prediksi financial distress menggunakan analisis

advertisement
PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2010-2011
Nico Tantra Hartoyo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jalan M. T. Haryono 165 Malang
[email protected]
Dosen Pembimbing:
Dr. Djumahir, SE., MM.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui indikasi financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan analisis
diskriminan. Rasio-rasio keuangan yang dijadikan variabel penelitian didasarkan pada model
Z-Score yang diteliti oleh Altman. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
penelitian-penelitian yang telah ada.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan meneliti laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan. Sifat penelitian ini adalah replikasi
dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Populasi penelitian ini merupakan seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sampel dipilih berdasarkan kriteria purposive
sampling yang telah ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan berpengaruh
signifkan positif sehingga dapat dijadikan prediktor financial distress pada perusahaan
manufaktur. Sementara itu, rasio RE/TA merupakan variabel yang paling berpengaruh
signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur.
Kata Kunci : Financial distress, Analisis Diskriminan, Z-Score, Altman, Perusahaan
Manufaktur
ABSTRACT
This research conducted in order to find out financial distress indication of manufacturing
company listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) using discriminant analysis. Financial ratios
that used as research variables based on Z-Score model developed by Altman. This research
conducted to develop the previous research.
The research is a quantitative descriptive research by analyze published financial
statements of manufacturing company. This research is a replication from the previous
research. Research population are all manufacturing company that listed in BEI, sample was
chosen based on pursposive sampling criteria.
The result showed all variables significantly positive so that can be used as financial
distress predictor in manufacturing company. Whereas RE/TA ratio as the most significantly
positive variable to the financial distress prediction in manufacturing company.
Keywords : Financial distress, Analisis Diskriminan, Z-Score, Altman, Perusahaan
Manufaktur
PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian dunia yang
dinamis menuntut pengelolaan perusahaan
yang baik. Perusahaan harus selalu
berupaya untuk mempertahankan serta
meningkatkan kinerjanya di tiap sektor
sebagai antisipasi persaingan bisnis yang
semakin ketat.
Sejak era globalisasi, krisis keuangan
menjadi lebih sering terjadi daripada
sebelumnya. Salah satu alasan utamanya
adalah
kemajuan
dalam
teknologi
informasi, yang, sampai batas tertentu,
memperbesar gelombang krisis dan
mempercepat penyebarannya ke daerah
atau negara lain. Meskipun sumber krisis
disebabkan oleh runtuhnya lembagalembaga keuangan internasional di barat,
terutama di Amerika Serikat dan Inggris,
beberapa negara Asia Timur seperti
Malaysia, Singapura dan Thailand juga
diseret ke krisis dengan mengalami
pembebanan keuangan besar (Arisyi,
Tamarind, Dea, Syalinda, 2012).
Menurut Bank Dunia (2012) dalam
Laporan
Perkembangan
Triwulanan
Perekonomian Indonesia, perlemahan
ekonomi
global
dan
peningkatan
ketidakpastian di tahun 2012 tidak
merintangi
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia yang tetap kuat. Reputasi sektor
manufaktur Indonesia meredup sejak krisis
Asia tahun 1997-98, karena penurunan
kinerja dibandingkan sektor manufaktur di
kawasan regional maupun antara sektorsektor perekonomian lainnya.
Krisis keuangan global baru-baru ini
merupakan salah satu rintangan baru
dalam perjalanan yang panjang menuju
pemulihan sektor manufaktur Indonesia.
Terlihat bahwa penurunan presentase PDB
dari sektor manufaktur non migas juga
terjadi setelah krisis keuangan global di
tahun 2008.
Gambar 1
Tingkat
Pertumbuhan
PDB Riil
Sumber: Bank
Dunia (2012)
Sektor manufaktur merupakan pendorong
utama pertumbuhan yang berkualitas,
cepat dan stabil bagi perekonomian secara
keseluruhan. Beberapa hambatan usaha
memberikan dampak yang terukur
terhadap kinerja perusahaan sehingga
membatasi daya saing sektor tersebut.
Misalnya, akses ke pembiayaan, tenaga
listrik dan pengaturan pemerintah yang
berlebihan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap produktivitas ratarata perusahaan manufaktur di Indonesia.
Hambatan juga berasal dari kalangan
buruh, kenaikan upah minimum yang
cukup besar serta berbagai tuntutan hakhak pekerja membuat komponen biaya
produksi semakin membengkak pula.
Analisis laporan keuangan merupakan
alat yang penting untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan serta hasil yang telah
dicapai sehubungan dengan pemilihan
strategi perusahaan yang telah diterapkan.
Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi
tentang kekuatan keuangan dari suatu
perusahaan. Keterbatasan analisis rasio
timbul
dari
kenyataan
bahwa
metodologinya pada dasarnya bersifat satu
penyimpangan (univariat), yang artinya
setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh
kombinasi dari beberapa rasio hanya
didasarkan pada pertimbangan para analis
keuangan (Weston dan Copeland, 1995).
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk
memperoleh peringatan awal kebangkrutan.
Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
tersebut, semakin baik pihak manajemen,
karena dapat dilakukan tindakan antisipasi.
Altman menggunakan metode multivariat
yang
dikenal
dengan
Z-Score,
memprediksi kebangkrutan dengan akurat
sampai jangka waktu dua tahun. Tingkat
keakuratan prediksi pada tahun pertama
mencapai 95 persen, sementara pada tahun
kedua turun menjadi 72 persen.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengembangkan
penelitian-penelitian
yang telah ada. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah dengan objek
dan periode yang berbeda akan
memberikan hasil atau informasi yang
berbeda juga atau sama. Selama tahun
2011 terdapat pertumbuhan positif dan
prospeknya masih terus tumbuh, sehingga
ini indikasi positif bagi perusahaan
manufaktur. Tetapi, adanya hambatanhambatan yang cukup signifikan pada
perusahaan manufaktur dan efek dari krisis
keuangan global yang masih belum
mereda tentunya akan mempengaruhi
kinerja perusahaan manufaktur.
PENELITIAN TERDAHULU
Edward I. Altman dalam jurnalnya
Financial Ratios, Discriminant Analysis
and the Prediction of Corporate
Bankruptcy
(1968),
mengungkapkan
bahwa penelitiannya untuk menguji
kualitas dari analisis rasio. Altman
menyatakan
bahwa
analisis
rasio
tradisional tidak penting lagi dalam
lingkungan akademisi, karena dirasa tidak
cukup canggih seperti yang ditunjukkan
sebelumnya. Untuk menguji potensinya
secara maksimal, beberapa rasio keungan
dikombinasikan menggunakan pendekatan
analisis diskriminan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan. Jika rasiorasio tersebut dianalisis secara multivariat,
secara statistik akan menghasilkan
signifikansi lebih besar dibandingkan
teknik perbandingan rasio keuangan.
Model prediksi kebangkrutan merupakan
alat prediksi yang akurat hingga dua tahun
sebelum
kebangkrutan
aktual
dan
akurasinya menurun besar ketika jeda
waktu meningkat. Dua kesimpulan penting
dari analisis tren ini adalah 1) bahwa
semua rasio yang diteliti menunjukkan
kecenderungan memburuk saat mendekati
kebangkrutan, dan 2) perubahan paling
parah dari mayoritas rasio terjadi di antara
tahun ketiga dan kedua sebelum
kebangkrutan. Tingkat keparahan ini
diukur dari perubahan tahunan pada nilai
rasio. Pengamatan terakhir ini sangat
signifikan sebagai bukti konsistensi
kesimpulan dari model diskriminan. Oleh
karena itu, informasi yang tersedia dalam
tren pengukuran rasio individual hanya
signifikan jika terintegrasi dengan temuan
hasil analisis diskriminan.
Ferawati Faizah (2011) dalam skripsinya
yang berjudul “Penerapan Model Altman
Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan
pada Industri Kayu yang Terdaftar di BEI
Tahun 2002-2009”, meneliti perusahaan
kayu dalam keadaan bangkrut atau sehat.
Pada
penelitian
tersebut
ternyata
perusahaan yang berada dalam kondisi
bangkrut ada dua perusahaan dan yang
berada pada kondisi sehat ada dua
perusahaan. Selain itu disimpulkan pula
bahwa variabel yang signifikan dalam
persamaan Z-Score Altman adalah variabel
EBIT terhadap total aktiva, karena sangat
mempengaruhi berjalannya perusahaan.
Ghalib Galbi Miman (2012) melakukan
penelitian
dengan
judul
“Analisis
Kebangkrutan
Perusahaan
dengan
Menggunakan Metode Z-Score Altman
pada
Perusahaan
Otomotif
dan
Komponennya yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama 2007-2010”
menunjukkan hanya variabel EBIT
terhadap total aktiva yang berpengaruh
signifikan. Sedangkan rasio modal kerja
terhadap total aktiva dan rasio laba ditahan
terhadap total aktiva berpengaruh positif,
sebaliknya rasio nilai pasar modal sendiri
terhadap nilai buku hutang dan rasio
penjualan
terhadap
total
aktiva
berpengaruh negatif atau berlawanan
terhadap indikasi kebangkrutan yang
dialami perusahaan.
Penelitian Riesta Devi Kumalasari (2012)
yang berjudul “Indikasi Financial Distress
Berdasarkan Analisis Z-Score Altman
pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama Tahun 20082010” menunjukkan variabel penjualan
terhadap total aktiva (total asset turnover)
yang paling berpengaruh signifikan untuk
mengetahui
indikasi
pengelompokan
perusahaan yang mengalami financial
distress. Sedangkan variabel rasio laba
ditahan terhadap total aktiva berpengaruh
negatif
atau
berlawanan
terhadap
penentuan indikasi
perusahaan tekstil.
financial
distress
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif, yaitu dengan
meneliti laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang dipublikasikan pada
Bursa Efek Indonesia selama tahun 20102011. Sifat penelitian ini adalah replikasi
dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Pada penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2010-2011. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan
pada sektor manufaktur yang terdaftar di
BEI, dipilih dengan metode purposive
sampling. Purposive sampling merupakan
teknik pengambilan sampel dengan
menentukan
kriteria-kriteria
tertentu
(Sugiyono,
2009).
Kriteria
dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember.
2. Laporan keuangan yang diterbitkan
menggunakan mata uang Rupiah.
Variabel dependen dalam model ini
adalah skor akhir atau bankruptcy index
(Z) yang diperoleh dari perhitungan nilainilai standar tertentu dikalikan dengan 5
rasio keuangan yang digunakan dalam
model Altman pertama (Original Z-Score).
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rasio-rasio
keuangan yang terdapat di dalam model
Altman pertama.
1. Rasio WC/TA (X1)
Rasio WC/TA mengukur aktiva lancar
bersih perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasinya. Modal kerja didefinisikan
sebagai selisih antara aktiva lancar dan
kewajiban
lancar.
Likuiditas
dan
karakteristik ukuran dipertimbangkan
secara jelas. Pada semua kasus, semua
aktiva berwujud, tidak temasuk aktiva tak
berwujud, digunakan dalam perhitungan
ini. Rasio ini dihitung dengan cara
Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006)
2. Rasio RE/TA (X2)
Rasio RE/TA mengukur tingkat
leverage sebuah perusahaan. Perusahaan
yang memiliki rasio RE/TA tinggi,
membiayai aktivanya melalui retensi laba
dan tidak banyak menggunakan hutang.
Rasio ini menunjukkan perbedaan antara
penggunaan dana sendiri/laba ditahan
(modal berisiko rendah) atau OPM (other
people’s money)/hutang—modal berisiko
tinggi. Rasio ini dihitung dengan cara
Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006)
3. Rasio EBIT/TA (X3)
Rasio ini mengukur produktivitas aktiva
perusahaan, tanpa pengaruh dari tingkat
pajak ataupun tingkat bunga. Karena
eksistensi perusahaan dinilai berdasarkan
kemampuan aktivanya menghasilkan laba,
rasio ini cocok untuk studi yang
berhubungan dengan risiko kredit. Rasio
ini dihitung dengan cara
Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006)
4. Rasio MVE/BVD (X4)
Nilai pasar ekuitas yang dimaksudkan
adalah gabungan dari nilai pasar saham
biasa dan nilai pasar saham preferen. Rasio
ini menunjukkan seberapa jauh nilai pasar
ekuitas perusahaan akan menurun sebelum
kewajiban melebihi aktiva sehingga
perusahaan menjadi insolven. Rasio ini
dihitung dengan cara
Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006)
5. Rasio S/TA (X5)
Rasio perputaran modal adalah rasio
standar
untuk
mengilustrasikan
kemampuan menciptakan penjualan dari
aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio
terakhir ini unik karena yang kurang
signifikan dan dalam tes signifikansi
univariat tidak akan dipilih. Tetapi,
hubungannya dengan variabel lain dalam
model, rasio S/TA berpredikat tinggi untuk
kontribusinya
dalam
kemampuan
diskriminan dari model. Rasio ini dihitung
dengan cara
Sumber: Altman dan Hotchkiss (2006)
Teknik analisis data yang digunakan
adalah
analisis
kuantitatif
dengan
menggunakan
rasio-rasio
keuangan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan interpretasi atas laporan
keuangan perusahaan dan menghitung
rasio keuangan yang digunakan dalam
persamaan Z-Score Altman. Rasio
keuangan tersebut terdiri dari rasio
WC/TA (X1), rasio RE/TA (X2), rasio
EBIT/TA (X3), rasio MVE/BVD (X4),
dan rasio S/TA (X5).
2. Melakukan perhitungan menggunakan
rasio-rasio keuangan yang telah
dihitung
sebelumnya.
Rasio-rasio
tersebut akan disubstitusikan pada
persamaan Z-Score Altman.
3. Melakukan
klasifikasi
perusahaan
melalui nilai Z yang telah ditemukan
dengan persamaan Z-Score Altman
sebelumnya. Jika nilai Z < 1,81 maka
perusahaan diklasifikasikan financial
distress.
4. Melakukan
analisis
diskriminan
menggunakan metode enter.
didiskriminasikan berdasarkan
independen yang digunakan.
variabel
Tabel 2
Eigenvalues
Sumber: Data diolah
Besarnya variabilitas yang mampu
diterangkan oleh variabel independen
terhadap
variabel
dependen
yang
ditunjukkan oleh kuadrat nilai canonical
correlation. Kuadrat nilai canonical
correlation sebesar 0,489, artinya sebesar
48,9% variansi antara perusahaan yang
financial distress dan non financial
distress dapat dijelaskan dari model
diskriminan yang terbentuk.
Tabel 3
Structure Matrix
Sumber: Data diolah
Tabel 3 menunjukkan urutan rasio yang
paling membedakan perusahaan yang
financial distress dan non financial
distress. Rasio RE/TA adalah rasio yang
paling membedakan dua kelompok
perusahaan.
Tabel 4
Canonical Discriminant Function Coefficient
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Tests of Equality Group Means
Sumber: Data diolah
Kolom signifikansi menunjukkan bahwa
nilai untuk semua variabel independen
dibawah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
kedua
kelompok
perusahaan
bisa
Sumber: Data diolah
Persamaan model diskriminan ini
digunakan untuk menghasilkan skor
diskriminan
yang berfungsi
untuk
memprediksi pengklasifikasian antara
perusahaan yang financial distress dan non
financial distress. Model diskriminan yang
terbentuk adalah sebagai berikut
Berdasarkan function at group centroid,
nilai cutoff sebesar 0,00007. Maka, nilai
Z<0,00007 akan diklasifikasikan dalam
perusahaan yang mengalami financial
distress, sedangkan nilai Z>0,00007 akan
diklasifikasikan dalam perusahaan yang
non financial distress.
Tabel 5
Classification Result
Sumber: Data diolah
Terjadinya misklasifikasi dipengaruhi
oleh presentase variabilitas yang dapat
dilihat dari tabel Eigenvalues. Semakin
kecil presentase keragaman maka semakin
besar adanya indikasi terjadinya kesalahan
pengelompokan dalam analisis tersebut.
Kesalahan tipe 1, yaitu misklasifikasi
dari financial distress menjadi non
financial
distress
sebesar
22,6%.
Sedangkan untuk kesalahan tipe 2, yaitu
misklasifikasi dari non financial distress
menjadi financial distress sebesar 3,6%.
Secara keseluruhan ketepatan (hit ratio)
dalam
pengkaslifikasian
berdasarkan
analisis diskriminan yang telah dilakukan
adalah 90,5%.
Tingkat akurasi fungsi diskriminan dalam
mengelompokkan observasi ke dalam
klasifikasi financial distress dan non
financial distress dapat diketahui melalui
hit ratio. Menurut Hair, Black, Babin,
Anderson (2009), apabila perbadingan
grup tidak sama, nilai hit ratio dapat
dibandingkan dengan nilai Cmax atau Cpro.
Nilai Cmax ditentukan dari presentase
dimana sampel diklasifikasikan ke dalam
grup paling besar, dalam penelitian ini
yaitu non financial distress.
Nilai Cmax menunjukkan angka 69%,
sementara nilai hit ratio sebesar 90,5%,
dapat dikatakan model diskriminan yang
terbentuk akurat dalam memprediksi
perusahaan yang financial distress dan non
financial distress.
Hair et al. (2009) menyatakan bahwa
model diskriminan yang terbentuk dapat
dikatakan akurat jika nilai hit ratio
setidaknya 1,25 kali dari nilai Cpro. Nilai
Cpro sebesar 57,22%, maka 1,25Cpro
sebesar 71,525%. Dengan hit ratio sebesar
90,5%, dapat dikatakan model diskriminan
yang terbentuk akurat dalam memprediksi
perusahaan yang financial distress dan non
financial distress.
Selain menggunakan hit ratio, akurasi
model diskriminan juga dapat diketahui
menggunakan statistik Press’s Q. Nilai
dari statistik Press’s Q akan dibandingkan
dengan nilai kritis Chi-Square dengan
degree of freedom sebanyak 1 pada tingkat
kepercayaan 0,05. Dari hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa nilai statistik
Press’s Q sebesar 131,22. Sementara nilai
kritis Chi-Square dengan degree of
freedom sebanyak 1 pada tingkat
kepercayaan 0,05 adalah 3,84. Hal tersebut
berarti bahwa model diskriminan yang
terbentuk akurat dalam memprediksi
perusahaan yang financial distress dan non
financial distress.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua variabel signifikan positif terhadap
model diskriminan sehingga dapat menjadi
prediktor financial distress. Hal ini berarti
semakin tinggi nilai semua rasio keuangan,
maka perusahaan akan terhindar dari
financial distress. Hasil ini mendukung
penelitian Altman (1968) dan Ferawati
(2011), tetapi, berbeda dengan penelitian
Ghalib (2012) yang menunjukkan bahwa
variabel X2 (rasio RE/TA) berpengaruh
signifikan negatif. Begitu pula dengan
penelitian
Riesta
(2012)
yang
menunjukkan bahwa variabel X4 (rasio
MVE/BVD) dan variabel X5 (rasio S/TA)
berpengaruh signifikan negatif. Pengaruh
signifikan negatif berarti semakin tinggi
nilai rasio tersebut, maka indikasi financial
distress perusahaan semakin tinggi.
Berdasarkan structure matrix yang
terbentuk, variabel dominan dalam
penelitian ini adalah variabel X2, yaitu
rasio RE/TA. Hal ini berarti bahwa rasio
RE/TA menjadi prediktor paling baik
dalam memprediksi financial distress
suatu perusahaan. Hasil ini tidak
mendukung
penelitian
sebelumnya.
Altman (1968), Ferawati (2011) dan
Ghalib (2012) menyatakan bahwa rasio
EBIT/TA merupakan variabel dominan
dalam memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Sementara Riesta (2012),
menyatakan bahwa rasio S/TA merupakan
variabel dominan dalam memprediksi
financial distress suatu perusahaan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat memberikan
suatu bukti empiris mengenai bagaimana
variabel independen yaitu rasio WC/TA,
rasio RE/TA, rasio EBIT/TA, rasio
MVE/BVD dan rasio S/TA dapat
mengklasifikasikan
perusahaan
yang
mengalami financial distress dan non
financial
distress
melalui
analisis
diskriminan. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa semua variabel
independen berpengaruh signifikan positif
terhadap kondisi perusahaan. Selain itu,
rasio RE/TA merupakan variabel yang
paling berpengaruh signifikan diantara
kelima rasio yang digunakan dalam model
diskriminan. Akan tetapi, diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai rasio-rasio
yang mampu memberikan prediksi
financial distress, mengingat rasio-rasio
yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada penelitian Altman (1968)
yang dilakukan pada negara maju
(developed
country).
Perbedaan
lingkungan bisnis yang ada pada negara
maju (developed country) dan negara
berkembang (developing country) seperti
Indonesia, tentunya akan memberikan
perbedaan dalam memprediksi financial
distress. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini
juga dapat dipakai sebagai dasar dalam
melakukan penelitian serupa terutama
yang berkaitan dengan prediksi financial
distress.
Rasio-rasio yang berpengaruh signifikan
positif terhadap kondisi perusahaan berarti
apabila rasio-rasio ini mengalami kenaikan,
maka kemungkinan perusahaan mengalami
financial distress
semakin kecil.
Pengelolaan keuangan yang baik oleh
manajemen
akan
menghindarkan
perusahaan dari kondisi financial distress.
Seperti yang dikemukakan oleh Taffler
(1984),
akan
lebih
baik
menginterpretasikan hasil dari prediksi
financial distress sebagai penjelasan
kenapa perusahaan mengalami hal tersebut
daripada sebagai justifikasi bahwa
perusahaan mengalami financial distress
atau non financial distress. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Ubud Salim (2011),
financial distress bisa digunakan sebagai
suatu sistem peringatan dini perusahaan
untuk adanya masalah. Perusahaan dengan
hutang yang lebih besar berkecenderungan
akan mengalami kesulitan keuangan lebih
awal daripada perusahaan yang memiliki
hutang lebih sedikit. Akan tetapi
perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan lebih awal akan mempunyai
waktu yang cukup banyak penyelesaian
secara sukarela atau di luar pengadilan
(apabila diperlukan) dan reorganisasi.
Perusahaan dengan hutang yang rendah
akan mengalami kesulitan keuangan
belakangan dan dalam banyak kejadian
dipaksa untuk likuidasi.
Hal ini berarti bahwa prediksi financial
distress sebaiknya digunakan sebagai
langkah preventif oleh manajemen dalam
pengelolaan keuangan perusahaan apabila
perusahaan diprediksi masih non financial
distress. Apabila perusahaan diprediksi
financial distress, maka manajemen harus
menyiapkan
langkah-langkah
penyelamatan perusahaan.
Bagi perusahaan yang belum terindikasi
financial distress, hendaknya tetap
melakukan
pengelolaan
keuangan
(manajemen modal kerja, manajemen
penjualan, manajemen laba) secara baik
dan berkesinambungan (langkah preventif).
Bagi perusahaan yang terindikasi
financial distress, hendaknya segera
memperbaiki pengelolaan keuangannya
baik dari aspek manajemen modal kerja,
manajemen penjualan, manajemen laba
dan kebijakan dividen; atau melakukan
langkah penyelamatan, baik berupa
restrukturisasi hutang, merger/akuisisi atau
pengajuan pailit.
Bagi pihak investor atau kreditor, dapat
menggunakan hasil penelitian sebagai
salah satu rujukan dalam membuat
keputusan investasi atau kredit.
Pada penelitian selanjutnya, untuk
pengklasifikasian awal, dapat digunakan
data
perusahaan
yang
dikabulkan
permohonan pailit oleh PTUN sebagai
perusahaan yang mengalami financial
distress dan perusahaan yang masih eksis
sebagai perusahaan yang non financial
distress; penggunaan variabel-variabel lain
yang mampu meningkatkan hasil prediksi;
penggunaan metode stepwise dalam
analisis
diskriminan
agar
mampu
menjustifikasi variabel yang signifikan
dalam persamaan diskriminan yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I., 1968, Financial Ratio,
Discriminant
Analysis
and
the
Prediction of Corporate Bankruptcy.
Journal of Finance, Vol. XXIII No. 4,
pg. 589-609.
Altman, Edward I., dan Hotchkiss, Edith,
2006, Corporate Financial Distress
and Bankruptcy 3rd Edition, Jon
Wiley & Sons Inc., New Jersey.
Arisyi F. Raz, Tamarind P. K. Indra, Dea
K. Artikasih, dan Syalinda Citra, 2012,
Krisis
Keuangan
Global
dan
Pertumbuhan Ekonomi: Analisa dari
Perekonomian Asia Timur, Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.
15 No. 2, hal. 1-2.
Bank
Dunia,
2012,
Laporan
Perkembangan
Triwulanan
Perekonomian Indonesia: Menyoroti
Kebijakan,
Online,
http://www.worldbank.org/content/da
m/Worldbank/document/IEQ-DEC2012-BAHASA.pdf,
diakses
12
Februari 2013.
__________, 2012, Mempercepat Laju:
Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor
Manufaktur
Indonesia,
Online,
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/W
DSContentServer/WDSP/IB/2012/10/1
0/000356161_20121010004252/Render
ed/PDF/731280WP0Full00C0disclosed
010090120.pdf, diakses 12 Februari
2013.
Ferawati Faizah, 2011, Penerapan Model
Altman Z-Score untuk Memprediksi
Kebangkrutan pada Industri Kayu
yang Terdaftar di BEI Tahun 20022009, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Ghalib Galbi Miman, 2012, Analisis
Kebangkrutan Perusahaan dengan
Menggunakan Metode Z-Score Altman
pada Perusahaan Otomotif dan
Komponennya yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama 20072010, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Hair, Joseph F., Black, William C., Babin,
Barry J., Anderson, Ralph E., 2009,
Multivariate Data Analysis 7th
Edition, Prentice Hall, New Jersey.
Riesta Devi Kumalasari, 2012, Indikasi
Financial
Distress
Berdasarkan
Analisis Z-Score Altman pada
Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama Tahun
2008-2010, Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
Alfabeta, Bandung.
Taffler, R. J., 1984, Empirical Methods for
the Monitoring of U.K. Corporations,
Journal of Banking and Finance, Vol.
8, pg. 199-227.
Ubud Salim, 2011, Manajemen Keuangan
Strategik: Panduan Memperbaiki
Kinerja Keuangan dan Profit, UB
Press, Malang.
Weston, J. Fred, dan Copeland, Thomas E.,
1995, Manajemen Keuangan Edisi
Kesembilan, Terjemahan oleh Jaka dan
Kibrandoko, Binarupa Aksara, Jakarta.
Download