Bab 5 Ringkasan Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis

advertisement
Bab 5
Ringkasan
Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Pengaruh Labeling Terhadap Konsep
Diri Pada Tokoh Shinagawa Daichi Dalam Drama Yankee Kun To Megane Chan
Bab pertama, yaitu pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang penulisan
skripsi yang mencakup pemilihan tema serta pemilihan korpus data. Adapun alasan
yang melatarbelakangi penulis memilih tema serta korpus data skripsi ini yakni
sebagai pembelajar sastra Jepang yang tidak hanya mempelajari tata bahasa saja,
tetapi juga kebudayaan serta kesusasteraannya. Dewasa ini banyak sekali jenis karya
sastra dari Jepang yang telah memasuki pasar internasional. Salah satunya adalah
drama. Drama tidak hanya menjadi salah satu media hiburan, tetapi melalui
representasi sebuah drama, masyarakat luar juga dapat mengetahui kebiasaankebiasaan yang manjadi tradisi masyarakat Jepang, masalah-masalah sosial yang
terjadi di Jepang, konsep mengenai sebuah budaya di Jepang dan lainnya. Karena
ketertarikan penulis terhadap drama, dalam skripsi ini, penulis menggunakan drama
sebagai objek penelitiannya. Penulis akan meneliti aspek psikologi tokoh utama dari
sebuah drama yang berjudul Yankee kun To Megane chan. Tokoh utama drama ini
bernama Shinagawa Daichi. Dalam kesehariannya ia sering mendapat julukan yang
negatif dari orang-orang disekitarnya. Penulis menemukan adanya pengaruh
penjulukan tersebut terhadap konsep diri tokoh Shinagawa, yang pada akhirnya
mempengaruhi tingkah lakunya. Dari hal tersebut, maka penulis mengangkat tema
mengenai pengaruh labeling terhadap konsep diri. Satu (2009 : 2) menjelaskan
bahwa labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, merek oleh masyarakat
terhadap seseorang. Pemberian julukan terkadang sering dilakukan secara tidak sadar.
Misalnya, pada anak yang memiliki keterbatasan dalam belajar, orang tua dengan
mudahnya memberikan cap “dasar anak bodoh!”. Tanpa disadari akan berpengaruh
pada pembentukan konsep diri anak. Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai
diri sendiri; penilaian atau penaksiran mengenai diri-sendiri oleh individu yang
bersangkutan. Pengalaman dan interaksi menjadi hal yang paling mendasar, yang
membentuk konsep diri. Dengan demikian, konsep diri seseorang ditentukan oleh
interaksinya dengan lingkungan sekitar. Julukan negatif yang diterima Shinagawa
Daichi dari lingkungannya, tentu saja berpengaruh pada pembentukan konsep dirinya.
Hal inilah yang kemudian akan menjadi fokus daam penelitian ini. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara labeling dengan konsep
diri yang dimiliki seseorang. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
kepustakaan, deskriptif analitis dan kualitatif.
Bab kedua, yaitu landasan teori yang berisi tentang definisi, perkembangan,
dimensi serta jenis konsep diri. Definisi mengenai konsep diri, banyak dijabarkan
oleh para ahli. Salah satunya menurut Hurlock (1990 : 58) memberikan pengertian
tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep
diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka
sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi. Konsep diri bukanlah faktor yang terbentuk atau dibawa sejak lahir. Willey
dalam Calhoun dan Acocela (1995 : 76 ), dalam perkembangan konsep diri, yang
digunakan sebagai sumber pokok infomasi adalah interaksi dengan orang lain, karena
seiring dengan pertumbuhannya, individu selalu
berinteraksi dengan orang lain
(orang tua, teman sebaya dan masyarakat). Konsep diri terdiri dari 3 konponen atau
dimensi, yaitu pengetahuan, penilaian dan harapan. Konsep diri dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu konsep diri positif, dimana individu memiliki penilaian yang positif
terhadap dirinya, dan konsep diri negatif, dimana individu memiliki penilaian yang
negatif terhadap dirinya. Positif atau negatif konsep diri seseorang, akan terlihat dari
tingkah lakunya. Selain teori mengenai konsep diri, penulis juga menggunakan teori
labeling. Lemert dalam Hurton (1999 : 199), mengemukakan bahwa dengan mencap
suatu perbuatan sebagai perbuatan menyimpang, maka itu berarti kita mulai
menciptakan serangkaian perbuatan yang cenderung
mendorong orang untuk
melakukan penyimpangan yang lebih besar, dan akhirnya menciptakan pola hidup
menyimpang. Jadi tindakan pemberian cap mengawali pembenaran ramalan-pribadi
(self-fulfilling prophesy). Hal ini dikarenakan labeling memiliki pengaruh yan besar
terhadap konsep diri seseorang. Mengenai hubungan labeling dengan konsep diri,
Coloraso (2003 : 155) menjelaskan bahwa ketika pikiran, perasaan dan
kecenderungan diabaikan, diremehkan atau dihukum, anak-anak dapat sampai pada
keyakinan bahwa memang ada sesuatu yang salah dengan mereka, dan mereka mulai
berperilaku seolah-olah bahwa hal itu memang benar. Gambaran mengenai pengaruh
labeling terhadap konsep diri pada tokoh Shinagawa Daichi dalam drama Yankee
Kun To Megane Chan dalam skripsi ini, dilakukan secara verbal dan non-verbal,
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2002 : 201-203).
Bab ketiga, yaitu analisis data, yang berisi analisis pengaruh labeling terhadap
konsep diri pada tokoh Shinagawa Daichi secara verbal dan non verbal. Penulis akan
membagi label yang diterima Shinagawa Daichi menjadi lebih spesifik. Penulis akan
membagi label menjadi 3, yaitu label “anak bodoh”, label “tidak bisa diandalkan”,
serta label “yankee”. Masing-masing label negatif tersebut memiliki pengaruh yang
negatif pula terhadap pembentukan konsep diri Shinagawa Daichi. Misalnya, label
“anak bodoh” yang sering diucapkan keluarganya, membuatnya menjadi sosok yang
memiliki motivasi berprestasi yang sangat rendah. Hal ini dapat terlihat pada
aktivitas kehidupannya di sekolah. Shinagawa Daichi menjadi seseorang yang selalu
bermalas-malasan di dalam kelas dan memiliki nilai-nilai yang sangat buruk. Selain
label sebagai “anak bodoh”, Shinagawa Daichi juga sering disebut sebagai “orang
yang tidak dapat diandalkan”. Label ini juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
konsep dirinya. Sejak dahulu, Shinagawa Daichi memiliki cita-cita untuk menjadi
dokter seperti ayahnya. Mulanya ia memiliki tekad yang cukup kuat untuk giat
belajar dan mencapai cita-citanya. Akan tetapi, karena ia sering dilabel sebagai
“orang yang tidak dapat diandalkan”, ia menjadi seorang yang pesimis. Hal ini dapat
terlihat pada adegan ketika Shinagawa Daichi menyampaikan kepada sahabatnya
bahwa ia ingin berhenti sekolah saja. Label negatif yang terakhir yang ia dapatkan
dari teman-temannya adalah label “yankee”. Karena Shinagawa Daichi sering
mendapat cemoohan ini dari teman-temannya, ia mnjadi sosok yang menarik diri
secara sosial. Ia lebih memilih untuk menyendiri di atap gedung sekolah daripada
berada di sekitar teman-temannya.
Bab 4, yaitu simpulan dan saran, yang berisi tentang kesimpulan dari analisis
yang penulis telah lakukan, dan saran penulis bagi penelitian selanjutnya.
Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa labeling
negatif telah mempengaruhi tokoh Shinagawa Daichi, sehingga ia memiliki konsep
diri negatif. Penulis menemukan adanya hubungan yang erat antara labeling dan
konsep diri Shinagawa Daichi. Salah satu indikasi yang menunjukkan konsep diri
negatif pada tokoh Shinagawa Daichi adalah perasaan bodoh pada diri sendiri. Hal
ini disebabkan karena keluarganya sering melabelnya sebagai “anak bodoh”. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1999 : 173 & 235), bahwa nama dan
julukan dapat mempengaruhi konsep diri anak-anak dan remaja. Labeling yang
bernada cemoohan akan mengakibatkan perasaan rendah diri. Label “bodoh” juga
menyebabkan Shinagawa Daichi menjadi individu yang memiliki motivasi
berprestasi yang rendah, yang juga merupakan indikasi konsep diri negatif.
Label
kedua yang menempel pada diri Shinagawa Daichi adalah label sebagai “orang yang
tidak dapat diandalkan”. Mulanya, Shinagawa Daichi memiliki keinginan kuat untuk
belajar dengan giat dan menggapai cita-citanya menjadi dokter, seperti ayahnya.
Akan tetapi semua berubah ketika ia mendapat label ini. Ia malah bermalas-malasan
dan ingin berhenti sekolah. Dari hal tersebut, dapa disimpulkan bahwa Shinagawa
Daichi menjadi sosok yang pesimis dan tidak percaya diri. Label yang terakhir
adalah label “yankee”. Dalam kesehariannya, Shinagawa Daichi selalu dicap sebagai
“yankee” oleh teman-temannya. Label tersebut akhirnya membuat Shinagawa Daichi
menarik diri secara sosial. Dari hal yang telah penulis jabarkan ini, dapat ditarik
kesimpuan bahwa labeling negatif akan menghasilkan konsep diri negatif. Seperti
yang terlihat pada tokoh Shinagawa Daichi bahwa labeling yang diterimanya telah
mempengaruhi pengetahuan, pengharapan dan penilaian dirinya, yang pada akhirnya
membentuk konsep diri yang negatif, yang ditandai dengan indikasi-indikasi yang
telah penulis jabarkan.
Selain tema yang telah penulis teliti, drama Yankee-kun to Megane-chan,
memiliki banyak hal menarik lainnya, yang dapat dijadikan tema dalam sebuah
penelitian. Saran penulis untuk penelitian selanjutnya adalah mengambil tema yang
bersangkutan dengan hubungan antara motivasi dan perubahan perilaku pada tokoh
Shinagawa Daichi. Shinagawa Daichi digambarkan sebagai anak yang memiliki
perilaku yang buruk. Akan tetapi perilakunya perlahan-lahan berubah menjadi positif
ketika ia mendapat motivasi dari orang-orang disekitarnya, terutama dari teman
sekolahnya yang bernama Adachi Hana. Dari hal tersebut dapa terlihat keterkaitan
yang erat antara motivasi dan perubahan perilaku.
Download