Pengukuran Tingkat Kesiapan Adopsi E-Marketplace

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN ADOPSI E-MARKETPLACE BAGI UMKM
BATIK DENGAN MODEL E-READINESS
Taryadi
Program Studi Komputerisasi Akuntansi,STMIK Widya Pramata Pekalongan
Jl. Patriot No. 25 Pekalongan 51146
E-mail: [email protected]
ABSTRAKS
Studi ini bertujuan untuk melakukan analisis tingkat kesiapan adopsi pemasaran secara elektronik yaitu emarketplace yang dilakukan oleh UMKM di Kota Pekalongan. Metode yang digunakan yaitu metode e-readiness
dengan menggunakan 6 indikator yaitu awareness, government, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya
manusia, sumber daya teknologi dan adopsi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa UMKM batik di Kota
Pekalongan telah memiliki tingkat kesiapan yang cukup siap untuk menggunakan sarana teknologi informasi
untuk memasarkan produknya melalui e-marketplace. Berdasarkan hasil pengukuran pada indikator yang
digunakan didapatkan hasil bahwa indikator awarenes memiliki nilai 3.50, indikator governance memiliki nilai
2.99, komitmen memiliki nilai 2.99, Sumber daya bisnis memiliki nilai .82, sumber daya manusia memiliki nilai
2.62, sumber daya teknologi memiliki nilai 2.98 sedangkan adopsi memiliki nilai 3.13. Nilai yang didapatkan
menunjukkan pada level cukup siap untuk melakukan adopsi e-marketplace.
ABSTRACKS
This study aimed to analyze the level of preparedness of the adoption of electronic marketing is the emarketplace conducted by SMEs in Pekalongan. The method used is the method of e-readiness by using six
indicators: awareness, government, commitment, business resources, human resources, technology resources
and adoption. The measurement results show that SMEs batik in Pekalongan has had a considerable degree of
readiness ready to use information technology means to market their products through the e-marketplace. Based
on the results of measurements on the indicators used showed that awarenes indicator has a value of 3:50, the
indicator governance has a value of 2.99, the commitment has a value of 2.99, the Resources business has a
value of .82, human resource has a value of 2.62, the resource has a value of 2.98 whereas technology adoption
has a value of 3:13. The value obtained indicates the level is quite ready to make the adoption of e-marketplace.
Kata Kunci: adopsi e-marketplace, tingkat kesiapan, umkm batik kota pekalongan
Ada dua tantangan utama bagi pengusaha dalam
perdagangan internasional saat ini yaitu, akses pasar
dan peningkatan daya saing. Penggunaan teknologi
informasi dalam pemasaran produk batik adalah
salah satu usaha dalam memperluas akses pasar. ecommerce merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh UMKM batik untuk memasarkan
produknya selain dapat memperluas akses pasar.
UMKM batik harus melihat manfaat e-commmerce
untuk akses pasar secara mudah dan efisien seiring
era globalisasi yang pasti dihadapi (Prabowo, 2014).
Adopsi e-commerce memberikan manfaat yang
besar bagi pelaku usaha (Sevtian, 2011). Saat ini
UMKM batik di Kota Pekalongan telah banyak yang
melakukan adopsi pemasaran secara elektronik
dengan memanfaatkan web. Namun demikian
kendala yang dihadapi adalah banyaknya kasus
penipuan dan tingkat kepercayaan yang rendah dari
konsumen pada pemasaran secara elektronik ini
karena tidak adanya jaminan atas transaksi yang
dilakukan.
Dengan maraknya berbagai kasus yang terjadi
maka perlu solusi untuk meningkatkan kepercayaan
pelanggan untuk melakukan transaksi melalui
pemasaran secara online. Untuk meningkatkan
1.
PENDAHULUAN
Sebagai “Kota Batik”, Kota Pekalongan menjadi
penghasil batik dan ikon baik di Jawa Tengah.
Industri batik memberikan sumbangan yang besar
terhadap kemajuan perekenomian di Pekalongan dan
menjadi penopang hidup bagi sebagian besar
masyarakat Kota Pekalongan. Pemerintah Kota
Pekalongan memberikan dukungan dalam hal
pemasaran batik dengan cara membangungan pusatpusat pemasaran dan kampung batik untuk
memudahkan pembeli membeli batik.
Meskipun industri batik di Kota Pekalongan
memberikan sumbangan yang besar terhadap
kemajuan perekonomian di Pekalongan, industri
batik belum berkembang secara maksimal. Faktorfaktor dominan yang membatasi perkembangan
industri batik antara lain yaitu : persaingan
(persaingan klaster, persaingan domestik dan
persaingan luar negeri), penyelundupan, kebijakan
ekonomi, kebijakan harga, permodalan dan
manajerial, penguasaan teknologi, termasuk
penguasaan teknologi informasi dan komunikasi
dalam upaya pengemangan bisnis. Permasalahan
lain yang dihadapai UMKM batik saat ini adalah
kesulitan dalam pemasaran (Sulistyorini, 2014)
162
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
kepercayaan pelanggan dapat menggunakan model
e-marketplace. Model e-marketplace dimungkinkan
adanya rekening bersama dan adanya jaminan dari
pihak ketiga agar transaksi berjalan sukses.
Kekhawatiran akan penipuan dan tidak terkirimnya
barang dari konsumen akan dapat dihilangkan.
Sedangkan dari sisi merchant kepercayaan akan
terbayarnya barang yang dikirimkan akan lebih
tinggi karena adanya fasilitas rekening bersama.
Sebelum model pemasaran e-marketplace ini
diterapkan perlu dilakukan studi untuk melihat
tingkat kesiapan dari pelaku usaha dalam hal ini
UMKM batik di Kota Pekalongan. Salah satu cara
untuk menguji tingkat kesiapan ini mengunakan
metode pengujian e-Readiness adopsi teknologi
informasi (Dada, 2006).
1.1 Landasan Teori
E-marketplace merupakan sebuah pasar online
(biasanya B2B) dimana pembeli dan penjual
bertukar barang atau jasa. Pembeli dapat mencari
supplier sebanyak mungkin dengan kriteria yang
diinginkan, sehingga memperoleh sesuai harga
pasar. Sedangkan bagi supplier/penjual dapat
mengetahui
perusahaan-perusahaan
yang
membutuhkan produk/jasa yang dijual (Pavlou dan
Gefen, 2012).
Proses pengukuran kesiapan secara electronik
(E-readiness) bagi perusahaan dalam penggunaan emarketplace perlu dilakukan. Kesiapan elektronik
merupakan suatu ukuran terhadap kesiapan secara
nasional, ekonomi dan persiapan untuk menerima
manfaat dari penggunaan teknologi informasi dan
telekomunikasi (TIK).
Menurut Lai dan Ong (2010), makna kesiapan
adalah suatu konsep perubahan yaitu suatu konsep
pengembangan dan pergerakan. Konsep kesiapan
tidak hanya mengenai kematangan fisik tetapi juga
kombinasi dari tekanan emosi dan situasi sebagai
akibat proses pembelajaran lingkungan dan hasil
dari operasi yang baru. Kesiapan untuk berubah
muncul menjadi suatu kematangan yang penting
atau ukuran semangat dalam melaksanakan ebusiness.
Kegiatan E-Business dipandang sebagai suatu
sistem sosial dimana para pekerja merupakan aspek
yang terpenting. Sehingga perlu mengetahui
bagaimana membantu para pekerja dapat menerima
beberapa perubahan e-business di organisasi. Oleh
karena itu, mengetahui kesiapan para pekerja untuk
memahami penggunaan e-business di perusahaan
adalah hal yang sangat penting untuk mensukseskan
operasi e-business itu sendiri. Sehingga studi Lai
dan Ong (2010) ini mengembangkan konsep
perubahan untuk mengukur kesiapan para pekerja
dalam melaksankan e-business menggunakan faktor
teknologi, struktur dan tugas dengan diuraikan dalan
konstruk benefit, security, collaboration, dan
certainty.
Beberapa indikator dari kesiapan elektronik ini
seperti, jumlah sambungan telepon per 100 orang
ISSN: 2089-9815
atau persentase GDP terhadap infrastruktur TIK.
Sehingga kesiapan elektronik ini sering diartikan
dalam lingkup suatu negara (Dada, 2011). Akan
tetapi, Molla dan Licker (2005) menyatakan bahwa
kesiapan elektronik ini tidak hanya dalam lingkup
makro (negara), lingkup mikro (perusahaan) juga
perlu diukur seperti, peranan para manajer,
komitmen dan sumberdaya yang tersedia di
organisasi. Kesiapan untuk Penggunaan ECommerce dapat diukur melalui “8C” yaitu:
Connectivity, Content, Community, Commerce,
Capacity, Culture, Cooperation dan Capital (Rao,
2003).
Dalam studi ini, model penelitian menggunakan
model yang dikembangkan oleh Molla dan Licker
(2005). Konstruk yang akan dikembangkan terdiri
dari enam faktor kesiapan secara internal/organisasi
(KI). Kesiapan secara internal mencakup kesiapan
kesadaran
(Awareness),
komitmen,
SDM,
Teknologi, sumber daya usaha, dan governance.
1.2
Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode
kuantitatif, sebagai suatu penelitian explanatory
dalam suatu penelitian survey lapangan. Untuk
menjalankan penelitian kuantitatif ini, dilakukan
survey lapangan untuk mendapatkan data primer
dari UMKM Batik di Kota Pekalongan. Penelitian
ini akan dilakukan dengan objek dan metode yang
berbeda berdasarkan rumusan masalah. Penelitian
ini akan melakukan pengukuran sejauh mana
kesiapan secara elektronik dari aspek internal dalam
mengadopsi e-marketplace
dikalangan UMKM
Batik di Kota Pekalongan.
Cara penentuan responden dengan menggunakan
metode purposive sampling. Para responden adalah
UMKM batik di Kota Pekalongan. yang tersebar di
beberapa lokasi yaitu Pasar Grosir Setono, Pasar
Banjarsari, Kampung Batik Kauman, Kampung
Batik Medono dan Kampung Batik Jenggot.
Pengukuran tingkat kesiapan dengan model ereadiness menggunakan indikator berikut:
a. Awareness (kepedulian)
b. Governance (tata kelola)
c. Kepedulian
d. Sumber daya bisnis
e. Sumber daya manusia
f. Sumber daya teknologi
g. Adopsi (Molla dan Liker, 2005)
Penilaian
tiap
indikator
pengukuran
menggunakan skala seperti tampak dalam tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Skala pengukuran indikator tingkat
kesiapan
No
Skala
Keterangan
1.
Skor 5
Sangat setuju
2.
Skor 4
Setuju
3.
Skor 3
Cukup setuju
4.
Skor 2
Tidak setuju
5.
Skor 1
Sangat tidak setuju
163
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
d.
Responden Berdasarkan Rata-Rata Mengakses
Internet
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa UMKM bisa
dikatakan rutin dalam mengakses internet,
sedikitnya satu kali dalam sehari. UMKM batik yang
rutin mengakses internet sebesar 40,5 %. Namun
angka ini lebih kecil dibandingkan jumlah responden
yang hanya mengakses satu sampai tiga kali dalam
seminggu, yaitu sebesar 59,5%.
2. PEMBAHASAN
2.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Responden Berdasarkan Omset Penjualan
Tahunan
Berdasarkan pengolahan data responden
berdasarkan omset penjualan dalam setahun seperti
terlihat pada tabel 2. diketahui bahwa rata-rata omset
penjualan adalah kurang dari 100 juta dan antara 100
juta – 500 juta yaitu masing-masing sebanyak 36%.
Sedangkan yang memiliki omset antara 500 juta – 1
milyard sebesar 25% sisanya sebanyak 3 %
memiliki omset antara 1 milyard sampai dengan 2.5
milyard.
Tabel 2. Responden berdasarkan omset
penjualan per tahun
Omset
%
Kurang dari 100 juta
36 %
100 – 500 juta
36 %
500 juta - 1 milyar
25 %
1 milyar – 2.5 milyar
3%
Tabel 5. Responden berdasarkan rata-rata
mengakses internet
Rata-rata menggunakan internet
%
1 x sehari
37 %
1-3 x seminggu
5%
1 x seminggu
3%
1-3 x sebulan
1%
1 x sebulan
0%
Tidak tentu
53 %
e.
Responden Berdasarkan Tujuan Mengakses
Internet
Berdasarkan tujuan mengakses internet paling
banyak adalah untuk mendapatkan informasi tentang
bahan baku dan usaha dan melakukan komunikasi
yaitu sebesar 84,6 %. Sedangkan sisanya mengakses
internet untuk email, mencari teman di jejaring
sosial, atau sekedar untuk bermain game. Seperti
dijelaskan pada tabel 6.
b. Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan usia mayoritas responden berusia
25-45 tahun (73%) adalah yang paling banyak
mengakses internet. Sedangkan usia > 46 tahun
hanya mengakses internet sebanyak 27,2 % seperti
terlihat dalam tabel 3.
Tabel 3. Responden berdasarkan kelompok usia
Usia
%
< 30 tahun
36 %
30-40 tahun
36 %
41-50 tahun
25 %
> 50 tahun
3%
Tabel 6. Responden berdasarkan tujuan
mengakses internet
Tujuan Mengakses Internet
%
Komunikasi
39 %
Media Sosial
36 %
Mencari Informasi Bahan Baku
dan Usaha
23 %
Games
2%
c. Responden Berdasarkan Karyawan Yang
Memahami Internet
Tabel 4. Responden berdasarkan karyawan yang
memahami internet
Karyawan yang memahami internet
%
Tidak Ada
8%
1 orang
23 %
2-3 orang
53 %
4-5 orang
13 %
>5 orang
3%
Total
100 %
f.
Responden Berdasarkan Peluang Memasarkan
Produk Melalui Internet
Berdasarkan peluang memasarkan produk
melalui internet didapatkan hasil bahwa responden
menyadari akan peluang memasarkan produk
melalui
internet
sangat
menjanjikandengan
persentase sebesar 84,5%. Responden yang
berpendapat
bahwa
e-marketplace
kurang
menjanjikan hanya sebesar 8% saja dan sisanya
tidak tahu seperti terlihat pada tabel 7.
Berdasarkan tabel 4. terlihat bahwa mayoritas
UMKM batik di Kota Pekalongan rata – rata hanya
memiliki dua sampai tiga orang karyawan yang
memahami internet. Selain itu juga sebagian UMKM
hanya hanya memiliki satu karyawan yang
memahami internet yaitu sebesar 23 %.
Tabel 7. Responden berdasarkan peluang
memasarkan produk melalui internet
Peluang e-marketplace
%
Tidak Menjanjikan Sama Sekali
0
Tidak Menjajikan
8%
Tidak Tahu
9%
Menjajikan
41 %
Sangat Menjanjikan
41 %
164
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
g.
Responden Berdasarkan Kendala Memasarkan
Produk Melalui Internet
Kendala yang dihadapi responden dalam
memasarkan produk UMK melalui internet adalah
kurangnya pengetahuan menjalankan usaha secara
online. Kurangnya pengetahuan dilihat baik dari sisi
pedagang maupun pembeli.
Sebanyak 71,4% responden mengatakan hal
yang sama. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Responden berdasarkan kendala
memasarkan produk melalui internet
Kendala yang dihadapi
%
Dana yang tidak memadai
6%
Tenaga kerja yang tidak siap
15 %
Infrastruktur telekomunikasi yang tidak 20 %
layak
Kurangnya pengetahuan menjalankan usaha 22 %
online
Konsumen belum mampu menggunakan 37 %
internet
2.2. ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN EMARKETPLACE
Pada bagian berikut ini akan dijelaskan mengenai
hasil analisis kesiapan adopsi e-marketplace bagi
UMKM batik di Kota Pekalongan melalui
pendekatan e-readiness. Pengukuran tingkat
kesiapan
menggunakan
beberapa
indikator
berdasarkan awareness, governance, komitmen,
sumber daya bisnis, sumber daya manusia, sumber
daya teknologi dan adopsi (Molla dan Licker, 2005).
Hasil pengukuran tingkat kesiapan adopsi emarketplace bagi UMKM batik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Awareness (Kepedulian)
Pada indikator awarness, rata– rata responden
memiliki rentang jawaban mayoritas yaitu antara
tidak setuju sampai dengan setuju atas pernyataan
terkait dengan indikator awarness tersebut. Namun
kecenderungan jawaban responden adalah antara
cukup setuju dan setuju, hal ini terlihat dari rata–rata
frekuensi atas jawaban ini yaitu sebesar 24.6 dan
24.5.
Peryataan dengan rata–rata skor terendah yaitu
hanya sebesar 2.67 terletak pada pengetahuan
mengenai model menjalankan usaha elektronik yang
cocok. Hal ini berarti responden memiliki persepsi
yang cukup rendah untuk pernyataan ini. Pernyataan
ini memiliki respon yang cenderung mengarah ke
negatif karena mayoritas responden menjawab tidak
setuju sampai dengan cukup setuju saja. Sedangkan
peryataan yang mendapat respon positif dari
responden adalah kepedulian dan keinginan untuk
menjalankan usaha menggunakan internet.
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata–rata
skor terbesar yaitu 4.07 dengan rentang jawaban
setuju sampai dengan sangat setuju. Hal ini berarti
165
ISSN: 2089-9815
mayoritas responden memiliki keinginan yang tinggi
untuk melakukan usaha dengan menggunakan
layanan internet. Rata-rata nilai indikator awareness
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata nilai indikator awareness
No
Pernyataan
Mean
1 Kepedulian dan keinginan untuk
menjalankan usaha secara elektronik
3,92
atau terkomputerisasi
2 Kepedulian dan keinginan untuk
menjalankan usaha menggunakan
4,07
sistem internet
3 Kepedululian terhadap pesaing yang
menjalankan
usahanya
secara
3,83
elektronik atau terkomputerisasi
4 Kepedulian terhadap pesaing yang
menjalankan usahanya menggunakan
3,77
sistem internet
5 Pengetahuan
tentang
model
menjalankan usaha secara elektonik
2,67
yang cocok
6 Pengetahuan
tentang
model
menjalankan usaha menggunakan
3,05
sistem internet yang cocok dengan
organisasi
7 Memahami peluang dan ancaman
dalam menjalankan usaha secara
3,00
elektronik atau terkomputerisasi
8 Memahami peluang dan ancaman
dalam
menjalankan
usaha
3,48
menggunakan sistem internet
9 Memahami
tentang
manfaat
menjalankan usaha secara elektronik
3,15
atau terkomputerisasi bagi organisasi
10 Memahami
tentang
manfaat
menjakankan usaha menggunakan
3,75
sistem internet bagi organisasi
11 Memahami dampak positif dan
negatif menjalankan usaha secara
elektronik atau terkomputerisasi
3,68
dalam
melakukan
usaha
di
lingkungan industri
12 Memahami dampak positif dan
negatif
menjalankan
usaha
3,60
menggunakan sistem internet dalam
melakukan usaha
13 Memahami
tentang
kegagalan
menjalankan usaha secara elektronik
atau terkomputerisasi bagi organisasi
3,52
apakah akan menjadi gagal / kalah
dalam bersaing
14 Memahami tentang kegagalan dalam
menjalankan usaha menggunakan
sistem internet bagi organisasi
3,48
apakah akan menjadi gagal/kalah
dalam persaingan
Rata-rata
3.50
Sumber : data yang diolah
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
menggunakan sistem internet. Rata–rata skor dari
pernyataan ini adalah sebesar 2.44. Rata-rata nilai
indikator komitmen dijelaskan pada tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata nilai indikator komitmen
Pernyataan
No
Mean
b.
Governance
Respon yang hampir sama juga ditunjukkan pada
indikator
Governance.
Rata–rata
responden
menjawab cukup setuju dan setuju untuk
pernyataan–pernyataan pada indikator ini. Hal ini
dapat terlihat dalam tabel 4.10 dengan rata–rata
frekuensi masing–masing adalah sebanyak 26,00
dan 21,50. Kecenderungan respon terhadap indikator
governance ini ke arah yang kurang signifikan
dikarenakan rata–rata skornya yang hanya sebesar
2.99.
Pernyataan dengan rata–rata skor terbesar yaitu
3.33 adalah mengenai kemampuan analisis adanya
kemungkinan perubahan dari dalam organisasi,
supplier,
partner
dan
konsumen
melalui
implementasi ecommerce. Sedangkan pernyataan
adanya matrik untuk menilai dampak inisiatif
perdagangan secara elektronik memiliki rata–rata
skor terendah yaitu sebesar 2.59. Hal ini berarti
kesadaran responden akan adanya perubahan kondisi
lingkungan bisnis akibat dari implementasi
perdagangan secara elektronik cukup tinggi, namun
responden kurang memahami kegunaan matrik
untuk menilai dampak implementasi perdagangan
secara elektronik. Data selengkapnya ada di tabel 10.
Tabel 10. Nilai indikator governance
No
Pernyataan
ISSN: 2089-9815
Organisasi kami mempunyai Visi/Misi
tentang menjalankan usaha secara
3,69
elektonik
mempunyai
visi/misi
2. Organisasi
tentang
menjalankan
usaha
3,52
menggunakan sistem internet
3. Visi organisasi tentang menjalankan
usaha secara elektronik di pahami
3,29
seluruh organisasi
4. Visi organisasi tentang menjalankan
usaha menggunakan sistem internet
3,24
dipahami ke seluruh organisasi
5. Inisiatif menjalankan usaha secara
2,51
elektronik telah berhasil/sukses
menjalankan
usaha
6. Inisiatif
menggunakan sistem internet telah
2,57
berhasil/sukses
7. Seluruh inisiatif menjalankan usaha
2,49
secara elektronik telah berhasil/sukses
menjalankan
usaha
8. Inisiatif
menggunakan sistem internet telah
2,44
berhasil
9. Pimpinan cukup membantu inisiatif
dan implementasi menjalankan usaha
3,11
secara elektronik
Rata-rata
2,99
d. Sumber Daya Bisnis
Persepsi responden atas pernyataan–pernyataan
yang menerangkan Indikator Sumber Daya Bisnis.
Nilai rata–rata skor jawaban responden yang sebesar
3.82, berarti bahwa mayoritas responden menjawab
“cukup setuju dan setuju”. Selain itu responden juga
banyak yang menjawab “sangat setuju” untuk
peryataan–pernyataan pada indikator Sumber Daya
Bisnis ini. Hal ini berarti persepsi responden lebih
positif untuk indikator ini. Selain itu dari Tabel 4.11
terlihat bahwa pernyataan dengan nilai rata–rata skor
tertinggi sebesar 4.12 yaitu organisasi memiliki
budaya untuk saling berbagi informasi.
Hal ini berarti mayoritas responden mengatakan
bahwa organisasi yang responden kelola cukup
terbuka dan saling mempercayai satu dengan yang
lainnya. Sedangkan pernyataan dengan rata–rata
skor terendah adalah organisasi mempunyai
kebijakan untuk membantu tumbuhnya inisiatif
untuk menjalankan usaha secara elektronik atau
terkomputersisasi, yaitu sebesar 3.6. Rata-rata nilai
indikator dapat dilihat pada tabel 12.
1.
Mean
Peranan,
tanggungjawab,
dan
akuntabilitas jelas dalam inisitif e3,00
marketplace
2. Wewenang pengambilan keputusan
telah dinilai secara jelas untuk inisitif
3,29
e-marketplace
kemungkinan
3. Menganalisis
perubahan dari dalam organisasi,
3,33
supplier, patrner dan konsumen
melalui implementasi e-marketplace
mengikuti proses
yang
4. Kami
sistimatis untuk mengelola perubahan
2,99
karena implementasi e-marketplace
5. Kami mempunyai matrik untuk
menilai
dampak
inisiatif
e2,59
marketplace
6. Seluruh pegawai di semua level
2,75
mendukung initiatif e-marketplace
Rata-rata
2,99
Sumber : data yang diolah
c. Komitmen
Mayoritas responden menjawab cukup setuju dan
rata–rata jawaban terbanyak kedua adalah setuju,
dengan rata–rata frekuensi jawaban masing–masing
sebesar 24,67 dan 21,33. Tabel 4.10 juga
menjelaskan pernyataan dengan rata–rata skor paling
tinggi yaitu sebesar 3.69 untuk pernyataan bahwa
organisasi responden telah memiliki visi dan misi
untuk menjalankan usaha secara elektronik.
Pernyataan yang paling rendah responnya adalah
mengenai keberhasilan inisiatif menjalankan usaha
1.
166
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
Tabel 12. Rata-rata nilai indikator sumberdaya bisnis
No
Pernyataan
Mean
Pegawai cukup terbuka dan saling
mempercayai satu dengan yang
lainnya
2. Komunikasi cukup terbuka di
organisasi kami
mempunyai
3. Organisasi
budaya/kebiasaan
untuk
saling
berbagi informasi
4. Organisasi mempunyai kebijakan
untuk membantu tumbuhnya inisiatif
untuk menjalankan usaha secara
elektronik atau terkomputersisasi
5. Organisasi mempunyai kebijakan
untuk membantu tumbuhnya inisiatif
untuk
menjalankan
usaha
menggunakan sistem internet
6. Kegagalan dapat ditolerir oleh
organisasi
cukup
mampu
7. Organisasi
menghadapi perubahan
Rata-Rata
Sumber : data yang diolah
tertinggi adalah yang menjawab cukup setuju yaitu
sebesar 23,00.
Pernyataan dengan rata–rata skor tertinggi adalah
yang menjelaskan tentang kemampuan responden
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang cepat. Hal ini diperlihatkan dengan nilai rata–
rata atas skor pernyataan ini yang sebesar 3.64.
Rata–rata skor terendah yaitu sebesar 2.43 pada
pernyataan bahwa responden belum memiliki
saluran bandwith internet. Rata-rata nilai indikator
sumber daya teknologi dijelaskan pada tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata nilai indikator sumber daya
teknologi
Pernyataan
No
Mean
1.
4,23
4,05
4,08
3,59
3,56
3,65
3,60
3,82
Sumberdaya Manusia
Pernyataan yang mewakili indikator Sumber
Daya Manusia memiliki respon yang berimbang. Hal
ini terlihat dari penyebaran jawaban yang merata
dari responden atas dua pernyataan yang
menerangkan indikator Sumber Daya tersebut. Dua
pernyataan ini memiliki persepsi yang berbeda.
Pernyataan satu bersifat positif sedangkan
pernyataan dua negatif. Jadi berdasarkan rata–rata
jawaban responden diperoleh kesimpulan meski
pegawai tidak memiliki latar belakang komputer,
namun pegawai tidak menghadapi kesulitan untuk
hanya sekedar menggunakan komputer ataupun
teknologi internet. Rata-rata nilai indikator sumber
daya manusia dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata nilai indikator sumberdaya
manusia
Pernyataan
No
Mean
Mayoritas pegawai memiliki latar
belakang komputer
mempunyai
2. Mayoritas pegawai
keterbatasan menggunakan komputer
Rata-rata
Sumber : data yang diolah
Memiliki cukup berpengalaman
dalam menggunakan internet
2. Cukup mampu menghadapi
perubahan lingkungan yang cepat
3. Organisasi telah menggunakan
internet secara baik
4. Mempunyai saluran internet
5. Mempunyai sistem yang cukup
fleksibel
6. Memiliki sistem informasi yang
sesuai dengan kebutuhan
konsumen
Rata-Rata
Sumber : data yang diolah
1.
e.
1.
ISSN: 2089-9815
2,32
2,92
2,62
f.
Sumberdaya Teknologi
Respon responden terhadap pernyataan –
pernyataan dari indikator sumber daya teknologi
tidak terlalu signifikan. Rata-rata jawaban responden
hanya menjawab cukup setuju. Meski yang
menjawab setuju dan sangat setuju mayoritas,
namun tidak sebesar yang menjawab cukup setuju.
Hal ini dapat diketahui dari tabel 4.13, rata–rata
167
3,09
3,64
3,00
2,43
2,72
2,97
2,98
g.
Adopsi
Persepsi responden atas pernyataan yang
menerangkan indikator Adopsi sebanyak 62
responden yang menyatakan siap untuk mengadopsi
e-marketplace. Sedangkan sisanya, ada sebesar 13
responden yang menyatakan tidak siap dengan
menggunakan internet dan elektronik untuk
pemasaran secara elektronik.
Tabel 15. Rata-rata nilai indikator Adopsi
No
Pernyataan
Mean
1. Adopsi dalam menjalankan usaha
3,13
secara elektronik
Rata-Rata
3,13
3.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan yang telah
dilakukan terlihat bahwa tingkat kesiapan adopsi emarketplace UKM Batik di Kota Pekalongan adalah
sudah cukup siap berdasarkan pada tingkat
awarenes, tata kelola, komitmen, sumber daya
bisnis, sumber daya manusia dan sumber daya
teknologi.
Tindak lanjut dari pengukuran tingkat kesiapan
ini adalah Pemerintah Kota Pekalongan membuat
rekomendasi agar mengembangkan sebuah emarketplace yang dapat digunakan oleh UMKM
Batik melakukan pemasaran secara on-line.
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
PUSTAKA
Corbitt, B., Lawrence, E., Tidwell, A., Fisher, J. and
Lawrence, J., (2003). Internet Commerce:
Digital Models for Business-Chinese Edition.
Brisbane: John Wiley & Sons, Australia Ltd
Dada, D. (2006). E-Readiness for Developing
Countries: Moving the Focus From the
Environment to the Users. EJISDC, vol. 27, 114.
Dwi, Benedicta Prihatin, (2003). Kewirausahaan
Dari Sudut Pandang Psikilogi Kepribadian.
Jakarta : Grasindo.
Fatmarisni, (2011), Pengaruh Adopsi Teknologi
Informasi Open Source E-commerce terhadap
Kinerja
UKM
dengan
Faktor-Faktor
Technology Acceptance Model (TAM) Sebagai
Moderating Variabel, Jurnal Teknomotika vol.
1 no. 1 Palembang STMIK PalComTech.
Lai, J.Y. and Ong, C.S. (2010) Assessing and
Managing Employees for Embracing Change:
A Multiple-Item Scale to Measure Employee
Readiness for E-Business. Technovation, 30,
76-85.
Measure Employee Readiness for E-Business.
Technovation, 30, 76-85
Molla, A. dan Licker, P. (2005), Perceived EReadiness Factors in E-Commerce Adoption:
An Empirical Investigation in a Developing
Country, International Journal Of Electronic
Commerce, 10, 1, 83-110.
Rao, M. (2003), Checklist for national ereadiness,
International
Trade Forum
Magazine, diakses 26 Juli 2015 dari
http://www.tradeforum.org/Checklist-forNational-E-readiness/
Prabowo, Hartiwi, (2014). Analisis Kepercayaan
Dalam C2c E-Commerce Terhadap Keputusan
Pembelian
Dan
Dampaknya
Terhadap
Repurchase Pada Kaskus. Binus Business
Review vol.5 no.1
Sulistyorini, Prastuti, (2014) . Pengaruh Adopsi eCommmerce Terhadap Keberhasilan Usaha .
Pekalongan : Jurnal Pemerintah Kota
Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Sevtian, (2011). Pengaruh E-commerce terhadap
Tingkat Volume Penjualan Sandal Kelom
Geulis Di CV Kelomgeulis Tasikmalaya,
Scientific Journal on Information Technology
Kursor, Universitas Trunojoyo
Pavlou, A. dan Gefen, D. (2012). Building effective
online market places with institutin based trust.
Information System Research, 15, 37-59
168
ISSN: 2089-9815
Download