11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat penting karena tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi dan tukar menukar informasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai dengan cara yang kompleks. 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communications berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, artinya sama makna1. Banyaknya definisi mengenai komunikasi oleh para pakar menurut bidang ilmunya, dikarenakan oleh banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, ilmu linguistik, matematika, ilmu elektronik dan sebagainya. Sehingga pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita lihat karena para pakar memberikan definisi yang menurut pemahaman dan perspektif masing – masing2. Menurut Barelson dan Stainer, komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan seterusnya, melalui penggunaan simbol kata, gambar, 1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011,Hal 9. 2 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012,Hal 19. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 angka, grafik, dan lain-lain3. Definisi komunikasi lainnya menurut Raymond S. Ross mengatakan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol – simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirinya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator4. Dari dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian makna, makna yang di bangun oleh pihak – pihak tertentu untuk disebarluaskan. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Komunikasi dilakukan oleh manusia baik dalam diri sendiri, antar manusia, kelompok dan organisasi. Setiap komunikasi pastinya memiliki tujuan yang hendak dicapai baik dari pengirim pesan maupun penerima pesan. Tujuan melakukan komunikasi menurut Onong ada empat 5, yaitu : a. Perubahan sikap (attitude change), Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, yang dimaksud dengan hal ini adalah melalui komunikasi, tujuan komunikator untuk mengubah sikap komunikan dapat tercapai. b. Perubahan Pendapat (opinion change), Dengan berkomunikasi diharapkan agar opini, pendapat, serta pandangan orang atau komunikan dapat berubah. 3 B.Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi. Bandung : CV Remadja Karya, 1986, Hal 10 Dalam Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo, 2004,Hal 6. 5 Onong Uchjana Effendy, op.cit.,8 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 c. Perubahan Perilaku (behavior change), Tujuan dari komunikasi adalah untuk mengubah perilaku dari komunikan. Perubahan perilaku dapat berupa perubahan yang nyata terlihat atupun tidak. d. Peruabahan Sosial (Social change), komunikasi lainnya adalah mengubah masyarakat dan khalayak yang lebih besar, maka pesan yang sampai akan diterima oleh banyak komunikan, walaupun komunikator hanya satu. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Manusia dalam hidupnya pasti melakukan komunikasi untuk pertukaran informasi dan memenuhi kebutuhan hidup serta keinginannya. Menurut Onong terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu6 : a. Menyampaikan Informasi (to inform), Fungsi utama komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi, memberikan penjelasan, penerangan mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. b. Mendidik (to educated) Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberikan pendidikan atau menganjurkan sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreatifitas untuk membuka wawasan. 6 Ibid Hal 55. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 c. Menghibur (to entertain) Penyampaian komunikasi disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik, bunyi, gambar dan bahasa dapat membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan. d. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi serta memperkenalkan nilai – nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik. 2.2 Public Relations Public Relations (PR) saat ini diperlukan oleh seluruh perusahaan baik perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) karena memiliki kepentingan dan tujuan yang cukup kompleks salah satunya adalah menjaga citra baik perusahaan. PR perusahaan maupun PR BUMN memiliki pengertian dasar yang sama yaitu merupakan penghubung antara publik dengan perusahaan yang diwakilinya. Sebagai bagian dari perusahaan, PR dianalogikan sebagai corong perusahaan, pusat informasi baik ke luar ataupun ke dalam untuk mengatur aliran sistem komunikasi. Derasnya arus informasi yang ada saat ini telah menciptakan ketergantungan antara publik dan perusahaan yang diwakilinya, walaupun PR telah menyusun serangkaian program komunikasi namun perusahaan tetap harus merespon kepada para stakeholders apa yang mereka inginkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 PR yang profesional sering dilihat mampu membantu CEO menjadi komunikator yang dahsyat, karena perannya yang penting praktisi PR juga sering dilibatkan dalam pembuatan strategi maupun program – program perusahaan. 2.2.1. Pengertian Public Relations Public relations menurut Scott M. Cutlip & Allen H Center, adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antar organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesusksessan atau kegagalan organisasi tersebut 7. Dalam pengertian tersebut kita dapat menempatkan PR sebagai sebuah fungsi manajemen. Definisi ini juga mengidentifikasikan pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai dasar dari profesi PR. Public Relations menurut Frank Jeffkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian8. Jeffkins juga menyatakan bahwa agar dapat bekerja secara efektif, PR perlu diberi suatu posisi atau status jabatan resmi yang cukup tinggi sehingga setiap saat ia dapat berhubungan secara mudah dengan pihak manajemen, termasuk dengan para kepala bagian atau pimpinan semua departemen dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. 7 8 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glenn M. Broom, Effective Public Relations Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Hal 6. Frank Jefkins, Public Relations: Edisi Keempat Terjemahan Harris Munandar. Jakarta: Erlangga, 1996, Hal 9. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Sedangkan menurut The Foundations for Public Relations Research and Educations yang telah melakukan analisis dari 472 definisi yang berbeda mengenai public relations. PR adalah fungsi manajemen yang secara timbal balik membantu dan memelihara komunikasi, saling pengertian, saling menerima dan kerja sama antara publik dengan organisasinya, melibatkan kepada masalah manajemen dan isu; membantu para manajer agar mau mendengar dan merespon pendapat publik; menekankan akan tanggung jawab manager untuk melayani kepentingan publik; membantu para manager untuk mengikuti perkembangan bagi suatu perubahan yang bermanfaat, memberikan peringatan dini kepada manajer dalam mengantisipasi kecenderungan; menggunakan riset dan teknik – teknik komunikasi sebagai prinsip utama9. Dari definisi tersebut dapat dilakukan suatu kesimpulan bahwa peranan public relations dalam perusahaan / organisasi yaitu untuk membina dan memelihara komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama antara organisasi dengan publiknya. Seorang Public Relations dituntut untuk selalu tanggap terhadap opini publik sehingga dapat melakukan suatu langkah / strategi untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpa organisasi / perusahaan. Selain itu sebagai fungsi manajemen, public relations merupakan penghubung organisasi untuk mencapai hubungan yang efektif dengan berbagai khalayaknya melalui pengertian sikap, nilai dan opini khalayak. 9 Dalam Danandjaja, Peran Humas Dalam Perusahaan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, Hal 15. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2.2.2 Peran Public Relations Dari waktu ke waktu, praktisi menyesuaikan pola perilakunya untuk menangani situasi yang senantiasa terjadi di dalam pekerjaan mereka dan mengakomodasi ekspektasi orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan mereka. Menurut Cutlip ada empat peran utama PR yang mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka 10. Akan tetapi, kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dan dalam cara mereka berhadapan dengan orang lain. a. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi di sewa untuk menulis dan mengedit newsletter internal, menulis news release dan feature, mengembangkan isi website, menangani kontak media. Praktisi yang melakukan peran ini biasanya tidak hadir saat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan dan pers. 10 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glenn M. Broom, Effective Public Relations Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Hal 45-48. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 b. Expert Prescriber Praktisi yang beroperasi mendefinisikan problem, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. Peran “pakar perumus” atau expert prescriber ini menarik perhatian praktisi karena menjalani peran ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang punya otoritas ketika ada sesuatu hal yang harus dibereskan atau pihak yang punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan segala sesuatu. c. Fasilitator Komunikasi Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan manajemen maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah - tengah dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 d. Fasilitator Pemecah Masalah Fasilitator pemecah masalah berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah, mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya. Manajer lini memainkan peran penting dalam menganalisis situasi problem, karena mereka adalah pihak yang paling tahu dan paling dekat dengan kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Mereka juga merupakan pihak yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan perubahan. Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam tim manajemen karena mereka punya keahlian dan keterampilan dalam membantu manajer lain untuk menghindari masalah atau memecahkan masalah. Akibatnya, pandangan PR akan dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan manajemen. 2.2.3 Fungsi Public Relations Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga (organisasi) dengan publiknya baik internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan perusahaan yang diwakilinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Menurut Djanalis Djanaid, terdapat dua fungsi PR yaitu fungsi konstruktif dan fungsi korektif 11, yaitu: a. Fungsi Konstruktif Dalam fungsi ini mendorong PR membuat aktivitas ataupun kegiatan – kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif serta termasuk dalam tindakan preventif (pencegahan). b. Fungsi Korektif Fungsi kedua cenderung lebih berat dikarenakan fungsi PR baru berperan ketika perusahaan sedang mengalami masa krisis. Public Relations berfungsi sebagai suatu bagian dari perusahaan yang diwakilinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terlanjur membesar. Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal – hal sebagai berikut 12 ; a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi. b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan. c. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pemimpin organisasi untuk kepentingan umum. 11 12 Dalam Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas.Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, Hal 23-24. Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 d. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal. 2.2.4 Tujuan Public Relations Public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan PR dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan kognisi, efeksi dan perilaku komunikannya. Bila dibawa dalam tujuan PR, maka tujuan PR adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, efeksi dan perilaku positif publik terhadap perusahaan yang diwakilinya. Namun, dikarenakan kata “relations” menunjukan kata kerja aktif, maka harus dilihat tujuan tersebut berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (perusahaan dan publik). Artinya, meskipun PR pada dasarnya “milik” perusahaan yang membayarnya, namun tujuan PR hendaknya dipandang sebagai tujuan yang netral atau bersifat katalisator antara tujuan perusahaan yang diwakilinya dengan tujuan publik. Dari uraian tersebut, maka tujuan PR adalah sebagai berikut 13 : a. Terpelihara dan Terbentuknya Saling Pengertian (Aspek Kognisi) Tujuan PR pada akhirnya adalah membuat publik atau perusahaan saling mengenal. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing – masing. Dengan demikian, aktivitas public relations haruslah menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan saling mengerti, dimana sifat komunikasinya cenderung informatif. 13 Ibid Hal 20-22. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 b. Menjaga dan Mebentuk Saling Percaya (Aspek Afeksi) Tujuan ini adalah membentuk emosi, yakni pada sikap (afeksi) saling percaya (mutual confidence). Untuk mencapai tujuan saling percaya ini, prinsip -prinsip komunikasi persuasif dapat diterapkan. Sikap saling percaya tersebut masih bersifat laten (tersembunyi), yakni ada pada keyakinan seseorang (publik) akan “kebaikan / ketulusan” orang lain (perusahaan) dan juga pada keyakinan perusahaan akan “kebaikan / ketulusan” publiknya. Kebaikan / ketulusan masing - masing dapat diukur dengan etika moral maupun materiil yang ditanamkan dan ditunjukan oleh masing – masing. Disinilah PR menggunakan prinsip – prinsip komunikasi persuasif, praktisi PR akan mempersuasif publik untuk percaya kepada perusahaan yang diwakilinya, sebaliknya juga perusahaan untuk percaya kepada publiknya. c. Memelihara dan Menciptakan Kerjasaman (Aspek Psikomotoris) Tujuan berikutnya adalah dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama nyata. Artinya, bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk perilaku dalam bentuk tindakan tertentu. Mengacu pada tiga tujuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah pengetahuan / pikiran di buka, emosi / kepercayaan di sentuh maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya, semua itu kembali pada tujuan yang lebih besar, yakni terbentuknya citra / image yang favourable terhadap perusahaan dimana PR berada. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 2.3 Berita Menurut Mitchel V. Chamley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka 14. Pengertian lain mengenai berita adalah apa yang membuat surat kabar dibeli orang yang menaikkan penilaian khalayak terhadap siaran berita. Dengan demikian berita menurut Nimmo, adalah apa yang dikatakan, dilakukan dan dijual wartawan dalam kerangka pembatasan institusional, ekonomi, teknologi, sosial dan psikologis. Berita bukanlah produk tetap, melainkan proses pembuatan15. Setiap saat, media massa baik media online maupun cetak memuat berbagai macam berita untuk memenuhi naluri ingin tahu dari pembacanya. Pemenuhan tersebut diperlukan oleh pembaca untuk membantunya mewujudkan falsafah hidup dan konsepsi kebahagiannya. Berita pada dasarnya dibentuk lewat proses aktif dan pembuat berita. Peristiwa yang kompleks dan tidak beraturan di sederhanakan dan dibuat bermakna oleh pembuat pemberita. Semua proses tersebut melibatkan proses skema interpretasi dari pembuat berita. Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah berita adalah16 : a. Akurat, singkat dan padat 14 M.Romli. Asep Syamsul, JurnalistikPraktis Untuk Pemula, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2000, Halaman 2 15 Dan Nimmo, Komunikasi Politik:Komunikator, Pesan dan Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1949, Halaman 48 16 Sr. Maria Assumpta Rumanti. Dasar –dasar Public Relations: Teori dan Prakte, Jakarta: PT Grasindo, 2005, hal. 130 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 b. Tepat waktu dan actual c. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya tanpa opini dari penulis yang dibuat – buat d. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata –kata dan kalimat yang khas dan enak dibaca e. Baru, belum diberitakan sebelumnya. Saat ini, berita tidak hanya dimuat di media konvensional saja tetapi juga di media online. Ketika menulis untuk media online, hal yang sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita dan mengapa mereka harus meneruskan pembaca 17 . Untuk bias memenuhi kaidah dalam menulis online diperlukan gaya penulisan, yaitu 18: a. Alinea Pendek : hendaknya menggunakan alinea (paragraph) pendek, idealnya satu alinea maksimal 5 baris. b. Jarak Antar Alinea : Harus ada jarak antar alineanya, menyisakan “ruang kosong” atau “ruang putih” antar alinea. Ini yang membuat naskah media online mudah dipindai dan enak dibaca. c. Tidak ada Indent : Tulisan online tidak mengenal indent, tekuk / lekuk ke dalam di awal alinea, seperti gaya naskah Koran atau majalah. Ide penulisan online nomor 3 ini boleh diabaikan (tidak lazim) 17 18 Asep Syamsul M.Romli , Komunikasi Dakwah : Pendekatan Praktis , www.books.google.co.id hal 67, diakses pada Senin, 4 Juli 2016, 21.32 WIB. Teknik Menulis di Media Online. www.academia.edu, di akses pada Senin, 4 Juli 2016, 21.32 WIB http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 d. Rata Kiri : ini merupakan pilihan, ratai kiri membuat naskah menjadi nyaman dibaca dan banyak menyisakan ruang istirahat mata. e. Highlight : akan lebih enak dan mudah dibaca jika tulisan online diberi tanda khusus pada bagian khusus, seperti menebalkan (bold) dimiringkan (italic), di beri warna, hal ini akan menjadikan naskah online menjadi menarik perhatian. Sebuah fakta atau kejadian tidak dapat begitu saja menjadi sebuah berita, melainkan memiliki ketentuan untuk menjadi berita, yaitu berita yang memiliki nilai berita. Nila berita menurut Baskette sissors & Brooks, 1982 Dennis & Ismach 1981, adalah : a. Prominence / Importence : pentingnya suatu berita diukur dari dampaknya, bagaimana dia mempengaruhi Anda, sebagai contoh : Korban meninggal lebih penting dari kerusakah benda. b. Human Interest : Sesuatu yang menarik perhatian orang seperti mengenai gossip, politik dan drama yang mencermnkan kehidupan manusia. c. Conflict / Controversy : Konflik biasanya lebih menarik dari pada keharmonisasian d. The Unusual : Sesuatu yang tidak biasa atau unik umumnya menarik, misalnya berita mengenai wanita yang melahirkan anak kembar lima merupakan berita yang bernilai karena tidak biasa e. Timelines : Berita adalah tepat waktu, artinya unsur kecepatan menyampaikan berita sesuai waktu atau actual merupakan hal yang penting. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 f. Proximity : Kegiatan yang terjadi dekat kita dinilai mempunyai nilai berita yang lebih tinggi. Misalnya gempa bumi di Jakarta dan menimbulkan korban jiwa jelas akan lebih bernilai berita bagi public Indonesia ketimbang kasus “mad cow” di luar negeri, walaupun sama – sama menjadi bahan berita bagi media massa19. Nilai berita tersebut menyediakan standard dan ukuran bagi wartawan sebagai kriteria dalam praktik kerja jurnalistik. Pendek kata, nilai berita itu tidak hanya menjadi ukuran dan standar kerja, melainkan juga telah menjadi ideologi dari kerja sama wartawan, nilai berita memperkuat dan membenarkan wartawan kenapa peristiwa tersebut diliput sedangkan yang lain tidak. 2.4 Citra Perusahaan Bagi perusahaan pemberitaan yang ada di media perlu diperhatikan, perusahaan tidak mengingkan adanya pemberitaan yang buruk karena hal tersebut erat kaitannya dengan citra perusahaan. 2.4.1 Pengertian Citra Banyak pandangan yang menganggap bahwa memelihara publik yang baik adalah hal yang penting. Beberapa perusahaan atau organisasi mulai memahami perlunya memberi perhatian yang cukup guna membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile 19 Seto Indiawan. Dasar-dasar Jurnalistik : Wacana Jurnal Ilmiah Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo (Beragama) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 commodity (komoditas yang rapuh / mudah pecah). Kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang 20. Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Tugas perusahaan dalam rangka membentuk citranya adalah dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata masyarakat21. Mengutip buku karangan Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, dikatakan bahwa menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations Technique menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Dalam buku karangan Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi22. 2.4.2 Proses Pembentukan Citra Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi – informasi yang diterima seseorang. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses 20 Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Dasar – Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 Hal 111 - 117. 21 Ibid, 22 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 pembentukan citra seorang. Pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S.Nimpoeno, sebagai berikut 23 : Pengalaman mengenai stimulus Peng Stimulus Rangsangan Kogni si Persepsi Sikap Respon Perilaku Motivas i Peng Peng Gambar. 2.1 Model Pembentukan Citra Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu di terima oleh individu berarti terdapat komunikasi dan mendapat perhatian dari individu, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Empat komponen persepsi – kognisi – motivasi – sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsangan. Ini disebut sebagai “picture in our head” oleh Walter 23 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Lipman. Persepsi, dengan persepsi individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra suatu perusahaan dibenak publiknya dibutuhkan adanya suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui secara pasti sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh publiknya, sehingga perusahaan dapat mengambil langkah - langkah yang tepat bagi kebijaksanaan perusahaan selanjutnya. Menurut William V.Haney, pentingnya penelitian adalah memperediksi tingkah laku publik sebagai reaksi terhadap tindakan lembaga / organisasi perusahaan, mempermudah usaha kerja sama dengan publik, memelihara hubungan yang ada. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.4.3 Jenis – Jenis Citra Praktisi PR senantiasa siap dihadapkan pada tantangan untuk menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu, praktisi PR dituntut untuk mampu menjadikan orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra perusahaan yang diwakilinya. Terdapat beberapa jenis citra yang berlaku, yaitu citra bayangan (mirror image), citra yang berlaku (current image), citra harapan (wish image), citra perusahaan (corporate image), dan citra majemuk (multiple image)24, yang akan diuraikan sebagai berikut : a. Citra Bayangan (Mirror Image) Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota – anggota organisasi, biasanya adalah pemimpin perusahaan. Citra bayangan merupakan anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam arti lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini sering kali tidak tepat karena kurangnya pemahaman atas pengetahuan yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi mengenai pendapat atau pandangan pihak – pihak luar. b. Citra yang Berlaku (Current Image) Citra atau pandangan yang melekat pada pihak – pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini tidak selamanya bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena semata – mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang – orang 24 Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta : Bumi Aksara, 2000,Hal 59-68. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 luar yang tidak memadai. Citra ini juga cenderung negatif, citra ini sangat ditentukan oleh banyak atau sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut mereka yang mempercayainya. c. Citra Harapan (Wish Image) Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra sebenarnya, biasanya citra harapan lebih baik daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu citra yang sangat baik bagi perusahaan juga tidak disarankan. Namun, secara umum yang disebut sebagai citra harapan adalah sesuatu yang berkonotasi positif. d. Citra Perusahaan (Corporate Image) Merupakan citra dari suatu perusahaan atau organisasi secara keseluruhan, citra ini bukan saja melihat produk atau pelayanan perusahaan. Citra perusahaan terbentuk oleh banyak hal, beberapa hal positif yang dapat meningkatkan citra adalah sejarah, riwayat perusahaan yang gemilang, keberhasilan dalam bidang keuangan, hubungan industri yang baik, dan kesediannya untuk memikul tanggung jawab sosial. e. Citra Majemuk (Multiple Image) Setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak unit pegawai (anggota) masing – masing unit atau individu tersebut memiliki perilaku tersendiri, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 sehingga secara sengaja tau tidak mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Dari jenis – jenis citra yang telah diuraikan, citra PR yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Perlu dipahami pula bahwa media akan selalu memberikan pertanyaan – pertanyaan kritis untuk memastikan suatu pemberitaan, oleh karena itu praktisi PR harus memberikan informasi yang sesuai (jujur) dilengkapi dengan data – data pendukung. 2.4.4 Peran dan Manfaat Citra Bagi Perusahaan Sebagaimana diketahui bahwa perusahaan harus mempunyai citra yang baik. Citra yang melekat pada suatu perusahaan memberikan dampak terhadap perusahaan itu sendiri. Citra perusahaan mempunyai beberapa tingkatan yaitu baik, sedang atau buruk. Citra melengkapi identitas sebuah perusahaan sehingga menjadi bagian terpenting dari fungsi komunikasi korporat, oleh karena itu praktisi PR dan manajemen perusahaan saat ini perlu memperhatikan peran dan manfaat citra bagi perusahaan. Dalam buku Crisis Public Relations karangan Firsan Nova, Menurut Groonroos mengidentifikasikan peran citra bagi perusahaan, di antaranya adalah 25 : 25 Firsan Nova. Crisis Public Relations. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011, Hal 302 - 303 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 a. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasaran eksternal seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan perusahaan untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang – orang lebih mengerti. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran tetapi hal tersebut tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan efektif. b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan perusahaan. c. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen. d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen. Citra dibentuk dengan adanya proses, perusahaan harus menyadari bahwa dalam jangka waktu panjang citra dapat membawa manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Citra yang positif akan membawa dampak yang luar biasa bagi perusahaan, bukan saja pada saat perusahaan sedang berjaya namun juga pada saat perusahaan mengalamai krisis, menurut Sutojo Dalam buku Crisis Public Relation karangan Firsan Nova, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut26 : a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap b. Menjadi perisai selama masa krisis c. Menjadi daya tarik eksekutif handal 26 Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 d. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran e. Pengehematan biaya operasional. 2.5 Konstruksi Realitas oleh Media Pandangan konstruksionis melihat media, wartawan dan berita dengan cara pandang tersendiri. Paradigma konstruksionis ini diperkenalkan oleh Peter L. Berger yang menyatakan realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan di konstruksi, dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda / plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbedabeda27. Bagi kaum konstruksionis, realitas adalah sesuatu yang subjektif. Fakta dan realitas bukanlah sesuatu yang sudah ada, tersedia dan tinggal diambil untuk menjadi bahan sebuah berita Dalam komunikasi massa pesan atau berita yang disampaikan bersifat terbuka artinya berita yang disampaikan tersebut ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan dalam komunikasi massa dapat bersifat fakta, peristiwa ataupun opini28. Namun dalam pandangan konsturiks realitas yang tertuang dalam berita adalah sesuatu yang dikostruksi dan dibentuk oleh pandangan tertentu. Kita sendirilah yang memberikan definisi dan makna atas fakta tersebut sebagai sebuah kenyataan. Fakta yang ada dalam sebuah berita 27 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:LKIS Group, 2012, Hal 18 28 Elvrino Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2007, Hal 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 bukanlah sebuah peristiwa yang memang begitu adanya, wartawanlah yang secara aktif memproduksi dan mendefinisikan berita tersebut. Fakta yang dikumpulkan dan disusun selanjutnya akan disebarkan. Media sebagai sarana penyalur pesan tidak hanya berfungsi sebagai saluran pesan dari komunikator kepada penerima (khalayak). Media tidak bertindak sebagai suatu institusi yang netral dalam menyampaikan pesan. Media bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya 29 . Media juga menentukan dari sekian banyak peristiwa yang terjadi, peristiwa mana yang harus diliput oleh wartawannya kemudian dari sisi mana wartawan harus melihat peristiwa tersebut. Pemilihan realitas oleh media dikarenakan media memiliki kepentingan antara lain kepentingan ekonomi, politik ataupun ideologi. Oleh karena itu media turut berperan dalam mengkonstruksi realitas. Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan memandang realitas tetapi kehidupan politik tempat media itu berada. Dalam konsepsi konstruksionis, wartawan tidak mungkin membuat jarak dengan objek yang hendak dia liput. Karena ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan menuliskannya, wartawan secara sengaja atau tidak menggunakan dimensi perseptuilnya untuk memahami masalah. Dengan begitu, realistas yang kompleks dan tidak beraturan ditulis dan dipahami, untuk semua proses itu 29 Eriyanto, op.cit, Hal 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 melibatkan konsepsi, pemahaman yang mau tidak mau sulit dilepaskan dari unsur subjektif 30. Dalam pandangan konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai – nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami atau dimaknai. Dalam pandangan ini berita bukanlah representatif dari realitas, berita yang kita baca adalah hasil konstruksi jurnalistik Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak31. 2.6 Teori Framing 2.6.1 Pengertian Framing Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, wacana serta menyediakan kategori – kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek – aspek khusus sebuah 30 31 Ibid. Hal 35 Ibid. Hal 29 – 30. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 realita oleh media32. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan di konstruksi oleh media. Proses pembentukan realitas tersebut hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih muda dikenal. Hal ini mengakibatkan, khalayak lebih mengingat aspek – aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek – aspek yang tidak disajikan secara menonjol bahkan tidak diberitakan, sehingga menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Lewat framing khalayak disediakan perspektif tertentu, seakan hanya perspektif itulah yang dapat digunakan untuk memahami dan mendefinisikan masalah 33 . Framing merupakan sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Terdapat dua esensi utama dari analisis framing 34, yaitu : a. Bagaimana peristiwa tersebut dimaknai, hal ini berhubungan dengan bagian mana peristiwa yang diliput oleh wartawan dan bagian mana peristiwa yang tidak di liput oleh wartawan. b. Bagaimana fakta itu ditulis, aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat dan gambar untuk mendudukung gagasan 32 Alex Sobur, Analisis Teks Media. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, Hal 161. Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:LKIS Group, 2012, Hal 76 – 77. 34 Ibid. Hal 11. 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 2.6.2 Teknik Framing Derasnya informasi yang ada saat ini, menyebabkan tidak semua jurnalis mem-framing seluruh pemberitaan yang ada. Hal senada juga dilakukan oleh seorang praktisi PR, semakin cepatnya perputaran informasi maka dirasa sulit bagi praktisi PR untuk mem-framing seluruh pemberitaan mengenai perusahaannya. Artinya hanya kejadian tertentu (penting) yang menjadi objek framing seorang jurnalis dan praktisi PR. Teknik framing yang dilakukan oleh media mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa dan menuliskannya dalam berita35. Hal tersebut menjadi bagian dari konstatasi praktisi PR dalam menyampaikan pemberitaan ke media. 2.6.3 Model Framing Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki, konsep framing adalah strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita36. Melalui tulisannya “Framing Analysis : An Approach do New Discourse”, mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Model ini berasumsi bahwa 35 36 Ibid. Hal 97. Ibid Hal 79. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna, bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa. Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis; kedua, struktur skrip; ketiga, struktur tematik; keempat, struktur retoris37. Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita, berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita. Struktur sintaksis ini dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan sebagainya). Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Kemudian struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu di wujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. 37 Alex Sobur, Analisis Teks Media. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, Hal 175-176 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Sedangkan untuk struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberikan penekanan pada arti tertentu. Berikut adalah tabel kerangka framing Pan dan Kosicki. Tabel 2.1 Kerangka Framing Pan dan Kosicki Struktur Perangkat Framing 1. Skema berita Sintaksis Cara wartawan menyusun fakta 2. Kelengkapan berita Skrip Cara wartawan mengisahkan fakta Tematik Cara wartawan menulis fakta Retoris Cara wartawan menekankan fakta 3. Detail 4. Maksud kalimat, hubungan 5. Nominalisasi antar kalimat 6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti 9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafor 12. Pengandaian Unit yang Diamati Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup 5W + 1H Paragraf, proposisi Kata, idiom, gambar / foto, grafik http://digilib.mercubuana.ac.id/