BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Arus Kas 2.1.1.1 Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib disampaikan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek. Laporan arus kas berguna untuk menyajikan informasi yang relevan mengenai pengeluaran dan pendapatan yang berhubungan dengan kas dalam satu periode akuntansi pada perusahaan. Stice et al. (2007) memberikan definisi laporan arus kas sebagai berikut, A statement of cash flow explains the change during period in cash and cash equivalent. Sedangkan menurut Kieso et al. (2014) menyatakan definisi laporan arus kas sebagai berikut, The primary purpose of the statement of cash flow is to provide relevant information about the cash receipts and cash payment of an enterprise during a period. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas merupakan laporan utama yang menyajikan informasi mengenai penerimaan kas, pembayaran kas, dan hasil perubahan dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan pada suatu periode tertentu. 12 2.1.1.2 Tujuan Laporan Arus Kas Tujuan utama dari laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas di suatu perusahaan selama satu periode akuntansi. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, laporan arus kas melaporkan dari tiga kegiatan, yaitu: kas yang mempengaruhi kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan dalam suatu periode. Menurut FASB (financial accounting standar board) mengusulkan laporan arus kas digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya untuk menilai hal-hal berikut: 1. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang memungkinkan untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidak pastian arus kas di masa depan. 2. Kemampuan untuk membayar dividen dan memenuhi kewajibannya. Jika perusahaan tidak mempunyai jumlah kas yang cukup, maka terdapat kemungkinan gaji karyawan tidak dapat dibayar, kewajiban tidak dapat dipenuhi, dividen tidak dapat dibayar, dan peralatan tidak dapat dibeli. Laporan arus kas menunjukkan bagaimana kas digunakan dan dari mana kas itu berasal. Karyawan, kreditor, pemegang saham dan pelanggan memiliki kepentingan dengan laporan ini, karena menunjukkan arus kas yang terjadi dalam perushaan. 13 3. Alasan perbedaan antara laba bersih dan arus kas operasi. Laba bersih memberikan informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan bisnis dari suatu periode ke periode lainnya. 4. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan non kas selama satu periode. Dengan memeriksa kegiatan investasi perusahaan (pembelian dan penjualan aset selain dari produknya) dan kegiatan pembiayaan (peminjaman dan pelunasan pinjaman, investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik), seorang pembaca laporan keuangan dapat memahami dengan lebih baik mengapa aset dan kewajiban bertambah selama satu periode. Sedangkan tujuan laporan arus kas menurut Kieso et al. (2014) adalah, To provide information about cash receipt and cash disbursements during the period of the entity. Another aim is to provide information about the operating, investing, and financing entity on the basis of cash. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan arus kas adalah menyediakan informasi mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dalam satu periode akuntansi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pihak yang menggunakannya untuk mengetahui perubahan arus kas di masa yang akan datang. 2.1.1.3 Komponen Laporan Arus Kas Laporan arus kas mengklasifikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari tiga aktivitas utama, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. 14 1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban, kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk dapat melanjutkan usahanya. Definisi menurut Stice et al. (2007) adalah, Operating activities include those transaction and events associated with ekspenses that enter into determination of net income. Definisi aktivitas operasi menurut Kieso et al. (2014) adalah, Operating activities involve the cash effects of transaction that enter into the determination of net income, such as cash receipts form sales of goods and services and cash payments to suppliers and employees for acquisitions of inventory and expense Sedangkan menurut PSAK No.2 Tahun 2015 aktivitas operasi adalah, jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan dari luar. Beberapa contoh aktivitas operasi menurut PSAK No.2 Tahun 2015, antara lain: 1. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa. 2. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. 3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. 15 4. Pembayaran kas kepada karyawan. 5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya. 6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. 2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Menurut Kieso et al. (2014), arus kas dari aktivitas investasi adalah, Investing activities generally involve non-current assets and include (a) making and collecting loans, and (b) acquiring and disposing of investments and productive long lived assets. Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan investasi termasuk membuat dan mengumpulkan pinjaman, mendapatkan dana, melepaskan atau menjual investasi (baik hutang atau ekuitas) dan properti, bangunan serta peralatan. Menurut PSAK No.2 Tahun 2015, aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Beberapa contoh aktivitas investasi menurut PSAK No.2 Tahun 2015, antara lain: 1. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri. 16 2. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan perlatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya. 3. Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain. 4. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). 5. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts, kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. 3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Pengertian arus kas dari aktivitas pendanaan menurut Kieso et al. (2014), Financing activities involve liability and equity items and include (a) obtaining cash from creditors and repaying the amounts borrowed, and (b) obtaining capital from owners and providing them with a return on, and a return of, their investment. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa aktivitas pendanaan melibatkan kewajiban dan ekuitas serta mencakup (a) perolehan sumber daya dari pemilik dan menyediakan laba atas investasi mereka dan (b) peminjaman uang dari kreditur dan membayar jumlah yang dipinjam. Sedangkan menurut PSAK No.2 Tahun 2015, pengertian aktivitas pendanaan adalah: aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta kompensasi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Beberapa contoh dari aktivitas pendanaan menurut PSAK No.2 Tahun 2015, antara lain: 17 1. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya. 2. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan. 3. Penerimaan dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, dan pinjaman lainnya. 4. Pelunasan pinjaman. 5. Pembayaran kas oleh penyewa untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. 2.1.1.4 Pelaporan Arus Kas Menurut Kieso et al. (2014) menyatakan bahwa, perusahaan harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Terdapat empat langkah dalam pelaporan arus kas, yaitu: 1. Menentukan kas bersih yang disediakan atau digunakan untuk aktivitas operasi. 2. Menentukan kas bersih yang disediakan atau digunakan untuk aktivitas investasi dan pendanaan. 3. Menentukan kenaikan atau penurunan kas selama periode tersebut. 4. Merekonsiliasikan perubahan kas diawal dan diakhir. Perusahaan menyajikan laporan arus kas dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Dalam laporan arus kas, klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk 18 menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan, dan terhadap jumlah kas maupun setara kas. 1. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi Menurut PSAK No. 2 Tahun 2015, perusahaan melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut: a. Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. b. Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengkoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok untuk penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari; catatan akuntansi perusahaan, atau penyesuaian penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk: a. Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan. b. Pos bukan kas lainnya, dan c. Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. 19 Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh: a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan. b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam laba atau rugi konsolidasi. c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sebagai alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan laba rugi serta perubahaan dalam persediaan, putang usaha, dan utang usaha selama periode Tabel 2.1 Laporan Arus Kas Metode Langsung Arus kas dari aktivitas operasi Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan Kas yang dihasilkan operasi Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas operasi Arus kas untuk aktivitas investasi Akuisisi entitas anak x dengan kas Pembelian aset tetap Hasil dari penjualan peralatan Penerimaan bunga Penerimaan dividen xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx 20 Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas pendanaan Hasil dari penerbitaan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran utang sewa pembiayaan Pembayaran dividen Arus kas dari (untuk) aktivitas pendaan xx xx xx xx xx xx Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode xx xx xx Sumber : PSAK No.2 Tahun 2015 Tabel 2.2 Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung Arus kas dari aktivitas operasi Laba sebelum pajak Penyesuian untuk: Penyusutan Kerugian selisih kurs Pendapatan investasi Beban bunga Kenaikan/penurunan piutang usaha dan piutang lainnya Penurunan/kenaikan persediaan Kas yang dihasilkan dari operasi Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas operasi Arus kas untuk aktivitas investasi Akuisis entitas anak X dengan kas Pembelian aset tetap Hasil dari penjualan perlatan Penerimaan bunga Penerimaan dividen Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas investasi Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx xx Xx Xx Xx Xx Xx xx 21 Arus kas dari aktivitas pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran utang sewa pembiayaan Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas pendanaan xx xx xx xx Kenaikan besih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode xx xx xx Sumber : PSAK No.2 Tahun 2015 Tabel 2.3 Format Laporan Arus Kas Metode Langsung Cash flows from operating activities Cash collected from revenues XX Cash payment from expenses XX XX Income before income taxes XX Cash payment for income taxes XX Net cash provided by operating activities Sumber : Donald E.Kieso, Weygant, dan Warfield (2014) Sedangkan perbedaan format arus kas dengan metode tidak langsung sebagai berikut: 22 Tabel 2.4 Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung XX Net income Adjustment to reconcile net income to net cash provided by operating activities Increase in account receivable XX Increase in account payable XX Net cash provided by operating activities XX XX Sumber : Donald E.Kieso, Weygant, dan Warfield (2014) 2. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan Menurut PSAK No. 2 Tahun 2015, perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada pelaporan arus kas atas dasar arus kas bersih, yaitu: a. Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih Arus kas berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan berikut ini dijelaskan menurut arus kas bersih: 1. Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan dari pada aktivitas perusahaan, dan 2. Penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat, volume transaksi yang benar, dan dengan jangka waktu singkat. Beberapa contoh penerimaan kas dan pembayaran kas adalah: 23 1. Penerimaan dan pembayaran rekening giro. 2. Dana pelanggan yang dikelola oleh perusahaan investasi. 3. Sewa yang ditagih oleh pengelola dan selanjutnya disetor kepada pemilik properti. 2.1.2 Laba 2.1.2.1 Pengertian Laba Menurut Soemarso (2004) menyatakan bahwa, laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Menurut Syafri (2002) menyatakan bahwa, laba adalah perbedaan antara revenue yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan (2008), laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan beberapa indikator (beberapa diantaranya mengarah kepada hal yang berbeda). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih antara pendapatan yang dihasilkan perusahaan atas beban yang terjadi selama suatu periode tertentu. Besar kecilnya laba ditentukan oleh perusahaan, oleh karena itu, laba merupakan alat yang tepat untuk mengukur prestasi dari pimpinan dan manajemen perusahaan atau dengan kata lain efektivitas dan efisiensi dari suatu perusahaan secara garis besar dapat dilihat dari laba (profit) yang diperoleh. 24 2.1.2.2 Pengukuran Laba Ada dua pendekatan pengukuran laba, yaitu: 1. Pendekatan Transaksi (transacsional approach) Pendekatan transaksi merupakan pendekatan konvensional yang digunakan oleh akuntan dalam mengukur laba. Pendekatan ini meliputi pencatatan perubahan penilaian asset dan liability yang merupakan akibat dari adanya transaksi baik yang bersifat internal maupun eksternal. Prosedur umum dalam pendekatan ini adalah mencatat pengukuran dan penilaian revenue dan expenses yang didapat dari transaksi dan membandingkannya selama periode tertentu. Pendekatan transaksi ini mempunyai beberapa keuntungan, seperti yang dikemukanan oleh Hendriksen (2000): a. Komponen laba bersih dapat diklarifikasi dengan beberapa cara seperti menurut produk atau kelompok pelanggan, guna memperoleh informasi yang lebih berguna bagi manajemen. b. Laba yang timbul dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari sebabsebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh laba tersebut dapat diukur. c. Pendekatan ini memberikan dasar untuk penentuan jenis serta kuantitas aktiva dan kewajiban yang ada pada akhir periode. d. Efisiensi bisnis mensyratkan pencatatan transaksi eksternal untuk tujuantujuan lain. e. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling melengkapi agar dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam atas data yang mendasar. 25 2. Pendekatan Aktivitas (activities approach) Pendekatan aktivitas merupakan pendekatan laba yang lebih memfokuskan pada deskripsi aktivitas dari perusahaan, laba diasumsikan diperoleh dari aktivitas tertentu perusahaan, misalnya pada saat perencanaan, pembelian, produksi, dan proses penjualan. Perbedaan utama dengan pendekatan transaksi adalah pendekatan aktivitas berdasarkan pada konsep aktivitas dunia nyata atau peristiwa secara garis besar, sedangkan dalam pendekatan transaksi berdasarkan proses pelaporan yang mengukur peristiwa eksternal yaitu transaksi. Pendekatan aktivitas juga memilki keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Hendriksen (2000) pendekatan ini memungkinkan pengukuran beberapa konsep laba yang berbeda-beda yang dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda. 2.1.2.3 Kegunaan Laba Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama setiap badan usaha. Informasi mengenai laba perusahaan merupakan informasi yang penting, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Laba mempunyai peran yang penting antara lain: 1. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pajak 2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran dividen kepada pemegang saham. 3. Laba dijadikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan. 26 4. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya dimasa yang akan datang 5. Laba dijadikan dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi Tujuan pelaporan laba menurut Hendriksen (2000): Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba haruslah merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal. Karena laba akuntansi didasarkan pada konsep seperti realisasi pendapatan dan konsep penandingan beban dengan pendapatan, maka umumnya dianggap bahwa kegiatan utama perusahaan secara keseluruhan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Tujuan khususnya, yaitu sebagai pengukuran efisiensi manajemen, untuk meramalkan kondisi usaha dan distribusi dividen di masa yang akan datang, dan sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang. 2.1.2.4 Laba Kotor Menurut Nurhadi (2013) laba kotor merupakan keuntungan perusahaan dari penjualan barang dagangan sebelum dikurangi beban operasional, seperti gaji, sewa, dan biaya pengiriman. Laba kotor mudah dihitung dan dapat menyediakan informasi mengenai peforma suatu perusahaan. Selain itu menurut Kieso et al. (2014) yang dimaksud dengan laba kotor adalah, Gross profit is the profit eaned from net sales minus cost of good sold (COGS).. 27 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa laba kotor adalah hasil dari penjualan bersih yang dikurangi dengan harga pokok penjualan. Laba kotor menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febrianto (2005) menjelaskan bahwa, Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekining cost barang terjual menentukan daya saing produk dipasar. Manajemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk cost barang terjual pun relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jikapun ada itu hanya pilihan antara FIFO dan LIFO yang didalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir cost barang terjuang. Dalam laporan laba rugi, laporan laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan angka laba lainnya. Karena semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. 2.1.3 Saham 2.1.3.1 Pengertian Saham Untuk memberdayakan kelebihan kas yang menganggur, agar memberikan keuntungan banyak bagi investor yang menanamkan modalnya kedalam surat berharga seperti obligasi dan saham. Investasi dalam saham merupakan aktiva bagi investor, investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh dividen dan menjual saham dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saat membeli saham tersebut, yang disebut dengan capital gain. Ada pula beberapa investor lainnya yang melakukan investasi dalam saham dengan tujuan untuk 28 mempengaruhi atau yang mengandalkan suatu perusahaan. Menurut Rusdin (2008) saham merupakan, sertifikasi yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Menurut Sitompul (2000) saham merupakan, bukti kepemilikan suatu perusahaan, dimana bukti kepemilikan ini terkait dalam dua bentuk yaitu saham yang atas nama pemiliknya dan saham yang tidak mencantumkan nama pemiliknya. Sedangkan menurut Gitman (2003) menyataka bahwa, A firm can obtain equity, or ownership, capital by selling either common or pefered stock. All corporation initiallity issue common stock to raise equity capital. Some of these firm later issue either additional common stock or preferred stock to raise more equity capital. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham memiliki nilai nominal oleh karena itu memiliki nilai ekonomi. Karena memiliki nilai ekonomi, maka saham dapat diperjual belikan. Tingkat kepemilikian seseorang terhadap perusahaan dapat dilihat dari seberapa banyak lembar saham yang dimiliki oleh seseorang tersebut, semakin banyak lembar saham yang dimiliki maka semakin besar tingkat kepemilikan dalam perusahaan tersebut. 2.1.3.2 Jenis Saham Menurut Rusdin (2008), jenis saham dibedakan menjadi dua bagian, yang pertama saham berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dan saham berdasarkan cara peralihannya. 29 1. Saham berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham Menurut Rusdin (2008), saham berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemegang saham dibagi kedalam dua bagian, yaitu: a. Saham Biasa (Common Stock) Merupakan jenis saham yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga jenis yang paling populer di pasar modal. Menurut Kieso et al. (2014) sebuah saham biasa mewakili kepemilikan ekuitas di perusahaan dan memberikan hak kepada pemilik untuk pemungutan suara dalam rapat umum pemegang saham. Saham biasa memiliki kareakteristik sebagai berikut: 1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. 2. Hak suara proposional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 3. Hak tanggung jawab terbatas. 4. Hak memesan saham terlebih dahulu sebelum saham ditawarkan kepada masyarakat. b. Saham Istimewa (Preferen Stock) Saham istimewa adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa, jenis saham ini juga sering juga disebut dengan sekuritas campuran. Menurut Kieso et al. (2014) saham istimewa adalah saham dengan kelas khusus yang memiliki beberapa preferensi atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. 30 Dibandingkan dengan saham biasa, saham istimewa mempunyai beberapa preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa terutama dalam hal pembagian dividen dan pembagian kekayaan. Akan tetapi dilain pihak, pemegang saham istimewa juga ada kelemahannya dibandingkan dengan pemegang saham biasa, karena pemegang saham istimewa tidak mempunyai hak suara dan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Karakteristik saham istimewa adalah: 1. Pembayaran dividen tetap. 2. Hak klaim lebih dulu dibandingkan dengan saham biasa apabila perusahaan dilikuidasi. 3. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa. 4. Memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. 2. Saham berdasarkan cara peralihan Menurut Rusdin (2008), saham berdasarkan cara peralihan dibagi kedalam dua bagian, yaitu: a. Saham Atas Unjuk Saham atas unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya, oleh karena itu kualitas kertas lembar saham dibuat spesifik agar sulit untuk dipalsukan. Dalam saham jenis ini pada sertifikatnya tidak tercantum nama pemilik saham sehingga apabila saham ini akan dijual oleh pemiliknya akan mudah dalam pelaksanaannya. 31 b. Saham Atas Nama Saham atas nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan nama ini akan tercantum dalam buku perseroan sehingga apabila terjadi pemindahan saham atas nama maka harus menempuh prosedur tertentu yang harus dipenuhi. Saham ini mempunyai tingkat keamanan yang tinggi sebab sudah tercantum dalam buku perusahaan. 2.1.3.3 Keuntungan dan Risiko Saham 1. Keuntungan yang diterima pemilik saham Menurut Vinda (2014), keuntungan yang menjadi daya tarik investasi saham adalah menerima dividen dan mendapatkan capital gain. a. Dividen Dividen adalah keuntungan yang diberikan perushaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. Agar investor berhak mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu tertentu, sehingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai yaitu uang atau dividen saham dimana pemegang saham mendapatkan jumlah saham tambahan sesuai porsi saham yang dimiliki. 32 b. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham pada saat transaksi. Capital gain terbentuk karena aktivitas perdagangan di pasar sekunder. Di pasar sekunder tersebut, harga saham sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Faktor nilai saham yang dihitung berdasarkan aset perusahaan belum tentu berpengaruh banyak pada harga asli saham di pasar modal karena ada faktor lain yang mempengaruhi, seperti spekulasi, sentimen pasar, ekspansi, dan potensi perusahan dimasa depan, peraturan pemerintah dan pemegang kendali manajemen perusahaan. 2. Risiko Saham Menurut Vinda (2014), saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high return, artinya mempunyai peluang keuntungan yang tinggi namun memiliki potensi risiko yang tinggi pula. Saham memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, antara lain: a. Capital Loss Capital loss merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Sebagai contoh, saham PT.A dibeli oleh seorang investor dengan harga beli Rp.2000,- per lembar saham, kemudian harga saham mengalami penurunan harga saham sehingga harga saham 33 tersebut menjadi Rp.1500,- per lembar saham. Investor yang membeli saham tersebut mengambil keputusan untuk menjual kembali saham yang dibelinya karena takut harga saham tersebut semakin menurun, sehingga investor menjual saham tersebut pada harga Rp.1500,- sehingga mengalami kerugian sebesar Rp.500,- per lembar saham. Kerugian tersebut dinamakan capital loss. b. Risiko Likuidasi Perusahaan yang dinyatakan bangkrut atau perusahaan tersebut dibubarkan disebut dengan likuidasi. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi. Jika terdapat sisa dari penjualan kekayaan perusahaan untuk melunasi kewajiban perusahaan, maka sisa tersebut dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang saham. Apabila tidak terdapat sisa dari penjualan kekayaan perusahaan untuk melunasi kewajiban, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham, untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. 2.1.3.4 Harga Saham Harga saham adalah nilai dari suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa. Semakin banyak investor yang ingin membeli saham, maka harga 34 saham tersebut akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual saham, maka harga saham tersebut akan semakin menurun. Perubahan harga saham ini merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh investor yang terlibat dalam pasar modal, atau pun manajemen perusahaan publik yang sahamnya diperjual belikan di pasar modal, sebab indikasi harga saham dapat pula dijadikan ukuran nilai suatu perusahaan. Menurut Triyono dan Hartono (2000), ada beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu: 1. Nilai Buku Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Untuk menilai nilai buku suatu saham diperlukan beberapa nilai yang berhubungan dengan nilai buku tersebut, diantaranya: a. Nilai nominal (par value), yaitu nilai dari suatu saham yang merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk setiap lembar saham. b. Agio saham, merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal seharusnya. c. Nilai modal disetor (paid in capital), merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa. d. Saldo laba (retained earning), merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. e. Nilai buku per lembar saham, menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. 35 2. Nilai Pasar Merupakan harga dari saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan saham di pasar bursa. 3. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik bisa disebut juga nilai fundamental, merupakan nilai yang seharusnya atau sebenarnya dari suatu saham yang di perdagangkan. Dua macam analisis yang digunakan untuk menentukan nilai intrinsik dari saham adalah analisis sekuritas fundamental dan analisis teknikal. 2.1.3.5 Penilaian Harga Saham 1. Analisis Fundamental Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012), analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa indikator yang umum digunakan, antara lain: pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data keuangan lainnya sebagai sarana 36 untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. 2. Analisis Teknikal Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012), analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham ke depan. Analisis teknikal atau sering disebut chartist percaya bahwa perkembangan atau kinerja saham dan pasar di masa lalu merupakan cerminan kinerja di masa depan. 2.1.3.6 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Vinda (2014), secara grafis faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Pengaruh Eksternal Menurut Vinda (2014), pengaruh eksternal dibagi kedalam lima bagian, yaitu: a. Penawaran dan Permintaan Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh interaksi antara penawaran dan permintaan. Jumlah penawaran dan permintaan tersebut akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari permintaan, pada umumnya harga saham akan mengalami penurunan dan begitu pula sebaliknya. 37 Kekuatan pasar juga dapat dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang merencanakan investasi jangka pendek maupun jangka panjang, perlu diketahui tingkat likuidasi suatu efek dan posisinya di suatu pasar, apakah efek tersebut banyak diminati masyarakat atau tidak. b. Tingkat Efisiensi Pasar Modal Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat harga baru tercermin dalam sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Penyampaian informasi yang sangat sempurna menghalangi investor manapun untuk memperoleh laba ekonomi yang didapat dengan cara memanipulasi informasi yang ada. c. Tingkat Risiko Ada tiga tingkat risiko yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa, yaitu: 1. Risiko negara (country risk), merupakan risiko secara umum dalam melakukan investasi di suatu negara. Keadaan negara yang stabil akan memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan keadaan negara yang stabil. 2. Risiko pasar (market risk), merupakan suatu risiko perusahaan yang bergerak pada suatu pasar tertentu. Pasar yang telah dipenuhi oleh pemain pasar akan lebih berisiko dari pada pasar yang lebih sedikit pemainnya. 3. Risiko perusahaan (company risk), terdiri dari risiko usaha dan risiko keuangan. Risiko usaha adalah risiko yang harus dihadapi jika 38 perusahaan menggunakan modal ekuitas tanpa membuka utang. Risiko keuangan merupakan risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham karena perusahaan menggunakan dana dari luar. d. Tingkat Inflasi Suatu Negara Tingkat pengembalian investasi atas saham disebut sebagai tingkat pengembalian nominal. Namun tingkat pengembalian tersebut tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena ada pengaruh dari faktor inflasi. Tingkat pengembalian normal setelah dikurangi tingkat inflasi merupakan tingkat pengembalian investasi yang rill dan benar-benar diperoleh investor. e. Tingkat Pajak Pada sejumlah negara, terdapat pengenaan pajak terhadap capital gain yang diperoleh investor dengan tarif yangrelatif tinggi. Hal ini akan menjadi pertimbangan investor dalam melakukan investasinya. Di Indonesia, pajak atas transaksi di bursa ditetapkan pada saat penjualan dan dibayar dimuka tanpa melihat keuntungan dan kerugian atas investasi tersebut. 2. Perilaku Investor Investor yang masuk ke bursa memiliki berbagai motif dan tujuan dalam melakukan investasinya. Jika ditinjau dari segi tujuannya, investor dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 39 a. Investor yang bertujuan memperoleh dividen. Kelompok ini mencari perusahaan yang sudah sangat stabil, harapan kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen yang cukup dan sudah terjamin setiap tahunnya. b. Investor yang bertujuan berdagang. Kelompok ini dalam membeli saham bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual saham tersebut. c. Investor yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan. Bagi kelompok ini, yang penting adalah keikutsertaan mereka sebagai pemilik perusahaan. Para investor ini cenderung memilih saham yang sudah memiliki nama baik. Kelompok ini tidak aktif dalam perdagangan bursa. d. Investor yang bertujuan spekulasi. Kelompok investor ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang, tetapi diyakini akan berkembang baik. Pada umumnya kegiatan pasar modal, para spekulator memiliki peranan untuk meningkatkan aktifitas pasar sekaligus meningkatkan likuidasi saham. 3. Kinerja Keuangan Emiten Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena kinerja 40 keuangan emiten merupakan faktor yang paling objektif dan cukup representatif untuk menggambarkan harga saham perusahaan. Kinerja keuangan emiten sering diukur dengan menggunakan informasi keuangan yang dihasilkan selama satu periode tertentu yang tercermin pada laporan keuangannya. Informasi keuangan inilah yang sering digunakan investor untuk menilai harga saham dan membantu dalam pengambilan keputusan investasi. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu NO 1 2 PENELITI Naimah Zaroh (2000) Triyono dan JUDUL VARIABEL VARIABEL X Y Kandungan Informasi Laba Akuntansi dan Arus Kas Terhadap Harga Saham. Laba Akuntansi Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas Informasi Arus Kas HASIL PENELITIAN Harga Saham Laba akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Total arus kas memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Harga Saham Laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Total Informasi Arus Kas Komponen Arus Kas 41 Jogiyanto (2000) 3 4 Rahmat Febrianto dan Erna Widiastuty (2005) Novy Budi Adiliawan (2010) dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham. Komponen Arus Kas Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana Yang Lebih Bermakna Bagi Investor Laba Kotor Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba Kotor Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia) Laba Kotor Return Saham arus kas memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Return Angka laba kotor lebih mampu memberikan perspektif baru bahwa hubungan antara laba dengan harga saham. Laba Akuntansi Abnormal Laba Operasi Laba Bersih Komponen Arus Kas Harga Saham Secara parsial arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba kotor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap harga saham 42 5 6 7 Indra Lesmana (2011) Mirza Nurul Huda (2013) Pengaruh Arus Informasi Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham (Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdafdar di BEI) Informasi Arus Kas Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba Kotor Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food and Baverage di Bursa Efek Indonesia) Arus Kas Operasi Ngolu Jeni Analisis Tampubol Pengaruh on (2013) Laba Kotor, Dividen Kas, dan Financial Leverage Terhadap Harga Harga Saham Secara parsial, perubahan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh aktivitas investasi. Secara parsial laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, informasi arus kas dan laba akuntansi berpengaruh signifkan terhadap harga saham. Harga Saham Secara parsial arus kas (arus kas operasi, investasi, pendanaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan laba kotor berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham Harga Saham Secara Parsial laba kotor dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham. Laba Akuntansi Arus Kas Investasi Arus Kas Pendanaan Laba Kotor Laba Kotor Dividen Kas Secara parsial dividen kas 43 Saham Pada Financial Perusahaan Leverage Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 8 9 Evi Mutia (2012) Vicky Oktavia (2010) Pengaruh Informasi Laba dan Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode Agustus 2008 s/d Februari 2009 Laba Akuntansi Analisis Pengaruh Total Arus Kas, Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Total Arus Kas berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan laba kotor, dividen kas, dan financial leverage berpengaruh terhadap harga saham. Harga Saham Laba akuntansi, komponen arus kas dari aktivitas invetasi dan pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan komponen arus kas dari aktivitas operasi dan total arus kas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Harga Saham Secara parsial total arus kas, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Komponen Arus Kas Total Arus Kas Arus Kas Operasi 44 Saham (Studi Pada Saham LQ 45 Periode 2002-2004) Arus Kas Investasi Arus Kas Pendanaan Laba Akuntansi 2.3 Secara simultan total arus kas, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, dan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kerangka Pemikiran Laporan keuangan berisi mengenai informasi keuangan perusahaan selama satu periode. Laporaan laba rugi serta laporan arus kas menjadi dua laporan yang penting bagi para pengguna laporan keuangan terutama para investor. Laporan laba rugi akan memperlihatkan kinerja perusahaan dalam satu periode dalam mengoptimalkan laba dari penjualan barang atau jasa, sedangkan laporan arus kas akan memperlihatkan aliran kas dan setara kas dalam satu periode dan akan memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam mengelola kas seoptimal mungkin. Laba serta arus kas akan menjadi pertimbangan investor dalam melakukan investasi pada perusahaan, laba yang tinggi serta arus kas yang memadai akan memberikan penilaian kinerja perusahaan yang baik bagi investor, dan hal ini akan membuat investor tertarik dengan saham perusahaan tersebut. Ketertarikan investor terhadap saham akan berdampak pada harga saham yang cenderung meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibutuhkan suatu kerangka pemikiran. 45 2.3.1 Pengaruh Laba Kotor Terhadap Harga Saham Laba mencerminkan informasi kinerja perusahaan yang dilihat oleh investor dalam pengambilan atas saham yang dimilikinya. Dalam Simamora (2000) menyatakan bahwa, Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut, dengan demikian harga saham yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin meningkat, sehingga retur saham akan meningkat pula. Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya barang terjual. Biaya barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan, yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biayabiaya langsung yang berhubungan dengan pembuatan produk tersebut dikelompokkan sebagai biaya barang terjual. Bagi perusahaan dagang, biaya barang terjual ini akan terdiri dari biaya harga beli dan biaya yang dikeluarkan untuk menjadikan barang tersebut siap jual. Febrianto (2005) dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh investor dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga angka laba tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dengan harga saham. Laba kotor lebih terkendali oleh manajeman karena rekening biaya barang terjual menentukan daya saing produk di pasar. Manajemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk biaya barang terjual pun relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jika pun ada itu hanya pilihan antara FIFO dan 46 AVERAGE yang didalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir biaya barang terjual. Metode ABC dan Just In Time misalnya adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan biaya barang terjual. Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan angka laba lainnya. Menurut Febrianto (2015), karena semakin rinci perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. 2.3.2 Pengaruh Total Arus Kas Terhadap Harga Saham Menurut Kieso et al. (2014), Informasi yang diberikan oleh laporan arus kas membantu investor, kreditor, dan pihak lain untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas bersih masa depan, menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban dan kemampuannya membayar dividen, menilai alasan perbedaan antara laba bersih dan penerimaan dari aktivitas operasi, dan menilai pengaruh pada posisi keuangan suatu perusahaan dari transaksi investasi, pendanaan kas, dan kas lainnya dalam satu periode. Arus kas yang meningkat memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki kemampuan besar untuk memenuhi keinginan para investor. Peningkatan arus kas dari tahun ke tahun menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam investasi semakin meningkat seperti membeli aset untuk meningkatkan laba dan menjalankan kegiatan operasi di masa yang akan datang, serta kemampuan 47 membayar dividen yang meningkat. Hal ini menjadikan pasar bereaksi akan permintaan dan penawaran saham. Sehingga peningkatan arus kas akan berdampak pada peningkatan harga saham. Penelitian dari Triyono dan Hartono (2000) menguji apakah total arus kas mempunyai kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga dan return saham. Hasil peneliatian mereka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara total arus kas dengan harga dan return saham. Sedangkan menurut Irianti dan Endang (2008) menyatakan bahwa total arus kas berpengaruh secara signifikan dengan harga saham. Hasil penelitian yang senada juga dikemukakan oleh Naimah (2000) yang melakukan pengujian terhadap 53 perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang menyatakan bahwa total arus kan berpengaruh secara signifikan dengan harga saham. 2.3.3 Pengaruh Laba Kotor dan Total Arus Kas Terhadap Harga Saham Laporan laba rugi merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan, dalam laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu juga kita mengenal laba akuntansi yang secara keseluruhan memiliki tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi keuangan, terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham selalu menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang sekali yang menggunakan angka laba kotor. 48 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.1 Tahun 2015 menyatakan bahwa, tujuan laporan keuangan memberi informasi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laba mencerminkan informasi kinerja perusahaan yang dilihat oleh investor dalam pengambilan atas saham yang dimilikinya (Brigham dan Houston, 2010). Maka dengan begitu laba bukannya hanya penting bagi pihak manajemen tetapi bagi pihak investor juga penting. Semakin tinggi laba perusahaan maka investor akan semakin tertarik dengan saham pada perusahaan tersebut. Dalam laporan laba rugi terdapat laba kotor, laba kotor dihasilkan dari selisih pendapatan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Febrianto (2005) dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh investor dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga angka laba tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dengan harga saham. Selain laporan laba rugi, laporan arus kas menjadi laporan yang penting pula bagi investor, kreditur, dan pihak lain yang berkepentingan. Laporan arus kas yang memberikan gambaran mengenai kondisi kas dan setara kas suatu perusaan dalam satu periode tertentu. Laporan ini memberikan informasi mengenai transaksi dari tiga aktivitas, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Arus kas yang meningkat memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki kemampuan besar untuk memenuhi keinginan para investor. Arus kas 49 yang meningkat menunjukan bahwa perusahaan mampu mengelola kas dengan baik, serta memiliki kemampuan untuk memberikan retur saham bagi investor. Dengan return saham yang meningkat, maka pasar akan beraksi terhadap permintaan dan penawaran saham. Hasil penelitian yang senada juga dikemukakan oleh Naimah (2000) yang melakukan pengujian terhadap 53 perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang menyatakan bahwa total arus kan berpengaruh secara signifikan dengan harga saham. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bawa informasi yang terkandung dalam arus kas dan laba kotor sering dijadikan acuan bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Semakin baik kandungan informasi yang terkandung dalam arus kas dan tingginya laba yang diperoleh perusahaan, maka akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham dan akan berimbas pada meningkatnya harga saham perusahaan tersebut. Dari landasan teori yang telah di uraikan sebelumnya, berikut ini gambaran kerangka teoritis yang merupakan alur pikir peneliatian. 50 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Laba Kotor (X1) Harga Saham (Y) Total Arus Kas (X2) 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Laba kotor berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H2 : Total arus kas berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H3 : Laba kotor dan total arus kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.