Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 ISSN: 2089-9815 PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN ADOPSI E-MARKETPLACE BAGI UMKM BATIK DENGAN MODEL E-READINESS Taryadi Program Studi Komputerisasi Akuntansi,STMIK Widya Pramata Pekalongan Jl. Patriot No. 25 Pekalongan 51146 E-mail: [email protected] ABSTRAKS Studi ini bertujuan untuk melakukan analisis tingkat kesiapan adopsi pemasaran secara elektronik yaitu emarketplace yang dilakukan oleh UMKM di Kota Pekalongan. Metode yang digunakan yaitu metode e-readiness dengan menggunakan 6 indikator yaitu awareness, government, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan adopsi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa UMKM batik di Kota Pekalongan telah memiliki tingkat kesiapan yang cukup siap untuk menggunakan sarana teknologi informasi untuk memasarkan produknya melalui e-marketplace. Berdasarkan hasil pengukuran pada indikator yang digunakan didapatkan hasil bahwa indikator awarenes memiliki nilai 3.50, indikator governance memiliki nilai 2.99, komitmen memiliki nilai 2.99, Sumber daya bisnis memiliki nilai .82, sumber daya manusia memiliki nilai 2.62, sumber daya teknologi memiliki nilai 2.98 sedangkan adopsi memiliki nilai 3.13. Nilai yang didapatkan menunjukkan pada level cukup siap untuk melakukan adopsi e-marketplace. ABSTRACKS This study aimed to analyze the level of preparedness of the adoption of electronic marketing is the emarketplace conducted by SMEs in Pekalongan. The method used is the method of e-readiness by using six indicators: awareness, government, commitment, business resources, human resources, technology resources and adoption. The measurement results show that SMEs batik in Pekalongan has had a considerable degree of readiness ready to use information technology means to market their products through the e-marketplace. Based on the results of measurements on the indicators used showed that awarenes indicator has a value of 3:50, the indicator governance has a value of 2.99, the commitment has a value of 2.99, the Resources business has a value of .82, human resource has a value of 2.62, the resource has a value of 2.98 whereas technology adoption has a value of 3:13. The value obtained indicates the level is quite ready to make the adoption of e-marketplace. Kata Kunci: adopsi e-marketplace, tingkat kesiapan, umkm batik kota pekalongan Ada dua tantangan utama bagi pengusaha dalam perdagangan internasional saat ini yaitu, akses pasar dan peningkatan daya saing. Penggunaan teknologi informasi dalam pemasaran produk batik adalah salah satu usaha dalam memperluas akses pasar. ecommerce merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh UMKM batik untuk memasarkan produknya selain dapat memperluas akses pasar. UMKM batik harus melihat manfaat e-commmerce untuk akses pasar secara mudah dan efisien seiring era globalisasi yang pasti dihadapi (Prabowo, 2014). Adopsi e-commerce memberikan manfaat yang besar bagi pelaku usaha (Sevtian, 2011). Saat ini UMKM batik di Kota Pekalongan telah banyak yang melakukan adopsi pemasaran secara elektronik dengan memanfaatkan web. Namun demikian kendala yang dihadapi adalah banyaknya kasus penipuan dan tingkat kepercayaan yang rendah dari konsumen pada pemasaran secara elektronik ini karena tidak adanya jaminan atas transaksi yang dilakukan. Dengan maraknya berbagai kasus yang terjadi maka perlu solusi untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan untuk melakukan transaksi melalui pemasaran secara online. Untuk meningkatkan 1. PENDAHULUAN Sebagai “Kota Batik”, Kota Pekalongan menjadi penghasil batik dan ikon baik di Jawa Tengah. Industri batik memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekenomian di Pekalongan dan menjadi penopang hidup bagi sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan. Pemerintah Kota Pekalongan memberikan dukungan dalam hal pemasaran batik dengan cara membangungan pusatpusat pemasaran dan kampung batik untuk memudahkan pembeli membeli batik. Meskipun industri batik di Kota Pekalongan memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekonomian di Pekalongan, industri batik belum berkembang secara maksimal. Faktorfaktor dominan yang membatasi perkembangan industri batik antara lain yaitu : persaingan (persaingan klaster, persaingan domestik dan persaingan luar negeri), penyelundupan, kebijakan ekonomi, kebijakan harga, permodalan dan manajerial, penguasaan teknologi, termasuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam upaya pengemangan bisnis. Permasalahan lain yang dihadapai UMKM batik saat ini adalah kesulitan dalam pemasaran (Sulistyorini, 2014) 162 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 kepercayaan pelanggan dapat menggunakan model e-marketplace. Model e-marketplace dimungkinkan adanya rekening bersama dan adanya jaminan dari pihak ketiga agar transaksi berjalan sukses. Kekhawatiran akan penipuan dan tidak terkirimnya barang dari konsumen akan dapat dihilangkan. Sedangkan dari sisi merchant kepercayaan akan terbayarnya barang yang dikirimkan akan lebih tinggi karena adanya fasilitas rekening bersama. Sebelum model pemasaran e-marketplace ini diterapkan perlu dilakukan studi untuk melihat tingkat kesiapan dari pelaku usaha dalam hal ini UMKM batik di Kota Pekalongan. Salah satu cara untuk menguji tingkat kesiapan ini mengunakan metode pengujian e-Readiness adopsi teknologi informasi (Dada, 2006). 1.1 Landasan Teori E-marketplace merupakan sebuah pasar online (biasanya B2B) dimana pembeli dan penjual bertukar barang atau jasa. Pembeli dapat mencari supplier sebanyak mungkin dengan kriteria yang diinginkan, sehingga memperoleh sesuai harga pasar. Sedangkan bagi supplier/penjual dapat mengetahui perusahaan-perusahaan yang membutuhkan produk/jasa yang dijual (Pavlou dan Gefen, 2012). Proses pengukuran kesiapan secara electronik (E-readiness) bagi perusahaan dalam penggunaan emarketplace perlu dilakukan. Kesiapan elektronik merupakan suatu ukuran terhadap kesiapan secara nasional, ekonomi dan persiapan untuk menerima manfaat dari penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK). Menurut Lai dan Ong (2010), makna kesiapan adalah suatu konsep perubahan yaitu suatu konsep pengembangan dan pergerakan. Konsep kesiapan tidak hanya mengenai kematangan fisik tetapi juga kombinasi dari tekanan emosi dan situasi sebagai akibat proses pembelajaran lingkungan dan hasil dari operasi yang baru. Kesiapan untuk berubah muncul menjadi suatu kematangan yang penting atau ukuran semangat dalam melaksanakan ebusiness. Kegiatan E-Business dipandang sebagai suatu sistem sosial dimana para pekerja merupakan aspek yang terpenting. Sehingga perlu mengetahui bagaimana membantu para pekerja dapat menerima beberapa perubahan e-business di organisasi. Oleh karena itu, mengetahui kesiapan para pekerja untuk memahami penggunaan e-business di perusahaan adalah hal yang sangat penting untuk mensukseskan operasi e-business itu sendiri. Sehingga studi Lai dan Ong (2010) ini mengembangkan konsep perubahan untuk mengukur kesiapan para pekerja dalam melaksankan e-business menggunakan faktor teknologi, struktur dan tugas dengan diuraikan dalan konstruk benefit, security, collaboration, dan certainty. Beberapa indikator dari kesiapan elektronik ini seperti, jumlah sambungan telepon per 100 orang ISSN: 2089-9815 atau persentase GDP terhadap infrastruktur TIK. Sehingga kesiapan elektronik ini sering diartikan dalam lingkup suatu negara (Dada, 2011). Akan tetapi, Molla dan Licker (2005) menyatakan bahwa kesiapan elektronik ini tidak hanya dalam lingkup makro (negara), lingkup mikro (perusahaan) juga perlu diukur seperti, peranan para manajer, komitmen dan sumberdaya yang tersedia di organisasi. Kesiapan untuk Penggunaan ECommerce dapat diukur melalui “8C” yaitu: Connectivity, Content, Community, Commerce, Capacity, Culture, Cooperation dan Capital (Rao, 2003). Dalam studi ini, model penelitian menggunakan model yang dikembangkan oleh Molla dan Licker (2005). Konstruk yang akan dikembangkan terdiri dari enam faktor kesiapan secara internal/organisasi (KI). Kesiapan secara internal mencakup kesiapan kesadaran (Awareness), komitmen, SDM, Teknologi, sumber daya usaha, dan governance. 1.2 Metodologi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kuantitatif, sebagai suatu penelitian explanatory dalam suatu penelitian survey lapangan. Untuk menjalankan penelitian kuantitatif ini, dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data primer dari UMKM Batik di Kota Pekalongan. Penelitian ini akan dilakukan dengan objek dan metode yang berbeda berdasarkan rumusan masalah. Penelitian ini akan melakukan pengukuran sejauh mana kesiapan secara elektronik dari aspek internal dalam mengadopsi e-marketplace dikalangan UMKM Batik di Kota Pekalongan. Cara penentuan responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Para responden adalah UMKM batik di Kota Pekalongan. yang tersebar di beberapa lokasi yaitu Pasar Grosir Setono, Pasar Banjarsari, Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Medono dan Kampung Batik Jenggot. Pengukuran tingkat kesiapan dengan model ereadiness menggunakan indikator berikut: a. Awareness (kepedulian) b. Governance (tata kelola) c. Kepedulian d. Sumber daya bisnis e. Sumber daya manusia f. Sumber daya teknologi g. Adopsi (Molla dan Liker, 2005) Penilaian tiap indikator pengukuran menggunakan skala seperti tampak dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Skala pengukuran indikator tingkat kesiapan No Skala Keterangan 1. Skor 5 Sangat setuju 2. Skor 4 Setuju 3. Skor 3 Cukup setuju 4. Skor 2 Tidak setuju 5. Skor 1 Sangat tidak setuju 163 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 ISSN: 2089-9815 d. Responden Berdasarkan Rata-Rata Mengakses Internet Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa UMKM bisa dikatakan rutin dalam mengakses internet, sedikitnya satu kali dalam sehari. UMKM batik yang rutin mengakses internet sebesar 40,5 %. Namun angka ini lebih kecil dibandingkan jumlah responden yang hanya mengakses satu sampai tiga kali dalam seminggu, yaitu sebesar 59,5%. 2. PEMBAHASAN 2.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Responden Berdasarkan Omset Penjualan Tahunan Berdasarkan pengolahan data responden berdasarkan omset penjualan dalam setahun seperti terlihat pada tabel 2. diketahui bahwa rata-rata omset penjualan adalah kurang dari 100 juta dan antara 100 juta – 500 juta yaitu masing-masing sebanyak 36%. Sedangkan yang memiliki omset antara 500 juta – 1 milyard sebesar 25% sisanya sebanyak 3 % memiliki omset antara 1 milyard sampai dengan 2.5 milyard. Tabel 2. Responden berdasarkan omset penjualan per tahun Omset % Kurang dari 100 juta 36 % 100 – 500 juta 36 % 500 juta - 1 milyar 25 % 1 milyar – 2.5 milyar 3% Tabel 5. Responden berdasarkan rata-rata mengakses internet Rata-rata menggunakan internet % 1 x sehari 37 % 1-3 x seminggu 5% 1 x seminggu 3% 1-3 x sebulan 1% 1 x sebulan 0% Tidak tentu 53 % e. Responden Berdasarkan Tujuan Mengakses Internet Berdasarkan tujuan mengakses internet paling banyak adalah untuk mendapatkan informasi tentang bahan baku dan usaha dan melakukan komunikasi yaitu sebesar 84,6 %. Sedangkan sisanya mengakses internet untuk email, mencari teman di jejaring sosial, atau sekedar untuk bermain game. Seperti dijelaskan pada tabel 6. b. Responden Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan usia mayoritas responden berusia 25-45 tahun (73%) adalah yang paling banyak mengakses internet. Sedangkan usia > 46 tahun hanya mengakses internet sebanyak 27,2 % seperti terlihat dalam tabel 3. Tabel 3. Responden berdasarkan kelompok usia Usia % < 30 tahun 36 % 30-40 tahun 36 % 41-50 tahun 25 % > 50 tahun 3% Tabel 6. Responden berdasarkan tujuan mengakses internet Tujuan Mengakses Internet % Komunikasi 39 % Media Sosial 36 % Mencari Informasi Bahan Baku dan Usaha 23 % Games 2% c. Responden Berdasarkan Karyawan Yang Memahami Internet Tabel 4. Responden berdasarkan karyawan yang memahami internet Karyawan yang memahami internet % Tidak Ada 8% 1 orang 23 % 2-3 orang 53 % 4-5 orang 13 % >5 orang 3% Total 100 % f. Responden Berdasarkan Peluang Memasarkan Produk Melalui Internet Berdasarkan peluang memasarkan produk melalui internet didapatkan hasil bahwa responden menyadari akan peluang memasarkan produk melalui internet sangat menjanjikandengan persentase sebesar 84,5%. Responden yang berpendapat bahwa e-marketplace kurang menjanjikan hanya sebesar 8% saja dan sisanya tidak tahu seperti terlihat pada tabel 7. Berdasarkan tabel 4. terlihat bahwa mayoritas UMKM batik di Kota Pekalongan rata – rata hanya memiliki dua sampai tiga orang karyawan yang memahami internet. Selain itu juga sebagian UMKM hanya hanya memiliki satu karyawan yang memahami internet yaitu sebesar 23 %. Tabel 7. Responden berdasarkan peluang memasarkan produk melalui internet Peluang e-marketplace % Tidak Menjanjikan Sama Sekali 0 Tidak Menjajikan 8% Tidak Tahu 9% Menjajikan 41 % Sangat Menjanjikan 41 % 164 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 g. Responden Berdasarkan Kendala Memasarkan Produk Melalui Internet Kendala yang dihadapi responden dalam memasarkan produk UMK melalui internet adalah kurangnya pengetahuan menjalankan usaha secara online. Kurangnya pengetahuan dilihat baik dari sisi pedagang maupun pembeli. Sebanyak 71,4% responden mengatakan hal yang sama. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Responden berdasarkan kendala memasarkan produk melalui internet Kendala yang dihadapi % Dana yang tidak memadai 6% Tenaga kerja yang tidak siap 15 % Infrastruktur telekomunikasi yang tidak 20 % layak Kurangnya pengetahuan menjalankan usaha 22 % online Konsumen belum mampu menggunakan 37 % internet 2.2. ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN EMARKETPLACE Pada bagian berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis kesiapan adopsi e-marketplace bagi UMKM batik di Kota Pekalongan melalui pendekatan e-readiness. Pengukuran tingkat kesiapan menggunakan beberapa indikator berdasarkan awareness, governance, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan adopsi (Molla dan Licker, 2005). Hasil pengukuran tingkat kesiapan adopsi emarketplace bagi UMKM batik dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Awareness (Kepedulian) Pada indikator awarness, rata– rata responden memiliki rentang jawaban mayoritas yaitu antara tidak setuju sampai dengan setuju atas pernyataan terkait dengan indikator awarness tersebut. Namun kecenderungan jawaban responden adalah antara cukup setuju dan setuju, hal ini terlihat dari rata–rata frekuensi atas jawaban ini yaitu sebesar 24.6 dan 24.5. Peryataan dengan rata–rata skor terendah yaitu hanya sebesar 2.67 terletak pada pengetahuan mengenai model menjalankan usaha elektronik yang cocok. Hal ini berarti responden memiliki persepsi yang cukup rendah untuk pernyataan ini. Pernyataan ini memiliki respon yang cenderung mengarah ke negatif karena mayoritas responden menjawab tidak setuju sampai dengan cukup setuju saja. Sedangkan peryataan yang mendapat respon positif dari responden adalah kepedulian dan keinginan untuk menjalankan usaha menggunakan internet. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata–rata skor terbesar yaitu 4.07 dengan rentang jawaban setuju sampai dengan sangat setuju. Hal ini berarti 165 ISSN: 2089-9815 mayoritas responden memiliki keinginan yang tinggi untuk melakukan usaha dengan menggunakan layanan internet. Rata-rata nilai indikator awareness dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Rata-rata nilai indikator awareness No Pernyataan Mean 1 Kepedulian dan keinginan untuk menjalankan usaha secara elektronik 3,92 atau terkomputerisasi 2 Kepedulian dan keinginan untuk menjalankan usaha menggunakan 4,07 sistem internet 3 Kepedululian terhadap pesaing yang menjalankan usahanya secara 3,83 elektronik atau terkomputerisasi 4 Kepedulian terhadap pesaing yang menjalankan usahanya menggunakan 3,77 sistem internet 5 Pengetahuan tentang model menjalankan usaha secara elektonik 2,67 yang cocok 6 Pengetahuan tentang model menjalankan usaha menggunakan 3,05 sistem internet yang cocok dengan organisasi 7 Memahami peluang dan ancaman dalam menjalankan usaha secara 3,00 elektronik atau terkomputerisasi 8 Memahami peluang dan ancaman dalam menjalankan usaha 3,48 menggunakan sistem internet 9 Memahami tentang manfaat menjalankan usaha secara elektronik 3,15 atau terkomputerisasi bagi organisasi 10 Memahami tentang manfaat menjakankan usaha menggunakan 3,75 sistem internet bagi organisasi 11 Memahami dampak positif dan negatif menjalankan usaha secara elektronik atau terkomputerisasi 3,68 dalam melakukan usaha di lingkungan industri 12 Memahami dampak positif dan negatif menjalankan usaha 3,60 menggunakan sistem internet dalam melakukan usaha 13 Memahami tentang kegagalan menjalankan usaha secara elektronik atau terkomputerisasi bagi organisasi 3,52 apakah akan menjadi gagal / kalah dalam bersaing 14 Memahami tentang kegagalan dalam menjalankan usaha menggunakan sistem internet bagi organisasi 3,48 apakah akan menjadi gagal/kalah dalam persaingan Rata-rata 3.50 Sumber : data yang diolah Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 menggunakan sistem internet. Rata–rata skor dari pernyataan ini adalah sebesar 2.44. Rata-rata nilai indikator komitmen dijelaskan pada tabel 11. Tabel 11. Rata-rata nilai indikator komitmen Pernyataan No Mean b. Governance Respon yang hampir sama juga ditunjukkan pada indikator Governance. Rata–rata responden menjawab cukup setuju dan setuju untuk pernyataan–pernyataan pada indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam tabel 4.10 dengan rata–rata frekuensi masing–masing adalah sebanyak 26,00 dan 21,50. Kecenderungan respon terhadap indikator governance ini ke arah yang kurang signifikan dikarenakan rata–rata skornya yang hanya sebesar 2.99. Pernyataan dengan rata–rata skor terbesar yaitu 3.33 adalah mengenai kemampuan analisis adanya kemungkinan perubahan dari dalam organisasi, supplier, partner dan konsumen melalui implementasi ecommerce. Sedangkan pernyataan adanya matrik untuk menilai dampak inisiatif perdagangan secara elektronik memiliki rata–rata skor terendah yaitu sebesar 2.59. Hal ini berarti kesadaran responden akan adanya perubahan kondisi lingkungan bisnis akibat dari implementasi perdagangan secara elektronik cukup tinggi, namun responden kurang memahami kegunaan matrik untuk menilai dampak implementasi perdagangan secara elektronik. Data selengkapnya ada di tabel 10. Tabel 10. Nilai indikator governance No Pernyataan ISSN: 2089-9815 Organisasi kami mempunyai Visi/Misi tentang menjalankan usaha secara 3,69 elektonik mempunyai visi/misi 2. Organisasi tentang menjalankan usaha 3,52 menggunakan sistem internet 3. Visi organisasi tentang menjalankan usaha secara elektronik di pahami 3,29 seluruh organisasi 4. Visi organisasi tentang menjalankan usaha menggunakan sistem internet 3,24 dipahami ke seluruh organisasi 5. Inisiatif menjalankan usaha secara 2,51 elektronik telah berhasil/sukses menjalankan usaha 6. Inisiatif menggunakan sistem internet telah 2,57 berhasil/sukses 7. Seluruh inisiatif menjalankan usaha 2,49 secara elektronik telah berhasil/sukses menjalankan usaha 8. Inisiatif menggunakan sistem internet telah 2,44 berhasil 9. Pimpinan cukup membantu inisiatif dan implementasi menjalankan usaha 3,11 secara elektronik Rata-rata 2,99 d. Sumber Daya Bisnis Persepsi responden atas pernyataan–pernyataan yang menerangkan Indikator Sumber Daya Bisnis. Nilai rata–rata skor jawaban responden yang sebesar 3.82, berarti bahwa mayoritas responden menjawab “cukup setuju dan setuju”. Selain itu responden juga banyak yang menjawab “sangat setuju” untuk peryataan–pernyataan pada indikator Sumber Daya Bisnis ini. Hal ini berarti persepsi responden lebih positif untuk indikator ini. Selain itu dari Tabel 4.11 terlihat bahwa pernyataan dengan nilai rata–rata skor tertinggi sebesar 4.12 yaitu organisasi memiliki budaya untuk saling berbagi informasi. Hal ini berarti mayoritas responden mengatakan bahwa organisasi yang responden kelola cukup terbuka dan saling mempercayai satu dengan yang lainnya. Sedangkan pernyataan dengan rata–rata skor terendah adalah organisasi mempunyai kebijakan untuk membantu tumbuhnya inisiatif untuk menjalankan usaha secara elektronik atau terkomputersisasi, yaitu sebesar 3.6. Rata-rata nilai indikator dapat dilihat pada tabel 12. 1. Mean Peranan, tanggungjawab, dan akuntabilitas jelas dalam inisitif e3,00 marketplace 2. Wewenang pengambilan keputusan telah dinilai secara jelas untuk inisitif 3,29 e-marketplace kemungkinan 3. Menganalisis perubahan dari dalam organisasi, 3,33 supplier, patrner dan konsumen melalui implementasi e-marketplace mengikuti proses yang 4. Kami sistimatis untuk mengelola perubahan 2,99 karena implementasi e-marketplace 5. Kami mempunyai matrik untuk menilai dampak inisiatif e2,59 marketplace 6. Seluruh pegawai di semua level 2,75 mendukung initiatif e-marketplace Rata-rata 2,99 Sumber : data yang diolah c. Komitmen Mayoritas responden menjawab cukup setuju dan rata–rata jawaban terbanyak kedua adalah setuju, dengan rata–rata frekuensi jawaban masing–masing sebesar 24,67 dan 21,33. Tabel 4.10 juga menjelaskan pernyataan dengan rata–rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3.69 untuk pernyataan bahwa organisasi responden telah memiliki visi dan misi untuk menjalankan usaha secara elektronik. Pernyataan yang paling rendah responnya adalah mengenai keberhasilan inisiatif menjalankan usaha 1. 166 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 Tabel 12. Rata-rata nilai indikator sumberdaya bisnis No Pernyataan Mean Pegawai cukup terbuka dan saling mempercayai satu dengan yang lainnya 2. Komunikasi cukup terbuka di organisasi kami mempunyai 3. Organisasi budaya/kebiasaan untuk saling berbagi informasi 4. Organisasi mempunyai kebijakan untuk membantu tumbuhnya inisiatif untuk menjalankan usaha secara elektronik atau terkomputersisasi 5. Organisasi mempunyai kebijakan untuk membantu tumbuhnya inisiatif untuk menjalankan usaha menggunakan sistem internet 6. Kegagalan dapat ditolerir oleh organisasi cukup mampu 7. Organisasi menghadapi perubahan Rata-Rata Sumber : data yang diolah tertinggi adalah yang menjawab cukup setuju yaitu sebesar 23,00. Pernyataan dengan rata–rata skor tertinggi adalah yang menjelaskan tentang kemampuan responden untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat. Hal ini diperlihatkan dengan nilai rata– rata atas skor pernyataan ini yang sebesar 3.64. Rata–rata skor terendah yaitu sebesar 2.43 pada pernyataan bahwa responden belum memiliki saluran bandwith internet. Rata-rata nilai indikator sumber daya teknologi dijelaskan pada tabel 14. Tabel 14. Rata-rata nilai indikator sumber daya teknologi Pernyataan No Mean 1. 4,23 4,05 4,08 3,59 3,56 3,65 3,60 3,82 Sumberdaya Manusia Pernyataan yang mewakili indikator Sumber Daya Manusia memiliki respon yang berimbang. Hal ini terlihat dari penyebaran jawaban yang merata dari responden atas dua pernyataan yang menerangkan indikator Sumber Daya tersebut. Dua pernyataan ini memiliki persepsi yang berbeda. Pernyataan satu bersifat positif sedangkan pernyataan dua negatif. Jadi berdasarkan rata–rata jawaban responden diperoleh kesimpulan meski pegawai tidak memiliki latar belakang komputer, namun pegawai tidak menghadapi kesulitan untuk hanya sekedar menggunakan komputer ataupun teknologi internet. Rata-rata nilai indikator sumber daya manusia dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Rata-rata nilai indikator sumberdaya manusia Pernyataan No Mean Mayoritas pegawai memiliki latar belakang komputer mempunyai 2. Mayoritas pegawai keterbatasan menggunakan komputer Rata-rata Sumber : data yang diolah Memiliki cukup berpengalaman dalam menggunakan internet 2. Cukup mampu menghadapi perubahan lingkungan yang cepat 3. Organisasi telah menggunakan internet secara baik 4. Mempunyai saluran internet 5. Mempunyai sistem yang cukup fleksibel 6. Memiliki sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen Rata-Rata Sumber : data yang diolah 1. e. 1. ISSN: 2089-9815 2,32 2,92 2,62 f. Sumberdaya Teknologi Respon responden terhadap pernyataan – pernyataan dari indikator sumber daya teknologi tidak terlalu signifikan. Rata-rata jawaban responden hanya menjawab cukup setuju. Meski yang menjawab setuju dan sangat setuju mayoritas, namun tidak sebesar yang menjawab cukup setuju. Hal ini dapat diketahui dari tabel 4.13, rata–rata 167 3,09 3,64 3,00 2,43 2,72 2,97 2,98 g. Adopsi Persepsi responden atas pernyataan yang menerangkan indikator Adopsi sebanyak 62 responden yang menyatakan siap untuk mengadopsi e-marketplace. Sedangkan sisanya, ada sebesar 13 responden yang menyatakan tidak siap dengan menggunakan internet dan elektronik untuk pemasaran secara elektronik. Tabel 15. Rata-rata nilai indikator Adopsi No Pernyataan Mean 1. Adopsi dalam menjalankan usaha 3,13 secara elektronik Rata-Rata 3,13 3. KESIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan terlihat bahwa tingkat kesiapan adopsi emarketplace UKM Batik di Kota Pekalongan adalah sudah cukup siap berdasarkan pada tingkat awarenes, tata kelola, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi. Tindak lanjut dari pengukuran tingkat kesiapan ini adalah Pemerintah Kota Pekalongan membuat rekomendasi agar mengembangkan sebuah emarketplace yang dapat digunakan oleh UMKM Batik melakukan pemasaran secara on-line. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016 PUSTAKA Corbitt, B., Lawrence, E., Tidwell, A., Fisher, J. and Lawrence, J., (2003). Internet Commerce: Digital Models for Business-Chinese Edition. Brisbane: John Wiley & Sons, Australia Ltd Dada, D. (2006). E-Readiness for Developing Countries: Moving the Focus From the Environment to the Users. EJISDC, vol. 27, 114. Dwi, Benedicta Prihatin, (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Grasindo. Fatmarisni, (2011), Pengaruh Adopsi Teknologi Informasi Open Source E-commerce terhadap Kinerja UKM dengan Faktor-Faktor Technology Acceptance Model (TAM) Sebagai Moderating Variabel, Jurnal Teknomotika vol. 1 no. 1 Palembang STMIK PalComTech. Lai, J.Y. and Ong, C.S. (2010) Assessing and Managing Employees for Embracing Change: A Multiple-Item Scale to Measure Employee Readiness for E-Business. Technovation, 30, 76-85. Measure Employee Readiness for E-Business. Technovation, 30, 76-85 Molla, A. dan Licker, P. (2005), Perceived EReadiness Factors in E-Commerce Adoption: An Empirical Investigation in a Developing Country, International Journal Of Electronic Commerce, 10, 1, 83-110. Rao, M. (2003), Checklist for national ereadiness, International Trade Forum Magazine, diakses 26 Juli 2015 dari http://www.tradeforum.org/Checklist-forNational-E-readiness/ Prabowo, Hartiwi, (2014). Analisis Kepercayaan Dalam C2c E-Commerce Terhadap Keputusan Pembelian Dan Dampaknya Terhadap Repurchase Pada Kaskus. Binus Business Review vol.5 no.1 Sulistyorini, Prastuti, (2014) . Pengaruh Adopsi eCommmerce Terhadap Keberhasilan Usaha . Pekalongan : Jurnal Pemerintah Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan Sevtian, (2011). Pengaruh E-commerce terhadap Tingkat Volume Penjualan Sandal Kelom Geulis Di CV Kelomgeulis Tasikmalaya, Scientific Journal on Information Technology Kursor, Universitas Trunojoyo Pavlou, A. dan Gefen, D. (2012). Building effective online market places with institutin based trust. Information System Research, 15, 37-59 168 ISSN: 2089-9815