Chapter I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara menganut sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada ideologi dan falsafah masing-masing negara tersebut. Begitu juga
dengan sistem perekonomian yang ada di Indonesia. Beberapa sistem
perekonomian telah dianut oleh Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga
zaman reformasi sekarang ini. Seperti dikemukakan oleh Atje Partadiredja (1983),
seorang pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagian besar
negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menganut sistem
ekonomi campuran.
Perekonomian Indonesia sampai saat ini masih relatif stabil. Hal ini
ditandai dengan utang Indonesia yang sudah dibawah 25% dari Produk Domestik
Bruto (PDB) (http://finance.detik.com). Menurut lembaga pemeringkat kelas
dunia Fitch’s Rating, ini merupakan peringkat yang setara dengan investment
grade yang berarti Indonesia masuk ke dalam kategori negara dengan investasi
yang baik. Keadaan ini sangat menggembirakan karena mengingat usaha
pemerintah yang terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai di atas 6%
dan menekan defisit anggaran di bawah 2,5%.
Sama halnya dengan perekonomian Indonesia, di beberapa daerah di
Indonesia pun mengalami perubahan dalam perekonomiannya seperti halnya di
Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang stabil. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2010 yang
diukur berdasarkan kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1
Universitas Sumatera Utara
atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,35%. Sedangkan besaran PDRB
Sumatera Utara pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 275,70
triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 118,64 triliun
(www.bpssumut.com).
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tahun 2011 yang diukur
berdasarkan kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan 2000 mencapai angka 6,58%. Di mana PDRB Sumut atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 314,16 triliun, sedangkan berdasar atas dasar harga
konstan 2000 tercapai sebesar Rp 126,45 triliun (www.bpssumut.go.id). Hal ini
menandakan bahwa perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2011 mengalami
peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Sumatera Utara juga membawa
pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah di Sumatera
Utara. Salah satu daerah di Sumatera Utara yang pertumbuhan ekonominya cukup
tinggi adalah Kota Medan. Hal ini ditandai dengan naiknya pendapatan domestik
regional bruto (PDRB) Medan tahun 2011 berdasarkan atas harga yang berlaku
menjadi
Rp
93,1
triliun
dan
tahun
2010
lalu
Rp
74,88
triliun
(www.bpsmedan.go.id). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Kota Medan adalah keberadaan Usaha Kecil Mikro Menengah
(UMKM). Untuk itu, perlu diupayakan pemberdayaan UMKM secara terencana
dan tepat sasaran. Dengan pemberdayaan UMKM yang semakin tinggi,
diharapkan masalah pembangunan kota seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat
2
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang rendah, dan lain-lain mampu diatasi dengan baik oleh
masyarakat dan pemerintah Kota Medan.
Masalah pembangunan yang harus mendapat perhatian penting dari
pemerintah Kota Medan adalah masalah penganguran dan kemiskinan. Husni
(Kepala Bidang (Kabid) Ekonomi Bappeda Kota Medan, 2011) menyatakan
bahwa terjadi penurunan tingkat pengangguran dari tahun 2006-2009 karena
meningkatnya kesempatan kerja yaitu sebanyak 68.368 orang. Atau dengan kata
lain, terdapat rata-rata terciptanya lapangan kerja pertahun sekitar 22.789 orang.
Namun, adanya pertambahan jumlah angkatan kerja di Kota Medan belum
sebanding dengan pertambahan lapangan kerja dikarenakan juga dengan adanya
kenaikan pertumbuhan penduduk. Kenaikan jumlah penduduk yang cukup besar
di Kota Medan menyebabkan angka kemiskinan di Kota Medan belum bisa diatasi
oleh Pemerintah Kota Medan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di bawah
garis kemiskinan di Sumatera Utara Maret 2010 sebanyak 1.490.900 orang. Hal
ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada
bulan Maret 2009 berjumlah 1.499.700 orang.
Masyarakat miskin yang ada di Kota Medan sebagian besar beragama
Islam. Padahal Islam mengajarkan bahwa setiap Muslim adalah saudara, dan
belum sempurna iman seorang Muslim sebelum ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya (H.R Bukhani Muslim). Sebagai agama
mayoritas di negara ini, sudah menjadi tanggung jawab umat Islam untuk
memberantas kemiskinan yang terjadi di negeri yang kaya akan sumber daya alam
ini. Pemberantasan kemiskinan harus menjadi agenda bersama umat Islam
3
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Masyarakat tidak bisa diam saja dan menuntut pemerintah untuk
mengatasi kemiskinan yang jumlahnya akan terus meningkat bila tidak ada
kerjasama pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, harus dibuat langkahlangkah yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan. Program-program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah cenderung menjadi program
yang rawan akan korupsi, kolusi, nepotisme, sehingga sasaran program
pemberantasan kemiskinan lebih sering salah sasaran dan memperbesar angka
kemiskinan baru (www.zisindosat.com).
Berbagai cara telah pemerintah dan pihak-pihak terkait (perbankan dan
swasta) lakukan untuk menanggulangi kemiskian. Misalnya pemberian bantuan
dana pernerintah melalui Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan,
pemberian kredit kepada masyarakat, pemberdayaan dana zakat yang disalurkan
masyarakat melalui unit pengumpulan zakat (UPZ) lembaga keuangan syariah
bekerjasama dengan lembaga-lembaga zakat, dan lain-lain.
Salah satu usaha yang tampak dalam menanggulangi kemiskinan dalam
masyarakat adalah pemberdayaan dana zakat. Dana zakat yang terhimpun dan
masyarakat
melalui
lembaga-lembaga
zakat
akan
dikembalikan
kepada
masyarakat yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai pendapatan ataupun
modal melakukan usaha. Peranan lembaga zakat sekarang ini tidak hanya untuk
memberikan bantuan yang bersifat konsumtif saja tetapi juga untuk bantuan
produktif. Untuk itu, peranan lembaga zakat juga berpengaruh bagi perekonomian
suatu negara walaupun tidak terlalu signifikan.
4
Universitas Sumatera Utara
Dalam perekonomian Islam, sumber pendapatan primer pada masa
Rasulullah SAW adalah zakat dan ’ushr (zakat hasil pertanian) sebagaimana
diwajibkan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60. Zakat adalah salah satu
karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam
perekonomian lain. Menurut Veithzal Rivai dalam Akselerasi Pengembangan
Pendidikan Tinggi Ekonomi Islam di Indonesia, sistem perekonomian diluar Islam
tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian
harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam. Seperti
kisah Qarun pada masa Nabi Musa yang tidak bersedia untuk mengeluarkan
kewajibannya membayar zakat sehingga Allah SWT atas izin-Nya memberikan
azab kepada Qarun berupa tanah runtuh yang dahsyat.Dimana terletak bangunan
gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan
kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik
kekayaan yang menjadi kebanggaannya. Oleh karena itu, kewajiban untuk
mengeluarkan dan membayar zakat sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Apalagi
pada zaman sekarang orang tidak perlu susah untuk membayar zakat karena
banyaknya lembaga zakat. Dengan adanya lembaga zakat diharapkan mampu
menjadi perantara antara mustahik dan muzakki.
Kehadiran lembaga zakat di Kota Medan membawa perubahan bagi
kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Muslim kurang mampu di Kota
Medan. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat Bab I Ayat 1 & 2 menerangkan bahwa Lembaga zakat adalah lembaga
swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan
5
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan zakat, infaq, sedekah secara berdaya guna dan berhasil guna dari
masyarakat untuk masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sedangkan Badan
Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah
terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
Lembaga zakat yang resmi milik pemerintah yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang berada di seluruh Indonesia termasuk Kota Medan dengan nama
BAZDA SU. Di Kota Medan pun juga telah banyak muncul lembaga zakat yang
dibentuk oleh masyarakat diantaranya adalah Rumah Zakat Indonesia (RZI), Pos
Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Dompet Dhuafa, Portal Infaq, Lembaga Amil
Zakat (LAZ), LAZIS Pimpinan Daerah Muhammadiyah I Sumut, LAZIZ
Nahdatul Ulama (LAZIANU), Rumah Yatim, beberapa Baitul
Maal yang
memiliki program ZIS seperti BMT Bina Sarana Mandiri, beberapa Unit
Pengumpulan Zakat (UPZ) bank syariah di Kota Medan seperti BNI Syariah,
Badan Kenaziran Mesjid (BKM), dan unit pengumpulan zakat (UPZ) yang ada di
beberapa kantor-kantor atau departemen-departemen di Kota Medan seperti UPZ
di Kantor Pemerintahan Kota Medan.
Kehadiran lembaga-lembaga zakat tidak hanya berdampak positif terhadap
masyarakat yang membutuhkan (mustahik tetapi juga masyarakat pemberi zakat
(muzakki). Kehadiran lembaga-lembaga zakat tersebut mengindikasikan bahwa
tingginya semangat beragama dikalangan masyarakat muslim di Kota Medan.
Kehadiran berbagai lembaga zakat yang dibentuk oleh masyarakat ini tetapi
jangan sampai menimbulkan masalah baru dengan lembaga zakat yang dibentuk
6
Universitas Sumatera Utara
pemerintah atau lembaga zakat yang dibentuk masyarakat. Oleh karena itu, perlu
koordinasi diantara lembaga-lembaga tersebut agar terhindar dari hal yang tidak
diinginkan.
Lembaga-lembaga zakat ini terus berbenah diri dalam upaya memberikan
bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Lembaga-lembaga zakat tersebut
berperan aktif dalam meningkatkan kehidupan masyarakat kurang mampu (kaum
dhuafa) dengan memberikan bantuan berupa dana yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup maupun sebagai modal usaha. Lembaga zakat
memberikan program-program yang bisa meningkatkan kemandirian masyarakat
sehingga tidak bergantung lagi kepada pemerintah.
Dalam wawancara awal dengan beberapa masyarakat sekitar Kelurahan
Pulo Brayan Darat II Medan pada bulan Oktober, keberadaan lembaga zakat di
Kota Medan menimbulkan berbagai opini beragam bagi masyarakat Kota Medan
khususnya masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan. Masyarakat
Kelurahan Pulo Brayan II yang didominasi oleh masyarakat Muslim ini ikut
merasakan keberadaan lembaga zakat yang telah banyak di Kota Medan. Berbagai
persepsi dan respon tentang lembaga zakat pun semakin membuat lembaga zakat
berkembang dan menuju kearah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, berdasarkan
uraian di atas, maka penulis mencoba menganalisis persepsi dan respon
masyarakat terhadap lembaga zakat. Untuk itu penulis mengambil judul:
“Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi LembagaLembaga Zakat di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo
Brayan Darat II Medan)”.
7
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga
zakat di Kota Medan?
2. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi lembaga-lembaga
zakat di Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi lembagalembaga zakat di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap eksistensi lembagalembaga zakat di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi
terkait seperti Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS),
Departemen Agama, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Kenaziran
Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi
terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat yang ingin rnendapatkan informasi tentang programprogram lembaga-lembaga zakat di Kota Medan.
8
Universitas Sumatera Utara
Download