BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Tinjauan Teoritis American

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Tinjauan Teoritis
American Accounting Association Committee dalam Basic Auditing
Concepts telah mendefinisikan audit sebagai “suatu proses sistematis yang secara
obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan
mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat penyesuaian
antara
pernyataan
tersebut
dan
kriteria
yang
telah
ditetapkan
serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Guy dkk
(2002 : 5)
Dari definisi diatas, unsur penting dalam pelaksanaan auditing adalah
proses perolehan serta pengevaluasian bukti-bukti dan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Bukti-bukti yang diperoleh baik dari dalam perusahaan maupun dri
luar perusahaan digunakan sebagai bahan evaluasi sehingga hasil audit lebih
objektif. Kriteria-kriteria yang ditetapkan digunakan sebagai tolak ukur auditor
untuk memberikan pendapatnya yang kemudian dituangkan ke dalam laporan
audit. Laporan audit harus dapat memberi informasi kepada para pengguna akan
tingkat keseuaian dari informasi tersebut.
2.1.1. Audit Internal
Menurut American Accounting Association yang dikutip Sawyer dkk
(2005 : 8 ) mengenai audit internal adalah sebagai berikut “Audit internal adalah
proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi
Universitas Sumatera Utara
mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat
kesesuaian
antara
asersi
ini
dengan
kriteria
yang
ditetapkan
dan
mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.”
Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam
perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa
yang diberikan kepada perusahaan.
Audit internal adalah sebuah aktivitas
konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam
organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan
operasional perusahaan.
Tujuan audit internal adalah untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.
Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang
mengantisipasi perubahan dlam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap
perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi.
2.1.1.1. Pengertian Audit Internal
Untuk dapat memahami dan memperjelas definisi dari Audit Internal,
berikut dikutip beberapa definisi audit internal. Ikatan Auditor Internal (IIA –
Institute Of Internal Auditor) dikutip oleh Sawyer dkk (2005 : 8) mendefinisikan
audit internal sebagai berikut “Audit internal adalah fungsi penilaian independen
yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitasaktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.”
Pernyataan ini lebih merupakan semacam pendahuluan, dan bukan sebuah
definisi karena tidak memaparkan lebih jauh mengenai tanggung jawab auditor
Universitas Sumatera Utara
internal dan juga tidak menekankan bahwa audit tidak lagi hanya berkaitan
dengan aspek akuntansi.
Kemudian Dewan Direksi IIA yang dikutip oleh Sawyer dkk( 2005 : 9 )
mendefinisikan :
audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan
konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis
dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
proses pengelolaan resiko, keukupan kontrol, dan pengelolaan
organisasi.
Selanjutnya Ikatan Auditor Internal (IIA – Institute Of Internal Auditor)
dikutip oleh Messier dkk ( 2005 : 514 ) mendefinisikan audit internal sebagai
berikut:
Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi untuk
mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen
resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini menggariskan tujuan utama dari profesi dan secara luas
menyatakan berbagai metode untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam
melaksanakan audit internal dilakukan secara independen dan objektif artinya
bahwa aktivitas audit tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat
dalam pelaksanaan audit tersebut.
Sawyer dkk ( 2005 : 10 ) mengenukakan definisi untuk menggambarkan
lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol ysng
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan,
2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
diminimalisasi,
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti,
4. Kriteria operasi yang memusakan telah dipenuhi,
5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan
6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung
jawabnya secara efektif.
Definisi diatas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal,
tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab.
Definisi
tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di standar
dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih
menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko,
tata kelola, dan kontrol. Definisi diatas juga menunjukkan bahwa audit internal
telah berkembang dari semula profesi yang hanya memfokuskan diri pada
masalah teknis akuntansi, menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan
jasa bernilai tambah bagi manajemen. Dengan kata lain lingkup audit tidak lagi
terbatas hanya pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi juga berkembang
pada pemeriksaan di bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, tata kelola
operasional dan lain-lain. Audit internal telah berubah menjadi disiplin yang
berbeda, dengan pusat perhatian yang lebih luas dan semakin berkembang..
Dalam perkembangannya konsep audit internal telah banyak mengalami
perubahan. Audit internal sebelumnya hanya berperan dalam mengawasi kinerja
perusahaan dan cenderung hanya mencari kesalahan, namun saat ini audit internal
Universitas Sumatera Utara
dapat memberikan saran juga tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada.
Audit internal saat ini juga dapat dikatakan sebagai konsultan perusahaan yang
membantu perusahaan dalam mereview kinerja maupun aktivitas operasional
perusahaan yang berguna untuk mencapai tujuannya di masa yang akan datang.
Dengan adanya departemen Internal Audit pada perusahaan, diharapkan
akan dapat membantu anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah
prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut
tingkat kepatuhan terhadap kebijasanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit
usaha atau efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi
timbulnya spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya
keahlian dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya. ( Nasution :
2003)
2.1.1.2. Fungsi dan Tujuan Audit internal
Sawyer dkk (2005 : 32) menyebutkan fungsi audit internal bagi
manajemen sebagai berikut :
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Mebantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan bukan hanya masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
Selanjutnya menurut Tampubolon dalam bukunya “ Risk and systemBased Internal Auditing” (2005 : 1) bahwa “fungsi audit intern lebih berfungsi
sebagai mata dan telingga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa
Universitas Sumatera Utara
semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara
menyimpang”.
Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah
membantu semua manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang
diperiksanya.
Menurut Agoes (2004 : 222) untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan
dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan
pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas
yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2.1.2. Pengendalian Internal
Sebagaimana diketahui bahwa defenisi pengendalian intern yang
dikemukakan Committee On Auditing Procedure American Institute Of Certified
Public Accountant (AICPA) adalah sebagai berikut “Pengendalian internal
mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah
digunakan oleh perusahaan untuk mengamankan aktiva, mengecek kecermatan
dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan
Universitas Sumatera Utara
mendorong ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan
pimpinan.”
Dalam arti sempit pengendalian internal sama dengan pengertian internal
check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian
data-data administrasi seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar
(horizontal) dengan penjumlahan lurus (vertical)
Dalam arti luas pengendalian internal dapat disamakan dengan
“Manajemen Control”, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang
digunakan
oleh
pimpinan
perusahaan
untuk
mengawasi/mengendalikan
perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi,
formulir-formulir dan prosedur pembukuan an laporan (Administrasi), budget dan
standart pemeriksaan intern dan sebagainya.
2.1.2.1. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi ( 2002 : 180 ) definisi Pengendalian Internal adalah :
Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan
keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
serta efektivitas dan efisiensi operasi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pengendalian
internal adalah suatu rangkaian tindakan yang terdiri dari kebijakan dan prosedurprosedur
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
agar
tercapainya
tujuan
perusahaan.kebijakan adalah program yang dibuat oleh manajemen sebagai
penentu dan mengatur agar tujuan organisasi tercapai. Prosedur adalah suatu
uutan kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen
Universitas Sumatera Utara
atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Pengendalian internal menurut Messier dkk (2005 : 250) adalah sebagai
berikut “pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personal entitas lainnya yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini : (1) keandalan laporan keuangan (2) efektivitas dan efisiensi operasi (3)
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, baik itu tujuan
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dimana tujuan dari tiap-tiap
perusahaan mungkin berbeda. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap perusahaan
membutuhkan sistem yang baik dan pengelolaan yang cermat. Dari definisi
pengendalian internal tersebut terdapat beberapa konsep dasar sebagai berikut:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang
bersifat persuasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal bukan
hanya terdiri dari pedoman kebijakan formulir, namun dijalankan oleh orang
setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan
personal lain.
3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai.
Bukan keyakian mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
Universitas Sumatera Utara
Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan
pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam mencapai tujuan pengendalian
internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
4. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan
yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasional.
Ikatan Auditor Internal (Institue of Internal Auditors – IIA), yang dikutip
oleh Sawyer dkk (2005 : 59), mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut
:
Setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Kontrol bisa bersifat preventif (untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki
hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk
menyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan).
Konsep sistem kontrol merupakan gabungan komponen kontrol yang
terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasarannya.
Definisi diatas menggambarkan bahwa pengendalian intern dalam
perusahaan
sangat
penting
karena
manajemen
tidak
dapat
melakukan
pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik
dapat mengurangi kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi, tidak praktis
bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail
untuk hampir semua transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
2.1.2.2. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006 : 44) adalah :
“Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi, kesesuaian dengan
Universitas Sumatera Utara
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan;
perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis
dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”
Selanjutnya menurut IAI dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan
Publik” tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi
Dari definisi diatas dapat disimpulkan tujuan dilakukan pengendalian
internal adalah sebagai berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan untuk
setiap pengguna laporan keuangan tersebut.
b. Kepatuhan terhadap peraturan hukum yang berlaku
Pengendalian internal bertujuan membuat perusahaan berjalan sesuai dengan
hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Keefektifan dan Efisiensi Operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat untuk mengurangi
kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha serta
untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.
2.1.2.3. Komponen Pengendalian Internal
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010
:
196) ada lima komponen
pengendalian yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Lingkungan Pengendalian Internal (Control Environtment)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
pengendalian internal atau merupakan pondasi dari komponen lainnya
yang meliputi beberapa faktor diantaranya :
a. Integritas dan Etika
Integritas dan nilai etis adalah bentuk produk dari standar etika dan
perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan
diberlakukan dalam praktik. Integritas dan nilai etika ini mencakup
tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi
dorongan dan godaan yang mungkin membuat karyawan
melakukan tindakan tidak jujur, illegal, dan tidak etis.
b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi
Komitment terhadap kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan
dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
mengidentifikasi pekerjaan seseorang. Komitmen pada kompetensi
mencakup pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi
bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut
diterjemahkan menjadi ketrampilan dan pengetahuan yang
diperlukan.
c. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris sangatlah berperan penting dalam suatu tata
kelola korporasi yang efektif karena memikul tanggung jawab
akhir
untuk
memastikan
bahwa
manajemen
telah
mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan
keuangan yang layak. Dewan komisaris yang efektif independen
dengan manajemen, dan para anggotanya terus meneliti dan terlibat
dalam aktivitas manajemen. Meskipun mendelegasikan tanggung
jawabnya atas pengendalian internal kepada manajemen, dewan
harus secara teratur menilai pengendalian tersebut. Selain itu,
dewan yang aktif dan objektif sering kali juga dapat mengurangi
kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian
yang ada. Untuk membantunya melakukan pengawasan, untuk itu
Dewan membentuk komite audit yang diserahi tanggung jawabnya
untuk mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit juga
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi yang
berkelanjutan dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk
menyetujui jasa audit dan non-audit yang dilakukan oleh para
auditor perusahaan publik. Yang memungkinkan para auditor dan
Direktur membahas berbagai masalah yang mungkin berhubungan
dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan manajemen.
d. Filosofi manajemen dan jenis operasi
Manajemen, melalui aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas
kepada parakaryawan tentang pentingnya pengendalian internal.
Sebagai contoh apakah manajemen mengambil risiko yang cukup
besar, atau justru menghindari risiko itu? Apakah target penjualan
dan laba tidak realistis, dan apakah karyawan didorong untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan tindakan yang agresif guna mencapai target tersebut?
Dapatkah manajemen digambarkan sebagai “gemuk dan
birokratis,” “ramping dan picik”, yang didominasi oleh satu atau
segelintir individu ataukah “pas”? memahami aspek ini serta
aspek-aspek serupa dalam filosofi manajemen dan jenis operasi
akan membuat auditor dapat merasakan sikap manajemen tentang
pengendalian internal.
e. Struktur Organisasi
Struktur organisasional entitas menentukan garis-garis tanggung
jawab dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur
organiasi klien, auditor dapat mempelajari pengolahan dan unsurunsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian itu
diimplementasikan.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Aspek paling penting
daripengendalian internal adalah personil. Jika para karyawan
kompeten dan bisa dipercaya, pengendalian lainnya dapat
diabaikan, dan laporan keuangan yang andal masih akan
dihasilkan. Orang-orang yang tidak kompeten atau tidak jujur bisa
merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang
diterapkan. Orangorang yang jujur dan efisien mampu mencapai
kinerja yang tinggi meskipun hanya ada satu segelintir
pengendalian yang lain untuk mendukung mereka. Akan tetapi,
orang-orang kompeten dan terpercaya sekalipun bias saja memiliki
kekurangan. Sebagai contoh mereka dapat menjadi bosan atau
tidak puas, yang mana masalah pribadi dapat mengganggu kinerja
mereka, atau sasarannya mungkin berubah. Karena pentingnya
personil yang kompeten dan terpercaya dalam mengadakan
pengendalian yang efektif, metode untuk mengangkat,
mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan member kompensasi
kepada personil itu merupakan bagian yang penting dari
pengendalian internal.
2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Terdiri dari identifikasi risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian
terhadap faktor-faktor eksternal seperti perkembangan teknologi,
persaingan, dan perubahan ekonomi. Faktor internal diantaranya
kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakterister
pengolahan sistem informasi. Sedangkan Analisis Risiko meliputi
menilai kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola
risiko.
3. Aktivitas Pengendalian
Terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan
melaksanakan arahan manajemen. Aktivitas pengendalian meliputi
review terhadap sistem pengendalian, pemisahan tugas, dan
pengendalian terhadap sistem informasi. Pengendalian terhadap
informasi meliputi dua cara yaitu General controls, mencakup kontrol
Universitas Sumatera Utara
terhadap akses, perangkat lunak dan system development dan
Application Controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi
yang tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness,
accuracy, authorization and validity dari proses transaksi.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Sistem informasi yang relavan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk
memelihara akuntanbilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang
bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut
berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat
keputusan semestinya dalam mengendalikann aktivitas entitas dan
menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi yang
mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dari tanggung
jawab individual berkaitandengan pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan.
5. Pemantauan (Monitoring)
Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun
dan memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau
pengendalian internal untuk mempertimbangkan apakah pengendalian
tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi
menghendakinya. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas
kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini
mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara
terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai
entitas, auditor dan personel yang pekerjaan serupa demikian
memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas
pemantau dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi
dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan komentar dari badan
yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang
memerlukan perbaikan. Auditor harus memperoleh pengetahuan yang
memadai mengenai aktivitas utama entitas yang digunakan untuk
memantau pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan,
termasuk bagaimana aktivitas tersebut digunakan untuk melaksanakan
tindakan koreksi.
2.1.2.4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan.
Pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak
kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi (2002
:
181) mengemukakan bahwa keterbatasan
bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal adalah :
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel
lain dapat salah dalam memprtimbangkan keputusan bisnis yang
diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya
informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat
terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat
kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan.
Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau
dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan
disebut dengan kolusi. Kolusi dapat meengakibatkan bobolnya
pengendalian intern ang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas
dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya
kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan
kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak
sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan
yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen
melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah sebenarnya untuk
mendapatkan bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi
ketidakpatuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik
biaya maupun manfaat yang biasanya tidak mungkin dilakukan.
Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara
kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu
pengendalian intern.
2.1.3. Pengendalian Internal Gaji dan Upah
Salah satu hal yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja tenaga kerja
yaitu pemberian gaji dan upah. Secara periodik, perusahaan berkewajiban untuk
memberikan gaji dan upah kepada tenaga kerjanya atas jasa-jasa mereka yang
telah dinikmati oleh perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Gaji
sebaiknya dibayarkan berdasarkan pada kompetensi (keahlian dan keterampilan)
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki oleh masing-masing karyawan, bukan berdasarkan pada kedekatan
hubungan dengan salah satu pemilik perusahaan.
2.1.3.1. Pengertian Gaji dan Upah
Banyak definisi yang dapat dikemukakan mengenai gaji dan upah.
Menurut Niswonger dkk (1999 : 446) definisi mengenai gaji dan upah adalah:
Istilah gaji (salary) biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa
manajerial, administratif, dan jasa-jasa yang sama. Tarif gaji
biasanya diekspresikan dalam periode bulanan. Istilah upah
(wages) biasanya digunakan untuk pembayaran kepada karyawan
lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak terdidik.
Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam.
Selanjutnya Mulyadi (2010 : 373) mengemukakan bahwa :
Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa
seseorang yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang
jabatan manajer, Sedangkan upah adalah umumnya merupakan
pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan
pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap per
bulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam
kerja atau satuan jumlah produk yang dihasilkan oleh karyawan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan balas jasa
yang diberikan kepada karyawan yang mempunyai ikatan kerja yang kuat secara
berkala berdasarkan ketentuan yang berlaku diperusahaan dan sifatnya tetap.
Sedangkan upah merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang
ikatan kerjanya kurang kuat berdasarkan waktu kerja setiap hari ataupun setiap
minggu.
Sistem penggajian dapat didefinisikan sebagai jaringan prosedur yang
dibuat menurut pola yang terpadu oleh manejemen untuk menjalankan atau
memberikan gaji kepada karyawan dalam suatu lingkungan perusahaan. Dalam
sistem penggajian pembayaran gaji dilaksanakan oleh beberapa fungsi. Fungsi
Universitas Sumatera Utara
yang terkait dalam sistem penggajian adalah Fungsi Kepegawaian, Fungsi
Personalia, Fungsi Akuntansi, dan Fungsi Keuangan. Dimana tugas masingmasing fungsi tersebut saling berhubungan. Melalui sistem penggajian yang baik
dan teratur, perusahaan akan dapat terhindar dari terjadinya penyelewenganpenyelewengan harta perusahaan sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan karyawan
terhadap gaji yang diterimanya. Dengan adanya sistem penggajian, akan dapat
melahirkan pelaksanaan penggajian yang baik pula sehingga dapat mendorong
terwujudnya aktifitas perusahaan yang sehat dan dinamis.
2.1.3.2. Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian
Menurut Mulyadi (2010 : 374) dokumen yang digunakan dalam sistem
penggajian adalah :
1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah. Dokumendokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian
berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti misalnya surat keputusan pengangkatan
karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif upah,
penurunan pangkat pemberhentian sementara dari pekerjaan
(skorsing), pemindahan dan lain sebagainya. Tembusan
dokumen-dokumen ini dikirimkan ke fungsi pembuat daftar gaji
dan upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji dan upah.
2. Kartu Jam Hadir. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat
waktu utuk mencatat jam hadir karyawan. Catatanjam hadir
karyawan ini dapat berupa daftar hadir biasa, dapat pula
berbentuk kartu hadir yang diisi dengan mesin pencatat waktu.
3. Kartu Jam Kerja. Dokumen ini digunakan untuk mencatat
waktu yang dikonsumsi oleh tenaga kerja langsung pabrik guna
mengerjakan pesanan tertentu. Dokumen ini diiisi oleh mandor
pabrik dan diserahkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah
untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam hadir, sebelum
digunakan untuk distribusi biaya upah langsung kepada setiap
jenis produk atau pesanan.
4. Daftar Gaji Dan Daftar Upah. Dokumen ini berisi jumlah gaji
dan upah bruto setiap karyawan, dikurangi potongan-potongan
berupa PPh Pasal 21, utang karyawan, iuran untuk organisasi
karyawan dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5. Rekap Daftar Gaji Dan Rekap Daftar Upah. Dokumen ini
merupakan ringkasan gaji dan upah per departemen, yang dibuat
berdasarkan daftar gaji dan upah. Dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk
membebankan upah langsung dalam hubungannya dengan produk
kepada pesanan yang bersangkutan.
6. Amplop Gaji Dan Upah. Uang gaji dan upah karyawan
diserahkan kepada setiap karyawan dalam amplop gaji dan upah.
Di halaman muka amplop gaji dan upah setiap karyawan berisi
informasi mengenai nama karyawan, nomor identifkasi karyawan,
dan jumlah gaji bersih yang diterima karyawan dalam bulan
tertentu.
7. Bukti Kas Keluar. Dokumen ini merupakan perintah
pengeluaran uang yang dibuat oleh fungsi akuntansi kepada
fungsi keuangan, berdasarkan informasi dalam daftar gaji dan
upah yang diterima dari fungsi pembuat daftar gaji dan upah.
2.1.3.3. Prosedur Pencatatan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah
Menurut Mulyadi (2010 : 382) catatan akuntansi yang digunakan dalam
prosedur pencatatan gaji dan upah adalah :
1. Jurnal Umum. Dalam pencatatan gaji dan upah ini jurnal umum
digunakan untuk mencatata distribusi biaya tenaga kerja ke dalam
setiap departemen dalam perusahaan.
2. Kartu Harga Pokok Produk. Catatan ini digunakan untuk
mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk
pesanan tertentu.
3. Kartu Biaya. Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga
kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja nonproduksi setiap
departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan
dalam kartu biaya ini adalah bukti memorial.
4. Kartu Penghasilan Karyawan. Catatan ini digunakan untuk
mencatat penghasilan dan berbagai potongan yang diterima oleh
karyawan. Informasi dalam kartu penghasilan ini dipakai sebagai
dasar penghitungan PPh pasal 21 yang menjadi beban setiap
karyawan. Di samping itu, kartu penghasilan karyawan ini
digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan dengan
ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang
bersangkutan.
Dalam sistem akuntansi gaji perusahaan terdapat beberapa fungsi yang
terkait dalam pencatatan dan pemberian gaji karyawan. Fungsi tersebut saling
Universitas Sumatera Utara
bekerja sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk tujuan
tertentu.
Menurut Mulyadi (2010 : 382) fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
penggajian dan pengupahan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kepegawaian.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru,
menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan
baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan,
kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan
pemberhentian karyawan.
2. Fungsi Pencatat Waktu.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan
waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem
pengendalian internal yang baik mensyaratkan fungsi pencatatan
waktu hadir karyawan tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi
atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.
3. Fungsi Pembuat Daftar Gaji dan Upah.
Fungsi ini bertanggung jawab membuat daftar gaji dan upah yang
berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan
yang menjadi beban setiap karyawan setiap jangka waktu
pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh
fungsi pembuat daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi guna
pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar untuk
pembayaran gaji dan upah kepada karyawan.
4. Fungsi Akuntansi.
Dalam sistem penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi
bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam
hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan
(misalnya: utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana
pensiun).
5. Fungsi Keuangan.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran
gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah
setiap karyawan, untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan
yang berhak.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2010 : 385) jaringan prosedur yang
membentuk sistem baik sistem penggajian maupun sistem pengupahan adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Prosedur pencatatan waktu hadir. Prosedur ini bertujuan untuk
mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini
diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan
daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau pabrik.
Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, dapat
menggunakan kartu hadir berupa clock card yang diisi secara otomatis
dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder machine).
Prosedur pencatatan waktu kerja. Dalam perusahaan manufaktur
yang produksinya berdasarkan pesanan, pencatatan waktu kerja
diperlukan bagi karyawan yang bekerja difungsi produksi untuk
keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk atau pesana
yang menikmati jasa karyawan tersebut.
Prosedur pembuatan daftar gaji dan upah. Dalam prosedur ini,
fungsi pembuatan daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah
karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji
adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru,
kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat,
daftar gaji bulan sebelumnya, dan daftar hadir. Jika gaji karyawan
melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai potongan
PPh pasal 21 dihitung oleh fungsi pembuatan daftar gaji dan upah atas
daftar data yang tercantum dalam kartu penghasilan karyawan.
Potongan PPh pasal 21 ini dicantumkan dalam daftar gaji dan upah.
Prosedur distribusi biaya gaji dan upah. Dalam prosedur distribusi
biaya gaji dan upah, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada
departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja.
Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian
biaya dan penghitungan harga pokok produk.
Prosedur pembayaran gaji dan upah. Prosedur pembayaran gaji
dan upah melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Fungsi
akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan
untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keuangan
kemudian mengauangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang
ke amplop gaji dan upah.
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan
secara kronologis dengan menunjukkan akun yang harus di debet dan di kredit
beserta jumlahnya masing-masing. Jurnal merupakan catatan pertama setelah
adanya bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan dalam buku besar. Menurut
Mulyadi (2010 : 385) jurnal untuk mencatat biaya gaji dibuat dalam empat tahap
berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1,
dicatat oleh Bagian Utang kewajiban gaji ke dalam bukti kas keluar
sebagai berikut:
Gaji dan upah
xx
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
xx
Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai
clearing account,
b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat
distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
Biaya Administrasi dan Umum
xx
Biaya Pemasaran
xx
Gaji dan Upah
xx
Karena gaji karyawan di pabrik tidak berhubungan langsung dengan
pesanan tertentu, maka biaya gaji diperlakukan sebagai unsur biaya
overhead pabrik, sehingga biaya gaji karyawan pabrik dibebankan ke
dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya. Gaji karyawan
fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam rekening Biaya
Administrasi dan Umum dan rekening Biaya Pemasaran.
c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap
”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran gaji
ke dalam register cek sebagai berikut:
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
Kas
xx
xx
d. Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan
rekap daftar gaji, Bagian Kartu Biaya mencatat biaya tenaga kerja ke
dalam buku pembantu (kartu biaya). Kartu biaya ini berisi rekening
pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol: Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya
Pemasaran.
Selanjutnya jurnal untuk mencatat biaya upah menurut Mulyadi (2010 :
396), dibuat dalam empat tahap.
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1,
dicatat oleh Bagian Utang kewajiban upah ke dalam bukti kas keluar
sebagai berikut:
Gaji dan upah
xx
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
xx
Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai
clearing account,
b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat
distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
Biaya Administrasi dan Umum
xx
Biaya Pemasaran
xx
Gaji dan Upah
xx
Karena upah karyawan di pabrik dibagi menjadi dua: tenaga kerja
langsung dan tenaga kerja tidak langsung, maka upah biaya tenaga
kerja langsung dibebankan ke dalam rekening Barang dalam ProsesBiaya Tenaga Kerja, sedangkan biaya upah tenaga kerja tidak
langsung diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik dan
dibebankan ke dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya.
Gaji karyawan fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam
rekening Biaya Administrasi dan Umum dan rekening Biaya
Pemasaran.
c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap
”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran
upah karyawan ke dalam register cek sebagai berikut:
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
Kas
xx
xx
d. Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan
rekap daftar gaji, Bagian Kartu Biaya mencatat biaya tenaga kerja ke
dalam dua buku pembantu: kartu harga pokok produk dan kartu
biaya. Kartu harga pokok produk digunakan untuk mencatat rincian
biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi
pesanan. Kartu harga pokok produk merupakan rekening pembantu
untuk rekening Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja. Kartu biaya
ini berisi rekening pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol:
Universitas Sumatera Utara
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan
Umum, dan Biaya Pemasaran. Upah tenaga kerja tidak langsung, upah
karyawan fungsi administrasi dan umum (fungsi akuntansi, fungsi
personalia dan umum, fungsi hubungan masyarakat) dan upah
karyawan fungsi pemasaran dicatat ke dalam kartu biaya.
2.1.3.4. Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penggajian Dan
Pengupahan
Menurut Mulyadi (2010 : 386) unsur pengendalian intern dalam sistem
akuntansi penggajian dan pengupahan adalah
a. Struktur organisasi
1. Fungsi Pembuatan Daftar Gaji Dan Upah Harus Terpisah Dari
Fungsi Keuangan.
2. Fungsi Pencatatan Waktu Hadir Harus Terpisah Dari Fungsi
Operasi.
b. Sistem Otorisasi
1. Setiap Orang yang Namanya Tercantum Dalam Daftar Gaji dan
Upah Harus Memiliki Surat Keputusan Pengangkatan sebagai
Karyawan Perusahaan Yang Ditandatangani Oleh Direktur Utama.
2. Setiap Perubahan Gaji Dan Upah Karyawan Karena Perubahan
Pangkat, Perubahan Tarif Gaji dan Upah, Tambahan Keluarga
Harus Didasarkan Pada Surat Keputusan Direktur Keuangan.
3. Setiap Potongan Atas Gaji dan Upah Karyawan Selain dari Pajak
Penghasilan Karyawan Harus Didasarkan Surat Potongan Gaji
Dan Upah Yang Diotorisasi Oleh Fungsi Kepegawaian.
4. Kartu Jam Hadir Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Pencatat Waktu.
5. Perintah Lembur Harus Diotorisasi Oleh Kepala Departemen
Karyawan yang Bersangkutan.
6. Daftar Gaji dan Upah Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Personalia.
7. Bukti Kas Keluar untuk Pembayaran Gaji dan Upah Harus
Diotorisasi Oleh Fungsi Akuntansi.
8. Perubahan dalam Catatan Penghasilan Karyawan Direkosiliasi
dengan Daftar Gaji dan Upah Karyawan.
c. Prosedur Pencatatan
1. Tarif Upah yang Dicantumkan dalam Kartu Jam Kerja
Diverifikasi Ketelitiannya oleh Fungsi Akuntansi Biaya.
2. Kartu Jam Hadir Harus Dibandingkan Dengan Kartu Jam Kerja
Sebelum Kartu yang Terakhir Ini Dipakai Sebagai Dasar
Distribusi Biaya Tenaga Kerja Langsung.
d. Praktik Yang Sehat
1. Pemasukan Kartu Jam Hadir ke Dalam Mesin Pencatat Waktu
Harus Diawasi oleh Fungsi Pencatat Waktu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembuatan Daftar Gaji dan Upah Harus Diverifikasi Kebenaran
dan Ketelitian Perhitungannya oleh Fungsi Akuntansi Keuangan
Sebelum Dilakukan Pembayaran.
3. Penghitungan Pajak Penghasilan Karyawan Direkonsilisasi
dengan Catatan Penghasilan Karyawan.
4. Catatan Penghasilan Karyawan Dipimpin oleh Fungsi Pembuat
Daftar Gaji dan Upah.
Universitas Sumatera Utara
Download