BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk
mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di dalam aktivitas
kesehariannya manusia selalu melibatkan anggota tubuh, sehingga untuk
melakukan segala aktivitas maka manusia harus mempunyai status kesehatan
yang baik.
Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena dalam
melakukan aktivitasnya manusia memerlukan kondisi tubuh yang sehat, baik
itu sehat secara jasmani atau sehat secara rohani. Menurut World Health
Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
fisik, mental, dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit.
Ada beberapa aktivitas keseharian yang dilakukan oleh kebanyakan orang
adalah dengan menggunakan tangan sebagai alat bantunya. Salah satu fungsi
utama tangan adalah untuk menggenggam, seperti menyapu, mencuci,
memeras pakaian dan juga pada beberapa jenis olahraga seperti bulu tangkis,
golf, dan tennis.
Tangan merupakan anggota gerak tubuh yang sangat penting dalam
aktivitas sehari-hari manusia karena fungsinya sangat kompleks. Banyak orang
mengalami gangguan musculoskletal didaerah siku akibat aktivitas yang
menggunakan tangan secara terus menerus. Penggunaan gerakan siku yang
dilakukan secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada
jaringan dan memicu timbulnya cedera. Salah satu cedera pada tangan akibat
penggunaan secara terus-menerus adalah tennis elbow.
Tennis elbow adalah pembentukan jaringan abnormal pada otot-otot
ekstensor pergelangan tangan yang terjadi akibat inflamasi oleh kontraksi yang
berlebihan. Keadaan ini akan menimbulkan rasa nyeri, adanya keterbatasan
gerak, dan adanya gangguan fungsional yang menyebabkan terhambatnya
1
2
seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. (Sugijanto dan Partono,
2006).
Diperkirakan hanya 5 % dari seluruh penderita disandang pemain tennis,
sedangkan 95% lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi seperti ibu
rumah tangga, teknisi dan lain-lain. Penderita tennis elbow sering terjadi pada
usia diatas 25 tahun dan umumnya antara 40 dan 60 tahun.
Prevalensi atau angka kejadian tennis elbow antara 1%–3% populasi
umum (Bisset et al, 2009), 6%-15% pada pekerja industri (Fedorczyk, 2006),
35%-42% dari pemain tennis (Silva, 2008), 2%-23% pada pekerja umum
seperti ibu rumah tangga, pemahat, aktivitas kerja yang melibatkan
penggunaan komputer, dan mengangkat beban berat (Leclerc et al, 2013).
Tennis elbow disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor overuse
terjadi karena adanya pembebanan yang berlebihan pada otot-otot ekstensor
carpi radialis. Contohnya seseorang yang mencuci pakaian. Ini disebabkan
karena gerakan ekstensi pergelangan tangan disertai pronasi lengan bawah
yang berulang-ulang dan kuat pada waktu memeras pakaian (Fedorczyk, 2006).
Faktor trauma disebabkan kerja otot-otot ekstensor yang tiba-tiba dan kuat,
misalnya pada pemain tennis yang melakukan gerakan back hand dengan
posisi yang salah beresiko mengalami cedera dan terjadi kelemahan otot
sehingga pegangan pada raket tidak cukup kuat yang mengakibatkan gerakan
akurasi yang dilakukan tidak dapat dilakukan dengan baik (Gotlin, 2008).
Gejala umum yang timbul pada kondisi tennis elbow diantaranya nyeri
pada daerah siku (lateral epicondylus). Nyeri baru akan terasa setelah
melakukan aktivitas yang kuat, tiba-tiba, dan berulang-ulang. Gerakan ekstensi
dan fleksi siku dapat bebas dilakukan tanpa rasa nyeri, namun pada gerakangerakan tertentu seperti radial deviasi pergelangan tangan, ekstensi
pergelangan tangan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri, terutama apabila
gerak tersebut disertai dengan tahanan yang kuat ke arah yang berlawanan
seperti membuka tutup toples, dan mengendarai motor.
Nyeri muncul ketika aktivitas menggenggam dan memutar, seperti
membuka kunci, memutar pegangan pintu, mengangkat, mencuci pakaian,
3
memeras pakaian dan pekerjaan lainnnya yang melibatkan tangan dalam posisi
ekstensi (James, 2012).
Nyeri pada tennis elbow ditandai dengan adanya inflamasi akibat robek
microscopic pada tenno periosteal dan pembentukan jaringan abnormal pada
otot ekstensor wrist yang berorigo pada epicondylus lateral karena aktivitas
fisik yang melibatkan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara
berulang-ulang atau berlebihan, dan pembebanan yang terlalu berat.
Tennis elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 cedera pada otot ekstensor
carpi radialis longus (1%), tipe II cedera pada otot ekstensor carpi radialis
brevis tenno periosteal (90%), tipe III cedera pada otot carpi radialis brevis
tenno muscular junction (1%), tipe IV cedera pada otot ekstensor carpi radialis
brevis muscle belly (8%), Tipe V cedera pada otot ekstensor digitorum. Tipe II
merupakan
tipe yang paling banyak ditemukan dengan jumlah (90%)
(Fedorcyzk, 2006).
Dalam penanganan kasus Tennis elbow maka perlu dilakukan penanganan
secara cepat, tepat efektif dan efisien agar dapat mengembalikan kemampuan
gerak fungsional sehingga tidak menghambat seseorang dalam melakukan
aktivitasnya. Seperti yang tercantum dalam PERMENKES no.65 tahun 2015
disebutkan bahwa:
“Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada perorangan dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik),
pelatihan fungsi dan komunikasi”.
Oleh karena itu, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai
kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang
berhubungan
dengan
mengembangkan,
mencegah,
mengobati,
dan
mengembalikan gerak dan fungsi tubuh seseorang.
Fisioterapi dapat berperan dalam hal mengatasi nyeri dan disabilitas
tersebut sehingga fungsi dan gerak dari bahu sampai lengan dapat terpelihara.
Penanganan yang akan diberikan dalam mengurangi masalah pada tennis
elbow tipe II yaitu dengan memberikan teknik manual terapi dan modalitas
elektroterapi. Teknik manual terapi dalam penanganan tennis elbow berupa
4
pemberian pain free grip strength exercise dan eccentric exercise. Pemberian
modalitas berupa ultrasound (US).
Pain free grip strength exercise merupakan intervensi manual terapi yang
menggabungkan manual gliding dengan gerakan osteokinematik sendi, baik
secara aktif yang dilakukan oleh pasien atau pasif yang dilakuan oleh terapis.
Pada kasus tennis elbow tipe II target tissue pemberian pain free grip strength
exercise yaitu otot yang dimana otot tersebut mengalami muscle imbalance
sehingga menyebabkan nyeri yang berakibat pada penurunan kekuatan
menggenggam.
Pemberian pain free grip strength exercise bertujuan untuk mengurangi
nyeri, meningkatkan kekuatan menggengga, mengembalikan gerak fungsi siku
serta memperbaiki gerakan sehingga tidak terjadi cidera lagi.
Eccentric exercise merupakan suatu kontraksi otot dinamis yang
menyebabkan pergerakan sendi dan perjalanan segmen tubuh sebagai kontraksi
dan memanjangnya otot dari suatu tegangan (Kisner & Colby, 2007). Pada
kasus Tennis Elbow Tipe II target tissue pemberian eccentric exercise yaitu
tendoperiosteal yang dimana tendoperiosteal tersebut mengalami inflamasi dan
adhesion yang menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas tendon sehingga
menimbulkan nyeri regang saat palmar fleksi.
Pemberian eccentric exercise bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas
dan elastisitas tendon, mengurangi nyeri, mengurangi jaringan fibros.
US merupakan gelombang suara dengan vibrasi akustik pada frekuensi
lebih dari 20.000 Hz (Watson et al, 2015). Pada kasus tennis elbow tipe II
target
jaringan
pemberian
US
yaitu
tendoperiosteal
yang
dimana
tendoperiosteal tersebut mengalami inflamasi karena kontraksi otot yang
berlebihan.
Pemberian US pada kasus tennis elbow bertujuan untuk melenturkan
jaringan adhesion, menormalisasi inflamasi dan pemberian US juga
menyebabkan terjadinya vasodilatasi yang dapat meningkatkan pasokan bahan
makanan (nutrisi), nutrisi di bawa oleh darah ke dalam jaringan yang
mengalami cidera sehingga metabolisme lancar dan akan terjadi regenerasi
jaringan lebih cepat.
5
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui intervensi apa
yang lebih efektif dan bermanfaat untuk menurunkan disabilitas elbow,
sehingga penulis mengangkat topik di atas dan menjadikannya dalam bentuk
skripsi yang berjudul ; “Perbedaan efek antara pain free grip strength exercise
dengan eccentric exercise terhadap nyeri dan
disabilitas siku pada kasus
Tennis Elbow tipe II”. Sebagai tugas akhir guna menyelesaikan program
pendidikan S1 Fisioterapi pada Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul.
B. Identifikasi Masalah
Tennis elbow umumnya terjadi pada orang dewasa antara usia 30-50 tahun
tetapi tennis elbow ini sering terjadi pada orang yang melakukan pekerjaan
atau olahraga yang melibatkan pergelangan tangannya untuk menggenggam
secara berulang-ulang dalam posisi ekstensi, sehingga siku beresiko cidera
karena ekstensor pergelangan tangan yang harus berkontraksi selama
menggenggam
pada saat kegiatan untuk menstabilkan pergelangan tangan
(Dutton, 2012 ).
Jaringan yang terjadi patologi pada tennis elbow tipe II adalah
tendoperiosteal, dimana apabila terjadi inflamasi maka akan cenderung
menjadi kronik. Hal ini disebabkan karena tendoperiosteal merupakan daerah
critical zona dimana pada daerah tersebut miskin akan pembuluh kapiler. Dan
biasanya peradangan pada jaringan tendon diikuti oleh perlengketan antar
serabut collagen sehingga menyebabkan penurunan sirkulasi dan menyebabkan
abnormal cross link. Hal ini menyebabkan penurunan elestisitas tendon, yang
kemudian menyebabkan nyeri regang pada saat palmar fleksi. Nyeri yang
terjadi biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah melalui
aspek posterior lengan bawah.
Masalah-masalah yang sering ditemui pada kondisi-kondisi tennis elbow
tipe II adalah nyeri, kelemahan otot, pemendekan kapsul dan ligament sendi
sehingga lingkup gerak sendi terbatas, kesulitan melakukan aktifitas seperti
mengetik komputer, mencuci pakaian, menulis, berolahraga, mengendarai
motor.
6
Untuk menemukan beberapa masalah-masalah gangguan gerak dan
gangguan fungsi pada tennis elbow tipe II, maka fisioterapi perlu menganalisa
secara menyeluruh melalui penatalaksaan fisioterapi yang meliputi anamnesis,
inspeksi, quick test, serta test khusus yang disertai dengan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dengan algoritma dan berdasarkan evidence base
practice.
Didalam anamnesis, pasien dengan kondisi tennis elbow tipe II umumnya
mengeluh nyeri pada bagian epicondylus lateralis humeri yang terlokalisir
pada tendonperiosteal ekstensor carpi radialis brevis. Kemudian pada tes
isometrik ekstensor wrist terdapat nyeri dan saat gerak pasif, pada palmar fleksi
ditemukan adanya nyeri regang. Setelah itu dilanjutkan dengan tes khusus
diantaranya tes palpasi. Palpasi akan ditemukan adanya nyeri tekan pada tenno
periosteal origo ekstensor carpi radialis brevis, yang letaknya kira-kira 1-2 cm
dari lateral epicondylus humeri ke antero medial siku. Pada strectching
ditemukan nyeri saat ekstensi siku, pronasi lengan bawah dan palmar fleksi
Setelah dapat dipastikan menderita tennis elbow, maka dapat menentukan
intervensi yang tepat untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien. Salah
satunya yang peneliti berikan adalah pain free grip strength exercise, eccentric
exercise, dan intervensi Ultrasound (US). Dan pengukuran hasil intervensi
terhadap nyeri dengan Visual Analogue Scala (VAS) dan disabilitas dengan
Disability of the Arm, Shoulder, and Hand (DASH) modified quesioner.
Pemberian pain free grip strength exercise dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan menggenggam, dan mengembalikan gerak fungsi siku
tanpa rasa sakit pada siku yang mengalami keterbatasan gerak (Abbott, 2001).
Pada pemberian intervensi pain free grips strength exercise tangan pasien
rileks, pada saat pasien menggerakn tangannya dalam posisi ekstensi fisioterapi
memberikan tahanan dan memberikan gerak gliding ke arah lateral. Dengan
waktu, frekuensi, dan intensitas yang sama pada setiap sampel. Sehingga kita
dapat menurunkan nyeri dan disabilitas siku pada kondisi tennis elbow tipe II.
Pemberian eccentric exercise pada cidera tennis elbow memiliki pengaruh
dalam peningkatan fleksibilitas dan elastisitas tendon, mengurangi nyeri serta
mngurangi jaringan fibros (Kisner & Colby, 2007). Pada pemberian intervensi
7
Ecccentric exercise tangan pasien memegang rubber bar, posisi tangan yang
sakit berada dibawah dengan maksimal wrist ekstensi sedangkan tangan yang
tidak sakit berada diatas sambil menahan, kemudian rubber bar diputar dengan
gerakan fleksi. Dengan waktu, frekuensi, dan intensitas yang sama pada setiap
sampel. Sehingga kita dapat menurunkan nyeri dan disabilitas siku pada
kondisi tennis elbow tipe II.
Pemberian ultrasound (US) dapat meningkat sirkulasi darah releksasi otot,
meningkatkan permeabilitas membran, mempercepat proses penyembuhan
jaringan, dan mengurangi nyeri. Pada pemberian intervensi Ultrasound
posisikan lengan pasien diatas bantal senyaman mungkin, kemuadian gerakan
tranduser secara longitudinal pada area patologi yaitu tendoperiosteal. Dengan
waktu, frekuensi, dan intensitas yang sama pada setiap sampel. Sehingga kita
dapat menurunkan nyeri dan disabilitas siku pada kondisi tennis elbow tipe II.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu :
1.
Apakah ada efek pain free grip strength exercise dan US terhadap nyeri
dan disabilitas siku pada tennis elbow tipe II ?
2.
Apakah ada efek eccentric exercise dan US terhadap nyeri dan disabilitas
siku pada tennis elbow tipe II ?
3.
Apakah ada perbedaan efek antara pain free grip strength exercise dan US
dengan eccentric exercise dan US terhadap nyeri dan disabilitas siku pada
tennis elbow tipe II ?
D. Tujuan Penelitian
1.
Untuk membuktikan efek pain free grip strength exercise dan US terhadap
nyeri dan disabilitas siku akibat tennis elbow tipe II.
2.
Untuk membuktikan efek eccentric exercise dan US terhadap nyeri dan
disabilitas siku akibat tennis elbow tipe II.
8
3.
Untuk membuktikan perbedaan efek antara pain free grip strength exercise
dan US dengan eccentric exercise dan US terhadap nyeri dan disabilitas
siku pada tennis elbow tipe II.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a.
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan
intervensi pada kasus tennis elbow tipe II.
b.
Untuk mengetahui perbedaan antara intervensi pain free grip strength
exercise dan US dengan eccentric exercise dan US.
c.
Untuk mengetahui manfaat dari intervensi yang diberikan pada kasus
tennis elbow tipe II.
2. Bagi fisioterapis
a.
Dengan penelitian ini diharapkan para fisioterapis dapat menerapkan
teknik pain free grip strength exercise, eccentric exercise dan ultasound
terhadap pasien yang mengalami gangguan nyeri dan disabilitas siku
kasus tennis elbow tipe II sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih
optimal.
b.
Memberikan bukti empiris dan teoritis penanganan pada kondisi
disabilitas siku akibat tennis elbow tipe II sehingga dalam aplikasi ke
pasien dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam praktek seharihari.
c.
Menjadi dasar penelitian dan pengembangan ilmu Fisioterapi di masa
yang akan datang.
3. Bagi institusi pendidikan fisioterapi
Memberikan informasi tentang penanganan kasus tennis elbow tipe II yang
dapat digunakan sebagai referensi maupun dijadikan sumber referensi untuk
pelayanan kesehatan.
Download