PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2011 Nico Tantra Hartoyo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan M. T. Haryono 165 Malang [email protected] Dosen Pembimbing: Dr. Djumahir, SE., MM. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui indikasi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan analisis diskriminan. Rasio-rasio keuangan yang dijadikan variabel penelitian didasarkan pada model Z-Score yang diteliti oleh Altman. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang telah ada. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan meneliti laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan. Sifat penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Populasi penelitian ini merupakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sampel dipilih berdasarkan kriteria purposive sampling yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan berpengaruh signifkan positif sehingga dapat dijadikan prediktor financial distress pada perusahaan manufaktur. Sementara itu, rasio RE/TA merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur. Kata Kunci : Financial distress, Analisis Diskriminan, Z-Score, Altman, Perusahaan Manufaktur ABSTRACT This research conducted in order to find out financial distress indication of manufacturing company listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) using discriminant analysis. Financial ratios that used as research variables based on Z-Score model developed by Altman. This research conducted to develop the previous research. The research is a quantitative descriptive research by analyze published financial statements of manufacturing company. This research is a replication from the previous research. Research population are all manufacturing company that listed in BEI, sample was chosen based on pursposive sampling criteria. The result showed all variables significantly positive so that can be used as financial distress predictor in manufacturing company. Whereas RE/TA ratio as the most significantly positive variable to the financial distress prediction in manufacturing company. Keywords : Financial distress, Analisis Diskriminan, Z-Score, Altman, Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian dunia yang dinamis menuntut pengelolaan perusahaan yang baik. Perusahaan harus selalu berupaya untuk mempertahankan serta meningkatkan kinerjanya di tiap sektor sebagai antisipasi persaingan bisnis yang semakin ketat. Sejak era globalisasi, krisis keuangan menjadi lebih sering terjadi daripada sebelumnya. Salah satu alasan utamanya adalah kemajuan dalam teknologi informasi, yang, sampai batas tertentu, memperbesar gelombang krisis dan mempercepat penyebarannya ke daerah atau negara lain. Meskipun sumber krisis disebabkan oleh runtuhnya lembagalembaga keuangan internasional di barat, terutama di Amerika Serikat dan Inggris, beberapa negara Asia Timur seperti Malaysia, Singapura dan Thailand juga diseret ke krisis dengan mengalami pembebanan keuangan besar (Arisyi, Tamarind, Dea, Syalinda, 2012). Menurut Bank Dunia (2012) dalam Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia, perlemahan ekonomi global dan peningkatan ketidakpastian di tahun 2012 tidak merintangi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat. Reputasi sektor manufaktur Indonesia meredup sejak krisis Asia tahun 1997-98, karena penurunan kinerja dibandingkan sektor manufaktur di kawasan regional maupun antara sektorsektor perekonomian lainnya. Krisis keuangan global baru-baru ini merupakan salah satu rintangan baru dalam perjalanan yang panjang menuju pemulihan sektor manufaktur Indonesia. Terlihat bahwa penurunan presentase PDB dari sektor manufaktur non migas juga terjadi setelah krisis keuangan global di tahun 2008. Gambar 1 Tingkat Pertumbuhan PDB Riil Sumber: Bank Dunia (2012) Sektor manufaktur merupakan pendorong utama pertumbuhan yang berkualitas, cepat dan stabil bagi perekonomian secara keseluruhan. Beberapa hambatan usaha memberikan dampak yang terukur terhadap kinerja perusahaan sehingga membatasi daya saing sektor tersebut. Misalnya, akses ke pembiayaan, tenaga listrik dan pengaturan pemerintah yang berlebihan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas ratarata perusahaan manufaktur di Indonesia. Hambatan juga berasal dari kalangan buruh, kenaikan upah minimum yang cukup besar serta berbagai tuntutan hakhak pekerja membuat komponen biaya produksi semakin membengkak pula. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah diterapkan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat satu penyimpangan (univariat), yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis keuangan (Weston dan Copeland, 1995). Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik pihak manajemen, karena dapat dilakukan tindakan antisipasi. Altman menggunakan metode multivariat yang dikenal dengan Z-Score, memprediksi kebangkrutan dengan akurat sampai jangka waktu dua tahun. Tingkat keakuratan prediksi pada tahun pertama mencapai 95 persen, sementara pada tahun kedua turun menjadi 72 persen. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan objek dan periode yang berbeda akan memberikan hasil atau informasi yang berbeda juga atau sama. Selama tahun 2011 terdapat pertumbuhan positif dan prospeknya masih terus tumbuh, sehingga ini indikasi positif bagi perusahaan manufaktur. Tetapi, adanya hambatanhambatan yang cukup signifikan pada perusahaan manufaktur dan efek dari krisis keuangan global yang masih belum mereda tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan manufaktur. PENELITIAN TERDAHULU Edward I. Altman dalam jurnalnya Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy (1968), mengungkapkan bahwa penelitiannya untuk menguji kualitas dari analisis rasio. Altman menyatakan bahwa analisis rasio tradisional tidak penting lagi dalam lingkungan akademisi, karena dirasa tidak cukup canggih seperti yang ditunjukkan sebelumnya. Untuk menguji potensinya secara maksimal, beberapa rasio keungan dikombinasikan menggunakan pendekatan analisis diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Jika rasiorasio tersebut dianalisis secara multivariat, secara statistik akan menghasilkan signifikansi lebih besar dibandingkan teknik perbandingan rasio keuangan. Model prediksi kebangkrutan merupakan alat prediksi yang akurat hingga dua tahun sebelum kebangkrutan aktual dan akurasinya menurun besar ketika jeda waktu meningkat. Dua kesimpulan penting dari analisis tren ini adalah 1) bahwa semua rasio yang diteliti menunjukkan kecenderungan memburuk saat mendekati kebangkrutan, dan 2) perubahan paling parah dari mayoritas rasio terjadi di antara tahun ketiga dan kedua sebelum kebangkrutan. Tingkat keparahan ini diukur dari perubahan tahunan pada nilai rasio. Pengamatan terakhir ini sangat signifikan sebagai bukti konsistensi kesimpulan dari model diskriminan. Oleh karena itu, informasi yang tersedia dalam tren pengukuran rasio individual hanya signifikan jika terintegrasi dengan temuan hasil analisis diskriminan. Ferawati Faizah (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Industri Kayu yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2009”, meneliti perusahaan kayu dalam keadaan bangkrut atau sehat. Pada penelitian tersebut ternyata perusahaan yang berada dalam kondisi bangkrut ada dua perusahaan dan yang berada pada kondisi sehat ada dua perusahaan. Selain itu disimpulkan pula bahwa variabel yang signifikan dalam persamaan Z-Score Altman adalah variabel EBIT terhadap total aktiva, karena sangat mempengaruhi berjalannya perusahaan. Ghalib Galbi Miman (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Z-Score Altman pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2010” menunjukkan hanya variabel EBIT terhadap total aktiva yang berpengaruh signifikan. Sedangkan rasio modal kerja terhadap total aktiva dan rasio laba ditahan terhadap total aktiva berpengaruh positif, sebaliknya rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku hutang dan rasio penjualan terhadap total aktiva berpengaruh negatif atau berlawanan terhadap indikasi kebangkrutan yang dialami perusahaan. Penelitian Riesta Devi Kumalasari (2012) yang berjudul “Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Altman pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 20082010” menunjukkan variabel penjualan terhadap total aktiva (total asset turnover) yang paling berpengaruh signifikan untuk mengetahui indikasi pengelompokan perusahaan yang mengalami financial distress. Sedangkan variabel rasio laba ditahan terhadap total aktiva berpengaruh negatif atau berlawanan terhadap penentuan indikasi perusahaan tekstil. financial distress METODE PENELITIAN Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu dengan meneliti laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 20102011. Sifat penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI, dipilih dengan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2009). Kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. 2. Laporan keuangan yang diterbitkan menggunakan mata uang Rupiah. Variabel dependen dalam model ini adalah skor akhir atau bankruptcy index (Z) yang diperoleh dari perhitungan nilainilai standar tertentu dikalikan dengan 5 rasio keuangan yang digunakan dalam model Altman pertama (Original Z-Score). Persamaannya adalah sebagai berikut: Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat di dalam model Altman pertama. 1. Rasio WC/TA (X1) Rasio WC/TA mengukur aktiva lancar bersih perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya. Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Likuiditas dan karakteristik ukuran dipertimbangkan secara jelas. Pada semua kasus, semua aktiva berwujud, tidak temasuk aktiva tak berwujud, digunakan dalam perhitungan ini. Rasio ini dihitung dengan cara Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006) 2. Rasio RE/TA (X2) Rasio RE/TA mengukur tingkat leverage sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio RE/TA tinggi, membiayai aktivanya melalui retensi laba dan tidak banyak menggunakan hutang. Rasio ini menunjukkan perbedaan antara penggunaan dana sendiri/laba ditahan (modal berisiko rendah) atau OPM (other people’s money)/hutang—modal berisiko tinggi. Rasio ini dihitung dengan cara Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006) 3. Rasio EBIT/TA (X3) Rasio ini mengukur produktivitas aktiva perusahaan, tanpa pengaruh dari tingkat pajak ataupun tingkat bunga. Karena eksistensi perusahaan dinilai berdasarkan kemampuan aktivanya menghasilkan laba, rasio ini cocok untuk studi yang berhubungan dengan risiko kredit. Rasio ini dihitung dengan cara Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006) 4. Rasio MVE/BVD (X4) Nilai pasar ekuitas yang dimaksudkan adalah gabungan dari nilai pasar saham biasa dan nilai pasar saham preferen. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh nilai pasar ekuitas perusahaan akan menurun sebelum kewajiban melebihi aktiva sehingga perusahaan menjadi insolven. Rasio ini dihitung dengan cara Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006) 5. Rasio S/TA (X5) Rasio perputaran modal adalah rasio standar untuk mengilustrasikan kemampuan menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio terakhir ini unik karena yang kurang signifikan dan dalam tes signifikansi univariat tidak akan dipilih. Tetapi, hubungannya dengan variabel lain dalam model, rasio S/TA berpredikat tinggi untuk kontribusinya dalam kemampuan diskriminan dari model. Rasio ini dihitung dengan cara Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006) Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan interpretasi atas laporan keuangan perusahaan dan menghitung rasio keuangan yang digunakan dalam persamaan Z-Score Altman. Rasio keuangan tersebut terdiri dari rasio WC/TA (X1), rasio RE/TA (X2), rasio EBIT/TA (X3), rasio MVE/BVD (X4), dan rasio S/TA (X5). 2. Melakukan perhitungan menggunakan rasio-rasio keuangan yang telah dihitung sebelumnya. Rasio-rasio tersebut akan disubstitusikan pada persamaan Z-Score Altman. 3. Melakukan klasifikasi perusahaan melalui nilai Z yang telah ditemukan dengan persamaan Z-Score Altman sebelumnya. Jika nilai Z < 1,81 maka perusahaan diklasifikasikan financial distress. 4. Melakukan analisis diskriminan menggunakan metode enter. didiskriminasikan berdasarkan independen yang digunakan. variabel Tabel 2 Eigenvalues Sumber: Data diolah Besarnya variabilitas yang mampu diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan oleh kuadrat nilai canonical correlation. Kuadrat nilai canonical correlation sebesar 0,489, artinya sebesar 48,9% variansi antara perusahaan yang financial distress dan non financial distress dapat dijelaskan dari model diskriminan yang terbentuk. Tabel 3 Structure Matrix Sumber: Data diolah Tabel 3 menunjukkan urutan rasio yang paling membedakan perusahaan yang financial distress dan non financial distress. Rasio RE/TA adalah rasio yang paling membedakan dua kelompok perusahaan. Tabel 4 Canonical Discriminant Function Coefficient HASIL PENELITIAN Tabel 1 Tests of Equality Group Means Sumber: Data diolah Kolom signifikansi menunjukkan bahwa nilai untuk semua variabel independen dibawah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok perusahaan bisa Sumber: Data diolah Persamaan model diskriminan ini digunakan untuk menghasilkan skor diskriminan yang berfungsi untuk memprediksi pengklasifikasian antara perusahaan yang financial distress dan non financial distress. Model diskriminan yang terbentuk adalah sebagai berikut Berdasarkan function at group centroid, nilai cutoff sebesar 0,00007. Maka, nilai Z<0,00007 akan diklasifikasikan dalam perusahaan yang mengalami financial distress, sedangkan nilai Z>0,00007 akan diklasifikasikan dalam perusahaan yang non financial distress. Tabel 5 Classification Result Sumber: Data diolah Terjadinya misklasifikasi dipengaruhi oleh presentase variabilitas yang dapat dilihat dari tabel Eigenvalues. Semakin kecil presentase keragaman maka semakin besar adanya indikasi terjadinya kesalahan pengelompokan dalam analisis tersebut. Kesalahan tipe 1, yaitu misklasifikasi dari financial distress menjadi non financial distress sebesar 22,6%. Sedangkan untuk kesalahan tipe 2, yaitu misklasifikasi dari non financial distress menjadi financial distress sebesar 3,6%. Secara keseluruhan ketepatan (hit ratio) dalam pengkaslifikasian berdasarkan analisis diskriminan yang telah dilakukan adalah 90,5%. Tingkat akurasi fungsi diskriminan dalam mengelompokkan observasi ke dalam klasifikasi financial distress dan non financial distress dapat diketahui melalui hit ratio. Menurut Hair, Black, Babin, Anderson (2009), apabila perbadingan grup tidak sama, nilai hit ratio dapat dibandingkan dengan nilai Cmax atau Cpro. Nilai Cmax ditentukan dari presentase dimana sampel diklasifikasikan ke dalam grup paling besar, dalam penelitian ini yaitu non financial distress. Nilai Cmax menunjukkan angka 69%, sementara nilai hit ratio sebesar 90,5%, dapat dikatakan model diskriminan yang terbentuk akurat dalam memprediksi perusahaan yang financial distress dan non financial distress. Hair et al. (2009) menyatakan bahwa model diskriminan yang terbentuk dapat dikatakan akurat jika nilai hit ratio setidaknya 1,25 kali dari nilai Cpro. Nilai Cpro sebesar 57,22%, maka 1,25Cpro sebesar 71,525%. Dengan hit ratio sebesar 90,5%, dapat dikatakan model diskriminan yang terbentuk akurat dalam memprediksi perusahaan yang financial distress dan non financial distress. Selain menggunakan hit ratio, akurasi model diskriminan juga dapat diketahui menggunakan statistik Press’s Q. Nilai dari statistik Press’s Q akan dibandingkan dengan nilai kritis Chi-Square dengan degree of freedom sebanyak 1 pada tingkat kepercayaan 0,05. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai statistik Press’s Q sebesar 131,22. Sementara nilai kritis Chi-Square dengan degree of freedom sebanyak 1 pada tingkat kepercayaan 0,05 adalah 3,84. Hal tersebut berarti bahwa model diskriminan yang terbentuk akurat dalam memprediksi perusahaan yang financial distress dan non financial distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel signifikan positif terhadap model diskriminan sehingga dapat menjadi prediktor financial distress. Hal ini berarti semakin tinggi nilai semua rasio keuangan, maka perusahaan akan terhindar dari financial distress. Hasil ini mendukung penelitian Altman (1968) dan Ferawati (2011), tetapi, berbeda dengan penelitian Ghalib (2012) yang menunjukkan bahwa variabel X2 (rasio RE/TA) berpengaruh signifikan negatif. Begitu pula dengan penelitian Riesta (2012) yang menunjukkan bahwa variabel X4 (rasio MVE/BVD) dan variabel X5 (rasio S/TA) berpengaruh signifikan negatif. Pengaruh signifikan negatif berarti semakin tinggi nilai rasio tersebut, maka indikasi financial distress perusahaan semakin tinggi. Berdasarkan structure matrix yang terbentuk, variabel dominan dalam penelitian ini adalah variabel X2, yaitu rasio RE/TA. Hal ini berarti bahwa rasio RE/TA menjadi prediktor paling baik dalam memprediksi financial distress suatu perusahaan. Hasil ini tidak mendukung penelitian sebelumnya. Altman (1968), Ferawati (2011) dan Ghalib (2012) menyatakan bahwa rasio EBIT/TA merupakan variabel dominan dalam memprediksi financial distress suatu perusahaan. Sementara Riesta (2012), menyatakan bahwa rasio S/TA merupakan variabel dominan dalam memprediksi financial distress suatu perusahaan. KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu bukti empiris mengenai bagaimana variabel independen yaitu rasio WC/TA, rasio RE/TA, rasio EBIT/TA, rasio MVE/BVD dan rasio S/TA dapat mengklasifikasikan perusahaan yang mengalami financial distress dan non financial distress melalui analisis diskriminan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap kondisi perusahaan. Selain itu, rasio RE/TA merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan diantara kelima rasio yang digunakan dalam model diskriminan. Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai rasio-rasio yang mampu memberikan prediksi financial distress, mengingat rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian Altman (1968) yang dilakukan pada negara maju (developed country). Perbedaan lingkungan bisnis yang ada pada negara maju (developed country) dan negara berkembang (developing country) seperti Indonesia, tentunya akan memberikan perbedaan dalam memprediksi financial distress. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai dasar dalam melakukan penelitian serupa terutama yang berkaitan dengan prediksi financial distress. Rasio-rasio yang berpengaruh signifikan positif terhadap kondisi perusahaan berarti apabila rasio-rasio ini mengalami kenaikan, maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress semakin kecil. Pengelolaan keuangan yang baik oleh manajemen akan menghindarkan perusahaan dari kondisi financial distress. Seperti yang dikemukakan oleh Taffler (1984), akan lebih baik menginterpretasikan hasil dari prediksi financial distress sebagai penjelasan kenapa perusahaan mengalami hal tersebut daripada sebagai justifikasi bahwa perusahaan mengalami financial distress atau non financial distress. Hal serupa juga dikemukakan oleh Ubud Salim (2011), financial distress bisa digunakan sebagai suatu sistem peringatan dini perusahaan untuk adanya masalah. Perusahaan dengan hutang yang lebih besar berkecenderungan akan mengalami kesulitan keuangan lebih awal daripada perusahaan yang memiliki hutang lebih sedikit. Akan tetapi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan lebih awal akan mempunyai waktu yang cukup banyak penyelesaian secara sukarela atau di luar pengadilan (apabila diperlukan) dan reorganisasi. Perusahaan dengan hutang yang rendah akan mengalami kesulitan keuangan belakangan dan dalam banyak kejadian dipaksa untuk likuidasi. Hal ini berarti bahwa prediksi financial distress sebaiknya digunakan sebagai langkah preventif oleh manajemen dalam pengelolaan keuangan perusahaan apabila perusahaan diprediksi masih non financial distress. Apabila perusahaan diprediksi financial distress, maka manajemen harus menyiapkan langkah-langkah penyelamatan perusahaan. Bagi perusahaan yang belum terindikasi financial distress, hendaknya tetap melakukan pengelolaan keuangan (manajemen modal kerja, manajemen penjualan, manajemen laba) secara baik dan berkesinambungan (langkah preventif). Bagi perusahaan yang terindikasi financial distress, hendaknya segera memperbaiki pengelolaan keuangannya baik dari aspek manajemen modal kerja, manajemen penjualan, manajemen laba dan kebijakan dividen; atau melakukan langkah penyelamatan, baik berupa restrukturisasi hutang, merger/akuisisi atau pengajuan pailit. Bagi pihak investor atau kreditor, dapat menggunakan hasil penelitian sebagai salah satu rujukan dalam membuat keputusan investasi atau kredit. Pada penelitian selanjutnya, untuk pengklasifikasian awal, dapat digunakan data perusahaan yang dikabulkan permohonan pailit oleh PTUN sebagai perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang masih eksis sebagai perusahaan yang non financial distress; penggunaan variabel-variabel lain yang mampu meningkatkan hasil prediksi; penggunaan metode stepwise dalam analisis diskriminan agar mampu menjustifikasi variabel yang signifikan dalam persamaan diskriminan yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Altman, Edward I., 1968, Financial Ratio, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance, Vol. XXIII No. 4, pg. 589-609. Altman, Edward I., dan Hotchkiss, Edith, 2006, Corporate Financial Distress and Bankruptcy 3rd Edition, Jon Wiley & Sons Inc., New Jersey. Arisyi F. Raz, Tamarind P. K. Indra, Dea K. Artikasih, dan Syalinda Citra, 2012, Krisis Keuangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisa dari Perekonomian Asia Timur, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 15 No. 2, hal. 1-2. Bank Dunia, 2012, Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Menyoroti Kebijakan, Online, http://www.worldbank.org/content/da m/Worldbank/document/IEQ-DEC2012-BAHASA.pdf, diakses 12 Februari 2013. __________, 2012, Mempercepat Laju: Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia, Online, http://wwwwds.worldbank.org/external/default/W DSContentServer/WDSP/IB/2012/10/1 0/000356161_20121010004252/Render ed/PDF/731280WP0Full00C0disclosed 010090120.pdf, diakses 12 Februari 2013. Ferawati Faizah, 2011, Penerapan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Industri Kayu yang Terdaftar di BEI Tahun 20022009, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Ghalib Galbi Miman, 2012, Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Z-Score Altman pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 20072010, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Hair, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., Anderson, Ralph E., 2009, Multivariate Data Analysis 7th Edition, Prentice Hall, New Jersey. Riesta Devi Kumalasari, 2012, Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Altman pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2008-2010, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Alfabeta, Bandung. Taffler, R. J., 1984, Empirical Methods for the Monitoring of U.K. Corporations, Journal of Banking and Finance, Vol. 8, pg. 199-227. Ubud Salim, 2011, Manajemen Keuangan Strategik: Panduan Memperbaiki Kinerja Keuangan dan Profit, UB Press, Malang. Weston, J. Fred, dan Copeland, Thomas E., 1995, Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan, Terjemahan oleh Jaka dan Kibrandoko, Binarupa Aksara, Jakarta.