Deskripsi Singkat : Bab ini merupakan pengantar

advertisement
Deskripsi Singkat :
Bab ini merupakan pengantar dalam mempelajari Statistika. Anda akan dibantu
untuk memahami sejarah dan konsep dasar statistika.
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan kegunaan statistika
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian statistika deskriptif dan inferensia
beserta contohnya
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian populasi dan contoh
4. Menjelaskan pengertian populasi dan contoh menjelaskan jenis-jenis data
5. Menjelaskan jenis-jenis skala
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-1-
1.1. Sejarah statistik
Penggunan Statistik sudah ada sebelum abad ke- 18, pada saat itu
negara Babilon, Mesir, dan Roma mengeluarkan catatan tentang nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga. Kemudian pada tahun 1500,
pemerintahan Inggris mengeluarkan catatan mingguan tentang kematian dan
tahun 1662 dikembangkan catatan tentang kelahiran dan kematian. Baru pada
tahun 1772-1791G. Achenwall menggunakan istilah statistik sebagai kumpulan
data tentang Negara. Tahun 1791-1799, Dr. E.A.W Zimmesman mengenalkan
kata statistika dalam bukunya Statistical Account of Scotland. Tahun 1880, F.
Galton pertama kali menggunakan korelasi dalam penelitian ilmu hayat. Pada
abad 19 Karl Pearson mempelopori penggunaan metoda statistik dalam berbagai
penelitian biologi maupun pemecahan persoalan yang bersifat sosio ekonomis.
Tahun 1918-1935, R. Fisher mengenalkan analisa varians dalam literatur
statistiknya.
1.2. Pengertian Statistik dan Statistika
Pada umumnya orang tidak membedakan antara statistika dan statistik.
Kata statistik berasal dari kata latin yaitu status yang berarti “Negara” (dalam
Bahasa Inggris adalah state). Pada awalnya kata statistic diartikan sebagai
keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh Negara dan berguna bagi negara.
Misal keterangan menganai jumlah keluarga penduduk suatu negara, keterangan
mengenai pekerjaan penduduk suatu Negara, dan sebagainya. Perkembangan lebih
lanjut menunjukkan bahwa pengertian statistik merupakan kumpulan suatu
angaka-angka. Misalnya statistik kelahiran, statistik hasil pertanian, statistik
penduduk, dan sebagainya.
Istilah STATISTIKA memiliki pengertian berbeda dengan STATISTIK.
Statistik merupakan kumpulan data, bilangan atau non bilangan yang disusun/
disajikan sedemikian rupa (biasanya dalam bentuk tabel atau grafik) yang
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-2-
menggambarkan suatu persoalan atau keadaan. Sedangkan Statistika adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, penyajian,
pengolahan dan analisis data, serta teknikteknik analisis data.
Statistika digunakan sebagai cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan,
menyusun, meringkas dan menyajikan data penelitian. Lebih lanjut statistika
merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik kesimpulankesimpulan yang teliti dan keputusankeputusan yang logik dari pengolahan data
tersebut. Sedangkan statistik lebih banyak digunakan untuk menggambarkan
keadaan atau permasalahan seperti pencataan banyaknya penduduk, penarikan
pajak, dan semacamnya.
Agar
pengertian
statistik
sebagai
kumpulan
angka-angka
tidak
mengaburkan perbedaan pengertian antara kumpulan angka-angka dengan
metode sehingga kumpulan angka tersebut “berbicara”. Dalam arti kumpulan
angka tersebut disajikan dalam bentuk table/diagram, selanjutnya dianalisa dan
ditarik kesimpulan. Ini semua ternyata merupakan pengetahuan tersendiri yang
disebut statistika. Jadi pengertian statistika adalah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, penyajian, pengolahan, analisis
data, dan penarikan kesimpulan dari hasil analisis serta menentukan keputusan.
Metode statistik adalah prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian
analisis dan penafsiran data.
Statistika dalam pengertian sebagai ilmu dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Statistika Deskriptif mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran objek yang diteliti sebagaimana adanya tanpa menarik
kesimpulan atau generalisasi. Dalam statistika deskriptif ini dikemukakan
cara-cara penyajian data dalam bentuk tabel maupun diagram, penentuan ratarata (mean), modus, median, rentang serta simpangan baku.
Contoh Masalah Statistika Deskriptif :
1. Tabulasi Data
2. Diagram Balok
3. Diagram Kue Pie
4. Grafik perkembangan harga dari tahun ke tahun
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-3-
2. Statistika Inferensial mempunyai tujuan untuk penarikan kesimpulan.
Sebelum menarik kesimpulan dilakukan suatu dugaan yang diperoleh dari
statistika deskriptif.
Contoh Masalah Statistika Inferensia :
1. Pendugaan Statistik
2. Pengujian Hipotesis
3. Peramalan dengan Regresi/Korelasi
1.3. Peranan dan Manfaat statistik dalam Kehidupan
Adapun manfaat Statistik yaitu :
 Untuk meramalkan
 Untuk penelitian
 Untuk menagatur kualitas barang
 Untuk produktivitas
 Untuk memperbaiki proses (eksperimen)
1.4. Statistika dalam Pelelitian
Dalam rangka kegiatan penelitian, seperti yang telah disinggung di depan,
fungsi dan peranan statistika dijelaskan sebagai berikut:
1. Statistika memungkinkan pencatatan secara eksak data penelitian.
2. Statistika memandu peneliti menganut tata fikir dan tata kerja yang definit dan
eksak.
3. Statistika menyediakan cara-cara meringkas data ke dalam bentuk yang lebih
banyak artinya dan lebih gampang mengerjakannya.
4. Statistika memberi dasar-dasar untuk menarik kongklusi-kongklusi melalui
proses proses yang mengikuti tata cara yang dapat diterima oleh ilmu
pengetahuan.
5. Statistika memberi landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang
sebagaimana sesuatu gelaja akan terjadi dalam kondisi-kondisi yang telah di
ketahui.
6. Statistika memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab-akibat
yang kompleks dan rumit, yang tanpa statistika akan merupakan peristiwa
yang membingungkan, kejadian yang tak teruraikan.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-4-
1.5. Macam – macam Data
1. Pengertian data
Setiap kegiatan yang berkaitan dengan statistik selalu berhubungan
dengan data. Pengertian data adalah keterangan yang benar dan nyata. Data
adalah bentuk jamak dari datum. Datum adalah keterangan atau informasi yang
diperoleh dari suatu pengamatan sedangkan data adalah segala keterangan atau
informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan.
Data = ukuran suatu nilai
Data  bentuk jamak (plural)
Datum  bentuk tunggal (singular)
Dari contoh-contoh yang telah diberikan sebelumnya, dapatdiperoleh
bahwa tujuan pengumpulan data adalah :
o Untuk memperoleh gambaran suatu keadaan
o Untuk dasar pengambilan keputusan
2. Syarat data yang baik
Untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dan benar maka data yang
dikumpulkan dalam pengamatan harus nyata dan benar, demikian sebaliknya.
Syarat data yang baik yaitu :
o Data harus objektif (sesuai dengan keadaan sebenarnya)
o Data harus mewakili (representative)
o Data harus up to date
o Data harus relevan dengan masalah yang akan dipecah
3. Pembagian data
Data yang telah dikumpulkan dari suatu observasi disebut data observasi.
Menurut cara memperolehnya data dibagi atas :
1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti (suatu
organisasi/perusahaan).dengan cara observasi sendiri baik di lapangan atau di
laboratorium, yaitu dengan survey atau percobaan. Contoh: Pemerintah
melalui Biro Pusat Statistik melakukan sensus penduduk tahun 1980 untuk
memperoleh data penduduk Negara Indonesia.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-5-
2. Data Sekunder, yaitu data yang dikutip dari sumber lain. Contoh: Suatu
perusahaan memperoleh data dari laporan yang ada dari BPS.
Menurut sifatnya data dibagi atas :
1. Data Kualitatif/kategorik, data yang tidak dalam bentuk angka. Contoh :
mutu barang di supermarket “X” bagus atau jelek
Data Kategorik dapat dijadikan data numerik dengan memberi bobot pada
setiap kategori. Data Kategorik dapat dibedakan menjadi :
(a) Data Ordinal: Urutan kategori menunjukkan tingkatan (ranking)
Misalnya: Bagaimana prestasi belajar anda semester lalu?
1. Sangat Baik
2. Baik
3. Sedang-sedang saja
4. Buruk
5. Sangat Buruk
(b) Data Nominal : Urutan/Nilai tidak menunjukkan tingkatan
Misalnya : Apa warna favorit anda :
1. Ungu
2. Abu-abu
3. Coklat
4. Putih
Selain kedua jenis data tersebut, kita juga mengenal :
(c) Data Atribut :
Nilai data tersebut memberi keterangan atau tanda pada suatu data.
Misalnya :
Nama :
Alamat :
2. Data Kuantitatif/numerik, data dalam bentuk angka.
Contoh: data hasil ulangan matematika siswa kelas enam di SD Teman
adalah 8,9,6,7,8,….
Data Kuantitatif dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Data Diskrit, data yang dikumpulkan merupakan hasil dari membilang.
Contoh : keluarga Pak Amir mempunyai 3 orang anak laki-laki
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-6-
b. Data Kontinu, data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Contoh : berat
badan siswa kelas enam 40 kg, 35 kg, 36 kg, 30 kg, …
1.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut waktu dibagi 2 yaitu :
a. Cross Section, dalam waktu tertentu
Contoh : th 2000 ; th 1999
b. Time Series, berdasarkan tahun yang lalu
Contoh : tahun 1999 – 2008
Untuk meramalkan tahun ke depan
1.7. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan :
1. Skala Nominal
Yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya)
atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan karakteristik satu
dengan yang lainnya.
Contoh : Seorang peneliti menghadapi data yang berkaitan dengan jenis kelamin
(perempuan dan laki-laki). Agar peneliti dapat menggunakan statistik dalam
analisisnya, dituntut untuk melakukan perubahan data tersebut menjadi bentuk
angka. Jika peneliti menggunakan angka 1 sebagai simbol siswa perempuan dan
angka 2 sebagai siswa laki-laki, maka angka 1 dan angka 2 merupakan initial dari
jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Untuk selanjutnya peneliti akan selalu
berhadapan dengan angka 1 dan angka 2. Dalam hal ini angka 2 tidak berarti
lebih besar dari angka 1, karena angka-angka tersebut hanya sebagai simbol atau
kode saja. Sepanjang angka-angka yang digunkan oleh peneliti hanya sebagai
simbol, maka angka tersebut dimasukkan sebagai kelompok data yang berskala
nominal.
2. Skala Ordinal
Yaitu skala yang didasarkan pada ranking, diurtkan dari jenjang yang lebih
tinggi sampai rendah atau sebaliknya. Contoh: hasil ujian akhir suatu SMU
menyatakan bahwa: Siswa A sebagai juara 1, siswa B sebagai juara 2, dan siswa C
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-7-
sebagai juara 3. dalam hal ini angka satu mempunyai nilai lebih tinggi daripada
angka 2 maupun angka 3, tetapi skala ini tidak bisa menunjukkan perbedaan
kemampuan antara A, B, dan C secara pasti. Juara satu tidak berarti mempunyai
kemampuan dua kali lipat dari juara dua maupun mempunyai kemampuan tiga
kali lipat dari kemampuan juara tiga. Di samping itu perbedaan kemampuan
antara siswa juara 1 dengan siswa juara 2, juga berkemungkinan besar tidak sama
dengan perbedaan kemampuan juara siswa juara 2 dengan siswa juara 3. Dengan
demikian maka rentangan kemampuan siswa untuk rentangan kemampuan untuk
masing-masing.
3. Skala Interval
Yaitu skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang
lain dan mempunyai bobot sama, tetapi tidak mempunyai angka nol mutlak.
Contoh: Nilai siswa mempunyai rentangan 0 sampai dengan 10. Temperatur
mempunyai rentangan dari 0 sampai dengan 100 derajat celcius. Dalam kasus ini
siswa yang memperoleh nilai 8 mempunyai kemampuan 2 kali siswa yang
memperoleh nilai 4, panas udara 15 derajat celcius merupakan setengahnya dari
panas udara 30 derajat celcius. Tetapi siswa yang memperoleh nilai 0 berarti
bukan tidak mempunyai pengetahuan sama sekali tentang yang diujikan, atau
suhu udara berderajat 0 derajat celcius bukan berarti udara tidak bersuhu.
Rentangan ini dari jenjang yang satu ke jenjang yang lainnya bersifat konstan.
Sehingga skala ini dapat memberikan gambaran tentang objek yang dinilai secara
konsisten.
4. Skala Rasio
Yaitu skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai
jarak yang sama.
Contoh: Ukuran berat, panjang/lebar, umur, dll. Seseorang yang mempunyai
berat badan 100 kg adalah 2 kali beratnya dari orang yang mempunyai berat badan
50 kg. Jika berat suatu benda adalah nol, maka benda tersebut benar-benar tidak
mempunyai berat. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa angka nol mempunyai
arti tersendiri (nol adalah mutlak adanya).
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-8-
Tabel 1.1. Perbedaan Jenis Skala
Nominal
Ordinal
Interval
Rasio
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bilangan menunjukkan perbedaan
Pengukuran dapat digunakan
untuk membuat peringkat atau
mengurutkan objek
Perbedaan bilangan mempunyai
arti
Mempunyai nol mutlak dan rasio
antara dua bilangan mempunyai
arti
√
SOAL EVALUASI
I. Isilah!
1. Jelaskan tentang pengertian statistik dan statistika!
2. Manfaat apakah yang dapat dipetik mahasiswa selaku calon ahli madia,
dengan mempelajari Statistika Pendidikan? Jelaskan jawaban saudara!
3. Syarat apakah yang harus dipenuhi sekumpulan angka atau bilangan,
sehingga ia dapat disebut data Statistika?
4. Sebutkan tiga prinsip yang harus dipegang dalam rangka pengumpulan
data Statistika!
5. Jelaskan mengenai cara yang akan ditempuh dan alat yang dapat
dipergunakan, dalam rangka menghimpun data Statistik!
6. Jelaskan pengertian Statistika deskriptif dan statistika inferensial!
7. Jelaskan Jenis-jenis skala dan berikan contohnya masing-masing!
8. Jelaskan perbedaan diantara data kontinu dan data diskrit.
9. Jelaskan pula tentang perbedaan antara data interval dan data ordinal.
10. Berikan contoh demikian rupa sehingga menjadi cukup jelas apa yang
dimaksud dengan data primer dan data sekunder.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-9-
11. Curah hujan rata-rata di kota Bogor yang tercatat selama 30 bulan terakhir
adalah 4.6 cm, termasuk dalam kategori apakah pernyataan tersebut!
12. Curah hujan rata-rata di kota Bogor yang tercatat selama 30 bulan terakhir
adalah 4.6 cm. Berdasarkan pengamatan ini maka diperkirakan pada tahun
depan rata-rata curah hujan di Bogor 4.5 – 4.7 cm, termasuk dalam
kategori apakah pernyataan tersebut!
13. Seorang mahasiswa yang akan menulis Tugas Akhir akan meneliti apakah
ada hubungan antara nilai NEM dengan IPK yang diperoleh mahasiswa
tingkat 1 jurusan Teknik Mesin. Untuk ini ia mencari datanya melalui
BAAK. Data yang diperoleh mahasiswa tersebut termasuk dalam kategori
apa?
II. Nyatakan apakah pernyataan-pernyataan berikut ini termasuk dalam
statistika deskriptif atau inferensia.
a. Akibat penurunan produksi minyak oleh negara-negara penghasil minyak,
maka diramalkan harga minyak akan menjadi dua kali lipat pada tahun
yang akan datang.
b. Sekurang-kurangnya 5% dari semua kebakaran yang dilaporkan tahun lalu
di sebuah kota tertentu diakibatkan oleh tindakan sengaja orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.
c. Sebanyak 60% di antara semua pasien yang menerima obat tertentu,
ternyata kemudian menderita akibat sampinganya.
d. Dengan mengasumsikan bahwa kerusakan akibat musim dingin yang lalu
pada tanaman kopi jenis columbia kurang dari 20%, maka diramalkan
kenaikan harganya di akhir tahun nanti tidak akan lebih dari 30 sen per
kilogramnya.
e. Salah satu hasil pol pendapat yang dilakukan baru-baru ini adalah bahwa
kebanyakan orang Amerika menyetujui didirikannya pusat tenaga nuklir
yang baru.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-10-
Deskripsi Singkat :
Bab ini merupakan pengantar dalam mempelajari Statistik. Anda akan dibantu
untuk memahami sampel, populasi dan nota ilmiah.
Tujuan Instruksional Khusus
1. menjelaskan sampel dan populasi
2. menjelaskan symbol dalam sampel dan populasi
3. menjelaskan bentuk umum notasi penjumlahan serta dalil-dalil notasi
penjumlahan
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-11-
2.1 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian
kita, baik terhingga maupun tak hingga. Dilambangkan dengan huruf N. Di waktu
lampau, istilah ”populasi” mengandung makna pengamatan yang diperoleh dari
penelitian statistik yang berhubungan dengan orang banyak. Di masa kini,
statistikawan menggunakan istilah itu bagi sembarang pengamatan yang menarik
perhatian kita, apakah itu sekelompok orang, binatang, atau benda apa saja.
Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran
populasi. Seandainya ada 600 siswa di suatu sekolah yang kita golongkan menurut
golongan darahnya, maka dikatakan kita mempunyai populasi berukuran 600.
Dalam inferensia statistik kita ingin memperoleh kesimpulan mengenai
populasi, meskipun kita tidak mungkin untuk mengamati keseluruhan individu
yang menyusun populasi. Misalnya saja, dalam usaha menentukan ketepatan rasa
dalam makanan tertentu, sehingga tidak mungkin kita menguji semua makanan
yang ingin kita jual. Biaya yang besar lebih sering menjadi faktor penghalang
untuk mengamati semua anggota populasi. Oleh karena itu, kita terpaksa
menggantungkan pada sebagian anggota populasi untuk membantu kita menarik
kesimpulan mengenai populasi tersebut.
Contoh atau Sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Dilambangkan
dengan huruf n. Kalau kita menginginkan kesimpulan dari sampel atau contoh
terhadap populasi menjadi sah, kita harus mendapatkan sampel yang mewakili.
Kita sering kali tergoda untuk mengambil anggota populasi yang memudahkan
kita. Cara demikian ini dapat membawa kita pada kesimpulan yang salah
mengenai populasi. Prosedur pengambilan sampel yang menghasilkan kesimpulan
yang konsisten terlalu tinggi atau terlalu rendah mengenai suatu cirri populasi
dikatakan berbias. Untuk menghilangkan kemungkinan bias ini, kita perlu
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-12-
mengambil contoh acak sederhana, atau lebih singkat lagi contoh acak atau
sampel acak.
Contoh Acak = Sampel Random = Randomized Sample adalah sampel
yang diambil dari populasi di mana setiap anggota populasi memiliki peluang
yang sama terpilih sebagai anggota sampel.
Cara pengacakan :
(1) Undian,
(2) Tabel Bilangan Acak
(3) Program komputer Tabel Bilangan Acak
Contoh :
Gunakan tabel A.12 untuk mendapatkan sebuah contoh acak sederhana berukuran
7 dari sejumlah 80 tikus untuk digunakan dalam penelitian laju pertumbuhan
tumor pada suatu percobaan penelitian kanker.
Jawab : Pertama-tama nomori semua tikus tersebut 01, 02, 03, ..., 80 dalam
urutan sembarang. Selanjutnya secara sesuka kita atau acak, kita baca tabel A.12
mulai baris 28 kolom 16 dan 17 ke arah bawah.
Jika kita abaikan bilangan-bilangan yang muncul untuk kedua kalinya
atau lebih dan semua bilangan yang lebih besar dari 80, maka contoh acak
sederhana berukuran 7 kita akan terdiri atas tikus-tikus yang bernomor :
19
48
73
79
26
60
40
Parameter dan Statistik
Parameter
: nilai yang menyatakan ciri populasi
Statistik (Statistic) : nilai yang menyatakan ciri sampel
Anda sudah dapat membedakan antara Statistik (tanpa akhiran “a”) = Statistic
(without “s”) dengan Statistika (dengan “a”) = Statistics (with “s”).
Penulisan lambang-lambang (Notasi) parameter dan statistik juga berbeda.
Tabel 2.1. Lambang Parameter dan Statistik
Ciri
Parameter
Statistik
Rata-rata
µ= my
Standar deviasi,
σ = sigma
S
simpangan baku
Ragam, varians
σ2
S2
Proporsi
Π
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-13-
2.2 Notasi Penjumlahan
Dalam statistika kita sangat sering menjumlahkan bilangan yang banyak.
Misalnya, kita mungkin akan menghitung harga rata-rata pasta gigi merk tertentu
yang dijual di sepuluh toko yang berbeda atau mungkin pula kita ingin
mengetahui berapa kali sisi muka muncul bila tiga keping mata uang di lempar
beberapa kali.
Dengan menggunakan huruf Yunani ∑ (sigma) untuk menyatakan
“penjumlahan”, kita dapat menuliskan jumlah empat perubahan bobot dengan
menggunakan notasi penjumlahan yang dilambangkan dengan ∑ (sigma) :
i
: indeks dari 1,2,3,..n:
xi
: data/nilai/pengamatan ke-i
Dalil-1 :
Penjumlahan 2 atau lebih peubah (variabel) = jumlah masing-masing
penjumlahannya
i
: indeks, 1,2,3,...n
xi
: nilai ke-i untuk variabel ke-1
yi
: nilai ke-i untuk variabel ke-2
zi
: nilai ke-i untuk variabel ke-3
Dalil-2 :
Jika c adalah konstanta maka :
Dalil-3:
Jika c adalah konstanta maka :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-14-
Contoh :
1. Jika diketahui x1 = 2 ; x2 = 4 ; x3 = 7 ; y1 = 3 ; y2 = -1, maka hitunglah nilai:
Jawab
2. Sederhanakanlah !
Jawab
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-15-
SOAL EVALUASI
Hitunglah !
1. Jika x1= 4 ; x2 = -3 ; x3 = 6 dan x4 = -1, hitunglah :
2. Jika x1 = -2 ; x2 = 3 ; x3 = 1 ; y1 = 4 ; y2 = 0 ; dan y3 = -5, maka hitunglah :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-16-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan distribusi frekuensi dan cara membuatnya.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu membedakan distribusi frekuensi data yang tidak
dikelompokkan dengan data yang dikelompokkan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis distribusi frekuensi
3. Mahasiswa mampu menggambarkan penyajian data dengan grafik dan
tabel
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penyajian distribusi frekuensi
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-17-
3.1. Distribusi Frekuensi
Distribusi Frekuensi adalah penyusunan bahan-bahan atas dasar nilai
variable dan frekuensi tiap-tiap nilai variabel itu. Tabel untuk distribusi
frekuensi, disebut tabel distribusi frekuensi atau tabel frekuensi saja. Distribusi
tunggal adalah distribusi yang tidak menggunakan penggolongan-golongan.
Distribusi Bergolong menggunakan interval-interval kelas dalam penyusunannya.
Walaupun data telah disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar atau
sebaliknya, bukan berarti bahwa penyederhanaan data tersebut telah selesai. Jika
julamah responden yang diteliti banyak, maka barisan data yang tersusun pun
akan panjang. Keadaan ini masih belum membantu peneliti dalam mengamati data
tersebut. Agar data tersebut lebih sederhana maka perlu dibuat suatu distribusi
frekuensi yaitu mengumpulkan data yang sama dalam satu kelompok.
Distribusi frekuensi ada bermacam-macam, di antaranya :
1. Ditinjau dari nyata tidaknya frekuensi
a. Distribusi frekuensi absolut
Yang dimaksud dengan distribusi frekuensi absolut adalah suatu jumlah
bilangan yang menyatakan banyaknya data pada suatu kelompok tertentu.
Distribusi ini disusun berdasar apa adanya, sehingga tidak menyukarkan
peneliti dalam membuat distribusi ini.
b. Distribusi frekuensi relatif
Merupakan suatu jumlah persentase yang menyatakan banyaknya data pada
suatu kelompok tertentu.
2. Ditinjau dari jenisnya
a. Distribusi frekuensi numerik
Adalah distribusi frekuensi yang didasarkan pada data-data kontinu, yaitu data
yang berdiri sendiri dan merupakan suatu deret hitung.
b. Distribusi frekuensi kategorikal
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-18-
Distribusi frekuensi yang didasarkan pada data-data yang terkelompok
3. Ditinjau dari kesatuannya
a. Distribusi frekuensi satuan
Adalah distribusi frekuensi yang menunjukkan berapa banyak data pada
kelompok tertentu. Distribusi numerik maupun relative menunjukkan distribusi
satuan.
b. Distribusi frekuensi komulatif
Merupakan distribusi frekuensi yang menunjukkan jumlah frekuensi pada
sekelompok nilai tertentu mulai dari kelompok sebelumnya sampai kelompok
tersebut atau sebaliknya.
Pada bab ini distribusi frekuensi yang akan kita bahas adalah frekuensi
numerik, kategorikal, relatif dan komulatif
3.1.1. Distribusi Frekuensi Numerik (Data yang tidak dikelompokkan)
Dilakukan jika data yang diamati memiliki kategori yang sedikit walaupun
dalam jumlah banyak. Di bawah ini contoh data yang bias langsung dikerjakan.
Contoh :
Data_1 : 3 5 8 7 9 5 6 7 8 9
Data di atas hanya berjumlah 10 data sehingga untuk menghitung secara manual
masih bisa kita lakukan.
Contoh :
Data_2 : 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 9
9 9
Data di atas berjumlah 30 data tapi memiliki jenis yang sama sehingga tidak perlu
dikelompokkan tapi hanya dibuat table frekuensi biasa :
Tabel 3.1 Frekuensi Absolut
Data
2
3
4
5
6
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Frekuensi
4
4
3
2
4
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-19-
7
8
9
4
6
3
3.1.2. Distribusi Frekuensi Kategorikal (Data yang dikelompokkan)
Problem awal yang dijumpai peneliti setelah data terkumpul adalah
bagaimana membuat data tersebut agar mudah dibaca. Untuk itu peneliti
hendaknya melakukan penyederhanaan atau penyusunan data yang masih tidak
teratur menjadi data yang teratur. Penyusunan data dilakukan dengan jalan
mengurutkan data tersebut dari yang paling kecil ke yang paling besar, atau
sebaliknya dari yang paling besar ke yang paling kecil. Namun jika data yang ada
mempunyai jenis atau katageri yang banyak maka distribusi frekuensi yang ada
akan sangat panjang. Untuk mengatasi masalah ini maka kita menggunakan
distribusi frekuensi katagerikal atau biasa kita sebut sebagai data yang
dikelompokkan secara kategori atau jenis.
Bagian-bagian distribusi frekuensi kategorikal :
o Selang kelas adalah kelompok nilai data
o Batas kelas adalah nilai -nilai yang membatasi kelas satu dengan yang lain
o Limit kelas adalah batas nyata kelas yang tidak memiliki lubang untuk angka
tertentu antara kelas yang satu dengan yang lain. Limit kelas ada 2 yaitu limit
kelas bawah = batas bawah kelas – 0.5 dan limit kelas atas = batas atas kelas +
0.5
o Titik tengah kelas adalah angka yang tepat terletak ditengah suatu kelas, titik
tengah = 2 (batas bawah + batas atas)
o Lebar kelas adalah selisih antara batas bawah kelas selang ke 1 dan batas
bawah kelas selang ke 2
o Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu
Selang Kelas
1.5 – 1.9
2.0 – 2.4
2.5 – 2.9
3.0 -3.4
3.5 – 3.9
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Kategorikal
Batas kelas
Titik tengah
1.45 – 1.95
1.7
1.95 – 2.45
2.2
2.45 – 2.95
2.7
2.95 – 3.45
3.2
3.45 – 3.95
3.7
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Frekuensi
6
5
4
15
10
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-20-
4.0 – 4.4
4.5 – 4.9
3.95 -4.45
4.45 – 4.95
4.2
4.7
5
3
Langkah-langkah membuat sebaran frekuensi :
1. Tentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan.
; di mana n = banyak data ; k = banyak selang kelas
2. Tentukan lebar selang kelas atau interval kelas (i)
Rumus dari i adalah sebagai berikut:
Jadi kalau misalnya hasil pengukuran kita tentang tinggi orang yang tertinggi
adalah 180cm dan yang terendah adalah 145cm, dan kita telah menetapkan jumlah
intervalnya sebanyak 9 buah, maka
3. Tentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian limit
bawah bagi selang yang kedua dengan menambahkan lebar kelas
4. Tentukan batas kelas dengan cara : BK = (LBK2 – LAK1)/2
5. Tentukan batas bawah kelas dengan cara : LBK1 – BK, dan batas atas kelas
dengan cara : LAK1 + BK
6. Tentukan titik tengah kelas bagi masing-masing selang dengan meratakan
limit kelas.
7. tentukan frekuensi bagi masing-masing kelas
8. Jumlahkan kolom frekuensi dan periksa apakah hasilnya sama dengan
banyaknya total pengamatan
9. tentukan frekuensi relatif dengan cara membagi frekuensi kelas dengan
frekuensi total
10. frekuensi komulatif adalah frekuensi total semua nilai yang lebih kecil atau
lebih besar dari pada batas atas kelas suatu selang kelas tertentu.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-21-
3.1.3. Distribusi Frekuensi Relatif
Yang dimaksud dengan distribusi frekuensi relatif adalah suatu jumlah
persentase yang menyatakan banyaknya data pada suatu kelompok tertentu.
Dalam hal ini pembuat distribusi terlebih dahulu harus dapat menghitung
persentase pada masing-masing kelompok skor, atau pada masing-masing bagian.
Distribusi akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang posisi masingmasing bagian dalam keseluruhan, karena kita dapat melihat perbandingan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Walaupundemikian kita
masih belum memperoleh gambaran yang jelas tentang penyebab adanya
perbedaan tersebut. Hal ini disebabkan karena keterbatasan analisis yang
didasarkan pada perhitungan persentase belaka.
Kelas
16-23
24-31
32-39
40-47
48-55
56-63

Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Relatif
Titik tengah
Frekuensi
Frekuensi
kelas
relative
19.5
10
10/50=1/5= 0.20
27.5
17
0.34
35.5
7
0.14
43.5
10
0.20
51.5
3
0.06
59.5
3
0.06
50
1
Frekuensi
relative (%)
20
34
14
20
6
6
100
3.1.4. Distribusi Frekuensi Komulatif
Yang dimaksud dengan distribusi frekuensi komulatif adalah distribusi
frekuensi yang menunjukkan jumlah frekuensi pada sekelompok nilai (tingkat
nilai) tertentu mulai dari kelompok sebelumnya sampai kelompok tersebut.
Distribusi frekuensi kumulatif t erdiri atas :
a. TDFK kurang dari (<)
b. TDFK lebih dari (>)
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-22-
Pembentukan TDFK tetap harus memperhatikan prinsip pembentukan
TDF (semua data tercakup dan tidak terjadi overlapping)
Tabel 3.4. TDFK Kurang Dari (<)
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kurang dari 16
kurang dari 24
kurang dari 32
kurang dari 40
kurang dari 48
kurang dari 56
kurang dari 64
Frekuensi komulatif
0
10
27
34
44
47
50
(0 + 10)
(10 + 17)
(27 + 7)
(34 + 10)
(44 + 3)
(47 + 3)
Banyak kelas dalam TDFK < = Banyak Kelas TDF + 1
Kelas TDFK kurang dari dibent uk dengan menggunakan batas bawah kelas TDF
Kelas terakhir dalam TDFK kurang dari dibentuk dengan batas bawah kelas kek+1 pada TDF
Tabel 3.5. TDFK Lebih Dari (>)
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
lebih dari 15
lebih dari 23
lebih dari 31
lebih dari 39
lebih dari 47
lebih dari 55
lebih dari 63
Frekuensi komulatif
50
40
23
16
6
3
0
(50 -10)
(40 -17)
(23 -7)
(16 -10)
(6 – 3)
(3 – 3)
Banyak kelas dalam TDFK-lebihdari = Banyak Kelas TDF + 1
Kelas TDFK-lebihdari dibentuk dengan menggunakan batas atas kelas TDF!
Kelas pertama dalam TDFK-lebihdari dibentuk dari Batas Atas kelas ke-0 pada
TDF!
3.2. Penyajian Data
Secara garis besar ada dua cara penyajian data yaitu dengan tabel dan
grafik. Dua cara penyajian data ini saling berkaitan karena pada dasarnya sebelum
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-23-
dibuat grafik data tersebut berupa tabel. Penyajian data berupa grafik lebih
komunikatif.
3.2.1. Penyajian data dengan tabel
Tabel atau daftar merupakan kumpulan angka yang disusun menurut
kategori atau karakteristik data sehingga memudahkan untuk analisis data.
Ada tiga jenis tabel yaitu :

Tabel satu arah atau satu komponen adalah tabel yang hanya terdiri atas
satu kategori atau karakteristik data. Tabel berikut ini adalah contoh tabel
satu arah.
Tabel 3.6. Banyaknya Pegawai Negeri Sipil
Menurut Golongan Tahun 1990
Golongan
Banyaknya (orang)
I
II
III
IV
Jumlah
703. 827
1.917.920
309. 337
17.574
2.948.658
Sumber : BAKN, dlm Statistik Indonesia, 1986

Tabel dua arah atau dua komponen adalah tabel yang menunjukkan dua
kategori atau dua karakteristik. Tabel berikut ini adalah contoh tabel dua
arah.
Tabel 3.7. Jumlah Mahasiswa baru POLTEKBA menurut
Program Studi dan Asal Daerah T.A. 2013/2014
WNI
Teknik Mesin Alat Berat
50
WNA
Luar
Kalimantan
Timur
10
Teknik elektronika
75
25
90
Teknik Sipil
55
15
70
Tata Boga
54
16
70
Keuangan Perbankan
25
15
40
Jumlah
259
81
330
Program Studi
Kalimantan
Timur
Jumlah
60
Sumber : Data Buatan
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-24-

Tabel tiga arah atau tiga komponen adalah tabel yang menunjukkan tiga
kategori atau tiga karakteristik. Contoh tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Jumlah Pegawai Menurut Golongan,
Umur dan Pendidikan pada Departeman A
Tahun 2012
Banyaknya (orang)
Pendidikan
Golongan
Bukan
25-35
>35
Sarjana
sarjana
I
400
500
900
0
II
450
520
970
0
III
1200
2750
1850
2100
IV
0
250
0
250
2.050
4020
3720
2350
Jumlah
Sumber : Data Buatan
3.2.2. Penyajian data dengan grafik/diagram
Penyajian distribusi frekuensi biasanya dalam bentuk grafik. Grafik
merupakan gambar-gambar yang menunjukkan data secara visual yang biasanya
dibuat berdasarkan nilai pengamatan aslinya ataupun dari tabel -tabel sebelumnya.
Keuntungan menggunakan grafik yaitu:
1. Grafik lebih mudah diingat daripada tabel
2. grafik menarik bagi orang-orang tertentu yang tidak menyukai angka dan tabel
3. dapat diperoleh informasi secara visual dan juga dapat digunakan untuk
membandingkan secara visual pula
4. dapat menunjukkan perubahan hubungan satu bagian dalamrangka data
dengan bagian yang lainnya.
Terdapat beberapa jenis grafik yaitu :
 Grafik garis (line chart)
Grafik garis atau diagram garis dipakai untuk menggambarkan data berkala.
Grafik garis dapat berupa grafik garis tunggal maupun grafik garis berganda.
 Grafik batang / balok (bar chart)
 Grafik batang pada dasarnya sama fugsinya dengan grafik garis yaitu untuk
menggambarkan data berkala. Grafik batang juga terdiri dari grafik batang
tunggal dan grafik batang ganda.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-25-
 Grafik lingkaran (pie chart)
Grafik lingkaran lebih cocok untuk menyajikan data cross section, dimana
data tersebut dapat dijadikan bentuk prosentase.
 Grafik Gambar (pictogram)
Grafik ini berupa gambar atau lambang untuk menunjukkan jumlah benda
yang dilambangkan.
 Grafik Berupa Peta (Cartogram).
 Cartogram adalah grafik yang banyak digunakan oleh BMG untuk
menunjukkan peramalan cuaca dibeberapa daerah.
Contoh-contoh grafik :
Gambar 3.1 Grafik Garis
Gambar 3.2 Grafik Batang
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-26-
Gambar 3.3 Grafik Pie Chart
3.2.3. Penyajian Distribusi Frekuensi
Di bawah ini merupakan beberapa bentuk grafik yang akan kita pelajari :
1. Histogram
Histogram merupakan suatu cara untuk menunjukkan bagaimana nilainilai hasil observasi terdistribusi. Bentuk distribusi sangat penting karena akan
menentukan metode statistika yang dipergunakan. Grafik histogram biasa disebut
juga Bar Diagram, yaitu suatu grafik yang berbentuk segi empat.
2. Poligon
Poligon frekuensi adalah grafik dari distribusi frekuensi yang diperoleh
dengan cara menghubungkan puncak dari masing-masing nilai tengah kelas.
Sedangkan sumbu vertical dipergunakan frekuensi dari kelas yang bersangkutan.
3. Ogive
Penyajian secara grafis dari distribusi frekuensi komulatif disebut sebagai
ogive. Pada ogive yang digunakan sebagai sumbu horizontal adalah batas nyata
kelas, sedangkan sumbu vertikal digunakan frekuensi komulatif masing-masing
kelas.
Penyajian Tabel Distribusi Frekuensi dalam Grafik/Diagram
1. TDF  disajikan dalam histogram dan/atau poligon
2. TDFR  disajikan dalam histogram dan/atau poligon
3. TDFK kurang dari  disajikan dalam OGIVE kurang dari
4. TDFK lebih dari  disajikan dalam OGIVE lebih dari
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-27-
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-28-
SOAL EVALUASI
1. Data :
5
7
8
9
4
6
4
4
6
7
5
6
7
6
7
Buatlah table Distribusi Frekuensi numeriknya
5
4
8
6
8
3
3
9
4
2. Data :
3.7
3.1
3.3
4.1
3.0
3.0
4.7
3.9
1.9
4.2
2.6
3.7
3.1
3.4
3.5
2.2
4.1
3.4
1.6
2.5
4.3
3.3
3.1
4.7
3.8
Buatlah distribusi frekuensi
3.5
4.5
3.1
3.3
3.4
3.6
3.7
4.4
3.2
2.6
kategorikalnya
3.2
3.8
2.9
3.2
3.9
7
9
6
3. Jelaskan jenis-jenis distribusi frekuensi !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan grafik!
5. Jelaskan langkah yang sebaiknya ditempuh dalam membuat Tabel Distribusi
Frekuensi Data Tunggal!
6. Data di bawah ini: Nilai hasil ulangan harian dari sejumlah 60 orang siswa
SMP dalam bidang studi Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
7
5
8
3
6
4
6
7
5
9
4
6
8
6
8
5
7
5
9
7
3
4
6
5
5
4
8
6
5
6
9
7
5
8
6
4
6
7
8
10
7
6
3
9
5
7
6
3
8
7
10
8
7
6
6
5
7
7
6
6
Soal : Aturlah (susunlah) dan kemudian sajikanlah data tersebut diatas dalam
bentuk:
a. Tabel Distribusi Frekuensi, dengan mengindahkan persyaratan tertentu
sehingga dapat disebut Tabel distribusi frekuensi yang baik.
b. Tabel Presentase Komulatif
5. Jelaskan jenis-jenis skala!
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-29-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang ukuran pusat: mean, median, modus
Tujuan Instruksional Khusus
1. menjelaskan rumus mean baik data tak kelompok maupun data berkelompok
2. menjelaskan rumus median baik data tak kelompok maupun data berkelompok
3. menjelaskan rumus modus baik data tak kelompok maupun data berkelompok
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-30-
Ukuran pemusatan adalah sembarang ukuran yang menunjukkan pusat
segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau
sebaliknya.
4.1. Pengukuran Tendensi Sentral
Jika dilakukan penelitian terhadap motivasi, pada umumnya dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari orang yang diteliti mempunyai motivasi yang
“normal”. Kemudian jika diambil angka 100 sebagai indeks (ukuran) normalitas,
maka sebagian besar orang yang kita selidiki akan mempunyai angka motivasi di
sekitar 100. Hanya sebagian kecil saja dari mereka yang angka motivasinya
menyimpang jauh dari indeks normalitas itu.
Salah satu tugas dari statistika adalah mencari suatu angka di sekitar mana
nilai-nilai dalam suatu distribusi memusat. Angka yang menjadi pusat suatu
distribusi disebut “tendensi sentral”. Ada tiga macam tendensi sentral yang sangat
penting untuk dibahas, yakni: Mean, Median, dan Mode. Ketiganya mempunyai
cara-cara menghitung yang berbeda-beda, dan mempunyai arti yang berbeda pula
sebagai alat untuk mengadakan deskripsi sesuatu distribusi.
4.2. Mean
Mean berarti “angka rata-rata”. Dari segi aritmetik Mean adalah “jumlah
nilainilai dibagi dengan jumlah individu”. Sebagai contoh, ada tiga orang
berpenghasilan 10, 15 dan 20 rupiah tiap harinya. Rata-rata penghasilan mereka
adalah 15 rupiah tiap harinya. Ini dicari dengan cara sebagai berikut :
Dari pernyataan itu dapat dikemukakan rumus Mean sebagai berikut :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-31-
Rumus itu disingkat sebagai berikut :
Simbul Σ adalah huruf Yunani yang disebut “Sigma” dan mempunyai arti jumlah.
4.2.1. Data yang tidak dikelompokkan
Jika ada empat orang yang berpenghasilan 10 rupiah, seorang yang
berpenghasilan 15 rupiah, dan seorang yang berpenghasilan 20 rupiah seharinya,
maka Mean dari penghasilan mereka tidak lagi 15 rupiah, melainkan 12,50 rupiah.
Hal ini dapat dicari dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Contoh Mencari Mean dari data yang tidak dikelompokkan
Penghasilan (x)
Frekuensi (f)
fx
20
1
20
15
1
15
10
4
40
N=6
Rumus Mean yang ditimbang (Data yang tidak dikelompokkan ) adalah sebagai
berikut :
atau jika mempunyai data yang sama
dan
: rata-rata hitung populasi
N
: ukuran Populasi
x
: rata-rata hitung sampel
n
: ukuran Sampel
xi
: data ke-i
Contoh 1 :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-32-
Misalkan diketahui Di kota A hanya terdapat 6 PTS, masing-masing tercatat
mempunyai banyak mahasiswa sebagai berikut : 850, 1100, 1150, 1250, 750,
900. Berapakah rata-rata banyak mahasiswa PTS di kota A? Rata-Rata Populasi
atau Sampel ?
Jawab:
Contoh 2 :
Setiap 12 jam sekali bagian QC pabrik minuman ringan memeriksa 6 kaleng
contoh untuk diperiksa kadar gula sintetisnya (%). Berikut adalah data 6 kaleng
minuman contoh yang diperiksa :
13.5
12.5
13
12
11.5
12.5
Jawab :
4.2.2. Data yang dikelompokkan
Adalah data yang mengalami penyederhanaan, yaitu dalam bentuk
distribusi frekuensi kategorikal.
Mean atau rata -rata merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan
banyaknya
responden.
Perhitungan
mean
merupakan
perhitungan
yang
sederhana karena hanya membutuhkan jumlah skor dan jumlah responden (n).
Jika pencaran skor berdistribusi normal, maka rata-rata skor merupakan nilai
tengah dari distribusi frekuensi skor tersebut. Rata-rata tidak mempertimbangkan
pencaran (variabilitas) skor, sehingga sebelum melakukan interpretasi atas nilai
rata -rata perlu melihat variabilitasnya.
dimana :
fi = frekuensi kelas ke i
xi = nilai tengah kelas ke i n = banyaknya observasi
Sekali lagi perlu diingatkan disini bahwa X adalah mewakili “titik tengah”
dari interval kelas dalam distribusi.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-33-
Tabel 4.2. Contoh Mencari Mean dari data yang dikelompokkan
Penghasilan Titik Tengah
F
(x)
(x)
145-149
147
1
140-144
142
3
135-139
137
5
130-134
132
8
125-129
127
11
120-124
122
17
115-119
117
21
110-114
112
22
105-109
107
24
100-104
102
20
95-99
97
15
90-94
92
12
85-89
87
6
80-84
82
2
Jumlah
-N=167
fx
147
426
685
1056
1397
2074
2457
2464
2568
2040
1455
1104
522
164
4.3. Median
Median dapat dibatasi sebagai “suatu nilai yang membatasi 50 persen
frekuensi distribusi bagian bawah dengan 50 per sen frekuensi distribusi bagian
atas.” Kita misalkan ada distribusi penghasilan dari tujuh orang seperti tersebut
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Contoh Distribusi Penghasilan Untuk Mencari Median
Individu Penghasilan (Rp)
1
10
2
12
3
13
4
14
5
16
6
16
7
20
4.3.1. Data yang tidak dikelompokkan
Merupakan segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai
terbesar atau terbesar sampai terkecil yang tepat ditengahtengahnya bila
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-34-
pengamatan itu ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang ditengah bila
pengamatannya genap maka:

Jika banyak data (n) genap dan tersortir, maka:

Jika banyak data (n) genap dan tersortir, maka:
Contoh 1 :
Tinggi Badan 5 mahasiswa :
1.75
1.78
1.60
1.73
1.78 meter
1.60
1.73
1.75
1.78
1.78 meter
Sorted
n = 5:
Median = Data ke -3 = 1.75
Contoh 2 :
Tinggi 6 mahasiswa
1.60
:
1.73 1.75
1.78
1.78
1.80 meter (Sorted)
Median = (Data ke 3 + Data ke 4) : 2
= (1.75 + 1.78) : 2 = 3.53 : 2
= 1.765
Contoh 3 :
Dari lima kali quiz statistic seorang mahasiswa mendapat nilai 82, 70, 75, 88, dan
90. Tenrukan median nilai ini ! Jawab :
Setelah menyusun dari yang terkecil sampai terbesar, kita memperoleh
70 75 82 88 90
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-35-
Maka mediannya = 82
4.3.2. Data yang dikelompokkan
Median merupakan skor yang membagi distribusi frekuensi menjadi dua
sama besar. Langkah awal menentukan median adalah menyusun data menjadi
bentuk tersusun menurut besarnya. Baru kemudian ditentukan nilai tengahnya
(skor yang membagi distribusi menjadi dua sama besar). Jika jumlah frekuensi
ganjil, maka nementukan median akan mudah yaitu skor yang terletak di
tengah-tengah barisan skor. Apabila jumlah frekuensi genap, maka median
merupakan rata -rata dari dua skor yang paling dekat dengan median.
Rumus untuk mencari median dari distribusi bergolong adalah sebagai
berikut:
Dalam mana :
Bb
Adalah batas bawah (nyata) dari interval yang mengandung median
Cfb
Frekuensi kumulatif (frekuensi meningkat) di bawah interval yang
mengandung median,
fd
Frekuensi dalam interval yang mengandung median
i
Lebar interval, dan
N
Jumlah frekuensi dalam distribusi
Penggunaan rumus itu dapat kita lihat dari pekerjaan di bawah ini :
Tabel 4.4. Contoh Menghitung Median Dari Distribusi data yang dikelompokkan
Interval Nilai
100-104
95-99
90-94
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
Jumlah
fd
F
1
3
5
9
(13)
10
6
4
3
1
55
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Cf
55
54
51
46
37
(24)
14
8
4
1
-Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-36-
Dalam contoh diatas, jumlah frekuensinya (atau N ) ada 55. Kalau ini kita
bagi dua hasilnya sama dengan 27,5 itu. Setelah ½ N ini kita ketemukan maka
langkah selanjutnya adalah menemukan interval kelas yang mengandung
frekuensi kumulatif 27,5 itu, interval kelas yang kita maksudkan adalah 80-84,
sebab cf 27,5 terkandung dalam cf 37.
Batas bawah (nyata) atau Bb dari interval yang mengandung median itu
adalah 79,50. Separo dari jumlah frekuensinya, atau ½ N adalah 55/2, sama
dengan 27,50. Frekuensi kumulatif di bawah interval yang mengandung median
adalah 24 (24 adalah cf di bawah 37, sedang cf 37 adalah cf yang mengandung
median). Frekuensi dalam interval adalah 13, sedang lebar interval atau i-nya ada
lima. Diisikan dalam rumus kita jumpai perhitungan sebagai berikut :
Jadi, median dari distribusi tersebut 80,5.
4.4. Modus
4.4.1. Data yang tidak dikelompokkan
Merupakan nilai yang paling sering muncul atau dengan frekuensi
yang paling tinggi. Modus tidak selalu ada, ini terjadi jika frekuensi semua data
sama. Modus juga dapat lebih dari satu, jika terdapat lebih da ri satu frekuensi
tertinggi yang sama dan dikatakan sebagai bimodus.
Contoh :
Sumbangan PMI warga Depok
Rp.
7500 8000 9000 8000 3000 5000 8000
Modus : Rp. 8000
Bisa terjadi data dengan beberapa modus (multi-modus), bisa juga terjadi data
tanpa modus
Contoh:
a. Berat 5 orang bayi : 3.6 3.5 2.9 3.1 3.0 (Tidak Ada Modus)
b. Umur Mahasiswa :
19
18
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
19
18
23
21
19
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-37-
21 18
20
22
17
Modus : 18 dan 19
4.4.2. Data yang dikelompokkan
Modus adalah skor yang mempunyai frekuensi terbanyak dalam
sekumpulan distribusi skor. Dengan kata lain modus dianggap sebagai nilai yang
menunjukkan nilai -nilai yang lain terkonsentrasi. Berikut ini rumus untuk
mencari modus :
Dimana:
BB = batas bawah dari kelas yang mengandung median
d1 = selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi
sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi
sesudahnya
fk = frek.kumulatif di atas kelas yang berisi median
i
= interval kelas
Tabel 4.5. Contoh Menghitung Modus Dari Distribusi data yang Dikelompokkan
Kelas
Batas Kelas Frekuensi
Nilai tengah
Fk
60 – 62
1
61
61
1
63 – 65
2
64
128
3
13
67
871
16
20
70
1400
36
11
73
803
47
3
76
228
50
66 – 68
69 – 71
72 – 74
68.5 – 71.5
75 – 77
Mean:
Median:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-38-
Letak median di (n/2) = 25
Modus:
4.5. Tempat Kedudukan Mean, Median, dan Modus dalam Distribusi
Tempat kedudukan Mean, Median dan Modus dalam satu distribusi sangat
tergantung kepada bentuk distribusinya. Kita ingat kembali ada distribusi yang
simetri dan ada yang juling. Jika dari suatu distribusi simetri normal kita hitung
mean, median, dan modenya, maka akan kita jumpai sifat yang khas, yaitu bahwa
ketiga tendensi sentral itu bersekutu satu sama lain. Hal ini mudak kita mengerti,
sebab pada distribusi normal, mean membagi dua sama banyak frekuensi variabel
di atas dan dibawahnya. Dengan demikian mean ini mempunyai fungsi seperti
median. Karena yang menjadi modus dalam distribusi normal adalah nilai yang
ada pada mean, maka dengan sendirinya modus itu bersekutu dengan mean. Jadi
pada distribusi normal mean, median, dan modus ketiga-tiganya berimpit. Untuk
ilustrasi periksalah grafik 4.1.
Grafik 4.1 Ilustrasi mean, median dan modus
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-39-
SOAL EVALUASI
1. Jelaskan tentang segi segi kebaikan dan kelemahan yang dimiliki oleh:
a. Mean; b. Median; c. Modus.
2. Dalam kedaan yang bagaimana seharusnya kita mencari (menghitung):
a. Mean; b. Median; c. Modus.
3. Jelaskan adanya saling hubungan antara Mean, Median dan Modus dengan
mengemukakan contohnya!
4. Jelaskan bahwa Percentile sangat berguna untuk dipergunakan sebagai alat
atau ukuran untuk:
a. Mengubah raw score menjadi Nilai Standart Sebelas (Stanel).
b. Menetapkan Nilai Batas Lulus dalam suatu tes atau seleksi.
5. Dari sejumlah 266 orang lulusan SMK yang mengikuti Tes Seleksi
Penerimaan Calon Mahasiswa Baru pada sebuah Perguruan Tinggi, berhasil
dicatat sekor hasil ujian mereka dalam mata ujian Fisika sebagai berikut:
Skor
90-94
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
Frekuensi
4
10
14
19
30
33
40
32
25
21
18
10
6
3
1
N = 266
Soal:
a. Berapakah Nilai Rata –rata hitung yang berhasil dicapai oleh 266 orang
calon yang mengikuti Tes Seleksi tersebut (dengan catatan bahwa
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-40-
perhitungan Nilai Rata-rata Hitung itu hendaknya dilakukan dengan
menggunakan Metode Panjang dan Metode Singkat)?
b. Ubahlah hasil tes tersebut menjadi STANEL (Nilai Standart Sekala
Sebelas), dengan menggunakn ukuran Percentile!
c. Sekor berapa yang merupakan modus dari data tersebut diatas?
d. Jika dari jumlah 266 orang calon itu yang akan diluluskan (dinyatakan
diterima sebagai mahasiswa baru) hanya 45 orang, tetapkan Niali Batas
Lulusnya dengan menggunakan ukuran Percentile!
6. Dari kegiatan eksperimen yang dilakukan 6 kali, diperoleh sekor sebagai
berikut:
Eksperimen ke:
1
2
3
4
5
6
Skor
26
13
20
18
10
15
Carilah Nilai Rata-rata Ukur dari sekor hasil eksperimen tersebut di atas tanpa
menggunakan daftar logarithma.
7. Banyaknya jawaban yang salah pada suatu quiz dengan soal benar salah
dari lima belas siswa yang di pilih secara acak adalah : 2, 1, 3, 0, 1, 3, 6, 0, 3,
3, 5, 2, 1, 4, dan 2. Tentukanlah :
a.
Mediannya
b.
Meannya
c.
Modusnya
8. Lama reaksi terhadap suatu ransangan tertentu dari sembilan individu yang
diambil secara acak adalah : 2.5, 3.6, 3.1, 4.3, 2.9, 2.3, 2.6, 4.1, dan 3.4 detik.
Tentukan :
a. Meannya b. Modusnya
9. IQ rata-rata sepuluh mahasiswa yang mengambil kuliah matematika
adalah 114. Bila sembilan mahasiswa di antaranya memiliki IQ 101, 125,
118, 128, 106, 115, 99, 118, dan 109. Berapa IQ mahasiswa yang satunya
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-41-
lag i ?
10. Dari hasil pengumpulan jawaban benar 60 responden atas soal multiple choise
sebanyak 20 item sebagai berikut :
17
12
6
13
9
15
11
16
4
15
12
13
10
13
2
11
13
10
20
14
12
17
10
15
12
17
9
14
11
15
9
18
12
13
12
17
8
16
12
15
11
16
9
13
18
10
13
0
11
16
12
15
16
7
20
14
14
15
12
13
Apabila setiap item diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk
jawaban yang salah, maka nilai maksimum yang bisa diperoleh adalah 20
dan nilai minimumnya adalah 0.
a. Buatlah Distribusi frekuensi kategorikal
b. Hitung mean, median, dan modus
11. Data berikut berupa daya tahan sampai mati. Diukur sampai sepersepuluh
menit terdekat, dari contoh acak 50 lalat yang disemprot dengan bahan kimia
baru dalam suatu percobaan laboratorium :
2.4
1.6
3.2
4.6
0.4
1.8
2.7
1.7
5.3
1.2
0.7
2.9
3.5
0.9
2.1
2.4
.4
3.9
6.3
2.5
3.9
2.6
1.8
3.4
2.3
1.3
2.8
1.1
1.2
2.1
2.8
3.7
3.1
2.3
1.5
2.6
3.5
5.9
2.0
1.2
1.3
2.1
0.3
2.5
4.3
1.8
1.4
2.0
1.9
1.7
Dengan menggunakan 8 selang dengan nilai terendah dimulai dari 0.1.
Tentukan:
a. Median
b. Mean
c. Modus
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-42-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang ukuran pusat dan ukuran penyebaran.
Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan rumus-rumus ukuran pusat yaitu kuartil, desil, dan
persentil baik data tak kelompok maupun data berkelompok
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-43-
Individu skor atau nilai X disebut dengan raw score. Raw Score tidak
dapat memberi informasi yang banyak, untuk itu perlu suatu perhitungan yang
akan bermanfaat dalam menginterpretasikan skor yang terkumpul. Suatu contoh
Nilai Praktek Lapangan mahasiswa A adalah 70, dalam hal ini si A tidak dapat
mengatakan apa-apa tentang nilainya kecuali hanya menyebutkan besarnya nilai.
Untuk mengevaluasi skor tersebut perlu banyak informasi seperti rata-rata kelas
atau berapa banyak teman-temannya yang memperoleh nilai di bawahnya, sama
dengannya, maupun di atasnya.
Frekuensi distribusi dapat dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa
bagian yang sama besar, pengelompokkan tersebut dapat dilakukan dengan:
Quartile, Decile, dan Precentile.
5.1. Kuartil
Kuartil adalah nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir
(ascending) menjadi 4 bagian yang sama besar.
Di mana :
n : banyak data
Kelas Kuartil ke -q : Kelas di mana Kuartil ke -q berada
Kelas Kuartil ke-q didapatkan dengan membandingkan Letak Kuartil ke-q dengan
Frekuensi Kumulatif.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-44-
atau
q
di mana :
: 1,2 dan 3
TBB : Tepi Batas Bawah
s
: selisih antara Letak Kuartil ke -q dengan
Frekuensi Kumulatif sebelum kelas Kuartil ke-q
TBA : Tepi Batas Atas
: selisih antara Letak Kuartil ke -q dengan
s’
Frekuensi Kumulatif sampai kelas Kuartil ke –q
i
: interval kelas
f Q : Frekuensi kelas Kuartil ke –q
Contoh : Tentukan Kuartil ke -3
Kelas
Frek.
Kumulatif
Frekuensi
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 - 63
3
50
50
----
∑
Kelas Kuartil ke -3
interval = i = 8
Letak Kuartil ke-3 = 3n/4 =3 x 50 = 37.5
Kuartil ke-3 = Data ke-37.5 terletak di kelas 40 - 47
Jadi, Kelas Kuartil ke-3 = 40 - 47
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-45-
TBB Kelas Kuartil ke-3 = 39.5 dan
TBA Kelas Kuartil ke-3 = 47.5
fQ = 10
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Kuartil ke-3 = 34  s = 37.5 - 34= 3.5
Frek. Kumulatif sampai Kelas Kuartil ke-3 = 44  s’ = 44 - 37.5 = 6.5
5.2. Desil
Desil adalah nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir
(ascending) menjadi 10 bagian yang sama besar
n : banyak data
Kelas Desil ke-d : Kelas di mana Desil ke-d berada
Kelas Desil ke-d didapatkan dengan membandingkan Letak Desil ke-d dengan
Frekuensi Kumulatif.
atau
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-46-
d : 1,2,3...9
di mana :
TBB
s
TBA
s’
i
fD
: Tepi Batas Bawah
: selisih antara Letak Desil ke-d dengan Frekuensi
Kumulatif sebelum kelas Desil ke-d
: Tepi Batas Atas
: selisih antara Letak Desil ke-d dengan
Frekuensi Kumulatif sampai kelas Desil ke-d
: interval kelas
: Frekuensi kelas Desil ke-d
Contoh: Tentukan Desil ke-9
Kelas
Frekuensi
16 – 23
10
Frek.
Kumulatif
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 - 63
3
50
∑
50
----
Kelas Desil ke-9
Desil ke-9 = Data ke-45 terletak di kelas 48 - 55
Jadi, Kelas Desil ke-9 = 48 - 55
TBB Kelas Desil ke-9 = 47.5 dan TBA Kelas Desil ke-9 = 55.5
fD = 3
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Desil ke-9 = 44  s = 45 - 44 = 1
Frek. Kumulatif sampai Kelas Desil ke-9 = 47  s’ = 47 - 45 = 2
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-47-
5.3 Persentil
Persentil adalah nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir
(ascending) menjadi 100 bagian yang sama besar.
n : banyak data
Kelas Persentil ke-p : Kelas di mana Persentil ke-p berada
Kelas Persentil ke-p didapatkan dengan membandingkan Letak Persentil ke-p
dengan Frekuensi Kumulatif.
atau
p : 1,2,3...99
di mana :
TBB
s
: Tepi Batas Bawah
: selisih antara Letak Persentil ke-p dengan Frekuensi
Kumulatif sebelum kelas Persentil ke-p
TBA : Tepi Batas Atas
s’
: selisih antara Letak Persentil ke-p dengan
Frekuensi Kumulatif sampai kelas Persentil ke-p
i
: interval kelas
fP
: Frekuensi kelas Persentil ke-p
Contoh : Tentukan Persentil ke -56
Kelas
16 – 23
10
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
Frek.
Komulatif
Frekuensi
STATISTIKA
10
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-48-
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 - 63
3
50
∑
50
----
Kelas Persentil ke-56
interval = i = 8
Persentil ke-56 = Data ke-28 terletak di kelas 32 - 39
Jadi, Kelas Persentil ke-56 = 32 - 39
TBB Kelas Persentil ke-56 = 31.5
dan
TBA Kelas Persentil ke -56 = 39.5 fP = 7
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Persentil ke -56 = 27  s = 28 - 27 = 1
Frek. Kumulatif sampai Kelas Persentil ke -56 = 34  s‟ = 34 - 28 = 6
SOAL EVALUASI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Quartile, Decile, dan Precentile ?
2. Apa kegunaan Quartile, Decile, dan Precentile dalam analisis Statistik ?
3. Dari hasil pengumpulan jawaban benar 60 responden atas soal multiple choise
sebanyak 20 item sebagai berikut :
17
12
6
13
9
15
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
11
16
4
15
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-49-
12
13
10
13
2
11
13
10
20
14
12
17
10
15
12
17
9
14
11
15
9
18
12
13
12
17
8
16
12
15
11
16
9
13
18
10
13
0
11
16
12
15
16
7
20
14
14
15
12
13
Apabila setiap item diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk
jawaban yang salah, maka nilai maksimum yang bisa diperoleh adalah 20 dan
nilai minimumnya adalah 0.
a. Buatlah Distribusi frekuensi kategorikal (Pada soal modul 4)
b. Cari nilai Quartil, D2, D7, P23, dan P66
4. Data berikut berupa daya tahan sampai mati. Diukur sampai sepersepuluh
menit terdekat, dari contoh acak 50 lalat yang disemprot dengan bahan kimia
baru dalam suatu percobaan laboratorium :
2.4
1.6
3.2
4.6
0.4
1.8
2.7
1.7
5.3
1.2
0.7
2.9
3.5
0.9
2.1
2.4
.4
3.9
6.3
2.5
3.9
2.6
1.8
3.4
2.3
1.3
2.8
1.1
1.2
2.1
2.8
3.7
3.1
2.3
1.5
2.6
3.5
5.9
2.0
1.2
1.3
2.1
0.3
2.5
4.3
1.8
1.4
2.0
1.9
1.7
a. Buatlah Distribusi frekuensi kategorikal (Pada soal modul 4)
b. Cari nilai Quartil, D 3, D6, P27, dan P86
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-50-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang deviasi rata-rata dan standar deviasi
Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang deviasi rata-rata
 Mahasiswa mampu menjelaskan standard deviasi
 Mahasiswa mampu memahami cara lain untuk Menghitung standard deviasi
 Mahasiswa mampu memahami Standar Kesalahan Mean
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-51-
6.1. Pengukuran Variabilitas
Ada dua orang atlet loncat tinggi yang sedang dilatih untuk menghadapi
kompetisi nasional atletik. Ahmad menunjukkan loncatan yang tidak dipastikan:
kadang-kadang dia meloncat setinggi 195, tetapi kadang-kadang dia hanya dapat
meloncat setinggi 165cm. Mahmud, sebaliknya menunjukkan loncatan yang lebih
mantap sungguhpun dia tidak pernah meloncat setinggi 195cm, tetapi dia juga
tidak pernah meloncat serendah 165cm. Paling rendah loncatannya adalah 171cm,
sedang paling tinggi 189cm. Persoalannya adalah siapa yang akan dimajukan
dalam perlombaan kejuaran nasional itu apabila hanya seorang peloncat saja yang
diperkenankan untuk dimajukan. Loncatan Ahmad agak jauh dari mean
loncatannya, dibandingkan dengan loncatan Mahmud. Dengan istilah statistika
dikatakan bahwa loncatan Ahmad mempunyai variabilitas yang lebih besar dari
pada loncatan Mahmud.
Yang dimaksud dengan variabilitas adalah derajat penyebarannilai-nilai
variable dari suatu tendensi dalam suatu distribusi. Jika dua distribusi, katakana
distribusi A dan distribusi B dibandingkan, dan distribusi A menunjukkan
penyebaran nilai-nilai variabelnya yang lebih besar dari pada distribusi B, maka
dikatakan bahwa distribusi A mempunyai variabilitas yang lebih besar dari
distribusi B. Variabilitas ini juga disebut dispersi.
Untuk memutuskan apakah Ahmad ataukah Mahmud yang harus
dimajukan dalam perlombaan kejuaraan Nasional loncat tinggi, maka pelatih
membutuhkan pengukuran variabilitas loncatan kedua orang itu. Ada beberapa
macam cara untuk mencari variabilitas. Di sini yang akan dibicarakan hanyalah
yang pokok-pokok saja, yaitu Mean Deviation, dan Standard Deviation.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-52-
6.2. Deviasi Rata-rata (Mean Deviation)
Mean Deviation atau Average Deviation atau Deviasi Rata-rata adalah
rata-rata dari deviasi nilai-nilai dari Mean dalam suatu distribusi, diambil nilainya
yang absolute. Yang dimaksud dengan deviasi absolute adalah nilai-nilai yang
negatif. Secara aritmatika mean deviasi dapat didefinisikan sebagai mean dari
harga mutlak dari deviasi nilai-nilai individual. Yang pertama dilakukan alada
menghitung Mean, kemudian ditentukan berapa besarnya penyimpangan tiap-tiap
nilai dari mean itu. Misalnya, jika seorang mempunyai IQ 110, sedang mean IQ
dari grupnya = 100, maka deviasi IQ orang tesebut adalah 110 – 100 = +10. Jika
orang lain dalam grup itu mempunyai IQ 85, maka deviasi orang itu adalah 85 –
100 = - 15. Deviasi yang bertanda plus menunjukkan deviasi di atas mean, sedang
yang bertanda minus menunjukkan deviasi di bawah mean. Akan tetapi dalam
perhitungan mean deviasi tanda minus ditiadakan. Dalam statistika, deviasi diberi
simbul dengan huruf-huruf kecil seperti x, y, d, dan sebagainya. Rumusnya adalah
x = X – M atau y = Y – M. d = D – M, dan sebagainya.
Adapun rumus dari Mean deviasi adalah:
Dimana:
MD
= Mean Deviasi
= Jumlah deviasi dalam harga mutlaknya
N
= Jumlah Individu / Kasus
Bagaimana menerapkan rumus itu untuk memperhitungkan mean deviasi dari
suatu distribusi dapat dilihat dari contoh sederhana di halaman berikut:
Tabel 6.1. Contoh Mencari Mean Deviation
Nilai Variabel
19
18
17
16
15
14
13
Deviasi dari Mean
Dengan nilainya absolute
5
4
3
2
1
0
1
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-53-
12
11
10
9
--
Dengan N = 11 dan
2
3
4
5
= 30 maka
6.3. Standard Deviasi
Secara matematik Standard Deviasi dibatasi sebagai “Akar dari Jumlah
deviasi kuadrad dibagi banyaknya individu” dalam distribusi. Untuk mencari
standard deviasi pertama-tama kita harus mencari mean ini dapat dicari dengan
rumus yang sudah kita ketahui :
Dengan mengetahui mean ini kita dapat mencari deviasi nilai individual dari
mean. Ini dicantumkan dalam kolom kedua. Jumlah deviasi dari mean ini, yaitu Σ,
x1. harus sama dengan NOL.
Tabel 6.2. Contoh Mencari Standard Deviasi
Nilai
Deviasi dari
Deviasi dari
Variabel
Mean
Mean Kuadrat
(X)
(X)
(X2)
19
+5
25
18
+4
16
17
+3
9
16
+2
4
15
+1
1
14
0
0
13
-1
1
12
-2
44
11
-3
9
10
-4
16
9
-5
25
TOTAL
7
80
Rumus stanadar deviasi sebagai berikut :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-54-
Dalam mana :
SD
= Standard Deviasi
Σx2
= Jumlah deviasi Kuadrat, dan
N
= Jumlah individu / kejadian dalam distribusi
SD kadang-kadang diberi simbul ζ, disebut sigma (dari salah satu huruf Yunani),
yang diartikan Standart Devasi
6.3.1. Cara Lain Untuk Menghitung SD
Rumus untuk menghitung SD seperti yang telah dibicarakan dimuka
adalah rumus yang paling sederhana. Frekuensi dari tiap-tiap nilai tidak akan satu.
Melainkan berbeda-beda, bergerak dari bilangan 0 ke bilangan yang tak terhingga.
Rumus untuk menghitung SD dari distribusi yang tidak sama frekuensi tiap-tiap
nilai variabelnya adalah sebagai berikut:
Kedua rumus yang telah kita ketahui itu disebut rumus deviasi. Distribusi
demikian karena rumus itu menggunakan deviasi dari mean sebagai salah satu
komponennya. Di halaman berikut contoh mencari SD dengan rumus itu.
Tabel 6.3. Menghitung SD Dengan Rumus Deviasi
x
10
9
8
7
6
5
4
3
N = 100
f
3
9
13
23
24
13
10
5
fx
30
81
104
161
144
65
40
15
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
x
+3,60
+2,60
+1,60
+0,60
-0,40
-1,40
-2,40
-3,40
Fx
10,80
23,40
20,80
13,80
9,60
18,20
24,00
17,00
Σf2 = 286,00
fx2
38,88
60,84
33,28
8,28
3,84
25,48
57,60
57,80
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-55-
6.3.2. Rumus Angka Kasar
Rumusnya adalah sebagai berikut :
Contoh menggunakan rumus tersebut:
Tabel 6.4. Contoh Menggunakan Rumus Angka Kasar Untuk Mencari SD
x
f
fx
fx2
10
3
30
38,88
9
9
81
60,84
8
13
104
33,28
7
23
161
8,28
6
24
144
3,84
5
13
65
25,48
4
10
40
57,60
3
5
15
57,80
N = 100
Σfx = 640
Σfx2 = 4382
6.3.3. Standar Kesalahan Mean
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-56-
Rumus standard kesalahan mean sangatlah sederhana. Rumus itu berbunyi
sebagai berikut:
Jadi, apa yang harus kita kerjakan untuk memperoleh SDM adalah: pertama,
mencari SD dari angka kasar dari sampel kita; kedua, membagi SD itu dengan
akar dari jumlah subyek dalam sampel dikurangi satu.
Tabel 6.5. Contoh Mencari SDM
Nilai (x) Frekuensi (f)
fx2
8,0
3
30
38,88
7,5
9
81
60,84
7,0
13
104
33,28
6,5
23
161
8,28
6,0
24
144
3,84
5,5
13
65
25,48
5,0
10
40
57,60
4,5
5
15
57,80
Total
72
Simbol
N
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
fx
STATISTIKA
444,50 2771,75
Σfx2
Σfx
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-57-
SOAL EVALUASI
1. Berikan sebuah contoh sehingga menjadi cukup jelas, apa yang dimaksud
dengan deviasi!
2. Jelaskan hubungan antara deviasi Rata-rata (Average Deviation) dan deviasi
Standart (Standart deviation)!
3. Semakin kecil Deviasi Standart dari sekelompok data, maka data tersebut
semakin besifat homogen. Betulkah penyataan itu? Jelaskan denagn
menggunakan sebuah contoh!
4. Tunjukkan bahwa antara Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standart terdapat
saling hubungan! Berikan contohnya!
5. Kemukakan beberapa keunggulan Deviasi Rata-rata dan Deviasi Standart.
6. Mean dan deviasi standart dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam
rangka Evaluasi Hasil Belajar Anak Didik. Jelaskan pernyataan tersebut!
7. Data yang tertera pada table berikut:
x
f
fx
x
31
4
124
30
4
120
29
5
145
28
7
196
27
12
324
26
8
208
25
5
125
24
3
72
23
2
46
Total
N = 50
fx2
x2
1360
Soal:
a. Buatlah table distribusi frekuensinya;
b. Carilah Nilai Rata-rata Hitungnya;
c. Carilah Deviasi Rata-ratanya;
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-58-
d. Carilah deviasi Standartnya dengan menggunakan cara mencari Deviasi
Standart untuk data tunggal yang sebagian atau seluruh sekornya berfrekuensi
lebih dari satu.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-59-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang hipotesis, pengujian hipotesis perbedaan antara dua
mean dan standar kesalahan perbedaan dua mean
Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu menjelaskan hipotesis
 Mahasiswa mampu menyatakan hipotesis
 Mahasiswa mampu menguji Hipotesis-Perbedaan Antara Dua Mean
 Mahasiswa mampu memahami Standar Kesalahan Perbedaan Mean
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-60-
7.1. Pengertian Hipotesis
Istilah hipotesis sebenarnya adalah kata majemuk, terdiri dari kata-kata
hipo dan tesis. Hipo berasal dari kata Junani hupo, yang berarti dibawah, kurang
atau lemah. Tesis berasal dari kata Junani thesis, yang berarti teori atau
setujuporsi yang disajikan sebagai bukti. Hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah kebenarannya dan masih perlu diuji kenyataannya. Jika suatu hipotesis
telah diuji kebenarannya, namanya bukan lagi hipotesis, melainkan suatu tesis.
Suatu hipotesis akan diterima kalau data-data dan bahan-bahan penelitian
membenarkan pernyataan itu. Dan akan ditolak jika kenyataan menyangkalnya.
Pada gilirannya suatu tesis dapat dipandang sebagai hipotesis kalau oleh suatu
alasan suatu penelitian masih menginginkan mengujinya kembali.
7.2. Menyatakan Hipotesis
Apabila akan diadakan penelitian komparatif tentang kecerdasan (atau
variable-variabel lainnya) wanita dan pria, kita dapat menyatakan hipotesis dalam
bentuk yang bermacam-macam:
(1) Pria lebih cerdas dari pada wanita.
(2) Wanita lebih cerdas dari pada peria.
(3) Wanita dan pria sama cerdasnya.
(4) Tidak ada perbedaan kecerdasan antara pria dan wanita.
(5) Wanita lebih cerdas dalam bidang A, tetapi pria lebih cerdas dalam bidang B.
(6) Wanita dan pria sama cerdasnya dalam bidang A, tetapi wanita lebih cerdas
dalam bidang B.
Tiap-tiap hipotesis selalu dinyatakan dalam bentuk statemen atau
pernyataan, bukan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis yang paling sederhana,
setidak-tidaknya dari teoritik, adalah apa yang disebut hipotesis nihil atau null
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-61-
hypothesis. Istilah nihil di sini menunjuk kepada tidak adanya perbedaan antara
sampel yang satu dengan sampel lainya dalam sesuatu hal yang diteliti.
7.3. Menguji Hipotesis-Perbedaan Antara Dua Mean
Tujuan suatu eksperimen adalah mencari pengaruh dari perlakuan yang
dibedakan. Jadi misalnya kalau kita mengadakan eksperimen tentang akibat
kepemimpinan yang demokratik dan kepemimpinan yang otokratik, kita
memperlakukan suatu kelompok dengan pemimpin yang demokratik dan
kelompok lain dengan pemimpin yang otokratik. Kemudian kita cari ada tidaknya
perbedaan antara tingkah laku kedua kelompok itu. Tiap-tiap eksperimen akhirnya
harus membandingkan sedikitnya dua kelompok dalam segi-segi yang
dieksperimenkan.
7.4. Standar Kesalahan Perbedaan Mean
Apabila kita ambil sepasang sampel yang masing-masing terdiri dari anakanak laki-laki dan perempuan dan kita hitung mean-meannya, kita memperoleh
perbedaan mean antara kedua sampel dari kedua jenis kelamin itu. Demikian
seterusnya, kita dapat mengambil pasangan-pasangan sampel lain dari kedua jenis
kelamin itu, kita akan memperoleh distribusi perbedaan mean. Distribusi ini
disebut distribusi sampling distribution of the mean differences, atau distribusi
sampling daripada perbedaan mean. Statistik untuk ini disebut standard
kesalahan perbedaan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah SD dari pada
perbedaan-perbedaan. Standard kesalahan perbedaan mean diberi simbul SD (M1
– M2) atau disingkat saja SDbM.
Rumus standard kesalahan perbedaan mean:
Keterangan:
= Standard Kesalahan Perbedaan Mean.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-62-
= KUADRAT Standard kesalahan mean dari sampel I, Disebut juga
varians mean sampel I.
= KUADRAT Standard kesalahan mean dari sampel II, Disebut juga
varians mean sampel II.
Untuk mencari standard kesalahan mean rumusnya adalah:
Contoh:
Tabel 7.1. Distribusi Hasil Ujian Semester Siswa Laki-Laki Dan Perempuan
LAKI-LAKI
Interval
x
F
PEREMPUAN
fx2
Fx
y
f
fy2
fy
50-54
52
0
0
0
52
1
52
2.704
45-49
47
5
235
11.045
47
1
47
2.209
40-44
42
7
294
12.348
42
9
378
15.876
35-39
37
11
407
15.059
37
5
185
6.845
30-34
32
4
128
4.096
32
7
224
7.168
25-29
27
13
351
9.477
27
12
324
8.748
20-24
22
13
286
6.292
22
7
154
3.388
15-19
17
12
204
3.468
17
16
272
4.624
10-14
12
16
192
2.304
12
20
240
2.880
5-9
7
0
0
0
7
3
21
147
--
81
2097
64.089
--
81
1897
54589
Dengan kode x untuk laki-laki dan y untuk perempuan, maka statistiknya adalah
sebagai berikut:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-63-
SOAL EVALUASI
1. Data tes kecerdasan siswa yang masuk pagi dan masuk siang:
Interval
Masuk Pagi
X
F
50-54
50
45-49
Fx
Masuk Siang
fx2
Y
f
0
52
1
42
5
47
1
40-44
41
7
42
9
35-39
37
11
35
5
30-34
32
4
32
7
25-29
25
13
25
12
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
fy2
fy
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-64-
20-24
22
13
22
7
15-19
17
12
17
16
10-14
12
16
12
20
5-9
7
0
7
3
Total :
--
81
--
81
Hitunglah:
a. Mean masing-masing variable
b. Standar deviasi
c. Standar deviasi perbedaan mean dari dua variable
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-65-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang teknik-teknik korelasi dalam analisis statistika yang
meliputi: arah hubungan, koefisien korelasi, korelasi product, moment dan uji
taraf signifikansi.
Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa mampu memahami Arah Hubungan dua variable

Mahasiswa mampu memahami Koefisien Korelasi

Mahasiswa mampu menjelaskan Korelasi Product Moment dan Cara
Menghitungnya
 Mahasiswa mampu membuat Uji Taraf Signifikansi
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-66-
Salah satu teknik statistika yang sering digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi. Dua variabel yang hendak
diteliti hubungannya itu biasa diberi kode varaibel X dan variabel Y. Jadi
misalnya, kita ingin menetapkan apakah ada hubungan atau tidak antara tinggi
badan dan kecerdasan, variabel tinggi badan kita beri kode X, sedang variabel
kecerdasan kita sebut Y, atau sebaliknya.
8.1. Arah Hubungan
Jika kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan nilai variabel Y, dan
sebaliknya turunnya nilai variabel x selalu diikuti oleh turunnya nilai varaibel y,
maka hubungan semacam itu disebut hubungan yang positif. Namun sebaliknya
jika kenaikan nilai variabel X yang tinggi selalu disertai oleh turunnya nilai
variabel Y, atau jika turunnya nilai variabel X selalu diikuti oleh naiknya nilai
varaibel Y, hubungan antara kedua variabel tersebut disebut bersifat negatif. Perlu
diketahui, ada juga kemungkinannya bahwa kedua variabel itu tidak mempunyai
hubungan, atau dalam istilah teknis statistika dikatakan mempunyai hubungan
yang nihil, jika kenaikan variabel yang satu kadang-kadang disertai turunnya nilai
variabel lainnya, dan kadang-kadang juga diikuti oleh kenaikan nilai variabel yang
lain tersebut.
8.2. Koefisien Korelasi
Pada umumnya besar-kecilnya hubungan dinyatakan dalam bilangan.
Bilangan yang menyatakan besar-kecilnya hubungan itu disebut koefisien
hubungan atau koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu bergerak diantara 0,000
sampel +1,000 atau di antara 0,000 sampai -1,000, tergantung kepada arah
korelasi, nihil, positif, dan negatif.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-67-
Salah Satu sarat yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teknik korelasi
adalah bahwa hubungan antara x dan y adalah hubungan yang linier. Artinya jika
kita buat scatter diagram (diagram pencaran) dari nilai-nilai variabel x dan nilainilai varaibel y, maka dapat kita tarik garis lurus pada pencaran titik-titik kedua
nilai variabel itu.
8.3. Korelasi Product Moment dan Cara Menghitungnya
Sebenarnya ada berbagai macam teknik statistik yang digunakan untuk
mencari korelasi. Tetapi satu diantaranya yang dikembangkan oleh KARL
PEARSON dan disebut teknik korelasi prouduct moment dari PEARSON. Rumus
koefisien korelasi product moment adalah:
Di mana :
rxy
= Koefisien korelasi antara x dan y
xy
= Product dari x kali y
SDx
= Standard deviasi dari varaibel x
SDy
= Standard deviasi dari variabel y.
N
= Jumlah subyek yang diselidiki
Contoh menghitung korelasi product moment:
Subyek
No.
1.
Tabel 8.1. Koefisien korelasi
Antara varaibel kemampuan berbahasa (X) dan matematik (Y)
Kemamp.
Kemamp.
Matematik
Subyek
Matematik
Berbahasa
Berbahasa
(Y)
No.
(Y)
(X)
(X)
130
20
16.
178
35
2.
132
24
17.
172
30
3.
152
28
18.
165
28
4.
142
23
19.
160
27
5.
184
37
20.
148
25
6.
190
32
21.
180
24
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-68-
7.
150
25
22.
149
25
8.
170
23
23.
188
36
9.
181
29
24.
167
29
10.
164
35
25.
162
27
11.
175
32
26.
145
23
12.
135
22
27.
150
29
13.
147
24
28.
160
30
14.
162
26
29.
172
31
15.
136
21
30.
154
30
Langkah-langkah menghitung koefisien korelasi dengan rumus di atas adalah :
1. Cari mean dari kedua variabel yang bersangkutan sebut kedua mean itu M x
dan My.
2. Cari SD dari kedua varaibel itu. Sebut kedua SD itu SDx dan SDy.
3. Cari deviasi-deviasi tiap-tiap nilai kedua variabel itu. Sebut –x untuk deviasi
variabel x dan y untuk variabel Y. Jangan lupa mengecek:
dan
4. Kalikan tiap-tiap x dengan tiap-tiap y yang sebaris, dan masukkan dalam
kolom xy, dan
5. Jumlahkan kolom xy untuk memperoleh
Subyek
Tabel 8.2. Menghitung koefisien korelasi
Product moment, bahan diambil dari tabel 8.1
x
y
x
x2
y
y2
xy
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.
130
20
-30
900
-8
64
+240
2.
132
24
-28
784
-4
16
+112
3.
152
28
-8
64
0
0
0
4.
142
23
-18
324
-5
25
+90
5.
184
37
+24
576
+9
81
+216
6.
190
32
+30
900
+4
16
+120
7.
150
25
-10
100
-3
9
+30
8.
170
23
+10
100
-5
25
-50
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-69-
9.
181
29
+21
441
+1
1
+21
10.
184
35
+4
16
+7
49
+28
11.
175
32
+15
225
+4
16
+60
12.
135
22
-25
625
-6
36
+150
13.
147
24
-13
169
-4
16
+52
14.
162
26
+2
4
-2
4
-4
15.
136
21
-24
576
-7
49
+168
16.
178
35
+18
324
+7
49
+126
17.
172
30
+12
144
+2
4
+24
18.
165
28
+5
25
0
0
0
19.
160
27
0
0
-1
1
0
20.
148
25
-12
144
-3
9
+36
21.
180
34
+20
400
+6
36
+120
22.
149
25
-11
121
-3
9
+33
23.
188
36
+28
784
+8
64
+224
24.
167
29
+7
49
+1
1
+7
25.
162
27
+2
4
-1
1
-2
26.
145
23
-15
225
-5
25
+75
27.
150
29
-10
100
+1
1
-10
28.
160
30
0
0
+2
4
0
29.
172
31
+12
144
+3
9
+36
30.
154
30
-6
36
+2
4
-12
Total
4.800
840
0
8.304
0
624
+1890
Dengan tabel di atas dapat kita peroleh data sebagai berikut:
1. N = 30
2.
2.
3.
3.
4.
Besarnya koefisien korelasi:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-70-
8.4. Uji Taraf Signifikansi
Tabel korelasi itu mencantumkan batas-batas nilai r yang signifikan
(berarti) pada taraf-taraf signifikansi tertentu. Jika nilai r yang kita peroleh sama
dengan atau lebih besar dari pada nilai r dalam tabel r itu, maka nilai r yang kita
peroleh itu signifikan. Dengan nilai r yang signifikan kita akan menolak hipotesis
yang mengatakan bahwa korelasi antara x dan y dalam populasi adalah nul, atas
dasar taraf signifikansi yang kita gunakan (yaitu 5% atau 1%).
Nilai yang kita peroleh adalah 0,830. Dengan nilai f itu kita hendak
menguji apakah nilai itu signifikan ataukah tidak atas dasar taraf signifikan 5%.
Jumlah subyek atau N yang diselidiki ada 30. dengan melihat N = 30 dalam
kolom N dan membacanya kekanan dalam kolom taraf signifikansi 5% dakan
tabel r maka kita ketemukan bilangan 0,361. Bilangan ini menunjukkan bilangan
batas signifikansi. Oleh karena nilai r yang kita peroleh, yaitu 0, 830 berada jauh
di atas batas signifikansinya, yaitu 0,361, maka Nilai r yang kita peroleh itu kita
katakan signifikan. Dengan demikian kita menolak hipotesis nihil yang
mengatakan bahwa nihil r dalam populasi adalah nul (tidak ada korelasi antara x
dan y, atau tegasnya tidak ada korelasi antara pengetahuan umum dan matematik).
SOAL EVALUASI
1. Berikan pengertian tentang kolerasi!
2. Apa yang dimaksud dengan kolersi positif dan kolerasi negatif!
3. Jelaskan difinisi tentang angka Indeks kolerasi!
4. Jelaskan tentang pengertian dan penggunaan dari teknik Kolerasi Product
Moment dan Pearson!
5. Data:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-71-
Subyek Skor pada variabel
X
Y
A
8
5
B
4
5
C
6
7
D
5
6
E
7
6
F
4
5
G
9
6
H
6
7
I
5
6
J
6
7
Soal: Selidikilah dengan secara seksama, apakah memang terdapat korelasi
positif yang signifikan antara sekor variabel X dan sekor variabel Y, dengan
cara:
a. Merumuskan hipotesis alternatifnya
b. Merumuskan hipotesa Nihilnya
c. Melakukan perhitungan untuk memperoleh angka Indeks Korelasi rxy,
dengan mencari SD-nya lebih dulu!
d. Memberikan interpretasi sederhana (secara kasar) terhadap rxy.
e. Memberikan interpretasi terhadap rxy dengan cara berkonsultasi pada Tabel
Nilai “r” Product moment.
f. Kesimpulan apa yang dapat saudara kemukakan?
6. Data:
Sekor Variabel X:
67
72
66
70
73
72
70
69
71
69
73
74
66
72
73
70
72
73
71
72
70
68
79
66
68
71
73
67
69
72
71
73
69
68
66
72
71
70
69
68
71
60
68
67
69
70
71
72
69
72
Sekor Variabel Y (Urutan sama dengan variabel Y):
59
64
58
62
65
64
62
61
63
61
65
65
63
64
66
58
64
65
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
62
64
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-72-
62
60
60
58
60
63
65
59
61
64
63
65
61
60
58
64
63
62
61
60
65
60
62
60
59
64
66
63
59
60
Soal:
Coba selidiki dengan cara seksama, apa memang terdapat kolerasi positif yang
menyakinkan (signifikan) antara sekor variabel X dan sekor variabel Y, dengan
cara:
a. Merumuskan Hipotesis alternative
b. Merumuskan Hipotesa Nihilnya!
c. Melakukan perhitungan untuk memperoleh Angka Indeks Kolerasi “r”
Product Moment, dengan Tabel Nilai “r”!
d. Memberikan interpretasi terhadap rxy denagn menggunakan Tabel nilai
“r”!
e. Menarik Kesimpulan.
7. Dalam suatu kegiatan penelitian, diperoleh data sebagaimana tertera dalam
table berikut:
Sekolah Asal dan Prestasi Tes SIPENMARU dari 1760 Calon
Prestasi Tes
Sekolah Asal:
Jumlah
SIPENMARU:
SLTA Negeri
SLTA Swasta
Lulus
270
470
740
Tidak Lulus
180
840
1020
Jumlah
450
1310
1760
Soal:
a. Rumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nihilnya!
b. Cari / Hitunglah Angka Indeks Korelasinya, dengan menggunakan Teknik
Korelasi Koefisien Phi.
c. Berikan interpretasi terhadap Phi dan kemukakan kesimpulannya
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-73-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang teknik analisis variansi sebagai alat analisis data dan
uji hipotesis yang meliputi: mean kuadrat, asumsi-asumsi dalam Anava, Anava
Klasifikasi Tunggal dan Anava Klasifikasi Ganda dan dapat menggunakan Anava
untuk menganalisis data penelitian.
Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu memahami Konsep Mean Kuadrat
 Mahasiswa mampu memahami F – Ratio
 Mahasiswa mampu memahami asumsi-asumsi dalam Anava
 Mahasiswa mampu memahami Anava pada Distribusi Tunggal
 Mahasiswa mampu memahami Analisis Variansi (ANAVA) Klasifikasi Ganda
 Mahasiswa mampu menggunakan Anava untuk menganalisis data penelitian
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-74-
9.1. Konsep Mean Kuadrat
Perlu diingat kembali apa yang disebut varian dalam pembicaraan tentang
SD (standar deviasi). Varians adalah SD kuadrad, yang diperoleh dengan rumus:
Hanya saja dalam hubungan dengan pembicaraan kita sekarang ini kwalitas itu
tidak disebut varians, melainkan Mean KUADRAT, disingkat dari mean dari
jumlah KUADRAT, dan diberi simbul MK, dan diperoleh dengan rumus:
DK = jumlah KUADRAT,
d b = derajad kebebasan.
Dalam teknik Anava ini yang menjadi alat pengukuran variabilitas antar
kelompok adalah mean KUADRAT atar kelompok (disingkat dengan MKant),
sedang yang menjadi alat pengukuran variabilitas dalam kelompok adalah mean
KUADRAT dalam kelompok (disingkat dengan MKdal).
Hasil bagi dari kedua komponen ini, yaitu MKant dan MKdal, akan memjadi
petunjuk seberapa jauh jarak penyimpangan mean-mean kelompok kita itu dari
mean hipotetis (yaitu bahwa tidak ada perbedaan antara mean-mena variabel yang
diselidiki) sebagai akibat dari kesalahan sampling. Jadi sebenarnya yang kita cari
adalah menemukan MKant yang mewakili variabilitas dalam kelompok. Jika kedua
MKdal yang mewakili variabilitas dalam kelompok. Jika kedua MK itu sudah kita
ketemukan, maka perbandingan antara keduanya akan dapat digunakan sebagai
dasar menarik kesimpulan statistik tentang obyek yang sedang kita teliti.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-75-
Rumus umum untuk mencari MK, yaitu :
dbdal
= derajad kebebasan dalam kelompok, diperoleh dari dbtot dikurangi
dengan dbant sedang dbtot = N-1
dbant
= derajad kebebasan antar kelompok, diperoleh dari jumlah kelompok
dikurangi satu, atau (m-1)
Sebagai contoh diperoleh data sebagai berikut:
N = 50
DKant = 19,72
dbant = 5 – 1 = 4
m=5
DKdal = 254,30
dbdal = 50 – 1 – 4 = 45
Dengan mengisikan bilangan-bilangan itu ke dalam rumus MK dapat diperoleh:
9.2. F – Ratio
Adapun yang dimaksud dengan F-ratio adalah angka-angka perbandingan
antara MKant dengan MKdal dan didefinisikan dengan persamaan sebagai berikut:
Besarnya nilai-nilai F yang terjadi hanya 5% dan 1% dari seluruh kejadian
dari sampel-sampel yang diambil secara random, sekiranya memang hipotesis
nilai adalah benar. Jika MKant adalah sedemikian besarnya, jauh melebihi MKdal
sehingga perbandingan kedua MK itu menunjukkan nilai yang menyamai atau
melebihi nilai F dalam table pada dasar taraf signifikansi 5% dan 1%, maka kita
menyimpulkan bahwa tidak mungkin nilai F sebesar itu terjadi kalau hipotesis
nihil dan mengatakan bahwa F yang kita peroleh menunjukkan nilai yang
signifikan atas dasar taraf signifikansi 5% dan 1%.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-76-
Misalkan hipotesis nihil yang kita ajukan dalam penelitian kita itu adalah:
“tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelima kelompok pelajar-pelajar
SMA dari berbagai daerah dalam soal kecakapan atau pengetahuan kebudayaan”.
MKant yang kita peroleh adalah 4.93, dan MKdal-nya 5,56. Jika harga-harga MK
tersebut kita isikan ke dalam rumus F, maka:
Mengkonsultasikan dengan Tabel F
Dari perhitungan di atas, dapatemukan bahwa:
F 4; 45 = 0,873
Untuk mengkosultasikan harga F diatas, dapat ditempuh dua cara. MK
yang lebih kecil adalah MKant = 4,93 Derajad kebebasan dari MK ini = 4. kita cari
db = 4 dalam kolom sebelah kiri, kit abaca kekanan sampai menyilang kolom db =
45 sebagai db dari MK kita yang lebih besar. Karena ternyata tidak ada kolom db
= 45, maka kita ambil saja suatu bilangan diantara db = 40 dan db = 50, yaitu
bilanganbilangan 5,71 dan 5,70, jika kita gunakan taraf signifikansi 5%, sedang
bilanganbilangan diantara 5,71 dan 5,70 adalah 5,705, taraf signifikansi 5%,
sedang bilanganbilangan pada baris bawah adalah bilangan-bilangan batas F pada
taraf signifikansi 1%.
Karena itu jika kita gunakan taraf signifikansi 1%, bilangan batas yang
kita cari adalah bilangan diantara 13,74 dan 13,69, yaitu bilangan 13,715. Dari
pemeriksaan pada tabel itu ternyata bahwa F yang kita peroleh sebesar 0,873
berada jauh di bawah batas signifikansi 5%, apalagi sebagai konsekuensinya
hipotesis nihil yang kita ajukan sebelum penelitian kita terima. Kesimpulan kita
akan berbunyi kira-kira sebagai berikut:
“Bahwa menurut bahan-bahan yang dikumpulkan dalam penelitian itu diperoleh
bukti-bukti antara pelajar-pelajar SMA dari berbagai daerah itu tidak terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai pengetahuan kebudayaan”.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-77-
Tabel Ringkasan ANAVA
Hasil-hasil perhitungan analisis varians yang telah kita kerjakan berikutnya
dimasukkan ke dalam tabel berikut:
Tabel 9.1. Tabel Ringkasan Anava
Sumber
Variasi
SV
Derajad
Jumlah
Mean
F
Kebebasan KUADRAT KUADRAT empiris
db
DK
MK
FO
F teoritis
(hipotetis)
Ft
5%
1%
5,705 13,715
Kelompok 4
19,72
4,93
0,873
Pelajar
SMA
Dalam
45
254,30
5,65
kelompok
Total
49
274,02
Kesimpulan : Karena FO = 0,873 < Ft5% = 5,705 maka HO diterima.
-
Adapun ringkasan rumus-rumus dalam table Anava:
Tabel 9.2. Tabel Ringkasan Anava dari bahan-bahan dalam tabel
Sumber
Variasi
SV
Kelompok
apa?
(antar)
Dalam
Kelompok
(dalam)
Total
Derajad
Kebebasan
db
JK
F teoritis
(hipotetis)
F empiris
Ft
FO
5%
1%
?
?
RJK
C–1
N-C
N-1
Pengujian
-
: (1) Jika
(2) Jika
Kesimpulan
-
-
-
, maka HO ditolak
,, maka HO diterima
: (1) Ada perbedaan apa antara kelompok apa
(2) Tidak ada perbedaan apa antara kelompok apa
Dengan tabel ringkasan Anava yang tersedia itu, marilah kita kerjakan
contoh lain dibawah ini. Tabel 8.3ini memuat bahan hipotetis tentang sikap
terhadap persoalan “KLM” yang diperoleh dengan jalan angket. NIlai yang lebih
besar menunjukkan sikap yang lebih positip.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-78-
Tabel 9.3. Distribusi sikap untuk contoh Anava
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
68
4624
78
6084
94
8836
240
19544
63
3969
69
4761
82
6724
214
15454
58
3364
58
3364
73
5329
189
12057
51
2601
57
3249
67
4489
175
10339
41
1681
53
2809
66
4356
160
8846
40
1600
52
2704
62
3844
154
8148
34
1156
48
2304
60
3600
142
7060
27
729
46
2116
54
2916
127
5761
20
400
42
1764
50
2500
112
4664
18
324
27
729
32
1024
77
2077
420
20488
530
29884
640
43618
1590
993950
n1 = 10
n1 = 10
n1 = 10
Total
ntot = 30
1)
2)
3)
4)
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-79-
5)
6)
Hasil-hasil perhitungan itu kemudian disusun dalam tabel ringkasan Anava
sebagai berikut:
Tabel 9.4. Ringkasan Anava dari bahan tabel
Sumber
Variasi
SV
Kelompok
“K”
Dalam
Kelompok
Total
db
2
27
29
DK
MK
Fo
Signifikansi
Nonsignifi
Ft
2.420 1.210 4,50 t.s.5% Sig
3,35
7.260 268,9
t.s.1% Nonsig
5,49
9.680 -
Jadi, dengan taraf signifikansi 5% kita akan menolak hipotesis nihilnya yang
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap antara ketiga kelompok yang
diselidiki. Kita menolaknya disebabkan karena kita meragukan bahwa variabilitas
antar kelompok sebesar 4,50 itu semata-mata disebabkan karena kesalahan
sampling. Bagaimana halnya jika kita gunakan taraf sigibifikansi 1%?. Bilangan
batas signifikansi atau batas penolakan hipotesis nihil dengan taraf signifikansi
1% adalah 5,49. Dengan demikian hipotesis nihil itu kita terima. Karena batas
penolaknnya masih belum dilewati. F yang kita peroleh = 4,50 dan ini masih di
bawah Ft = 5,49 sebagai batas signifikansinya. Kita menerima hipotesis nihilnya
karena jikalau kita menggunakan dasar taraf signifikansi 1%, kita memandang
deviasi-deviasi yang besarnya terjadi 5 kali dalam 100 atau 4 kali dalam 100
kemungkinan, atau malahan 2 kali dalam 100 kemungkinan masih disebabkan
karena kesalahan sampling. Hanya deviasi-deviasi yang terjadi 1 kali diantara 100
kejadian yang kita pandang tidak disebabkan oleh kesalahan sampling.
Asumsi-asumsi Dalam Analisis Variansi
Pengujian dengan F test ini juga menggunakan asumsi-asumsi atau
landasan-landasan teori tertentu. Ada tiga macam asumsi yang perlu diindahkan
dalam penggunaan teknik Anava, yaitu
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-80-
(1) Bahwa subyek-subyek atau individu-individu yang ditugaskan dalam
sampelsampel penelitian harus diambil secara random secara terpisah satu
sama lain dari masing-masing populasinya.
(2) Bahwa distribusi gejala yang diselidiki dalam masing-masing populasi itu
adalah normal.
(3) Bahwa varians-varians atau SD2 dari masing-masinng populasi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain.
Bagaimana memenuhi sarat-sarat yang ditentukan itu dapat dituturkan
secara singkat sebagai berikut :
(1) Random samples: dapat kita penuhi dengan cara yang sudah dibicarakan
dalam permulaan. Gunakan tabel bilangan random untuk mengambil random
clusters, random areas, atau random subjectsnya.
(2) Normal distributions: dapat kita penuhi melalui dua jalan. Pertama, atau kita
mengadakan pengetesan normalitas (test of normality) dengan rumus-rumus
yang sudah kita ketahui. Ini kita lakukan jika kita belum mempunyai buktibukti bahwa gejala yang kita selidiki mengikuti cirri-ciri distribusi normal.
Kedua, atau jika kita telah mempunyai bukti-bukti bahwa varaibel yang kita
selidiki telah mengikuti distribusi normal, baik bukti ini kita peroleh dari
penelitian-penelitian pendahuluan maupun dari penelitian-penelitian orang
lain yang mendahului, kita dapat menggunakan bukti-bukti sebagai landasan
untuk memenuhi sarat atau tuntutan normalitas ini.
(3) Correlated variances : dapat kita penuhi dengan mengadakan pengetesan
terhadap varians-varians (test of variance) yang kita peroleh dari distribusidistribusi yang kita peroleh dari distribusi-distribusi yang kita selidiki. Rumus
untuk ini adalah:
Dalam mana db Vb = derajad kebebasan dari Varians yang lebih besar, db
Vk=derajad kebebasan dari varians yang lebih kecil, dan
dan
masing-
masing adalah varians yang lebih besar dan varians yang lebih kecil. Kongkritnya,
dari bahan tabel 67 hal. 375 kita dapat mengetest variansnya seperti berikut:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-81-
Kelompok I
n = 10 Σ x = 135. Σx2 = 1881
Kelompok II
n = 10 Σ x = 153. Σx2 = 2385
Dari perhitungan itu kita ketahui itu kita ketahui bahwa SD2 atau varians
yang lebih besar adalah varians dari kelompok I. Varians yang lebih besar ini
kemudian kita jadikan pembilang dalam test of variance kita. Karena itu
Dengan melihat tabel pada derajad kebebasan 9 lawan 9 akan kita
ketemukan bahwa FO = 1,33 ini lebih kecil daripada F15% = 3,18. karena itu kita
menyimpulkan bahwa varians dari kelompok I dan kelompok II itu tidak berbeda
secara signifikan, hal mana berarti bahwa varians dari kedua kelompok itu dalam
populasinya masing-masing adalah tidak berbeda.
Analisa varians ternyata dapat digunakan untuk meneliti bahan-bahan
yang telah disusun ke dalam bermacam-macam distribusi. Di bawah ini diberikan
contoh-contoh penggunaan Anava pada (1) distribusi tunggal; (2) distribusi
bergolong dan (3) distribusi deskriptip. Penerapan itu akan dibaca secara berturutturut.
9.3. Anava pada Distribusi Tunggal
Tabel di bawah ini menunjukkan distribusi tunggal dari hasil test
psikologis terhadap mahasiswa-mahasiswa yang baru ulai belajar mata pelajaran
itu. Untuk tidak menimbulkan kebingungan, perlu kiranya segera diberi
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-82-
keterangan tentang rumusrumus DK untuk bahan yang sudah distribusikan yang
kelihatannya sepintas lalu berbeda dengan rumus-rumus DK yang sudah kita
pelajari. Pada dasarnya rumus-rumus baru ini tidak ada bedanya dengan rumusrumus yang terdahulu. Komponen f
dimasukkan ke dalam rumus-rumus baru ini disebabkan karena dalam distribusi
komponen f itu selalu ada. Jadinya,
1)
2)
3)
Tabel 9.5. Distribusi hasil tes Potensi Akademik dari tiga kelompok mahasiswa
Kelompok I
Nila
i
X
Kelompok II
f
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tot
al
Kelompok III
f
Total
f
f
1
2
3
5
9
7
6
2
4
1
3
1
11
20
27
40
63
42
30
8
12
2
3
0
121
200
243
320
441
252
150
32
36
4
3
0
1
2
4
7
11
5
4
4
3
2
1
0
11
20
36
56
77
30
20
16
9
4
1
0
121
200
324
448
539
180
100
64
27
8
1
0
2
1
3
7
5
8
5
5
3
3
1
2
22
10
27
56
35
48
25
20
9
6
1
0
242
100
243
448
245
288
125
80
27
12
1
0
4
5
10
19
25
20
15
11
10
6
5
3
44
50
90
152
175
120
75
44
30
12
5
0
454
500
810
1216
1225
720
375
176
90
24
5
0
44
258
1802
44
280
2012
45
259
1811
133
797
5625
Anava dari bahan tersebut dapat dikerjakan dengan cara-cara yang biasa :
1.
2.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-83-
3.
4.
5.
6.
db dari MK yang lebih besar adalah 130, sedang db dari MK yang lebih kecil
adalah 2. jika kita baca tabel F1 dengan db 130 lawan 2 maka akan kita ketahui
bahwa batas penolakan hipotesis pada taraf signifikansi 5% adalah 19,49, dan
pada taraf signifikansi 1% adalah 99,49. Ternyata nilai F yang kita peroleh itu
berada sangat jauh di bawah batas signifikansi 1%. Dengan begitu maka hipotesis
nihil yang kita ajukan, kita terima. Kesimpulan kita adalah bahwa atas dasar
bahan-bahan yang kita kumpulkan sampai sekian jauh, antara kelompok
signifikansi tentang pengetahuan psikologi mereka.
Tabel Singkatan Anava dari pekerjaan analisa tersebut di atas dapat dilihat pada
tabel 9.6 di bawah ini.
Tabel 9.6. Ringkasan Anava dari bahan dalam tabel 9.5
Sumber
Variasi
db
SV
Antar Kelompok 2
9,32
Dalam
839,67 6,46
13
DK
MK
Fo
Signifikansi
Ft
4,66 0,72 t.s.5%
Nonsig
=19,49
Kelompok
Total
132 848,99 -
-
-
-
ANAVA PADA DISTRIBUSI DATA BERKELOMPOK
Distribusi data berkelompok yang tercantum dalam tabel 9.7 di bawah ini
dipersiapkan untuk meneliti ada tidaknya perbedaan gaji guru-guru wanita dan
pria. Interval gaji diambil dari gaji rata-rata tiap-tiap bulannya.
Tabel 9.7. Tabel Distribusi Data Berkelompok
Interval gaji
Rp.7000-7999
Kode
X
6
Pria
f
4
STATISTIKA
Total
f
4
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
Wanita
144
f
1
6
36
5
30
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
180
Halaman
0
-84-
Rp.6000-6999
Rp.5000-5999
Rp.4000-4999
Rp.3000-3999
Rp.2000-2999
Rp.1000-1999
Total
5
4
3
2
1
0
-
8
12
15
8
3
1
51
8
12
15
8
3
1
176
200
192
135
32
3
0
706
5
10
12
18
7
3
56
25
40
36
36
7
0
150
125
160
108
72
7
0
508
13
22
27
26
10
4
107
65
88
81
52
10
0
326
325
352
243
104
10
0
1214
Kode-kode digunakan dalam tabel itu disebabkan karena sungguhpun kita
dapat melakukan analisa dengan metode yang lazim, yaitu dengan menggunakan
titik-titik tengah atau tanda-tanda kelas Rp 7.500,-, Rp 6.000,- dan seterusnya, kita
akan terlibat dalam mengKUADRATkan bilangan-bilangan besar. Dengan
pengkodean itu kita dapat menghemat sangat banyak waktu dan fikiran. Dari
interval yang terendah dimulai pengkodean dengan bilangan nol. Analisa
variannya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dimasukkan dalam tabel ringkasan Anava:
Tabel 9.8. Ringkasan Anava dari bahan dalam tabel
Sumber
Variasi db
SV
Sekse
1
DK
15,93
MK
Fo
Signifikansi
Ft
15,93 8,17 t.s.1%=6,90 Sig
Dalam
105 204,84 1,95
Total
106 220,77 -
-
-
-
db dari MK yang lebih besar = 1, dan db dari MK yang lebih kecil = 105.
Pemeriksaan pada tabel F menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 5% dan
1% batas penolakan itu maka hipotesis nihilnya kita tolak. Kita menyimpulkan
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-85-
bahwa berdasarkan bahan-bahan yang masuk ada perbedaan besarnya gaji guruguru wanita dan peria. Mean dari gaji peria = 176/51=3,45. sedang mean dari gaji
wanita = 150/56 = 2,68. karena gaji peria ternyata lebih besar daripada wanita,
dan perbedaan itu signifikan, maka akhirnya kita menyimpulkan bahwa gaji
adalah fungsi daripada jenis kelamin, dan guru-guru peria mempunyai
kecenderungan memperoleh gaji yang lebih tinggi.
9.4. Analisis Variansi (ANAVA) Klasifikasi Ganda
Dalam bab VII kita telah membicarakan bagaimana mengetest hipotesis
tentang sesuatu variabel dari dua kelompok. Dalam bab XI kita telah maju satu
langkah, yaitu memperbincangkan cara mengetest hipotesis tentang sesuatu
variabel dari tiga kelompok atau lebih. Dalam bab ini kita maju satu langkah lagi.
Kita ingin mengetahui bagaimana mengetest hipotesis dari banyak kelompok yang
tidak hanya menggunakan satu klasifikasi, tetapi banyak klasifikasi. Mengadakan
klasifikasi ganda ini bukan saja mungkin dikerjakan dalam banyak penelitian,
tetapi juga sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan
lebih teliti. Kebenaran pernyataan tersebut dapat dilihat dari contoh sebagai
berikut :
Seorang insinyur mobil ingin meneliti lima macam merk sepeda motor
untuk menetapkan keadaan konsumsi bensin mereka. Dia mengambil dari tiaptiap merk lima buah sepeda motor dari model empat tahun yang lalu sampai
model tahun ini. Semua sepeda motor itu kemudian dijalankan dalam keadaan
yang diawasi baik-baik dan dicatat konsumsi bensinya tiap-tiap kilometernya.
Kita misalkan hasil daripada test ini adalah seperti berikut :
Tabel 9.9. Konsumsi bensin per km dari lima macam merk sepeda motor
MERK
MODEL
TOTAL
A B C D E
Tahun 2008
26
22 22 24 18
112
Tahun 2007
24
21 20 20 20
105
Tahun 2006
22
18 19 19 16
94
Tahun 2005
20
15 17 13 15
80
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-86-
Tahun 2004
Total
14
12 11 18 12
67
106 88 89 91 81
458
Dengan menggunakan Anava yang biasa kita dapata mengetest hipotesis nihil:
“Bahwa ada perbedaan konsumsi bensin antara kelima merk sepeda motor itu”.
Dengan Anava klasifikasi tunggal akan kita peroleh hasil-hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hasil-hasil perhitungan itu kita masukkan ke dalam tabel ringkasan Anava sebagai
berikut:
Tabel 9.10. Ringkasan Anava dari bahan dalam tabel 9.5
Sumber
db
DK
MK Fo
Ft
Signifikansi
Variasi
Merk
4
60,04 17,26 1,06 t.s.5%=2,87 Non
Dalam
20
324,40 16,22
Total
24
393,44 -
-
-
-
Nilai F dengan derajad kebebasan 4 lawan 20 adalah tidak signifikan.
Konsekwensinya hipotesis nilai yang dikemukakan tidak dapat ditolak. Kelima
merk sepeda motor itu tidak menunjukkan perbedaan konsumsi bensin yang
menyakinkan. Data dalam tabel di atas dapat juga digunakan untuk menetapkan
DK-DK dari merk maupun model. Analisa varians untuk ini pada prinsipnya
adalah sama seperti yang telah kita pelajari. Beberapa dari pekerjaan kita di atas
dapat kita ambil lagi untuk analisa ini.
Perlu dicatat bahwa suku
dalam perhitungan-perhitungan DKmerk dan
DKmodel di atas kita sebut suku koreksi. Jumlah pembilang pada tiap-tiap pecahan
yang ditambahkan sebelum diKUADRATkan harus sama dengan pembilang dari
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-87-
suku koreksi. Demikian juga jumlah pembagi pada tiap-tiap pecahan yang
ditambahkan sebelum diKUADRATkan dalam tiap-tiap menghitung DK haruslah
sama dengan pembagi dari suku koreksi. Catatan ini perlu diperhatikan agar kita
meneliti kembali jumlah-jumlah itu sebelum menghitung tiap-tiap DK.
Hasil Anava dari data tersebut yang memasukkan dua jenis klasifikasi
yaitu klasifikasi merk dan klasifikasi odel, ditunjukkan dalam tabel 8.11 di bawah
ini. Dari dua klasifikasi ini dapat perbedaan yang signifikan antara kenihilan yang
aseli, yaitu bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelima macam merk
dapat ditest kembali. Hipotesis yang kedua ialah hipotesis nihil tentang tidak
adanya perbedaan yang signifikan antara kelima mode. Periksalah kembali test
hipotesis pertama yang sudah dikerjakan di muka. Hipotesis nihil itu diterima atas
dasar klasifikasi tunggal (periksa tabel 9.10). Persoalannya sekarang apakah
kesimpulan itu masih dapat dipertahankan jadi faktor model turut diperhitungkan?
Tabel 9.11. Ringkasan Anava tentang konsumsi bensin sepeda motor
ditinjau dari segu merk dan model
Sumber
Mean
Probabilitas
Variasi db Jumlah kuadrat
Fo
Kuadrat
Kejadian (p)x)
SV
Merk
4
69,04
17,26
4,96 p < 1 % xx)
Model
4
286,76
67,19
19,32 p < 1% xx)
Dalam
16
55,64
3,48
-
Total
24
393,44
-
-
-
X) Diartikan juga proporsi kesalahan dari tiap-tiap penolakan hipotesis nihil.
XX) Lebih lazim ditulis dalam bentuk setujuporsi sebagai berikut P < 0,01
Baiklah pertanyaan ini kita jawab setelah kita menyelesaikan pekerjaan kita dalam
mengisi tabel ringkasan di atas.
1.
2.
3.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-88-
4. Untuk Merk :
5. Untuk Model :
Pemeriksaan pada tabel F menunjukkan kepada kita bahwa dengan derajad
kebebasan 4 lawan 16 batas penolakan hipotesis nihilnya adalah 3,01 untuk taraf
signifikansi 5%, dan 4,77 untuk taraf signifikansi 1%. Dengan bukti-bukti itu
dapatlah kita menjawab pertanyaan yang baru diajukan. Hipotesis nihil tentang
perbedaan konsumsi bensin di berbagai merk itu jika model atau tahun
pembuatannya telah turut diperhitungkan, tidak lagi dapat dipertahankan. Kita
menyimpulkan bahwa kelima jenis merk sepeda motor yang diselidiki berbeda
konsumsi bensinya.
Jelaslah bahwa analisa varians dengan menggunakan kalsifikasi ganda
merupakan alat pengetesan hipotesis yang lebih peka. Hal ini disebabkan karena
MKdal yang digunakan untuk menjadi pembagi dalam mencari nilai F disini tidak
lagi 16,22 seperti yang digunakan dalam tabel 78, melainkan hanya 3,48, sedang
pembilangnya dalam F-Ratio untuk merk itu, yaitu MKmerk’ tetap konstan.
Memang penambahkan klasifikasi biasanya menambah halusnya test hipotesis.
Tambahan halusnya ini tentu saja tergantung sekali kepada tambahan arti daripada
klasifikasi itu.
Untuk menyelesaikan pengetesan hipotesis model ini cukup kiranya jika kita
menggunakan Anava klasifikasi tunggal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
P < 0,01.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-89-
Dengan kenyataan itu kita tetap menolak hipotesis nihil dan menyimpulkan bahwa
perbedaan konsumsi bensin menurut tahun-tahun pembuatan adalah sangat
signifikan.
SOAL EVALUASI
1. Distribusi hasil tes Matematika terhadap tiga kelompok siswa disajikan
sebagai berikut:
Nilai Matematika Kelompok I Kelompok II Kelompok III Total
F
f
f
f
80
1
1
2
4
79
2
2
1
5
78
3
4
3
10
77
5
7
7
19
76
9
11
5
25
75
7
5
8
20
72
6
4
5
15
68
2
4
5
11
66
4
3
3
10
62
1
2
3
6
61
3
1
1
5
60
1
0
2
3
Total
44
44
45
133
Ujilah pada taraf signifikansi 5%, apakah ada perbedaan secara signifikan nilai
matematika pada tiga kelompok tersebut. Buat/masukkan juga ke dalam table
ringkasan Anava.
2. Data di bawah ini menunjukan distribusi interval gaji kelompok guru sekolah
(SMA, MA dan SMK).
Interval gaji (ribuan) Kode X
Rp.700-699
Rp.600-699
Rp.500-599
Rp.400-499
Rp.300-399
Rp.200-299
Rp.100-199
6
5
4
3
2
1
0
-
Total
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Guru SMA Guru MA Guru SMK
f
F
f
4
1
3
8
5
7
12
10
9
15
12
14
8
18
15
3
7
6
1
3
2
51
56
56
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-90-
Ujilah apakah ada perbedaan secara signifikan distribusi gaji tiga kelompok
guru tersebut, pada taraf signifikansi 5%. Buat/masukkan juga ke dalam tabel
ringkasan Anava.
3. Data rata-rata suhu mesin pada lima macam merek sepeda motor (A, B, C, D,
dan E), masing-masing untuk tahun pembuatan/model yang berbeda (2004,
2005, 2006, 2007, dan 2008), disajikan sebagai berikut:
MODEL
A
85
84
84
82
82
MERK
B C D
86 85 85
85 84 83
84 83 83
82 81 81
81 80 80
E
86
83
82
81
80
TOTAL
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Total
Ujilah apakah ada perbedaan secara signifikan rata-rata panas mesin pada lima
merek motor yang berbeda dan model/tahun pembuatan yang berbeda, pada
taraf signifikansi 5%. Buat/masukkan juga ke dalam tabel ringkasan Anava.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-91-
Deskripsi Singkat :
Bab ini menjelaskan tentang analisis regresi klasifikasi tunggal dan ganda dan
mampu menggunakannya untuk menganalisis data penelitian.
Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu memahami Analisis Regresi Linear Satu Prediktor
 Mahasiswa mampu memahami Analisis Varians Garis Regresi
 Mahasiswa mampu memahami Analisis Regresi: Dua Prediktor
 Mahasiswa mampu menggunakan Analisis Regresi untuk menganalisis data
penelitian
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-92-
Realitas tentang hubungan/keterkaitan antar ubahan dapat dikategorikan
dalam konteks ubahan yang satu menjadi penyebab dari ubahan lainnya. Pola
hubungan seperti ini disebut sebagai kausalitas, artinya ubahan yang satu
merupakan predictor, sedangkan
ubahan yang lain sebagai kriterium.
Misalnya, apakah prestasi belajar anak dapat diprediksikan dari angka
kecerdasan dan perbendaharaan bahasa (kosakata); apakah produktivitas kerja
karyawan dapat diprediksikan dari hasil tes seleksi dan lamanya latihan dan
sebagainya. Dalam contoh ini prestasi belajar dan produktivitas kerja merupakan
ubahan kriterium, sedangkan angka kecerdasan, perbendaharaan bahasa, hasil tes
seleksi, dan lamanya latihan merupakan ubahan predictor. Suatu ubahan dapat
diramalkan dari ubahan lain apabila antara ubahan yang diramalkan, disebut
terikat / dependend, dan ubahan yang digunakan untuk meramalkan, disebut
bebas / Independend, terdapat korelasi yang signifikan. Misalnya, jika antara
tinggi badan dan berat badan pada umur-umur tertentu terdapat korelasi yang
signifikan, maka berat badan orang pada umur tersebut dapat diramalkan dari
tinggi badannya.
Korelasi antara ubahan kriterium dengan ubahan predictor dapat
dilukiskan dalam suatu garis. Garis ini disebut garis regresi. Garis regresi
mungkin merupakan garis lurus (linear), mungkin merupakan garis lengkung
(parabolic, hiperbolik, dan sebagainya). Dalam kesempatan ini hanya akan kita
bicarakan garis regresi yang linear. Suatu garis regresi dapat dinyatakan dalam
persamaan matematik. Persamaan ini disebut persamaan regresi. Untuk garis
regresi linear dnegan satu ubahan predictor persamaannya adalah :
Y = aX + K
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-93-
dalam mana Y = kriterium; X = prediktor; a = bilangan koefisien prediktor ; dan
K = bilangan konstan. Untuk garus regresi linear dengan dua ubahan predictor
persamaan garisnya adalah:
Y = a1X1 + a2X2 + K
dan untuk m ubahan prediktor persamaannya adalah :
Y = a1X1 + a2X2 +…+ amXm + K
dalam mana
Y = Kriterium
X1, X2,…, Xm = Prediktor 1, prediktor 2, prediktor ke- m
a1, a2, …, am = Koefisien prediktor 1, koefisien prediktor 2,..., koefisien prediktor
ke-m
K = Bilangan konstan
untuk menemukan persamaan guru regresi tersebut harga-harga koefisien
prediktor dan bilangan konstantanya dapat dicari dari data yang diselidiki.
Mengenai tugas kedua dari pembicaraan analisis regresi, yaitu memberi dasar
untuk pembicaraan mengenai analisis kovariansi, akan kita bicarakan pada waktu
kita membicarakan analisis kovariansi.
10.1 Analisis Regresi Linear Satu Prediktor
Tugas pokok analisis regresi adalah :
1. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor, R
2. Menguji apakah korelasi itu signifikan ataukah tidak, → table
3. Mencari persamaan garis regresi, F
4. Menemukan sumbangan relatif antara sesama prediktor, jika prediktornya
lebih dari satu.
Jika kita melukis garis regresi untuk meramalkan kriterium dari prediktor,
tujuan kita adalah ingin mendapatkan dasar ramalan yang menghasilkan kesalahan
yang sekecil-kecilnya. Tujuan itu dapat tercapai, jika dari serangkaian ramalan
jumlah kesalahan-kesalahan raalan itu sama dengan nol. Kesalahan ramalan ini
disebut residu.
Maksud pernyataan ini akan dapat kita fahami dari contoh-contoh yang
akan diberikan nanti.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-94-
Contoh:
Misalkan suatu penelitian ingin memastikan apakah berat badan orang
pada kelompok umur tertentu dapat diramalkan dari tinggi badan. Dalam
penelitian itu dikumpulkan data tinggi badan dan berat badan sepuluh orang
sebagai berikut :
Subyek
Tinggi
Berat
No.
(dalam cm) (dalam kg)
X.
y
1
168
63
2
173
81
3
162
54
4
157
49
5
160
52
6
165
62
7
163
56
8
170
78
9
168
64
10
164
61
Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dapat kita cari melalui teknik
korelasi momen tangkar dari Pearson, dengan rumus umum:
Telah kita ketahui bahwa :
Jika tekah kita lakukan komputasi terhadap data contoh hasil penelitian tersebut
(gunakan kalkulator yang ada fungsi statistiknya), akan kita temukan :
N = 10
ΣX = 1.650
ΣY = 620
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
ΣXY = 102.732
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-95-
ΣX2 = 272.460
ΣY2 = 39.432
Dari itu
Untuk menguji apakah harga rxy = 0,946 itu signifikan apa tidak, kita
dapat berkonsultasi dengan tabel r – teoretik dengan dengan N = 10 atau derajat
kebebasan db = 10 – 2 (Catatan: ada tabel r = teoretik yang menggunakan N, ada
juga yang menggunakan db, Ambilah mana saja yang tersedia pada Anda). Dari
tabel r – teoretik dengan N = 10 (atau db = 8) akan kita ketemukan harga rteoretik pada taraf signifikansi 1% atau rt1% = 0,765. karena itu harga rxy sebesar
0,946 itu kita nyatakan sangat signifikan, dan kita dapat menyimpulkan bahwa
korelasi antara X dan Y, yaitu antara tinggi badan dan berat badan, sangat
signifikan. Dengan harga korelasi antara tinggi badan dan berat badan yang sangat
signifikan itu kita mempunyai landasan untuk meramalkan / mengestimasi berat
badan dari tinggi badan (sebenarnya boleh juga sebaliknya, kita dapat meramalkan
tinggi badan dari berat badan), dab karenanya kita dapat membuat garis regresi
untuk prediksi dengan rumus garis regresi untuk prediksi dengan rumus garis
regresi satu-prediktor yang sudah kita ketahui, yaitu :
Untuk mengisi persamaan garis regresi itu harga koefisien prediktor (yaitu
harga a) dan harga bilangan konstan K harus kita ketemukan lebih dahulu. Hargaharga a dan K itu dapat kita ketemukan melalui dua jalan : (a) dengan metode skor
kasar, dan (b) dengan metode skor deviasi. Kedua metode ini akan menghasilkan
harga-harga a dan K yang sama. Nanti kita akan memilih salah satu dari dua
metode itu berdasarkan pertimbangan efisiensi.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-96-
Dengan metode skor kasar harga-harga a dan K dapat dicari dari
persamaan:
(1)
(2)
Jika data yang sudah kita ketahui kita masukkan ke dalam rumus-rumus itu
(1) 102.732 = 272.460 a + 1.650 K
(2) 620 = 1.650 a + 10 K
dengan penyelesaian persamaan secara simultan akan kita ketemukan (dengan
membagi persamaan I dengan 1.650 dan persamaan 2 dengan 10) :
(3) 62, 26 = 165,13 a + K
(4) 62
= 165 a + K
Subtitusi
(5) 0,26 = 0,13 a
(6) 62
= (165) (2) + K
K = - 268
Perlu dicatat bahwa dalam perhitungan terhadap data penelitian yang
sesungguhnya, ketelitian perhitungan harus diusahakan semaksimal mungkin,
dengan jumlah angka desimal yang lebih banyak, misalnya enam desimal atau
delapan desimal.
Dalam contoh perhitungan di atas hanya digunakan dua desimal. Maka jika
dalam komputasi digunakan kalkulator, biarkanlah desimalnya mengambang
(floating) sehingga perhitungan-perhitungannya dapat membawa terus jumlah
desimal sesuai dengan kemampuan kalkulator tesebut. Misalnya, jika dalam
perhitungan di atas digunakan desimal yang menggambang sampai enam angka,
hasilnya adalah a = 2,057143, dan K = - 277, 428 595. Tentu saja perhitungan
dengan enam desimal hasilnya akan jauh lebih teliti daripada perhitungan dengan
dua desimal. Dengan harga a = 2 dan K = - 268, persamaan garis regresinya
adalah :
Y = aX + K
Y = 2X – 268 , a = -268, b = 2
y = -268 + 2X
Dengan metode skor deviasi harga-harga a dan K dapat kita cari dari persamaan
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-97-
y = ax
Dalam mana:
Jika data yang sudah diketemukan dimasukkan ke dalam rumus tersebut :
y = 2,05x
Dari data yang dikumpulkan dapat dicari :
Karena itu untuk persamaan garis regresi y = ax atau Y -
=a(X-
) dapat kita
selesaikan:
Y– 62 = (2.05)(X – 165)
Y = 2,05X – 338,2 + 62
Y = 2,05X – 276,25
Dengan etode skor kasar kita menemukan persamaan garis regresinya Y =
2X – 268, sedang dengan metode skor deviasi kita menemukan persamaan garis
regresinya Y = 2,05X – 276,25. Seharusnya dengan kedua metode itu kita tidak
menemukan hasil perhitungan yang berbeda. Perbedaan hasil perhitungan garis
regresi yang kita temukan itu semata-mata disebabkan karena ketelitian
perhitungan saja. Dengan jumlah decimal yang mengambang sampai enam
desimal, hasilnya adalah Y = 2,057143X - 277,428595
Baiklah kita coba dulu meramalkan berat badan dari persamaan garis
regresi Y =2X-268 seperti yang dihasilkan dengan perhitungan dengan metode
skor kasar. Maka untuk tinggi badan atau X tertentu, berat badannya atau Y-nya
akan
Untuk X = 175
Y = 2(175)-268 = 82;
Untuk X = 174
Y = 2(174)-268 = 80;
Dan seterusnya . . . .
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-98-
Untuk X = 150
Y = 2(150) – 268 = 32
Jika dari perhitungan-perhitungan itu kita buat suatu tabel berikut.
Tabel 10.1. Ramalan berat badan (y) dari tinggi
Badan (X) Dari Persamaan Garis Regresi Y = 2 X – 268
Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg)
X
Y
X
Y
X
Y
175
82
165
62
155
42
174
80
164
60
154
40
173
78
163
58
153
38
172
76
162
56
152
36
171
74
161
54
151
34
170
72
160
52
150
32
169
70
159
50
149
30
168
68
158
48
148
28
167
66
157
46
147
26
166
64
156
44
146
24
Bagaimana keadaannya jika kita menggunakan persamaan garis regresi Y = 2,05X
– 276,25 (seperti yang diperoleh dengan metode skor deviasi) dan persamaan
garis regresi Y = 2,057 143 X – 277,428 595 (yang diperoleh dengan ketelitian
enam desimal, baik dengan metode skor kasar ataupun skor deviasi)? Sambil
mendemontrasikan pentingnya ketelitian dalam perhitungan akan kita coba
menyusun tabel-tabel ramalan dengan persamaan garis regresi yang berbeda-beda
itu.
X
175
174
173
172
171
170
169
168
167
166
Tabel. 10.2. Ramalan berat badan (y) dari tinggi
Badan (X) Dari Persamaan Garis Regresi Y = 2,05 X – 276,25
Y
X
Y
X
82,5
165
62,0
155
80,5
164
60,0
154
78,4
163
57,9
153
76,4
162
55,9
152
74,3
161
53,8
151
72,3
160
51,8
150
70,2
159
49,7
149
68,2
158
47,7
148
66,1
157
45,6
147
64,1
156
43,6
146
Y
41,3
39,5
37,4
35,4
33,3
31,3
29,2
27,2
25,1
23,1
Tabel 10.3. Ramalan berat badan (y) dari tinggi
Badan (X) Dari Persamaan Garis Regresi Y = 2,057 143X – 277,428595
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-99-
X
Y
X
Y
X
Y
175 82,6 165 62,0 155 41,4
174 80,5 164 59,9 154 39,4
173 78,5 163 57,9 153 37,3
172 76,4 162 55,8 152 35,3
171 74,3 161 53,8 151 33,2
170 72,3 160 51,7 150 31,1
169 70,2 159 49,7 149 29,1
168 68,2 158 47,6 148 27,0
167 66,1 157 45,5 147 25,0
166 64,1 156 43,5 146 22,9
Dari tiga tabel raalan yang telah kita susun itu tabel yang terakhir ini
adalah yang paling teliti, sedang tabel yang pertama merupakan tabel yang paling
kurang teliti. Ketelitian itu mungkin ada akibatnya dalam kesalahan ramalan atau
residu. Ini dapat kita uji dari perbandingan seperti di bawah ini.
10.2. Analisis Varians Garis Regresi
Sebelum kita melanjutkan pembicaraan mengenai analisis regresi dengan
dua prediktor atau lebih, ada baiknya kita membicarakan dulu apa yang
sesungguhnya disebut analisis regresi. Jika suatu prediksi hanya menggunakan
satu ubahan prediktor seperti contoh ditas, pekerjaan “analisis regresi” seperti
yang sudah kita kerjakan boleh dikatakan selesai. Sebab besarnya korelasi antara
prediktor dengan kriterium telah diketemukan, uji signifikansinya sudah
dijalankan; dan garis regresinya telah dibuat. Akan tetapi, jika dalam prediksi
digunakan beberapa prediktor, untuk menguji signifikansi garis regresinya perlu
dilakukan analisis variansi terhadap garis regresi tersebut. Apa yang disebut
analisis regresi sebenarnya adalah analisis variansi terhadap garis regresi, dengan
maksud untuk menguji signifikansi garis regresi yang bersangkutan. Dari analisis
regresi kita akan menghasilkan bilangan –F sebagaimana halnya jika kita
mengadakan analisis variansi. Untuk analisis regresi bilangan – F diperoleh dari
rumus:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-100-
Dalam mana Freg = Harga bilangan – F untuk garis regresi;
RKreg = Rerata Kuadrat garis regresi; dan
RKres = Rerata Kuadrat residu.
Jadi bilangan –F regresi diperoleh dari membandingkan (nisbah) RK
regresi dengan RK residu. Makin besar harga RK residu akan makin kecil harga F
regresi. RK residu RK “error” memang mempunyai cirri semacam itu: dalam
perhitungan nisbah – F harga bilangan –F akan sangat ditentukan oleh harga RK
“error” nya. Maka, dalam analisis garis regresi, jika harga F - regresi sangat kecil
dan tidak signifikan , maka garis regresinya tidak akan memberikan landasan
untuk prediksi secara efisien.
Walaupun analisis variansi garis regresi lebih efektif untuk menganalisis
garis regresi dengan beberapa prediktor, namun sebagai dasar pemahaman marilah
kita coba menganalisis data satu prediktor dalam contoh di depan.
Metode Skor Kasar:
Dari data yang telah dikomputasi kita ketahui :
ΣY = 620
N = 10
ΣY2 = 39.432 a = 2
ΣXY = 102.732
K = - 268
Dalam analisis variansi perhitungan yang paling banyak harus dilakukan adalah
perhitungan mengenai jumlah Kuadrat JK (Jumlah Kuadrat). Jika hasil
perhitungan JK kita masukkan dalam tabel ringkasan analisis varians, maka
perhitungan rerata Kuadrat RK dan F-nya tidak akan banyak menghadapi
kesulitan. Tata kerja itu akan kita tempuh juga dalam percobaan kita menerapkan
rumus-rumus analisis variansi ini.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-101-
Dengan Satu-Prediktor : (dengan skor kasar)
Sumber
Db
Variasi
Regresi (reg) 1
JK
Residu (res)
N-2
Total T
N–1
RK
-
(dengan skor deviasi)
Sumber
db
Variasi
Regresi (reg) 1
Residu (res)
N-2
Total T
N–1
JK
RK
-
-
(dari rxy)
Sumber
db
Variasi
Regresi (reg) 1
Residu (res)
N-2
Total T
N–1
JK
RK
-
-
TABEL RINGKASAN
Sumber
Variasi
Regresi (reg)
db
JK
1
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
RK
p
864
< 0,01
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-102-
Residu (res)
8
128
10
Total T
9
992
-
-
-
Metode skor deviasi
Telah kita ketahui :
Σx2 = 210 Σxy = 432
Σy2 = 992 N = 10
TABEL RINGKASAN
Sumber
Variasi
Regresi (reg)
1
888,69
888,69
Residu (res)
8
103,31
12,91
Total T
9
992
-
Db
JK
RK
p
< 0,01
-
-
Melalui rxy :
Telah kita ketemukan :
r= 0,946
Σy2 = 992
N = 10
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-103-
TABEL RINGKASAN
Sumber
Variasi
Regresi (reg)
1
887,76
887,76
Residu (res)
8
104,24
13,03
Total T
9
992
-
db
JK
RK
p
< 0,01
-
-
Dari tiga perhitungan tersebut kita memperoleh harga F regresi yang berbedabeda: yang pertama F = 54,00; yang kedua F= 68,84; dan yang ketiga F = 68,13.
Dua harga F yabf terakhir boleh dikatakan sama, tetapi harga F dari perhitungan
yang pertama ternyata sangat rendah. Seharusnya, dengan metode manapun
hasilnya akan sama saja. Perbedaan itu disebabkan karena ketelitian perhitungan.
10.3. Analisis Regresi: Dua Prediktor
Prinsip-prinsip untuk memprediksi kriterium dari satu prediktor berlaku
juga untuk memprediksi kriterium dari dua prediktor atau lebih. Dengan sedikit
memperluas perhitungannya, akan kita coba bagaimana menyelesaikan anlaisis
regresi dengan dua prediktor lebih dahulu.
Persamaan skor regresi dua prediktor adalah :
Y = a1 X1 + a2 X2 + K
Dalam skor deviasi persamaan itu dapat dituliskan
y = a1 x1 + a2 x2
Oleh karena itu dengan kalkulator tangan metode skor deviasi jauh lebih
efisien daripada metode skor kasar, maka dalam contoh analisis di bawah ini akan
digunakan saja metode skor deviasi. Metode skor kasar dapat juga kita coba
sebagian
untuk
mengetahui
sekedar
cara-cara
menghitungnya.
Untuk
menyelesaikan perhitungan garis regresi y = a1 x1 + a2 x2 harga koefisisen
prediktor a1 dan a2 dapat kita cari dari persamaan simultan:
Contoh :
Misalkan seorang peneliti ingin memastikan apakah nilai Statistik Dasar (Y) dapat
diprediksikan dari nilai Pretes Aljabar (X1) dan nilai Indeks Prestasi SMA (X2),
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-104-
apa tidak. Untuk itu peneliti tersebut misalkan telah mengumpulkan data sebagai
berikut:
Mhs
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
X2
Y
57
93
79
26
69
24
76
61
82
29
3,00
2,85
3,20
2,49
3,07
2,38
3,74
2,62
2,53
3,17
27
34
27
24
35
18
33
39
35
25
Dengan kalkulator kita akan menghasilkan perhitungan
N = 10
Jika hasil perhitungan itu kita ubah dalam skor deviasi maka akan kita peroleh :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-105-
Persamaan simultan untuk menentukan a1 dan a2 adalah:
(1)
(2)
Diisikan dan dikerjakan
(1)
1.085,8 = 53692,4 a1 + 34,61 a2
(2)
4,965
= 34,61 a1 + 1,56345 a2
(1) ; 34, 61 = 31,37243571 = 164,4726957 a1+ a2
(2) ; 1,56345 = 3,17566919 = 22,13694074 a1+ a2
(3) – (4) = 28,196 766 52 = 142,335755 a1
a1 =
= 28,19676652
(4) 3,17569919 = (22,13694074) (0,198100375) + a2 = 4,385336261 + a2
a2 = 3,17569919 - 4,385336261= -1,2095667071
Persamaan garis reg resi dalam skor deviasi yang kita cari adalah:
Dari pekerjaan di muka dapat ditemukan:
Jadi,
Y = (0,198100375)(X1 – 59,6) + (-1,209667071)(X2 – 2,905) + 29,7
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-106-
= 0,198100375X1 – 11,80678235 –1,209667071X2 + 3,514082841 + 29,7
Y = 0,198100375X1 –1,209667071X2 + 21,40730049
Jika dibulatkan: Y = 0,2X1 – 1,2X2 + 21,4
Y = a1x1 – a2x2 + K
Catatan : Pembulatan ini hanya untuk menggampangkan pencatatan
Untuk perhitungan-perhitungan (selanjutnya) masih baru digunakan bilangan yang
belum dibulatkan. Koefisien korelasi antara kriterium Y dengan prediktor X1 dan
prediktor X2 dapat diperoleh dari rumus :
RY(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2
a1
= Koefisien prediktor X1
a2
= Koefisien prediktor X2
Σx1y = Jumlah setujuduk antara X1 dengan Y
Σx2y = Jumlah setujuduk antara X2 dengan Y
Σy2 = Jumlah Kuadrat kriterium Y
Jika hasil-hasil perhitungan di muka diisikan ke dalam rumus di atas:
= 0,743643414
Jadi Ry (1,2) = 0,744
Dan R2y(1,2) = 0,553005527
Dalam perhitungan tersebut sekaligus dicari harga R2y(1,2) oleh karena dalam
analisis regresi nanti yang kita pakai adalah harga R2y(1,2).
Untuk menjawab pertanyaan, apakah harga Ry(1,2) = 0,744 itu signifikan apa
tidak, analisis regresi tidak lain adalah analisis regresi. Seperti sudah kita kenal,
analisis regresi tidak lain adalah analisis harga F si garis regresi. Dari analisis ini
kita akan menemukan harga F garis regresi, yang kemudian dapat kita uji apakah
harga F itu signifikan ataukah tidak. Rumus F yang paling efisien, jika koefisien
korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktorny a telah diketemukan,
adalah:
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-107-
Freg = Harga F garis regresi
N = Cacah kasus
m = Cacah prediktor
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor.
Derajat kebebasan atau db untuk menguji harga F itu adalah m lawan N – m – 1.
Diisikan :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-108-
Dengan db = m lawan N-m-1 atau 2 lawan 7 harga Ft5% = 4,74 jadi, jika
demikian, harga Freg sebesar 4,330 itu tidak signifikan. Kita menyimpulkan, tidak
ada korelasi antara Y dengan X1 dan X, atau antara nilai statistika Dasar dengan
nilai Pretest Aljabar dan persen kita tidak berani menggunakan prediktor nilai
Pretest Aljabar dan nilai Indeks Prestasi SMA untuk memprediksi nilai Statistik
Dasar.
Rumus F regresi yang baru disebutkan di atas diperoleh dari setujuses
analisis variasi garis regresi yang agak panjang. Keseluruhan setujuse situ dapat
dilihat dalam tabel rangkuman analisis regresi sebagai berikut :
TABEL RINGKASAN ANALISIS REGRESI
Sumber
db
Variasi
Regresi (reg)
M
Residu (res)
N-m-1
Total T
N-1
JK
RK
--
Jadi, jika seluruh proses analisis tersebut kita ikuti, maka :
Jadi
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-109-
Hasil analisis regresi tersebut kemudian dapat kita masukkan dalam tabel
ringkasan analisis sebagai berikut:
TABEL RINGKASAN ANALISIS REGRESI
Sumber
db
Variasi
JK
RK
Regresi (reg)
2
209,0913897
104,5456948
Residu (res)
7
169,0086102
24,14408717
Total T
9
378,1
--
F = 4,330
Jika diinginkan mencari harga F regresi dengan rumus skor kasar, rumusnya
adalah:
Untuk mengingat kembali data dan hasil-hasil perhitungan yang sudah kita
ketemukan:
N = 10
m=2
a1 = 0,198100 375
a2 = 1,209667071
ΣX1Y = 18.787
ΣX2Y = 867,75
ΣY = 297
ΣY2 = 9.199
K = 21,40730049
Dikerjakan
N – m – 1 = 10 – 2 – 1 = 7
a1ΣX1Y = (0,198 100 375) (18.787) = 3.721,711 745
a2ΣX2Y = (-1,209 667 071) (867,75)= - 1.049,688 6
KΣY
= (21,407 300 49) (297) = 6.375, 968 245
Diisikan :
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-110-
Rumus-rumus skor kasar untuk analisis regresi dapat dirangkum dalam table
seperti di bawah ini :
TABEL RINGKASAN ANALISIS REGRESI
Sumber
db
JK
RK
Variasi
Regresi (reg)
m
Residu (res)
N-m-1
Total T
N-1
--
Jadi
Dikerjakan berikutnya :
= 3.721,711745 + (-1.049,6886) + 6.357,968245-8.820,9
= 209,09139
= 9.199 - 3.721,711745- (-1.049,6886) - 6.357,968245
= 169,00861
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-111-
Jadi
Sebagaimana biasa dari hasil analisis variansi garis regresi dibuatlah tabel
ringkasan analisis. Maka jika kita buat tabel ringkasan analisis regresi, hasilnya
akan Nampak seperti tabel ringkasan analisis regresi seperti yang baru kita buat di
muka. Telah dikemukakan, apabila dalam mengerjakan analisis regresi kita hanya
mempunyai kalkulator tangan, cara yang paling efisien adalah menggunakan
metode skor deviasi. Karena itu untuk analisis-analisis berikutnya akan kita
gunakan saja metode skor deviasi, dan untuk metode skor kasar hanya akan
dikemukakan rumusnya, saja.
10.4. Analisis Regresi : m – Prediktor
Prinsip-prinsip analisis regresi dua prediktor berlaku sepenuhnya untuk
analisis regresi tiga prediktor, empat prediktor, lima prediktor dan seterusnya, jika
dengan sedikit perluasan. Hal tersebut dengan mudah kita fahami jika bandingkan
rumus-rumusnya untuk garis regresi maupun untuk koefisien korelasinya.
Periksalah rumus-rumus dibawah ini.
Persamaan Garis Regresi
Dua Prediktor
: Y = a1 x1 + a2 x2 + K2
Tiga Prediktor
: Y = a1 x1 + a2 x2 + a3 x3 + K
Empat Prediktor : Y = a1 x1 + a2 x2 + a3 x3 + a4 x4 + K
m – Prediktor
: Y = a1 x1 + …+ am xm +K
Koefisien Korelasi
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-112-
SOAL EVALUASI
1. Jika suatu penelitian ingin menguji apakah berat badan orang pada kelompok
umur tertentu dapat diramalkan dari tinggi badan. Dalam penelitian itu
dikumpulkan data tinggi badan dan berat badan sepuluh orang sebagai berikut:
Tinggi
Berat
Subyek
(dalam cm) (dalam kg)
No.
X.
y
1
168
63
2
173
81
3
162
54
4
157
49
5
160
52
6
165
62
7
163
56
8
170
78
9
168
64
10
164
61
Ujilah pada taraf signifikansi 1%, dan gunakan table rangkuman analisis
regresi.
2. Seorang peneliti akan menguji apakah nilai Praktik Kelistrikan Otomotif (X 1)
dan Praktik Chasis (X2) berpengaruh terhadap nilai Praktik Trouble Shoting
(Y) mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin. Untuk itu peneliti tersebut telah
mengumpulkan data sebagai berikut :
Mhs
No.
X1
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
X2
Y
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-113-
1
60
67
78
2
72
66
82
3
79
65
80
4
68
87
81
5
69
75
83
6
78
77
85
7
76
67
78
8
61
65
86
9
82
66
78
10
68
62
77
11
70
63
75
12
71
70
76
13
72
73
73
14
69
68
72
15
82
81
71
Ujilah pada taraf signifikansi 1%, dan gunakan table rangkuman analisis
regresi.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-114-
DAFTAR PUSTAKA
Christensen, Larry B. 2001. Expeprimental Methodology. (Eighth Edition).
Boston: Allyn and Bacon.
Guilford, J.P; Fruchter, benjamin. 1985. Fundamental Statistics in Psychology
and Education. (Sixth Edition). Bogota: McGraw-Hill Book Co.
Hadi, Sutrisno. 1982. Statistik, Jilid 1, 2 dan 3. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset
J. Supranto M.A. 1981. STASTISTIK TEORI DAN APLIKASI, Jilid 2 Edisi
ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Meilina P. 2011. Modul Kuliah Statistika 1. Teknik Informatika Universitas
Muhammadiyah Jakartdenhall, William; Ott, Lyman; Larson, Ricahrd F.
1974. Statistics: a Tool for the Social Sciences. California: Duxbury Press.
Ronald E. Walpole, PENGANTAR STATISTIKA, Edisi ke 3, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
Samsudi, 2008. Bahan ajar statistika. Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Semarang
Subiyakto,Haryono. 1993. STATISTIKA 2, Penerbit Gunadharma.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Statitik Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi III. Bandung: Tarsito.
TEKNIK MESIN ALAT BERAT
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
STATISTIKA
Disusun oleh :
Tanggal :
Hadi Hermansyah, S.SI., M.Si. 15/09/2014
TM
3
6
0
1 MD 01
Halaman
0
-115-
Download