Seminar Pasar Modal dan Penandatangan MoU

advertisement
Seminar Pasar Modal dan Penandatangan MoU
Dikirim oleh prasetya1 pada 13 September 2005 | Komentar : 0 | Dilihat : 2506
Pasar modal adalah wahana mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang dan pihak yang
membutuhkan sarana investasi pada instrumen finansial. Di Indonesia, keberadaan pasar modal diaktifkan pada
1970 dan berkembang dengan pesat di awal tahun 90-an. Demikian ungkap Justitia Tripurwosani Direktur
Pengawasan Bursa Efek Jakarta pada Seminar Pasar Modal, Selasa (13/9) yang terselenggara atas kerjasama
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dengan Bursa Efek Jakarta, Bapepam, KPEI dan salah satu perusahaan
sekuritas PT Sinarmas Sekuritas.
Lebih lanjut diungkapkan oleh Justitia bahwa kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perkembangan
industri pasar modal. Saat ini pasar saham di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari
beberapa indikator seperti kapitalisasi pasar yang mencapai angka 460,4 trilyun rupiah di 2003 menjadi 726,8
trillyun rupiah di 2005, indeks harga saham yang mencapai angka dua kali lipat dari 691,895 di 2003 menjadi
1.059,380 pada 2005 serta nilai perdagangan harian yang mencapai 1.857,2 millyar rupiah pada 2005 dari 518,3
milyar rupiah di 2003.
Sementara itu, Direktur Bursa Efek Surabaya Guntur T. Pasaribu mengupas masalah obligasi. Dikatakan bahwa
obligasi adalah surat berharga berupa pengakuan atas hutang yang diterbitkan oleh suatu badan usah dalam jangka
waktu tertentu. Sebelum seseorang memutus untuk memiliki obligasi, ia harus mengetahui resiko apa saja yang
dapat menimpanya. Tiga resiko yang bisa dialami meliputi resiko kredit dimana penerbit obligasi tidak mampu
membayar bunga dan atau pokok obligasi, resiko likuiditas yang disebabkan karena tidak likuidnya perdagangan
obligasi di pasar sekunder, serta resiko bunga yang muncul akibat pergerakan suku bunga.
Hoesen dan Bambang Indiarto menjelaskan bahwa Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dibentuk dalam rangka untuk menghindari kemungkinan resiko yang akan
timbul akibat penyelesaian transaksi, misalnya terjadi resiko gagal serah, gagal bayar, atau terjadi kesalahan
pencatatan. Di Indonesia yang bertindak sebagai LKP adalah PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
yang berperan dan bertugas menyediakan jasa kliring dan menjamin penyelesaian sementara yang bertindak
sebagai LPP yaitu PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian
pasar modal Indonesia yang dapat mengeluarkan peraturan yang terkait dengan penitipan kolektif dan penyelesaian
transaksi efek.
Dalam kesempatan itu, Rektor Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno yang membuka kegiatan seminar, juga
menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), serta Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan PT Sinarmas Sekuritas tentang pembentukan Pojok BEJ Three in One di Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya. [nik]
Download