BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakekatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan dasar tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak kategori atau jenis. Salah satunya ialah kebutuhan fisiologis (seperti oksigen, cairan, nurisi, eliminasi, dan lain-lain) sebagai kebutuhan yang paling mendasar dalam jasmaniah. Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Asmadi, 2008). Maslow (1970), menyampaikan bahwa kebutuhan dasar manusia secara hirarkhis terdiri dari; kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian dikembangkan oleh Richard A. Khalish (1973), dimana tingkatan kebutuhan fisiologis meliputi; kebutuhan oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, eleminasi, istirahat dan tidur, menghindari dari rasa nyeri, regulasi suhu tubuh, stimulasi, aktivitas, eksplorasi dan manipulasi, dan seksual (Kusnadi & Atoilah, 2013). Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut Kusnadi dan Atoilah (2003), cairan merupakan komposisi terbesar dalam tubuh manusia dewasa (+60% dari BB). Bila tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian. Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran cairan. Cairan dimasukkan melalui mulut atau secara parenteral, dan cairan meninggalkan tubuh dari saluran pencernaan, paru-paru, kulit, dan ginjal. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia yang paling muda dan yang paling tua memiliki risiko terbesar. Penyakit parah, trauma atau klien yang cacat juga cenderung untuk mengalami kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan (Potter dan Perri, 2005). Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar (Alimul, 2006). Jumlah asupan cairan 1 Universitas Sumatera Utara 2 harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia (Pranata, 2013). Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Salah satu gangguan keseimbangan cairan adalah hipovolume (kekurangan cairan) yang terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi jika disatukan dengan penurunan masukan cairan. Penyebab hipovolume adalah kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat muntah-muntah, diare, perdarahan gastrointestinal, berkeringat, dan penurunan masukan seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan (Smeltzer dan Bare, 2002). Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang terdiri dari jaringan epitel dari kolon atau rektum. Menurut WHO (2007) dalam Suratun & Lusianah (2010), menyebutkan kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia, dengan angka mortalitas 677.000 setiap tahun. Diseluruh dunia 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker. Insiden kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk (Suratun dan Lusianah, 2010). Tanda dan gejala dari kanker kolorektal adalah penurunan berat badan, keletihan, perubahan kebiasaan defekasi, diare, dehidrasi, feses cair, dan terdapatnya perdarahan dari anus (Suratun dan Lusianah, 2010). Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan. Dehidrasi mungkin karena demam berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare, trauma, atau beberapa kondisi yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat. Edema juga diikuti oleh gangguan elektrolit dan bisa muncul pada gangguan nutrisi, kardiovaskuler, ginjal, kanker, traumatik, atau gangguan lain yang menyebabkan akumulasi cairan yang cepat (Potter dan Perri, 2005). Pentingnya pemenuhan kebutuhan klien akan cairan dan elektrolit selama dilakukan perawatan menarik minat penulis untuk membahas dan menyusun intervensi untuk penatalaksanaan gangguan cairan dan elektrolit yang dialami oleh klien. Universitas Sumatera Utara 3 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorektal dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit Di RS. Pirngadi Medan 2. Tujuan Khusus 1) Menjelaskan konsep dasar cairan dan elektrolit dari mulai pengkajian sampai dengan perencanaan keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit di RS Pirngadi Medan. 2) Menjelaskan asuhan keperawatan kasus dari mulai pengkajian sampai dengan implementasi keperawatan bagi pasien kanker kolorektal dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit di RS Pirngadi Medan. 3) Menjelaskan pembahasan dari intervensi yang telah dilakukan dengan evaluasi akhir yang telah di dapat perawat dari catatan perkembangan pasien kanker kolorektal dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit di RS Pirngadi Medan. C. Manfaat 1. Bagi Penulis Memberi informasi, pengalaman pertama dan menambah wawasan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorektal serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. 2. Bagi Pasien Sebagai masukan untuk mendapat informasi dan pengetahuan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dirumah sakit serta meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang mengalami kanker kolorektal. Universitas Sumatera Utara 4 3. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya pasien kanker kolorektal dengan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dan sebagai referensi perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Universitas Sumatera Utara