BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mesin arus searah tanpa sikat (MASTS) merupakan mesin penggerak bertenaga listrik yang mengalami berkembangan pesat, karena memiliki kelebihan dibandingkan motor induksi dan motor arus searah konvensional (MASK). Gieras dan Wing (2002) menyatakan, MASTS memiliki efisiensi lebih tinggi 13% daripada mesin induksi, dimensi lebih kecil 40% daripada MASK. Dikarenakan tidak adanya sikat, maka perawatan menjadi ringan, hampir tidak ada noise, bisa dioperasikan pada lingkungan yang berbahaya (misalnya mudah terbakar). Kelebihan yang lain adalah MASTS dapat menghasilkan torsi yang lebih besar (Chiang dkk., 2008). Penggunaan MASTS telah meluas untuk berbagai aplikasi antara lain; peralatan otomasi industri, peralatan medis, peralatan rumah tangga, peralatan transportasi dan lain sebagainya (Golden Motor, 2014). Pengendali (controller) memiliki peranan penting dalam suatu sistem. Pemilihan metode dan parameter pengendali yang tepat dapat menghasilkan performa respons sistem yang baik, sehingga dapat memberi konstribusi terhadap efisiensi pemakaian energi listrik. Maghfiroh dkk. (2013) meneliti tentang penggunaan energi optimal untuk mengendalikan kecepatan MASK, yang merekomendasikan, semakin baik kinerja suatu pengendali maka semakin kecil total energi yang diserap oleh MASK. Hal yang serupa berlaku pada MASTS, hanya saja ketersediaan instrumen kendali MASTS dewasa ini masih terbatas. Atmel Corporation telah memproduksi instrumen kendali kecepatan MASTS menggunakan microcontroller jenis AVR 194 (ATMega 32M1), yang menerapkan struktur pengendali PID (Proportional Integral Derivative) klasik. Parameter PID yaitu konstanta proportional (Kp), konstanta integral (Ki) dan konstanta derivative (Kd) yang ditala dengan metode trial and error secara simultan (Atmel Corp., 2008). Metode tersebut efektif untuk mesin berdaya kecil, akan tetapi berbahaya 2 bagi mesin berdaya besar, karena dalam proses penalaannya mesin dapat mengalami overshoot yang tinggi atau osilasi yang terlalu besar. Pengendali yang paling umum digunakan di industri adalah metode kendali PID klasik, yaitu hampir 90% dari total peralatan. Pengendali ini simpel dan mampu memperbaiki kecepatan respons melalui penalaan Kp, mereduksi error steady state melalui penalaan Ki dan mereduksi overshoot melalui penalaan Kd (Kiam dkk., 2005). Ketepatan dalam menentukan konstanta Kp, Ki dan Kd untuk menghasilkan performa respons yang lebih baik, menjadi persoalan utama dalam metode tersebut. Pengendali FLC (Fuzzy Logic Controller) termasuk kelompok kendali cerdas yang bekerja berdasarkan kaidah logika kabur (fuzzy), yang merepresentasikan proses berfikir seorang operator ahli ketika mengendalikan suatu proses, sehingga FLC punya kemampuan beradaptasi dengan perubahan sistem, dan dalam penerapannya tidak memerlukan model fisis sistem. Ketepatan dalam memilih fungsi dan domain keanggotaan input dan output fuzzy sangat menentukan kualitas respons sistem. Persoalan yang mengemuka dari metode FLC adalah menentukan fungsi dan domain keanggotaan input dan output yang sesuai, dan respons steady state cenderung menyisakan osilasi (Hidayat dan Munawar, 2000; Microstar Lab., 2009). Adaptive Neuro Fuzzy Inference Systems (ANFIS) merupakan jaringan adaptif yang berbasis pada sistem inferensi fuzzy (Widodo, 2005). Sistem adaptif didefinisikan sebagai sistem yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitarnya dengan cara menyesuaikan nilai bobot-bobot yang terdapat pada jaringan. Bobot-bobot jaringan ditentukan melalui proses pelatihan, yang menghasilkan nilai parameter premis dan parameter konsekuensi sebagai representasi dari batasan domain keanggotaan input (Moulound, 2004). Implementasi algoritma ANFIS pada microcontroller yang memiliki keterbatasan kapasitas memori dan kecepatan pengolahan data numeris, membutuhkan telaah yang penting untuk menghasilkan performa respons yang lebih baik. Pengembangan metode kendali dengan cara memadukan 2 atau lebih metode kendali disebut dengan pengendali hybrid. Prinsip dari metode ini 3 memanfaatkan kelebihan dan mereduksi kelemahan yang dimiliki oleh masingmasing metode. Kalavathi dkk. (2012) mengemukakan metode kendali kecepatan MASTS menggunakan PI (Proportional Integral), PID, PI-like FLC, hybrid FLC (HFLC) dan integrated FLC (IFLC). Pengujian dilakukan dengan MATLAB simulink, yang menghasilkan kinerja pengendali HFLC dan IFLC lebih baik dari yang lainnya. Muhammad dkk. (2011) memadukan pengendali PI dan fuzzy secara paralel, yang disebut dengan pengendali hybrid PI fuzzy controller. Pengendali fuzzy dioperasikan pada domain error besar, sedangkan PI pada domain error kecil. Rubai dkk. (2008) memadukan pengendali PID klasik dan pengendali fuzzy PID yang disebut dengan hybrid fuzzy-PID controller (FPID). Kerja masingmasing pengendali diklasifikasikan berdasarkan error. PID klasik dioperasikan pada kondisi normal, sedangkan pengendali FPID dioperasikan pada kondisi osilasi dan overshoot. Analisis dan teknik memadukan metode kendali PID dan kendali ANFIS berserta parameter sebagai pengendali kecepatan MASTS merupakan fokus utama dalam penelitian ini. Keunggulan pengendali PID dan ANFIS menjadi alasan pentingnya penelitian ini. Metode kendali hybrid PID-ANFIS diimplementasikan menggunakan ARM Cortex-M3, yang memiliki kapasitas dan kemampuan komputasi cukup untuk menyelesaikan algoritma kendali cerdas, pemograman relatif mudah, harga murah dan mudah didapatkan di pasaran (Franc dkk., 2010; Wang dkk., 2010; Dalecki dkk., 2012). 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, dapat diketahui beberapa hal berikut antara lain; MASTS memiliki kelebihan dibandingkan mesin induksi dan MASK; kinerja pengendali sangat mempengaruhi total pemakaian energi; belum tersedianya instrumen pengendali kecepatan MASTS yang efektif; serta kelebihan yang dimiliki oleh pengendali ANFIS dan PID. Penelitian ini memadukan dua metode pengendali yaitu pengendali PID dan pengendali ANFIS yang disebut dengan pengendali hybrid PID-ANFIS sebagai pengendali kecepatan MASTS. Melalui perpaduan kedua metode tersebut diharapkan dapat 4 dimanfaatkan kelebihan dan mereduksi kelemahan yang dimiliki oleh masingmasing metode, sehingga menghasilkan kinerja pengendali kecepatan MASTS yang efektif dan lebih baik. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Struktur dan parameter pengendali hybrid PID-ANFIS yang menghasilkan performa respons kecepatan MASTS yang baik belum ada; 2. Prototipe untuk menerapkan metode kendali hybrid PID-ANFIS sebagai pengendali kecepatan MASTS berbasis microcontroller, dalam upaya menemukan instrumen pengendali yang efektif belum ada. Mengingat luasnya materi permasalahan, maka yang tekait untuk menemukan solusi perlu dibuat batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Objek kendali adalah MASTS yang dikopel dengan generator arus searah konvensional (GASK) sebagai simulator beban; 2. Process variabel (variabel yang dikendalikan) adalah kecepatan MASTS, sedangkan variabel pengendali (control output) adalah tegangan input stator melalui pengaturan lebar pulsa PWM; 3. Pembahasan dititikberatkan pada sisi perangkat lunak pengembangan struktur pengendali hybrid PID-ANFIS yang ditanam dalam microcontroller ARM Cortex tipe STM32 F103RB. 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai sistem pengendalian kecepatan MASTS telah dilakukan oleh para peneliti-peneliti terdahulu. Secara umum penelitian tersebut didasarkan pada dua hal yaitu: berkaitan dengan pengembangan struktur fisis MASTS (plant) dan berkaitan dengan pengembangan struktur pengendali (controller) MASTS. Yen-Shin dkk. (2006) mengemukakan teknik pengendalian kecepatan MASTS dengan mengatur pensaklaran ke 6 lengan inverter 3 fase secara PWM tanpa sensor. Sinyal dasar komutasi inverter dibangkitkan dari gelombang back EMF (Electro Motor Force) yang diperoleh dari tegangan terminal MASTS menggunakan sensor tegangan. Guna menghasilkan respons 5 kecepatan yang smooth, Ching dkk. (2008) merancang sistem komutasi inverter yang disebut dengan soft-switching converter. Samita dan Madawala (2013) merancang buck converter melalui swicthing PWM pada satu lengan saja untuk mengendalikan kecepatan MASTS. Changliang dkk. (2008) mengemukakan strategi pengendalian MASTS dengan hanya memasang 4 buah kontak elektronik pada inverter 3 fase, sementara dua lengan yang lainnya dipasang kapasitor. Guna mendapatkan respons kecepatan MASTS yang lebih baik, beberapa metode kendali sudah berhasil diterapkan oleh peneliti sebelumnya melalui simulasi MATLAB dan implementasi menggunakan Digital Signal Processing (DSP). Changliang dkk. (2008) menerapkan algoritma Neural Network (NN) untuk menala dua konstanta PID guna mengatur arus masing-masing fase a dan fase b MASTS secara terpisah melalui buka tutup 4 buah kontak elektronis berdasarkan identifikasi parameter secara on-line. Fungsi dasar NN dibangun berdasarkan penelusuran hubungan beban, arus ambang dan ekspektasi kecepatan secara on-line. Mohammed dkk. (2009) memodelkan sistem menjadi dua loop yang disebut dengan inner loop dan outer loop PI controllers. Inner loop PI controller berfungsi sebagai pengendali arus inverter dan outer loop PI controller sebagai pengendali kecepatan MASTS. Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) diterapkan untuk mendapatkan parameter pengendali PI. Tujuannya adalah menjamin respons pada setiap nilai beban yang diberikan, yang selanjutnya digunakan untuk pelatihan ANFIS secara off-line, untuk itu dilakukan 2 pengujian simulasi yaitu menggunakan pengendali PI klasik metode Zigler Nichols dan kendali adaptif. Hasilnya adalah kinerja pengendali adaptif lebih baik daripada pengendali klasik. Khuntia dkk. (2009) mengkomparasi respons struktur kendali P-I, I-P, FLC dan neuro fuzzy yang diterapkan sebagai pengendali MASK. Hasilnya adalah kinerja pengendali FLC lebih baik daripada pengendali P-I maupun pengendali I-P, sedangkan kinerja pengendali neuro fuzzy lebih baik daripada pengendali FLC. Pengendalian kecepatan MASTS berdasarkan pengembangan struktur pengendali, dapat dilakukan melalui perpaduan (hybrid) dua atau lebih metode kendali melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah menjadikan suatu 6 metode kendali untuk menala parameter kendali lainnya, sedangkan pendekatan kedua adalah memparalel kerja kedua pengendali. Pendekatan pertama, diantaranya dikemukakan oleh Arulmozhiyal dan Kandiban (2012), yang menjadikan pengendali fuzzy untuk menala parameter PID. Analisis dilakukan dengan cara mengkomparasi kinerja pengendali PID klasik dengan pengendali fuzzy PID. Hasil yang diperoleh adalah kinerja pengendali PID fuzzy lebih baik daripada pengendali PID klasik. Sejalan dengan itu, Wang dkk. (2012) mengemukakan strategi pengendalian MASTS yang dapat menjamin kecepatan respons tinggi, overshoot rendah dan steady state error kecil dengan cara menala konstanta PID menggunakan FLC, yang disebut dengan fuzzy auto-adjust PID controller. Kaboli dkk. (2013) menala konstanta PI menggunakan pengendali ANFIS, yang disebut dengan hybrid ANFIS tuned PI. Boumediane dkk. (2009) mengkomparasi beberapa metode kendali yaitu pengendali FLC, ANFIS dan ANFIS PSO untuk mengendalikan kecepatan MASTS berbasis MATLAB simulink. Hasil yang diperoleh adalah, kinerja pengendali ANFIS PSO lebih baik daripada pengendali FLC. Zang dkk. (2010) memadukan SMC (Sliding Mode Controller) dan pengendali PID, yang disebut dengan hybrid control of sliding mode and PID controller sebagai pengendali posisi MASTS. Kaliapan dkk. (2010) memadukan GA (Genetic Algoritm) dan FLC sebagai pengendali torsi MASTS. GA digunakan untuk mengoptimasi nilai defuzifikasi, sehingga diperoleh sinyal output pengendali yang tepat untuk mencapai setting. Pendekatan pengendali hybrid kedua adalah memparalel kerja kedua pengendali, diantaranya dikemukakan oleh Mahdi dkk. (2012). Pengendali hybrid neuro-fuzzy-PI diparalel dengan robust integral SSEE (Steady State Error Eliminator) dapat mengatasi persoalan steady state error dan kestabilan yang tinggi, meskipun MASTS mengalami flukstuasi beban. Muhammad dkk. (2011) memparalel FLC dengan pengendali PI yang disebut dengan hybrid PI fuzzy. Kedua pengendali bekerja secara terpisah berdasarkan klasifikasi domain error. Pengendali fuzzy dioperasikan pada domain error besar, sedangkan PI dioperasikan pada domain error kecil. Analisis dilakukan dengan mengkomparasi kinerja pengendali PI, fuzzy dan hybrid PI fuzzy sebagai pengendali kecepatan 7 MASTS melalui simulasi MATLAB. Hasil yang didapat adalah pengendali PI sangat baik beradaptasi pada perubahan torsi besar, sedangkan pengendali fuzzy sangat baik untuk jangkauan setting kecepatan yang lebar. Rubai dkk. (2008) mengembangkan struktur hybrid fuzzy-PID controller (HFPID) dengan memanfaatkan GA untuk menentukan faktor nilai skala optimal variabel output FPID. Pengendali PID klasik diparalel dengan pengendali FPID yang dioperasikan secara terpisah berdasarkan pada kondisi respons dengan metode switching. Pengendali PID klasik dioperasikan pada kondisi normal, sedangkan pengendali FPID dioperasikan pada kondisi osilasi dan overshoot. Struktur pengendali tersebut dinamakan hybrid fuzzy-PID controller using genetic optimation (HFPID). Untuk menguji kinerja HFPID dilakukan pengujian simulasi MATLAB dan diimplementasikan menggunakan komponen dSPACE DS 1104. Penelitian yang dilakukan adalah rekayasa metode hybrid PID-ANFIS sebagai pengendali kecepatan MASTS menggunakan microcontroller ARM Cortex M3 belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain. Penelitian ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari metode-metode terdahulu. Rancangan sistem yang dibangun menghasilkan prototipe instrumen kendali kecepatan MASTS yang memiliki perbedaan dengan peneliti sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat pada metode dan aplikasi yang dikembangkan. Keaslian dari penelitian ini meliputi pengembangan metode dan aplikasi, yang diuraikan sebagai berikut: 1. Metode penelitian yaitu menggunakan algoritma hybrid PID-ANFIS, yang dibagi menjadi dua struktur yaitu summing hybrid PID-ANFIS dan selecting hybrid PID-ANFIS. Struktur summing hybrid PID-ANFIS adalah penjumlahan output pengendali PID dan output pengendali ANFIS merupakan output bagi pengendali hybrid, sedangkan struktur selecting hybrid PID-ANFIS adalah pengklasifikasian domain kerja pengendali PID dan ANFIS berdasarkan domain error kecepatan. Domain error kecepatan dibagi menjadi tiga yaitu: domain error kecil, domain error sedang dan domain error besar. Pengendali PID diupayakan bekerja pada domain error besar, pengendali ANFIS bekerja pada domain error kecil, sedangkan 8 kombinasi pengendali PID dan ANFIS bekerja pada domain error sedang berdasarkan pembobotan sinyal aktivasi masing-masing pengendali yang direpresentasikan dengan kurva linier. Metode penelitian ini berbeda dengan penelitian Arulmozhiyal dan Kandiban (2012) dan Wang dkk. (2012) yang menjadikan pengendali fuzzy untuk menala parameter PID, sedangkan Kaboli dkk. (2013) menjadikan pengendali ANFIS untuk menala parameter PI, Baumediane dkk. (2009) menggunakan metode ANFIS PSO, Zang dkk. (2010) memadukan metode SMC dan PID, Kaliapan dkk. (2010) memadukan GA dan FLC, Mahdi dkk. (2012) memparalel HNF-PI dan SSEE, Muhammad dkk. (2011) memparalel FLC dan PI, Rubai dkk. (2008) memparalel HFPID dan PID. 2. Aplikasi pengendali hybrid PID-ANFIS menggunakan microcontroller ARM Cortex-M3 sebagai komponen utama pengolah data. Akibat keterbatasan memori dan kecepatan clock ARM Cortex-M3, dibutuhkan rancangan algoritma pemograman dengan kompleksitas yang rendah, agar terwujud prototipe alat pengendali kecepatan MASTS yang efektif. Perbedaannya dengan penelitian terdahulu adalah komponen pengolah data menggunakan dSPACE DS 1104 DSP, TMS30F2812 berbasis MATLAB yang memiliki keluasan memori dan kecepatan clock yang tinggi, dan pada umumnya pembahasan hanya sampai tahap analisis melalui simulasi. Penelitian ini layak untuk dikerjakan, dan metode yang dipilih adalah pengendali hybrid PID-ANFIS. Teknis menggabungkan pengendali PID dan pengendali ANFIS serta teknis mengimplementasikan metode tersebut pada microcontroller menjadi pembahasan utama dalam penilitian ini. Penelitian diawali dengan simulasi MATLAB dan selanjutnya dilakukan implementasi melalui rekayasa prototipe alat pengendali kecepatan MASTS menggunakan komponen microcontroller ARM Cortex STM32 F103RB. 9 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian untuk disertasi ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan struktur dan parameter pengendali hybrid PID-ANFIS sebagai pengendali kecepatan MASTS dengan performa respons yang baik; 2. Mendapatkan prototipe alat pengendali kecepatan MASTS, sebagai sarana untuk menguji dan menganalisis kinerja pengendali yang menerapkan struktur dan parameter hybrid PID-ANFIS berbasis microcontroller. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam mengembangkan metode pengendali hybrid PIDANFIS adalah sebagai berikut: 1. Rekomendasi model dan struktur pengendali kecepatan MASTS, dalam rangka meningkatkan performa respons; 2. Menambah khasanah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa struktur pengendali kecepatan MASTS, dengan memadukan pengendali PID dan ANFIS, yang disebut dengan hybrid PID-ANFIS; 3. Secara praktis, prototipe alat pengendali kecepatan MASTS dapat digunakan sebagai model awal untuk perancangan alat pengendali kecepatan MASTS dengan kinerja yang lebih baik.