS hingga 85 persen. Apalagi, pemerintah pusat menaikkan gaji PNS sebesar 20 persen sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 2008 dan adanya pengangkatan tenaga honorer dan tenaga pendidik, serta tenaga kesehatan menjadi PNS. Selain itu, langkah efisiensi ini juga di tempuh guna meminimalisasi selisih pendapatan dan penerimaan anggaran pemerintah. Meski memperoleh tambahan anggaran sebesar Rp 2,55 miliar dari peningkatan sektor pajak dan retribusi daerah, sehingga total pendapatan yang diperoleh dari kedua sektor ini sebesar Rp 177,35 miliar dari jumlah sebelumnya sebesar RP 174,8 miliar. Namun, pemerintah masih mengalami selisih pendapatan dan belanja anggaran dengan perkiraan sebesar Rp 16,74 miliar. Meskipun dapat ditekan hingga menjadi sebesar Rp 9.36 miliar, untuk menutupi kekurangan tersebut di upayakan melalui peningkatan penerimaan dari sektor lainnya. Dalam hemat kami, inisiatif yang dilakukan para wakil rakyat untuk melakukan penghematan sudah cukup tepat. Ditengah kondisi keuangan dan resesi ekonomi global yang melanda negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, upaya penghematan merupakan suatu hal yang memang perlu dijalankan. Kendati demikian, upaya penghematan anggaran ini idealnya dilaksanakan tak hanya di tingkat eksekutif saja, namun di semua lini. Tak terkecuali di tingkat legislatif (DPRD). Pada akhirnya, semangat melakukan efisiensi ini akan menemukan muaranya bila di imbangi dengan melakukan transparansi. Tak hanya eksekutif, legislatif, namun disemua lini. Itu kalau kita menginginkan terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean goverment). (***) daksi, e R m Sala KRONIKA Pemkot Berikan THR MENYAMBUT Hari Raya Idul Fitri 1429 H, Pemerintah Kota Palembang mengalokasikan dana tunjangan hari raya (THR) bagi PNS dan tenaga honorer di lingkungan pemerintah kota. Menurut Sekretaris Daerah Kota Palembang Marwan Hasmen, pencairan THR tersebut bersumber dari dana APBD 2008 Kota Palembang dan akan dilakukan paling lambat sepekan (H-7) sebelum Lebaran. Setiap PNS dan tenaga honorer akan menerima uang tunai sebesar Rp 150.000-200.000 Sementara itu, Wali Kota Palembang Ir H Eddy Santana Putra, MT mengungkapkan, selain akan mendapatkan THR, para pegawai juga akan mendapat paket sembako seperti beras dan minyak goreng yang diperoleh dari koperasi pegawai.(rio) EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Warta Utama 3 Golput di Palembang Cukup Tinggi Lebih dari 30 Persen Di Palembang Pasangan SOHE Ungguli ALDY Palembang, WK Jumlah warga Palembang yang tidak memberikan hak suaranya (Golput) pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) periode 2008-2013 pada 4 September 2008 lalu, ternyata cukup tinggi. Hal ini terungkap saat rekapitulasi surat suara Kota Palembang di Kantor KPUD Palembang, Senin (8/9) lalu. Dari 1.057.625 warga yang ada dalam Daftar Pemih Tetap (DPT) di 16 Kecamatan se-Kota Palembang, hanya 700.093 warga palembang yang menggunakan hak suaranya. Sisanya sebanyak 346 674 atau sekitar 32,78 pesen warga tidak memberikan hak pilihnya. Rekapitulasi suara untuk Kota Palembang juga mencatat sebanyak 10.857 surat suara dinyatakan tidak sah. Dari hasil penghitungan akhir, pasangan nomor urut 1 Syahrial OesmanHelmi Yahya (Sohe) unggul atas pasangan nomor urut 2 Alex NoerdinEddy Yusuf (Aldy). Pasangan Sohe memeroleh sebanyak 368.164 suara, unggul di 10 kecamatan di Kota Palembang. Yaitu di Kecamatan Plaju 25.949 suara, Seberang Ulu I sebanyak 43.761 suara, Kertapati (20.560) suara, Ilir Barat I (31.294) suara, Bukit Kecil (11.354) suara. Kemudian di Kecamatan Ilir Timur I (24.494), Kemuning (22.072), Kalidoni (24.220), Sako (19.787), serta Kecamatan Seberang Ulu II (22.640) suara. Pasangan Sohe kalah di Kecamatan Ilir Barat II dengan 16.236 suara, Gandus 12.895, Ilir Timur II 41.324, Sukarame 28.695, Alang-alang Lebar 16.055 dan di Kecamatan Sematang Borang dengan 6.828 suara. Penerapan Parkir Berlangganan Belum Berjalan Palembang, WK Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang menerapkan parkir berlangganan seperti yang diatur dalam peraturan daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pengelolaan dan Retribusi, belum terwujud. Pemerintah saat ini masih melakukan kajian secara teknis termasuk menyusun format penagihan parkir yang ideal. Antara lain melalaui pemberian insentif maupun undian berhadiah. Menurut Asisten I Sekretariat Daerah (Sekda) Kota Palembang Abdullah Farhan, terbitnya perda perparkiran tidak secara langsung dapat direalisasikan. Aturan ini perlu di sempurnakan melalui peraturan wali kota (perwali) serta disosialisasikan ke masyarakat. “Kami melakukan pungutan parkir tentu pelayanan parkir bisa ditingkatkan. Kami melihat masih perlu pembenahanpembenahan di sektor ini,” ujar Farhan di ruang kerjanya, Senin (1/9). Pembenahan itu, kata Farhan, ter- masuk penentuan pemungutan lokasi parkir guna mengantisipasi pungutan ganda sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan. Farhan pun meminta Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang selaku instansi yang terkait langsung segera membenahi sistem perparkiran di kota metropolis. Pada rapat pembahasan sebelumnya, Farhan meminta agar penerapan parkir berlangganan diikuti dengan pemberian insentif maupun potongan khusus guna memberi kemudahan bagi pengguna. “Bahkan bila dimungkinkan, ada semacam rangsangan, seperti undian berhadiah,” katanya. Sementara itu, menurut Anggota Komisi I DPRD Palembang Jonny Yulianto, rencana penerapan parkir berlangganan ini masih belum jelas. “Yang namanya parkir berlangganan, masyarakat hanya sekali membayar selama setahun dan tidak perlu membayar lagi,” katanya. (yat) 2009, Anggaran Pendidikan .................................................. Lanjutan hal. 1 Pemenuhan anggaran pendidikan 20 persen di luar gaji guru seperti yang diamanatkan pemerintah pusat masih sulit dilakukan. Apalagi pendapatan asli daerah saat ini masih minim. “Perlu adanya sinergi dan bantuan dari pemerintah pusat atau provinsi,” tegas Eddy. Sementara itu, Kepala Bappeda Kota Palembang Lukman Hakim, mengatakan, pembahasan APBD 2009 Kota Palembang baru memasuki tahap pemaparan dari dinas pendidikan. Dalam pemaparan itu dinas pendidikan mengajukan dana pendidikan sebesar 41,78 persen, termasuk untuk gaji guru yang berjumlah sebanyak 13.000 orang. “Masih akan ada perubahan mendasar karena konsep awal baru saja disusun,” katanya. (rio) KEMAS KHOIRUL MUKHLIS Sisa 6 kecamatan dimenangkan oleh pasangan Aldy dengan total perolehan suara sebanyak 331.929. Yakni di Kecamatan Ilir Barat II sebanyak 16.701 suara, Gandus sebanyak 13.596 suara, Ilir Timur II (41.517) suara, Sukarame (30.698) Suara, Alang-alang Lebar (19.341) suara dan Kecamatan Sematang Borang (6.895) suara. Pasangan Aldy kalah di Kecamatan Plaju 16.328 suara, Seberang Ulu (SU) I 36.128, Kertapati 20.222, Ilir Barat (IB) I 25.082, Bukit Kecil 10.901, Ilir Timur (IT) I 14.217, Kemuning 18.737, Kalidoni 21.973, Sako 19.201, dan kecamatan Seberang Ulu II dengan hanya memperoleh 20.392 suara. Menurut Kemas khoirul Muklis, perhitungan surat suara ini berjalan lancar dan sukses. “Ini dikarenakan dalam rekapitulasi tersebut dapat dilakukan dengan cepat, dan tak ada kesalahan ataupun protes yang berarti dari saksi pasangan Aldy maupun Sohe,” kata Mukhlis. Disinggung mengenai ketatnya penjagaan aparat kepolisian dari Poltabes Palembang dan Polda Sumsel (Brimob) dengan memblokir jalan menuju Kantor KPUD Palembang dengan pagar kawat berduri, menurut Mukhlis itu merupakan suatu hal yang wajar. “Hal ini mungkin merupakan salah satu antisipasi atau mungkin prosedur dari aparat kepolisian terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, dan demi kelancaran penghitungan itu sendiri di sini,” katanya. Hadir dalam acara rekapitulasi ini seluruh anggota KPUD Palembang, 16 Ketua PPK, Panwaslu. Hadir pula perwakilan dari Poltabes Palembang, perwakilan dari Pemerintah Kota Palembang, dan 2 saksi dari masingmasing pasangan calon gubenur, serta 2 warga saksi dari masing-masing kandidat tersebut. (yat) 4 Liputan Kota EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Kantor Pelayanan Pajak Targetkan Penerimaan Pajak Rp. 445 Miliar Palembang, WK Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur tahun 2008 ini menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 455 miliar. Dari target tersebut, saat ini telah terealisasi sebesar Rp 266 miliar yang didapat dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp 127,5 miliar dan pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar Rp 138,7 miliar. Demikian diungkapkan Penjabat sementara (Pjs) Kepala KPP Pratama Palembang Ilir Timur IT Adinur Prasetyo, Kamis (13/9). Menurut Adinur, target ini lebih kecil dibandingkan target tahun sebelumnya sebesar RP 600 miliar. ”Ini karena sekitar 320 wajib pajak (WP) dari KPP Pratama Palembang IT diambil oleh WP Kota Palembang, akibatnya target kita pun diperkecil,” kata Adinur. Para wajib pajak tersebut sebagian besar adalah pembayar pajak yang beromzet besar. Tak heran jika jumlah WP pada KPP Palembang saat ini membengkak hingga 1000 WP dari sebelumnya 680 WP. Wilayah yang menjadi kewenangan penarikan pajak oleh KPP Pratama Ilir Ti- mur terdiri dari Palembang Ilir Barat, Ilir Timur, Seberang Ulu, Kayuagung, Sekayu, Prabumulih, Baturaja, Lahat, Lubuklinggau, Pangkal Pinang, dan Tanjung Pandan. Adinur menerangkan, saat ini pembayaran pajak menjadi lebih mudah. Apalagi setelah terbentuk dan beroperasinya KPP Pratama Ilir Timur. Jika selama ini pembayaran PPh, nomor pokok wajib pajak (NPWP) dipisah antara satu kantor dan kantor lainnya, maka sekarang semua pembayaran digabung menjadi satu atap di KPP Ilir Timur. ”Dibentuknya KPP Pratama sejalan dengan reformasi perpajakan yang komprehensif, terutama di bidang modernisasi administrasi perpajakan,” terang Adinur. Ia optimis target tahun ini bisa dicapai. Karena selain target sudah terealisasi sebesar Rp 266,2 miliar, dengan kehadiran KPP ini pihaknya juga membidik para WP di perumahan elite, pasar, serta mal. Begitupun untuk WP orang pribadi seperti dokter, notaris, pengacara, dan konsultan pajak. Apalagi para WP ini banyak yang belum memiliki nomor pokok wajib pajak. ”Dari hasil survei kami selama ini, masih banyak WP baik badan maupun OP yang belum memiliki NPWP. Padahal, penghasilan mereka melebihi aturan yang sudah dikeluarkan sesuai aturan perpajakan,” ucapnya. Kendati sesuai dengan perundangundangan yang berlaku para penunggak pajak maupun aparatur pajak yang menyalahgunakan kewenangan dapat dikenai sanksi, menurut Adinur pihaknya tidak akan terburu-buru menempuh jalur hukum. ”Hingga saat ini, belum ada WP dan petugas yang ditindak secara pidana, karena kita terus melakukan pembinaan secara persuasif. Antara lain melalui sunset policy,” jelas Adinur. Ferdinan Sembiring, Pjs Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Palembang IT, menambahkan, pihaknya membidik para pedagang di Pasar 16 Ilir guna mencapai sisa target pajak tahun ini. Pasalnya sebagian besar WP yang tidak memiliki NPWP terdapat di wilayah tersebut. ”Untuk di Pasar 16 Ilir, sekitar 100 WP akan kita targetkan, dan yang menjadi target adalah pemilik- pemilik toko atau grosir dengan omzet di atas Rp1 miliar,” katanya. (iin) Layanan Pajak Satu Pintu di KPP Pratama Palembang, WK Guna memudahkan layanan pajak bagi para wajib pajak (WP), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (DJP Sumsel dan Babel) mendirikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Gedung pelayanan pajak satu atap yang berada di Jalan Tasik, Palembang ini diluncurkan secara resmi oleh Kepala DJP Sumsel dan Babel Anang Sangkut, Selasa (16/9). Menurut Anang, peluncuran KPP Pratama ini berdasarkan surat Keputusan Dirjen Pajak No KEP-159/PJ/- 2008 tertanggal 4 September 2008. Dalam keputusan tersebut dinyatakan, terhitung 9 September 2008, KPP di lingkungan Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel mengalami restrukturisasi organisasi atau modernisasi administrasi perpajakan. “Restrukturisasi organisasi ini salah satunya adalah penggabungan dari semua kantor pajak, yaitu KPP, kantor pelayanan PBB, dan kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak, yang digabung menjadi satu. Selanjutnya, peleburan tersebut menjadi KPP Pratama sesuai kode dan wilayah kerjanya masing-masing,” jelas Anang. Di lingkungan Kanwil DJP Sumsel dan Babel, kata Anang, dibentuk sebanyak 12 KPP Pratama dan 13 kantor pengamatan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan (KP2KP). Adapun KPP Pratama tersebut terdiri dari KPP Pratama Palembang Ilir Timur, KPP Pratama Palembang Ilir Barat, KPP Pratama Palembang Seberang Ulu, KPP Pratama Kayu Agung, KPP Pratama Sekayu, KPP Pratama Baturaja, KPP Pratama Prabumulih, KPP Pratama Lahat, KPP Pratama Lubuklinggau, KPP Pratama Pangkal Pinang, KPP Pratama Bangka, dan KPP Pratama Tanjung Pandan. Nantinya semua sistem pelayanan melalaui modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama ini. Dengan adanya KPP Pratama, Anang berharap pelayanan pajak kepada masyarakat dapat lebih optimal sehingga tingkat kepatuhan membayar pajak akan semakin tinggi. Pada 2008 ini, DJP Sumsel dan Babel merencanakan target pajak sebesar Rp 4.100.733.120.000. saat ini realisasinya sudah sebesar Rp 2.638.668.980.000 atau 64 persen. Sedangkan untuk wilayah Babel target penerimaan pajak sebesar Rp 2. 203. 627.370.000 dengan realisasi sebesar Rp 2.638.668.980.000. “Artinya kita sudah melebihi target,” kata Anang. (yat) KEPALA DJP SUMSEL DAN BABEL ANANG SANGKUT EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Liputan Kota 5 Rumah Susun Kasnariansyah Masih Sepi Peminat LOKASI RUSUNAWA KASNARIANSYAH YANG MASIH SEPI PEMINAT. Palembang, WK Pembangunan rumah susun sewa di Jalan Kasnariansyah yang telah menghabiskan anggaran pemerintah senilai Rp 7,5 miliar terancam mubazir. Pasalnya hingga Senin, (10/9), belum ada kejelasan mengenai pembangunan ulititas seperti listrik dan air bersih. Hal ini diper- FOTO:RYO parah dengan masih sedikitnya warga yang tertarik menyewa rumah susun ini. Pihak pengelola pun sampai harus membuka pendaftaran sebanyak dua kali. Yaitu pada awal September dan pada 9 September. Namun warga yang berminat terhadap rumah bertingkat ini hanya sedikit. “Baru 25 orang saja yang mau menyewa,” kata Staf Marketing PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), Franky Hidayat. Menurut Franky, peminat rumah susun ini pada awalnya cukup membludak. Namun kebanyakan mereka terganjal pada persyaratan administrasi karena pihak pengelola lebih memprioritaskan penyewaan rumah susun ini pada warga yang tidak mampu dan belum memiliki tempat tinggal. Saat dibuka pendaftaran kedua, jumlah peminat malah semakin berkurang. Belum adanya fasilitas air dan listrik adalah salah satu penyebab utama keengganan warga menempati rumah susun ini. “Jika kondisi seperti ini dibiarkan berlarut, kami pihak pengelola khawatir akan terhambat dalam memasarkan rusunawa tersebut,” ujar Franky. Komentar berbeda dilontarkan oleh Kepala Seksi Pengelolaan Perumahan dan Gedung Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya Kota Palembang Tri Sudarsono. Menurutnya pembangunan fasilitas umum di rumah susun ini tidak ada permasalahan lagi karena pihak kontraktor sudah menyelesaikannya. (yat) Guru Agama Dapat Beasiswa Palembang, WK Kantor Wilayah Departemen Agama Sumatera Selatan memberikan beasiswa sebesar Rp 2 juta per tahun bagi 807 guru di madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), serta madrasah aliah (MA), guna melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Tujuan pemberian beasiswa ini, selain untuk pengentasan guru berpendidikan yang bukan strata satu (S-1), juga untuk meningkatkan kualitas guru itu sendiri, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan,” kata Kepala Bidang Madrasah Pendidikan Agama Islam pada Departemen Agama Sumsel HM Ridwan. Melalui beasiswa ini, kata Ridwan, para guru yang masih berijazah diploma satu, dua, atau tiga, dapat melanjutkan pendidikan S-1 di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Antara lain di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, Universitas Gajah Mada (UGM), dan PTN yang lain. “Mereka dipersilakan untuk mengambil jurusan sesuai bidang ilmu masing-masing di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) atau Tarbiah,” ujar Ridwan. Dia menerangkan, para guru yang ingin mengikuti program ini harus melampirkan nomor rekening sekolah karena anggaran dari Depag untuk dana beasiswa ini akan disalurkan secara langsung melalui rekening sekolah masing-masing. Selanjutnya dana tersebut akan disetorkan ke pihak lembaga PTN terkait. “Departemen agama baik kabupaten maupun kota hanya membantu mengatur mekanismenya. Untuk DEMI PENINGKATAN KUALITAS GURU AGAMA MAKA AKAN DIBERIKAN FOTO:IST masalah da- BEASISWA PENDIDIKAN BAGI MEREKA. na, kami tidak ikut terlibat,semua langsung Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Padari pusat,” katanya sembari menam- lembang Hasbullah Akib menyambut pobahkan, beasiswa hanya diberikan untuk sitif bantuan beasiswa bagi para pendidik bantuan pembayaran SPP per semester. rohani generasi penerus ini. Ia berharap Ridwan melanjutkan, bagi guru yang bantuan serupa dapat terus bergulir di belum mendapat kesempatan memper- masa mendatang, tidak hanya berasal oleh beasiswa tahun ini, akan diupayakan dari pemerintah pusat saja. untuk dapat mengikuti program beasiswa “Jika pemerintah telah memberikan pada tahun depan. dana bantuan pendidikan, mungkin pada “Jika tidak ada perubahan rancangan kesempatan yang sama pihak departeanggaran dari Depag, tahun depan akan men agama dapat membantu di bidang dibuka kembali gelombang kedua untuk lain, seperti penambahan sarana dan praprogram beasiswa ini,” katanya. sarana,” katanya. (rio) Liputan Kota 6 EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Terapkan Semi Busway, Bus Kota dan Angkot Digeser ke Pinggiran Gunakan Sistem Frekuensi Palembang, WK Bus kota maupun angkutan mobil angkutan kota (angkot) yang selama ini bebas beroperasi di jalan-jalan utama dalam Kota Palembang tak lama lagi akan segera di geser ke daerah pinggiran. Ini menyusul rencana Pemerintah Kota Palembang menerapkan semi-busway atau Trans Musi tahun 2009 mendatang sebagai angkutan umum dalam kota. “Dinas Perhubungan sendiri tidak akan memperpanjang trayek bus kota yang habis masanya. Nanti, dalam kota semua semi-busway. Ini kebijakan pemerintah kota menuju kota internasional,” kata Kasubdin LLAJ Dinas Perhubungan Palembang, Edi Nursalam. Edi menerangkan, mobil angkot seperti jurusan Km 5 – Ampera, Plaju - Ampera, Kertapati -Ampera akan digusur ke daerah pedalaman, Sukabangun II, Abusman dan daerah lain yang belum terjamah transportasi umum. “Lagian, kita menilai keberadaan angkot sebenarnya berdempetan dengan bus kota. Artinya, rute yang mereka ambil, sama dengan bus kota, tumpang tindih,” ujar Edi. Sementara mengenai Trans Musi, Edi mengatakan, pada tahap I pihaknya sudah menyiapkan 11 rute dengan prioritas awal 3 rute di awal 2009. Yaitu rute Jakabaring - Alang-alang Lebar (AAL), Bandara SMB II – Palembang Indah Mall (PIM), serta Sako - Kambang Iwak . “Tiga rute ini kita pilih karena akan menghidupkan beberapa ruas jalan yang belum tersentuh angkutan umum, seperti “kita menilai keberadaan angkot sebenarnya berdempetan dengan bus kota. Artinya, rute yang mereka ambil, sama dengan bus kota, tumpang tindih,” Kasubdin LLAJ Dinas Perhubungan Palembang, Edi Nursalam jalur SMB II dan PIM. Juga Sako akan melewati jalur Celentang,” terangnya. Selanjutnya pada tahap II akan dikembangkan 8 rute lainnya, terdiri dari Plaju – Karya Jaya, Pusri - Ampera, Sako - Dempo, AAL - Talang Keranggo, Pusri Siguntang, Karya Jaya - AAL, SMB II - Kambang Iwak, dan Bukit Besar Ampera. Edi menjelaskan, pada tahap I dengan 3 rute pemerintah membutuhkan 94 halte dengan 20 halte akan dijadikan sebagai halte bersama. Nantinya setiap bus way bisa berhenti di tempat tersebut. “Misalkan, bus dari Sako atau SMB II dapat bertemu di halte Jalan Sudirman. Nah, penumpang dapat turun dan naik ke bus lain, tanpa harus membayar karcis tambahan,” jelas Edi. Ditambahkannya, pada tiap halte akan dibangun tempat pembelian tiket yang dijaga dua petugas dibantu satu petugas keamanan. Warga dapat membeli tiket dengan sistem bulanan atau hanya sekali jalan. “Rencananya, pembelian akan menggunakan sistem smart card,” ungkap Edi. Busway yang digagas pemerintah sebagai solusi mengatasi kemacetan, efisiensi pemakaian bahan bakar sekaligus sebagai angkutan ramah lingkungan ini juga akan dilengkapi dengan penggunaan teknologi canggih melalui sistem frekuensi. Dengan pola ini jarak masuknya satu bus ke bus lain di satu halte dapat dideteksi. “Untuk rute pertama, Jakabaring – AAL diperkirakan, frekuensi atau headway mencapay 17,84 menit. Rute kedua, SMB II - PIM menapai 14,34 menit dan rute ketiga, Sako - Kambang Iwak mencapai 12,96 menit. Artinya, penumpang harus menunggu pada waktu tersebut, baru mendapat bus jika menunggu di satu halte. Berhentinya bus juga hanya dua menit,” jelas Edi. (lik) Desa di Sumsel Dapat Bantuan dari Pemerintah Pusat Palembang, WK Sebanyak 400 desa di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mendapat bantuan dalam program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang diluncurkan oleh pemerintah pusat. Menurut Kepala Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumsel Fadhil Taufik, program air minum dan sanitasi ini telah dimulai pada pada 2007 lalu dengan sasaran 10 ribu desa di tanah air. Namun realisasinya baru pada 2008 ini. Sementara untuk Sumsel baru mulai dikucurkan pada 2009 mendatang. ”Kecuali untuk Kota Palembang, bantuan tersebut akan disalurkan pada desa-desa tertinggal dan belum memiliki fasilitas air bersih di kabupaten/kota di Sumsel. Antara lain di Kabupaten Musi Rawas, Banyuasin, OKI, serta OKU Timur dan kabupaten lain,” terang Fadhil, Kamis (13/9). Kendati tidak menyebutkan total dana yang dikucurkan untuk program tersebut, namun menurut Fadhil, program ini dilakukan dengan mekanisme sharing antara pusat, provinsi, dan kabupaten serta masyarakat penerima. Pemerintah pusat hanya mengalokasikan anggaran sebesar 75 persen dari total kebutuhan masing-masing desa. “Sharing program pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan dengan berbasis ke masyarakat. Jadi, masyarakat setempat tetap dilibatkan,” ujar Fadhil. Ia menerangkan, untuk anggaran yang dikucurkan pemerintah pusat untuk pro- gram tersebut per tahunnya cukup besar. Sekitar Rp 300-500 juta untuk setiap desa. Hal ini dikarenakan kebutuhan masing-masing desa berbeda. “Yah disesuaikan dengan geografis desanya. Kalau desanya berada di lereng perbukitan, seperti Pagaralam, berarti penyediaan airnya menggunakan sistem gravitasi dan dananya lebih rendah. Namun, jika pada dataran memerlukan jaringan dan pompa,” katanya. Sementara itu, Kepala Bidang Air Minum Dinas PU Cipta Karya Sumsel Genta Titando mengaku belum tahu berapa desa yang akan dikerjakan terlebih dahulu pada 2009 mendatang. Karena menurutnya untuk mendapatkan program tersebut masih dibutuhkan beberapa tahapan. (sen) EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Opini 7 Pendidikan dan Masyarakat Transisi Oleh: Arif Satria D ARI tahun ke tahun berbagai isu pendidikan begitu menyedot perhatian publik. Dari mulai kontrovesi UndangUndang Sisdiknas, “komersialisasi” perguruan tinggi negeri, konflik sekolah dengan pemerintah daerah seperti kasus Kampar dan SLTPN 56 Jakarta, hingga soal Undang-Undang Guru di akhir 2005 ini. Naiknya wacana pendidikan ke tengah publik juga merupakan hal yang positif. Bahwa, kini orang mulai peduli dengan dunia pendidikan. Fenomena kritik dan respons masyarakat terhadap isu-isu kontroversial itu merupakan bagian dari proses transformasi masyarakat ke arah lebih demokratis. Unjuk rasa berbagai kelompok sosial merupakan upaya unjuk keberdayaan agar masyarakat tidak didikte lagi. Bangkitnya kesadaran ini sangat mendasar dalam proses pendewasaan bangsa menuju civil society yang dicita-citakan. Sketsa perkembangan masyarakat yang transisional ini sekaligus merupakan iklim baru bagi dunia pendidikan untuk kembali berperan dalam transformasi sosial ini. Pertanyaannya, bagaimana dunia pendidikan mesti merespon perkembangan baru tersebut ? Serta, bagaimana dunia pendidikan mampu mentransformasi dirinya sehingga justru tidak ketinggalan oleh dunia di luarnya ? Struktur Dominasi: Ciri Masa Lalu Apa hubungan antara negara dan dunia pendidikan ? Ini pertanyaan penting untuk menjawab posisi dunia pendidikan dalam setting sosial di masa lalu. Semua orang tahu bahwa ada hubungan asimetris antara negara dan dunia pendidikan pada masa Orde Baru. Negara begitu kuat mendominasi semua sektor termasuk pendidikan. Bentuk dominasi tersebut sekaligus menggambarkan betapa dependensi dunia pendidikan terhadap negara sangat tinggi. Dependensi ini terlihat dalam berbagai bentuk “dukungan” dunia pendidikan terhadap sistem sosial yang diciptakan negara. “Dukungan” yang dipaksakan tersebut muncul dalam berbagai dimensi. Pertama, dalam dimensi politik, para pendidik mesti terhimpun dalam organisasi yang menyalurkan aspirasi politiknya ke Golkar. Homogenisasi organisasi pelajar menjelma dalam bentuk OSIS. Di kampus ada NKK/ BKK yang memandulkan gerakan mahasiswa. Para pimpinan perguruan tinggi dan sekolah lalu menjadi kepanjangan tangan penguasa untuk menjaga stabilitas di lingkungan dunia pendidikan tersebut. Tradisi berpikir kritis dan dialektis mau tidak mau sulit berkembang. Kedua, dalam dimensi keilmuan, dimana ilmu-ilmu yang dikembangkan merupakan “dukungan” apa maunya negara. Ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan di pendidikan tinggi, misalnya, merupakan ilmu-ilmu yang non-konfliktual. Pendekatan konflik jarang dikenalkan, sebaliknya pendekatan struktural fungsionalisme yang lebih menekankan keharmonisan dan keseimbangan sosial sangat ditekankan. Ini merupakan justifikasi teoritis terhadap praktek politik yang menekankan stabilitas waktu itu. Sekaligus menjelaskan mengapa pendekatan struktural yang neo-marxis tidak berkembang. Contoh lainnya dalam pendidikan pertanian, yang ternyata didominasi oleh wacana beras, sehingga produk teknologi serta perubahan sosial yang dikembangkan perguruan tinggi semua untuk kepentingan produksi beras yang memang merupakan obsesi penguasa waktu itu. Pendidikan pertanian tak mampu keluar dari belenggu wacana beras untuk sejenak berpikir secara lebih independen tentang visi pertanian masa depan. Akibatnya, dapat dipahami mengapa kita tertinggal dari Thailand dalam pengembangan teknologi hortikultura, peternakan, dan perikanan. Ketiga, dimensi pengajaran. Praktek pengajaran dalam pendidikan didominasi oleh suatu model yang diistilahkan Paulo Freire (1995) sebagai pendidikan “gaya bank”. Pendidikan diibaratkan kegiatan “menabung” ; guru jadi penabungnya dan murid jadi celengannya. Pendekatan “gaya bank” memiliki asumsi bahwa anak didik adalah obyek yang kosong akan pengetahuan, sehingga harus diisi. Dalam konsep ini, pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang di anggap tidak berpengetahuan apa-apa. Menurut Freire, menganggap bodoh secara mutlak kepada orang lain merupakan ciri dari ideologi penindasan. Dalam pendidikan macam ini, kreatifitas dan kritisisme sulit ditemukan. Tentu, manusia yang muncul akan lebih bersifat mekanistik dan tidak menyejarah. Pengalaman pendidikan masa lalu tersebut menggambarkan bahwa pendekatan pragmatik-teknokratik menjadi cirinya. Lulusannya pun mudah ditebak, yakni (meminjam istilah Anas Urbaningrum) hanya memiliki kecerdasan teknokratik dan bukan kecerdasan intelektual. Kecerdasan teknokratik hanyalah kecerdasan “mesin” yang jauh dari persoalan moral, sosial, estetika, dan lainnya. Sebaliknya kecerdasan intelektual adalah kecerdasan transformatif yang signifikan dalam transformasi sosial yang tidak semata membutuhkan kemampuan teknis. Proses Pembebasan : Ciri Masa Depan Nah, ketika desakralisasi negara terjadi pasca reformasi ini, struktur dominasi negara terhadap dunia pendidikan akan kian melemah. Gejala otonomisasi perguruan tinggi negeri merupakan salah satu sinyalnya. Sehingga, proses pembebasan kemudian tidak saja difokuskan pada bagaimana membebaskan pendidikan dari struktur dominasi negara, tetapi juga pada bagaimana dunia pendidikan mampu membebaskan dari belenggu dirinya sendiri. Agar, mampu menyesuaikan diri dengan dinamika sosial baru yang lebih terbuka, demokratis, dan dialektis. Ada beberapa hal yang mesti mulai dipikirkan dunia pendidikan berkaitan dengan hal tersebut. Pertama, dunia pendidikan mesti memiliki visi baru tentang potret masyarakat masa depan. Daya visioner tersebut akan sangat menentukan bagaimana pendidikan berlangsung. Dengan visi tersebut, semakin jelas kualifikasi manusia yang diperlukan sejarah yang sedang dan akan berlangsung. Tanpa visi, tentu praktek pendidikan hanya menghasilkan manusia yang lalu menjadi beban sejarah, karena tidak mampu terlibat dalam proses sejarah yang begitu dinamis. Kedua, pengembangan keilmuan secara independen. Independensi yang perlu dibangun tidak semata independensi terhadap negara tetapi juga independensi terhadap kelas sosial tertentu dalam rangka kepentingannya. Seperti diketahui bahwa pada masa lalu, pengembangan keilmuan diperguruan tinggi, secara sengaja atau tidak, memberikan dukungan besar terhadap semakin mapannya kelas-kelas atas dalam sistem sosial kita. Independensi ini akan semakin penting dalam mengukuhkan posisi pendidikan sebagai transformator masyarakat. Independensi mesti dimaknai sebagai keberpihakan terhadap cita-cita sosial yang adil dan makmur yang bebas dari kesenjangan. Dalam hal ini pengembangan keilmuan harus mulai diarahkan pada dukungan mentransformasi struktur sosial ke arah yang lebih egaliter dan tidak senjang. Untuk itu pengembangan keilmuan diarahkan untuk mendukung kepentingan mobilitas vertikal masyarakat kelas bawah yang kini selalu tertinggal di landasan saat kita “tinggal landas”. Ketiga, perlunya landasan filsafat dalam pengembangan keilmuan. Dengan kekuatan filsafat memungkinkan kita memahami sekatsekat ideologi yang mewarnai perkembangan suatu teori tertentu, sehingga kita pun memiliki ruang yang cukup untuk melakukan kritik atau bahkan menyempurnakannya. Selama ini seolah ilmu dianggap given sehingga sangat mudah jatuh menjadi doktrin, yang tertutup kemungkinan untuk mengkritisi. Dengan landasan filsafat tersebut semakin memungkinkan bagi anak didik untuk memahami bagaimana suatu teori dibangun sehingga semakin mudah pula untuk memahami dalam konteks mana suatu teori itu relevan diterapkan. Apalagi dalam era pasca modernisme ini dimana sudah tumbuh kesadaran melakukan rekonstruksi teori berbasis setting sosial lokal. Sehingga, ilmu-ilmu yang dikembangkan mampu menjawab permasalahan riil yang ada. Sekaligus, mengurangi ketergantungan terhadap teori-teori Barat. Bagaimana pun teori-teori yang berasal dari setting sosial di luar kita (baca: Barat) seringkali a historis dan kurang tepat menjawab tantangan realitas yang ada (lihat Damanhuri, 1999). Keempat, merubah metode pendekatan ke arah yang lebih membebaskan. Paulo Freire menyebutnya sebagai “metode pendidikan hadap-masalah” (problem posing), yang berfokus pada laku pemahaman (acts of cognition) dan bukan pada pengalihan informasi. Dalam pendekatan baru ini, dialog sangat dipentingkan karena merupakan prasyarat dalam menguak realitas. Dan, inilah yang membuat anak didik menjadi kritis dan kreatif, sehingga kebenaran tidak lagi akan dimonopoli oleh pendidik. Dengan demikian, dominasi pendidik akan melemah dan sekaligus akan membebaskan anak didik dari belenggu dominasi itu. Inilah bekal bagi munculnya kelompok manusia yang menyejarah. Gagasan transformasi ini akan berwujud jika kalangan dunia pendidikan sadar bahwa masyarakat ternyata telah selangkah lebih “maju”. Kalau dunia pendidikan lambat merespon dinamika masyarakat yang begitu kompleks dan cepat, maka dunia pendidikan pada gilirannya nanti hanya menjadi beban sejarah serta terseret-seret oleh arus perubahan.Penulis adalah Kepala Divisi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB.Email: [email protected] 8 Liputan Kota EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Diperlukan, Kurikulum Muatan Lokal tentang Pendidikan Lingkungan Palembang, WK, Pemerintah didesak proaktif dan konsisten mengatasi kerusakan lingkungan yang selama ini kerap mengemuka. Pada sisi lain, pengenalan lingkungan kepada generasi penerus perlu ditanamkan sejak dini agar terbentuk kesadaran melestarikan lingkungan secara menyeluruh. Hal ini dapat dimulai dengan dimasukkannya pemberian pendidikan berbasis lingkungan dalam kurikulum muatan lokal pendidikan bagi siswa SD dan SMP di Provinsi Sumsel. “Melalui pendidikan lingkungan, selain dapat memahami seriusnya masalah lingkungan, para siswa juga akan memiliki pengharapan dan komitmen untuk melakukan perubahan,” kata Direktur Wahana Bumi Hijau (WHB) Sumsel, Deddy Permana, Rabu (3/9). Sebagai negara berpenduduk padat, Indonesia tentunya tak lepas dari kompleksitas persoalan lingkungan. Seperti erosi, penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan. Belum lagi persoalan banjir, penumpukan limbah yang melebihi kemampuan pengolahan, serta ancaman-ancaman kerusakan lingkungan bagi sumber daya pertanian, tanah, air,dan udara. “Perlu ada generasi yang mampu menekan dan mengatasi masalah lingkungan,” tegas Deddy. Desakan pemberlakuan kurikulum muatan lokal tentang lingkungan juga dikemukakan Yulius, Koordinator Sahabat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel. Menurut dia, pendidikan lingkungan memiliki cakupan lebih besar karena menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan atau pelajaran, seperti sains, teknologi, ekonomi, geografi. “Pendidikan lingkungan bertujuan menciptakan SDM yang peduli dengan nilainilai keterampilan dan pengetahuan agar KAWASAN SEKITAR GUNUNG DEMPO KOTA PAGARALAM SUDAH MENERAPKAN SISTEM FOTO: IST PENGAJARAN LINGKUNGAN. ke depan mampu mengelola lingkungan secara lebih bijaksana,” katanya. Yulius mengakui beberapa daerah di Sumsel telah menerapkan sistem pengajaran lingkungan ini, terutama di daerah yang memiliki hutan lindung dan taman nasional. “Seperti kawasan Hutan Sembilang Banyuasin, Kawasan Gunung Dempo Pagaralam, serta sejumlah tempat di Kabupaten Musi Banyuasin,” sebut Yulius. Namun, kata Yulius, kurikulum pendidikan lingkungan di daerah-daerah tersebut cenderung disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat yang banyak terdapat lahan basah seperti hutan manggrove, rawa, dan hutan gambut. “Akibatnya, bahan ajar yang diterapkan juga terkait hal tersebut,” ujar Yulius. Perlu Pembahasan Pada sisi lain, menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Sumsel, Tarmizi Mairu, pendidikan lingkungan sebenarnya telah ada atau menempel di sejumlah mata pelajaran ilmu alam maupun ilmu sosial yang diajarkan selama ini. Kendati demikian, lanjutnya, untuk mengakomodir usulan ini diperlukan pembahasan terlebih dahulu dengan dengan pihak-pihak terkait dan kompeten seperti akademisi, ahli lingkungan, dan dinas pendidikan. Pembahasannya pun harus jelas. “Misalnya bentuk penerapan pendidikan lingkungan itu seperti apa dan apa saja cakupannya,” kata Tarmizi. Menurutnya, masing-masing sekolah bisa saja menerapkan kurikulum muatan lokal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan daerah bersangkutan. “Jika pendidikan lingkungan memang dianggap penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal dalam satu mata pelajaran khusus, silakan saja. Jika itu memang dianggap baik untuk diterapkan,” tambahnya. (yat) Gubernur Terpilih Jangan Abaikan Lingkungan Palembang, WK Masalah lingkungan dan reformasi agraria atau pertanahan merupakan persoalan yang cenderung diabaikan oleh para pemimpin di Sumsel. Partai politik pun demikian. Karena itu Gubernur Sumsel terpilih dituntut peduli. Masyarakat Sumsel pun diharapkan tetap kritis mengawasi jalannya pemerintahan. “Kalau masyarakat Sumsel tak mengawal proses politik yang dilakukan Gubernur Sumsel terpilih, kita patut khawatir Gubernur Sumsel mendatang akan menjadikan investasi sebagai satu satunya jawaban yang dilakukannya atas persoalan yang dihadapi masyarakat Sumsel,” kata Direktur Nasional Walhi, Chalid Muhammad, Jumat(14/9). Pembiayaan program pembangunan bila hanya bertumpu pada investasi yang melibatkan koorporasi skala besar dikhawatirkan akan berdampak terhadap rusaknya lingkungan hidup. Selain itu eksploitasi alam dalam skala massif (besar-besaran) akan terjadi tanpa diimbangi dengan melestarikan lingkungan itu sendiri. “Kita menyambut baik program sekolah dan berobat gratis, tapi jika pemerintah membiayai itu dengan membuka ruang bagi koorporasi skala besar dan merusak alam, apakah ini bisa di benarkan? ‘’ ujar Chalid. Perlu Dikoreksi Alumnus Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Palu Sulawesi Tengah ini berharap pemerintah Sumsel kedepan mengkoreksi perilaku investasi para pemilik modal raksasa. Pemerintah pun harus berani mengevaluasi dan mengaudit terhadap seluruh perizinan yang dikeluarkan pemerintah dalam pengelolaan lahan atau tanah untuk perkebunan dan hutan tanaman industri. “Jika ada izin usaha yang belum beroperasi namun berpotensi mersuak pelestarian alam harus segera dicabut,” kata Chalid. “Pemerintah tentu bisa mengandalkan ekonomi yang berbasis kerakyatan, dan tak hanya mengandalkan investor, karena investasi cenderung merusak perekonomian masyarakat secara struktural. Kalau tidak ada koresi oleh tim Alex Noerdin - Eddy Yusuf, maka mereka sama saja dengan pemerintahan sebelumnya,” tambahnya. (yat) EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Serba - Serbi 9 Kuaci Mencegah Serangan Prostat B IJI labu merah bukan cuma enak dibikin kuaci sebagai camilan di kala senggang. Ternyata kuaci juga berkhasiat sebagai obat maupun mencegah pembesaran kelenjar prostat. Begitu juga buah saw palmetto. Orang Jawa Tengah menyebut labu merah sebagai waluh. Daging buahnya yang berwarna kuning bersemu merah kalau sudah masak, enak disayur atau dikolak. Sedangkan bijinya yang berkulit putih, dan sedikit lebih besar dari biji semangka yang berkulit hitam, juga biasa diolah sebagai kuaci yang gurih rasanya. Ada dua jenis labu merah, Cucurbita moschata Duch ex Poir dan Cucurbita pepo L. (Gembong Tjitrosoepomo, 1994). Tanaman dan buah ini mudah dijumpai di Tanah Air. Sedangkan saw palmetto jauh dari tempat kita, yaitu di Amerika Serikat bagian selatan, mulai dari Kalifornia Selatan hingga Florida. Dalam biji labu merah (ada juga yang bilang labu kuning) itulah terletak khasiatnya dalam mencegah maupun mengatasi hipertrofi atau pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia). Sedangkan khasiat saw palmetto tersimpan pada buahnya. Sejalan dengan proses menua Gangguan berupa pembesaran prostat jinak (PPJ) ini hanya mengancam ayah atau kakek kita. Sebab, kelenjar prostat hanya dimiliki kaum pria. Fungsinya saja memproduksi cairan prostat yang menyediakan zat makanan bagi sperma. Kelenjar yang kira-kira seukuran biji kacang tanah itu letak persisnya ada di antara tulang kemaluan dan anus, mengelilingi pangkal saluran kemih atau air seni (uretra). PPJ dibandingkan dengan gangguan lain, misalnya kanker prostat, memang paling sering terjadi. Penyebab PPJ belum diketahui secara pasti. Diduga, erat kaitannya dengan proses penuaan. Makanya, PPJ biasanya mulai timbul atau dirasakan pada usia 40 - 45 tahun. Sejalan dengan proses penuaan, terjadi perubahan pada sistem hormonal dalam tubuh. Secara bertahap terjadi proses reduksi biologis terhadap hormon testosteron akibat pengaruh enzim 5-alfa-reduktase menjadi hormon dihidrotestosteron. Perubahan yang berlangsung secara bertahap dekat pintu masuk kandung kemih seolaholah tercekik. Otomatis pengeluaran air seni jadi terganggu. Makanya, penderita akan sering kencing, terutama pada malam hari. Adakalanya tak tertahankan sampai mengompol segala. Bila jepitan pada uretra meningkat, keluarnya air seni pun makin sulit dan pancaran kencing jadi melemah lalu mendadak berhenti. Akibatnya, timbul rasa amat nyeri pada perut karena air seni yang tertahan. Keadaan ini selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kencing. Apabila PPJ sudah sedemikian rupa, dan aliran air seni terhenti, untuk mengeluarkan air kecing harus digunakan kateter. Cara ini akan dirasakan sakit oleh penderita. Pada tahap serius, dokter terpaksa melakukan pembedahan dengan memotong kelenjar prostat (Ariawan Soejoenoes, dkk., 1996). Tapi, mencegah jelas merupakan langkah bijaksana. Makanya, jika timbul gejala-gejala hipertrofi prostat jinak, seyogianya segera mengonsumsi obat. Labu merah atau saw palmetto bisa dijadikan pilihan alternatif. Biji labu merah bisa dikonsumsi dalam bentuk kuaci, direbus, atau disangrai. Tidak ada batasan berapa banyak yang harus dimakan. Sebenarnya, pemanfaatan biji labu merah sebagai obat PPJ sudah ada sejak zaman dulu. Dr. W. Devrient dari Berlin, Jerman, menganjurkan kepada pasien PPJ agar mengonsumsi biji labu merah secara teratur untuk menghambat pembesaran kelenjar prostat. Malah biji labu merah dikatakan punya khasiat memudakan kembali daya seksualitas pria. Nah, apa nggak untung, sekali merengkuh dayung dua pulau terlampaui? Di Eropa dan Amerika, biji labu merah populer sebagai obat pencegah gangguan prostat. Terbukti, pria yang terbiasa makan biji labu merah secara teratur tidak mengalami gangguan kelenjar prostat selama hidupnya (Richard Lucas, 3). Apanya yang berhasiat ? Dalam biji labu merah terkandung sejumlah zat antara lain jenis asam amino yang langka (seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam aminobutirat, etilasparagina, dan sitrulina) dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat (semisal alanina, glisina, dan asam glutamat). Biji labu merah juga mengandung unsur mineral Zn (seng) dan Mg (magnesium) yang sangat penting bagi kesehatan organ reproduksi, termasuk kelenjar prostat. Kandungan lainnya berupa asam lemak utama, yaitu asam linoleat, asam oleat, dan sedikit asam linolenat. Selain itu vitamin E (tokoferol) dan karotenoid, yakni lutein dan beta-karoten juga ada di dalam daging bijinya. Sementara buah saw palmetto mengandung sejumlah asam lemak, meliputi asam laurat, asam linoleat, asam linolenat, asam miristat, asam oleat, asam palmitat, dan asam stearat. (Bombardelli, E., Morrazoni, P., 1997). Namun, dalam hal ini yang paling pegang peranan di antara semua itu ialah kandungan hormon beta-sitosterol pada biji labu merah maupun buah saw palmetto (selain beta-sitostreol, buah ini juga mengandung sterol lain seperti stigmasterol dan aukosterol). Hormon beta-sitosterol itulah yang menyimpan khasiat menghambat atau menekan kerja enzim 5-alfa-reduktase. Enzim ini akan mengurangi terbentuknya hormon dihidrotestosteron dari hormon testosteron. Dengan begitu, membesarnya kelenjar prostat dapat dicegah. Hormon beta-sitosterol dalam biji labu merah ataupun buah saw palmetto itu juga menghambat terbentuknya prostaglandin dalam jaringan prostat. Artinya, menurunnya kadar prostaglandin akan mencegah pembesaran kelenjar prostat. Atau dengan kata lain kelenjar prostat yang sudah mengalami pembesaran akan mengecil kembali. Unsur Zn dan magnesium dalam biji labu merah juga sangat menunjang upay di tanah berpasir. Tumbuhan ini spesifik dengan batang yang menjalar mendatar sepanjang 1,8 - 3 m, dan bercabang. Pada ujungnya tumbuh batang pendek, yang muncul di permukaan tanah dengan daun berbentuk menjari. Pada bagian tepi daun berbagi seperti gergaji, dengan panjang tangkai daun 1,5 m. Perbungaan malai dengan tangkai sepanjang tangkai daun. Bagi kalangan penduduk di sana, buahnya memang digunakan sebagai obat untuk mengatasi iritasi kandung kencing, uretra, dan kelenjar prostat. Sebab, zat-zat yang terkandung di dalamnya dapat menstimulasi selaput lendir saluran air seni. Selain itu juga digunakan sebagai tonikum, obat bronkitis, pelancar air seni dan sedatif (Bombardelli, E., Morrazoni, P., 1997). Obat gangguan prostat produksi industri yang beredar selama ini kebanyakan berasal dari buah saw palmetto. Harganya lumayan mahal, maklum tanaman ini asli Amerika Serikat. Andaikata obat itu diracik dari biji labu merah yang melimpah di Indonesia, tentu harganya akan tidak semahal yang berasal dari buah saw palmetto. Barangkali para pakar tanaman obat di Tanah Air perlu membahas pengolahan biji labu merah sebagai obat untuk gangguan prostat. Sebelum itu terlaksana, anjuran Dr. W. Devrient dari Berlin itu mungkin perlu diikuti: makanlah secara teratur biji labu merah agar dapat terhindar dari gangguan prostat, hiperplasia prostat jinak, terutama bagi para pria dewasa.(Kompas Cyber Media) (Djoko Hargono, pecinta dan pemerhati obat bahan alami) Ragam 10 EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Ekonomi Politik Anggaran dan Optimalisasi PAD K Oleh Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, PhD EUANGAN daerah bisa dilihat dari dua sisi yang saling mengisi, yaitu sisi pendapatan dan sisi penganggaran. Untuk menyusun APBD diperlukan pendekatan politik anggaran berbasis kinerja yang berorientasi outcome dan stakeholder. Karena itu, strategi optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bukanlah semata-mata ditujukan untuk memperoleh sebesar-besarnya pemasukan bagi kas daerah, tetapi juga memperhatikan implikasi sosial dan lingkungannya kepada masyarakat. Perspektif ekonomi politik dan politik ekonomi mempunyai perbedaan. Yang pertama adalah membahas tentang permasalahan ekonomi yang dikaji dari kacamata politik. Yang kedua adalah permasalahan politik yang dikaji dari kacamata ekonomi atau melalui pendekatan ‘public choice’ (pilihan publik), seperti melihat pemilu legislatif dari analisis ‘market’ (pasar) dimana ‘demand’ (pemilih) dan ‘supply’ (yang dipilih) ditentukan oleh oleh ‘price’ (janji politik). Pembahasan paper ini adalah dalam ruang lingkup yang pertama disebutkan diatas atau ‘ekonomi politik’ dari anggaran pemerintah. Jadi lokusnya (tempat lokasi kajian) adalah anggaran, sedangkan fokusnya adalah politik. Politik pemerintahan lokal walaupun dalam aspek-aspek tertentu berciri khas lokal/ kedaerahan tetap mengacu pada koridor Nasional Negara kesatuan RI. Sebagai contoh legislasi nasional yang menjadi acuan dalam penganggaran adalah UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 3 disebutkan: Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Empat point terakhir dalam pasal ini apabila diimplementasikan dengan baik (‘good governance’) akan besar kontribusinya pada stakeholders external atau masyarakat. ‘Good governance’ atau bisa di Indonesiakan menjadi tatalaksana pemerintahan yang baik menyarankan partisipasi nyata ketiga sektor yaitu sektor pemerintah, sektor privat dan sektor masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan publik. Pelibatan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik belum tentu mencerminkan spirit ‘good governance’. Beberapa kasus mengindikasikan pelibatan masyarakat hanyalah untuk memenuhi standard dan prosedur kerja pengambilan keputusan publik, ataupun sekedar justifikasi bahwa masyarakat telah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Karena bisa saja keputusan-keputusan publik tetap memuat misi pesanan dari para elit pemerintahan atau politik namun belum mencerminkan kepentingan masyarakat ataupun kelompokkelompok masyarakat marginal. Oleh karena itu prinsip efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan perlu terus dievaluasi secara berkesinambungan. Dalam petunjuk teknis penyelesaian daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) tahun anggaran 2005 disebutkan asas-asas baru penyusunan anggaran yaitu memenuhi kaidah: asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, asas profesionalitas, asas keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara, dan asas pemeriksaaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas yang mandiri. Asas akuntabilitas yang berorientasi hasil masih membutuhkan waktu untuk penyempurnaannya. Oleh karena itu dalam petunjuk umum penyelesaian DIPA Bab I Pendahuluan disebutkan bahwa: ‘Penganggaran berbasis kinerja pada TA 2003, masih berupa semangat (spirit) untuk memulai pendektan berbasis kinerja yaitu dengan mencantumkan sasaran kegiatan berupa keluaran dan sasaran program berupa hasil. Namun demikian perhitungan alokasi anggaran belum didasarkan atas jumlah keluaran atau hasil yang direncanakan. Perhitungan alokasi dana yang digunakan untuk masing-masing kegiatan masih didasarkan atas masukan (input), sebagai contoh: jumlah pegawai, jumlah barang inventaris maupun perhitungan indeks untuk masing-masing masukan’. Dokumen formal ini menggarisbawahi bahwa anggaran berbasis kinerja yang berorientasi hasil belum sepenuhnya diterapkan. Paling tidak ada beberapa hal yang menjadi kendala penerapannya. Pertama, system dan prosedur penganggaran saat ini masih design lama oleh karena itu dikatakan diatas bahwa system penganggaran masih didasarkan pada masukan, belum pada hasil. Kedua, skill, pengetahuan, kesiapan mental dan budaya politik para aparat dilembaga eksekutif dan legislatif masih terus dalam proses ‘learning’ untuk menerima dan mempraktekan sepenuhnya pendekatan anggaran yang berbasis kinerja ini. Ketiga, perlu pengembangan supra struktur pemerintahan yang memberikan ruang fungsi pengawasan anggaran bukanlah monopoli lembaga2 pemerintahan, tetapi memberikan ruang kepada publik untuk mempunyai akses mengawasi dan mengevaluasi anggaran pemerintahan. Rancangan UU kebebasan mendapatkan informasi publik merupakan suatu terobosan yang cukup riil dalam mengupayakan fungsi pengawasan public mendapatkan akar payung hukumnya. Penerapan anggaran yang berbasis kinerja sebenarnya ditujukan untuk menjamin agar setiap sen uang yang dikeluarkan adalah untuk membiayai hasil dari kegiatan publik tersebut. Bukannya dana terkuras untuk membiayai input (termasuk birokrat dan birokrasi) dan hasilnya belum tentu bermanfaat bagi publik. Keberhasilan dalam penerapan suatu strategi anggaran publik yang dilakukan oleh suatu dinas pemerintahan akan memungkinkan program publik tersebut didanai dan di perluas cakupannya baik secara horizontal dan vertikal. Sedangkan kegagalan dalam menerapkan suatu strategi anggaran publik perlu mendapatkan kaji ulang terhadap strategi tersebut. Apabila strategi program tersebut sebenarnya baik dan yang menjadi sebab kegagalan adalah faktor lainnya, seperti skill sumber daya manusianya yang rendah dll, maka masih memungkinkan program tersebut masih dibiayai dengan tambahan mem- perbaiki skill aparatur pelaksana. Namun, jika strategi program tersebut memang yang kurang baik, maka strategi program yang baru dituntut untuk dikembangkan untuk kemudian diputuskan pendanaannya. Oleh karena dalam sistem anggaran berbasis kinerja dan beorientasi hasil kreatifitas aparat pemerintahan dituntut lebih. Dasar penyusuan anggaran adalah rencana kerja hasil penjabaran perencanaan strategis yang juga memuat visi, misi, tujuan, program dan kegiatan. Kemudian indicatorindikator kinerja disusun sebagai alat detektsi untuk mengevaluasi suatu program masih sejalan dengan visi, misi dan tujuan dari program tersebut. Indikator-indikator kinerja sendiri merupakan perangkat yang perlu terus dievaluasi apakah indikator-indikator tersebut benar-benar mengevaluasi program yang akan dan sedang dievaluasi. Dalam penerapan awal anggaran yang berbasis kinerja ini sangat dimungkinkan indikator-indikator yang disusun kurang berhubungan dengan program yang ada. Seiring dengan semakin meningkatnya skill, pengetahuan dan pengalaman aparatur dalam system anggaran berbasis kinerja maka kevalidan dari indikator-indikator tersebut akan semakin tinggi. Anggaran juga berkaitan erat dengan pendapatan daerah. Ketergantungan yang tinggi terhadap subsidi pemerintah pusat merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi suatu pemerintahan daerah. Kecilnya anggaran pembangunan membuat fungsi sosial ekonomipolitik dari anggaran tersebut semakin minim. Namun menggenjot pendapatan daerah juga perlu memperhatikan implikasi sosial politis dan lingkungannya, disamping implikasi ekonominya. Bisa saja pendapatan pemerintah meningkat secara drastik karena semakin dipertinggi dan diperluasnya bermacam-macam tipe pungutan restibusi, namun hal ini dapat berakibat ekonomi biaya tinggi, karena naiknya harga barang-barang akan menyebabkan inflasi. Daerah ini juga menjadi kurang kondusif bagi para calon investor yang ingin ikut berusaha diwilayah ini dan menyebabkan hilangnya kesempatan kerja yang tentunya bermanfaat mengatasi masalah sosial didaerah ini. Optimalisasi PAD bukanlah semata-mata diartikan meningkatkan Rupiah kedalam kas daerah, tetapi optimalisasi PAD seyogyanya dilihat sebagai strategi mengoptimalkan fungsi PAD sebagai penyeimbang anggaran berbasis kinerja yang berorientasi outcome dan stakeholders. Sinergi fungsi pendapatan dan penganggaran adalah ditujukan pada kegiatan yang benar-benar membawa hasil yang positif bagi daerah tersebut (pemerintah, privat dan masyarakat). Oleh karena itu struktur pembiayaan dan penganggaran terutama untuk program pembanguan tidak selalu tertuju pada kas keuangan daerah, namun dapat digunakan strategi-setrategi partnership atau kemitraan antar pemerintah, privat dan masyarakat dalam koridor ‘good governance’. Maksudnya unsur masyarakat berfungsi aktif, dan dijamin hak dan kewajiban dalam proses penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program kemitraan tersebut. EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 Profil 11 Baharuddin Lopa Tak Pernah Kenal Rasa Takut ASALAH penegakan hukum di Indonesia terus menjadi sorotan dan menuai kritik dari semua kalangan, baik di negeri sendiri maupun mancanegara. Momentum reformasi pada Mei 1998 tenyata belum menjadi spirit kebangkitan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan, disinyalir justru banyak aparat penegak hukum yang menjadi “pemain hukum” karena lemahnya mentalitas serta komitmen mereka untuk menjadikan hukum sebagai panglima. Imbasnya, rakyat kehilangan kepercayaan kepada para pengadil ini. Kendati demikian, ditengah krisis kepercayaan kepada para penegak hukum tersebut, rakyat Indonesia masih bisa tersenyum. Kenapa demikan? Karena mereka masih memiliki figur penegak hukum yang menjadi panutan. Walaupun yang bersangkutan telah tiada, spirit, komitmen serta kebersahajaan hidupnya akan menjadi ideologi yang tetap hidup selamanya. Figur yang dimaksud tidak lain adalah Baharudin Lopa. Dalam menegakkan hukum dan keadilan, Baharudin Lopa merupakan jaksa yang tidak pandang bulu. Dia tidak punya rasa takut kecuali hanya kepada Allah. Dia teladan bagi orang-orang yang berani melawan arus kebobrokan serta pengaruh kapitalisme dan liberalisme dalam hukum. Ketika menjabat Jaksa Tinggi Makassar, ia memburu seorang koruptor kakap, akibatnya ia masuk kotak, hanya menjadi penasihat menteri. Ia pernah memburu kasus mantan Presiden Soeharto dengan mendatangi teman-temannya di Kejaksaan Agung, di saat ia menjabat Sekretaris Jenderal Komnas HAM. Lopa menanyakan kemajuan proses perkara Pak Harto. Memang akhirnya kasus Pak Harto diajukan ke pengadilan, meskipun hakim gagal mengadilinya karena kendala kesehatan. Sejak ditunjuk sebagai Jaksa Agung menggantikan Marzuki Darusman pada 6 Juni 2001 di era Presiden Abdurrahman Wahid, Lopa bekerja keras untuk memberantas korupsi. Konon, Ia bersama staf ahlinya Dr Andi Hamzah dan Prof Dr Achmad Ali serta staf lainnya, bekerja hingga pukul 23.00 setiap hari. Lopa memburu Sjamsul Nursalim yang sedang dirawat di Jepang dan Prajogo Pangestu dinilai bernuansa politik oleh berbagai kalangan, namun Lopa tidak mundur. Lopa bertekad melanjutkan penyidikan, kecuali ia tidak lagi menjabat Jaksa Agung. Anak Dusun Barlop, demikian pendekar hukum itu biasa dipanggil, lahir di rumah panggung berukuran kurang lebih 9 x 11 meter, di Dusun Pambusuang, Sulawesi Selatan, 27 Agustus 1935. Rumah itu sampai sekarang masih kelihatan sederhana untuk ukuran keluarga seorang mantan M Menteri Kehakiman dan HAM dan Jaksa Agung. Ibunda pria perokok berat ini bernama Samarinah. Di rumah yang sama juga lahir seorang bekas menteri, Basri Hasanuddin. Lopa dan Basri punya hubungan darah sepupu satu. Keluarga dekatnya, H. Islam Andada, menggambarkan Lopa sebagai pendekar yang berani menanggung risiko, sekali melangkah pantang mundur. Ia akan mewujudkan apa yang sudah di ucapkannya. Memang ada kecemasan dari pihak keluarga atas keselamatan jiwa Lopa begitu ia duduk di kursi Jaksa Agung. Ia patuh pada hukum, bukan pada politik. Istri Lopa, Indrawulan, telah memberi contoh kesederhanaan istri seorang pejabat. Watak keras dan tegas suaminya tidak dibuat-buat. Karena itu, ia berusaha sedapat mengikuti irama kehidupan suaminya, mendukungnya dan mendoakan bagi ketegaran Lopa. Dalam usia 25, Baharuddin Lopa, sudah menjadi bupati di Majene, Sulawesi Selatan. Ia, ketika itu gigih menentang Andi Selle, Komandan Batalyon 710 yang terkenal kaya karena melakukan penyelundupan. Lopa pernah menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan mengepalai Pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta. Sejak 1982, Lopa menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Pada tahun yang sama, ayah tujuh anak itu meraih gelar doktor hukum laut dari Universitas Diponegoro, Semarang, dengan disertasi Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan yang Digali dari Bumi Indonesia. Begitu diangkat sebagai Kajati Sulawesi Selatan, Lopa membuat pengumuman di surat kabar: ia meminta masyarakat atau siapapun, tidak memberi sogokan kepada anak buahnya. Segera pula ia menggebrak korupsi di bidang reboisasi, yang nilainya Rp 7 milyar. Keberhasilannya itu membuat pola yang diterapkannya dijadikan model operasi para jaksa di seluruh Indonesia.Dengan keberaniannya, Lopa kemudian menyeret seorang pengusaha besar, Tony Gozal alias Go Tiong Kien ke pengadilan dengan tuduhan memanipulasi dana reboisasi Rp 2 milyar. Padahal, sebelumnya, Tony dikenal sebagai orang yang ‘’kebal hukum’’ karena hubungannya yang erat dengan petinggi. Bagi Lopa tak seorang pun yang kebal hukum. Lopa menjadi heran ketika Majelis Hakim yang diketuai J. Serang, Ketua Pengadilan Negeri Ujungpandang, membebaskan Tony dari segala tuntutan. Tetapi diam-diam guru besar Fakultas Hukum Unhas itu mengusut latar belakang vonis bebas Tony. Hasilnya, ia menemukan petunjuk bahwa vonis itu lahir berkat dana yang mengalir dari sebuah perusahaan Tony. Sebelum persoalan itu tuntas, Januari 1986, Lopa dimutasi menjadi Staf Ahli Menteri Kehakiman Bidang Perundangundangan di Jakarta. J. Serang juga dimutasi ke Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan. Tokoh Anti Korupsi Lopa menerima anugerah Government Watch Award (Gowa Award) atas pengabdiannya memberantas korupsi di Indonesia selama hidupnya. SimboliSasi penganugeragan penghargaan itu ditandai dengan Deklarasi Hari Anti Korupsi yang diambil dari hari lahir Lopa pada 27 Agustus. Lopa terpilih sebagai tokoh anti korupsi karena telah bekerja dan berjuang untuk melawan ketidakadilan dengan memberantas korupsi di Indonesia tanpa putus asa selama lebih dari 20 tahun. Almarhum Lopa memang telah meninggalkan kita. Namun semangat, ketegasan, komitmen serta kesederhanaan hidupnya akan tetap langgeng dan menginsipirasi anak bangsa ini. Semoga saja. BIODATA Nama : Baharuddin Lopa Lahir : Mandar, 27 Agustus 1935 Meninggal: Arab Saudi, 3 Juli 2001 Agama :Islam Pendidikan : SD, Tinambung SMP, Majene SMA, Ujungpandang Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (1962) Kursus Reguler Lemhanas (1979) FH Universitas Diponegoro, Semarang (Doktor, 1982) Karir : - Jaksa pada Kejaksaan Negeri Ujungpandang (1958-1960) - Bupati Majene (1960) - Kepala Kejaksaan Negeri Ternate (1964) - Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara (1966-1970) - Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh (1970-1974) - Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat (1974-1976) - Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung, Jakarta (1976-1982) - Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (1982-1986) - Staf Ahli Menteri Kehakiman, Jakarta (1986) - Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Persatuan - Jaksa Agung Kabinet Persatuan Alamat Rumah : - Kompleks Pondok Bambu Asri Raya No 1, Jakarta Timur 12 Geliat Kota EDISI XVII / SEPTEMBER 2008 KOTA PALEMBANG DARI WAKTU KE WAKTU TERUS BERBENAH. SARANA DAN PRASARANA PEMBANGUNAN, BAIK SECARA FISIK MAUPUN MENTAL TERUS DIUPAYAKAN. DEMI MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT. BERIKUT GELIAT KOTA PALEMBANG DALAM BIDIKAN LENSA WARTA KOTA. (FOTO-FOTO: MASTOP, SAIRIN, WINARDI, RYO, IST/NET) BERENANG BERSAMA DI KOLAM RETENSI BAGI ANAK-ANAK SD INI MERUPAKAN HIBURAN SETELAH JENUH BELAJAR DI SEKOLAH WAWAKO PALEMBANG MENINJAU PENJUALAN BUAH DI KAWASAN PASAR CINDE MEMAKAI INAI MERUPAKAN TRADISI YANG DILAKUKAN SAAT PELAKSANAAN PERNIKAHAN ATAUPUN PERTUNANGAN KETIKA HUJAN DERAS TAK ADA LAGI PERBEDAAN STATUS UNTUK BERTEDUH BERMAIN AIR DI HALAMAN SEKOLAH YANG TERGENANG AIR SETELAH HUJAN DERAS SELAM SATU HARI TOWER OPERATOR SELULER MENJAMUR DI PEMUKIMAN KOTA, MENJADIKAN PALEMBANG SEPERTI HUTAN TOWER