ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SALINDRI KUSUMASTUTI F 100 110 045 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SALINDRI KUSUMASTUTI F 100 110 045 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA Salindri Kusumastuti [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Siti Nurina Hakim Abstrak Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyebabnya antara lain rendahnya perilaku asertif, ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, dan keterpaksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua dan melihat perbandingan asertivitas antar pola asuh. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu yang berjumlah 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dan menggunakan empat kelas sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian antara lain : Skala Asertivitas, dan Skala Pola Asuh Orangtua. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Anova Satu Jalur. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter. Perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Tidak ada perbedaan signifikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hasil tersebut, maka orangtua disarankan untuk menerapkan pola asuh demokratis kepada anak agar anak dapat berperilaku asertif. Meningkatkan asertivitas dengan aktif berkomunikasi pada orang lain tentang perasaan dan pemikiran yang dimiliki. Peneliti selanjutnya akan meneliti tentang asertivitas sebaiknya menambahkan faktor lain seperti kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya. Kata kunci : asertivitas dalam pemilihan studi lanjut, pola asuh orangtua (demokratis, otoriter, permisif) v Kemampuan seseorang secara PENDAHULUAN Saat ini masih terdapat orang orang tidak jujur dan terbuka menyatakan mampu untuk kebutuhan, perasaan maupun pikiran pendapatnya secara apa adanya, mempertahankan hak terbuka karena takut menyinggung pribadi, serta menolak permintaan perasaan Misalnya orang lain yang tidak diinginkan mengemukakan pendapat saat diskusi termasuk tekanan yang datang dari perkuliahan yang tidak ada interaksi suatu kelompok biasa disebut dengan timbal balik antara mahasiswa dengan asertivitas (Rathus dan Nevis dalam dosen. Mahasiswa cenderung setuju Hapsari, 2007). Seseorang dengan dengan perkataan dosen tanpa adanya perilaku asertif dapat mengurangi upaya untuk menyanggah pendapat atau menghilangkan kecemasan dan tersebut. Selain itu, faktor lain seperti meningkatkan rasa hormat serta harga takut salah dan tidak disetujui oleh diri. orang Zulkaida, 2005), kemampuan untuk menyatakan orang lain lain. menjadi penyebab Menurut Cawood seseorang memendam perasaan dan meminta pendapatnya di dalam hati. Padahal kepada orang lain, kemampuan untuk dengan mengatakan pendapat dengan menyatakan jujur dan terbuka, seseorang dapat positif belajar untuk mengungkapkan ide kemampuan untuk keputusan “ya” yang ia punya dan mengetahui saran atau “tidak”, dan kemampuan untuk yang diberikan oleh orang lain. memberikan kritik atau pujian kepada 1 informasi atau (dalam perasaan, maupun bantuan baik yang yang negatif, orang lain merupakan aspek-aspek berpegang teguh pada pendiriannya. dalam asertivitas. Perbedaan Salah satu contoh pendapat yang terjadi yang antara anak dan orangtua tersebut berkaitan dengan sikap asertif adalah dapat menjadi konflik yang tak pemilihan jurusan kuliah. Pemilihan kunjung usai. studi lanjut sering kali menjadi Berita permasalahan yang siswa XII okezone.com oleh (24/2/14), Educational Psychologist baik Sekolah dari Integrity Development Flexibility (SMA) maupun (IDF) Irene Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). bahwa terdapat Beberapa Indonesia salah jurusan saat kuliah. kelas Menengah Atas penyebab ditemui dari siswa salah Guntur 87% mahasiswa memilih jurusan kuliah diantaranya Psikolog adalah belum mengetahui minat yang menambahkan diinginkan sehingga hanya ikut-ikutan dampak dari salah jurusan adalah teman saat mendaftar kuliah, hanya meningkatnya jumlah penggangguran. melihat prospek kerja yang bagus Siswa yang salah memilih jurusan namun tidak diimbangi dengan minat kuliah saat bekerja yang tidak sesuai yang ada, tergiur dengan peluang dengan minat jurusannya maka hati diterima salah satu fakultas tanpa dan skill yang dimilikinya tidak akan didasari dan berkembang. kerap Siswa dengan keterpaksaan. memaksa minat, Orangtua kehendaknya namun pilihan banyak anak yang tetap keukeuh atau pendidikan mengatakan studi bahwa dalam pada tersebut salah satu menentukan umumnya memikirkan secara matang agar kelak 2 tidak kecewa. Siswa dituntut agar N 1 Colomadu, ditemukan data dapat bahwa mereka mengaku sulit untuk menyuarakan pendapatnya secara jujur dan terbuka agar orang mengeluarkan lain dapat mengetahui minat yang siswa mereka dengan inginkan sehingga dapat pendapatnya. cenderung pilihan Para manut (patuh) orangtua padahal memberikan masukan yang efektif. pilihan tersebut sebenarnya tidak Pemilihan studi lanjut seharusnya sesuai dengan keinginan mereka. Hal melibatkan semua pihak seperti anak, tersebut membuat para siswa tidak orangtua, Terdapat sepenuh hati atau terpaksa dalam beberapa cara yang dilakukan oleh melanjutkan studinya sehingga hasil para siswa, diantaranya berkonsultasi yang diperoleh tidak maksimal. Jika dengan orangtua, sharing atau tukar para siswa tidak senang dengan pendapat kepada teman, meminta pilihan orangtua, seharusnya siswa pendapat guru, dsb. Beberapa pilihan tersebut studi memberikan argumen tentang pilihan yang dan guru. diminati berdasarkan dapat informasi yang diperoleh dari guru, mereka teman maupun internet hendaknya memaksakan kehendaknya. langsung dikomunikasikan sehingga menolak orangtua dan tidak pada Pola asuh keluarga sangat orangtua sehingga orangtua dapat berperan dalam pembentukan sikap memberikan asertif masukan mengenai pilihan studi tersebut. bagi remaja. Pola asuh orangtua merupakan proses interaksi Berdasarkan hasil wawancara antara orangtua dengan anak yang pada tiga orang siswa kelas XII SMA bertujuan 3 untuk membentuk kepribadian anak. Menurut Hamidah Hamidah (2002), menilai bahwa pola (2002), orangtua asuh orangtua akan lebih tepat jika mengharapkan anaknya menjadi anak menggunakan persepsi anak tentang yang baik sesuai dengan harapan pola orangtua dan orangtuanya. Cara untuk mengetahui masyarakat pada umumnya., taat dan persepsi pola asuh orangtua adalah patuh pada nilai-nilai yang berlaku meminta anak untuk memberikan bagi masyarakat dan menjadi orang penilaian yang bermanfaat baik bagi dirinya, kebiasaan dan sikap orangtua dalam keluarganya, dan lingkungannya. Hal mengasuh ini individu hampir pada mendorong setiap khususnya orangtua untuk memberikan yang terbaik kepada asuh kemampuan pendapat yang diterima terhadap dirinya yang dari kebiasaan- yaitu sebagai mengasuh secara langsung. anaknya berdasarkan pengetahuan, pemahaman, yang Pola asuh orangtua dipandang serta sebagai suatu respon yang di dimilikinya. dalamnya terkandung suatu penilaian, Sayangnya hal yang dianggap baik kesan, pendapat ataupun perasaan menurut orangtua belum tentu sesuai anak dengan keinginan anak. Hal tersebut diberikan oleh orangtua. Jadi dapat membuat orangtua bingung dalam dikatakan menghadapi perbedaan dengan anak terhadap pola asuh orangtua tersebut yang kemudian orangtua cenderung sifatnya sangat subyektif. Faktor yang memaksakan lebih kehendaknya kepada anak. Melihat kenyataan di atas maka terhadap pola bahwa asuh persepsi berpengaruh yang anak terhadap perkembangan anak adalah tidak 4 hanya pola asuhnya saja melainkan pengendalian tingkah laku melalui persepsi kontrol eksternal. Pola asuh permisif anak tentang cara pengasuhan dari orangtua tersebut. asuh memiliki ciri-ciri kontrol orangtua Menurut Hurlock (2000) pola kurang, bersifat longgar atau bebas, dibagi anak menjadi tiga yaitu kurang dibimbing demokratis, otoriter, dan permisif. mengatur Pola asuh demokratis memiliki ciri- menggunakan ciri diberi diijinkan membuat keputusan sendiri dan dan dapat berbuat sekehendaknya diantaranya kesempatan anak untuk mengembangkan mandiri kontrol internal, dirinya, dalam hampir hukuman, tidak anak sendiri. anak diakui sebagai pribadi oleh Penelitian dengan tema seperti orangtua dan turut dilibatkan dalam ini sebelumnya juga pernah dilakukan pengambilan yakni keputusan, serta penelitian dengan judul menetapkan peraturan serta mengatur “Perbedaan Perilaku Asertif pada kehidupan anak. Ciri-ciri pola asuh Remaja Ditinjau dari Pola Asuh otoriter anak harus tunduk dan patuh Orangtua” pada skripsi oleh mahasiswa dari Fakultas kehendak orangtua, yang dilakukan pengontrolan orangtua pada tingkah Psikologi laku anak sangat ketat hampir tidak Soegijapranata Semarang. pernah memberi Katholik sering Berdasarkan hasil penelitian jika dari Sari (2007), menunjukkan bahwa terjadi kegagalan memenuhi standar remaja dengan pola asuh demokratis yang telah ditetapkan orangtua, dan lebih berperilaku asertif daripada memberikan pujian, Universitas untuk hukuman fisik 5 remaja dengan pola asuh otoriter dan siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu permisif. Remaja dengan pola asuh berjumlah demokratis mempunyai sikap terbuka pengambilan sampel yang digunakan dan jujur kepada orang lain terhadap dalam penelitian ini adalah cluster permasalahan random yang dihadapinya, 113 orang. sampling Teknik yaitu sedangkan remaja dengan pola asuh pengambilan otoriter memendam perasaan dan sehingga didapatkan empat kelas pikirannya kepada orang lain. Remaja sebagai sampel penelitian ini. Alat tersebut menjadi tertutup dan jarang ukur melakukan mengungkap orangtua komunikasi karena takut kepada sampel teknik yang secara digunakan acak untuk variabel-variabel dimarahi. penelitian ada dua macam alat ukur, Remaja dengan pola asuh orangtua yaitu Skala Asertivitas, dan Skala permisif, bersikap sesuka hati tanpa Pola mempedulikan perasaan orang lain menggunakan uji product moment dan cenderung berperilaku agresif. Pearson. METODE PENELITIAN berdasarkan Asuh Orangtua Skala ini dengan disusun komponen-komponen Penelitian ini menggunakan asertivitas yang dikemukakan oleh dua variabel, yaitu asertivitas dalam Alberti dan Emmons (Wijaya, 2010) pemilihan variabel studi tergantung lanjut sebagai yang terdiri dari: kesertaan, bertindak dan persepsi menurut kebutuhan sendiri, membela terhadap pola asuh sebagai variabel diri bebas. perasaan, Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sendiri, mengekspresikan mempertahankan hak pribadi, dan tidak merugikan hak 6 orang lain. Terdapat 24 aitem valid bergerak dari 0,353 sampai 0,774 dan 6 aitem gugur. Aitem valid dengan koefisien reliabilitas Alpha mempunyai (α) sebesar 0,903. correlation sampai corrected bergerak 0,668 item-total dari dengan 0,396 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data koefisien dengan menggunakan teknik Anova reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,868. Satu Jalur diperoleh nilai F = 46,427 Skala Pola Asuh Orangtua dengan p = 0,000 (p<0,01) yang disusun berdasarkan aspek-aspek pola menunjukkan bahwa hipotesis yang asuh orangtua yang dikemukakan diajukan pada penelitian ini diterima, oleh Baumrind (Santrock, 2002) yaitu kontrol orangtua, kedewasaan, artinya tuntutan komunikasi dari pola asuh orangtua. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari mean Pola Asuh Orangtua milik Utik Maya sebelumnya empirik (ME) yang diperoleh pada telah masing-masing pola asuh orangtua melakukan penelitian dengan judul diantaranya pola asuh demokratis Perbedaan Perilaku Asertif pada sebesar 74,60; pola asuh otoriter Remaja Ditinjau dari Pola Asuh sebesar 51,50; dan pola asuh permisif Orangtua pada tahun 2007. Terdapat sebesar 28 aitem valid dan 4 aitem yang gugur. Aitem corrected valid mempunyai item-total correlation yang pada siswa kelas XII SMA ditinjau ini merupakan adaptasi dari Skala yang perbedaan sangat signifikan dalam hal asertivitas orangtua dengan anak, dan pengasuhan. Skala Sari terdapat 53,00. Santrock (2002) mengatakan bahwa penerapan pola asuh orangtua berbeda-beda pada setiap orangtua dan memberi dampak 7 perkembangan terhadap perilaku yang pendapat dengan mendengar dan muncul pada anak. Terdapat beberapa menghargai kombinasi pola asuh yang diterapkan memberikan motivasi agar anak dapat orangtua, namun salah satu pola asuh bersosialisasi pada kegiatan yang ada akan dominan daripada pola asuh di lingkungan sekitar. lainnya dan hampir bersifat stabil sepanjang waktu. Orangtua pendapat anak serta Berdasarkan hasil uji beda dengan akan menggunakan Post Hoc Test dapat memilih salah satu pola asuh yang diketahui bahwa terdapat perbedaan sesuai dan memiliki dampak yang rata-rata asertivitas dalam pemilihan baik bagi anak. Proses pembentukan studi perilaku asertif tidak terlepas dari demokratis dengan pola asuh otoriter pengaruh lingkungan tempat tinggal sebesar 3,903 dengan p = 0,000 seperti keluarga maupun masyarakat (p<0,01) yang menunjukkan adanya sekitar. merupakan perbedaan yang sangat signifikan komponen utama dan pertama yang dalam hal asertivitas dalam pemilihan diperlukan dalam penanaman perilaku studi asertif karena orangtua merupakan demokratis dengan pola asuh otoriter. sosok yang paling dekat dengan anak- Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005), anak. Penanaman sikap asertif dapat orangtua dilakukan dengan meningkatkan sikap pengasuhan keterbukaan keluarga, suasana yang kondusif bagi remaja menumbuhkan rasa percaya diri dan untuk bertingkah laku yang mandiri. keberanian Orangtua juga memberikan informasi Orangtua di dalam dalam mengemukakan 8 lanjut antara lanjut antara yang pola pola menerapkan demokratis asuh asuh gaya membuat dan alasan tentang hal-hal yang boleh sebesar 2,785 dengan p = 0,000 dilakukan dan tidak boleh dilakukan (p<0,01) serta melakukan perbedaan yang sangat signifikan komunikasi dua arah dengan anak, dalam hal asertivitas dalam pemilihan sehingga anak dapat mengungkapkan studi perasaannya secara jujur dan terbuka. demokratis Sebaliknya, orangtua dengan gaya permisif. Orangtua dengan pola asuh pengasuhan otoriter dinilai rendah demokratis dalam mengontrol anak dalam penggunaan kontrol rasional. mereka mengacu pada mengarahkan Orangtua mengandalkan anak pada hal-hal yang baik dan tidak penegasan kekuasaan, disiplin keras, baik, sabar, yang meliputi orangtua kurang hangat, kurang mengasuh, memberikan kontrol yang beralasan kurang mengasihi, kurang simpatik (Ahmadi dan Sholeh, 2005). Pola pada remaja. Orangtua menggunakan asuh kontrol dan kekuasaan sepenuhnya, peraturan-peraturan serta tidak mendorong remaja untuk bersama oleh anggota keluarga yang mengemukakan ketidaksetujuan atas bersangkutan. keputusan atau peraturan orangtua memperhatikan sehingga membuat menjadi pribadi pendapat yang tertutup. mendiskusikannya untuk mengambil membiasakan Rata-rata lebih asertivitas yang lanjut berarti antara dengan demokratis terdapat pola asuh pola asuh memberlakukan yang dibuat Orangtua selalu keinginan remaja, dan kemudian keputusan terakhir. Di sini tetap ada dalam bimbingan pemilihan studi lanjut antara pola dan tidak lepas dari pertolongan orangtua, yang sifatnya asuh demokratis dengan permisif 9 mengarahkan agar anak tidak halnya menerangkan taat secara buta terhadap peraturan, peraturan tetapi tahu dan mengerti dengan baik menjawab setiap pertanyaan yang mengapa timbul ada hal yang boleh alasan-alasan yang dari dibuatnya remaja serta dari dan dalam dilakukan dan ada yang tidak boleh memberikan hadiah dan hukuman dilakukan. Dengan demikian remaja disertai penjelasan. Gaya pengasuhan juga memperoleh kesempatan untuk permisif (serba memperbolehkan) ini mengemukakan pendapatnya sendiri orangtua tidak mengendalikan, tidak bila dapat menuntut dan hangat. Mereka tidak diterimanya. Diskusi dan bimbingan terorganisasi dengan baik atau tidak akan membantu perkembangan dan efektif dalam menjalankan rumah pertumbuhan remaja ke arah yang tangga, lemah dalam mendisiplinkan lebih baik, sebab di sini pihak remaja dan mengajar remaja, hanya menuntut diberi kepercayaan dan harapan agar sedikit perilaku dewasa, dan hanya mereka dapat bertanggung jawab memberi sedikit perhatian dalam dalam hidupnya dan akibat-akibat melatih kemandirian dan kepercayaan dari keputusan atau pilihan yang diri. diambil sendiri. Selain dalam pola pengasuhan asuh demokratis ditandai dengan sedikit tuntutan dan menekankan adanya komunikasi terbuka dari dua sedikit disiplin. arah, ada peraturan misalnya bermusyawarah yang orangtua dengan selalu Orangtua permisif Rata-rata remaja dengan gaya memberikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola tentang tindakan yang diambil dan asuh 10 otoriter dengan pola asuh permisif sebesar 4,736 dengan p = sendiri. 0,951 (p>0,05) yang menunjukkan mempertimbangkan pandangan dan bahwa tidak ada perbedaan asertivitas pendapat dalam pemilihan studi lanjut antara mengambil pola asuh otoriter dengan pola asuh keputusan, tidak ada permisif. timbal Orangtua pengasuhan dengan remaja, orangtua dan balik, tidak tetap menentukan komunikasi hukuman diberikan dalam tanpa alasan dan jarang memberi pada hadiah. Orangtua hanya mengatakan kekuasaan sebagai orangtua yang apa yang harus dilakukan remaja, meliputi menuntut tetapi tidak menjelaskan mengapa kepatuhan yang tinggi. Pola asuh remaja harus melakukan sesuatu dan otoriter memberikan tidak boleh melakukan yang lain. perlakuan dan aturan-aturan yang Orangtua dengan pola asuh permisif kaku dan ketat yang dipergunakan dalam sebagai mengacu mengontrol otoriter gaya Orangtua anak mengacu orangtua orangtua pengontrol tingkah laku mengontrol pada anak mereka pengawasan yang remaja, aturan-aturan dan batasan- serba memperbolehkan, anak bebas batasan dari orangtua mutlak harus berbuat ditaati serta remaja harus bertingkah orangtua tidak memberikan tuntutan. laku sesuai dengan aturan yang Pola diterapkan oleh orangtua (Santrock, menggunakan 2003). Anak harus patuh, tunduk dan ketat tidak ada pilihan lain yang sesuai diberikan, dengan kemauan atau pendapatnya pengendalian atau pengontrolan serta 11 semaunya asuh bahkan yang meliputi permisif tidak aturan-aturan yang bimbingan jarang sehingga tidak ada tuntutan kepada remaja. Kebebasan sebelumnya, dapat diberikan secara penuh dan remaja kesimpulan bahwa : diambil diijinkan membuat keputusan untuk 1. Terdapat perbedaan asertivitas dirinya sendiri, tanpa pertimbangan dalam pemilihan studi lanjut pada tiga orangtua dan bebas berperilaku tanpa jenis pola asuh (demokratis, otoriter, adanya kontrol dari orangtua. Remaja permisif). harus belajar sendiri bagaimana harus asertivitas dalam pemilihan studi berperilaku dalam lingkungan sosial, lanjut pada tiga jenis pola asuh karena (demokratis, kurang diajarkan atau Terdapat otoriter, perbedaan permisif). diarahkan pada peraturan-peraturan, Asertivitas anak dengan pola asuh baik yang berlaku di lingkungan demokratis lebih tinggi dibandingkan keluarga maupun masyarakat. Remaja dengan asertivitas anak dengan pola tidak dihukum walaupun sengaja asuh otoriter dan permisif. Asertivitas melanggar peraturan, juga tidak ada anak dengan pola asuh permisif lebih hadiah bagi remaja yang berperilaku tinggi dibandingkan asertivitas anak sosial dengan baik. Jadi remaja dengan pola asuh otoriter. dibiarkan berbuat sesuka hati dengan 2. ME pada masing-masing pola sedikit kekangan, memanjakan dan asuh antara lain pola asuh demokratis memenuhi kebutuhan remaja agar (ME = 74,6), pola asuh permisif (ME mereka senang. = 53,0) dan pola asuh otoriter (ME = KESIMPULAN 51,5). Perbedaan rata-rata asertivitas Berdasarkan hasil analisis data dalam pemilihan studi lanjut antara dan pembahasan yang telah diuraikan pola asuh demokratis dengan pola 12 asuh otoriter sebesar 3,903 dengan p pola asuh otoriter dengan pola asuh = 0,000 (p<0,01) yang menunjukkan permisif. adanya SARAN perbedaan yang sangat 1. Bagi orangtua signifikan dalam hal asertivitas dalam Pihak orangtua diharapkan mampu pemilihan studi lanjut antara pola menerapkan pola asuh demokratis asuh demokratis dengan pola asuh agar anak nyaman berkomunikasi otoriter. Rata-rata asertivitas dalam dengan pemilihan studi lanjut antara pola perasaan sebesar 2,785 dengan p = 0,000 yang berarti juga demokratis antara dengan pola asuh pola asuh dengan pola yang sebaiknya memberikan terhadap pilihannya. 2. Bagi siswa Siswa pemilihan studi lanjut antara pola otoriter pendapat bertanggungjawab permisif. Rata-rata asertivitas dalam asuh dan kepercayaan agar anak dapat berlatih dalam hal asertivitas dalam pemilihan lanjut terbuka dimilikinya dengan jujur. Orangtua terdapat perbedaan yang sangat signifikan studi secara mengenai ide maupun pengungkapan asuh demokratis dengan permisif (p<0,01) orangtua diharapkan dapat meningkatkan asertivitasnya dengan asuh cara mengeluarkan pendapatnya pada permisif sebesar 4,736 dengan p = orang lain dan lebih meningkatkan 0,951 (p>0,05) yang menunjukkan komunikasi dengan orangtua dengan bahwa tidak ada perbedaan asertivitas menceritakan tentang kegiatan yang dalam pemilihan studi lanjut antara dilakukan saat duduk santai bersama. Siswa dalam menentukan studi lanjut 13 sebaiknya berdiskusi dengan orangtua tentang keinginannya, agar Hapsari, M. R. (2007). Sumbangan Perilaku Asertif Terhadap Harga Diri pada Karyawan. Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 01, No. 01. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. tidak menyesal dengan keputusan yang akan diambil. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dengan tema yang Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga. sama, diharapkan menambah variabel lain yang belum diungkap seperti ___________. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga. kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan Sari, budaya. Peneliti lain juga dapat menambah jumlah populasi dan memperbanyak sampel agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian U.M. (2007). Perbedaan Perilaku Asertif pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata. Wijaya, R. S. (2010). Hubungan Antara Asertivitas Mahasiswa dalam Mengerjakan Skripsi. Skripsi (diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. menjadi lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A dan Soleh, M. (2005). Psikologi Perkembangan. Cetakan 2 (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Zulkaida, A. (2005). Tingkah laku Asertif pada Mahasiswa. Makalah. Jakarta: Seminar Nasional Universitas Gunadarma. Hamidah. (2002). Perbedaan Kepekaan Sosial Ditinjau Berdasarkan Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Orangtua pada Remaja di Jawa Timur. Jurnal: Insan, Vol.4. No.3. 132-160. 14