BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hutan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat
serbaguna dalam kehidupan. Selain sebagai sumber daya penghasil kayu dan
sumber pangan yang diperlukan manusia, keberadaan hutan juga diperlukan
oleh manusia untuk pengaturan tata air, pengawetan tanah, menjaga plasma
nutfah, dan juga dapat digunakan sebagai tempat pariwisata (Prihantoro, 2013).
Hutan yang merupakan asosiasi kehidupan masyarakat tumbuh-tumbuhan dan
binatang merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia (Sutomo, 2004).
KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Taman Nasioanal
Gunung Merapi Kaliurang merupakan kawasan hutan yang masuk dalam
wilayah Taman Nasional Gunung Merapi. Kawasan hutan di Gunung Merapi
adalah salah satu
kawasan hutan pegunungan yang berada di Indonesia.
Kawasan ini mempunyai berbagai fungsi yang dapat dilihat dari berbagai
macam aspek dan sudut pandang. Dilihat dari sudut pandang fungsi secara
ekologis ini, kawasan hutan di Gunung Merapi memegang peranan penting
dalam hal pelindung fungsi hidrologi untuk lingkungan sekitar. Selain itu,
fungsi lain yang tidak kalah penting adalah dilihat dari sudut pandang ekonomi.
Menurut sudut pandang ekonomi ini, kawasan hutan di Gunung Merapi
merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitar. Dari sumber daya hutan ini,
1
masyarakat dapat memanfaatkan banyak hasil hutan, antara lain sumber
pangan, kayu bakar, pakan ternak, obat-obatan, dan sebagainya (Prabowo,
2013).
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi (Pasal 1 butir 14 UU No.5 Tahun 1990). Tujuan utama
pembentukan taman nasional adalah dalam rangka optimalisasi aspek
lingkungan, sosial dan aspek ekonomi secara komprehensif dari sumber daya
alam yang ada. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) mempunyai luas
wilayah 6.410 ha (1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng). Dengan
ketinggian kawasan secara umum ± 50 – 2500 m dpl. Penetapan Gunung
Merapi sebagai Taman Nasional karena melihat pada kondisi ekosistem yang
masih utuh dan asli dengan berbagai jenis flora dan fauna endemik. Gunung
Merapi ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional satu-satunya di
Yogyakarta bulan oktober 2002. Dengan ditetapkannya kawasan Gunung
Merapi sebagai Taman Nasional yang salah satu tujuannya yaitu untuk
kepentingan rekreasi, maka akibatnya kawasan ini menjadi kurang terlindungi,
dimana flora dan fauna tersebut rentan terhadap gangguan manusia, selain itu
juga dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah. Salah satu sebabnya adalah
adanya jalan yang dibuka bagi pengunjung yang dapat dengan leluasa masuk
ke dalam kawasan ini.
2
Hutan di kawasan Gunung Merapi yang dikelola oleh Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) merupakan salah satu ekosistem pegunungan di
Pulau Jawa yang memiliki nilai tinggi baik dari segi ekologis, ekonomis, sosial
dan budaya. Keanekaragaman hayati hutan di gunung ini mempunyai nilai
keragaman yang tinggi, sebagian spesies ada terancam punah sehingga perlu
untuk dilindungi. Selain itu, gunung tersebut telah membentuk ekosistem
spesifik yaitu hutan tropika pegunungan dengan pola suksesi yang dinamis
akibat dari aktivitas Gunung Merapi sebagai gunung berapi paling aktif di
dunia. Keunikan hutan di kawasan TNGM juga telah menciptakan peran
ekosistem yang sangat besar bagi masyarakat di sekitarnya. Beberapa peran
positif yang telah diciptakan dan berkaitan dengan manusia adalah sebagai
daerah penting bagi hidrologi kawasan DIY dan sebagian Jawa Tengah, habitat
beberapa flora dan fauna yang dilindungi, kantong berbagai plasma nutfah
yang potensial. Selain itu, TNGM juga berperan dalam fungsi sosial dan fungsi
religius bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya (Sulfiantono, 2012).
Pancasuda (Cecropia peltata) merupakan salah satu jenis tanaman
kehutanan yang ditanam di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi pada
tahun 1960 dan berasal dari Kebun Raya Bogor. Sesuai dengan kondisi di
Taman Nasional Gunung Merapi, Cecropia peltata merupakan jenis yang
tumbuh baik pada daerah tropika basah yaitu daerah pegunungan, lereng, datar
dan dapat tumbuh optimal di kawasan lindung. Cecropia peltata merupakan
tumbuhan pionir yang memiliki berbagai manfaat, terutama di bidang farmasi.
Dalam sistem pengobatan herbal, Cecropia peltata digunakan secara luas di
3
seluruh Amerika Tengah dan Selatan. Di Brasil Cecropia peltata digunakan
untuk semua jenis keluhan pernapasan (seperti asma, bronkitis, batuk, batuk
rejan, dan pneumonia). Cecropia peltata
juga digunakan untuk diabetes,
penyakit parkinson, gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, dan untuk
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung. Daunnya digunakan sebagai
obat herbal untuk asma, edema, rematik, diabetes, demam, aterosklerosis, dan
gonore. Tanaman ini populer di Meksiko sebagai obat untuk diabetes, batuk,
peradangan, diare, iritasi kandung kemih, obesitas, gangguan hati, tekanan
darah tinggi, dan kutil. Selain sebagai bahan pengobatan, Cecropia peltata juga
mempunyai manfaat lain yaitu sebagai bahan membuat batang korek api, peti,
kayu interior, dan bubur kertas. Batangnya yang berongga digunakan untuk
membuat pelampung dan terompet.
Di Indonesia sendiri belum banyak penelitian dan pengembangan
terhadap manfaat dari Cecropia peltata sehingga perhatian terhadap
pemudaannya masih sangat terbatas. Berdasarkan pada manfaat-manfaat yang
ada maka pohon ini perlu dibudidayakan, sedangkan penelitian mengenai
ekologi dan populasi Cecropia peltata di alam belum banyak dilakukan.
Tumbuhan Cecropia peltata di Taman Nasional Gunung Merapi tepatnya di
KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Taman Nasional Gunung
Merapi Kaliurang yang ditanam tahun 1960 telah mengalami pemudaan alam
tingkat semai, sapihan dan tiang, akan tetapi belum pernah dilakukan penelitian
mengenai persebaran permudaan alamnya, untuk itu perlu dilakukan penelitian
4
terhadap persebarannya guna mengetahui tingkatan hidup Cecropia peltata
yang tersebar di KHDTK Taman Nasional Gunung Merapi, Kaliurang.
1.2. Perumusan Masalah
Cecropia peltata merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang
secara sengaja ditanam di hutan TNGM sejak tahun 1960 karena mempunyai
manfaat perlindungan terhadap ekosistem hutan pegunungan, namun
permudaan alaminya masih belum cukup tersedia banyak. Adanya
pengamatan terhadap persebaran permudaan jenis ini penting dilakukan guna
mengetahui pola persebaran anakan Cecropia peltata dan faktor yang
mempengaruhi permudaan alam di KHDTK Taman Nasional Gunung
Merapi, Kaliurang.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kerapatan permudaan alam Pancasuda (Cecropia peltata) di
KHDTK Taman Nasional Gunung Merapi Kaliurang.
2. Mengetahui pola persebaran permudaan alam Pancasuda (Cecropia
peltata) di KHDTK Taman Nasional Gunung Merapi Kaliurang.
5
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pola sebaran permudaan alam dan faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat
menentukan tindakan yang perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian dan
keberagaman jenis yang ada di KHDTK Taman Nasional Gunung Merapi
Kaliurang.
6
Download