bab i pendahuluan - Universitas Semarang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal
dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal
kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument.
Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal
Indonesia tercatat dengan hadirnya Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index
(JII) pada bulan Juli tahun 2000. Jakarta islamic Index (JII) sendiri merupakan
kelompok saham yang memenuhi kriteria investasi syariah Islam dalam pasar
modal Indonesia. Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari 30
saham merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi
pasar yang besar. Walaupun masih terbilang baru dalam industri pasar modal
Indonesia, namun sampai pada tahun 2016 kemarin kinerja Jakarta Islamic
2
Index cukup menjanjikan, hal tersebut dapat diterlihat dari pergerakan indeks
saham syariah dan juga pertumbuhan kapitalisasi pasar JII yang pada kurun
waktu 3 tahun terakhir cenderung terus mengalami peningkatan. Berikut
pergerakan Harga Saham JII periode tahun 2014 - 2016 disajikan sebagaimana
pada gambar berikut ini :
Gambar 1.1
Pergerakan Harga Saham JII
800.00
700.00
600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
Harga Saham
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017.
Dilihat dari gambar diatas, harga saham JII mengalami kenaikkan dan
penurunan selama periode tahun 2014 – 2016, harga terendah terjadi pada harga
556,09 di bulan September 2019 yang merupakan titik terendah selama periode
tersebut. Sedangkan harga tertinggi berada pada harga 746,87 di Bulan Agustus
2016. Seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta
Islamic Index (JII). Walaupun tidak sebesar pada Indeks Harga Saham
3
Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indek pada JII lebih besar
dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah
pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal
syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi
bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Kenaikan ataupun penurunan harga saham tersebut
faktor internal dan eksternal perusahaan,
dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal
perusahaan merupakan faktor fundamental yang sering dijadikan acuan dalam
mengambil keputusan investasi, faktor ekonomi makro merupakan faktor yang
paling banyak mendapatkan perhatian dari para pelaku pasar modal, seperti
perubahan nilai Kurs USD/Rupiah, Inflasi, Suku Bunga SBI (BI Rate), Jumlah
Uang Beredar (JUB), Harga minyak Mentah, Harga Emas dan sebagainya.
Pentingnya perhatian terhadap kondisi ekonomi makro, pasar modal
syariah Indonesia yang kinerjanya tercermin pada indeks harga saham JII pun
tidak bisa menampik akan hadirnya faktor-
faktor tersebut. Sebagaimana
diketahui, variabel-variabel ekonomi makro seperti inflasi, nilai tukar uang
Rupiah terhadap US Dollar, tingkat suku bunga SBI sampai pada harga emas
terus senantiasa berfluktuasi di setiap periodenya sehingga terindikasi
berpengaruh terhadap kegiatan investasi di pasar modal.
Tinggi rendahnya inflasi berpengaruh pada kegiatan investasi di pasar
modal. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naikknya harga bahan baku
4
yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunya daya saing terhadap produk
barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, hal ini akan berdampak pada
menurunya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham
perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi akan
menaikan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunya profitabilitas
perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI yang pada akhirnya
akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saha, yang
selanjutnya akan mengurangi minat masyarakat (investor) untuk berinvestasi di
pasar modal. Dengan demikian, inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap
investasi di pasar modal (Mulyani, 2014).
Sementara itu, nilai kurs rupiah terhadap dollar AS menjadi salah satu
faktor yang turut mempengaruhi pergerakan indeks saham di pasar modal
Indonesia. Kestabilan pergerakan nilai kurs menjadi sangat penting, terlebih
bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan ekspor impor yang tidak dapat
terlepas dari penggunaan mata uang asing yaitu dollar Amerika Serikat sebagai
alat transaksi atau mata uang yang sering digunakan dalam perdagangan.
Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat mempengaruhi kinerja
perusahaanperusahaan yang terdaftar di pasar modal. Pada saat nilai rupiah
terdespresiasi dengan dollar Amerika Serikat, harga barang-barang impor
menjadi lebih mahal, khususnya bagi perusahaan yang sebagaian besar bahan
bakunya menggunakan produk-produk impor. Peningkatan bahan-bahan impor
tersebut secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya
5
terindikasi berpengaruh pada penurunan tingkat keuntungan perusahaan,
sehingga hal ini akan berdampak pula pada pergerakan harga saham perusahaan
yang kemudian memacu melemahnya pergerakan indeks harga saham (Ananto,
2012).
Faktor ekonomi lainya yang secara empiris terbukti memiliki pengaruh
terhadap perkembangan perekonomian di beberapa negara adalah tingkat suku
bunga. Penurunan tingkat suku bunga SBI akan diikuti penurunan tingkat suku
bunga komersial yang berlaku di pasar. Rendahnya tingkat suku bunga
komersial tentu tidak menguntungkan untuk menyimpan uang di bank.
Seseorang akan lebih tertarik membeli saham dengan tingkat pengembalian
(rate of return) lebih tinggi daripada menyimpan uangnya dalam deposito. Pada
saat kondisi perekonomian normal, penurunan tingkat suku bungan komersial
juga mendorong dunia usaha untuk melakukan investasi. Maraknya investasi di
sektor riil ini berdampak pada pergerakan pasar modal. Oleh sebab itu,
penurunan tingkat suku bunga berdampak pada kenaikan harga saham, maupun
pada Indeks JII. Tetapi ketika kondisi perekonomian mengalami krisis, maka
jaminan keamanan investasi seperti deposito dirasa lebih aman bagi investor
(Nazwar, 2008).
Investasi dalam bentuk emas dipercaya sebagai salah satu komoditi yang
menguntungkan disebabkan selain harganya yang cenderung mengalami
peningkatan, emas juga merupakan bentuk investasi yang sangat liquid, karena
dapat diterima di wilayah atau di negara mana pun. Ketika potensi imbalan
6
(return) berinvestasi dalam saham atau obligasi tidak lagi menarik dan
dianggap tidak mampu mengompensasi risiko yang ada, maka investor akan
mengalihkan dananya ke dalam aset riil seperti logam mulia atau properti yang
dianggap lebih layak dan aman (Prima, 2013).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan
mengenai variabel-variabel independen yang dipilih dan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda. Berikut adalah ringkasan hasil penelitian terdahulu
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham :
Tabel 1.1
Research Gap
No
Peneliti
Independen
Tahun Dependen
Inflasi
SBI
Kurs Emas Minyak PDB Growth JUB
TB
TB
B
-
TB
-
-
B
B
B
B
-
-
B
-
-
B
-
B
TB
B
-
-
-
1
Miftahul Aniq
2015
2
Neni mulyani
2014
3
Septian Prima
2013
4
Bagus Ananto
2012
TB
B
B
-
-
-
-
-
5
Chairul Nazwar
2008
-
B
-
-
-
-
B
-
Harga
Saham JII
Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal.
Keterangan:
B
: Berpengaruh
TB
: Tidak Berpengaruh
Beberapa peneliti terdahulu meniliti tentang analisis pengaruh variabel
makroekonomi terhadap indeks saham JII yang mana menunjukkan fenomena
hasil yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Mulyani (2014) menunjukkan
7
bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap Indeks JII, hal ini berbeda dengan
Prima (2013) yang menunjukkan pengaruh negatif terhadap Indeks JII. Dalam
Ananto (2012) meneliti bahwa Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap
Indeks JII, sedangkan Aniq (2015) menyatakan jika Suku Bunga SBI tidak
memberikan pengaruh apapun terhadap Indeks JII. Kemudian hasil penelitian
Prima (2013) juga menyebutkan bahwa Harga Emas Dunia tidak berpengaruh
terhadap Indeks JII.
Mengingat terhadap hasil yang berbeda dari pergerakan Indeks JII dan
faktor yang mempengaruhi di setiap periodenya, maka dalam penelitian ini
variabel makro yang akan digunakan adalah Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah,
Suku Bunga SBI dan Harga Emas. Sementara data yang digunakan adalah
Indeks JII di industri keuangan, hal ini disebabkan karena saham-saham yang
masuk dalam perhitungan JII dipandang mencerminkan pergerakan saham yang
aktif diperdagangkan dan juga mempengaruhi keadaan pasar, terdiri dari saham
dengan likuiditas dan kapabilitas pasar yang tinggi memiliki prospek
pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Untuk itu penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah, Suku
Bunga SBI dan Harga Emas terhadap Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII) pada Tahun 2014-2016”
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksudkan untuk memfokuskan pada topik agar
masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan diperoleh sesuai dengan tujuannya.
8
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh naik turunnya
harga saham Indeks JII di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016
karena selama kurun waktu tersebut Indeks JII mengalami fluktuasi harga yang
siginfikan. Dalam penelitian ini, Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah, Suku
Bunga SBI dan Harga Emas digunakan sebagai variabel independen, sedangkan
Indeks JII digunakan sebagai variabel dependen. Tingkat Inflasi, Kurs
USD/Rupiah, Suku Bunga SBI dan Harga Emas merupakan variabel makro
ekonomi yang keberadaanya berpotensi mempengaruhi kegiatan perdagangan
di lantai bursa yang tercermin dari besar kecilnya Indeks JII.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,
pertanyaan pada penelitian ini adalah :
1. Apakah Tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks JII
perdiode 2014-2016 ?
2. Apakah Kurs USD terhadap Rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap
Indeks JII perdiode 2014-2016 ?
3. Apakah Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks JII
perdiode 2014-2016 ?
4. Apakah Harga Emas berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks JII
perdiode 2014- 2016 ?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan dari
diadakanya penelitian ini adalah :
1. Menguji secara empiris pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Indeks JII
perdiode 2014-2016.
2. Menguji secara empiris pengaruh Kurs USD/Rupiah terhadap Indeks JII
perdiode 2014-2016.
3. Menguji secara empiris pengaruh Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap
Indeks JII perdiode 2014-2016.
4. Menguji secara empiris pengaruh Harga Emas terhadap Indeks JII perdiode
2014-2016.
1.4. Kegunaan Penelitan
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama
investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan.
1.4.1. Bagi Investor dan Emiten
Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian dapat
membantu dalam menentukan apakah akan menjual, membeli ataukah menahan
saham yang mereka miliki berkenaan dengan perubahan Tingkat Inflasi, Kurs
USD/Rupiah , Suku Bunga SBI dan Harga Emas. Karena kesalahan dalam
menentukan dan menetapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan
berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami
kerugian.
10
1.4.2. Bagi Pemerintah
Dengan diketahuinya dampak Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah, Suku
Bunga SBI dan Harga Emas terhadap Indeks JII, agar pemerintah dapat
membuat kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan sehingga pengaruh yang telah
atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik oleh pemerintah.
1.4.3. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat membuka wawasan, bahwa
faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa
saham.
1.4.4. Bagi Universitas Semarang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi
mahasiswa mengenai pengetahuan dan wawasan yang mendalam tentang pasar
modal, terutama tentang Harga Saham di Indeks JII. Dalam hal ini pengaruh
Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah, Suku Bunga SBI dan Harga Emas.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel independen Tingkat Inflasi, Kurs
USD/Rupiah, Suku Bunga SBI, Harga Emas, serta variabel dependennya Harga
Saham JII. Secara garis besar definisi operasional dari variabel-variabel yang
digunakan didalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
3.1.1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, variabel dependen
yang akan digunakan adalah Indeks JII. Indeks syariah dalam penelitian ini
sejumlah 30 emiten yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Indeks ini
merupakan kumpulan dari beberapa saham perusahaan yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3.1.2. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Ghozali, 2011).
Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
26
1)
Tingkat Inflasi
Variabel yang digunakan adalah inflasi bulanan yang merupakan
perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dilihat
dari laju inflasi yang terjadi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen.
2)
Kurs USD/Rupiah
Kurs (nilai tukar) adalah perbandingan antara mata uang suatu
negara terhadap mata uang negara lain. Variabel nilai tukar yang dipakai
adalah nilai tukar rupiah terhadap USD dinyatakan dalam USD/Rupiah
atau kurs tengah BI.
3)
Suku Bunga SBI
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia atau BI Rate merupakan
suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral untuk berbagai
sasaran operasional kebijakan moneter guna meningkatkan efektifitas
kebijakan moneter. Suku bunga SBI ini ditawarkan oleh perbankan (Bank
Indonesia) kepada nasabahnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah BI Rate dalam satuan persen. Variabel ini diukur dengan
menggunakan persamaan berikut:
Suku Bunga SBI = BI Rate
4)
Harga Emas
Harga emas dunia ditentukan berdasarkan supply and demand emas
dari seluruh penjuru dunia, bukan ditentukan dari satu daerah saja. Data
27
yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas dalam gram
dalam satuan rupiah.
Berikut dijeskan definisi operasional dalam tabel :
Tabel 3.1.
Definisi Operasional Variabel
No
Nama
Variabel
Definisi
Variabel
Indikator
Sumber
1.
Indeks
Harga
Saham JII
Nilai yang
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
sahamsaham
syariah.
Indeks Harga Saham JII
yang dikeluarkan oleh
BEI
www.dunia
investasi.com
2.
Tingkat
Inflasi
Kenaikan
harga
barang
secara
umum dan
terus
menerus.
Inflasi = CPI tahun
Kedua – CPI tahun
Pertama : CPI tahun
pertama
Aniq (2015)
3.
Kurs
USD/Rp
Nilai tukar
USD
terhadap
Rupiah
Kurs =
www.bi.go.id
28
4.
Suku
Bunga SBI
Suku bunga
yang
ditetapkan
oleh
BI
sebagai
acuan kredit
perbankan
Suku Bunga SBI = BI
Rate
5.
Harga
Emas
Nilai untuk
membeli 1
gr
emas
dinyatakan
dalam
rupiah
Indeks harga yang
dikeluarkan badan
harga emas.
Aniq (2015)
Hidayat (2010)
Sumber: Berbagai artikel jurnal, diolah 2017.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik
pengambilan sampel adalah teknik Purposive sampling, yaitu dengan memantau
perkembangan yang masuk dalam perhitungan index JII setiap 6 bulan sekali
dilakukan review pergerakan peringkat saham dan untuk menjamin kewajaran
pemilihan saham, sehingga jika ada saham yang tidak memenuhi kriteria tidak akan
dimasukkan dalam indeks JII dan digantikan dengan saham yang lain yang memenuhi
kriteria.
Periode sampling selama tahun 2014 - 2016, sehingga pengamatan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan data time series sebanyak 36 bulan
pengamatan dari Januari 2014 – Desember 2016.
29
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder tersebut meliputi Tingkat Inflasi, Kurs USD/Rupiah, Suku Bunga SBI,
Harga Emas dan Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan data time series
penutupan setiap akhir bulan yang diambil mulai dari bulan Januari 2014 sampai
Desember 2016 yang berjumlah 36 data penelitian setiap variabelnya.
Sumber data juga diperoleh dari website yang
penelitian antara
lain yaitu:
www.idx.com,
berkaitan dengan topik
www.bi.go.id,
www.bps.go.id,
www.hargaemas.org dan ditambah data pendukung lainnya seperti artikel-artikel di
internet, buletin, jurnal, dan
penelitian lain yang terkait dan relevan dengan
penelitian ini.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
mendokumentasikan yaitu mencatat data bulanan yang tercantum pada Monthly
Statistic untuk data Harga Saham JII bulanan. Untuk data Kurs USD/Rupiah,
Suku Bunga SBI dan Harga Emas bulanan yang diperoleh dari jurnal Bank
Indonesia periode 2014 - 2016 serta Harga Emas diperoleh dari www.
hargaesmas.org periode 2014 - 2016.
30
3.5. Teknik Analisis
3.5.1. Analisi Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, sum, range,
kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). Pada
penelitian ini penyajian data menggunakan tabel dan analisis datanya
menggunakan jumlah sampel, mean, minimum, maximum dan standar deviasi.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
koefisien regresi terbaik linier dan tidak bias atas Ordinary Least Square
(OLS). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi bergandan perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji
asumsi
klasik
terdiri
dari
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas,
uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi (Ghozali, 2011).
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
31
normal, jika dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2011). Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak :
1.
Analisis Grafik
Dengan
analisis
grafik
yang
dilihat
dengan mendeteksi
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat
histogram dari residualnya. Dasar keputusannya:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram
tidak menunjukan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2.
Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan
ketentuan jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data residual tidak
normal, sedangkan jika nilai signifikansi > 0,05 maka data residual
bersdistribusi normal.
32
3.5.2.2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011) uji ini bertujuan menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada
model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak
terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam
model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation
factor (VIF). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas
didalam model ini adalah sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat
korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi
(> 0,9), hal ini
merupakan indikasi adanya multikolenaritas.
c) Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilai cut off Tolerance < 0.10
dan VIF > 10, berarti terdapat multikolinearitas.
3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik
adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk
mendeteksi
adanya
heterokedastisitas
dilakukan
dengan
33
menggunakan
Uji
Glejser.
Dasar
pengambilan
keputusan
uji
heteroskedastisitas melalui Uji Glejser dilakukan sebagai berikut :
a) Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan
statistik yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat
heteroskedastisitas.
b) Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti
data empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.
3.5.2.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series) (Ghozali, 2011).
Untuk
melihat terjadi atau tidaknya
menggunakan Uji Durbin Watson, dimana jika :
autokorelasi dapat
34
Tabel 3.2
Ketentuan Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
D-W
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada autokorelasi
Antara 1,10 sampai 1,54
Tanpa kesimpulan
Antara 1,55 sampai 2,46
Tidak ada autokorelasi
Antara 2,46 sampai 2,90
Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada autokorelasi
Sumber: Rozaid dan Cahyo (2006)
3.5.3. Model Regresi
Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
berganda, dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan empat
variabel independen. Menurut (Ghozali, 2011) analisis regresi berganda pada
dasarnya merupakan studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat)
dengan dua atau lebih variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel yang diketahui.
Model regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana:
JII
= Indeks JII
a
= konstanta
35
b1,b2,b3,b4
= koefisien regresi
INF
= Tingkat Inflasi
KURS
= Kurs USD/Rupiah
SBI
= Suku Bunga SBI
GOLD
= Harga Emas
3.6. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi melalui
uji statistik t dan uji statistik F. Analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap dependen secara parsial atau simultan
serta untuk mengetahui persentase dominasi variabel independen terhadap
variabel dependen.
3.6.1 Uji Statistik F
Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan
uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, nilai F
ratio dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan
niai t tabel. Jika F rasio > F tabel atau prob-sig < α : 5% berarti bahwa masingmasing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap dependen.
Dalam penelitian ini Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh
Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah Terhadap US Dollar, Suku Bunga SBI dan Harga
36
Emas Dunia terhadap Indeks JII secara simultan. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah (Ghozali, 2006):
a) Merumuskan Hipotesis (Ha ; H1, H2, H3, H4)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
Sedangkan H0 berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
b) Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α = 5%)
c) Membandingkan F hitung dengan F tabel Nilai F hitung, jika :
1) Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. PV hasil < PV Peneliti (α <
0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Bila F hitung > I tabel, variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. PV Hasil > PV Peneliti (α > 0,05)
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
3.6.2 Uji Statistik t
Pengujian terhadap koefisien regeresi secara parsial dilakukan dengan
uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan
bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikansi
sebesar 95%, nilai t hitung dari masing-masing koefisien regresi kemudian
37
dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika t-hitung > t-tabel atau prob-sig < α =
5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara
positif terhadap variabel dependen.
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2)
Merupakan besaran yang memberikan informasi goodness of fit dan
persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase kekuatan
pengaruh variabel yang menjelaskan (X1, X2, X3, X4) secara simultan terhadap
variasi dari variabel dependen (Y). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2
yang kecil menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2011). Nilai
yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
Download