asertivitas dalam pemilihan studi lanjut siswa kelas xii sma ditinjau

advertisement
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
Salindri Kusumastuti
[email protected]
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Siti Nurina Hakim
Abstrak
Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh
siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyebabnya antara lain
rendahnya perilaku asertif, ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, dan
keterpaksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua
dan melihat perbandingan asertivitas antar pola asuh. Peneliti menggunakan
metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu yang berjumlah 113 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dan
menggunakan empat kelas sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian antara lain : Skala Asertivitas, dan Skala
Pola Asuh Orangtua. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Anova Satu
Jalur.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter.
Perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi
lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Tidak ada
perbedaan signifikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh
otoriter dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hasil tersebut, maka orangtua
disarankan untuk menerapkan pola asuh demokratis kepada anak agar anak dapat
berperilaku asertif. Meningkatkan asertivitas dengan aktif berkomunikasi pada
orang lain tentang perasaan dan pemikiran yang dimiliki. Peneliti selanjutnya
akan meneliti tentang asertivitas sebaiknya menambahkan faktor lain seperti
kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya.
Kata kunci : asertivitas dalam pemilihan studi lanjut, pola asuh orangtua
(demokratis, otoriter, permisif)
v
Kemampuan seseorang secara
PENDAHULUAN
Saat ini masih terdapat orang orang
tidak
jujur
dan
terbuka
menyatakan
mampu
untuk
kebutuhan, perasaan maupun pikiran
pendapatnya
secara
apa adanya, mempertahankan hak
terbuka karena takut menyinggung
pribadi, serta menolak permintaan
perasaan
Misalnya
orang lain yang tidak diinginkan
mengemukakan pendapat saat diskusi
termasuk tekanan yang datang dari
perkuliahan yang tidak ada interaksi
suatu kelompok biasa disebut dengan
timbal balik antara mahasiswa dengan
asertivitas (Rathus dan Nevis dalam
dosen. Mahasiswa cenderung setuju
Hapsari, 2007). Seseorang dengan
dengan perkataan dosen tanpa adanya
perilaku asertif dapat mengurangi
upaya untuk menyanggah pendapat
atau menghilangkan kecemasan dan
tersebut. Selain itu, faktor lain seperti
meningkatkan rasa hormat serta harga
takut salah dan tidak disetujui oleh
diri.
orang
Zulkaida, 2005), kemampuan untuk
menyatakan
orang
lain
lain.
menjadi
penyebab
Menurut
Cawood
seseorang memendam perasaan dan
meminta
pendapatnya di dalam hati. Padahal
kepada orang lain, kemampuan untuk
dengan mengatakan pendapat dengan
menyatakan
jujur dan terbuka, seseorang dapat
positif
belajar untuk mengungkapkan ide
kemampuan untuk keputusan “ya”
yang ia punya dan mengetahui saran
atau “tidak”, dan kemampuan untuk
yang diberikan oleh orang lain.
memberikan kritik atau pujian kepada
1
informasi
atau
(dalam
perasaan,
maupun
bantuan
baik
yang
yang
negatif,
orang lain merupakan aspek-aspek
berpegang teguh pada pendiriannya.
dalam asertivitas.
Perbedaan
Salah
satu
contoh
pendapat
yang
terjadi
yang
antara anak dan orangtua tersebut
berkaitan dengan sikap asertif adalah
dapat menjadi konflik yang tak
pemilihan jurusan kuliah. Pemilihan
kunjung usai.
studi lanjut sering kali menjadi
Berita
permasalahan
yang
siswa
XII
okezone.com
oleh
(24/2/14), Educational Psychologist
baik
Sekolah
dari Integrity Development Flexibility
(SMA)
maupun
(IDF)
Irene
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
bahwa
terdapat
Beberapa
Indonesia salah jurusan saat kuliah.
kelas
Menengah
Atas
penyebab
ditemui
dari
siswa
salah
Guntur
87%
mahasiswa
memilih jurusan kuliah diantaranya
Psikolog
adalah belum mengetahui minat yang
menambahkan
diinginkan sehingga hanya ikut-ikutan
dampak dari salah jurusan adalah
teman saat mendaftar kuliah, hanya
meningkatnya jumlah penggangguran.
melihat prospek kerja yang bagus
Siswa yang salah memilih jurusan
namun tidak diimbangi dengan minat
kuliah saat bekerja yang tidak sesuai
yang ada, tergiur dengan peluang
dengan minat jurusannya maka hati
diterima salah satu fakultas tanpa
dan skill yang dimilikinya tidak akan
didasari
dan
berkembang.
kerap
Siswa
dengan
keterpaksaan.
memaksa
minat,
Orangtua
kehendaknya
namun
pilihan
banyak anak yang tetap keukeuh atau
pendidikan
mengatakan
studi
bahwa
dalam
pada
tersebut
salah
satu
menentukan
umumnya
memikirkan secara matang agar kelak
2
tidak kecewa. Siswa dituntut agar
N 1 Colomadu, ditemukan data
dapat
bahwa mereka mengaku sulit untuk
menyuarakan
pendapatnya
secara jujur dan terbuka agar orang
mengeluarkan
lain dapat mengetahui minat yang
siswa
mereka
dengan
inginkan
sehingga
dapat
pendapatnya.
cenderung
pilihan
Para
manut
(patuh)
orangtua
padahal
memberikan masukan yang efektif.
pilihan tersebut sebenarnya tidak
Pemilihan studi lanjut seharusnya
sesuai dengan keinginan mereka. Hal
melibatkan semua pihak seperti anak,
tersebut membuat para siswa tidak
orangtua,
Terdapat
sepenuh hati atau terpaksa dalam
beberapa cara yang dilakukan oleh
melanjutkan studinya sehingga hasil
para siswa, diantaranya berkonsultasi
yang diperoleh tidak maksimal. Jika
dengan orangtua, sharing atau tukar
para siswa tidak senang dengan
pendapat kepada teman, meminta
pilihan orangtua, seharusnya siswa
pendapat guru, dsb. Beberapa pilihan
tersebut
studi
memberikan argumen tentang pilihan
yang
dan
guru.
diminati
berdasarkan
dapat
informasi yang diperoleh dari guru,
mereka
teman maupun internet hendaknya
memaksakan kehendaknya.
langsung
dikomunikasikan
sehingga
menolak
orangtua
dan
tidak
pada
Pola asuh keluarga sangat
orangtua sehingga orangtua dapat
berperan dalam pembentukan sikap
memberikan
asertif
masukan
mengenai
pilihan studi tersebut.
bagi
remaja.
Pola
asuh
orangtua merupakan proses interaksi
Berdasarkan hasil wawancara
antara orangtua dengan anak yang
pada tiga orang siswa kelas XII SMA
bertujuan
3
untuk
membentuk
kepribadian anak. Menurut Hamidah
Hamidah (2002), menilai bahwa pola
(2002),
orangtua
asuh orangtua akan lebih tepat jika
mengharapkan anaknya menjadi anak
menggunakan persepsi anak tentang
yang baik sesuai dengan harapan
pola
orangtua
dan
orangtuanya. Cara untuk mengetahui
masyarakat pada umumnya., taat dan
persepsi pola asuh orangtua adalah
patuh pada nilai-nilai yang berlaku
meminta anak untuk memberikan
bagi masyarakat dan menjadi orang
penilaian
yang bermanfaat baik bagi dirinya,
kebiasaan dan sikap orangtua dalam
keluarganya, dan lingkungannya. Hal
mengasuh
ini
individu
hampir
pada
mendorong
setiap
khususnya
orangtua
untuk
memberikan yang terbaik kepada
asuh
kemampuan
pendapat
yang
diterima
terhadap
dirinya
yang
dari
kebiasaan-
yaitu
sebagai
mengasuh
secara
langsung.
anaknya berdasarkan pengetahuan,
pemahaman,
yang
Pola asuh orangtua dipandang
serta
sebagai
suatu
respon
yang
di
dimilikinya.
dalamnya terkandung suatu penilaian,
Sayangnya hal yang dianggap baik
kesan, pendapat ataupun perasaan
menurut orangtua belum tentu sesuai
anak
dengan keinginan anak. Hal tersebut
diberikan oleh orangtua. Jadi dapat
membuat orangtua bingung dalam
dikatakan
menghadapi perbedaan dengan anak
terhadap pola asuh orangtua tersebut
yang kemudian orangtua cenderung
sifatnya sangat subyektif. Faktor yang
memaksakan
lebih
kehendaknya
kepada
anak. Melihat kenyataan di atas maka
terhadap
pola
bahwa
asuh
persepsi
berpengaruh
yang
anak
terhadap
perkembangan anak adalah tidak
4
hanya pola asuhnya saja melainkan
pengendalian tingkah laku melalui
persepsi
kontrol eksternal. Pola asuh permisif
anak
tentang
cara
pengasuhan dari orangtua tersebut.
asuh
memiliki ciri-ciri kontrol orangtua
Menurut Hurlock (2000) pola
kurang, bersifat longgar atau bebas,
dibagi
anak
menjadi
tiga
yaitu
kurang
dibimbing
demokratis, otoriter, dan permisif.
mengatur
Pola asuh demokratis memiliki ciri-
menggunakan
ciri
diberi
diijinkan membuat keputusan sendiri
dan
dan dapat berbuat sekehendaknya
diantaranya
kesempatan
anak
untuk
mengembangkan
mandiri
kontrol
internal,
dirinya,
dalam
hampir
hukuman,
tidak
anak
sendiri.
anak diakui sebagai pribadi oleh
Penelitian dengan tema seperti
orangtua dan turut dilibatkan dalam
ini sebelumnya juga pernah dilakukan
pengambilan
yakni
keputusan,
serta
penelitian
dengan
judul
menetapkan peraturan serta mengatur
“Perbedaan Perilaku Asertif pada
kehidupan anak. Ciri-ciri pola asuh
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
otoriter anak harus tunduk dan patuh
Orangtua”
pada
skripsi oleh mahasiswa dari Fakultas
kehendak
orangtua,
yang dilakukan
pengontrolan orangtua pada tingkah
Psikologi
laku anak sangat ketat hampir tidak
Soegijapranata Semarang.
pernah
memberi
Katholik
sering
Berdasarkan hasil penelitian
jika
dari Sari (2007), menunjukkan bahwa
terjadi kegagalan memenuhi standar
remaja dengan pola asuh demokratis
yang telah ditetapkan orangtua, dan
lebih berperilaku asertif daripada
memberikan
pujian,
Universitas
untuk
hukuman
fisik
5
remaja dengan pola asuh otoriter dan
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu
permisif. Remaja dengan pola asuh
berjumlah
demokratis mempunyai sikap terbuka
pengambilan sampel yang digunakan
dan jujur kepada orang lain terhadap
dalam penelitian ini adalah cluster
permasalahan
random
yang
dihadapinya,
113
orang.
sampling
Teknik
yaitu
sedangkan remaja dengan pola asuh
pengambilan
otoriter memendam perasaan dan
sehingga didapatkan empat kelas
pikirannya kepada orang lain. Remaja
sebagai sampel penelitian ini. Alat
tersebut menjadi tertutup dan jarang
ukur
melakukan
mengungkap
orangtua
komunikasi
karena
takut
kepada
sampel
teknik
yang
secara
digunakan
acak
untuk
variabel-variabel
dimarahi.
penelitian ada dua macam alat ukur,
Remaja dengan pola asuh orangtua
yaitu Skala Asertivitas, dan Skala
permisif, bersikap sesuka hati tanpa
Pola
mempedulikan perasaan orang lain
menggunakan uji product moment
dan cenderung berperilaku agresif.
Pearson.
METODE PENELITIAN
berdasarkan
Asuh
Orangtua
Skala
ini
dengan
disusun
komponen-komponen
Penelitian ini menggunakan
asertivitas yang dikemukakan oleh
dua variabel, yaitu asertivitas dalam
Alberti dan Emmons (Wijaya, 2010)
pemilihan
variabel
studi
tergantung
lanjut
sebagai
yang terdiri dari: kesertaan, bertindak
dan
persepsi
menurut kebutuhan sendiri, membela
terhadap pola asuh sebagai variabel
diri
bebas.
perasaan,
Subjek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sendiri,
mengekspresikan
mempertahankan
hak
pribadi, dan tidak merugikan hak
6
orang lain. Terdapat 24 aitem valid
bergerak dari 0,353 sampai 0,774
dan 6 aitem gugur. Aitem valid
dengan koefisien reliabilitas Alpha
mempunyai
(α) sebesar 0,903.
correlation
sampai
corrected
bergerak
0,668
item-total
dari
dengan
0,396
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data
koefisien
dengan menggunakan teknik Anova
reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,868.
Satu Jalur diperoleh nilai F = 46,427
Skala Pola Asuh Orangtua
dengan p = 0,000 (p<0,01) yang
disusun berdasarkan aspek-aspek pola
menunjukkan bahwa hipotesis yang
asuh orangtua yang dikemukakan
diajukan pada penelitian ini diterima,
oleh Baumrind (Santrock, 2002) yaitu
kontrol
orangtua,
kedewasaan,
artinya
tuntutan
komunikasi
dari pola asuh orangtua. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari mean
Pola Asuh Orangtua milik Utik Maya
sebelumnya
empirik (ME) yang diperoleh pada
telah
masing-masing pola asuh orangtua
melakukan penelitian dengan judul
diantaranya pola asuh demokratis
Perbedaan Perilaku Asertif pada
sebesar 74,60; pola asuh otoriter
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
sebesar 51,50; dan pola asuh permisif
Orangtua pada tahun 2007. Terdapat
sebesar
28 aitem valid dan 4 aitem yang
gugur.
Aitem
corrected
valid
mempunyai
item-total
correlation
yang
pada siswa kelas XII SMA ditinjau
ini merupakan adaptasi dari Skala
yang
perbedaan
sangat signifikan dalam hal asertivitas
orangtua
dengan anak, dan pengasuhan. Skala
Sari
terdapat
53,00.
Santrock
(2002)
mengatakan bahwa penerapan pola
asuh orangtua berbeda-beda pada
setiap orangtua dan memberi dampak
7
perkembangan terhadap perilaku yang
pendapat dengan mendengar dan
muncul pada anak. Terdapat beberapa
menghargai
kombinasi pola asuh yang diterapkan
memberikan motivasi agar anak dapat
orangtua, namun salah satu pola asuh
bersosialisasi pada kegiatan yang ada
akan dominan daripada pola asuh
di lingkungan sekitar.
lainnya dan hampir bersifat stabil
sepanjang
waktu.
Orangtua
pendapat
anak
serta
Berdasarkan hasil uji beda dengan
akan
menggunakan Post Hoc Test dapat
memilih salah satu pola asuh yang
diketahui bahwa terdapat perbedaan
sesuai dan memiliki dampak yang
rata-rata asertivitas dalam pemilihan
baik bagi anak. Proses pembentukan
studi
perilaku asertif tidak terlepas dari
demokratis dengan pola asuh otoriter
pengaruh lingkungan tempat tinggal
sebesar 3,903 dengan p = 0,000
seperti keluarga maupun masyarakat
(p<0,01) yang menunjukkan adanya
sekitar.
merupakan
perbedaan yang sangat signifikan
komponen utama dan pertama yang
dalam hal asertivitas dalam pemilihan
diperlukan dalam penanaman perilaku
studi
asertif karena orangtua merupakan
demokratis dengan pola asuh otoriter.
sosok yang paling dekat dengan anak-
Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005),
anak. Penanaman sikap asertif dapat
orangtua
dilakukan dengan meningkatkan sikap
pengasuhan
keterbukaan
keluarga,
suasana yang kondusif bagi remaja
menumbuhkan rasa percaya diri dan
untuk bertingkah laku yang mandiri.
keberanian
Orangtua juga memberikan informasi
Orangtua
di
dalam
dalam
mengemukakan
8
lanjut
antara
lanjut
antara
yang
pola
pola
menerapkan
demokratis
asuh
asuh
gaya
membuat
dan alasan tentang hal-hal yang boleh
sebesar 2,785 dengan p = 0,000
dilakukan dan tidak boleh dilakukan
(p<0,01)
serta
melakukan
perbedaan yang sangat signifikan
komunikasi dua arah dengan anak,
dalam hal asertivitas dalam pemilihan
sehingga anak dapat mengungkapkan
studi
perasaannya secara jujur dan terbuka.
demokratis
Sebaliknya, orangtua dengan gaya
permisif. Orangtua dengan pola asuh
pengasuhan otoriter dinilai rendah
demokratis dalam mengontrol anak
dalam penggunaan kontrol rasional.
mereka mengacu pada mengarahkan
Orangtua
mengandalkan
anak pada hal-hal yang baik dan tidak
penegasan kekuasaan, disiplin keras,
baik, sabar, yang meliputi orangtua
kurang hangat, kurang mengasuh,
memberikan kontrol yang beralasan
kurang mengasihi, kurang simpatik
(Ahmadi dan Sholeh, 2005). Pola
pada remaja. Orangtua menggunakan
asuh
kontrol dan kekuasaan sepenuhnya,
peraturan-peraturan
serta tidak mendorong remaja untuk
bersama oleh anggota keluarga yang
mengemukakan ketidaksetujuan atas
bersangkutan.
keputusan atau peraturan orangtua
memperhatikan
sehingga membuat menjadi pribadi
pendapat
yang tertutup.
mendiskusikannya untuk mengambil
membiasakan
Rata-rata
lebih
asertivitas
yang
lanjut
berarti
antara
dengan
demokratis
terdapat
pola
asuh
pola
asuh
memberlakukan
yang
dibuat
Orangtua
selalu
keinginan
remaja,
dan
kemudian
keputusan terakhir. Di sini tetap ada
dalam
bimbingan
pemilihan studi lanjut antara pola
dan
tidak
lepas
dari
pertolongan orangtua, yang sifatnya
asuh demokratis dengan permisif
9
mengarahkan agar anak tidak halnya
menerangkan
taat secara buta terhadap peraturan,
peraturan
tetapi tahu dan mengerti dengan baik
menjawab setiap pertanyaan yang
mengapa
timbul
ada
hal
yang
boleh
alasan-alasan
yang
dari
dibuatnya
remaja
serta
dari
dan
dalam
dilakukan dan ada yang tidak boleh
memberikan hadiah dan hukuman
dilakukan. Dengan demikian remaja
disertai penjelasan. Gaya pengasuhan
juga memperoleh kesempatan untuk
permisif (serba memperbolehkan) ini
mengemukakan pendapatnya sendiri
orangtua tidak mengendalikan, tidak
bila
dapat
menuntut dan hangat. Mereka tidak
diterimanya. Diskusi dan bimbingan
terorganisasi dengan baik atau tidak
akan membantu perkembangan dan
efektif dalam menjalankan rumah
pertumbuhan remaja ke arah yang
tangga, lemah dalam mendisiplinkan
lebih baik, sebab di sini pihak remaja
dan mengajar remaja, hanya menuntut
diberi kepercayaan dan harapan agar
sedikit perilaku dewasa, dan hanya
mereka dapat bertanggung jawab
memberi sedikit perhatian dalam
dalam hidupnya dan akibat-akibat
melatih kemandirian dan kepercayaan
dari keputusan atau pilihan yang
diri.
diambil sendiri. Selain dalam pola
pengasuhan
asuh demokratis ditandai dengan
sedikit tuntutan dan menekankan
adanya komunikasi terbuka dari dua
sedikit disiplin.
arah,
ada
peraturan
misalnya
bermusyawarah
yang
orangtua
dengan
selalu
Orangtua
permisif
Rata-rata
remaja
dengan
gaya
memberikan
asertivitas
dalam
pemilihan studi lanjut antara pola
tentang tindakan yang diambil dan
asuh
10
otoriter
dengan
pola
asuh
permisif sebesar 4,736 dengan p =
sendiri.
0,951 (p>0,05) yang menunjukkan
mempertimbangkan pandangan dan
bahwa tidak ada perbedaan asertivitas
pendapat
dalam pemilihan studi lanjut antara
mengambil
pola asuh otoriter dengan pola asuh
keputusan, tidak ada
permisif.
timbal
Orangtua
pengasuhan
dengan
remaja,
orangtua
dan
balik,
tidak
tetap
menentukan
komunikasi
hukuman
diberikan
dalam
tanpa alasan dan jarang memberi
pada
hadiah. Orangtua hanya mengatakan
kekuasaan sebagai orangtua yang
apa yang harus dilakukan remaja,
meliputi
menuntut
tetapi tidak menjelaskan mengapa
kepatuhan yang tinggi. Pola asuh
remaja harus melakukan sesuatu dan
otoriter
memberikan
tidak boleh melakukan yang lain.
perlakuan dan aturan-aturan yang
Orangtua dengan pola asuh permisif
kaku dan ketat yang dipergunakan
dalam
sebagai
mengacu
mengontrol
otoriter
gaya
Orangtua
anak
mengacu
orangtua
orangtua
pengontrol
tingkah
laku
mengontrol
pada
anak
mereka
pengawasan
yang
remaja, aturan-aturan dan batasan-
serba memperbolehkan, anak bebas
batasan dari orangtua mutlak harus
berbuat
ditaati serta remaja harus bertingkah
orangtua tidak memberikan tuntutan.
laku sesuai dengan aturan yang
Pola
diterapkan oleh orangtua (Santrock,
menggunakan
2003). Anak harus patuh, tunduk dan
ketat
tidak ada pilihan lain yang sesuai
diberikan,
dengan kemauan atau pendapatnya
pengendalian atau pengontrolan serta
11
semaunya
asuh
bahkan
yang
meliputi
permisif
tidak
aturan-aturan
yang
bimbingan
jarang
sehingga
tidak
ada
tuntutan kepada remaja. Kebebasan
sebelumnya,
dapat
diberikan secara penuh dan remaja
kesimpulan bahwa :
diambil
diijinkan membuat keputusan untuk
1. Terdapat perbedaan asertivitas
dirinya sendiri, tanpa pertimbangan
dalam pemilihan studi lanjut pada tiga
orangtua dan bebas berperilaku tanpa
jenis pola asuh (demokratis, otoriter,
adanya kontrol dari orangtua. Remaja
permisif).
harus belajar sendiri bagaimana harus
asertivitas dalam pemilihan studi
berperilaku dalam lingkungan sosial,
lanjut pada tiga jenis pola asuh
karena
(demokratis,
kurang
diajarkan
atau
Terdapat
otoriter,
perbedaan
permisif).
diarahkan pada peraturan-peraturan,
Asertivitas anak dengan pola asuh
baik yang berlaku di lingkungan
demokratis lebih tinggi dibandingkan
keluarga maupun masyarakat. Remaja
dengan asertivitas anak dengan pola
tidak dihukum walaupun sengaja
asuh otoriter dan permisif. Asertivitas
melanggar peraturan, juga tidak ada
anak dengan pola asuh permisif lebih
hadiah bagi remaja yang berperilaku
tinggi dibandingkan asertivitas anak
sosial dengan baik. Jadi remaja
dengan pola asuh otoriter.
dibiarkan berbuat sesuka hati dengan
2. ME pada masing-masing pola
sedikit kekangan, memanjakan dan
asuh antara lain pola asuh demokratis
memenuhi kebutuhan remaja agar
(ME = 74,6), pola asuh permisif (ME
mereka senang.
= 53,0) dan pola asuh otoriter (ME =
KESIMPULAN
51,5). Perbedaan rata-rata asertivitas
Berdasarkan hasil analisis data
dalam pemilihan studi lanjut antara
dan pembahasan yang telah diuraikan
pola asuh demokratis dengan pola
12
asuh otoriter sebesar 3,903 dengan p
pola asuh otoriter dengan pola asuh
= 0,000 (p<0,01) yang menunjukkan
permisif.
adanya
SARAN
perbedaan
yang
sangat
1. Bagi orangtua
signifikan dalam hal asertivitas dalam
Pihak orangtua diharapkan mampu
pemilihan studi lanjut antara pola
menerapkan pola asuh demokratis
asuh demokratis dengan pola asuh
agar anak nyaman berkomunikasi
otoriter. Rata-rata asertivitas dalam
dengan
pemilihan studi lanjut antara pola
perasaan
sebesar 2,785 dengan p = 0,000
yang
berarti
juga
demokratis
antara
dengan
pola
asuh
pola
asuh
dengan
pola
yang
sebaiknya
memberikan
terhadap
pilihannya.
2. Bagi siswa
Siswa
pemilihan studi lanjut antara pola
otoriter
pendapat
bertanggungjawab
permisif. Rata-rata asertivitas dalam
asuh
dan
kepercayaan agar anak dapat berlatih
dalam hal asertivitas dalam pemilihan
lanjut
terbuka
dimilikinya dengan jujur. Orangtua
terdapat
perbedaan yang sangat signifikan
studi
secara
mengenai ide maupun pengungkapan
asuh demokratis dengan permisif
(p<0,01)
orangtua
diharapkan
dapat
meningkatkan asertivitasnya dengan
asuh
cara mengeluarkan pendapatnya pada
permisif sebesar 4,736 dengan p =
orang lain dan lebih meningkatkan
0,951 (p>0,05) yang menunjukkan
komunikasi dengan orangtua dengan
bahwa tidak ada perbedaan asertivitas
menceritakan tentang kegiatan yang
dalam pemilihan studi lanjut antara
dilakukan saat duduk santai bersama.
Siswa dalam menentukan studi lanjut
13
sebaiknya berdiskusi dengan orangtua
tentang
keinginannya,
agar
Hapsari, M. R. (2007). Sumbangan
Perilaku Asertif
Terhadap
Harga Diri pada Karyawan.
Jurnal Penelitian Psikologi,
Vol. 01, No. 01. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma.
tidak
menyesal dengan keputusan yang
akan diambil.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hurlock, E. B. (2000). Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Peneliti selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti dengan tema yang
Santrock, J.W. (2002). Perkembangan
Masa Hidup Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
sama, diharapkan menambah variabel
lain yang belum diungkap seperti
___________. (2003). Adolescence:
Perkembangan
Remaja.
Jakarta : Penerbit
Erlangga.
kepribadian, kepercayaan diri, jenis
kelamin,
pendidikan,
sosial
dan
Sari,
budaya. Peneliti lain juga dapat
menambah
jumlah
populasi
dan
memperbanyak sampel agar ruang
lingkup dan generalisasi penelitian
U.M. (2007). Perbedaan
Perilaku Asertif pada Remaja
Ditinjau dari Pola Asuh
Orangtua.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas
Katholik Soegijapranata.
Wijaya, R. S. (2010). Hubungan
Antara
Asertivitas
Mahasiswa
dalam
Mengerjakan Skripsi. Skripsi
(diterbitkan).
Surabaya:
Fakultas
Psikologi
Universitas Surabaya.
menjadi lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan Soleh, M. (2005).
Psikologi
Perkembangan.
Cetakan 2 (edisi revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Zulkaida, A. (2005). Tingkah laku
Asertif
pada Mahasiswa.
Makalah. Jakarta: Seminar
Nasional
Universitas
Gunadarma.
Hamidah.
(2002).
Perbedaan
Kepekaan Sosial Ditinjau
Berdasarkan Persepsi Remaja
Terhadap Perilaku Orangtua
pada Remaja di Jawa Timur.
Jurnal: Insan, Vol.4. No.3.
132-160.
14
Download