BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Propagermanium (organo-germanium) merupakan salah satu senyawa
sintetik
organik
germanium
yang
dikenal
dengan
β–
atau
bis-
carboxyethylgermanium sesquioxide atau Ge-132. Germanium adalah logam
metaloid yang secara alami terdapat dalam tanah (Gerber dan Leonard, 1997).
Germanium ditemukan dalam beberapa tanaman seperti shelf fungus,
ginseng, bawang putih, dan Aloe vera. Organo-germanium memiliki peranan
penting dalam efek farmakologi pada tanaman tersebut. Efek organo-germanium
telah banyak dipublikasikan dan memberikan efek terapetik pada beberapa
penyakit seperti hipertensi, kanker, dan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) (Ishiwata dkk., 1990; Ikemoto dkk., 1996; Yokochi dkk., 2001;
Tsutsumi dkk., 2004). Propagermanium memiliki efek yang baik pada sistem
imun, sehingga pada tahun 1987 di Tokyo sebuah konferensi International AIDS
Treatment memilih organo-germanium menjadi salah satu obat yang dipelajari
pada pengobatan AIDS (Kamen, 1997).
Proses formulasi sediaan obat harus diawali dengan suatu tahap
preformulasi yang merupakan suatu tahapan yang menentukan keberhasilan suatu
sediaan obat dalam memberikan efek terapi sesuai yang diharapkan oleh
formulator. Karakteristik sifat fisikokimia bahan obat perlu diidentifikasi pada
tahap preformulasi. Karakteristik sifat fisikokimia yang penting untuk
17
diperhatikan antara lain suhu lebur, koefisien partisi, kelarutan, konstante
disosiasi, stabilitas, dan sifat kristal bahan obat.
Faktor kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia penting untuk
diperhatikan oleh seorang farmasis dalam memformulasikan bahan obat menjadi
sediaan,
terutama jika sediaan itu dibuat dalam bentuk larutan (Banker and
Rhodes, 2002). Selain kelarutan, stabilitas obat juga merupakan bagian penting
pada pengembangan sediaan obat, dibuktikan dengan mulai dicantumkannya
aspek stabilitas pada GMP (Good Manufacturing Practices) sejak tahun 1972
(Swarbrick and Boylan, 1990).
Ketidakstabilan obat disebabkan terjadinya proses kimia atau fisikokimia
dengan faktor-faktor baik secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi
stabilitas obat. Interaksi komponen obat dengan lingkungannya (termasuk
kemasannya) dapat menyebabkan degradasi obat. Hal ini dapat menyebabkan
berbagai dampak seperti obat menjadi tidak berefek akibat turunnya kadar obat
atau produk yang terdegradasi menjadi tidak berkhasiat. Bila produk degradasi
suatu obat bersifat toksis maka obat tersebut menjadi tidak aman. Penentuan
stabilitas suatu bahan obat pada tahap preformulasi mutlak dilakukan sehingga
bentuk sediaan obat yang sesuai dapat ditentukan, dan perkiraan waktu kadaluarsa
sediaan yang akan dibuat, kondisi penyimpanan yang sesuai serta usaha yang
tepat untuk memperbaiki stabilitas sediaan tersebut dapat dilakukan.
Untuk menjaga pH larutan agar kecepatan degradasi obat minimal,
sistem dapar seringkali digunakan dalam formulasi sediaan larutan atau suspensi
obat. Dalam beberapa kasus baik asam maupun basa yang digunakan sebagai
18
komponen dapar dapat mengkatalisis reaksi degradasi melalui katalisis asam
umum atau basa umum dan katalisis asam spesifik atau basa spesifik (Sinko,
2011).
Propagermanium merupakan senyawa baru yang belum diketahui secara
pasti profil degradasi dan kelarutannya pada berbagai pH. Metode analisis
propagermanium masih perlu disempurnakan, karena beberapa metode yang ada
hanya mampu mengukur sebatas penetapan logam germanium dan belum dapat
melaporkan
secara
spesifik
keberadaan
logam
germanium
sebagai
propagermanium. Oleh karena itu, metode analisis untuk studi stabilitas perlu
dikembangkan. Krystek dan Ritsema (2004) menggunakan metode ICP-MS
(Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry) untuk menganalisis produk
germanium dan penelitian oleh Ogwapit (2011) dalam analisis Ge-132 pada
formulasi sediaan oral obat antikanker menggunakan spektrofotometri UltravioletVisibel (UV-Vis) pada panjang gelombang maksimum 212 nm.
Hal-hal yang telah diutarakan mendorong untuk melakukan studi
stabilitas propagermanium pada berbagai suhu, pH dan konsentrasi dapar fosfat
menggunakan metode analisis HPLC dengan detektor UV.
HPLC merupakan metode analisis yang dapat memberikan hasil analisis
yang lebih baik daripada dengan spektrofotometri Ultraviolet-Visibel karena
mampu memisahkan molekul-molekul suatu campuran dan mempunyai kepekaan
yang tinggi. Namun demikian, penelitian terhadap parameter validasi diperlukan
untuk metode analisis HPLC. Sehingga metode tersebut dapat digunakan dalam
uji stabilitas dan kelarutan propagermanium. Dengan mengetahui profil degradasi
19
serta kelarutan propagermanium pada berbagai pH serta analisisnya menggunakan
HPLC, maka hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat formulasi
sediaan obat. Selain itu, hasil studi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
stabilitas sediaan propagermanium.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka beberapa permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana cara metode analisis penetapan kadar propagermanium dalam dapar
fosfat pH 3,0; 3,3; dan 3,6 menggunakan HPLC?
b. Bagaimana pengaruh suhu terhadap stabilitas propagermanium?
c. Bagaimana pengaruh pH, dan konsentrasi dapar fosfat terhadap stabilitas
propagermanium?
d. Berapa kelarutan propagermanium dalam larutan dapar fosfat pH 3,0; 3,3; dan
3,6?
e. Bagaimana profil degradasi dan kelarutan propagermanium dalam larutan
dapar fosfat pH 3,0; 3,3; dan 3,6?
C. Keaslian Penelitian
Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa belum pernah
dilakukan penelitian mengenai kelarutan dan stabilitas propagermanium pada
berbagai suhu, pH, dan konsentrasi dapar fosfat menggunakan metode analisis
HPLC.
20
D. Faedah Yang Diharapkan
Dengan
mengetahui
kelarutan
dan
stabilitas
propagermanium
menggunakan metode HPLC maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
dasar pengembangan formulasi sediaan obat propagermanium.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara metode analisis penetapan kadar propagermanium dalam
dapar fosfat pH 3,0; 3,3; dan 3,6 dengan menggunakan HPLC.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap stabilitas propagermanium.
3. Mengetahui pengaruh pH, dan konsentrasi dapar fosfat terhadap stabilitas
propagermanium.
4. Mengetahui kelarutan propagermanium dalam larutan dapar fosfat pH 3,0; 3,3;
dan 3,6.
5. Mengetahui profil degradasi propagermanium dan kelarutan dalam larutan
dapar fosfat pH 3,0; 3,3; dan 3,6.
Download