analisis hubungan kepuasan dan loyalitas konsumen restoran ayam

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS
KONSUMEN RESTORAN AYAM BAKAR WONG SOLO
CABANG POLONIA MEDAN
SKRIPSI
SHAFIYYATUL GHINA
H34080118
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
RINGKASAN
SHAFIYYATUL GHINA. Analisis Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas
Konsumen Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Polonia Medan.
Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).
Perekonomian di Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 35,02 persen, yang disusul oleh sektor
industri pengolahan sebesar 19,70 persen. Besaran nilai kedua sektor tersebut
dapat dikatakan sebagai potensi unggulan yang mungkin berkembang di Kota
Medan. Kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor
penggerak roda perekonomian di Kota Medan. Terjadinya peningkatan kegiatan
perekonomian Kota Medan juga diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pangan ikut
meningkat. Jumlah restoran di Kota Medan semakin meningkat dengan semakin
tingginya kebutuhan akan kepraktisan. Meningkatnya bisnis restoran yang
menyajikan makanan dengan bahan dasar yang sama serta variasi yang tidak jauh
berbeda menimbulkan persaingan bisnis antar restoran dalam menarik konsumen.
Salah satu restoran yang berada pada persaingan tinggi di antara bisnis restoran di
Kota Medan adalah Restoran Ayam Bakar Wong Solo (ABWS). Restoran ABWS
dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
restoran, produsen sebaiknya memperhatikan strategi yang akan digunakan.
Strategi tersebut digunakan untuk mengetahui adanya perubahan dan tren yang
terjadi pada lingkungan sekitar sehingga produsen dapat menentukan hal-hal yang
harus dipersiapkan dalam bersaing dengan industri usaha makanan di Kota
Medan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis karateristik dan proses
keputusan pembelian konsumen Restoran ABWS, 2. Menganalisis faktor-faktor
yang membentuk kepuasan dan loyalitas konsumen pada Restoran ABWS, 3.
Menganilisis hubungan tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran
ABWS, 4. Memberikan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh restoran
untuk meningkatkan kinerja restoran serta kepuasan konsumen. Penelitian ini
dilakukan di Restoran Ayam Bakar Wong Solo yang terketak di Jalan Padang
Golf Polonia Medan, Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel
menggunakan sample tanpa peluang (nonprobability sampling) dengan teknik
convenience sampling. Jumlah sampel penelitian yang dijadikan responden adalah
170 orang. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data berupa
analisis deskriptif, Structur Equation Model (SEM), Customer Satisfaction Index
(CSI) dan Customer Loyalty Index (CLI).
Berdasarkan hasil analisis SEM, atribut yang dapat membetuk kepuasan
dan loyalitas konsumen, atribut yang dianggap penting oleh konsumen dalam
membetuk kepuasan adalah kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan,
kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan, kemudahan dalam
menjangkau lokasi restoran, pencantuman logo dan nama restoran,pengetahuan
pramusaji terhadap menu, ketersediaan fasilitas (Musholla & Taman) dan
kecepatan transaksi pembayaran. Namun secara keseluruhan, konsumen Restoran
ABWS sudah merasa puas dan memiliki loyalitas terhadap restoran. Berdasarkan
hasil analisis SEM, variabel price dan variabel promotion merupakan variabel
yang tidak berpengaruh nyata dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan konsumen Restoran ABWS dikarenakan adanya atribut harga
dari berbagai menu minuman yang disajikan dan promosi melalui media (cetak
dan elektronik) yang kurang diperhitungkan oleh beberapa responden. Dimensi
place menjadi dimensi yang memiliki hubungan paling kuat dalam membangun
kepuasan, dan dimensi price memiliki hubungan yang paling lemah dan menjadi
dimensi physical evidence yang memiliki kontribusi dalam terjadinya penurunan
konsumen. Ketidakpuasan pada kedua dimensi tersebut terlihat dari penilaian
konsumen terhadap atribut ketersedian fasilitas (Mushalla & taman) dan
kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar.
Berdasarkan hasil analisis Customer Satisfaction Index (CSI), diketahui
bahwa indeks kepuasan pengunjung secara keseluruhan adala sebesar 88,5 persen
(sangat puas). Variabel yang memiliki indeks kepuasan tertinggi adalah
kemudahan mencapai lokasi yaitu sebesar 26,10 persen. Berdasarkan hasil analisis
Customer Loyalty Index (CLI), diketahui bahwa indeks loyalitas konsumen
Restoran ABWS secara keseluruhan adalah 98,82% (sangat loyal). Besaran indeks
ini menunjukkan bahwa responden loyal terhadap kinerja Restoran ABWS.
Responden yang loyal memiliki indeks loyalitas tertinggi adalah komitmen untuk
bersedia merekomendasikan Restoran ABW kepada orang lain (Y23) yaitu
sebesar 34,52%.
Alternatif strategi bauran pemasaran yang dapat dilakukan Restoran ABWS
antara lain mempunyai standarisasi bumbu ayam bakar untuk menjaga kualitas
cita rasa, menambah menu hidangan pencuci mulut, meningkatkan kecepatan
pelayanan, keramahan dan kesopanan pramusaji, memberikan diskon pada waktu
dan hari tertentu, mengatur lahan parkir, melakukan iklan dibeberapa media cetak
dengan mencantumkan kupon diskon, melakukan kegiatan promosi melalui
jariangan sosial, menjadi sponsor dalam kegiatan tertentu, menambah jumlah
pramusaji khusus pada saat restoran sedang ramai dikunjungi, memberikan
pelatihan intensif kepada pramusaji, mempercepat perbaikan renovasi, membuat
dekorasi dengan menambah taman bermain kecil khusus untuk anak-anak dan
menambah seorang staff dapur khusus untuk pengontrolan pesanan makanan dan
minuman agar tidak terjadi kesalahan pencatatan pesanan menu makanan dan
minuman.
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
RESTORAN AYAM BAKAR WONG SOLO
CABANG POLONIA MEDAN
SHAFIYYATUL GHINA
H34080118
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi
:
Analisis Hubungan Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Polonia Medan
Nama
:
Shafiyyatul Ghina
NIM
:
H34080118
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc.
NIP. 19630228 199003 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang
Polonia Medan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Shafiyyatul Ghina
H34080118
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 6 November 1990. Penulis
adalah anak pertama dari pasangan Bapak Puspo Wardoyo dan Ibunda Rini
Purwanti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Azhar Medan pada
tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama SMP An-Nizam Medan pada tahun
2005. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1
Medan pada tahun 2008. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah (BUD) pada tahun 2008.
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis tercatat aktif pada
organisasi yaitu sebagai Anggota Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan
(IMMAM), Staf Bidang Komunikasi dan Informasi BEM FEM IPB, Anggota
Karemata IPB, Anggota KOHATI HMI FEM IPB, dan Vice President of
Communication AIESEC IPB Expansion.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang
Polonia Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dari
konsumen mengenai kepuasan yang didapat setelah mengunjungi Restoran Ayam
Bakar Wong Solo (ABWS) serta implikasinya pada loyalitas konsumen tersebut..
Semoga dengan adanya skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak,
khususnya bagi pihak Restoran ABWS, bagi penulis, maupun bagi penelitipeneliti selanjutnya, sebagai referensi atau bahan acuan. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah membantu pembuatan
skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Shafiyyatul Ghina
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan
nikmat yang diberikan-Nya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Suprehatin, SP, MAB dan Ir. Narni Farmayanti, M.sc selaku dosen
pembimbing skripsi utama dan juga dosen pembimbing akademik atas arahan,
motivasi, kesabaran, dan waktu yang diluangkan kepada penulis selama
penulisan skripsi
2. Tintin Sarianti, SP, MM dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAB selaku dosen
penguji pada ujian siding penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Junita Elisabeth Manik selaku oembahas seminar yang telah memberikan
kritik dan saran demi perbaikan hasil penelitian ini.
4. Orangtua, Ayahanda Puspo Wardoyo, Ibunda Rini Purwanti, serta adik-adik
kesayangan Bakar dan Zahra atas bantuan, motivasi, cinta kasih, serta doa
yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi hasil yang terbaik.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
6. Bapak Heri selaku Manajer Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Polonia
Medan dan seluruh staff karyawan atas kerjasama dan bantuannya kepada
penulis selama melakukan penelitian.
7. Kesayangan, Efrina, Della, Nabila, Nisa, Dilla, Stevi, Asma, Frida, Fiqi, Ira,
Mumun dan Mimin.
8. Teman-teman kelompok belajar Arifah Qurratu Aina, Herawati, Amelia,
Hanny S dan Arini Intan Nurdin atas dorongan, motivasi, dan bantuan selama
ini.
9. Kak Dini Amrilla Utomo, atas motivasi dan saran selama penulisan
10. Teman-teman seperjuangan Gladikarya Anggarini Dianing S, Nezi Hidayani,
Muhammad Fikri dan Dedi Iskandar atas kebersamaan dalam perjuangan
gladikarya.
11. Tim KOMINFO BEM FEM ORASI 2011, Kak Dina Berina, Syifa Maulia, Ida
Nurul Fitri dan Kak Dinda atas kerjasama tim yang luar biasa.
12. Ni Putu Ayuning, Akbar Zaenal Mutaqqin, Andi Facino, Haris Fatori, Julia
Rahmamita, Restika Raditia A, Destia Eka P, Septianisa Rahmi, Aklima,
Diska, Syajaroh duri, Andika Yuli S, Farisah Firas, Farah Ratih, Rizki A,
Liska Talitu dan teman-teman agribisnis 45 yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu atas masukan kebersamaan, semangat,dan persaudaraannya
selama ini.
13. AIESEC Expansion IPB, Ryan Iga, Adnan Azhari, Fawzia Defrida, Nunik
Sudiningsih, Diki More, Niear Rindy, Ratih Kusumaningrum dan Istiqomah
atas perjuangan dalam membangun suatu organisasi dari awal.
14. Teman-teman seperjuangan Medan, Sheila Aldila, M.Mahathir, M.Adri,
Wahyu Hidayat, Wahyu Fikri, Tommy Gunanta, M.Haqiqi Noviar, Indra
Yudhika, M. Reza, Eka Satria, M.fadly, Amalia Aldhina dan Winda Anggraini
15. Teman-teman angkatan 7 KAREMATA (Keluarga Pecinta Alam FEM) Mia
Dwi Fitri, Ismi Fatmawati, Hernika K, Ken Ardhana, Nurani Astadipura.
Guruh S, M.Fadli Firsya, Attar Asmawan, Dea Rizky, Firman Raditya, Ryan
Satria N, M.Maududi, Suryo Aji, Chrisgerson R dan Adhityadarma P Dewa
16. Teman-teman organisasi IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan),
ORASI BEM FEM, KAREMATA (Keluarga Pecinta Alam FEM) dan
AIESEC atas pengalaman yang luar biasa
Bogor, Januari 2013
Shafiyyatul Ghina
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
xvi
I.
PENDAHULUAN ..................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................
1.2 Perumusan Masalah .........................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... ....
1
1
3
6
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
2.1 Defenisi Restoran ...........................................................
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................
7
7
9
III.
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...........................................
3.1.1 Definisi Konsumen .................................................
3.1.2 Model Perilaku Konsumen … ................................
3.1.2.1 Pengaruh Lingkungan .........................................
3.1.2.2 Perbedaan Individu ..............................................
3.1.2.3 Proses Psikologis .................................................
3.1.2.4 Proses Keputusan ................................................
3.2 Karateristik Konsumen ....................................................
3.3 Konsep Bauran Pemasaran ..............................................
3.4 Kepuasan Konsumen .......................................................
3.5 Pengukuran Keluhan dan saran .......................................
3.6 Loyalitas Konsumen ........................................................
3.7 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................
3.8 Strategi Pemasaran : Segmentation, Targeting dan
Positioning ......................................................................
12
12
12
12
14
14
15
15
17
18
21
23
24
26
METODE PENELITIAN........................................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................
4.3 Metode Penentuan Sampel ..............................................
4.4 Data dan Instrumentasi .....................................................
4.5 Teknik Pengolahan Data ..................................................
4.5.1 Analisis Deskriptif ..................................................
4.5.2 Skala Likert ............................................................
4.5.3 Pengujian Kuisioner ................................................
4.5.3.1 Uji Validitas ...............................................
4.5.3.2 Uji Reliabilitas ............................................
4.5.4 Analisis Structural Equation Modeling (SEM) .. ...
30
30
30
30
31
32
32
32
33
33
34
34
IV.
28
4.5.4.1 Formulasi Model SEM ..............................
4.5.4.2 Implementasi Model SEM .....................
4.5.5 Definisi Operasional ............................................
4.5.5 Analisis Customer Satisfaction Index (CSI).........
4.5.5 Analisis Customer Loyalty Index (CLI) ................
36
39
42
44
45
V.
KEADAAM UMUM LOKASI PENELITIAN .....................
5.1 Sejarah dan Perkembangan Restoran ABWS Polonia ....
5.2 Perkembangan Restoran ABWS .....................................
5.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ..................................
5.4 Struktur Organisasi .........................................................
5.5 Segmentasi, Targeting dan Positioning ..........................
5.6 Aspek Bauran Pemasaran ...............................................
5.6.1 Produk .....................................................................
5.6.2 Harga ......................................................................
5.6.3 Tempat ...................................................................
5.6.4 Promosi ..................................................................
5.6.5 Bukri Fisik ..............................................................
5.6.6 Proses Operasi .......................................................
5.6.7 Orang .....................................................................
47
47
48
49
49
51
51
51
52
52
52
53
53
54
VI.
KARATERISTIK KONSUMEN RESTORAN ABWS ........
6.1 Karakteristik Umum Konsumen Restoran ABWS ........
6.1.1 Jenis Kelamin .......................................................
6.1.2 Usia ......................................................................
6.1.3 Status Pernikahan .................................................
6.1.4 Tingkat Pendidikan ...............................................
6.1.5 Pekerjaan ..............................................................
6.1.6 Pendapatan Per Bulan ...........................................
6.1.7 Pengeluaran Per Bulan ..........................................
6.2 Proses Keputusan Pembelian ........................................
6.2.1 Pengenalan Kebutuhan .........................................
6.2.2 Pencarian Informasi ..............................................
6.2.3 Evaluasi Alternatif ................................................
6.2.4 Keputusan Pembelian ...........................................
6.2.5 Pasca Pembelian (Hasil) .......................................
55
55
55
55
56
56
57
58
58
59
59
61
63
65
69
VII.
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
7.1 Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) .................
7.2 Analisis Customer Loyalty Index (CLI).........................
VIII. ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)
8.1 Spesifikasi Model ..........................................................
8.2 Identifikasi Model ..........................................................
8.3 Estimasi Model ...............................................................
8.4 Uji Kecocokan ................................................................
8.5 Hubungan Antar Variabel SEM .....................................
8.5.1 Hubungan Antar Variabel Indikator Terhadap
74
74
76
79
79
79
80
81
82
Variabel Laten Eksogen (Dimensi 7P) ..................
8.5.2 Hubungan Antar Variabel Indikator Terhadap
Variabel Laten Endogen (Kepuasan dan
Loyalitas) ...............................................................
8.5.3 Hubungan Dimensi Bauran Pemasaran 7P
Terhadap Variabel Kepuasan dan Loyalitas ...........
IX.
ANALISIS PENELITIAN DAN IMPLIKASI ALTERNATIF
BAURAN PEMASARAN ......................................................
9.1 Hubungan Hasil Analisis Karateristik Umum dengan
Kepuasan Secara Umum ..................................................
9.2 Implikasi Bauran Pemasaran ...........................................
9.2.1 Strategi Produk ........................................................
9.2.2 Strategi Harga .........................................................
9.2.3 Strategi Tempat .......................................................
9.2.4 Strategi Promosi ......................................................
9.2.5 Strategi Orang .........................................................
9.2.6 Strategi Bukti Fisik .................................................
9.2.7 Strategi Proses .........................................................
83
93
94
100
100
105
105
106
107
108
109
110
111
X. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
10.1 Kesimpulan .....................................................................
10.2 Saran ...............................................................................
112
112
114
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
116
LAMPIRAN . ..................................................................................
119
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan pengeluaran Rata-Rata
Perkapita/bulan Makanan yang Sudah Jadi Menurut Jenis
Pengeluaran di Kota Medan ...........................................................
1
2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan Tahun 20082010 ..............................................................................................
2
3. Restoran dengan Menu Ayam sebagai Menu Utama ...................
3
4. Variabel-Variabel pada Model Persamaan Struktural ..................
40
5. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Jenis Kelamin
55
6. Hubungan Tingkat Usia dengan Tingkat Kepuasan Secara
Umum .............................................................................................
55
7. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Status
Pernikahan ......................................................................................
56
8. Hubungan Tingkat Pendidika dengan Tingkat Kepuasan Secara
Umum.............................................................................................
57
9. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Perkerjaan......
57
10. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kepuasan Secara
Umum.............................................................................................
58
11. Hubungan Tingkat Pengeluaran dengan Tingkat Kepuasan Secara
Umum.............................................................................................
59
12. Sebaran Responden Berdasarakan Proses Pengenalan kebutuhan .
59
13. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Restoran
ABWS .........................................................................................
60
14. Sebaran Responden Berdasarakan Motivasi ..................................
61
15. Sebaran Responden Berdasarakan Pencarian Informasi ................
61
16. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi ...................
62
17. Sebaran Responden Berdasarkan Informasi yang Menjadi
Perhatian .......................................................................................
63
18. Sebaran Responden Berdasarkan Proses Evaluasi Alternatif ......
63
19. Sebaran Responden Berdasarkan Hal yang Paling Menentukan
Berbelanja ....................................................................................
64
20. Sebaran Responden Berdasarkan Perbandingan Kualitas Produk
(Ayam Bakar) Restoran ABWS secara Umum Terhadap
Restoran Lain .................................................................................
65
21. Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian .............
66
22. Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan berkunjung ..............
66
23. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber yang Mempengaruhi ...
67
24. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ....................
68
25. Sebaran Responden Berdasarkan Menu Pilihan (Sealin Ayam
Bakar) .............................................................................................
68
26. Sebaran Responden Berdasarkan Satu Kali Pemesanan ................
69
27. Sebaran Responden Berdasarkan Saran Penambahan Pada Menu
Makanan .........................................................................................
70
28. Sebaran Responden Berdasarkan Kepuasan Pelayanan .................
71
29. Sebaran Responden Berdasarkan Minat Untuk Berkunjung
Kembali ..........................................................................................
71
30. Sebaran Responden Berdasarkan Minat Untuk Membeli Jika
Harga Menu produk Meningkat .....................................................
72
31. Sebaran Responden Berdasarkan Toleransi Persen Kenaikan
harga ...............................................................................................
72
Responden
Berdasarkan
Kemauan
Untuk
32. Sebaran
Merekomendasikan ........................................................................
73
33. Hasil Perhitungan CSI ...................................................................
75
34. Hasil Perhitungan CLI Hasil Perhitungan CSI .............................
77
35. Godness of Fit Model SEM ...........................................................
82
36. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Product (Produk) ................
84
37. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Price (Harga) ......................
85
38. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Place (Tempat) ...................
86
39. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Promotion (Promosi) ..........
87
40. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi People (Orang) ....................
89
41. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Physical Evidence (Bukti
Fisik) ...................................................................................................
90
42. Nilai Faktor Muatan dan Uji-t Dimensi Process (Proses) .................
92
43. Nilai Muatan Faktor (λ) Variabel Dalam Model Pengukuran ..........
93
44. Nilai Gamma dan Beta dari Hubungan Antar Variabel Laten
dalam Model Struktural ....................................................................
95
45. Hubungan Karateristik Konsumen dengan Kepuasan Secara Umum 103
46. Hubungan Karateristik Konsumen dengan Kepuasan Secara
Umum (Lanjutan) ..............................................................................
104
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Penerimaan Omset Restoran Ayam Bakar Wong Solo Tahun
2009-2010 ....................................................................................
5
2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen .....................
13
3. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ...................................
16
4. Tingkat Kepuasan Konsumen ......................................................
22
5. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ...............................
29
6. Model Persamaan Struktur ............................................................
41
7. Diagram Lintas Model Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Restoran ABWS Estimasi Standarized Solution (SS) ..................
80
8. Diagram Lintas Model Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Restoran ABWS Berdasarkan Nilai T-Value ..............................
83
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Struktur Organisasi Restoran Ayam Bakar Wong Solo ...............
121
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................
122
3. Hasil (Output) SEM dengan Software LISREL 8.30 ....................
126
4. Dokumentasi .................................................................................
139
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perekonomian di Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 35,02 persen, yang disusul oleh sektor
industri pengolahan sebesar 19,70 persen. Besaran nilai kedua sektor tersebut
dapat dikatakan sebagai potensi unggulan yang mungkin berkembang di Kota
Medan. Besarnya potensi kedua sektor ini di Medan tak lepas dari posisi strategis
Kota Medan yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka. Kota ini
menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik
perdagangan domestik maupun luar negeri. Kegiatan perdagangan bersama
aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian di Kota
Medan.1
Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan Pengeluaran Rata-Rata
Perkapita/bulan Makanan & Minuman berdasarkan Jenis Pengeluaran
di Kota Medan
Tahun
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan
Pengeluaran Makanan
(%)
yang Sudah Jadi (MilyarRupiah)
2007
2.083.156
26,502
2008
2.102.105
0,909
52,265
2009
2.121.053
0,901
66,110
2010
2.210.339
4,209
66,108
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
Terjadinya peningkatan kegiatan perekonomian Kota Medan juga diikuti
dengan peningkatan jumlah penduduk. Semakin meningkatnya jumlah penduduk,
maka kebutuhan akan pangan ikut meningkat. Sebagian besar pengeluaran
perkapita masyarakat Kota Medan digunakan untuk makanan dan minuman yang
sudah jadi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana jumlah penduduk Kota
Medan pada tahun 2008 sebesar 0,909 persen dan pada tahun 2010 meningkat
sebesar
4,209
persen,
dengan
meningkatnya
jumlah
penduduk,
turut
mempengaruhi pola konsumsi untuk makanan dan minuman yang sudah jadi yang
semakin tinggi dari tahun 2007 sebesar Rp 26.505 dan naik sebesar Rp 66.106
pada tahun 2010. Keadaan ini memberi kesempatan bagi industri restoran yang
1
www.sumutprov.go.id [diakses 20 November 2011]
semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah restoran yang semakin meningkat
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan, Tahun 2008-2010
Tahun
2009
2010
2011
2012*
Jumlah Restoran
807
732
897
921
Laju Pertumbuhan (%)
-10,2
18,3
2,6
2012)* Data Sementara
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Medan, 2010
Terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi terjadi
pada tahun 2011 sebanyak 18,3 persen, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan
jumlah restoran dikarenakan banyaknya restoran yang tidak mendaftar surat IUP
(Izin Usaha Perdagangan). Peningkatan jumlah usaha restoran yang sejenis
maupun tidak sejenis mengindikasikan bahwa usaha makanan memiliki
lingkungan bisnis yang kompetitif.
Bisnis yang bergerak dalam usaha restoran di Kota Medan saat ini
jumlahnya cukup banyak, salah satunya adalah restoran dengan menu utama
ayam. Pada Tabel 3 terlihat bahwa banyak restoran dengan menu utama ayam,
seperti Ayam Penyet Joko Solo, Ayam Penyet Bakso Ari, Restoran Ayam Petis
Cindelaras dan sebagainya. Meningkatnya bisnis restoran yang menyajikan
makanan dengan bahan dasar yang sama serta variasi yang tidak jauh berbeda
menimbulkan persaingan bisnis antar restoran dalam menarik konsumen.
Salah satu restoran yang berada pada persaingan tinggi di antara bisnis
restoran di Kota Medan adalah Restoran Ayam Bakar Wong Solo (ABWS)
cabang Polonia Medan. Restoran ABWS menyediakan makanan dengan menu
utama ayam dengan motto “Halallan Thayyiban” artinya produk-produk yang
disajikan
berasal
dari
bahan-bahan
yang
halal
dan
diproses
dengan
memperhatikan hukum-hukum dalam Agama Islam. Thayyiban (baik) artinya
menu - menu yang disajikan berasal dari bahan - bahan yang segar (fresh) dan
memiliki nilai gizi yang tinggi.
2
Tabel 3. Restoran dengan Menu Ayam sebagai Menu Utama di Kota Medan
No
Nama Restoran
1
Ayam Penyet Joko Solo
2
Ari Bakso dan Ayam Penyet
3
Ayam Petis Cindelaras
4
Ayam Bakar Podomoro
5.
Ayam Goreng Kalasan
6.
Ayam Penyet Ria
7
Ayam Bakar Cah Solo
8
Ayam Penyet Putri Solo
9
Warung Ayam Penyet
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan, 2010
Sebagai restoran dengan menu andalan ayam bakar yang sudah berdiri
sejak tahun 1991, Restoran ABWS ingin menarik minat konsumen yang lebih
banyak lagi dengan cara mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Oleh
karena itu dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk dan
pelayanan restoran, produsen sebaiknya memperhatikan strategi yang akan
digunakan. Strategi tersebut digunakan untuk mengetahui adanya perubahan dan
tren yang terjadi pada lingkungan sekitar sehingga produsen dapat menentukan
hal-hal yang harus dipersiapkan dalam bersaing dengan industri usaha makanan di
Kota Medan.
Menurut Sumarwan (2004), para pemasar berkewajiban untuk memahami
konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan, apa selera konsumen dan bagaimana
konsumen mengambil keputusan. Sehingga kajian mengenai konsumen sangat
penting bagi pemasar serta kehidupan dan masa depan suatu bisnis. Kepuasan
konsumen terhadap suatu produk akan berdampak pada pembelian ulang yang
akan menunjukkan loyalitas konsumen. Serta dapat menyusun strategi yang
efektif dan efisien dalam memenuhi harapan konsumen terhadap Restoran ABWS.
1.2.
Perumusan Masalah
Restoran ABWS berdiri di Kota Medan sejak tahun 1991 dan merupakan
kota pertama asal mula Restoran ABWS di Indonesia. Usaha yang ditawarkan
3
adalah jasa pelayanan makanan yang bernuansa Islami yang memiliki slogan
Halalan Thayyiban, serta dipadukan dengan pelayanan bernuansa etnis daerah
Jawa hingga dekorasi restoran mencerminkan suasana yang menyatu dengan
alam. Restoran ABWS memiliki bumbu dan cita rasa yang telah disesuaikan,
sehingga dapat diminati bagi masyarakat pada umumnya.
Sebagai restoran yang sudah lama berdiri hampir 20 tahun di Kota Medan,
Restoran ABWS harus dapat bersaing dengan restoran-restoran lain yang menjual
produk yang serupa, terutama yang menggunakan bahan dasar ayam. Restoranrestoran lain seperti Ayam Penyet Joko Solo, Ayam Penyet Bakso Ari , Restoran
Ayam Petis Cindelaras dan sebagainya yang menyediakan berbagai produk menu
ayam dengan rasa yang enak dan harga yang relatif lebih murah. Munculnya
restoran-restoran yang menawarkan menu ayam sebagai menu utama membuat
konsumen dihadapkan dengan banyaknya pilihan restoran yang akan dikunjungi.
Hal ini berpengaruh besar terhadap Restoran ABWS terutama dalam hal
penerimaan omset. Besar omset yang diperoleh dari Restoran ABWS mengalami
penurunan untuk periode dua tahun terakhir. Perkembangan omset yang diperoleh
Restoran ABWS dapat dilihat pada Gambar 1.
Restoran ABWS menargetkan penerimaan omset rata-rata perbulan
mencapai Rp 300.000.000,00 per bulan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2007
hingga 2008 penerimaan omset Restoran ABWS rata-rata dapat mencapai Rp
398.000.000,00 per bulan di tahun 2007 dan Rp 351.000.000,00 per bulan di
tahun 2008, yang mencapai target. Namun omset Restoran ABWS pada tahun
2009 hanya mencapai rata-rata Rp 256.523.000,00 per bulan, dan tahun
berikutnya omset restoran mengalami penurunan baik di tahun 2010 dengan omset
terkecil terjadi pada bulan November sebesar Rp 149.400.000,00. Di tahun 2011
pada bulan Januari sebesar Rp 123.646.000,00. Penurunan omset tersebut
dipengaruhi oleh menurunnya jumlah kehadiran konsumen yang berkunjung di
Restoran ABWS, menurut manajer Restoran ABWS, adanya kecenderungan
penurunan omset diduga akibat penurunan jumlah konsumen karena rasa bumbu
ayam bakar yang selalu berubah, kebersihan fasilitas dan kesigapan pramusaji
dalam melayani konsumen juga turut mempengaruhi kinerja kepuasan konsumen.
Selain itu penurunan omset juga diduga oleh munculnya kehadiran pesaing-
4
pesaing baru yang menyajikan menu utama yang sama yaitu ayam baik ayam
bakar, ayam goreng dan ayam penyet.
Gambar 1.
Penerimaan Omset Restoran Ayam bakar Wong Solo 2009-2011
Sumber : Restoran Ayam Bakar Wong Solo (2011)
Dalam menjaga agar konsumen tidak merasa kecewa terhadap produk dan
pelayanan, maka pihak Restoran ABWS harus mengetahui sejauh mana tingkat
kepuasan konsumen terhadap kinerja Restoran terhadap atribut produk dan
pelayanan restoran itu sendiri. Menurut Tjiptono (2002) diacu dalam Sumarwan,
et al (2011) Peningkatan kinerja akan menimbulkan peningkatan pada kepuasan
konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya hubungan antar perusahaan, dan pelanggan menajdi harmonis,
memberi dasar bagi pembelian ulang, menciptakan loyalitas pelanggan, serta
rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan. Perlu
dilakukan penelitian untuk dapat menilai bagaimana perilaku konsumen Restoran
ABWS yang mencakup kepuasan serta loyalitas konsumen, yakni dengan
mengetahui karateristik konsumen dan proses keputusan pembelian konsumen.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan hasilnya dapat memberikan suatu
alternatif strategi yang tepat bagi Restoran ABWS untuk meningkatkan kepuasan
konsumen.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini
antara lain :
5
1.
Bagaimana proses keputusan pembelian dalam melakukan pembelian di
Restoran ABWS ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang membentuk kepuasan dan loyalitas konsumen
pada Restoran ABWS ?
3.
Bagaimana hubungan tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan pada
Restoran ABWS ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan :
1.
Menganalisis karateristik konsumen dan proses keputusan pembelian
dalam melakukan pembelian di Restoran ABWS
2.
Menganalisis faktor-faktor yang membentuk kepuasan dan loyalitas
konsumen pada Restoran ABWS
3.
Menganalisis hubungan tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran
ABWS
4.
Memberikan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh restoran untuk
meningkatkan kinerja restoran serta kepuasan konsumen.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman dan menjadi sarana
pelatihan dan pengembangan dalam mengaplikasikan teori-teori serta
konsep-konsep yang telah diperoleh selama perkuliahan khususnya materi
perilaku pelanggan.
2.
Bagi pihak Restoran Ayam Bakar Wong Solo, hasil penelitian diharapkan
sebagai masukan dalam pertimbangan mengambil keputusan untuk
meningkatkan kinerja dan performa usaha.
3.
Bagi Peneliti lain, sebagai sumbangan pustaka dan bahan tambahan
pengetahuan mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Restoran
Menurut Atmodjo (2005), restoran adalah suatu tempat atau bangunan
yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik
kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum. Restoran adalah sebuah
bangunan atau tempat yang menyajikan makanan dan
minuman kepada
pelanggan Menurut Atmodjo (2005), restoran adalah tempat/bagunan yang
diorganisasika secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik
kepada semua tamunya baik berupa makanan atau minuman.
Menurut Torsina (2000) dalam Soemawinata (2010) menyatakan bahwa
terdapat sepuluh jenis restoran orisinal saat ini yaitu :
yang berkembang saat ini, yaitu:
1.
Family Conventional
Restoran ini lebih banyak dikunjungi oleh keluarga. Mementingkan masakan
yang enak, suasana, dan harga yang bersahabat. Jenis restoran ini biasanya
menawarkan pelayanan dan dekorasi yang sederhana.
2.
Fast Food
Restoran jenis ini juga dikenal sebagai restoran siap saji, memiliki
keterbatasan dalam jenis, ruang dengan dekorasi warna-warna utama. Harga
yang ditawarkan relatif tidak mahal dan mengutamakan banyak pelanggan
yang berkunjung. Restoran ini menyiapkan pelayanan dalam bentuk eat-in
(makan di restoran) dan take-out (dibungkus untuk dimakan di luar restoran).
3.
Speciality Restaurants
Restoran ini menyediakan suasana yang khas bagi orang-orang yang ingin
mentraktir teman atau keluarga. Restoran ini sengaja dibangun di tempat yang
jauh dari keramaian, namun menyajikan masakan khas yang menarik
perhatian konsumen dan menyediakan makanan yang berkualitas.
7
4.
Kafetaria
Pengunjung kafe relatif banyak dan homogen tergantung dari menu yang
disajikan. Hal ini disebabkan karena kafe biasanya didirikan di dalam
perkantoran, sekolah, pabrik, swalayan dan tempat-tempat keramaian lainnya.
Harga yang ditawarkan relatif murah dan menunya berganti- ganti tiap hari
serta jumlah menu terbatas seperti menu yang disajikan di rumah.
5.
Coffee Shop
Ditandai dengan pelayanan secara cepat dan pergantian tempat duduk yang
cepat. Untuk menarik perhatian pengunjung yang akan makan siang atau
coffee break, lokasi utamanya ditempatkan di gedung perkantoran atau di
pusat perbelanjaan dengan traffic pejalan yang tinggi, selain itu dibuat banyak
sitting yang menempati counter service untuk menimbulkan suasana
informal.
6.
Gourmet
Restoran berkelas yang ditujukan bagi pelanggan yang menginginkan
pelayanan yang tinggi dan bergengsi. Ruangannya didekorasi untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan bersifat artistik.
7.
Etnik
Menyediakan menu daerah tertentu. Dekorasi ruangan dan lingkungan
restoran disesuaikan dengan etnik yang bersangkutan, bahkan pakaian
seragam pramusajinya bernuansa etnik.
8.
Snack Bar
Restoran ini melayani orang-orang yang ingin makanan kecil atau jajan dan
ukuran ruangan relatif kecil. Penyajian yang ditawarkan berupa eat-in (makan
di restoran) dan take-out (makanan dibungkus), sehingga mereka dapat
memperoleh volume penjualan yang baik.
9.
Buffet
Berupa swalayan, tapi untuk produk wine, liquor dan bir dapat dilayani
dengan khusus. Buffet dicirikan dengan berlakunya satu harga untuk makan
sepuasnya. Peragaan dan display makanan sangat memegang peranan disisni,
sebab langsung menjual dirinya.
8
10. Drive In/Drive Thru or Parking
Pelanggan yang berkendaraan dengan menggunakan mobil tidak perlu keluar
dari mobilnya. Pesanan diantar hingga ke mobil untuk eat-in (sementara
parkir) atau “take-away” dan jenis makanan yang disajikan pun dikemas
secara praktis.
Dari sepuluh jenis restoran maka dapat dilihat bahwa Restorn ABWS
termasuk kedalam jenis restoran etnik yaitu menyediakan menu daerah tertentu.
Dekorasi ruangan dan
lingkungan restoran disesuaikan dengan etnik yang
bersangkutan, sesuai dengan nama Restoran ABWS yang bernuansa Jawa Tengah
(Solo) menawarkan menu masakan khas Jawa serta dekorasi ruangan restoran
dipenuhi oleh wayang serta ukiran kayu dengan tulisan jawa sansekerta.
2.2.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen telah banyak
dilakukan sebelumnya. Hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
merumuskan penelitian selanjutnya. Studi tentang Kepuasan dan loyalitas
konsumen dapat dilakukan pada bisnis apa saja seperti taman wisata, peternakan,
restoran, produk tertentu dan koperasi. Tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji
topik penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen pada umunya sama
yaitu untuk menganalisis karateristik dan perilaku konsumen, tingkat kepuasan
dan loyalitas konsumen, serta alternative bauran strategi pemasaran bagi suatu
perusahaan.
Soemawinata (2010) penelitian tentang Analisis Tingkat kepuasan
Konsumen Terhadap Restoran Ayam Goreng Fatmawati Di Kota Bogor Jawa
Barat. Pada penelitian ini diperoleh karakteristik konsumen yang terdapat dalam
penelitian meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anggota
keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran. Penelitian ini
menggunakan alat analisis CSI dan IPA. Hasil dari analisisnya adalah dari CSI
sebesar 76,730 persen berada pada kategori sangat puas. Sedangkan prioritas
perbaikan atribut dilakukan dengan diagram kartesius IPA, dimana pada kuadran
I (prioritas utama) terdapat tujuh atribut yang menjadi prioritas utama untuk
diperbaiki yaitu harga produk, kenudahan dan kecepatan transaksi, pendingin
ruangan (AC), keramahan pramusjai dan kecepatan merespon keluhan
9
pengunjung. Atribut yang perlu dipertahankan berada pada kuadran II
(pertahankan prestasi) yaitu, rasa, ukuran atau porsi, kecepatan pelayanan,
keamanan dan kenyamanan restoran, keragaman menu, kesigapan pramusaji,
kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen dan kehalalan.
Metode penelitian Structural Equation Model (SEM) digunakan utuk
melihat hubungan antara peubah laten dengan peubah manifesnya. Hasil
kuesioner diolah dalam software LISREL kemudian dianalisis untuk melihat
tingkat hubungan paling kuat dan memiliki pengaruh yang paling signifikan
terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen Mohamad Amir Elbany (2009)
penelitian tentang Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran Pujasega
Garut, Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis Structural
Equation Modeling (SEM). Penelitian ini menggunakan metode non-probability
sampling dengan teknik judgment sampling dengan jumlah responden sebanyak
100 sampel. Kepuasan dipengaruhi oleh lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Loyalitas
dipengaruhi oleh sikap konsumen jika terjadi kenaikan harga tetap melakukan
kunjungan ulang dan ketersediaan konsumen untuk merekomendasikan.
Arisman (2008) penelitian mengenai analisis kepuasan konsumen
Resttoran Bumbu Desa Bogor menggunakan teknik judgement sampling dalam
pengambilan sampel dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden. Pengolahan
data dalam penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu SEM. Dari nilai total
kuesioner, terlihat bahwa konsumen yang merasa puas terhadap kinerja restoran
adalah sebesar 75,54 persen. Berdasarkan hasil analisis menggunakan SEM, dari
kelima variabel laten dalam membangun kepuasan konsumen, variabel service
quality (kualitas pelayanan) memiliki pengaruh tertinggi dan harga memiliki
pengaruh terendah.
Ashadi (2007) penelitian mengenai analisis kepuasan, loyalitas dan retensi
konsumen asinan sedap gedung dalam Kota Bogor. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini
menggunakan metode accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak
100 sampel. Kepuasan dipengaruhi oleh tiga dimensi yaitu dimensi pelayananm
dimensi produk dan dimensi pelanggan. Konsumen Asinan Sedap Gedung dalam
10
Bogor sudah puas karena peubah manifest dari produk, pelayanan dan citra
bernilai positif. Konsumen Asinan Sedap Dalam Bogor telah sampai pada tahap
loyal karena konsumen bersedia melakukan pembelian ulan dan bersedia
merekomendasikan kepada orang lain.
Utomo (2011) penelitian mengenai analisis kepuasan dan loyalitas
konsumen Prima Fresh Mart menggunakan teknik convenience sampling dengan
jumlah responden sebanyak 100 orang yang telah lulus tahap screening.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu SEM.
Berdasarkan hasil alat analisis SEM, pada dimensi tangibles memiliki hubungan
yang paling kuat terhadap kepuasan sementara dimensi reliability memiliki
hubungan yang paling lemah terhadap kepuasan. Kepuasan memiliki hubungan
yang snagat erat terhadap loyalitas. Pada penelitian ini, responden merasa puas
dengan pelayanan dan akan menjadi konsumen yang setia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat persamaan
dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Dalam penarikan sampel, metode
yang digunakan adalah convenience sampling seperti yang dilakuan oleh Utomo
(2011). Penggunaan metode tersebut berdasarkan kemudahan dalam mendapatkan
responden. Berbeda dengan yang digunakan oleh Arisman dan Elbany dalam
penarikan sampel, dimana menggunakan judgment sampling. Alat analisis yang
digunakan untuk mengolah data yang diperoleh serupa dengan Elbany, Arisman
dan Utomo yaitu alat analisis deskriptif serta menggunakan bantuan program
LISREL dalam analisis Structural Equation Modeling (SEM). Pada penelitian
terdahulu terdapat perbedaan yaitu menggunakan metode Customer Satisfaction
Index (CSI) dan Customer Loyalty Index (CLI) sebagai alat analisis untuk melihat
tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas konsumen. Selain itu, dalam pemilihan
variabel laten dan manifest yang diguanakan sebagai dasar analisis SEM dan
komiditi yang digunakan berbeda dengan peneltian terdahulu.
11
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Definisi Konsumen
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa konsumen terdiri dari dua yaitu
konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli
barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen organisasi meliputi
organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga
lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit). Organisasi-organisasi harus
membeli peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya. Konsumen didefinisikan oleh Kotler (2005) sebagai individu atau
kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa
untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya.
3.1.2. Model Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses
psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan halhal di atas atau kegiatan mengevaluasi. (Sumarwan, 2004). Schiffman dan Kanuk
(2010) diacu dalam Sumarwan et al (2011) menyatakan bahwa perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan
kebutuhannya.
Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, yang mendahuli dan mengikuti tindakan ini, Perilaku konsumen Perilaku
konsumen dipengaruhi oleh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,
keluarga, dan situasi), perbedaan individu (sumber daya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi) dan
proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap serta
perilaku). Secara sederhana, hubungan lingkungan, perbedaan individu fan proses
psikologis dengan proses keputusan konsumen dan implikasinya pada stretegi
pemasaran dapat dijelaskan pada Gambar 1.
12
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
Perbedaan Individu
Proses Keputusan
Proses Psikologi
Sumberdaya Konsumen
Motivasi dan
Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap, Kepribadian,
Gaya
hidup, Demografi
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Pengolahan Informasi
Pembelajaran
Perubahan Sikap dan
Perilaku
Impliasi
Startegi Pemasaran
Gambar 2.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Engel et al. (1994)
Menurut Engel et al. (1994) terdapat empat prinsip signifikan yang
mendasari perilaku konsumen, yaitu :
1.
Konsumen adalah raja. Konsumen memiliki kemampuan untuk menyaring
semua upaya untuk mempengaruhi, dengan hasil bahwa semua yang
dilakukan oleh suatu perusahaan harus disesuaikan dengan motivasi dan
perilaku kunsumen
2.
Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian
Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti, walaupun secara tidak
sempurna, melalui penelitian. Hal tersebut dapat menurunkan risiko
kegagalan pemasaran.
3.
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi Kedaulatan konsumen menyajikan
tantangan, tetapi pemasaran yang terampil dapat mempengaruhi baik motivasi
13
maupun perilaku bila produk atau jasa yang ditawarkan didesain untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Pengaruh konsumen sah secara sosial. Kebutuhan konsumen adalah riil, dan
ada manfaat yang tidak dapat disangkal dari produk atau jasa yang
menawarkan kegunaan murni. Kunci bagi legitimasi sosial adalah jaminan
bahwa konsumen tetap memiliki kebebasan lengkap dan tanpa rintangan
sepanjang prosesnya. Kebebasan ini diwujudkan ketika tidak ada sesuatu pun
yang membujuk konsumen untuk bertindak dengan cara-cara yang tidak
tepat.
3.1.2.1. Perbedaan Individu
Keputusan setiap individu pasti akan berbeda, hal ini karena individu
tersebut mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Engel et al
(1994) perbedaan individu dapat dilihat dari sumber daya konsumen, keteribatan
dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, serta gaya hidup dan demografi.
Sumber daya konsumen memiliki tiga sumber
daya utama yang
digunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini pemasar memberikan
barang dan jasa. Ketiga sumber daya ini adalah ekonomi, waktu, dan kognitif.
Secara praktis, ini berarti pemasar bersaing untuk mendapatkan uang, waktu dan
perhatian konsumen.
Keterlibatan adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan
mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan
konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah
informasi dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecah masalah yang
diperluas. Terdapat dua jenis keterlibatan yaitu langgeng dimana keterlibatan ada
sepanjang waktu karena peningkatan konsep diri dan keterlibatan situasional yaitu
keterlibatan sementara yang distimulasikan oleh risiko yang didasari, tekanan
konformitas, atau pertimbangan lain.
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam
ingatan. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat
memengaruhi pola pembelian mereka. Sikap adalah sebuah evaluasi menyeluruh.
Intensitasm dukungan dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Masingmasing sifat ini akan bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya
14
dengan objek sifat. Sikap dapat berubah apabila konsumen mengakumulasi
pengalaman baru.
Kepribadian merupakan respons yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan. Gaya hidup adalah pola di mana orang hidup dan menghabiskan
waktu serta uang. Gaya hidup adalah hasil dari jajaran total ekonomi budaya, dan
kekuatan kehidupan sosial yang menyokong kualitas manusia seseorang.
3.1.2.2. Proses Psikologis
Menurut Engel et al (1994) ada tiga proses psikologis utama, yaitu
pemrosesan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku.
Pemrosesan informasi adalah suatu proses yang mengacu pada bagaimana
stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan, dan kemudian diambil
kembali. Pemrosesan informasi terdiri dari tahap pemaparan, perhatian,
penerimaan, dan pemerolehan kembali.
Proses pembelajaran harus dimengerti bila pemasaran ingin mengetahui
keinginan dan apa yang mempengaruhi kebutuhan konsumen . Dalam hal ini ada
empat jenis pembelajaran yaitu pertama, pembelajaran kognitif berkenaan dengan
proses mental yang menentukan retensi informasi. Kedua, Pengkondisian klasik
yang berfokus pada pembelajaran melalui asosiasi. Ketiga, Pengkondisian operant
mempertimbangkan bagaimana perilaku dimodifikasikan oleh pengukuh dan
penghukum. Keempat adalah Pembelajaran vicarious yang menyangkut
pembelajaran melalui observasi.
Perubahan sikap dan perilaku merupakan suatu hal yang dapat dipengaruhi
dan salah satu yang paling mendasar tetapi menantang yang dihadapi oleh
perusahaan. Banyak perusahaan yang mengeluarkan dana besar dalam usaha
memodifikasi atau mengukuhkan cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak
di dalam pasar.
15
3.1.2.3. Proses Keputusan
Menurut Engel et al (1994) , terdapat lima tahapan keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Evaluasi Alternatif
Pencarian Informasi
Pengenalan Kebutuhan
Pembelian
Hasil
Gambar 3.
Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Engel et al. (1994)
Menurut Engel et al. (1994) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu
keputusan untuk melakukan pembelian, antara lain :
1.
Pengenalan kebutuhan
Pengenalan
kebutuhan
dapat
didefinisikan
sebagai
konsumen
mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual
yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
2.
Pencarian Informasi
Pencarian informasi didefenisikan sebagai konsumen mencari informasi yang
disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi
yang terlewat dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
3.
Evaluasi Alternatif
Konsumen mencari informasi yang disimpan didalam ingatan (pencarian
internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari
lingkungan (pencarian eksternal)
4.
Keputusan Pembelian
Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat
diterima bila perlu.
5.
Hasil
Konsumen mengevaluasi apakah alternative yang dipilih memenuhi
kebutuhan dan harapan segera digunakan.
16
3.2.
Karateristik Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Beberapa
karakteristik yang penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, status pernikahan dan lokasi geografi (Engel
et al 1994).
Menurut Sumarwan (2004), karakteristik konsumen meliputi pengalaman
dan pengetahuan konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi.
Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia meliputi beberapa variabel
seperti umur, agama, suku bangsa, warga Indonesia keturunan, pendapatan, jenis
kelamin, status pernikahan, jenis keluarga, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah
tangga dan kelas sosial (Sumarwan et al 2011).
Menurut Sumarwan et al
(2011) memahami usia konsumen adalah
penting. Karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan
jasa yang berbeda. Berdasarkan siklus hidupnya responden dibagi dalam sebelas
kategori umur.
Kategori tersebut adalah bayi dibawah satu tahun, batita (<3
tahun), balita (<5 tahun), anak usia sekolah (6-12 tahun), remaja awal (13-15
tahun), remaja lanjut (16-18 tahun), dewasa awal (19-24 tahun), dewasa lanjut
(25-35 tahun), separuh baya (36-50 tahun), tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (>65
tahun).
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karateristik konsumen yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang konsumen. Tingkap pendidika seseorang juga akan mempengaruhi nilainilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap
suatu masalah (Sumarwan 2011).
Keluarga menjadi daya tarik bagi para pemasar, karena keluarga memiliki
pengaruh yang besar terhadap kosumen. Anggota keluarga akan saling
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian produk dan jasa. Ketika
membahas keluarga, maka dibahas pula rumah tanggga. Dua kata tersebut saling
terkait dan memiliki implikasi penting bagi pemasar. Ada dua macam bentuk
rumah tangga yaitu rumah tangga keluarga dan rumah tangga bukan keluarga.
17
Rumah tangga keluarga adalah sebuag rumah tangga yang anggotaanggotanya terikat oleh hubungan perkawinan, darah atau adopsi. Rumah tangga
keluarga dibedakan menjadi lima yaitu ) rumah tangga suami dan istri, (2) rumah
tangga suami, istri, dan anak-anaknya, (3) rumah tangga suami dan istri dengan
anak yang tinggal di rumah tangga berbeda, (4) rumah tangga orang tua tunggal
(ayah atau ibu saja), (5) rumah tangga lainnya (saudara sekandung, atau anggota
keluarga lain tinggal dalam satu rumah). Rumah tangga bukan keluarga adalah
sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya tidak terikat oleh hubungan
perkawinan, darah, atau adopsi.
Rumah tangga bukan keluarga dibedakan
menjadi tiga yaitu (1) rumah tangga dihuni seorang pria sendiri, (2) rumah tangga
dihuni seorang wanita sendiri, (3) rumah tangga dihuni dua orang atau lebih yang
tidak memiliki hubungan keluarga (Sumarwan, 2011).
3.3.
Konsep Bauran Pemasaran Jasa
Menurut Kotler (2002) bauran pemasaran adalah alat yang digunakan
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran.
Perusahaan dapat menerapkan strategi apa yang akan digunakan agar perusahaan
dapat
mempengaruhi
konsumen
dalam
melakukan
pembelian
produk.
Implementasi bauran pemasaran merupakan penerapan dan seperangkat alat yang
digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar
sasaran. Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan
pemasar untuk membentuk karateristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan
(Tjiptono 2007).
Jasa memiliki karateristik yang berbeda dengan produk dalam beberapa
hal. Perbedaan-perbedaan utamnya adalah pertama, jasa bersifat intangible (tidak
berwujud) yaitu jasa tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh
konsumen. Kedua, jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan atau
inseparability (tidak dapat dipisahkan). Ketiga, jasa bersifat heterogen atau
variability (bervariasi) yaitu jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung
dari siapa penyedia jasa, penerima jasa, dan kondisi dimana jasa tersebut
diberikan. Terakhir, jasa tidak dapat disimpan atau perishable (tidak tahan lama)
yaitu daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptkan oleh bernagai
faktor (Agung 2004 ; Kotler 2005).
18
Menurut Kotler (2002) bauran pemasaran untuk barang
dapat
diklasifikasikan menjadi 4P (Product, Price, Place, Promotion). Menurut
Tjiptono (2007) untuk produk jasa, perusahaan dapat menambah tiga aspek 3P,
sehingga bauran pemasaran jasa menjadi 7P (product, price, place, promotion,
people, physical. evidence dan process). Adapun pengertian dari masing-masing
bauran pemasaran di atas adalah :
1.
Product (produk)
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan
sejumlah nilai kepada konsumen. Konsumen tidak hanya membeli fisik dari
produk itu saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut
(Lupiyoadi & Hamdani 2006). Bauran product yang harus di pertimbangkan
“product features” yaitu roman, rupa, cirri-ciri istimewa, atribut dari produk
tersebut seperti warna, model, daya tahan, rasa dan lain-lain (Alma 2004).
Pada penelitian
ini variable harga yang diteliti adalah cita rasa produk,
keragaman produk yang ditawarkan, aroma produk dan variasi menu, rasa
gurih, kandungan rempah & empuk suatu produk, perlengkapan makanan,
kebersihan perlengkapan makanan dan porsi makanan.
2.
Price (harga)
Harga adalah sejumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu.
Harga sangat signifikan dalam pembelian nilai kepada konsumen dan
mempengaruhi citra produk, serta keputusan konsumen untuk membeli
(Lupiyoadi & Hamdani 2006). Menurut Tjiptono (2007) keputusan bauran
harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkat harga,
struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga dalam
pemasaran jasa tersebut. Pada penelitian
ini variable harga yang diteliti
adalah harga makanan dan minuman di Restoran Ayam Bakar Wong Solo.
3.
Place (tempat)
Place (tempat) dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan
saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis
(Lupiyoadi & Hamdani 2006). Pada penelitian ini variable tempat yang
diteliti adalah kestrategisan lokasi restoran dan kebersihan areal restoran.
19
4.
Promotion (promosi)
Promosi adalah kumpulan kiat yang beragam, kebanyakan berjangka pendek,
dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara
lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen dan pedagang (Kotler, 2003).
Menurut Tjiptono (2007) metode-metode yang dapat ditempuh terdiri atas
periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan public
relation. Menurut (Lovelock & Wright 2005) komunikasi dapat disampaikan
oleh orang-orang seperti tenaga penjual atau melalui media seperti televisi,
surat kabar, radio, majalah, reklame, brosur, dan situs Web Pada penelitian ini
variabel atribut promosi yang diteliti antara lain, iklan surat kabar, papan
nama, dan promosi penjualan.
5.
People (orang)
People berarti orang yang melayani ataupun yang merencanakan pelayanan
terhadap konsumen. Karena sebagian besar jasa dilayani oleh orang maka
orang tersebut perlu diseleksi, dilatih, dimotivasi sehingga memberikan
kepuasan terhadap pelanggan (Alma 2000). Pada penelitian ini variable
atribut people (orang) yang diteliti antara lain, penampilan pramusaji,
kesigapan pramusaji, keramahan dan kesopanan pramusaji, dan pengetahuan
pramusaji terhadap menu.
6.
Physical evidence (bukti fisik)
Bukti fisik merupakan keadaan nyata dari benda-benda yang menghasilkan
jasa tersebut. Variabel bukti fisik dapat berupa fasilitas eksternal, design
eksterior, tempat parkirm suasana lingkungan, taman-taman dan sebagainya
(Alma 2000). Unsur-unsur yang termasuk ke dalam bukti fisik antara lain,
gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior dan eksterior, perlengkapan,
anggota
staf,
tema,
dekorasi,
penerangan,
kebersihan,
kemudahan
penggunaan, kapasitas eksterior seperti tempat parkir (Lovelock & Wright
2005). Pada penelitian variable atribut bukti fisik yang diteliti antara lain,
dekorasi restoran, ketersedian wastafel, ketersediaan musholla, ketersediaan
tempat duduk dan ketersediaan sarana parkir.
20
7.
Process (proses)
Proses ini terjadi diluar pandangan konsumen. Konsumen tidak mengetahui
bagaimana proses yang terjadi yang penting jasa yang ia terima harus
memuaskan. Pada penelitian ini variable atribut proses yang diteliti antara
lain, kecepatan penyajian dan kecepatan transaksi.
3.4.
Kepuasan Konsumen
Suatu bisnis dapat sukses dan bertahan tidak lepas kaitannya dengan
konsumen. Sehingga perhatian terhadap kepuasan dan ketidakpuasan konsumen
semakin besar, karena pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk
menciptakan para pelanggan puas. Menurut Swan, et al dalam Tjiptono (2007)
mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian
kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah
produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakaiannya.
Menurut Lovelock and Wirtz diacu dalam Widjaja (2009) menyatakan
bahwa loyalitas pelanggan merupakan salah satu sumber yang memberikan
keuntungan dan menjadi asset finansial yang sangat penting. Dengan definsisi
diatas perusahaan dapat mengetahui kepuasan dari para konsumen sehingga
perusahaan dapat meningkatkan kualitas kinerja serta pelayanan agar memberikan
keuntungan secara finansial dan memiliki konsumen yang loyal
yang
mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan berlanjut. Kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan
harapannya (Kotler, 1997).
Menurut Mowen diacu dalam Tjiptono (2007) merumuskan kepuasan
pelanggan sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah
perolehan (acquistion) dan pemakaiannya. Definisi kepuasan konsumen sangat
sederhana, menurut Gerson (2002) seorang pelanggan akan merasa puas jika
kebutuhannya, secara nyata atau hanya anggapan, terpenuhi atau melebihi
harapannya.
21
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan
Keinginan Pelanggan
Nilai Produk Bagi
Pelanggan
Produk
Tingkat
Kepuasan
Pelanggan
Harapan pelanggan terhadap
produk
Tingkat Kepuasan Konsumen
Gambar 4.
Sumber : Engel et al. (1994)
Terdapat beberapa upaya mempertahankan pelanggan menurut Engel et al
(1994) yaitu :
a.
Membangun Harapan yang Realistis
Kepuasan didasarkan kepada suatu penilaian bahwa harapan sebelum
pembelian terpenuhi. Perusahaan sebaiknya menghindari tindakan melebihlebihkan, karena konsumen mungkin sangat percaya dengan apa yang
dikatakan perusahaan dan menuntut tangguang jawab dari perusahaan
tersebut.
b.
Memberikan Garansi yang Realistis
Perusahaan hendaknya memberikan jaminan dan garansi yang benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan.
Bila
jaminan
tersebut
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan maka konsumen akan merasa sangat kecewa.
c.
Memastikan Kualitas Produk dan Jasa Memenuhi Harapan
Suara layanan konsumen menjadi alat yang penting untuk mengetahui apakah
kualitas produk atau jasa yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan
oleh konsumen.
d.
Memberikan Informasi Tentang Pemakaian Produk
Perusahaan harus menyadari apakah konsumen dapat menggunakan suatu
produk dengan benar. Produk harus dirancang dan dipromosikan sedemikian
rupa sehingga kinerja akan memadai dalam kondisi yang benar-benar dialami
di rumah.
22
e.
Mengukuhkan Loyalitas Pelanggan
Salah satu cara untuk mengukuhkan loyalitas pelanggan adalah dengan
meyakinkan konsumen bahwa perusahaan sangat membutuhkan konsumen
dan ingin tetap menjalin hubungan baik dengan konsumen.
f.
Menanggapi Keluhan Secara Serius dan Bertanggungjawab
Perusahaan hendaknya menanggapi setiap keluhan konsumen secara serius
dan melaksanakan tindakan yang bertanggung jawab untuk memulihkan
kepercayaan konsumen.
3.5.
Pengukuran Keluhan dan Saran
Menurut Kotler (2000) alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kepuasan pelanggan antara lain:
1.
Sistem Keluhan dan Saran
Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan memiliki suatu sistem yang
dapat mempermudah pelanggan untuk mengajukan saran dan keluhan.
Informasi mengenai keluhan pelanggan dapat diperoleh melalui formulir
keluhan pelanggan, nomor bebas pulsa dan sebagian perusahaan juga
menambahkan situs dan email untuk memperlancar komunikasi dua arah.
2.
Survey Kepuasan Pelanggan
Cara yang efektif untuk memahami tingkat kepuasan pelanggan adalah
dengan memahami tingkat kepuasan pelanggan melalui survey langsung
kepada pelanggan secara periodik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengirim
kuesioner/menelepon pelanggan yang dipilih secara acak sebagai sampel
melalui survey. Perusahaan juga mencari informasi pandangan pelanggan
mengenai kinerja pesaing dan keinginan pelanggan untuk membeli ulang dari
perusahaan tersebut. Jika kepuasannya tinggi, maka keinginannya untuk
membeli kembali cenderung besar. Manfaat lain yaitu untuk mengukur
kesediaan konsumen merekomendasikan perusahaan dan merek tertentu
kepada orang lain.
3.
Ghost shopping
Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dan
pesaingnya dapat diperoleh dari orang yang disewa untuk bertindak sebagai
pelanggan yang disebut pembeli misteri (mysteri shopper). Pelanggan misteri
23
ini juga dapat menguji apakah karyawan perusahaan tersebut dapat mengatasi
situasi dengan baik misalnya dengan mengajukan keluhan, bukan hanya
menyewa pembeli misteri. Manajer perusahaan tersebut juga perlu
mengetahui secara langsung bagaimana karyawan dan pesaingnya menangani
perusahaan.
4.
Lost customers analysis
Pelanggan yang berhenti membeli atau beralih ke pesaing dapat memberikan
informasi mengenai penyebab terjadinya hal tersebut dan apa saja
kelebihankelebihan dari pesaing. Kenaikan tingkat kehilangan pelanggan
menunjukkan bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggan.
3.6.
Loyalitas Konsumen
Menurut Griffin (2005), loyalitas konsumen adalah komitmen yang kuat
dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap produk
atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang. Selanjutnya
menurut Griffin (2005) Seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila
pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat
suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali
dalam selang waktu tertentu.
Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seorang
dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan
tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu
tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai
seorang pembeli atau konsumen (Musanto 2004).
Menurut Griffin (2005) adapun karateristik loyalitas konsumen adalah :
1.
Melakukan pembelian secara teratur (Makes regular repeat purchases).
2.
Membeli diluar lini produk/jasa (purchases acros product and service)
3.
Merekomendasikan produk lain (refers other)
4.
Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
(demonstartes an immunity to the full of the competition).
24
Selanjutnya
menurut
Griffin
(2005)
mengemukakan
keuntungan-
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang
loyal antara lain :
1.
Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan
yang
baru lebih mahal.
2.
Dapat mengurangi biaya.
3.
Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen
yang lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar
perusahaan.
5.
Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6.
Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian).
Salah satu pengukuran loyalitas adalah dengan menggunakan Customer
Loyalty Index (CLI). Hasil CLI index diharapkan membantu pemasar mengenali
pelanggan dan prospek bisnisnya. Bagi perusahaan yang sudah pada tahap mature,
CLI index akan menunjukkan seberapa besar kemungkinan perusahaan
mempertahankan pasarnya dan faktor-faktor apa saha yang menyebabkan loyatidaknya konsumen pada mereknya, sehingga berimplikasi pada startegi
pemasaran yang harus dikembangkan. CLI index menunjukkan seberapa besar
konsumen kategori produk tertentu loyal terhadap mereknya, sehingga
memungkinkan merek baru masuk ke kategori produk atau jasa tertentu (Palupi
2005).
Menurut
Tjiptono
(2001)
diacu
dalam
Sumarwan,
dkk
(2011)
mengemukakan enam indikator yang bias digunakan untuk mengukur loyalitas
konsumen, yaitu 1) pembelian berulang, 2) kebiasaan mengkonsumsi merek
tersebut, 3) selalu menyukai merek tersebut, 4) tetap memilih merek tersebut, 5)
memiliki
keyakinan
bahwa
merek
tersebut
yang
terbaik,
dan
6)
merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Dalam penelitian ini
mengukur loyalitas dengan menggunakan tiga atribut yaitu pembelian berulang,
25
tetap memilih merek tersebut jika harga naik dan merekomendasi kepada orang
lain.
3.7.
Kerangka Pemikiran Operasional
Banyaknya jumlah restoran di Kota Medan menimbulkan persaingan yang
ketat. Persaingan juga dipicu oleh banyaknya diantara restoran-restoran tersebut
yang menyajikan menu dengan bahan dasar yang sama serta variasi yang tidak
jauh berbeda. Salah satu bahan dasar yang banyak digunakan adalah ayam. Hal
ini mengakibatkan konsumen memiliki banyak pilihan, sehingga semakin ketat
pula persaingan pemilik usaha dalam menarik minat konsumen. Restoran ABWS
merupakan salah satu restoran yang menyajikan ayam bakar sebagai menu
utamnya.
Dalam menjalankan bisnisnya, Restoran ABWS mengalami tren
penurunan omset dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Selain itu terdapat
keluhan dari beberapa konsumen yang disampaikan oleh pihak manajer restoran
yaitu bumbu rasa ayam bakar yang selalu berubah, kebersihan fasilitas dan
kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen. Untuk itu, Restoran ABWS
harus mempelajari kebutuhan konsumen dengan melihat karateristik dan perilaku
konsumen. Hal ini bertujuan agar Restoran ABWS mendapatkan kepuasan dan
loyalitas dari konsumen yang akan berdampak terhadap peningkatan penjualan
Restoran ABWS.
Pada penlitian ini, tingkat kepuasan pengunjung Restoran ABWS diukur
dari variabel 7P bauran pemasaran yang meliputi product, price, place, people,
promotion, physical evidence dan proces. Sedangkan tingkat loyalitas pengunjung
terhadap Restoran ABWS diukur dari dari menggunakan tiga atribut yaitu
pembelian berulang, tetap memilih merek tersebut
jika harga naik dan
merekomendasi kepada orang lain.
Analisis perilaku konsumen dimulai dengan mengidentifikasi karateristik
konsumen meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, jenis pekerjaan,
pendidikan terakhir dan tingkat pendapatan. Selanjutnya mengidentifikasi proses
keputusan pembelian
yang mencakup pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternative, pembelian, dan perilaku pascapembelian.
Penelitian ini menggunakan variabel laten yaitu 7P bauran pemasaran yang
26
meliputi product, price, place, people, promotion, Physical evidence dan Proces.
Metode analisis yang dgunakan adalah analisis deskriptif dan analisis SEM.
Variabel yang disusun antara lain :
1.
Variabel laten yang digunakan yaitu kepuasan, product, price, place,
people, promotion, physical evidence, process, dan loyalitas.
2.
Variabel indikator product adalah cita rasa, aroma produk, porsi produk,
kesesuaian menu dengan pesanan, dan ketersediaan beragam menu pilhan
(makanan dan minuman) dan Cita rasa menu makanan (selain menu ayam
bakar)
3.
Variabel indikator price adalah harga menu makanan, harga menu
minuman, harga menu ayam bakar, dan kesesuaian harga dengan kualitas
ayam yang disajikan.
4.
Variabel indikator place adalah kemudahan menjangkau lokasi, dan
ketersediaan sarana parkir
5.
Variabel indikator promotion adalah pencantuman logo dan nama restoran
dan promosi penjualan melalui media (cetak & elektronik)
6.
Variabel indikator people adalah kesigapan pramusaji, kesopanan &
keramahan pramusaji, penampilan pramusaji, dan pengetahuan pramusaji
terhadap menu.
7.
Variabel indikator physical evidence adalah, dekorasi ruangan restoran,
ketersediaan toilet & wastafel, kebersihan peralatan makan, kebersihan dan
kerapihan restoran, kesejukan restoran, dan ketersedian fasilitas (Musholla
& taman).
8.
Variabel indikator process adalah kecepatan pramusaji melayani dari mulai
konsumen duduk, kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu
pemesanan, durasi waktu buka dan tutup Restoran ABWS dan kecepatan
transaksi pembayaran.
9.
Variabel indikator loyalitas yaitu pembelian ulang, rekomendasi kepada
orang lain, dan keinginan untuk membeli produk jika harga produk naik.
Melalui analisis SEM, masing-masing variabel tersebut akan diketahui
hubungannya antar variabel kepuasan yang selanjutnya dengan variabel kepuasan
akan diketahui hubungannya terhadap variabel loyalitas. Guna membobot faktor-
27
faktor yang mempengaruhi kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran ABWS
digunakan alat analisa Customer Satisfaction Index (CSI) dan Customer Loyalty
Index (CLI) . Hasil analisis-analisis tersebut memberikan rekomendasi alternatif
strategi bauran pemasaran bagi Restoran ABWS dengan harapan dapat
meningkatkan
kepuasan
dan
loyalitas
konsumen
yang
pada
akhirnya
meningkatkan penjualan perusahaan. Kerangka pemikiran operasional dapat
dilihat pada Gambar 5.
3.8.
Strategi Pemasaran : Segmentation, Targeting, dan Positioning
Strategi pemasaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan dalam upaya memenangkan persaingan yang kompetitif. Salah
satu yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan segmentasi
pasar, membidik pasar dan penetapan posisi pasar. Menurut Kotler (2004),
strategi pemasaran adalah suatu pemikiran tentang pemasran untuk mendekatkan
satuan-satuan bisnis kepada sasarannya. Secara garis besar penentuan pasar
mencakup tiga hal, yaitu segmentation, targeting dan positioning (STP).
Segmentasi adalah proses megkotak-kotakan pasar (yang heterogen) ke
dalam kelompok-kelompok “potential costumer” yang memiliki kesamaan
kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam
membelanjakan uangnya. Targeting atau menetapkan target market adalah tahap
selanjutnya dari analisis segmentasi yaitu satu atau nenerapa segmen pasar yang
akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Sedangkan positioning adalah
startegi
komunikasi
untuk
memasuki
jendela
otak
konsumen
agar
produk/merek/nama mengandung arti terentu yang dalam beberapa segi
mencerminkan keunggulan terhadap produk/merk/nama lain dalam bentuk
hubungan asosiatif (Kasali, 2003).
28
Restoran Ayam Bakar Wong Solo
Permasalahan :
1. Adanya pesaing restoran sejenis di Kota Medan
2. Penurunan jumlah omset Restoran ABWS akibat dari penurunan
jumlah pengunjung
3. Adanya keluhan-keluhan konsumen
4. Tidak tercapainya target penerimaan
Analisis Perilaku Konsumen Restoran ABWS
Analisis Karateristik
Konsumen dan Keputusan
Pembelian Konsumen
7P Bauran Pemasaran
Price, Product, Place,
Promotion, People, Physical
Evidence dan Process
Kepuasan
Loyalitas
Analisis Pengaruh Kepuasan
terhadap Loyalitas
Rekomendasi Strategi Bauran Pemasaran Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Plonia
Medan
= Ruang lingkup Penelitian
= Proses penelitian
= Masukan bagi perusahaan
Gam
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
29
Tabel 4. Variabel-Variabel pada Model Persamaan Struktural
Variabel Laten
Product ( ξ1)
(eksogen)
Price (ξ2)
(eksogen)
Place (ξ3)
(eksogen)
Promotion (ξ4)
(eksogen)
Variabel Indikator
1. Cita rasa masakan khas ayam bakar dari Restoran
ABWS
2. Aroma ayam bakar
3. Porsi ayam bakar
4. Kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan
5. Ketersediaan beragam menu pilihan
(makanan dan minuman)
6. Cita rasa menu makanan (selain menu ayam bakar)
7. Harga berbagai menu makanan yang disajikan (selain
menu ayam bakar)
8. Harga berbagai menu minuman yang disajikan
9. Harga menu ayam bakar
10. Kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang
disajikan
11. Kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran
12. Ketersediaan sarana parkir
13. Pencantuman logo dan nama restoran
14. Promosi penjualan melalui media (cetak & elektronik)
15. Kesigapan pramusaji
People (ξ5)
16. Kesopanan & keramahan pramusaji
(eksogen)
17. Penampilan pramusaji
1 18. Pengetahuan pramusaji terhadap menu
19. Dekorasi ruangan restoran
Physical
20. Ketersediaan toilet & wastafel
Evidence (ξ6)
21. Kebersihan peralatan makanan
(leksogen)
22. Kebersihan dan kerapihan restoran
23. Kesejukan restoran
24. Ketersedian fasilitas ( Musholla & taman)
25. kecepatan pramusaji melayani dari mulai konsumen
Duduk
Process (ξ7)
26. Kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu
(eksogen)
pemesanan
27. Jam buka Restoran ABWS yaitu pukul 10.00 WIB
28. Jam tutup Restoran ABWS yaitu pukul 23.00 WIB
29. Kecepatan transaksi pembayaran
Kepuasan (È 1) 30. Kepuasan secara keseluruhan (berkunjung, pembelian,
(endogen)
dan konsumsi)
31. Pembelian ulang
Loyalitas (È 2) 32. Kesediaan memebeli jika harga naik
(endogen)
33. Rekomendasi Restoram ABWS kepada orang lain
Simbol
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X21
X22
X23
X24
X31
X32
X41
X42
X51
X52
X53
X54
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
Y11
Y21
Y22
Y23
40
4.5.5. Defenisi Operasional
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional
didefenisikan sebagai berikut :
1.
Cita rasa masakan khas ayam bakar Restoran ABWS adalah tanggapan panca
indera perasa konsumen terhadap produk ayam bakar yang disajikan.
2.
Aroma ayam bakar adalah tanggapan panca indera penciuman konsumen
terhadap produk ayam bakar yang disajikan
3.
Porsi ayam bakar adalah ukuran takaran makanan yang membuat konsumen
kenyang dalam satu kali pemesanan.
4.
Kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan adalah nilai uang yang harus
dibayarkan konsumen terhadap menu ayam bakar sebanding dengan nilai
yang diberikan produk.
5.
Ketersediaan beragam menu pilihan (makanan dan minuman) adalah
banyaknya pilihan jenis baik makanan dan minuman yang ditawarkan
Restoran ABWS.
6. Cita rasa menu makanan (selain menu ayam bakar) tanggapan panca indera
perasa konseumen terhadap menu makanan dan minuman (selain menu ayam
bakar) adalah nilai uang yang harus dibayarkan konsumen terhadap menu
makanan yang disajikan.
7.
Harga berbagai menu makanan yang (selain menu ayam bakar) adalah adalah
nilai uang yang harus dibayarkan konsumen terhadap menu makanan yang
disajikan.
8.
Harga berbagai menu minuman yang disajikan adalah adalah nilai uang yang
harus dibayarkan konsumen terhadap menu makanan yang disajikan.
9.
Harga menu ayam bakar adalah nilai uang yang harus dibayarkan konsumen
terhadap ayam bakar
10. Kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan adalah nilau
uang yang harus dibayarkan konsumen terhadap menu ayam bakar sebanding
dengan nilai yang diberikan produk..
11. Kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran adalah seberapa mudah lokasi
Restoran ABWS untuk dijangkau
42
12. Ketersediaan sarana parkir adalah kapasitas parkir yang cukup dan memadai
untuk kendaraan milik konsumen.
13. Pencantuman logo dan nama restoran adalah tingkat kemenclokan papan
nama Restoran ABWS yang dapat membuat konsumen tertarik untuk
berkunjung.
14. Promosi penjualan melalui media (cetak dan elektronik) adalah Restoran
ABWS pernah mengiklankan restorannya di media promosi baik media cetak
maupun elektronik.
15. Kesigapan pramusaji adalah tingkat ketanggapan pramusaji dalam melayanai
konsumen
16. Kesopanan dan keramahan pramusaji adalah bagaimana pramusaji dapat
membuat konsumen senang dan dihormati dengan adanya sapaan, senyuman,
dan tutur kata serta perbuatan.
17. Penampilan pramusaji adalah tingkat kerapihan dan kebersihan pramusaji
baik individu maupun kostum yang digunakan.
18. Pengetahuan pramusaji terhadap menu adalah bagaimana pramusaji dapat
menjelaskan bahan dsar, harga, dan kelebihan produk yang ada.
19. Dekorasi ruangan adalah desain restoran, tata ruang restoran, dan hiasan yang
terdapat di dalam Restoran ABWS.
20. Ketersediaan toilet dan wastafel adanya toilet dan wastafel yang mudah
dijangkau oleh konsumen serta keadaan toilet yang harum dan bersih serta
tersedianya tempat sampah dan tisu.
21. Kebersihan peralatan makanan, baik kebersihan sendok, garpu, piring dan
gelas bersih dari kotoran.
22. Kebersihan dan kerapihan restoran adalah kondisi Restoran ABWS, baik
ruangan, lantai meja, dan kursi yang tertata rapi serta bersih dari kotoran.
23. Kesejukan restoran
24. Ketersediaan fasilitas (Musholla & taman) adalah tersedianya Musholla yang
bersih disertai perlengkapan ibadah yang lengkap dan tersedianya taman
dengan berbagai macam tumbuhan serta bunga-bunga yang tertata rapi.
43
25. Kecepatan pramusaji melayani dari konsumen duduk adalah ketanggapan
pramusaji dalam melayani konsumen sejak awal konsumen memasuki
restoran.
26. Kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu pemesanan adalah
seberapa cepat pesanan konsumen diterima oleh konsumen terhitung dari
waktu pemesanan/
27. Jam buka Restoran ABWS yaitu pukul 10.00 WIB adalah waktu jam buka
awal operasional dalam menyediakan jasa makanan kepada konsumen.
28. Jam tutup Restoran ABWS yaitu pukul 23.00 WIB adalah adalah waktu jam
tutup operasional dalam menyediakan jasa makanan kepada konsumen.
29. Kecepatan
transasksi
pembayaran
adalah
seberapa
cepat
pramusaji
melakukan proses transaksi dengan konsumen.
4.5.5. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI)
Menurut Chakrapani (1998) diacu dalam Barus (2010) indeks kepuasan
pelanggan merupakan suatu angka yang dipercaya dapat mejelaskan sejauh mana
perusahaan telah melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelanggan. Menurut Barus (2010) perhitungan CSI dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasi faktor-faktor yang menciptakan kepuasan. Salah satu cara
mengukur CSI adalah melalui teknik pembobotan (Weight CSI) untuk setiap
atribut yang menyusun kepuasan tersebut.
Perhitungan CSI dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Indeks kepuasan dihitung terkait dengan jumlah pelanggan yang merasa puas
(satisfied). Responden kategori puas adalah responden yang menyatakan
“puas” dan “sangat puas” dalam setiap atribut pada pertanyaan kuesioner
penelitian ini.
b. Setiap atribut bauran 7P pelayanan mempunyai kontribusi terhadap konsumen.
Setiap atribut tersebut memiliki karateristik yang berbeda, maka untuk
mendapatkan indeks kepuasan konsumen yang objektif perlu dillakukan
pembobotan terhadap setiap atribut tersebut.
c. Aspek yang digunakan untuk pembobotan dalam penelitian ini adalah hasil
besarnya pengaruh setiap atribut terhadap kepuasan yang diperoleh dari hasil
perhitungan LISREL. Selanjutnya, dilakukan perhitungan indeks kepuasan
44
responden per atribut yang diperoleh dari perkalian antara bobot per atribut
dengan persentase kepuasan.
d. Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan adalah perjumlahan dari
seluruh indeks kepuasan konsumen peratribut.
Menurut Simamora (2004), penentuan angka dalam rentang skala
kepuasan pelanggan pada kriteria nilai CSI menggunakan skala numeric dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Rs = Rentang skala
m = Skor tertinggi
n = Skor terendah
b = Jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan skala maksimal lima)
Dalam penentuan tingkat kepuasan konsumen, rentang skala pada indeks
kepuasan konsumen digunakan untuk menunjukkan tingkat kepuasan konsumen
terhadap produk dan jasa dimana rentang skala kepuasan pelanggan berkisar 0,00
hingga 1,00 (sangat tidak puas hingga sangat puas), dapat dilihat berikut ini
0,76 – 1,00
= Sangat puas
0,51 – 0,75
= puas
0,26 – 0,51
= Tidak puas
0,00 – 0,25
= Sangat Tidak puas
4.5.6. Analisis Customer Loyaly Index (CLI)
Menurut Hayes (2008) indeks loyalitas pelanggan merupakan suatu
metode riset yang mengintegrasikan faktor-faktor penghubung kunci yang
mendorong terciptanya loyalitas. Salah satu cara untuk mengukur indeks loyalitas
pelanggan adalah melalui teknik pembobotan (weight CLI) untuk setiap atribut
penyusun variabel loyalitas. hasil CLI digunakan untuk mengukur pembelian
ulang konsumen, kesetiaan konsumen, dan keinginan konsumen untuk
merekomendasikan produk atau jasa tertemyu, sehingga dapat membantu
45
perusahaan
mengenali
konsumen.
Perhitungan
CLI
dilakukan
dengan
memperhatikan hal-hal berikut (Ikawati, 2011) :
a.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan loyalitas terhadap setiap atribut, maka
konsumen termasuk kategori loyal adalah responden yang menjawab “setuju”
dan “sangat setuju” pada setiap atribut pertanyaan loyalitas.
b.
Setiap atribut mempunyai karateristik dan kontribusi yang berbeda dalam
mempengaruhi loyalitas. pembobotan terhadap setiap atribut perlu dilakukan
untuk mendapatkan indeks loyalitas pelanggan yang objektif. Aspek yang
digunakan untuk pembobotan dalam penelitian ini adalah besarnya pengaruh
setiap atribut terhadap loyalitas sesuai hasil perhitungan LISREL. Selanjutnya
indeks loyalitas per atribut ditentukan dari perkalian antara bobot masingmasing atribut dengan persentase loyalitasnya. Indeks loyalitas konsumen
secara keseluruhan adalah penjumlahan dari seluruh indeks loyalitas per
atribut.
Rentang skala digunakan untuk memberikan interpretasi terhadap
penilaian konsumen. Adapun rumus rentang skala sebagai berikut (Simamora
2004) :
Dalam penentuan tingkat kepuasan konsumen, rentang skala pada indeks
kepuasan konsumen digunakan untuk menunjukkan tingkat kepuasan konsumen
terhadap produk dan jasa dimana rentang skala kepuasan pelanggan berkisar 0,00
hingga 1,00 (sangat tidak puas hingga sangat puas), dapat dilihat berikut ini
0,76 – 1,00
= Sangat Loyal
0,51 – 0,75
= Loyal
0,26 – 0,51
= Tidak Loyal
0,00 – 0,25
= Sangat tidak loyal
46
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang
Medan di Jalan Polonia Penetuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan Restoran Ayam Bakar Wong Solo cabang Polonia Medan
merupakan restoran yang pertama kali didirikan dan mempunyai sejarah awal
perjalanan restoran.
Restoran ini terletak di jalan strategi Kota Medan dan
memiliki posisi di pinggir jalan sehingga akses untuk menuju restoran ini sangat
mudah. Selain itu menu utama Restoran Wong Solo adalah ayam bakar dengan
cita rasa yang khas. Menu inilah yang menarik perhatian pengunjung untuk datang
dan mencoba dari menu yang ditawarkan. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak
bulan Mei 2012.
4.2.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ada dua jenis yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil penelitian kepuasan pelanggan
Restoran Ayam Bakar Wong Solo. Pengisian kuisioner dilakukan dengan
mewawancarai secara langsung responden yaitu pelanggan Restoran Ayam Bakar
Wong Solo. Data sekunder diperoleh dari literatur, instansi yang terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, perpustakaan,
serta data yang dapat diakses dari interner dan pustaka lain yang berkaitan dengan
topik penelitian.
4.3.
Metode Penetentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
non probability sampling, dimana setiap konsumen Restoran ABWS yang terpilih
responden atau sampel dalam penelitian ini tidak memiliki peluang atau
kemungkinan sama. Metode non probability sampling yang digunakan
yaitu
convenience sampling yaitu suatu model yang memilih responden berdasarkan
kemudahan atau kenyamanan peneliti dalam mendapatkan dan menemukan
contoh untuk dipilih. Adapun kriteria-kriteria responden yang menggunakan
teknik conveninece sampling, yaitu :
30
a.
Konsumen sudah pernah berkunjung ke Restoran ABWS lebih dari dua kali
dalam sebulan dalam hal ini adalah pelanggan Restoran ABWS cabang
Polonia Medan.
b.
Responden berumur diatas 16 tahun dengan
alasan pada usia tersebut
responden dianggap telah dapat menentukan pilihan secara rasional.
Pemilihan umur dalam responden ini diacu dalam (Sumarwan et al 2011)
yaitu dimulai dari remaja lanjut (16-18 tahun).
c.
Hanya satu orang dalam satu keluarga, peneliti sebelumnya akan bertanya
kepada keluarga tersebut siapa yang menjadi keputusan pembelian dalam
keluarga.
d.
Dalam satu rombongan teman atau kenalan, maka yang dipilih adalah orang
yang merekomendasikan untuk makan di Restoran ABWS.
e.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rule of thumb
dari structural equation modeling (SEM). Menurut Bentler (1995) and Chou
(1987) diacu dalam Golob (2003) ukuran sampel untuk estimasi maximum
likelihood setidaknya lima obeservasi. Jumlah variabel indikator dalam
penelitian ini adalah 29 variabel indikator, sehingga untuk jumlah sampel
yang dibutuhkan sebanyak 170 responden.
4.4.
Data dan Instrumensasi
Data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena
hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan
berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang
sudah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer yang merupakan data yang diambil secara langsung ke narasumber
didapat melalui wawancara, pengisian kuesioner, serta observasi langsung
dilapangan. Sedangkan data sekunder didapat melalui penelusuran data-data dari
perusahaan dan instansi terkait, internet, dan literatur yang relevan dengan
penelitian ini.
Data dikumpulkan melalui berbagai metode yaitu, pengisian kuesioner,
wawancara, dan studi pustaka :
31
1.
Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan
yang baik sifatnya terbuka maupun tertutup.
2.
Wawancara
Wawancara dapat dilakukan secara langsung untuk mendapatkan informasi
yang lebih mendalam terhadap kondisi yang ingin diteliti dalam hal ini adalah
atribut kepuasan konsumen.
3.
Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang relevan
dengan penelitian ini.
4.5.
Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah lebih lanjut untuk
memperoleh hasil yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Data
diolah secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengolahan data kualitatif
menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk tabulasi data deskriptif dan SPSS 17,0
for windows untuk uji validitas dan reliabilitas. Data secara kualitatif diolah
dengan menggunakan analisis persamaan structural (SEM), yang menggunakan
program Linear Structural Realationship (LISREL) 8,30.
4.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu suatu penganalisaan kasus, kondisi social,
perilaku manusia, dan sebagainya dengan cara member gambaran atau penjelasan
secara naratif. Analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini digunakan
untuk menjabarkan gambaran umum perusahaan, karateristik pengunjung yang
berkunjung ke Restoran ABWS cabang Polonia Medan, perilaku penggunaan
produk dan tingkat kepuasan dan loyalitas pengunjung. Data yang dianalisis
secara deskriptif disajikan dalam suatu alinea uraian secara naratif atau dalam
tabulasi frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden.
4.5.2. Skala Likert
Skala likert banyak digunakan karena skala ini member peluang kepada
responden untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan
32
terhadap suatu pernyataan. Pernyataan diberikan berjenjang, mulai dari tingkat
terendah sampai tertinggi (Sumarwan et al, 2011)
Skala likert yang digunakan dalam penelitan ini merupakan skala
seimbang. Menurut Sumarwan, et al (2011) skala seimbang merupakan angka
untuk kategori yang menyenangkan dan tidak menyenangkan mempunyai jumlah
yang sama. Skala yang akan digunakan menggunakan skala yang seimbang agar
dapat menghasilkan data yang objektif. Adapaun empat skala yang digunakan
yaitu, sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas.
4.5.3. Pengujian Kuesioner
Kuisioner yang akan disebarkan kepada responden sebelumnya harus
dilakukan pengujian apakah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Kuisioner yang telah dipersiapkan juga harus benar-benar mengukur apa yang
ingin diukur. Dengan melakukan pengujian tersebut , maka data yang terkunpul
benar-benar dapat menggambarkan fenomena yang diukur dan agar hasil riset
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
4.5.3.1. Uji Validitas
Menurut Umar (2010) validitas merupakan suatu penyataan sampai sejauh
mana data yang ditampung pada suatu kuisioner dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
atau atribut-atribut yang yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur.
Uji Validitas dapat digunakan untuk memperoleh konstruksi atau
kerangka suatu konsep yang valid. Apabila terdapat konsistensi antara variabel
satu dengan variabel lainnya, maka konstruksi tersebut telah memiliki validitas.
Pengujian validitas kuesioner pada penilitian ini menggunakan software SPSS
17,0 for windows.Bila diperoleh hasil rhitung lebih besar dari rtabel dari product
moment pada taraf nyata (α) = 0,05 maka susunan pertanyaan pada kuesioner
memiliki validitas dan konsistensi. Berdasarkan uji validitas yang dilakukan
terhadap 29 atribut pertanyaan da;am kuisioner, 29 atribut pertanyaan memiliki
validitas yang baik.
33
4.5.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesalahan pengukuran.
Relibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator
dari variable atau konstruk. Suatu kuisioner diakatan konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2007). Menurut Umar (2010) reliabilitas merupakan
suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur
gejala yang sama secara berulang dua kali atau lebih.
Pada penilitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas dengan teknik
Pengukuran reliabilitas menggunakan metode Alpha Croncbach, yaitu metode
perhitungan reliabilitas yang dikembangkan oleh cronbach. Uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Nilai koefisien reliabilitas
berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas, semakin reliable
sebuah kuesioner. Kuesioner reliabilitas yang dianggap baik adalah nilai yang
lebih besar dari 0,7. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian analisis hubungan
kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Ayam Bakar Wong Solo cabang
Polonia Medan, sebanyak 29 atribut pertanyaan dalam kuesioner memiliki
validitas yang baik. Hasil uji validitas penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran
2.
4.5.4. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi
dengan melihat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kepuasan
konsumen dengan menggunakan analisis SEM. Model persamaan struktural
(SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan relatif murni “rumit” secara simultan
(Ferdinand 2000). Analisis SEM disebut sebagai confirmatory factor analysis
karena analisis SEM yang digunakan telah disusun sebelumnya dan lebih bersifat
teoritis serta apakah sesuai dengan data yang diperoleh dari pada exploratory
(mencari model yang sesuai dengan data). Analisis SEM sering disebut juga
sebagai LISREL (Analysis Linear Structural Relationship) karena LISREL
merupakan salah satu perangkat lunak yang paling sering dipakai dalam
mengestimasi model SEM (Firdaus & Farid 2008).
34
Model SEM lebih banyak bersifat teoritis sesuai dengan bidang terapan
serta diarahkan untuk evaluasi kesesuaiannya dengan data yang diperoleh.
Terdapat tujuh langkah dalam pemodelan SEM, yaitu (Firdaus dan Farid, 2008) :
1.
Pengembangan Model Teoritis
Pada prinsipnya merupakan pengujian kualitas secara empiris dari teori yang
sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut.
Hubungan kasualitas dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan arti, namun
pola hubungan akan menjadi rasional bila dilandaskan pada suatu teori.
2.
Pengembangan Diagram Path atau Diagram Alur
Diagram dibangun berdasarkan pada konstruk untuk menunjukkan hubungan
kasualitas. Cara membangun konstruk dengan mencari peubah penjelas yang
dapat menjelaskan konstruk tersebut. Konstruk tadalah suatu konsep yang
dilandaskan pada teori dan berperan sebagai pembatas dalam mendefiniskan
pola hubungan.
3.
Mengkonversi Diagram Path kedalam Persamaan
Diagram path dikonversikan ke dalam bentuk persamaan structural untuk
menyatakan hubungan kasualitas.
4.
Menetukan Matrik Input dan Estimasi Model
Data unput SEM merupakan matriks kovarian untuk melakukan pengujian
model dari teori yang ada setara dengan regresi untuk digunakan dalam
penjelasan atau prediksi fenomena yang dikaji.
5.
Penduga Koefisien Model
Kadangkala proses pendugaan memberikan hasil yang irasional. Hal ini
disebabkan ketidakmampuan struktur model dalam menduga hasil yang unik
atau setiap koefisien memerlukan model tersendiri atau terpisah dalam
pendugaannya. Untuk menanggulangi model tak teridentifikasi perlu
dilakukan menetapkan beberapa nilai koefisien pada niali tertentu (fix
coefficient) dan peubah laten yang hanya memiliki satu peubah indikator
ditetapkan nilainya (umumnya satu).
35
6.
Evaluasi kriteria goodness-of-fit
SEM tidak mempunyai alat uji statistic tunggal untuk menguji antara
model dengan data yang disajikan. Beberapa indeks kesesuaian dan cutoff-value yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut :
a.
Degree of Freedom (DF) harus positif yang menandakan model tidak
underidentified. CMIN/DF umumnya berkisar antara ≤
2,0 – 3,0
sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesesuaian
model.
b.
RMSEA (Root Means Square Error of Approximation) adalah indeks
untuk
mengkonpensasikan
menunjukkan
kesesuaian
chi-square
yang
dapat
dalam
contoh
diharapkan
bila
besar,
model
diestimasi. RMSEA ≤ 0,08 adalah syarat agar model menunjukkan
close fit dari model tersebut.
c.
GFI (Goodness of Fit = R2 dalam regresi) dan AGFI (Adjusted R2)
adalah rentang ukuran antara 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit)
yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah
matriks kovarian contoh. Nilai GFI dan AGFI ≥ 0,09 menunjukkan
marginal fit (sedang).
d.
CFI (Comparative Fit Index) merupakan index yang besarannya tidak
dipengaruhi oleh ukuran contoh sehingga sangat baik untuk mengukur
tingkat penerimaan sebuah model. Nilai yang diharapkan adalah ≥
0,95.
7. Inteprtasi dan modifikasi model. Setelah model diterima, interpetasi
dilakukan mengikuti teori yang mendasarinya. Modifikasi hanya boleh
dilakukan dengan kehati-hatian dan modifikasi dilakukan jika terdapat
perubahan yang signifikan dengan dukungan data empirik.
4.5.4.1. Formulasi Model SEM
Secara umum model SEM dapat juga dinyatakan dalam bentuk
persamaan tiga buah matrik berikut ini (Firdaus 2008) :
36
η(mx1) = β (mxm) * η (mx1) + γ (mxn) *ξ (nx1) + δ (mx1)
У (px1) = λy(pxm) * η (mx1) + εpx1)
X (qx1) = λx(qxn) * ξ (nx1) + δ(qx1)
Keterangan :
ε = peubah laten endogen
ξ = peubah laten eksogen
β = besarnya pengaruh dari peubah endogen ke peubah endogen lainnya
γ = besarnya pengaruh dari peubah eksogen ke peubah endogen
δ = model hubungan antar peubah laten yang melibatkan komponen acak
У = peubah manifest yang berkaitan dengan peubah laten endogen
X = peubah manifest yang berkaitan dengan peubah laten eksogen
λ = besarnya loading antara peubah laten dengan peubah manifesnya
ε = kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan peubah endogen
δ = kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan peubah eksogen
Model SEM dinyatakan juga dalam bentuk diagram lintas. Keuntungan
digunakannya (path diagram) antara lain mempermudah dalam memahami
hubungan antar peubah baik dalam model pengukuran maupun model struktural.
Berikut ini adalah keterangan yang berkaitan dengan diagram lintas dalam model
SEM :
a.
Peubah Laten
Peubah laten didalam model SEM digambarkan dalam bentuk oval.
Peubah laten di dalam model SEM dapat berupa peubah endogen, apabila
dipengaruhi oleh peubah laten lain, ataupun berupa peubah eksogen, apabila
hanya mempengaruhi peubah laten lain. Peubah endogen dilambangkan
dengan huruf yunani “eta” (η), sedangkam peubah eksogen dengan “ksi” (ξ).
Peubah endogen dicirikan dengan peubah yang menjadi target paling tidak
satu panah satu arah, sedangkan peubah eksogen dicirikan dengan peubah
yang tidak dituju oleh panah satu arah.
b.
Model Struktural
Hubungan antar peubah laten diasumsikan linier, walaupun hubungan ini
dapat diperluas pada kasus nonlinier. Pada diagram lintas model SEM, panah
37
satu arah menunjukkan hubungan pengaruh sedangkan panah dua arah
menunjukkan hubungan korelasi. Besarnya pengaruh dari peubah endogen ke
peubah endogen lain dilambangkan dengan “beta” (β), sedangkan besarnya
pengaruh dari peubah eksogen ke peubah endogen dilambangkan dengan
“gamma” (γ). Untuk besarnya koragam antar peubah laten, dilambangkan
dengan “phi” (Φ).
c.
Galat Struktural (Structural Error)
Sebagaimana dengan model hubungan antar peubah biasa yang bersifat
stokastik (melibatkan komponen acak/galat), model hubungan atar peubah
laten juga melibatkan komponen acal, yang dinamakan galat structural. Di
dalam diagram lintas, galat ini dilambangkan dengan “zeta” (δ). Untuk
memperoleh dugaan parameter yang konsisten, galat struktural diasumsikan
tidak berkorelasi dengan peubah eksogen. Meskipun demikian, galat
structural dapat berkorelasi dengan galat structural lain.
d.
Peubah Manifes
Peubah manifest digambarkan dalam bentuk kotak. Peubah manifest yang
berkaitan dengan peubah laten endogen, dilambangkan dengan Y, sedangkan
yang berkaitan dengan peubah laten eksogen dilambangkan dengan X.
e.
Model Pengukuran
Model pengukuran merupakan model antara peubah laten dengan peubahpeubah
manifesnya.
Penyusunan
peubah
laten
dari
peubah-peubah
manifesnya menggunakan analisis faktor, dimana peubah laten merupakan
common factor yang mendasari peubah-peubah manifesnya. Besarnya
loading antara peubah laten dengan peubah manifesnya dilambangkan dengan
“lamda” (λ), dengan λx untuk peubah eksogen λy untuk peubah endogen.
f.
Kesalahan Pengukuran (Measurement Error)
Pengukuran peubah laten lewat peubah-peubah manifesnya seringkali
dianggap tidak sempurna atau masih terdapat kesalahan pengukuran. Dalam
kaitannya dengan analisis faktor pada model pengukuran di atas, kesalahan
pengukuran ini adalah unique factor yang bersesuaian dengan masing-masing
peubah manifest. Kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan peubah
38
eksogen dilambangkan dengan “delta” (δ), sedangkan yang berkaitan dengan
peubah endogen dilambangkan dengan “epsilon” (ε).
4.5.4.2. Implementasi Model SEM
Model SEM pada penelitian ini terdiri dari satu variable laten endogen
(loyalitas), tujuh variable laten eksogen (bauran 7P), dan 27 variabel manifest
yang teramati. Setiap variabel laten harus dilandasi suatu teori para ahli, sehingga
variabel yang mendasari variabel lainnya terdapat suatu korelasi.
Adapun hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Variabel laten endogen yakni variabel kepuasan yang dibangun dan
mempunyai hubungan dengan 7P bauran pemasaran (product, price, place,
promotion, people, physical. evidence dan process) teori ini berdasarkan
hipotesis dari Tjiptono (2007)
2.
Tingkat kepuasan dilandasi oleh pemikiran Engel et al. (1994) dan Griffin
(2005) yaitu Kepuasan konsumen akan berdampak pada pembelian ulang
terhadap produk atau jasa.
3.
Variabel loyalitas (laten endogen) merefleksikan variabel manifest antara lain
pembelian ulang, sikap terhadap kenaikan harga dan rekomendas terhadap
orang lain (Lovelock & writz 1987). Menurut Griffin (2005), loyalitas
konsumen adalah komitmen yang kuat dari konsumen sehingga bersedia
melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara
konsisten dan dalam jangka panjang, membeli dan menggunakan produk
secara berulang, menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing, dan
merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain.
39
ξ 11
ξ 12
ξ 13
ξ 14
ξ 15
ξ 16
X11
X12
X13
X14
X15
ξ 23
ξ 24
λx12
λx13
λx14
λx15
Product
x
λ 16
γ
X16
ξ 21
ξ 22
λx11
X21
λx21
X22
λx22
X23
λx23
λx24
ξ 11
Y11
γ
Price
λy11
X24
ξ 31
ξ 32
ξ 41
ξ 42
ξ 51
ξ 52
ξ 53
X31
Place
X41
X42
X51
X52
X53
X54
ξ 61
X61
ξ 63
X62
X63
ξ 64
X64
ξ 65
X65
ξ 66
X66
ξ 71
X71
ξ 72
X72
ξ 73
ξ 74
γ
λx31
X32
ξ 54
ξ 62
È 1
X73
X74
γ
λx41
λx42
È 2
Loyalitas
Kepuasan
λγ21
λγ23
λγ22
Y21
ξ 21
γ
λ 51
x
λxλ52
41
Y23
Y22
Promotio
n
x
λx53
β
ξ 22
ξ 23
People
λx54
γ
λx61
λx62
λx63
λx64
λx65
Gambar 6. Model Persamaan Struktur
Physics
Evidence
λx66
γ
λx71
λx72
λx73
Process
λx74
41
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1.
Sejarah Singkat Restoran ABWS Polonia Medan
Restoran ABWS pertama kali hadir di Medan pada tahun 1993 dengan
modal Rp 2.500.000,00. Puspo Wardoyo sekaligus founder dan owner Restoran
ABWS lahir pada tanggal 30 November 1957 di Kota Solo, Jawa Tengah dan
menjadi salah satu guru bidang studi pendidikan seni di SMUN 1 Blabak
Muntilan.Selama tiga tahun mengajar, Puspo Wardoyo berhenti dari pekerjaannya
sebagai guru di Muntilan lalu pindah ke Bagan Siapi-api, Sumatera Utara menjadi
Guru di Perguruan Wahidin. Selama dua tahun menjadi Guru di bagan Siapi-api,
beliau mengumpulkan modal untuk mendirikan Restoran ABWS dalam bentuk
warung kaki lima. Warung makan ABWS mulai mendapat sambutan luas dari
masyarakat Kota Medan setelah diliput Koran Waspada pada tahun 1992 dengan
judul “Sarjana Buka Ayam Bakar ABWS”. Sejak saat itu, Restoran ABWS
dikunjungi oleh ratusan konsumen sehingga berdampak pada omset yang terus
bertambah. Pada tahun 1993, Puspo wardoyo mendapat bantuan pinjaman tanpa
agunan dari Bank BNI, penawaran itu digunakan beliau untuk memperluas
warung dan penambahan fasilitas sehingga awalnya hanya sebuah warung kaki
lima dengan penawaran permodalan yang terus mengalir maka terbentuklah
Restoran ABWS.
Dalam menjalankan Restoran ABWS, Puspo Wardoyo memanfaatkan
kekuatan media massa, salah satunya dengan menciptakan isu poligami. Hal ini
cukup efektif untuk mengangkat popularitas Puspo Wardoyo. Namun, ada dampak
negatif yang cukup membuat Restoran ABWS harus mengganti strategi promosi,
karena tidak sedikit masyarakat khususnya kaum wanita yang mengecam tindakan
Puspo Wardoyo dan memboikot Restoran ABWS. Puspo wardoyo akhirnya
mengangkat isu lain yang dapat diterima oleh masayarakat luas, yaitu praktek
bisnis yang bernuansa spiritual yaitu Islami. Para pengunjung yang datang di
Restoran ABWS tidak hanya mendapatkan sajian yang lezat, akan tetapi juga
mendapatkan sungguhan makanan yang halal lagi baik, serta berkah (Halalan
Thayyiban Mubarakah). Halal karena segala produksi yang dijual seperti ayam
bakar diolah secara islami dengan memperhitungkan aspek-aspek kehalalan dalam
penyembelihan. Thayyib (baik) karena Puspo Wardoyo sekaligus pemilik
47
Restoran ABWS senantiasa berupaya menggunakan bahan-bahan yang bergizi
dan menjadikan segala kegiatan operasi Restoran menetapi etika islami sesuai
dengan Al-Qur’an dan Sunah. Makanan dan minuman yang disajikan adalah
berdasarkan resep yang diciptakan sendiri oleh Puspo Wardoyo. Meski
menonjolkan nuansa Islami, Restoran ABWS tetap memberikan pelayanan sebaikbaiknua pada seluruh konsumen tanpa memandang suku,ras,agama dan golongan.
Para pengunjung yang datang di Restoran ABWS tidak hanya
mendapatkan sajian yang lezat, akan tetapi juga mendapatkan sungguhan
makanan yang halal lagi baik, serta berkah (Halalan Thayyiban mubarakah).
Halal karena segala produksi yang dijual seperti ayam bakar diolah secara islami
dengan memperhitungkan aspek-aspek kehalalan dalam penyembelihan. Thayyib
(baik) karena pengusaha Restoran ABWS senantiasa berupaya menggunakan
bahan-bahan yang bergizi dan menjadikan segala kegiatan operasi Rumah Makan
menetapi etika islami sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah. Makanan dan
minuman yang disajikan adalah berdasarkan resep yang diciptakan sendiri oleh
Puspo Wardoyo, Direktur sekaligus pemilik ABWS sehingga memiliki ciri khas
tersendiri. Restoran ABWS mengupayakan terciptanya pengelolaan Restoran
secara Profesional dan bernuansa islami dengan makanan yang halal baik dan
berkah (Halalan Thayyiban Mubarakah) yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dalam perkembangan Restoran ABWS dikelola dalam bentuk Badan
Hukum Perseroan Terbatas (PT) Sarana Bakar Digdaya yang didirikan pada
tanggal 29 Juli 1997 dengan komposisi pemegang saham Puspo Wardoyo sebesar
85 persen dan PT Sarana Sumut Ventura sebesar 15 persen. Keikutsertaan PT
Sarana Sumut Ventura sebagai pemegang saham PT Sarana Bakar Digdaya ini
semakin memberi sinergi kepada usaha Restoran ABWS, karena selain bantuan
pembiayaan, PT Sarana Sumut Ventura juga melakukan dampingan manajemen
dalam operasionalnya. Kini Restoran ABWS telah berkembang pesat dengan
konsep waralaba, tercatat sekitar lebih dari 45 Restoran ABWS yang telah berdiri
dari hasil kerja sama dengan mitra-mitranya.
5.2.
Perkembangan Restoran ABWS
Restoran ABWS saat ini memiliki 106 cabang outlet yang tersebar di
berbagai penjuru Indonesia seperti Medan, Banda Aceh, Banjarmasin, Solo,
48
Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Malang, Jakarta dan Bali. Restoran ABWS
membuka enam cabang outlet di Malaysia dan satu cabang di Singapura. Saat ini
Puspo Wardoyo sedang mendiversifikasi bisnis dengan menciptakan produkproduk kuliner lainnya. Puspo Wardoyo menciptakan ABWS Group yang kini
membawahi Restoran ABWS, Rumah Makan Ayam Penyet Surabaya, Rumah
Makan Iga Bakar Mas Giri, Mie Jogja Pak Karso, Mie Kocok Bandung Mang Uci,
Mie Ayam Jamur Medan, Mie Ayam KQ5, dan Steak KQ5. Seluruh merek usaha
itu tersebar lebih dari 99 gerai di Indonesia. Beberapa di antaranya gerai berskala
besar, seperti Restoran Ayam Penyet Surabaya (16 gerai) dan Iga Bakar Mas Giri
(12 gerai).
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
5.3.
Visi Restoran ABWS adalah menjadi bisnis waralaba makanan bernuansa
Islami yang professional dan maju. Sebagai bentuk pejabaran dari visi perusahaan,
Restoran ABWS memiliki misi sebagai berikut :
1) Mengelola usaha atau bisnis dengan menerapkan bisnis secara Islami
2) Mencetak generasi insani Restoran ABWS yang unggul dan sukses baik di
dunia maupun di akhirat dengan penanaman akhlak yang baik dan penerapan
budaya Islami.
Adapun tujuan dari perusahaan Restoran ABWS adalah mencapai laba
yang memadai guna membiayai pertumbuhan dan menyediakan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai sasaran perusahaan. Sedangkan moto Restoran
ABWS adalah “Halalaln Thayyiban”. Halal artinya produk-produk yang disajikan
berasal dari bahan-bahan yang Halal dan diproses dengan memperhatikan hukumhukum agama Islam. Sedangkan Thayyiban (baik) artinya menu-menu yang
disajikan berasal dari bahan-bahan yang segar (fresh) dan memiliki niali gizi yang
tinggi.
5.4.
Struktur Organisasi
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, pihak Restoran ABWS memiliki
struktur dan sususan organisasi dengan tugas yang berbeda untuk setiap jabatan.
Dengan adanya struktur organisasi, diharapkan agar setiap pekerjaan terarah
dengan jelas. Bagan struktur organisasi Restoran ABWS pada Lampiran 1, adapun
49
penjabaran secara ringkas fungsi dan tugas pokok untuk setiap jabatan sebagai
berikut.
1) Direktur Utama
Direktur utama mempunyai tugas seperti menetapkan tujuan perusahaan serta
mengendalikan agar operasional perusahaan tetap pada jalurnya. Bertanggung
Jawab
atas penyusunan strategi serta kebijakan untuk pengembangan
perusahaan secara keseluruhan. Menetapkan dan mengangkat managermanager yang akan membantu pekerjaan Direktur sesuai dengan keahlian
masing-masing. Memberikan motivasi dan pengarahan kepada para manager.
Membina hubungan dengan instansi terkait
2) General Manager
Adapun tugas general manager adalag menggantikan fungsi direktur apabila
direktur sedang melaksanakan tugas diluar. Mengkoordinasi manajer operasi,
manajer umum dan SDM, manajer franchising dan keuangan serta manajer
cabang. General manager juga bertugas untuk menyetujui biaya-biaya
operasional sesuai batas wewenang yang ditetapkan
3) Staf Personalia
Staf personalia bertugas dalam kegiatan yang menyangkut segala sesuatu
mengenai pemesanan makanan dan juga pemasanan tempat (reservation),
bertugas untuk melakukan dan memperhatikan kebersihan ruangan dan
lingkungan sekitar restoran, bertugas dalam melayani konsumen dan
mengantarkan pesanan konsumen dengan tepat waktu. Staf personalia
membawahi customer service, cleaning service, delivery service dan petugas
parkir.
4) Staf Administrasi dan Keuangan
Staf Administrasi dan Keuangan bertugas untuk pengelolaan keuangan
perusahaan secara efisien, menangani dan menerima setoran penerimaan dari
seluruh seksi, bertanggung jawab dalam menciptakan serta memelihara sistem
administrasi yang akurat, efisien dan informatif, memonitor penggunaan uang
perusahaan dengan sebaik-baiknya, mengusahakan pendanaan bagi keperluan
perusahaan dan menandatangani laporan keuangan yang dibuat staf akuntansi.
Staf administrasi dan keuangan membawahi bendahara dan kasir.
50
5) Staf produksi
a) Bumbu : Bertugas untuk melakukan pengecekan persediaan bumbu dan
juga memperhatikan secara teliti dari kualitas bumbu tersebut.
b) Belanja : Bertugas untuk mempersiapkan kebutuhan operasional dapur
dengan baik dan melakukan pengecekan terhadap kebutuhan operasional
dapur yang habis atau tinggal sedikit
c) Gudang : Bertugas untuk memberikan laporan keluar masuknya barang
setiap hari dan melakukan pengecekan sirkulasi barang yang disimpan di
gudang.
5.5.
Segmentasi, Targeting dan Positioning Restoran ABWS Cabang
Polonia Medan
Tujuan dari penetapan STP (Segmentasi, Targeting & Positioning) adalah
agar pasar yang akan dibidik terlihat dengan jelas, terarah dan berakhir pada
pengingkatan loyalitas konsumen dan pendapatan usaha. Segmentasi pasar
Restoran ABWS adalah masyarakat menengah keatas dengan target pekerja
kantoran, pekerja professional (dokter, pengajar dan pengcara), pegawai
swasta/negeri dan keluarga. Positioning yang dilakukan oleh Restoran ABWS
adalah dengan menanamkan citra produk masakan khas tradisional Jawa dengan
slogan Hallalan Thayyiban yaitu para pengunjung yang datang ke Restoran
ABWS tidak hanya mendapatkan sajian yang lezat, akan tetapi juga mendapatkan
suguhan makanan yang halal lagi baik.
5.6.
Aspek Bauran Pemasaran
Aspek pemasaran yang telah diterapkan oleh Restoran ABWS dalam
memasarkan produk-produknya terdiri atas produk, harga, promosi, tempat, bukti
fisik, proses dan orang. Berikut adalah strategi bauran pemasaran yang dijalankan
Restoran ABWS.
5.6.1. Produk
Restoran ABWS mempunyai menu yang sangat bervariasi baik lauk,
sayur, maupun minumannya. Menu-menu tersebut secara umum didominasi oleh
masakan Jawa akan tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
mempunyai rasa yang khas sehingga cocok atau sesuai dengan lidah dari berbagai
51
etnis. Adapun menu yang ditawarkan oleh Restoran ABWS sebanyak 32 menu
makanan dan 26 menu minuman. Restoran ABWS juga menawarkan sajian yang
lezat, akan tetapi juga mendapatkan suguhan makanan yang halal lagi baik, hal ini
sesuai dengan prinsip bisnis Islami Restoran ABWS yaitu Hallalan Thayyiban.
5.6.2. Harga
Harga yang ditawarkan oleh Restoran ABWS sesuai dengan segmen
sasaran yaitu segmen masyarakat menengah keatas dengan target pekerja
kantoran, pekerja professional (dokter, pengajar dan pengcara), pegawai
swasta/negeri dan keluarga dengan harga yang ditawarkan mulai dari Rp 8.000,00
untuk minuman dan jenis sayuran serta harga mulai dari Rp 18.000,00 untuk paket
ayam bakar maupun goreng. Penetapan harga disesuaikan dengan biaya bajan
baku, biaya produksi, biaya operasional, margin laba yang diinginkan oleh
restoran dan pajak.
5.6.3. Promosi
Restoran ABWS melakukan kegiatan promosi guna memelihara dan
meningkatkan kesadaran konsumen akan merek Restoran ABWS. Adapun
kegiatan promosi yang dilakukan Restoran ABWS, diantaranya memasang iklan
pada surat kabar, mengadakan kerja sama dalam bentuk hubungan masyarakat
dimana Restoran dimana pihak Restoran ABWS melakukan kegiatan sosial seperti
membantu bantuan kepada korban bencana alam dan juga sponsorship dengan
instasi-instasi atau kantor dan mahasiswa.
5.6.4. Tempat
Restoran ABWS beralamat di jalan padang golf polonia medan no 2
Medan. Lokasi Restoran ABWS sangat strategis dapat dilihat dari banyaknya
gedung-gedung perkantoran baik swasta maupun negri. Di sekitar lokasi Restoran
ABWS juga terdapat beberapa perumahan, area rekreasi seperti Waterboom dan
lapangan Golf. Lokasi Restoran ABWS merupakan area yang sering dilalui baik
oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum karena lokasi ABWS salah
satu jalan utama menuju Bandara Internasional Polonia Medan.
52
5.6.5. Bukti Fisik
Sebagai industri jasa boga maka restoran ABWS memerlukan bukti fisik
agar menunjukan keberadaanya ditengah-tengah masyarakat. Bukti fisk dapat
terdiri dari gedung, tanh, dekorasi, dan lain-lain. Strategi bukti fisik yang selama
ini diterapkan oleh Restoran ABWS adalah memiliki layout bangunan yang
mencerminkan suasana khas jawa. Hal ini didukung dengan bangunannya yang
terbuat dengan kayu, peralatan meja dan kursi juga terbuat dari kayu dengan
ornament khas jawa. Restoran ABWS memiliki tiga jenis tipe tempat untuk
konsumen menikmati santapan, yaitu area lesehan (tanpa kursi), area VIP
(ruangan tertutup dengan fasilitas AC) dan area meja makan (kursi dan meja).
5.6.6. Proses Operasi
Proses ini meliputi semua prosedur, mekanisme dan aliran aktivitas
dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada konsumen. Proses dalam
menyampaikan produk dan jasa pada Restoran ABWS diterangkan dalam SOP
(Standard Operating procedure). Dua operasi utama yang ditawarkan oleh
Restoran ABWS, yaitu pelayanan tamu (pemesanan & komplain) dan pelayanan
tamu pembayaran.
1) Proses pelayanan tamu order & komplain
Pada saat tamu datang, pramusaji biasanya akan menyambut dan mencarikan
tempat duduk. Setelah tamu duduk dan melakukan pemesanan menu makanan
dan minuman, pramusaji akan mengantarkan slip menu pesanan ke stelling
dapur. Pramusaji akan memeriksa kembali apakah pesanan tersebut sudah
sesuai dengan pesanan konsumen. Apabila konsumen mempunyai keluhan
setelah makan, pramusaji langsungn mencarikan solusi atau perbaikan saat itu
juga agar konsumen merasa diperhatikan. Apabila keluhan tersebut tidak
dapat diatasi, biasanya pramusaji melapor pada pimpinan manajer untuk
mencarikan solusi bersama serta melakukan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan yang terjadi. Keluhan –keluhan konsumen yang selama ini
berkunjung ke Restoran ABWS akan dibuat rekap data tiap minggu, dan akan
dibahas oleh pimpinan bersama kepala bagian operasi serta kepala bagian
personalia yang membawahi bagian kepegawaian.
53
2) Proses pelayanan tamu dalam pembayaran
Pelayanan yang diberikan Restoran ABWS kepada konsumen yaitu mulai dari
pemesanan hingga pembayaran dilakukan oleh pramusaji. Setelah konsumen
selesai dalam melakukan pembelian, konsumen akan memanggil pramusjai
untuk meminta biaya tagihan kepada kasir. Kecepatan transaksi pembayaran
didukung oleh kasir yang cekatan dalam menghitung tagihan konsumen
sehingga pramusaji dengan cepat mengantarkan total tagihan kepada
konsumen.
5.6.7. Orang
Sebagai industri jasa boga maka Restoran ABWS memerlukan jasa
pramusaji untuk terlibat langsung dalam kegiatan interaksi dan penyampaian
produk kepada konsumen. Pramusaji merupakan bagian yang penting, karena
bagian ini yang pertama dan terkahir berhubungan dengan konsumen secara
langsung. Kewajiban yang selama ini dilakukan oleh seluruh pramusaji restoran
ABWS adalah agar selalu memberikan pelayanan sopan, ramah, sabar menerima
keluhan tamu, aktif dalam melayani tamu dan menjelaskan menu yang ada.
Restoran ABWS mempunyai sistem pelayanan “total service” yaitu menjadikan
tamu sebagai raja, yang dalam pengertian seluruhnya pelayanan (mulai dari
pemesanan sampai pembayaran dilakukan oleh pramusaji.
54
VI. KARATERISTIK KONSUMEN RESTORAN AYAM
BAKAR WONG SOLO
6.1.
Karateristik Konsumen Restoran ABWS
6.1.1. Karateristik Konsumen
Konsumen pada penelitian ini diambil sebanyak 170 orang. Karateristik
umum konsumen dapat dijelaskan dengan variabel jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, status pernikahan, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan dan
pengeluaran konsumsi rata-rata perbulan.
6.1.2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil dari survey 170 responden menyatak bahwa konsumen
Restoran ABWS berjenis kelamin perempuan lebih banyak (60 persen) dengan
jumlah sebanyak 102 orang daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki
(40 persen) dengan jumlah sembanyak 68 orang. Sebaran responden berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Perempuan
102
60
Laki-Laki
68
40
Total
170
100
6.1.3. Usia Responden
Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda
usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa.
Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
14,7
16-18
25
18,8
19-24
32
34,1
25-35
58
19,4
36-50
33
10,6
51-65
18
2,4
< 65
4
100
Total
170
55
Berdasarkan Tabel 6, sebaran responden Restoran ABWS berdasarkan
tingkat usia sebagian besar berumur 25 sampai 35 tahun dengan persentase
sebesar 34,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Restoran ABWS
umumnya berasa pada usia dewasa lanjut yang rata-rata sudah memiliki pekerjaan
dan menikah, dimana umumnya mereka akan mengajak keluarga, teman atau
kolega untuk makan dan kumpul bersama. Selanjutnya jumlah responden sebagian
besar berumur 36 sampai 50 tahun yakni dengan persentase sebesar 19,4 persen.
Persentase terendah yakni pada usia di atas 65 tahun dengan persentase sebesar
tiga persen.
6.1.4. Status Pernikahan
Berdasarkan data pada Tabel 7 bahwa sebaran responden yang melakukan
kunjungan ke Restoran ABWS sebagian besar didominasi oleh konsumen dengan
status menikah sebesar 60,6 persen responden atau sebanyak 103 orang. Hal ini
dikarenakan konsumen Restoran ABWS sebagian besar berumur 25 sampai 35
tahun yang pada umummnya sudah menikah, sedangkan responden yang berstatus
belum menikah sebesar 39,4 persen atau sebanyak 67 orang. Sebaran responden
berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Menikah
103
60,6
Belum menikah
67
39,4
Total
170
100
6.1.5. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data pada Tabel 8 bahwa sebaran responden yang melakukan
kunjungan ke Restoran ABWS sebagian besar didominasi adalah berpendidikan
terakhir sarjana sebesar 34,7 persen atau sebanyak 59 orang. Hal ini dikarenakan
sebagian besar konsumen Restoran ABWS adalah konsumen yang telah memiliki
pekerjaan, baik pekerjaan swasta, pegawai negeri, wiraswasta/ pengusaha ataupun
pekerjaan lainnya. Selanjutnya sebenyak 28,2 persen atau sebanyak 48 orang
responden Restoran ABWS berpendidikan terakhir diploma, sedangkan yang telah
menempuh pendidikan pascasarjana sebesar 7,1 persen atau sebanyak 12 orang
56
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa responden memiliki tingkat pendidikan
yang sangat baik. Sebaran responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
SD
12
7,1
SMP
8
4,7
SMU
31
18,2
Diploma
48
28,2
Sarjana (S1)
59
34,7
Master (S2)
12
7,1
Total
170
100
6.1.6. Pekerjaan
Berdasarkan Tabel 9 bahwa sebaran responden yang melakukan
kunjungan ke Restoran ABWS sebagian besar didominasi oleh konsumen dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta sebesar 26,4 persen responden atau sebanyak 45
orang diikuti golongan pegawai swasta 23 persen dan golongan pegawai negeri
22,4 persen. Hal ini dikarenakan lokasi Restoran ABWS yang strategis berdeketan
dengan perkatoran baik kantor swasta maupun kantor negeri sehingga tidak jauh
dari tempat konsumen bekerja. Responden yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga dengan persentase sebesar 11,2 persen atau 19 orang mempunyai rumah
yang lokasinya tidak jauh dari Restoran ABWS. Hal ini menunjukkan bahwa
Restoran ABWS juga berdekatan dengan beberapa perumahan sehingga
responden merasa mudah untuk menjangkau lokasi restoran. Sebaran konsumen
Restoran ABWS berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Perkerjaan
Pekerjaan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Pelajar/Mahasiswa
18
10,6
Pegawai Negeri
38
22,4
Pegawai Swasta
39
22,9
Ibu Rumah Tangga
19
11.2
Wiraswata
45
26,4
Pensiunan
11
5,9
Total
170
100
57
6.1.7. Pendapatan Per Bulan
Berdasarkan data pada Tabel 10 bahwa sebaran responden yang
melakukan kunjungan ke Restoran ABWS sebagian besar memiliki pendapatan
per bulan paling banyak adalah lebih dari Rp 4.500.000 dengan jumlah responden
sebanyak 30,6 persen atau 52 orang. Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden bekerja sebagai wiraswasta. Responden dengan pendapatan kisaran
antara Rp 500.000 sampai Rp 1.499.999 sebesar 19,4 persen atau 33 orang. Hal
ini sesuai dengan jenis pekerjaan responden yang sebagian besar merupakan
pegawai swasta, pegawai negeri dan mahasiswa. Responden yang berprofesi
sebagai pelajar tingkat SMA biasanya memiliki uang saku di bawah Rp 50.000
dengan persentase sebesar 10,6 persen atau 18 orang. Sebaran responden
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan (Rp)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
< 500.000
18
10,6
500.000 – Rp 1.499.999
33
19,4
2.500.000- Rp 3.499.999
23
13,5
3.500.000 – Rp 4.500.000
44
25,9
> 4.500.000
52
30,6
Total
170
100
< 500.000
18
10,6
6.1.8. Pengeluaran Konsumsi Per Bulan
Berdasarkan data pada Tabel 11 bahwa sebaran responden yang
melakukan kunjungan ke Restoran ABWS mempunyai pengeluaran konsumsi
untuk makanan dan minuman per bulan. Responden biasanya mempunyai batas
pengeluaran tertentu untuk konsumsi selama sebulan. Pada umumnya tingkat
pengeluaran per bulan responden pengunjung Restoran ABWS berada pada
kisaran antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.500.000,00 yaitu sebesar 33,5
persen atau 57 orang. Selain itu sebanyak 53 orang atau 31,2 persen responden
memiliki tingkat pengeluaran pada kisaran Rp 250.000,00 sampai Rp 500.00,00.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengeluaran
pendapatan per bulan untuk sekedar makan bersama keluarga, teman atau kolega
58
di sebuah restoran atau hanya membeli makanan dan minuman yang sudah jadi di
supermarket.
Tabel 11. Sebaran Konsumen Restoran ABWS Berdasarkan Pengeluaran
Pengeluaran
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
< Rp250.000
33
19,4
Rp 250.000 – Rp 500.000
53
31,2
Rp 500.000 – Rp1.500.000
57
33,5
Rp 1.500.000 – Rp 3000.000
18
10,6
> Rp3.000.000
9
5,3
Total
170
100
6.2.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Setiap konsumen memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain yang
akan mempengaruhi perilaku pembelian suatu produk atau jasa. Proses keputusan
pembelian konsumen meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pasca pembelian.
6.2.1. Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan pembelian konsumen selalu diawali dengan pengenalan
kebutuhan. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu
masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarakan Proses Pengenalan kebutuhan
Pengenalan Kebutuhan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
120
70,6
Tidak
50
29,4
Total
170
100
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 170 responden, sebanyak 120
responden (70,6 persen) menyatakan melalui proses tahap pengenalan kebutuhan
dan sebanyak 50 responden (29,4 persen) menyatakan tidak melalui proses tahap
pengenalan kebutuhan sebagai proses keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian responden merasa sudah mengetahui produk-produk yang
ditawarkan oleh Restoran ABWS, sehingga mereka hanya mengulang kembali
59
ingatan mereka tentang Restoran ABWS baik produk maupun pelayanan yang
diberikan.
1) Pengetahuan tentang Restoran ABWS
Berdasarkan sebaran 170 responden, sebanyak 58 responden (48,3 persen)
menyatakan bahwa mengetahui Restoran ABWS sebagai restoran yang
menyajikan menu ayam dengan rasa yang enak, sebanyak 20 responden (16,7
persen) menyatakan bahwa mengetahui Restoran ABWS sebagai restoran yang
memiliki suasana nyaman dan lokasi yang strategis, sebanyak 42 responden (35
persen) mengetahui Restoran ABWS sebagai restoran yang menyajikan menu
ayam yang beragam, aman dan Hallal. Hal ini seudah sesuai dengan motto
Restoran ABWS yaitu Halalan Thayyiban, yaitu Restoran ABWS ingin
mewujudkan restoran dengan menu makanan dan minuman yang benar-benar
halal dan baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarakan Pengetahuan tentang Restoran
ABWS
Pengetahuan tentang Restoran ABWS Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Menu Ayam dengan Rasa yang Enak
58
48,3
Suasana Nyaman dan Lokasi Strategis
20
16,7
Menu Ayam Beragam, Aman dan Halal
42
35
Total
120
100
2) Sebaran Responden Berdsarkan Motivasi
Berdasarkan kuesioner dan hasil wawancara dengan konsumen, mencari
tempat yan nyaman merupakan alas an sebagian besar konsumen dalam
memutuskan untuk makan di luar yaitu 52 responden (43,3 persen). Pada
umumnya konsumen cenderung tertarik dengan lokasi yang nyaman untuk
istirahat sejenak setalah lelah menjalankan kegiatan. Alasan terbesar kedua adalah
sekedar mencoba makan di luar yaitu 38 responden (31,6 persen). Sebagian
responden menyatakan bahwa mereka selalu menyisihkan waktu untuk sekedar
makan diluar sekaligus rekreasi bersama keluarga atau teman. Sebaran konsumen
berdasarkan motivasi makan di luar ruamg dapat dilihat pada Tabel 14.
60
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarakan Motivasi
Motivasi
Sekedar Mencoba Makan di
Luar
Sebagai Gaya Hidup
Mencari Menu yang Khas/Unik
Mencari Tempat yang
Nyaman
Total
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
31,6
38
11
19
52
120
9,2
15,8
43,3
100
6.2.2. Pencarian Informasi
Tahap kedua dalam proses pengambilan keputusan pembelian adalah
pencarian informasi. Konsumen akan terdorong dalam mencari informasi suatu
produk/jasa lebih banyak untuk mengetahui suatu informasi terhadap kebutuan
yang diperlukan. Menurut Sumarwan (2011), pencarian informasi dibagi dua,
yaitu pencarian internal yaitu mencari informasi yang tersimpan di dalam
ingatannya dan pencarian eksternal yaitu mencari informasi dari luar.
Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarakan Pencarian Informasi
Pencarian Informasi
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
120
70,6
Tidak
50
29,4
Total
170
100
Pada data pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 170 responden, sebanyak
120 responden (70,6 persen) menyatakan melalui proses tahap pengenalan
kebutuhan dan sebanyak 50 responden (29,4persen) menyatakan tidak melalui
proses tahap pencarian informasi sebagai proses keputusan pembelian. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian responden merasa sudah mengetahui informasi
yang berhubungan dengan Restoran ABWS baik berupa produk, harga produk,
dan lain-lain. Responden mengingat kembali informasi-informasi terntang
Restoran ABWS didalam ingatannya. Responden menyatakan bahwa mereka
sudah menjadi langganan tetap Restoran ABWS sehingga tidak perlu mencari
informasi lagi dari luar.
61
1) Sebaran Responden Berdsarkan Sumber Informasi
Informasi mengenai Restoran ABWS diperoleh konsumen dari berbagai
sumber internal. Tabel sebaran responden berdasar sumber informasi pada Tabel
16.
Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarakan Sumber Informasi
Sumber Informasi
Jumlah (Orang)
Internet
11
Iklan media Elektronik (Tv/Radio)
8
Iklan media Cetak (Surat Kabar/Majalah)
38
Materi Promosi (reklame, Billboard)
3
Relasi (Teman/Keluarga)
60
Total
120
Persentase (%)
9,2
6,7
31,6
2,5
50
100
Pada data pada Tabel 16 terdapat setengah dari jumlah responden, yaitu 50
persen mendapatkan informasi mengenai Restoran ABWS berasal dari relasi
(teman/keluarga). Sebanyak 31,6 persen responden mengatakan mereka
mengetahui Restoran ABWS dengan membaca iklan di media cetak seperti surat
kabar atau majalah. Hal ini menandakan pemberian informasi melalui relasi
(teman/keluarga) lebih efektif dibandingkan media lainnya. Relasi (teman /
keluarga) mempengaruhi pilihan produk/jasa dari seseorang karena responden
percaya relasi (teman/keluarga) memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih
baik. Beberapa responden banyak mengunjungi Restoran ABWS bersama
teman/keluarganya, sehingga penyebaran informasi mengenai restoran lebih
cepat.
2) Sebaran Responden Berdasarkan Informasi yang Menjadi Perhatian
Responden selain mencari informasi tentang keberadaan suatu produk/jasa,
biasanya ada hal yang menjadi perhatian mereka dalam memilih suatu
produk/jasa. Tabel sebaran responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat
pada Tabel 17.
62
Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarakan Informasi yang Menjadi Perhatian
Informasi Perhatian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Lokasi Restoran
34
28,3
Harga yang di Tawarkan
19
15,8
Cita Rasa
41
34,1
Pelayanan Restoran
8
6,7
Kenyamanan Tempat
18
15
Total
120
100
Pada data pada Tabel 17 terdapat 34,1 persen responden menyatakan
bahwa berdasarkan sumber informasi yang diperoleh, hal apa yang paling menjadi
perhatian responden terhadap Restoran ABWS adalah cita rasa. Lokasi restoran
yang strategis juga merupakan salah satu faktor kualitas yang dipilih responden
yaitu sebesar 28,3 persen. Sebagian responden menyatakan bahwa cita rasa menu
makanan pada Restoran ABWS sangat lezat, hal ini ditunjang oleh dengan lokasi
restoran yang strategis. Lokasi Restoran ABWS berdekatan dengan perumahan
dan pusat perdagangan serta perkantoran swasta maupun pemerintah sehingga
memudahkan responden untuk menjangkau lokasi Restoran ABWS.
6.2.3.
Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga dalam proses pengambilan keputusan pembelian adalah
evaluasi alternatif. Responden akan mengevaluasi pilihan produk/jasa dan
memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen akan
membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya pilihan alternatif.
Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarakan Proses Evaluasi Alternatif
Evaluasi Alternatif
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
120
70,6
Tidak
50
29,4
Total
170
100
Pada data pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa dari 170 responden, sebanyak
70,6 persen menyatakan melalui proses tahap pengenalan kebutuhan dan sebanyak
29,4 persen menyatakan tidak melalui proses tahap evaluasi alternatif sebagai
proses keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden
membentuk keinginan untuk membeli ulang produk yang sama seperti yang telah
63
dibeli sebelumnya. Responden memiliki pengetahuan terhadap Restoran ABWS,
sehingga responden tidak merasa perlu untuk evaluasi alternatif.
1) Sebaran Responden Berdasarkan Hal yang Paling Menentukan Berkunjung di
Restoran ABWS
Restoran ABWS memiliki berbagai atribut yang dapat menarik minat
konsumen untuk berkunjung dan membeli produk. Tabel mengenai sebaran
responden berdasarkan hal yang paling menentukan berbelanja di Restoran
ABWS dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Sebaran Responden Berdasarakan Hal yang Paling Menentukan
Berkunjung
Hal Menentukan Berkunjung
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Kesegaran Produk
10
8,3
Kemudahan Mencapai Lokasi
31
25,8
Kualitas Produk
23
19,2
Harga Kompetitif
13
10,8
Ketersediaan Produk
10
8,3
Keragaman Menu
7
5,8
Kebersihan Restoran
11
9,2
Kemudahan Cara Membayar
6
5
Fasilitas Area Parkir
9
7,5
Total
120
100
Berdasarkan data pada Tabel 19 sebesar 25,8 persen responden
menyatakan bahwa hal yang paling menentukan mereka dalam berbelanja di
Restoran ABWS adalah kemudahan lokasi. Lokasi Restoran ABWS sangat
strategis dapat dilihat dari banyaknya gedung-gedung perkantoran baik swasta
maupun negri. Di sekitar lokasi Restoran ABWS juga terdapat beberapa
perumahan, area rekreasi seperti Waterboom dan lapangan Golf. Lokasi Restoran
ABWS merupakan area yang sering dilalui baik oleh kendaraan pribadi maupun
transportasi umum karena lokasi ABWS salah satu jalan utama menuju Bandara
Internasional Polonia Medan.
2) Sebaran Responden Berdasarkan Perbandingan Kualitas Produk (Ayam
bakar) Restoran ABWS Secara Umum terhadap Restoran Lain
Konsumen biasanya akan mencari perbandingan suatu produk dengan
produk lain. Gambaran mengenai sebaran responden berdasarkan perbandingan
64
kualitas produk Restoran ABWS terhadap restoran lain dapat dilihat pada Tabel
20.
Tabel 20. Sebaran Responden Berdasarakan Perbandingan Kualitas Produk
(Ayam Bakar) Restoran ABWS Secara Umum terhadap Restoran
Lain
Perbandingan Kualitas Produk
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Lebih Baik
57
47,5
Sama Baik
38
31,7
Lebih Buruk
0
0
Sama Buruk
0
0
Tidak Tahu
25
20,8
Total
120
100
Berdasarkan data pada Tabel 20, sebanyak 47 persen responden
menyatakan bahwa perbandingan kualitas produk Restoran ABWS lebih baik
dibandingan dengan restoran lainnya yang menawarkan menu sejenis. Hal ini
membuktikan bahwa Restoran ABWS menjalankan motto perusahaan dengan
sangat baik yaitu Restoran ABWS yang Halalan Toyyiban. Halal artiya produkproduk yang disajikan berasal dari bahan-bahan dan diproses dengan
memperhatikan hukum-hukum agama islam. Sedangkan toyyiban (baik) artinya
menu-menu yang disajikan berasal dari bahan-bahan yang segar (fresh) dan
memeiliki nilai gizi yang tinggi. Kualitas produk (ayam bakar) Restoran ABWS
yang sudah hadir di kota Medan sejak 20 tahun yang lalu dapat memberikan kesan
dan keinginan konsumen untuk menikmati produk ayam bakar kembali.
Sedangkan sebagian responden meyatakan kualitas produk (ayam bakar) Restoran
ABWS sama baik baik dengan restoran lain yang menawarkan menu sejenis
sebesar 32 persen responden.
6.2.4. Keputusan Pembelian
Tahap keempat dalam proses pengambilan keputusan pembelian adalah
keputusan pembelian. Responden yang telah memutuskan alternatif produk/jasa
yang akan dipilih, maka konsumen akan melakukan pembelian.
65
Tabel 21. Sebaran Responden Berdasarakan Keputusan Pembelian
Keputusan Pembelian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
134
78,8
Tidak
36
21,2
Total
170
100
Pada data pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa sebanyak 78,8 persen
responden menyatakan melalui proses tahap pengenalan kebutuhan dan 21,2
persen responden menyatakan tidak melalui proses tahap pencarian informasi
sebagai proses keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa responden
walaupun tidak melalui tahap proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian
informasi dan proses evaluasi alternatif merasa perlu melakukan proses
pembelian. Menurut wawancara dengan 78,8 persen responden menyatakan
mereka masih perlu untuk tahap proses pembelian, karena responden mungkin
merasakan bahwa kebutuhannya bisa berubah setiap saat dan mungkin saja bisa
membatalkan untuk membeli produk tersebut. Sedangkan responden yang
menyatakan tidak perlu melawati proses pembelian sebanyak 21,2 persen karena
meraka sudah membulatkan tekad untuk berkunjung dan membeli produk di
Restoran ABWS.
1) Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan Berkunjung
Pada proses keputusan pembelian Restoran ABWS, terdapat empat
keputusan berkunjung ketika akan melakukan kunjungan atau pembelian produk.
Gambaran mengenai sebaran responden berdasarkan keputusan berkunjung dapat
dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Sebaran Responden Berdasarakan Cara Memutuskan Untuk
Berkunjung
Cara Memutuskan Untuk Berkunjung
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Terencana
89
66,4
Tidak Terencana
45
33,6
Total
134
100
Berdasarkan data pada Tabel 22 sebanyak 66,4 persen responden
memutuskan berkunjung ke
Restoran ABWS secara terencana, sedangkan
sebanyak 33,6 persen responden menyatakan tidak merencanakan untuk
berkunjung ke Restoran ABWS. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang
66
berkunjung yang sudah direncanakan sebelumnya akan bersedia meluangkan
waktu dan energi untuk melakukan pembelian di Restoran ABWS. Responden ini
pada umumnya merencanakan dengan teman-teman sekolah/kuliah atau temanteman kerja dan keluarga sekaligus sebagai tempat pertemuan kecil atau sekedar
mencari tempat untuk rapat biasa dengan rekan kerja.
2) Sebaran Responden Berdasarkan Sumber yang Mempengaruhi
Sebanyak 50,7 persen responden menganggap sumber yang paling
mempengaruhi mereka dalam melakukan kunjungan ke Restoran ABWS adalah
karena keluarga. Sementara pengaruh terbesar kedua yaitu responden yang
dipengaruhi dalam melakukan kunjungan ke Restoran ABWS
berdasarkan
teman/kolega sebanyak 30,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
keluarga sebagai lingkungan mikro yaitu lingkungan yang paling dekat dengan
konsumen dan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengaruh
teman/kolega juga menunjukkaan salah satu pemasar yang cukup efektif melalui
world of mouth karena dapat memberika pesan yang positif sehingga akan
membuat penerima pesan lainnya akan terpengaruh untuk melakukan kunjungan
ke Restoran ABWS. Disamping itu, sebanyak 17,2 persen responden menyatakan
atas dasar inisiatif sendiri dan satu persen responden dipengaruhi oleh
iklan/promosi dalam berkunjung ke Restoran ABWS. Gambaran mengenai
sebaran responden berdasarkan sumber yang mempengaruhi dapat dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23. Sebaran Responden Berdasarakan Sumber yang Mempengaruhi
Sumber yang Mempengaruhi
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Inisiatif Sendiri
23
17,2
Keluarga
68
50,7
Teman/Kolega
41
30,6
Iklan/Promosi
2
1,5
Total
134
100
3) Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan dalam Satu Bulan
Responden yang diteliti dalam penelitian ini merupakan responden yang
telah melakukanpembelian lebih dari satu kali di Restoran ABWS.
Jumlah
kunjungan yang dilakukan responden berbeda-beda dalam satu bulan. Responden
67
yang datang dua sampai tiga kali sebanyak 40,3 persen, sebanyak 24,6 persen
menjawab empat sampai lima kali dan responden yang tidak mengingat jumlah
kunjungan selama satu bulan di Restoran ABWS sebanyak 35,1 persen.
Konsumen yang nerasa puas terhadap produk dan pelayanan yang diberikan
Restoran ABWS menjadikan dampat positif yaitu kunjungan ulang. Sebaran
responden berdasarkan jumlah kunjungan dalam satu bulan dapat dilihat pada
Tabel 24.
Tabel 24. Sebaran Responden Berdasarakan Frekuensi per Bulan
Frekuensi (kali/bulan)
Jumlah (Orang) Persentase (%)
2-3
54
40,3
4-5
33
24,6
>6
0
0
Lainnya (tidak mengingat frekuensi
35,1
pembelian)
47
Total
134
100
4) Sebaran Responden Berdasarkan Menu Pilihan (Selain Ayam Bakar)
Konsumen biasanya membeli produk tambahan selain menu ayam bakar.
Menu tambahan tersebut biasanya menjadi menu pendamping menu ayam bakar.
Pada penelitian ini menggunakan lima menu yang sering dipesan oleh konsumen
dengan rujukan manajemen Restoran ABWS. Sebaran responden berdasarkan
menu yang menjadi piliha (selain ayam bakar) pada Tabel 25.
Tabel 25. Sebaran Responden Berdasarakan Menu Pilihan (Selain Ayam Bakar)
Menu Pilihan
Gurame Goreng
Tumis Kangkung
Gado-gado
Gurame Asam Manis
Total
Jumlah (Orang)
19
55
36
24
134
Persentase (%)
14,2
41
26,9
17,9
100
Berdasarkan data pada Tabel 25 tampak bahwa 41 persen responden
memilih menu tumis kangkung sebagai menu pilihan. Responden biasanya akan
memesan menu sayuran sebagai pendamping menu ayam bakar. Restoran ABWS
terkenal dengan menu tumis kangkung yang beda dengan restoran lainnya, yaitu
sayur kangkung yang diproduksi sendiri oleh pihak Restoran. Menu tumis
68
kangkung lezat dengan rasa gurih sangat cocok dipadukan dengan menu ayam
bakar dengan rasa manis. Sedangkan sebanyak 26,9 persen responden memilih
menu gado-gado sebagia menu pilihan dan persentase terkecil yakni tujuh persen
memilih pecel lele sebagai menu pilihan selain menu ayam bakar.
5) Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran dalam Satu Kali Pemesanan
Dalam melakukan satu kali pemesanan, setiap konsumen memiliki
pengeluaran yang berbeda-beda. Pilihan pengeluaran konsumen relatif terhadap
penghasilan. Semakin besar tingkat penghasilan konsumen tidak berarti biaya
konsumsi yang mereka keluarkan besar dan begitu juga sebaliknya. Sebaran
responden berdasarkan pengeluaran dalam satu kali pemesanan pada Tabel 26.
Tabel 26. Sebaran Responden Berdasarakan Pengeluaran Satu Kali Pemesanan
Pengeluaran (Rp)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
< Rp 50.000
21
15,7
50.000 - 9.000
34
25,4
100.000 - 299.999
33
24,7
< 200.000
46
34,2
Total
134
100
Berdasarkan data pada Tabel 26 tampak bahwa setengah dari jumlah
responden, yakni sebesar 34,2 persen, menyatakan bahwadalam satu kali
pemesanan responden mengeluarkan biaya
lebih dari Rp 200.000. Hal ini
menunjukkan bahwa responden biasanya berkunjung ke Restoran ABWS bersama
rombongan keluarga dan teman/kolega sehingga mereka akan membeli menu
produk dengan porsi lebih. Sedangkan setengah responden yaitu 25,4 persen
mengeluarkan biaya Rp 50.000-Rp 99.999 dan Rp 100.000-Rp 299,999 dalam
satu kali pemesanan. Biasanya responden ini tidak membawa banyak keluarga dan
teman/kolega, bahkan hanya berdua saja dalam satu meja. Sedangkan persentase
terkecil adalah 15,7 persen responden mengeluarkan biaya kurang dari Rp 50.000
dalam satu kali pemesanan dam responden ini biasanya hanya membeli dua item
menu.
6.2.5. Pasca Pembelian
Tahap terakhir dalam proses keputusan konsumen adalah proses pasca
pembelian. Dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya
69
sampai proses konsumsi. Konsumen biasanya akan melakukan proses evaluasi
terhadap konsumsi yang dilakukannya sehingga akan muncul perasaan puas atau
tidak puas terhadap suatu produk. Kepuasan konsumen akan berdampak pada
pembelian ulang.
1) Sebaran Responden Berdasarkan Saran Penambahan Pada Menu Restoran
ABWS
Pada tahap ini, konsumen diminta untuk memberikan saran terhadap
Restoran ABWS apakah perlu adanya penambahan menu baru. Saran ini
bertujuan untuk menyampaikan keinginan konsumen agar manajemen Restoran
ABWS mempertimbangkan masukan. Sebaran responden berdasarkan
saran
penambahan pada menu Restoran ABWS pada Tabel 27.
Tabel 27. Sebaran Responden Berdasarakan Saran Penambahan Pada Menu
Restoran
Penambahan Menu
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
24
14,1
Tidak
146
85,9
Total
170
100
Berdasarkan data pada Tabel 27 tampak bahwa sebanyak 85,9 persen
responden menyatakan Restoran ABWS tidak perlu menambah menu baru. Hal
ini karena responden merasa puas terhadap inovasi pada produk menu makanan
atau minuman yang selalu ada setiap tahun. Sehingga responden percaya dengan
menu yang saat ini ada sudah sangat cukup. Sedangkan sebanyak 14,1 persen
responden menyatakan Restoran ABWS perlu untuk menambah menu baru.
Responden ini sebagian menjawab menu yang perlu ditambah adalah menu
sebagai hidangan pencuci mulut seperti agar-agar, roti, ice cream dan lain-lain.
2) Sebaran Responden Berdasarkan Kepuasan pada Pelayanan Restoran ABWS
Kualitas pelayanan sangat dibutuhkan dalam suatu usaha, karena
konsumen mempunyai mempunyai keinginan yang selalu harus dipenuhi dan
dipuaskan. Sebaran responden berdasarkan perasaan pada pelayanan Restoran
ABWS pada Tabel 28.
70
Tabel 28. Sebaran Responden Berdasarakan Kepuasan pada Pelayanan
Pengenalan Kebutuhan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Puas
157
92,3
Tidak Puas
13
7,7
Total
170
100
Berdasarkan data pada Tabel 28 di atas tampak bahwa sebanyak 92,3
persen responden merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Restoran
ABWS. Tingkat kepuasan yang tinggi tersebut membuktikan bahwa Restoran
ABWS mampu memberikan pelayanan yang baik serta sesuai dengan harapan
sebagian besar responden.
3) Sebaran Responden Berdasarkan Minat Untuk Berkunjung Kembali
Dari hasil pengamatan, sebanyak 98,2 persen responden menyatakan akan
berkunjung kembali ke Restoran ABWS dan dua persen sisanya memilih untuk
tidak berkunjung kembali. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar
responden merasa puas terhadap atribut produk serta kinerja pelayanan jasa yang
di berikan oleh Restoran ABWS sehingga membuat mereka untuk berkunjung
kembali. Berikut adalah gambaran mengenai sebaran responden minat untuk
berkunjung kembali.
Tabel 29. Sebaran Responden Berdasarakan Minat Untuk berkunjung Kembali
Minat Berkunjung Kembali
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
98,2
Ya
167
1,8
Tidak
3
Total
170
100
4) Sebaran Responden Berdasarkan Minat Untuk Membeli Jika Harga Menu
Produk Meningkat
Dalam melakukan pembelian, setiap konsumen memiliki tindakan
berbeda-beda jika harga menu produk meningkat. Konsumen biasanya memiliki
batas toleransi kenaikan harga jika mereka ingin membeli produk tersebut.
Berikut adalah gambaran mengenai sebaran responden berdasarkan reaksi jika
harga menu produk meningkat.
71
Tabel 30. Sebaran Responden Berdasarakan Minat Untuk Membeli Jika Harga
Menu Produk Meningkat
Minat Untuk Membeli Jika Harga Menu
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Produk Meningkat
98,2
Ya
167
1,8
Tidak
3
Total
170
100
Berdasarkan data pada Tabel 30 tampak bahwa sebanyak 98,2 persen
responden akan tetap membeli jika harga menu produk Restoran ABWS
meningkat. Bagi responden, harga tidak menjadi permasalahan asalkan cita rasa
makanan, pelayanan, dan kepuasan mereka peroleh sesuai dengan harga yang
ditawarkan oleh Restoran ABWS. Adapun toleransi responden terhadap kenaikan
harga dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Sebaran Responden Berdasarakan Toleransi Persen Kenaikan Harga
Toleransi Kenaikan Harga (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1%-5%
158
92,9
6%-10%
12
7,1
Total
170
100
Berdasarkan data pada Tabel 31 tampak bahwa sebanyak 92,9 persen
responden menyatakan mereka akan tetap membeli menu makanan dan minuman
jika terjadi kenaikan harga sebanyak satu persen sampai lima persen dari harga
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena konsumen sadar bahwa harga bahan baku
di pasaran juga ikut naik. Selanjutnya sebanyak tujuh persen responden
menyatakan akan tetap membeli jika kenaikan harga sebanyak enam persen
sampai sepulun persen dari harga sebelumnya.
5) Sebaran Responden Berdasarkan Kemauan Untuk Merekomendasikan
Kekuatan dalam merekomendasikan suatu produk kepada orang lain
merupakan salah satu indikator dalam mengukur loyalitas seorang pelanggan
terhadap suatu produk. Adapun sebaran responden berdasarkan kemauan untuk
merekomendasikan dapat dilihat pada Tabel 32.
72
Tabel 32. Sebaran Responden Berdasarakan Kemauan Untuk Merekomendasikan
Keterangan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Ya
167
98,2
Tidak
3
1,8
Total
170
100
Berdasarkan data pada Tabel 32 tampak bahwa sebanyak 98,2 persen
responden menyatakan mereka akan merekomendasikan Restoran ABWS kepada
keluarga, teman dan kolega, sedangkan sebanyak 1,8 persen responden
menyatakan tidak akan merekomendasikan Restoran ABWS.
73
Tabel 33. Hasil Perhitungan CSI
Atribut
Faktor
Muatan
Koefisien
Construct
Besar Pengaruh
Bobot Pengaruh
Kepuasan (%)
Indeks Kepuasan
(%)
Product
X11
0.49
0.0980
0.0435
99.41
4.33
X12
0.44
0.0880
0.0391
97.06
3.79
X13
0.51
0.1020
0.0453
90.00
4.08
X14
0.59
0.1180
0.0524
92.94
4.87
X15
0.47
0.0940
0.0418
91.76
3.83
X16
0.53
0.1060
0.0471
95.88
4.51
X21
0.59
0.0001
0.0000
88.82
0.00
X22
0.66
0.0001
0.0000
90.00
0.00
X23
0.6
0.0001
0.0000
95.88
0.00
X24
0.76
0.0001
0.0000
93.53
0.00
0.6750
0.2998
87.06
26.10
0.4425
0.1965
96.47
18.96
0.0194
0.0086
90.00
0.78
0.0162
0.0072
58.82
0.42
0.0836
0.0371
82.94
3.08
0.0847
0.0376
95.29
3.59
0.0792
0.0352
91.18
3.21
0.2
Price
0.0001
Place
X31
X32
0.9
0.59
0.75
Promotion
X41
X42
0.97
0.81
0.02
People
X51
0.76
X52
0.77
0.11
X53
0.72
X54
0.81
0.0891
0.0396
92.35
3.65
X61
0.49
-0.1568
-0.0696
94.12
-6.55
X62
0.65
-0.2080
-0.0924
94.71
-8.75
X63
0.75
-0.2400
-0.1066
97.65
-10.41
X64
0.72
-0.2304
-0.1023
94.12
-9.63
X65
0.65
-0.2080
-0.0924
89.41
-8.26
X66
0.77
-0.2464
-0.1094
90.59
-9.91
X71
0.6
0.3000
0.1333
82.94
11.05
X72
0.59
0.2950
0.1310
78.82
10.33
X73
0.45
0.2250
0.0999
90.00
8.99
X74
0.51
0.2550
0.1133
90.00
10.19
X75
0.74
0.3700
0.1643
98.82
16.24
Physical Evidence
-0.32
Process
0.5
2.2514
CSI
88.50
75
Berdasarkan hasil analisis CSI diketahui bahwa indeks kepuasan
pengunjung secara keseluruhan adala sebesar 88,5 persen. Nilai indeks kepuasan
tersebut menunjukkan tingkat kepuasan berada pada kriteria sangat puas. Variabel
yang memiliki indeks kepuasan tertinggi adalah kemudahan mencapai lokasi
(X31) yaitu yaitu sebesar 26.10%. Hasil indeks ini sesuai dengan hasil output
SEM yaitu variabel place (tempat) khususnya pada variabel indikator kemudahan
mencapai lokasi memberikan kontribusi yang besar terhadap terbentuknya
kepuasan.Tingginya indeks kepuasan tersebut menunjukkan bahwa lokasi
Restoran ABWS yang strategis dan mudah diakses dinilai sangat baik oleh
pengunjung. Hal ini sesuai dengan karateristik konsumen yaitu hal yang paling
menentukan berbelanja di rsetoran ABWS adalah kemudahan mencapai lokasi.
Atribut lainnya yang memiliki indeks kepuasan cukup tinggi adalah ketersediaan
sarana parkir
yaitu dengan indeks sebesar 18,96 persen. Tingginya indeks
kepuasan tersebut menunjukkan bahwa lokasi Restoran ABWS yang strategis
dinilai baik oleh responden. Atribut lainnya yang memiliki indeks kepuasan cukup
tinggi adalah kecepatan transkaksi pembayaran dengan indeks 16,24 persen,
kecepatan pramusaji melayani dari muali konsumen duduk dengan indeks sebesar
11,05 persen,
kebersihan peralatan makanan dengan indeks sebesar -10,31
persen, Tabel hasil perhitungan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) secara
berurutan pada Tabel 43.
7.2.
Analisis Customer Loyalty Index (CLI)
Analisis CLI bertujuan untuk mengukur tingkat loyalitas pengunjung
Restoran ABWS cabang Polonia. Pada dasarnya pengukuran CLI sama dengan
pengukuran CSI yaitu dengan melakukan pembobotan variabel indikator
pembentuk loyalitas yang terdiri dari pembelian ulang (Y21), Kesedian membeli
jika harga naik (Y22) dan bersedia merekomendasikan Restoran ABWS kepada
orang lain (Y23). Loyalitas pengunjung terhadap penilaian suatu atribut dilakukan
berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab “setuju” dan “sangat
setuju” untuk setiap atribut pembentuk loyalitas. Hasil perhitungan indeks
loyalitas konsumen dapat dilihat pada Tabel 44.
76
Tabel 34. Hasil Perhitungan CLI
Indikator
Y21
Y22
Y23
Faktor
Muatan
0.66
0.7
0.73
Dimensi
Besar
Bobot
Loyalitas
Pengaruh Pengaruh
(%)
1
0.66
0.7
0.73
2.09
0.3158
0.3349
0.3493
98.82
98.82
98.82
Indeks
Loyalitas
(%)
31.21
33.10
34.52
CLI
98.82%
Berdasarkan hasil perhitungan CLI didapat indeks loyalitas pengunjung
Restoran ABWS cabang Polonia secara keseluruhan adalah sebesar 98,82 persen.
Besaran indeks ini menunjukkan bahwa responden sangat loyal terhadap kinerja
Restoran ABWS cabang Polonia. Responden yang loyal memiliki indeks loyalitas
tertinggi adalah komitmen untuk bersedia merekomendasikan Restoran ABWS
kepada orang lain (Y23) yaitu sebesar 34,52 persen. Kekuatan dalam
merekomendasikan suatu produk kepada orang lain merupakan salah satu
indikator dalam mengukur loyalitas seorang pelanggan terhadap suatu produk.
Semakin kuat seorang pelanggan dalam merekomendasikan suatu produk kepada
orang lain, maka dapat dikatakan bahwa loyalitas terhadap suatu produk tersebut
tinggi. Selanjutnya, posisi kedua indeks loyalitas tertinggi adalah Rekomendasi
Restoram ABWS. Selanjutnya, posisi kedua indeks loyalitas tertinggi adalah
kesediaan membeli jika harga naik (Y22) sebesar 34,52 persen.
Loyalitas
konsumen terhadap Restoran ABWS dapat dilihat dari sikap jika terjadi kenaikan
harga pada Restoran ABWS. Pada atribut ini responden loyal terdapat produk
ayam bakar pada Restoran ABWS jika harganya naik. Sedangkan indeks loyalitas
terendah adalah kontribusi dari atribut pembelian ulang (Y21) yaitu sebesar 31,21
persen. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, responden tetap berminat
dalam melakukan pembelian ulang.
Hasil nilai CLI pada penelitian ini sangat tinggi yaitu sebsar 98,82 persen.
Pada tahap pasca pembelian, sebanyak 98,2 persen responden menyatakan setuju
untuk berkunjung kembali atau pembelian ulang dan sebanyak 98,2 persen
responden setuju untuk merekomendasikan Restoran ABWS kepada orang lain.
Tingginya tingkat loyalitas di ABWS disebabkan oleh tingginya faktor
rekomendasi Restoran ABWS kepada orang lain yaitu sebesar 34.52 persen.
77
Faktor ini dirasa penting karena rekomendasi dari konsumen lahir dari keyakinan
konsumen akan atribut-atribut produk yang melekat pada Restoran ABWS. Jika
konsumen berani merekomendasikan Restoran ABWS berarti konsumen telah
percaya akan kualitas produk ABWS dan kualitas produk ini sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh konsumen tersebut. Konsumen yang belum pernah
merasakan makan di Restoran ABWS cenderung lebih percaya dengan
rekomendasi dari konsumen yang sebelumnya pernah mencoba daripada promosipromosi lain. Loyalitas konsumen yang tinggi juga dibuktikan dari nilai dua faktor
lain dari indeks loyalitas yaitu pembelian ulang dan tidak berpindahnya konsumen
ketika harga naik, tidak jauh berbeda dengan nilai faktor tertinggi yaitu
rekomendasi. Nilai indeks faktor pembelian ulang adalah sebesar 31.21 persen
dan nilai faktor tidak berpindahnya konsumen ketika harga naik adalah sebesar
33.10 persen.
78
VII. ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
7.1.
Analisis Customer Satisfaction Index (CSI)
Analisis tingkat kepuasan dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pengunjung Restoran ABWS cabang Polonia dengan Analisis
Customer Satisfaction Index (CSI) terhadap masing-masing variabel indikator
yang memiliki hubungan positif dengan terbentuknya kepuasan. Kepuasan
pengunjung terhadap penilaian suatu atribut dilakukan berdasarkan persentase
jawaban responden yang menjawab “puas” dan “sangat puas” untuk setiap atribut
pembentuk kepuasan Restoran ABWS cabang Polonia.
Dalam
mendapatkan
kepuasan
secara
objektif,
perlu
dilakukan
pembobotan terhadap atribut. Berdasarkan perhitungan SEM terkait besarnya
pengaruh pada setiap atribut terhadap kepuasan maka dapat ditentukan bobot
setiap atribut. Dasar perhitungan pembobotan dilakukan dengan pembagian antara
besar pengaruh yang memiliki nilai positif dengan total pengaruh seluruh atribut
yang bernilai positif tersebut. Selanjutnya, bobot tersebut dikalikan dengan tingkat
kepuasan setiap atribut sehingga diperoleh indeks kepuasan yang terboboti. Tabel
hasil perhitungan CSI dapat dilihat pada Tabel 43.
74
VIII. ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)
Structural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel
teramati sebagai indikatornya, hubungan antar variabel laten, serta kesalahan
pengukuran. Pada penelitian ini, SEM digunakan untuk menganalisis hubungan
atribut-atribut dimensi bauran pemasaran 7P dalam membangun kepuasan serta
pengaruhnya terhadap loyalitas.
8.1.
Spesifikasi Model
Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh variabel laten
eksogen, 29 variabel manifest yang merupakan hasil uji vailiditas dan reliabilitas,
dan empat variabel manifest sebagai indikator variabel laten endogen (kepuasan
dan loyalitas). Model SEM yang di bentuk adalah model hybrid atau full
structural dan model pengukuran.
Model SEM dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
antara variabel laten eksogen yaitu variabel product (ξ1), variabel price (ξ2),
variabel place (ξ3), variabel promotion (ξ4), variabel people (ξ5), variabel
physical evidence (ξ6), dan variabel process (ξ7) dengan variabel endogen yaitu
kepuasan (η1), serta hubungan antara kepuasan dan loyalitas (η2). Besarnya
muatan (loading) antara variabel indikator dengan variabel laten digambarkan
dengan lambing lamda (λ) yang merupakan muatan faktor (factor loading) yang
menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel indikator dalam membangun atau
membentuk variabel laten. Nilai λ yang paling besar menunjukkan variabel
indikator tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk
variabel laten.
8.2.
Identifikasi Model
Model yang disusun kemudian dilakukan identifikasi model untuk
menentukan apakah model tersebut dapat diduga. Suatu model dapat diduga
apabila besar derajat bebas model lebih dari atau sama dengan nol. Dalam
penelitian ini, hasil uji degree of freedom model sebesar 422. Derajat bebas yang
bernilai positif menunjukkan model tergolong dalam kategori over-identified
79
model. Hal ini berarti model yang dibangun telah sesuai karena degree of freedom
model yang memiliki jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah
data yang diketahui.
8.3.
Estimasi Model
Tahap estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai atau koefisien yang
terdapat dalam model. Metode estimasi yang digunakan yaitu Unweight Least
Squares. Hasil SEM yang telah diestimasi dalam hasil penelitian ini berupa
standardized solution berupa diagram lintas hasil pengolahan menggunakan
program LISREL 8.30 untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel
yang terdapat dalam model. Hasil SEM yang telah diestimasi berupa standardized
solution yang dapat dilihat pada Gambar 7.
0.76
X 11
0.81
X 12
0.74
X 13
0.65
X 14
0.78
X 15
0.72
X 16
0.66
X 21
0.56
X 22
0.64
X 23
0.42
X 24
1.00
X 31
1.00
X 32
0.06
X 41
0.35
X 42
1.00
X 51
1.00
X 52
1.00
X 53
1.00
X 54
0.76
X 61
0.58
X 62
0.44
X 63
0.47
X 64
0.57
X 65
0.41
X 66
0.64
X 71
0.65
X 72
0.79
X 73
0.74
X 74
0.45
X 75
Gambar 7.
0.49
0.44
0.51
0.59
0.47
0.53
0.59
0.66
0.60
0.76
0.90
0.59
0.97
0.81
0.76
0.77
0.72
0.81
0.49
0.65
0.75
0.73
0.65
0.77
X1
X2
0.20
X3
0.76
Y11
0.66
Y21
0.56
Y22
0.51
Y23
0.47
0.58
0.00
KEPUASANœ
0.02
1.00
X4
-0.32
X5
0.66
0.11
LOYALITA€
0.70
0.50
0.73
X6
X7
0.60
0.59
0.45
0.51
0.74
Chi-Square=142.00, df=422, P-value=1.00000, RMSEA=0.000
Diagram Lintasan Model Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Restoran ABWS Estimasi Standardized Solution (SS)
Pada Gambar 6. melalui model hasil estimasi Standardized Solution (SS)
menunjukkan besarnya pengaruh dimensi-dimensi atribut bauran pemasaran 7P
80
terhadap kepuasan di Restoran ABWS. Faktor muatan (loading factor)
menujukkan seberapa besar tingkat kontribusi atau tingkat keeratan hubungan
antar variabel dalam membentuk variabel laten. Nilai lamda yang paling besar
menunjukkan bahwa variabel indikator tersebut berpengaruh dalam membentuk
variabel laten. Nilai muatan faktor variabel kepuasan menunjukkan besarnya
pengaruh variabel laten eksogen terhadap kepuasan. Nilai muatan faktor variabel
laten eksogen yang positif menggambarkan kontribusi positif terhadap kepuasan,
sedangkan nilai negatif pada variabel laten eksogen menunjukkan kontribusi yang
negatif terhadap pembentukan kepuasan.
8.4.
Uji Kecocokan
Model yang telah diestimasi harus diuji kecocokan atau tingkat
kebaikannya dalam menggambarkan kepuasan dan loyalitas konsumen Toko
Trubus yang sebenarnya. Terdapat beberapa ukuran kecocokan yang dapat
digunakan untuk menunjukkan bahwa model secara keseluruhan sudah baik.
Menurut Sitinjak dan Sugiarto (2006) SEM mempunyai uji statistik terbaik yang
dapat menjelaskan kekuatan prediksi model. Adapun beberara fit indeks yang
digunakan dalam penelitian antara lain dari Chi-Square (x2)/df, Significant
Probability (P-Value), RMR (Root Mean Square Residual), GFI (Goodness of Fit,
AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index).
Model diagram lintas memiliki ukuran kebaikan model (goodness of fit)
yang cukup baik untuk menjelaskan data. Nilai hasil uji degree of freedom model
telah sesuai dengan model fit dimana derajat bebas bernilai positif 422. Model ini
memiliki chi-square 142,00, dengan derajat bebas 422 dan p-value 1,000 serta
RMSEA 0,000 berdasarkan
nilai yang didapat, keseluruhan. Dari hasil uji
diperoleh nilai P-value model sebesar 1.00000 sehingga model dapat menjelaskan
data secara konfrehensif karena nilai yang dihasilkan lebih besar dari nilai
minimum yang disarankan yaitu sebesar ≥ 0,05. Model yang dibangun memiliki
nilai yang sesuai sehingga model dapat menjelaskan informasi empiris sesuai data
yang dikumpulkan. Adapun tabel kebaikan model diagram lintas penilitian ini
dapat dilihat pada Tabel 33.
81
Tabel 35. Godness of Fit Model SEM
Goodness-of-Fit
Significance Probability (P-value)
RMR (Root Mean Square Residual)
RMSEA (Root Mean square Error of
Approximation)
GFI (Goodness of Fit)
AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index)
CFI (Comparative Fit Index)
NFI (Normed Fit Index )
8.5.
Cutt-off-Value
0,05
Hasil
1.000
keterangan
Good Fit
0,05 atau 0,1
0,08
0.069
0.000
Good Fit
Good Fit
0,90
0,90
0.99
0.98
Good Fit
Good Fit
0,90
0,95
0.99
0.98
Good Fit
Good Fit
Hubungan Antar Variabel Structural Equation Model
Hubungan variabel indikator terhadap variabel latennya (variabel
kepuasan) adalah sebesar nilai faktor muatan variabel tersebut terhadap variabel
pembentuknya . Berdasarkan nilai uji-T pada diagram lintasan, hubungan antar
variabel tersebut lebih mudah untuk diinterpretasikan. Jika nilai Thitung > Ttabel
dengan (α) 0,05 (Ttabel= 1,96), maka suatu variabel berpengaruh nyata atau
signifikan terhadap variabel lainnya. Jika t-hitung lebih kecil dibandingkan t-tabel
maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel
lainnya.
Pada penelitian ini menggunakan dimensi bauran pemasaran 7P product,
place, people, physical evidence dan process. Dari hasil analisis dengan
menggunakan SEM dan hasil output uji-t dapat dilihat pada Gambar 6 dan
Gambar 7, terdapat dua variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan yaitu variabel price dan promotion. Pada dimensi price dan
promotion tidak memiliki pengaruh yang signifikan dikarenakan adanya atribut
yang kurang diperhitungkan oleh beberapa responden. Keempat variabel lainnya
yaitu product, place, people, physical evidence dan process memiliki pengaruh
yang signifikan dalam membangun kepuasan. Pada variabel kepuasanan dan
loyalitas memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel lainnya. Berikut
adalah diagram lintasan model kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran ABWS
berdasarkan nilai uji-T yang telah sesuai dengan kriteria goodness of fit model
pada Gambar 8.
82
18.69
X 11
20.13
X 12
16.96
X 13
15.24
X 14
17.63
X 15
17.83
X 16
16.34
X 21
12.71
X 22
15.94
X 23
8.08
X 24
24.60
X 31
24.60
X 32
1.07
X 41
6.18
X 42
24.60
X 51
24.60
X 52
24.60
X 53
24.60
X 54
17.53
X 61
13.73
X 62
10.77
X 63
11.47
X 64
14.17
X 65
9.80
X 66
15.19
X 71
15.18
X 72
18.75
5.77
17.15
X 73
9.22
X 74
28.64
26.60
28.69
32.45
27.73
30.31
31.45
31.34
32.25
34.49
20.20
13.58
34.21
25.09
17.55
17.62
17.40
17.86
20.47
27.66
33.46
32.27
28.82
33.89
X1
X2
2.00
X3
5.28
Y11
11.29
Y21
12.36
Y22
10.62
Y23
9.35
15.08
0.00
KEPUASANœ
0.49
21.57
X4
2.26
-8.14
X5
LOYALITA€
27.50
4.12
28.19
X6
X7
34.67
34.23
27.77
30.72
39.16
Chi-Square=142.00,
df=422,
P-value=1.00000, RMSEA=0.000
X 75
Gambar 8. Diagram Lintasan Model Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Restoran ABWS Berdasarkan Nilai T-Value
8.5.1. Hubungan Antara Variabel Indikator (λx) terhadap variabel laten
Eksogen (Dimensi 7P (ξ))
Pada penelitian ini, menggunakan instrument bauran pemasaran 7P
meliputi product, price, place, promotion, people, physical evidence dan process
untuk menganalisis hubungan setiap variabel eksogen yang dibentuk dimensi
bauran pemasaran 7P. Faktor muatan ( atau lamda) menujukkan seberapa besar
tingkat kontribusi atau pengaruh variabel indikator dalam membentuk variabel
laten. Nilai lamda yang paling besar menunjukkan bahwa variabel indikator
tersebut berpengaruh dalam membentuk variabel laten. Semakin besar nilai
muatan faktor yang dimiliki maka semakin besar pengaruh dari indikator tersebut
terhadap variabel latennya yang mampu membentuk kepuasan konsumen pada
Restoran ABWS. Nilai muatan faktor variabel indikator model pengukuran dapat
dilihat pada masing-masing penjelasanan dibawah ini.
1)
Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Product (Produk)
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa enam
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten product (produk)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5 persen). Hal ini menunjukkan
83
bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap dimensi
product (produk).
Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui variabel indikator tertinggi pada
pada dimensi product adalah kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan (X14)
sebesar 0,59. Hal ini dikarenakan atribut tersebut menjadi pertimbangan utama
dalam membentuk kepuasan pada dimensi product. Sebagian besar responden
menyatakan Restoran ABWS menjanjikan gambar menu ayam bakar sesuai
dengan kenyataan pesanan. Responden biasanya mudah tertarik dengan gambar
visual seperti foto menu makanan dan minuman. Hal ini dibuktikan bahwa
terdapat 132 orang responden merasa puas dan 25 orang responden yang merasa
sangat puas dengan kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan di Restoran
ABWS. Oleh karena itu pihak manajemen harus menajdikan hal ini sebagai
prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan konsumen pada dimensi product.
Tabel 36. Nilai Faktor Muatan Dimensi Product (Produk)
Variabel Indikator
Cita rasa masakan khas ayam bakar dari Restoran ABWS
Aroma ayam bakar
Porsi ayam bakar
Kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan
Ketersediaan beragam menu pilihan (makanan dan
minuman)
Cita rasa menu makanan (selain menu ayam bakar)
Ket
SS
X11
X12
X13
X14
X15
0,49
0,44
0,51
0,59
0,47
X16
0,53
Indikator cita rasa menu makanan (selain menu ayam bakar) (X16)
menjadi indikator kedua terbesar pertimbangan utama dalam membetuk kepuasan
karena cita rasa merupakan daya tarik pertama bagi seorang konsumen untuk
membeli makanan. Hal ini dibuktikan dari 114 responden berpendapat bahwa cita
rasa menu makanan (selain menu ayam bakar) sudah lezat walaupun masih
terdapat tujuh responden yang merasa cita rasa menu makanan (selaian menu
ayam bakar) belum terlalu lezat. Cita rasa makanan (selain menu ayam bakar)
berkaitan erat dengan mutu bahan baku yang digunakan, dengan cita rasa yang
enak dapat mempengaruhi responden dalam melakukan pembelian ulang. Untuk
itu perlu diperhatikan oleh pihak manajemen Restoran ABWS dalam hal
memperbaiki cita rasa menu makanan (selain ayam bakar).
84
Variabel indikator yang terkecil dalam mengukur dimensi product adalah
aroma ayam bakar (X2) dengan nilai muatan faktor sebesar 0,44. Rendahnya nilai
faktor muatan dari indikator aroma ayam bakar kemungkinan disebabkan karena
setiap indra penciuman responden berbeda-beda, biasanya apabila pesanan sudah
datang responden langsung menyantap menu ayam bakar tanpa mencium
aromanya terlebih dahulu, membuat indikator tersebut menjadi hal yang biasa di
mata konsumen dan dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar. Namun pada
cita rasa masakan khas ayam bakar dari Restoran ABWS memiliki muatan faktor
lebih besar 0,05 dari aroma ayam bakar. Artinya responden lebih mementingkan
atribut cita rasa ayam bakar dibandingkan dengan aroma ayam bakar. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator dalam mengukur dimensi
product dan yang paling memenuhi harapan responden adalah kesesuaian menu
ayam bakar dengan pesanan.
2) Hubungan Variabel Indikator terhadao Dimensi Price
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa empat
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten price (harga)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5 persen). Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap dimensi price
(harga). Faktor muatan pada dimensi price secara berurutan pada Tabel 35.
Tabel 37. Nilai Faktor Muatan Dimensi Price (Harga)
Variabel Indikator
Harga berbagai menu makanan yang disajikan (selain menu ayam
bakar)
Harga berbagai menu minuman yang disajikan
Harga menu ayam bakar
Kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang
disajikan
Ket
X21
SS
0,59
X22
X23
X24
0,66
0,60
0,76
Berdasarkan Tabel 35, dapat diketahui variabel indikator tertinggi pada
pada dimensi price adalah kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang
disajikan (X24) sebesar 0,76. Hal ini dikarenakan atribut tersebut menjadi
pertimbangan utama dalam membentuk kepuasan pada dimensi price. Hal ini
sesuai dengan pernyataan responden sebesar 77 persen puas dan 16 persen sangat
85
puas terhadap harga produk yang ditawarkan oleh Restoran ABWS sudah sesuai
dengan yang responden harapkan. Namun pada kesesuaian harga dengan kualitas
menu ayam bakar yang disajikan memiliki muatan faktor lebih besar 0,16 dari
harga menu ayam bakar, harga yang ditetapkan oleh Restoran ABWS sudah
terjangkau. Variabel indikator
yang terkecil dalam mengukur dimensi price
adalah Harga berbagai menu makanan yang disajikan (selain menu ayam bakar)
(X21) dengan nilai muatan faktor sebesar 0,59. Sebagian besar responden merasa
harga berbagai menu makanan yang disajikan (selain menu ayam bakar) sudah
sesuai, namun masih ada konsumen yang merasa harga menu makanan (selain
ayam bakar) cukup mahal bila dibandingkan dengan restoran lain yang sejenis.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator dalam mengukur
dimensi price dan yang paling memenuhi harapan responden adalah kesesuaian
harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan (X24).
3) Hubungan Variabel Indikator terhadao Dimensi Place
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa dua
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten place (tempat)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan lima persen). Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap
dimensi place (tempat). Faktor muatan pada dimensi place secara berurutan pada
Tabel 36.
Tabel 38. Nilai Faktor Muatan Dimensi Place (Tempat)
Variabel Indikator
Kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran
Ketersediaan sarana parkir
Ket
X31
X32
SS
0,90
0,59
Pada dimensi place terdapat dua variabel indikator yaitu kemudahan dalam
menjangkau lokasi dan ketersediaan sarana parkir. Berdasarkan Tabel 36, dapat
diketahu bahwa muatan faktor tertinggi pada variabel kemudahan dalam
menjangkau lokasi restoran (X31) yaitu sebesar 0,90. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa terdapat 116 orang responden merasa puas dan 31 orang responden merasa
sangat puas dalam kemudahan menjangkau lokasi Restoran. Restoran ABWS
terletak berdekatan dengan jalan utama Kota Medan, berada di dekat Bandara
86
Internasional Polonia pusat perumahan serta beberapa
perkantoran. Sehingga
memudahkan konsumen mencari lokasi restoran yang sesuai dengan jangkauan
konsumen. Lokasi ini menyebabkan terpenuhinya kepuasan konsumen, karena
konsumen dapat dengan mudah dan cepat sampai ke Restoran ABWS. Pada
penelitian ini berbeda dengan Sari (2008) yaitu kemudahan memperoleh tempat
parkir yang paling mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap Restoran Ayam
Geprek Istimewa Bogor.
Sementara itu, variabel indikator terkecil yang mengukur dimensi place
adalah ketersediaan sarana parkir (X32) sebesar 0,52. Sebagian besar responden
menyatakan bahwa ketersediaan sarana parkir yang disediakan sangat luas dan
mudah, namun adapula konsumen yang menyatakan fasilitas parkir di Restoran
ABWS sangat luas tapi belum dikelola dengan baik. Para pengendara sepeda
motor cukup sulit untuk mengetahui area parkir khusus untuk pengendara sepeda
motor. Untuk itu perlu di perhatikan adanya pengelolaan ketersediaan tempat
parkir khusus mobil dan sepeda motor agar konsumen lebih mudah untuk parkir.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator dalam mengukur
dimensi place dan yang paling memenuhi harapan responden adalah Kemudahan
dalam menjangkau lokasi restoran (X31).
4) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Promotion
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa
dua
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten promotion
(promosi) memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan lima persen). Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap
dimensi promotion (promosi). Faktor muatan pada dimensi promotion secara
berurutan pada Tabel 37.
Tabel 39. Nilai Faktor Muatan Dimensi Promotion (Promosi)
Variabel Indikator
Pencantuman logo dan nama restoran
Promosi penjualan melalui media
(cetak & elektronik)
Ket
X41
X42
SS
0,97
0,81
87
Pada dimensi promotion
terdapat dua variabel indikator yaitu
pencantuman logo dan nama restoran (X41) dan promosi penjualan melalui media
(cetak dan elektronik) (X42) . Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahu bahwa muatan
faktor tertinggi pada variabel indikator pencantuman logo dan nama restoran
(X41) yaitu sebesar 0,97. Papan nama yang menunjukan identitas sebuah usaha
yang memuat berbagai informasi yang jelas dan mampu menarik minat konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara, responden menilai bahwa papan nama Restoran
ABWS dianggap baik karena menurut responden papan nama dipasang sangat
menarik, apalagi logo pada Restoran ABWS sudah banyak berubah sejak logo
Restoran ABWS berdiri. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat 114 orang
responden merasa puas dan 37 orang responden merasa sangat puas dalam
pencantuman logo dan nama Restoran ABWS.
Variabel indikator promosi penjualan melalui media (cetak & elektronik)
(X42) merupakan variabel indikator terkecil dalam mengukur dimensi promotion
dengan nilai muatan faktor 0,81. Walaupun promosi merupakan salah satu cara
yang efektif untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen, pihak
Restoran ABWS sudah jarang promosi melalui media cetak dan elektronik.
Sehingga konsumen tidak merasakan adanya promosi dari Restoran ABWS.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator dalam mengukur
dimensi promotion dan yang paling memenuhi harapan responden adalah
pencantuman logo dan nama restoran (X41).
5) Hubungan Variabel Indikator terhadao Dimensi People
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa empat
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten people (orang)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5persen). Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap dimensi people
(orang). Faktor muatan pada dimensi promotion secara berurutan pada Tabel 38.
88
Tabel 40. Nilai Faktor Muatan Dimensi People (orang)
Variabel Indikator
Kesigapan pramusaji
Kesopanan & keramahan pramusaji
Penampilan pramusaji
1 Pengetahuan pramusaji terhadap menu
Pada dimensi people
terdapat empat
Ket
X51
X52
X53
X54
SS
0,76
0,77
0,72
0,81
variabel indikator kesigapan
pramusaji (X51), kesopanan & keramahan pramusaji (X52), penampilan
pramusaji (X53) dan pengetahuan pramusaji terhadap menu (X54). Berdasarkan
Tabel 35, dapat diketahu bahwa muatan faktor tertinggi pada variabel indikator
pengetahuan pramusaji terhadap menu (X54) yaitu sebesar 0,81. Pengetahuan
pramusaji terhadap produk adalah bagaimana pramusaji mengerti dan memahami
makanan dan minuman yang ditawarkan mulai dari rasa, bahan dasar, dan jenis.
Konsumen terkadang ingin mencoba menu baru yang belum pernah dicoba
sebelumnya. Hal ini mengharuskan konsumen bertanya kepada pramusaji tentang
produk baru tersebut. Sebagian responden menyatakan pramusaji sudah memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai semua menu makanan dan minuman,
walaupun masih ada responden yang menyatakan bahwa pramusaji di Restoran
ABWS harus lebih ditingkatkan lagi pengetahuannya dalam memberikan
informasi yang lebih lengkap kepada konsumen. Pada penelitian ini berbeda
dengan penelitian Sari (2008) yaitu kecepatan pelayanan merupakan variabel yang
paling mempengaruhi kepuasan terhadap Restoran Ayam Geprek Istimewa Bogor.
Variabel indikator kesopanan & keramahan pramusaji (X52), kesigapan
pramusaji (X51) dan penampilan pramusaji (X53) memiliki nilai muatan faktor
yang cukup besar, namun yang memiliki faktor muatan terbesar yaitu indikator
kesopanan & keramahan pramusaji (X52) sebesar 0,77, sedangkan indikator
kesigapan pramusaji (X51) memiliki muatan faktor yang tidak jauh berbeda yaiu
0,76. Sedangkan indikator penampilan pramusaji (X51) sebesar 0,72. Hal ini
berarti kesopanan & keramahan pramusaji menjadi pertimbangan utama
dibanding kesigapan karyawan dan penampilan pramusaji. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa variabel indikator dalam mengukur dimensi people dan
yang paling memenuhi harapan responden adalah pengetahuan pramusaji terhadap
menu (X54).
89
6) Hubungan Variabel Indikator terhadao Dimensi Physical Evidence
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa enam variabel
indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten physical evidence (bukti fisik)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5persen). Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap dimensi
physical evidence (bukti fisik). Faktor muatan pada dimensi physical evidence
secara berurutan pada Tabel 39.
Berdasarkan Tabel 40, dapat diketahui bahwa muatan faktor tertinggi pada
variabel indikator ketersedian fasilitas (Musholla & taman) (X66) yaitu sebesar
0,77. Ketersediaan fasilitas (Musholla & taman) memiliki kontribusi terbesar
dalam permbentukan kepuasan konsumen. Konsumen akan merasa puas jika
Musholla yang ada bersih, wangi, tersedianya perlengkapan beribadah sehingga
konsumen merasa senang menggunakannya. Taman dengan dekorasi yang indah
serta dipenuhi dengan tanaman-tanaman yang bagus akan membuat mata
konsumen merasa segar dan merasa nyaman. Walaupun demikian, terdapat
beberapa responden yang menyatakan perlengkapan beribadah pada Musholla
kurang bersih dan masih ada kotoran sampah di area taman.
Tabel 41. Nilai Muatan Dimensi Physical Evidence (bukti fisik)
Variabel Indikator
Ket
Dekorasi ruangan restoran
X61
Ketersediaan toilet & wastafel
X62
Kebersihan peralatan makanan
X63
Kebersihan dan kerapihan restoran
X64
Kesejukan restoran
X65
Ketersedian fasilitas (Musholla & taman)
X66
SS
0,49
0,65
0,75
0,73
0,65
0,77
Kebersihan peralatan makanan (X62) menempati urutan kedua sebagai
variabel indikator yang memiliki pengaruh besar dalam kepuasan konsumen yaitu
sebesar 0,75. Kebersihan dan kerapihan restoran (X64) menempati urutan ketiga
sebagai variabel indikator yang memiliki pengaruh besar dalam kepuasan
konsumen yaitu sebesar 0,73. Kerbersihan dan kerapihan restoran juga turut
mempengaruhi kepuasan konsumen. Berdasarkan pendapat responden, kebersihan
dan kerapihan Restoran ABWS tidak tertata dengan baik. Hali ini dapat dilihat
90
dari masih adanya kotoran atau debu di atas meja makan dan lantai. Sehingga
membuat konsumen sedikit terganggu dengan adanya kotoran tersebut.
Sementara itu, variabel indikator terkecil yang mengukur kepuasam
dimensi physical evidence adalah dekorasi ruangan restoran (X61) sebesar 0,49.
Pada saat ini Restoran ABWS sedang dalam tahap pembangunan dan renovasi,
sehingga pada saat responden datang ke Restoran ABWS, dekorasi ruangan
belum selesai dan menurut beberapa responden hal tersebut sangat mengganggu
pemandangan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator
dalam
mengukur dimensi physical evidence (bukti fisik) dan yang paling
memenuhi harapan responden adalah ketersedian fasilitas ( Musholla & taman)
(X66).
7) Hubungan Variabel Indikator terhadao Dimensi Process
Berdasarkan hasil analisis data pada uji-T, menunjukkan bahwa lima
variabel indikator yang diamati untuk mengukur variabel laten process (proses)
memiliki nilai uji-t diatas 1,96 (tingkat signifikan 5 persen). Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh variabel indikator berpengaruh signifikan terhadap dimensi process
(proses). Faktor muatan merupakan besarnya kontribusi relative terhadap variabel
indikator terhadap dimesinya, Faktor muatan pada dimensi process
secara
berurutan pada Tabel 40.
Berdasarkan data pada Tabel 40, dapat diketahu bahwa muatan faktor
tertinggi pada variabel indikator transaksi pembayaran (X75) yaitu sebesar 0,74.
Kecepatan transaksi adalah kecepatan pramusaji dalam melayani pembayaran
konsumen. Pembayaran dilakukan dengan dua cara yaitu konsumen datang sendiri
ke kasir Restoran ABWS
atau pramusaji yang datang kepada konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, kecekatan yang dimiliki kasir
Restoran ABWS dirasa cukup cepat sehingga konsumen tidak perlu menunggu
lama. Sebagian responden menyatakan kecepatan transaksi terasa lama pada harihari tertentu seperti hari sabtu dan minggu.
91
Tabel 42. Nilai Muatan Dimensi Process (Proses)
Variabel Indikator
Kecepatan pramusaji melayani dari mulai konsumen duduk
Kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu
pemesanan
Jam buka Restoran ABWS yaitu pukul 09.00 WIB
Jam tutup Restoran ABWS yaitu pukul 23.00 WIB
Kecepatan transaksi pembayaran
Kecepatan pramusaji melayani dari mulai konsumen duduk
Kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu
pemesanan
Kecepatan pramusaji melayani dari mulai konsumen
Ket
X71
X72
SS
0,60
0,59
X73
X74
X75
X71
X72
0,45
0,51
0,74
0,60
0,59
duduk (X71)
menempati urutan kedua sebagai variabel indikator yang memiliki pengaruh besar
dalam kepuasan konsumen yaitu sebesar 0,60. Kecepatan penyajian makanan
terhitung dari waktu pemesanan (X72) menempati urutan ketiga sebagai variabel
indikator yang memiliki pengaruh besar dalam kepuasan konsumen yaitu sebesar
0,59. Atribut ini menjadi pertimbangan pendukung yang dirasa penting
keberadaannya. Hal ini dikarenakan atribut tersebut membentuk kepuasan
konsumen. Pramusaji yang cepat dalam melayani dari konsumen duduk namun
jika tidak cepat dalam penyajian makanan terhitung dari waktu pemesanan akan
mempengaruhi kepuasan konsumen. Kecepatan penyajian ini menjadi sangat
penting bagi konsumen karena kondisi di saat konsumen yang sedang lapar. Hal
ini dapat dibuktikan dari 26 orang responden merasa tidak puas dan 10 orang
responden
merasa sangat tidak puas terhadap kecepatan penyajian makanan
terhitung dari waktu pemesanan. Responden yang merasa tidak puas dan sangat
tidak puas terhadap kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu pemesanan
disebabkan oleh faktor permasalahan di lapangan seperti staff di dapur dalam
pembuatan makanan dan minuman dirasa masih kurang cepat sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap kecepatan pramusaji dalam mengantar makanan
dan minuman. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel indikator
dalam mengukur dimensi process dan yang paling memenuhi harapan responden
adalah transaksi pembayaran (X75).
92
8.5.2. Hubungan Antara Variabel Indikator (λy) terhadap Variabel Laten
Endogen (Kepuasan (η1) dan Loyalitas (η2))
Hubungan dari setiap indikator memiliki hubungan yang berbeda-beda
terhadap variabelnya. Pada Tabel 38, menjelaskan seberapa besar variabel
indikator mengukur variabel endogen (kepuasan dan loyalitas).
Tabel 43. Nilai Muatan Faktor (λ) Variabel Dalam Model Pengukuran
Variabel laten
Endogen
Kepuasan ( η1)
Ket
Y11
Kepuasan Secara Keseluruhan
0,58
15,08
Loyalitas ( η2)
Y21
Y22
Pembelian Ulang
Kesediaan memebeli jika harga
naik
Rekomendasi kepada orang lain
0,66
0,70
27,50
0,73
28,19
Y23
Variabel Indikator
SS
Uji-t
1) Hubungan Variabel Indikator Kepuasan Seacara Keseluruhan Terhadap
Variabel Laten Endogen (Kepuasan)
Pada penelitian ini, variabel indikator untuk mengukur variabel kepuasan
adalah variabel secara keseluruhan (Y11). Variabel indikator tersebut merupakan
atribut untuk mengetahui informasi mengenai kepuasan responden secara
keseluruhan terhadap fasilitas dan produk yang ditawarkan oleh Restoran ABWS.
Pada Tabel 12 diketahui bahwa muatan faktor indikator Y11 adalah sebesar 0,58.
Nilai muatan faktor Y11 yang cukup besar disebabkan oleh terdapat 114 orang
responden yang merasa puas dan 49 orang merasa sangat puas terhadap pelayanan
dan produk yang ditawarkan oleh Restoran ABWS secara keseluruhan.
2) Hubungan Variabel Indikator Kepuasan Seacara Keseluruhan Terhadap
Variabel Laten Endogen (Kepuasan)
Variabel indikator loyalitas pada penelitian ini diukur oleh tiga variabel
indikator, yaitu pembelian ulang (Y11), kesediaan membeli jika harga naik (Y22)
dan rekomendasi kepada orang lain (Y23). Berdasarkan nilai muatan faktornya
variabel indikator terbesar dalam mengukur variabel loyaltas adalah rekomendasi
kepada orang lain (Y23) sebesar 0,73. Tingginya nilai muatan faktor tersebut
disebabkan terdapat 129 orang responden yang setuju dan 39 orang sangat setuju
untuk merekomendasikan Restoran ABWS kepada orang lain. Berdasarkan hasil
93
wawancara sebagian besar responden sudah melakukan rekomendasi kepada
orang lain baik itu kepada keluarga, kolega atau teman. Hal ini cukup potensial
dalam pemasaran, karena biasnaya konsumen akan mempercayai informasi dari
dari konsumen lain yang sudah pernah mencoba suatu produk atau jasa.
Variabel indikator terkecil dalam mengukur loyalitas konsumen Restoran
ABWS adalah variabel kesediaan membeli jika harga naik (Y22) sebesar 0,66.
Hal ini berdasarkan sebanyak 133 responden menyatakan setuju dan 35 responden
menyatakan sangat setuju untuk kesediaan membeli jika harga naik. Alasan
responden sebagian besar merasa harga yang ditawarkan sudah sesuai dengan
kualitas yang diberikan, namun hanya satu orang responden yang tidak setuju dan
satu orang responden menyatakan sangat tidak setuju untuk kesesiaanya membeli
jika harga naik. Hal ini disebabkan jika harga pada menu di Restoran ABWS naik,
maka responden tersebut akan mencari produk serupa di restoran lain. Dari ketiga
variabel indikator tersebut yang dapat mengukur variabel loyalitas konsumen
adalah keinginan untuk merekomendasikan Restoran ABWS kepada orang lain.
Untuk nilai Uji-t yang terbesar adalah variabel pembelian ulang dengan
nilai tak terhingga yang berarti variabel ini menjadi menjadi yang paling
signifikan. Nilai signifikansi tersebut adalah tanggapan dari responden terhadap
variabel tersebut. Sedangkang nilau Uji-t terbesar kedua berturut-turut adalah
rekomendasi kepada orang lain dan kesediaan membeli jika harga naik dengan
nilai signifikansi sebesar 28,19 dan 27,50. Dari hasil penelitian ini variabel
pembelian ulang mendapat tanggapan yang paling baik dari responden.
8.5.3. Hubungan Dimensi Bauran Pemasaran 7P (ξ) terhadap Variabel
Kepuasan (η1) dan Loyalitas (η2)
Keeratan hubungan dari setiap kualitas pelayanan dengan variabel
kepuasan dan loyalitas tergambar dari model struktural. Koefisien gamma (γ) dan
beta (β) dari hubungan antar variabel laten dalam model struktural dapat dilihat
pada Tabel 42 di bawah ini.
94
Tabel 44. Nilai Gamma (γ) dan Beta (β) dari Hubungan Antar Variabel Laten
dalam Model Struktural
Variabel Laten Eksogen
Product
Price
Place
Promotion
People
Physical Evidence
Process
Kepuasan
Variabel Laten Endogen
Kepuasan
Kepuasan
Kepuasan
Kepuasan
Kepuasan
Kepuasan
Kepuasan
Loyalitas
Koefisien ( γ , β)
0,20
0,00
0,76
0,02
0,11
-0,32
0,50
1,00
1) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Product (Produk) dengan
Kepuasan
Pada dimensi product dibangun oleh enam variabel indikator yaitu, cita
rasa yam bakar, aroma ayam bakar, porsi ayam bakar, kesesuaian menu ayam
bakar dengan pesana, ketersediaan beragam menu pilihan (makanan dan
minuman), dan cita rasa makanan (selain menu ayam bakar). Berdasarkan hasil
analisis data dimensi product pada uji-T yaitu sebesar 2.00 yaitu lebih besar dari
nilai koefisiennya yaitu sebesar 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dimensi
product (produk) berpengaruh secara signifikan atas terbentuknya kepuasam
konsumen. Pada Tabel 42, dapat dilihat dimensi product merupakan dimensi yang
memiliki
hubungan
keeratan
keempat
dengan
kepuasan
dan
menjadi
pertimbangan oleh responden dalam melakukan kunjungan ke Restoran ABWS.
2) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Price (Harga) dengan
Kepuasan
Pada dimensi price dibangun oleh empat variabel indikator yaitu harga
berbagai menu makanan, harga berbagai menu minuman, harga menu ayam bakar
dan kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan. Berdasarkan
hasil analisis data dimensi price pada uji-T yaitu sebesar 0.00 yaitu lebih kecil
dari nilai koefisiennya yaitu sebesar 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dimensi price (harga) tidak berpengaruh secara signifikan atas terbentuknya
kepuasam konsumen. Pada Tabel 42, dapat dilihat dimensi price merupakan
dimensi yang memiliki keeratan hubungan yang paling lemah terhadap kepuasan.
95
Hubungan yang tidak signifikan antara dimensi price dengan kepuasan
diindikasikan karena keragaman data (homogen) dimana responden cenderung
memilih jawaban puas dan sangat puas. Berdasarkan hasil wawancara, responden
merasa harga yang ditawarkan oleh Restoran ABWS sudah sesuai dengan kualitas
ayam bakar yang disajikan. Responden juga berpendapat bahwa harga yang
ditawarkan oleh Restoran ABWS cukup bersaing dengan restoran yang
menawarkan menu sejenis. Hal ini disebabkan bahwa konsumen puas berkunjung
ke Restoran ABWS karena pengaruh dari kinerja place, process, physical
evidence, product dan people bukan disebabkan oleh kinerja price dan promotion.
Konsumen menilai bahwa kinerja place, process, physical evidence, product dan
people memiliki keunggulan dibandingkan dengan restoran lain yang menawarkan
menu ayam sedangkan untuk kinerja price dan promotion relatif sama dengan
restoran lain sehingga price dan promotion Restoran ABWS tidak signifikan
membetuk kepuasan konsumen Restoran ABWS.
3) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Place (Tempat) dengan
kepuasan
Pada dimensi place dibangun oleh duavariabel indikator yaitu kemudahan
dalam menjangkau lokasi restoran dan ketersediaan sarana parkir. Berdasarkan
hasil analisis data dimensi place pada uji-T yaitu sebesar 5.28 yaitu lebih besar
dari nilai koefisiennya yaitu sebesar 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dimensi place (tempat) berpengaruh secara signifikan atas terbentuknya kepuasam
konsumen. Pada Tabel 42, dapat dilihat dimensi place merupakan dimensi yang
memiliki keeratan hubungan terbesar terhadap kepuasan dan memberikan
kontribusi terbesar yang menjadi pertimbangan responden dalam berkunjung ke
Restoran ABWS dan nilai koefisien yang bernilai positif memilik arti bahwa
dimensi place turut menjadi faktor yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan
konsumen. Hal ini dapat dilihat dari indikator kemudahan dalam menjangkau
lokasi restoran memiliki nilai faktor muatan terbesar dalam dimensi place yaitu
sebesar 0,90. Berdasarkan proses keputusan konsumen hal yang paling
menentukan responden untuk berkunjung ke Restoran ABWS sebanyak 25,8
persen adalah kemudahan mencapai lokasi restoran. Lokasi Restoran ABWS
sangat strategis yang berdekatan dengan jalan utama Kota Medan.
96
4) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Promotion (Promosi) dengan
Kepuasan
Pada dimensi promotion dibangun oleh dua variabel indikator yaitu
pencantuman logo dan nama restoran dan promosi penjualan melalui media (cetak
& elektronik).. Berdasarkan hasil analisis data dimensi promotion pada uji-T yaitu
sebesar 0,49 yaitu lebih besar dari nilai koefisiennya yaitu sebesar 1,96. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dimensi promotion (promosi) tidak berpengaruh
secara signifikan atas terbentuknya kepuasam konsumen. Pada Tabel 42, dapat
dilihat dimensi promotion merupakan dimensi yang memiliki keeratan hubungan
yang sangat kecil terhadap kepuasan dan nilai koefisien yang bernilai positif
memilik arti bahwa dimensi place turut menjadi faktor yang dapat meningkatkan
tingkat kepuasan konsumen.
Hubungan yang tidak signifikan antara dimensi promotion dengan
kepuasan diindikasikan karena keragaman data (homogen) dimana responden
cenderung memilih jawaban puas dan sangat puas. Berdasarkan hasil wawancara,
responden merasa Restoran ABWS sudah terkenal. Hal ini dikarenakan Restoran
ABWS sudah berdiri sejak tahun 1993 di Kota Medan dan berdasarkan proses
keputusan konsumen, responden mengetahui informasi mengenai Restoran
ABWS berasal dari Relasi (teman/keluarga) sebanyak 50 persen. Hal ini
disebabkan bahwa konsumen puas berkunjung ke Restoran ABWS karena
pengaruh dari kinerja place, process, physical evidence, product dan people bukan
disebabkan oleh kinerja price dan promotion. Konsumen menilai bahwa kinerja
place, process, physical evidence, product dan people memiliki keunggulan
dibandingkan dengan restoran lain yang menawarkan menu ayam sedangkan
untuk kinerja price dan promotion relatif sama dengan restoran lain sehingga
price dan promotion Restoran ABWS tidak signifikan membetuk kepuasan
konsumen Restoran ABWS.
5) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi People (Orang) dengan
Kepuasan
Pada dimensi people dibangun oleh empat variabel indikator yaitu
kesigapan pramusaji, kesopanan & keramahan pramusaji, penampilan pramusaji,
dan pengetahuan pramusaji terhadap menu. Berdasarkan hasil analisis data
97
dimensi promotion pada uji-T yaitu sebesar 2,26 yaitu lebih besar dari nilai
koefisiennya yaitu sebesar 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dimensi
people (orang)
berpengaruh secara signifikan atas terbentuknya kepuasam
konsumen. Pada Tabel 42, dapat dilihat dimensi people merupakan dimensi yang
memiliki keeratan hubungan yang cukup kecil terhadap kepuasan dan nilai
koefisien yang bernilai positif memilik arti bahwa dimensi people turut menjadi
faktor yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan konsumen.
6) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Physical Evidence (Bukti
Fisik) dengan Kepuasan
Pada dimensi physical evidence dibangun oleh enam variabel indikator
yaitu dekrasi ruangan restoran, ketersediaan toilet & wastafel, kebersihan
peralatan makanan, kebersihan & kerapihan restoran, kesejukan restoran, dan
ketersediaan fasilitas (Musholla & taman). Berdasarkan hasil analisis data dimensi
promotion nilai uji-T sebesar -8,14 yaitu lebih besar dari nilai koefisiennya yaitu
sebesar 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dimensi physical evidence (bukti
fisik) berpengaruh secara signifikan atas terbentuknya kepuasan konsumen. Pada
Tabel 42, dapat dilihat dimensi physical evidence memiliki hubungan keeratan
ketiga terhadap kepuasan dan memiliki koefisien bernilai negatif yang berarti
dimensi physical evindence memberikan pengaruh terhadap penurunan kepuasan
secara total.
Berdasarkan pengamatan selama dilapangan, Restoran ABWS sedang
melakukan tahap renovasi gedung dan dekorasi. Hal ini diperkuat pada variabel
indikator dekorasi ruangan restoran memiliki faktor muatan terendah dalam
mengukur dimensi physical evindence. Sebagian responden menyatakan, mereka
sangat terganggu dengan adanya perbaikan dekorasi ruangan restoran yang belum
selesai. Oleh karena itu, pihak manajemen Restoran ABWS segera mempercepat
perbaikan dekorasi ruangan agar responden nyaman dan akan meningkatkan
kepuasan konsumen.
98
7) Hubungan Variabel Indikator terhadap Dimensi Proces
(Proses) dengan
kepuasan
Pada dimensi proces dibangun oleh lima variabel indikator yaitu kecepatan
pramusaji melayani dari mulai konsumen duduk, kecepatan penyajian makanan
terhitung dari waktu pemesanan, jam buka restoran, jam tutup retoran dan
kecapatan transaksi pembayaran. Berdasarkan hasil analisis data dimensi proces
pada uji-T yaitu sebesar 4,12 yaitu lebih besar dari nilai koefisiennya yaitu sebesar
1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dimensi people (orang) berpengaruh
secara signifikan atas terbentuknya kepuasam konsumen. Pada Tabel 42, dapat
dilihat dimensi proces merupakan dimensi memiliki keeraan hubungan terbesar
kedua terhadap kepuasan dan nilai koefisien yang bernilai positif memilik arti
bahwa dimensi people turut menjadi faktor yang dapat meningkatkan tingkat
kepuasan konsumen.
Keeratan hubungan ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu kecepatan
transaksi pembayaran dan kecepatan pramusaji melayani dari mulai kosnumen
duduk. Responden merasa pramusjai sigap dalam emlayani dari mulai konsumen
duduk, memesan produk hingga proses transaksi pembayaran. Kesigapan
pramusaji juga ditunjang oleh kecekatan yang dimiliki kasir sehingga proses
transaksi pembayaran cepat sehingga responden tidak perlu menunggu lama. Hal
ini membuat responden merasa puas karena pelayanan dari awal duduk hingga
proses pembayaran akhir terlayani dengan baik.
8) Hubungan Variabel Indikator Kepuasan dengan Loyalitas
Kepuasan memiliki hubungan keeratan yang kuat dengan variabel loyalitas
adalah sebesar 1.00 dengan nilai uji-t yang lebih besar dari 1,96 yakni sebesar
21,57. Nilai yang besar tersebut menunjukkan bahwa kepuasan memiliki
hubungan yang erat dengan loyalitas Kepuasan yang dirasakan konsumen dapat
menciptakan kesetiaan dan kepercayaan terhadap Restoran ABWS dengan
pembelian
ulang
produk,
kesediaan
membeli
jika
harga
naik
serta
merekomendasikan Restoran ABWS kepada orang lain. Hubungan yang
signifikan antara kepuasan dengan loyalitas menunjukkan bahwa dimensi product,
price, place, promotion, people, physical evidence dan process dipandang mampu
untuk menjelaskan kepuasan.
99
IX. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN IMPLIKASI ALTERNATIF
BAURAN PEMASARAN
9.1.
Hubungan Hasil Analisis Karateristik Umum dengan Kepuasan
Secara Umum
Variabel yang ingin diketahui hubungannya dengan variabel lain adalah
variabel kepuasan secara umum. Data yang digunakan adalah hasil dari
penyebaran kuesioner terhadap kosnumen yang datang ke Restoran ABWS
setelah menyantap hidnagan Restoran ABWS. Analisis ini dilakukan untuk
mengidentifikasi hubungan kepuasan secara umum dianalisis hubungannya
dengan variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pendapatan
per bulan dan pengeluaran per bulan.
1) Hubungan Antara Jenis Kelamin
Tingkat
hubungan
pendidikan
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,003) lebih kecil dari α = 5% artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kepuasan secara umum di Restoran ABWS. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam merasakan hal
kepuasan terhadap produk dan pelayanan yang di berikan oleh Restoran ABWS.
2) Hubungan Antara Usia responden
Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value (0,000) lebih kecil dari α = 5%
artinya ada hubungan antara usia responden dengan kepuasan secara umum di
Restoran ABWS. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi usia yang
dimiliki konsumen maka semakin puas rasa yang akan dialamai konsumen.
Berdasarkan Tabel 43, sebaran responden Restoran ABWS berdasarkan tingkat
usia sebagian besar berumur 25 sampai 35 tahun dengan persentase sebesar 34,1
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Restoran ABWS umumnya
berasa pada usia dewasa lanjut yang rata-rata sudah memiliki pekerjaan dan
menikah, dimana umumnya mereka akan mengajak keluarga, teman atau kolega
untuk makan dan kumpul bersama.
100
3) Status Pernikahan
Tingkat
hubungan
pendidikan
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,796) lebih besar dari α = 5% artinya tidak ada hubungan antara status
pernikahan dengan kepuasan secara umum di Restoran ABWS. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang menikah dan
belum menikah dalam merasakan hal kepuasan terhadap produk dan pelayanan
yang di berikan oleh Restoran ABWS.
4) Pekerjaan
Tingkat
hubungan
pendidikan
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,001) lebih kecil dari α = 5% artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan
kepuasan secara umum di Restoran ABWS. Pada Tabel 43 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden pengunjung Restoran ABWS didominasi oleh para
pekerja dan banyak menghabiskan waktu di kantor, sehingga pada umummnya
mereka membutuhkan waktu berkumpul keluarga, teman atau rekan kerja untuk
sekedar makan diluar, misalnya melakukan dengan tim kerja atau sekedar
menyantap makanan dengan teman di Restoran ABWS.
5) Tingkat Pendidikan
Tingkat
hubungan
pendidikan
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,097) lebih besar dari α = 5% artinya tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan responden dengan penilaian tingkat kepuasan secara umum di
Restoran ABWS. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan
antara tingkat pendidikan responden dalam merasakan hal kepuasan terhadap
produk dan pelayanan yang di berikan oleh Restoran ABWS.
101
6) Pendapatan Per Bulan
Tingkat
hubungan
pendapatan
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,000) lebih kecil dari α = 5% artinya terdapat hubungan antara tingkat
pendapatan responden dengan penilaian tingkat kepuasan secara umum di
Restoran ABWS. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
pengunjung Restoran ABWS berasal dari kalangan mengengah ke atas. Pada
umumnya kalangan menengah ke atas memilih menghabiskan waktu luang utuk
berkumpul bersama keluarga, misalnya makan bersama keluarga atau berkumpul
dengan teman atau rekan kerja di Restoran ABWS.
7) Pengeluaran Per Bulan
Tingkat
hubungan
pengeluaran
dengan
kepuasan
secara
umum
menggunakan SPSS dengan uji Spearmam yang dinyatakan oleh p-value, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Data pada Tabel 43 menunjukkan p-value
(0,162) lebih besar dari α = 5% artinya tidak ada hubungan antara tingkat
pengeluaran responden dengan penilaian tingkat kepuasan secara umum di
Restoran ABWS. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan
antara pengeluaran responden dalam merasakan kepuasan terhadap produk dan
pelayanan yang di berikan oleh Restoran ABWS.
102
Tabel 45. Hubungan Karateristik Konsumen dengan Kepuasan Secara Umum
Keterangan
Sangat Tidak
Puas
Jumlah
%
Kepuasan Secara Umum
Tidak Puas
Puas
Perempuan
2
2
Laki-Laki
0
0
Total
2
1,17
Ket : p-Value = 0,003 , (α = 5%)
5
0
5
% Jumlah
Jenis Kelamin
3
75
0
39
1,2
114
16-18
1
0,6
19-24
1
0,6
25-35
0
0
36-50
0
0
51-65
0
0
< 65
0
0
Total
2
2
Ket : p-value = 0,097, (α = 5%)
2
1
2
0
0
0
5
Usia
2
16
0,6
23
1,2
48
0
25
0
1
0
1
3
114
0,6
0,6
2
3
2
1,2
Ket : p-value = 0,796, (α = 5%)
5
Pelajar/Mahasiswa
1
0,6
Pegawai Negeri
1
0,6
Pegawai Swasta
0
0
Ibu Rumah
0
0
Tangga
Wiraswata
0
0
Pensiunan
0
0
Total
2
1,2
Ket : p-value = 0,001, (α = 5%)
2
1
2
0
SD
1
0,6
SMP
0
0
SMU
1
0,6
Diploma
0
0
Sarjana (S1)
0
0
Master (S2)
0
0
Total
2
1,2
Ket : p-value = 0,097, (α = 5%)
1
1
3
0
0
0
5
Menikah
Belum
menikah
Total
1
1
Jumlah
0
0
5
Total
Sangat Puas
%
Jumlah
%
Jumlah
%
44,11
23
67
20
29
49
3,6
4,1
28,8
102
68
170
60
40
100
9,4
13,5
28,2
14,7
0,6
0,6
67
6
7
8
8
17
3
49
3,6
4,1
4,7
4,7
10
1,8
28,8
25
32
58
33
18
4
170
14,7
18,8
34,1
19,4
10,6
2,4
100
Status Pernikahan
2
70
41,17
1,7
44
25,9
30
19
17,64
11,17
103
67
60,6
39,41
67
49
28,8
170
100
7,1
15,3
17,64
10,6
3
10
7
1
1,7
5,9
4,11
0,6
18
38
39
19
10,6
22,35
23
11,2
26
2
114
15,3
1,2
67
19
9
49
11,17
5,29
28,8
45
11
170
26,47
6,47
100
Pendidikan
0,6
8
0,6
4
1,7
17
0
33
0
43
0
9
3
114
4,7
2,3
10
19,4
25,3
5,3
67
2
3
10
15
16
3
49
1,2
1,8
5,9
8,8
9,4
1,8
28,8
12
8
31
48
59
12
170
7,1
4,7
18,2
28,2
34,7
7,1
100
3
114
Pekerjaan
1,2
12
0,6
26
1,2
30
0
18
0
0
3
103
Tabel 46. Hubungan Karateristik Konsumen dengan Kepuasan Secara Umum
(Lanjutan)
Keterangan
Sangat
Tidak Puas
Jumlah %
Kepuasan Secara Umum
Tidak Puas
Puas
Jumlah
Total
Sangat Puas
< Rp 500.000
1
0,6
Rp 500.000 –
1
0,6
Rp 1.499.999
Rp 2.500.0000
0
Rp 3.499.999
Rp 3.500.000
0
0
–
Rp 4.500.000
> Rp
0
0
4.500.000
Total
2
1,2
Ket : p-Value = 0,000 , (α = 5%)
1
0
% Jumlah
Pendapatan
0,6
16
0
26
%
Jumlah
%
Jumlah
%
9,4
15,2
0
6
0
3,6
18
33
10,6
19,4
2
1,2
19
11,1%
2
1,2
23
13,5
2
1,2
32
18,8
10
5,8
44
25,9
0
0
21
12,4
31
18,2
52
30,6
5
3
114
67
49
28,8
170
100
< Rp250.000
1
0,6
Rp 250.000 –
1
0,6
Rp 500.000
Rp 500.000 –
0
0
Rp1.500.000
Rp 1.500.000
0
0
–
Rp 3000.000
>
0
0
Rp3.000.000
Total
2
1,2
Ket : p-value = 0,162, (α = 5%)
2
1
Pengeluaran
1,2
24
0,6
39
14,1
22,9
6
12
3,5
7,1
33
53
19,4
31,2
1
0,6
36
21,1
20
11,8
57
33,5
0
0
8
4,7
10
5,8
18
10,6
1
0,6
7
4,1
1
0,6
9
5,3
5
3
114
67
49
28,8
170
100
104
9.2.
Implikasi Bauran Pemasaran
Analisis bauran pemasaran merupakan implikasi dari hasil proses
keputusan
konsumen,
karateristik
konsumen
dan
atribut-atribut
yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Strategi pemasaran Restoran ABWS
berkaitan dengan tujuh bauran pemasaran (7P), yaitu strategi produk (product),
harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), proses
(process), dan bukti fisik (physical evidence). Hasil penelitian ini akan
memberikan alternative bauran pemasaran yang dapat digunakan sebagai masukan
untuk pihak manajemen Restoran ABWS yang dapat diaplikasikan dalam
kegiatan operasionalnya.
9.2.1. Strategi Produk
Tempat merupakan lokasi perusahaan dalam melakukan kegiatan fisik
seperti mendistribusikan produknya kepada konsumen. Dalam penelitian ini,
atribut yang berkaitan dengan produk adalah cita rasa masakan khas ayam bakar
dari Restoran ABWS, aroma ayam bakar, porsi ayam bakar, kesesuaian menu
ayam bakar dengan pesanan, ketersediaan beragam menu pilhan (makanan &
minuman) dan cita rasa menu makanan (selain menu ayam bakar). Atribut yang
perlu di pertahankan dan ditingkatkan kinerjanya adalah kesesuaian menu ayama
bakar dengan pesanan dan porsi ayam bakar sedangkang atribut yang yang perlu
diperbaiki kinerjanya adalah cita rasa masakan khas ayam bakar dari Restoran
ABWS.
Atribut kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan telah memberikan
kepuasan pada sebagian besar konsumen sehingga atribut ini perlu dipertahankan.
Responden menilai produk menu ayam bakar sudah sesuai dengan gambar yang
ditampilkan sehingga memenuhi harapan responden. Namun, pihak Restoran
ABWS sebaiknya meningkatkan kualitas gambar untuk menampilkan produk
menu makanan dan minuman yang ditampilkan. Responden menyatakan bahwa,
mereka lebih tertarik melihat gambar menu makanan karena mereka mempunyai
bayangan terhadap produk yang akan di pesan.
Atribut lain yang perlu diperbaiki kinerjanya dalam dimensi produk adalah
Cita rasa menu makanan pada Restoran ABWS baik menu ayam bakar maupun
menu makanan secara keseluruhan harus diperbaiki. Responden menyatakan puas
105
dengan cita rasa yang diberikan oleh Restoran ABWS yang terkenal denga cita
rasa yang khas, akan tetapi selama lebih dari 20 tahun berdiri, pihak manajemen
Restoran ABWS beberapa kali mengganti ramuan bumbu pada ayam bakar,
sehingga bagi konsumen yang sudah menjadi langganan tetap merasakan ada yang
berbeda setiap kali mereka berkunjung dan menyantap menu ayam bakar.
Sebagian besar responden menyatakan mereka merasa tidak nyaman dengan
pergantian ramuan bumbu ayam bakar yang selalu berganti. Untuk itu pihak
manajamen Restoran ABWS harus mempunyai standarisasi bumbu pada menu
ayam bakar yang menjadi andalan produk pada Restoran ABWS. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi ramuan bumbu pada ayam bakar,
menjaga kualitas bumbu yang digunakan dan apabila ingin mengganti ramuan
bumbu ayam bakar untuk tidak dalam satu waktu dijual sehingga konsumen tidak
merasa kecewa dengan berubahnya cita rasa pada produk ayam bakar.
Berdasarkan hasil sebaran responden pada Gambar 29, terdapat 14 persen
responden yang menyatakan bahwa Restoran ABWS perlu untuk menambah
menu baru. Responden ini sebagian menjawab menu yang perlu ditambah adalah
menu sebagai hidangan pencuci mulut seperti agar-agar, roti, ice cream dan lainlain.
9.2.2. Strategi Harga
Strategi harga dalam industri jasa boga sangat penting untuk menjamin
mutu layanan yang akan diberikan kepada konsumen. Dalam penelitian ini, atribut
yang berkaitan dengan harga adalah harga berbagai menu makanan yang disajikan
(selain menu ayam bakar), harga berbagai menu minuman yang disajikan, harga
menu ayam bakar dan kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang
disajikan. Atribut yang perlu di pertahankan dan ditingkatkan kinerjanya adalah
kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan. Pada umumnya,
konsumen Restoran ABWS tidak mempersalahkan harga makanan dan minuman
yang ditawarkan, hal tersebut tercermin dari karateristik responden Restoran
ABWS merupakan konsumen yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi yaitu
di atas Rp 4.500.000,00 per bulan (31 persen).
Pada perhitungan CLI, diketahui sebanyak 98 persen konsumen akan
berbelanjan kembali jika harga pada ayam bakar naik. Hal ini diperkuat oleh
106
karateristik responden yang menyatakan bahwa toleransi batas kenaikan harga
sebesar 1 persen sampai dengan 5 persen dengan jumlah responden yang memilih
sebanyak 93 persen. Dengan pertimbangan tersebut, pihak manajemen Restoran
ABWS harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk. Upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen Restoran ABWS adalah dengan
menerapkan harga promo atau diskon pada waktu-waktu tertentu agar menarik
minat calom pembeli dan upaya meningkatkan kecepatan pelayanan, keramahan
dan kesopanan pramusaji serta meningkatkan kualitas produk sehingga apa yang
konsumen bayar sesuai dengan apa yang didapatkan.
9.2.3
Strategi Tempat
Tempat merupakan lokasi perusahaan dalam melakukan kegiatan fisik
seperti mendistribusikan produknya kepada konsumen. Dalam penelitian ini,
atribut yang berkaitan dengan tempat adalah kemudahan dalam menjangkau
lokasi restoran dan ketersediaansarana parkir. Atribut yang perlu di pertahankan
dan ditingkatkan kinerjanya adalah kemudahan mencapai lokasi dan atribut yang
yang perlu diperbaiki kinerjanya adalah ketersediaan sarana parkir.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inidikator
kemudahan dalam mencapai lokasi dinilai sangat baik mendukung keberadaan
Restoran ABWS. Restoran ABWS terletak berdekatan dengan jalan utama Kota
Medan yaitu Jalan Padang Golf Polonia, juga berada di dekat Bandara
Internasional Polonia dan sangat berdekatan dengan pusat perumahan dan
beberapa perkantoran, sehingga memudahkan konsumen mencari lokasi restoran
yang sesuai dengan jangkauan konsumen.
Lokasi stategis harus didukung dengan adanya ketersediaan sarana parkir
yang memadai, pada atribut ketersediaan sarana parkir dirasa kurang membangun
kepuasan konsumen, karena fasilitas parkir khusus pengguna sepeda motor tidak
diatur dengan baik dengan parkir khusus pengguna mobil. Hal ini membuat sarana
parkir harus diperbaiki kinerjanya. Pihak manajemen Restoran ABWS sebaiknya
mengatur lahan parkir khusus pengguna sepeda motor dan pengguna mobil, pihak
manajemen dapat menyiasati dengan membuat tanda atau tulisan yang
menandakan parkir areal khusus pengguna sepeda motor dan pengguna mobil.
107
9.2.4. Strategi Promosi
Promosi merupakan upaya yang sangat penting dalam memperkenalkan
produk kepada masyarakat luas. Dalam penelitian ini, atribut yang berkaitan
dengan promosi adalah pencantuman nama logo dan restoran dan promosi
penjualan melalui media (cetak & elektronik) Atribut yang perlu di pertahankan
dan ditingkatkan kinerjanya adalah pencantuman nama logo dan restoran dan
atribut yang yang perlu diperbaiki kinerjanya adalah promosi penjualan melalui
media (cetak & elektronik).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inidikator
pencatuman nama logo restoran dinilai sangat baik kinerjanya dan memberikan
kepuasan terhadap responden. Pencatuman nama logo restoran yang menarik
konsumen untuk berkunjung ke Restoran ABWS. Hal ini menjadi masukan bagi
pihak manajemen Restoran ABWS untuk selalu memeriksa keadaan pada display
neon box
yang memuat logo restoran agar tetap hidup di malam hari serta
meninjau kembali umur neon box yang digunakan untuk menghindari kelunturan
warna. Hal ini dilakukan agar konsumen dapat melihat dengan jelas papan nama
nenon box logo Restoran ABWS.
Kemudian, kegiatan promosi penjualan melalui media (cetak & elektronik)
merupakan varibel indikator
terkecil dalam mengukur dimensi promotion
(promosi), responden merasa atribut ini kurang diperhitungkan karena Restoran
ABWS sudah cukup terkenal di Kota Medan. Berdasarkan keterangan pihak
manajemen Restoran ABWS pihak restoran memang selama ini tidak pernah
melakukan kegiatan iklan secara khusus. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh
pihak restoran hanyalah melalui sistem sponsorship dengan surat kabar. Walaupun
atribut ini tidak diperhitungkan oleh konsumen, Restoran ABWS tetap harus
melakukan promosi melalui media cetak dan elektonik. Hal tersebut sangat
penting untuk mengingatkan konsumen tentang adanya Restoran ABWS di Kota
Medan. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen restoran adalah
dengan melakukan iklan dibeberapa media cetak yang cukup berpengaruh di Kota
medan. Konsep promosi iklan dapat juga mencantumkan kupon diskon untuk
menarik konsumen baru bagi Restoran ABWS.
108
Kegiatan promosi lain yang dapat ditempuh adalah melalui media
elektronik dengan membuat account pada jejaring sosial pada facebook, blog atau
twitter. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan jejaring sosial network sangat
cepat dalam meyebarkan sebuah berita, hal ini harus dimanfaatkan oleh pihak
manajemen restoran untuk promosi secara online agar konsumen dengan mudah
dan cepat dalam mendapat informasi seputar Restoran ABWS. Cara lain yang
dapat ditempuh untuk promosi adalah menjadi sponsor dalam kegiatan tertentu
seperti seminar, workshop, bazaar, sehingga melalui acara tersebut Restoran
ABWS mendapat citra positif sehingga meningkatkan brand awareness Restoran
ABWS terhahadap konsumen baru.
9.2.5. Strategi Orang
Orang merupakan aset dalam industri jasa rumah makan, hal ini
disebabkan oleh kebutuhan konsumen yang selalu ingin dilayani sehingga
diperlukan kinerja pramusaji yang mempunyai kinerja yang baik. Dalam
penelitian ini, atribut yang berkaitan dengan promosi adalah kesigapan pramusaji,
kesopanan & keramahan pramusaji, penampilan pramusaji dan pengetahuan
pramusaji terhadap menu. Atribut yang perlu di pertahankan dan ditingkatkan
kinerjanya adalah pengetahuan pramusaji terhadap menu dan kesopanan &
keramahan pramusaji dan atribut yang yang perlu diperbaiki kinerjanya adalah
kesigapan pramusaji.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inidikator
pengetahuan pramusaji terhadap menu dinilai sangat baik kinerjanya dan
memberikan kepuasan terhadap responden. Hal ini sebaikanya dipertahankan
dengan memberikan pelatihan yang intensif kepada seluruh pramusaji terhadap
informasi rasa, bahan dan jenis menu makanan dan minuman pada Restoran
ABWS. Dengan adanya pelatihan yang intensif, diharapkan pramusaji mengetahui
seluruh jenis menu makanan dan minuman, sehingga apabila konsumen bertanya
makan pramusaji mampu menjelaskan informasi seputar produk, hal ini tentunya
akan menghasilkan kepuasan bagi konsumen.
Sedangkan aribut lain adalah kesopanan & keramahan pramusaji pada
Restoran ABWS telah memberikan kinerja yang baik kepada konsumen. Bagi
konsumen, pramusaji pada Restoran ABWS dinilai sangat sopan dan ramah,
109
sehingga hal tersebut harus dipertahankan Pihak manajemen Restoran ABWS
harus memperhatikan dan mempertahankan penampilan dan kesopanan pramusaji,
bahkan dapat ditingkatkan untuk lebih menimgkatkan kepuasan konsumen.
Kesigapan pramusaji pada Restoran ABWS dalam melayani konsumen
dianggap cepat dan sigap. Namun kesigapan pramusaji dalam memberikan
pelayanan masih perlu diperbaiki, dimana pada saat restoran sedang ramai
dikunjungi beberapa konsumen sebagian tidak merasa terlayani. Hal yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen restoran adalah menambah jumlah pramusaji
khusus pada saat restoran sedang ramai dikunjungi.
9.2.6. Strategi Bukti Fisik
Strategi fisik merupakan hal-hal yang menyangkut tentang sebuah
bangunan yang terdiri dari interior, perlengkapan bangungan, sistem cahaya
lampu serta tata ruang . Dalam penelitian ini, atribut yang berkaitan dengan bukti
fisik adalah dekorasi ruangan restoran, ketersediaan toilet & wastafel, kebersihan
peralatan makanan, kebersihan & kerapihan restoran, kesejukan restoran dan
ketersediaan fasilitas (Musholla & Taman). Atribut yang perlu di pertahankan dan
ditingkatkan kinerjanya adalah ketersedian fasilitias (Musholla & taman) dan
kebersihan & kerapihan restoran serta atribut yang yang perlu diperbaiki
kinerjanya adalah dekorasi ruangan restoran.
Berdasarkan hasil penelitian hasil menunjukkan bahwa variabel inidikator
ketersedian fasilitias (Musholla & Taman) dan kebersihan & kerapihan restoran
dinilai sangat baik kinerjanya dan memberikan kepuasan terhadap responden. Hal
ini sebaikanya dipertahankan dengan meningkatkan kebersihan pada kinerja
atribut-atribut tersebut agar dapat memberikan kepuasan bagi konsumen.
Sedangkan atribut dekorasi ruangan restoran merupakan variabel indikator
terkecil dalam mengukur kepuasan. Hal ini dikarenakan Restoran ABWS sedang
dalam tahap renovasi, sehingga pada saat responden datang ke Restoran ABWS
terdapat dekorasi ruangan yang belum selesai dan menurut beberapa responden
hal tersebut dapat menganggu pemandangan. Pihak manajemen Restoran ABWS
sebaiknya memperbaiki kinerja atribut ini agar dapat lebih meningkatkan
kepuasan konsumen secara keseluruhan, seperti mempercepat perbaikan renovasi,
110
membuat dekorasi ruangan dengan senyaman mungkin. Hal lain yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen Restoran ABWS untuk mempercantik dekorasi
adalah dengan membuat taman bermain kecil khusus untuk anak-anak. Responden
yang datang mengunjungi ke Restoran ABWS sebagian besar merupakan keluarga
yang membawa anak-anak, sehingga responden tidak hanya mendapatkan
kepuasan dari sisi cita rasa makanan dan pelayanan tetapi juga dengan fasilitas
yang memadai.
9.2.7. Strategi Process (Proses)
Strategi proses dalam industri jasa boga sangat penting untuk menjamin
mutu layanan yang akan diberikan kepada konsumen. Dalam penelitian ini, atribut
yang berkaitan dengan proses adalah kecepatan pramusaji melayani dari mulai
konsumen duduk, kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu pemesanan,
jam buka restoran pukul 09.00 WIB sampai 23.00 WIB dan kecepatan transaksi
pembayaran. Atribut yang perlu di pertahankan dan ditingkatkan kinerjanya
adalah kecepatan transaksi pembayaran serta kecepatan penyajian makanan
terhitung dari waktu pemesanan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inidikator
kecepatan transaksi pembayaran dinilai sangat baik kinerjanya dan memberikan
kepuasan terhadap responden. Hal ini sebaikanya dipertahankan dengan
meningkatkan kualitas kinerja dalam memproses transaksi dengan cepat dan teliti.
Dukungan kesigapan pramusaji dalam mengantarkan transaksi pembayaran dari
kasir kepada konsumen sangat berpengaruh besar, sehingga diharapkan adanya
hubungan yang sinergi antara pramusaji dan bagian kasir agar waktu transaksi
pembayaran dapat efektif.
Sedangkan atribut kecepatan penyajian makanan terhitung dari waktu
pemesanan merupakan variabel indikator terkecil dalam mengukur kepuasan. Hal
ini perlu diperbaiki bagi pihak manajemen Restoran ABWS karena kecepatan
penyajian ini sangat penting karena kondisi di saat responden sedang lapar. Upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan memperbaiki kinerja
staff di dapur dalam pembuatan makanan dan minuman. Perlu adanya seorang
staff dapur khusus untuk pengontrolan pesanan makanan dan minuman agar tidak
terjadi kesalahan pencatatan pesanan menu makanan dan minuman
111
X. KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Hasil karateristik Restoran ABWS adalah sebagian besar
perempuan,
berusia 25 tahun hingga 35 tahun, status pernikahan yaitu sudah menikah.
Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah sarjana, jenis
pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta, pendapatan
per bulan responden paling banyak adalah diatas Rp 4.500.000,00 dengan
pengeluaran responden paling banyak untuk makanan dan minuman yang
sudah jadi adalah sebesar Rp 500.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa segmentasi pasar Restoran ABWS
sudah sesuai yaitu masyarakat golongan menengah keatas. Perilaku
konsumen Restoran ABWS adalah melakukan pembelian di Restoran
ABWS ini didasarkan oleh motivasi mencari tempat yang nyaman dan cita
rasa,
mengetahui
Restoran
ABWS
dari
rekomendasi
relasi
(teman/keluarga). Setelah mengetahui tentang keberadaan Restoran
ABWS, responden biasanya melakukan kunjungan secara terencana, yang
mempengaruhi untuk melakukan kunjungan adalah keluarga. Responden
akan berkunjung kembali, bersedia melakukan pembelian ulang jika harga
naik dan akan merekomendasikan Restoran ABWS kepada orang lain.
2.
Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat 29 variabel indikator yang
memiliki muatan faktor yang berbeda-beda yang mempengaruhi tingkat
keeratan hubungan terhadap dimensi 7P bauran pemasaran. Variabel
indikator yang paling diutamakan oleh responden dalam mengukur
dimensi product adalah kesesuaian menu ayam bakar dengan pesanan
(X14). Indikator yang paling dominan dalam mengukur dimensi price
adalah kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar yang disajikan (X24).
Indikator yang paling dominan dalam mengukur variabel dimensi place
adalah kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran (X31). Indikator
yang paling dominan dalam mengukur dimensi promotion adalah
113
pencantuman logo dan nama restoran (X41). Indikator yang paling
dominan dalam mengukur dimensi people adalah pengetahuan pramusaji
terhadap menu (X54). Variabel indikator pada dimensi physical evidence,
ketersediaan fasilitas (Mushola & taman) (X66) memiliki koefisien yang
dapat mengukur pada dimensi ini. Variabel indikator pada dimensi
process, kecepatan transaksi pembayaran (X75) memiliki koefisen terbesar
dalam mengukur dimensi ini. Kepuasan responden Restoran ABWS secara
keseluruhan terhadap produk, pelayanan dan fasilitas yang disediakan
dengan nilai koefisien 0,59. Variabel indikator pada variabel loyalitas yang
paling dominan dalam mengukur loyalitas pengunjung Restoran ABWS
adalah pembelian ulang (Y21). Pada dimensi 7P bauran pemsaran, ketujuh
dimensi memiliki tingkat keeratan hubungan yang berbeda-beda terhadap
variabel kepuasan. Dimensi place memiliki koefisien gamma terbesar
sebesar 0,76, sehingga hubungan terhadap kepuasan paling erat. Dimensi
price memiliki nilai koefisien gamma terkecil yaitu sebesar 0,00 sehingga
memiliki hubungan yang paling lemah terhadap kepuasan.
3.
Kepuasan memiliki hubungan yang erat terhadap loyalitas karena
koefisien beta sebesar 1,00. Berdasarkan hasil analisis Customer
Satisfaction Index (CSI), diketahui bahwa indeks kepuasan pengunjung
secara keseluruhan adala sebesar 88,5 persen (sangat puas). Variabel yang
memiliki indeks kepuasan tertinggi adalah kemudahan mencapai lokasi
yaitu sebesar 26,10 persen. Berdasarkan hasil analisis Customer Loyalty
Index (CLI), diketahui bahwa indeks loyalitas konsumen Restoran ABWS
secara keseluruhan adalah 98,82 persen (sangat loyal). Besaran indeks ini
menunjukkan bahwa responden loyal terhadap kinerja Restoran ABWS.
Responden yang loyal memiliki indeks loyalitas tertinggi adalah komitmen
untuk bersedia merekomendasikan Restoran ABW kepada orang lain
(Y23) yaitu sebesar 34,52 persen.
4.
Dimensi place merupakan variabel yang paling diprioritaskan untuk
ditingkatkan dan diperbaiki, karena dimensi ini memiliki muatan faktor
terbesar sehingga memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kepuasan.
Restoran ABWS juga harus memprioritaskan dimensi process karena
114
dimensi ini memiliki koefisien terbesar kedua diikuti dimensi physical
evidence, product, people, promotion dan dimensi price.
5.
Alternatif strategi bauran pemasaran yang dapat dilakukan Restoran
ABWS untuk meningkatkan kepuasan konsumen adalah memperbaiki
atribut produk yang dirasa kurang memuaskan konsumen dapat dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain mempunyai standarisasi bumbu ayam
bakar untuk menjaga kualitas cita rasa, menambah menu hidangan pencuci
mulut, meningkatkan kecepatan pelayanan, keramahan dan kesopanan
pramusaji, memberikan diskon pada waktu dan hari tertentu, mengatur
lahan parkir, melakukan iklan di beberapa media cetak dengan
mencantumkan kupon diskon, melakukan kegiatan promosi melalui
jaringan sosial, menjadi sponsor dalam kegiatan tertentu, menambah
jumlah pramusaji khusus pada saat restoran sedang ramai dikunjungi,
memberikan pelatihan intensif kepada pramusaji, mempercepat perbaikan
renovasi, membuat dekorasi dengan menambah taman bermain kecil
khusus untuk anak-anak dan menambah seorang staff dapur khusus untuk
pengontrolan pesanan makanan dan minuman agar tidak terjadi kesalahan
pencatatan pesanan menu makanan dan minuman.
10.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah :
1.
Restoran ABWS sebaiknya meningkatkan kualitas kinerja baik dari segi
produk (kesesuaian menu ayam bakar dengan pesananan dan cita rasa
khasn ayam bakar), harga (kesesuaian harga dengan kualitas ayam bakar
yang disajikan), tempat (ketersediaan sarana parkir), promosi (promosi
penjualan melalui media cetak &elektronik), orang (pengetahuan
pramusaji terhadap menu), bukti fisik (ketersediaan fasilitas Musholla &
taman) dan proses (kecepatan transaksi pembayaran & kecepatan
penyajian makanan terhitung dari waktu pemesanan).
Peningkatan
kualitas kinerja tersebut diharapkan kepuasan konsumen tetap terjaga
dengan baik dan berdampak pada loyalitas kepada Restoran ABWS.
115
2.
Restoran ABWS sebaiknya menjaga hubungan yang baik dengan
konsumen dengan menyediakan fasilitas kotak saran sehingga konsumen
dapat menyalurkan kritik atau saran bagi Restoran ABWS agar pihak
restoran dapat mengetahui keluhan yang dimiliki oleh konsumen terkait
produk, pelayanan serta fasilitas yang disediakan oleh pihak restoran.
3.
Restoran ABWS sebaiknya melakukan kegiatan promosi secara intens
dengan membuat promosi ke media cetak serta jejaring sosial. Hal ini
dilakukan agar Restoran ABWS dapat lebih komunikatif dengan
konsumen. Restoran ABWS juga dapat membuat kartu anggota atau
member untuk konsumen, dengan adanya kartu member tersebut
konsumen mendapatkan keuntungan seperti diskon harga, pengumpulan
poin yang dapat ditukar dengan hadiah menarik serta gratis menu paket
ayam bakar bagi yang berulang tahun. Hal ini dilakukan agar konsumen
mendapatkan keuntungan menjadi pelanggan tetap dan akan menarik
konsumen baru bagi Restoran ABWS
4.
Untuk penelitian lanjutan diharapkan dapat mencantumkan atribut produk
lebih detail sebagai pembentuk dimensi yang mempengaruhi kepuasan dan
loyalitas serta melakukan penelitian tentang strategi pemasaran untuk
Restoran ABWS.
116
DAFTAR PUSTAKA
Agung Y. 2004. 1001 Konsultasi Praktis Pemasaran. Cetakan ke-2. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Alma B. 2002. Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Edisi Revisi.
Cetakan ke-5. Bandung : Alfabeta
Arisman. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ashadi MI. 2007. Analsisi Kepuasan Loyalitas dan retensi Konsumen Asinan
Sedap Gedung Dalam Kota Bogor [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Atmodjo, M. Widjojo. 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta :
Andi.
Bartono N. Enterprise. 2005. How To Win Customers In Competitive Market.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Barus, M. 2010. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan FIT (Free Individual
Traveller) Hotel Salak The Heritage Bogor [Tesis]. Program Studi
Manajemen dan Bisnis. IPB
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2011. Pertumbuhan Jumlah
Penduduk Kota Medan. www.sumut.bps.go.id [28 Mei 2011]
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2011. Pengeluaran Makanan
d yang Sudah Jadi Penduduk Kota Medan. www.sumut. bps.go.id [28 Mei
2011]
[Dinpar] Dinas Pariwisata Kota Medan. 2011. Perkembangan Jumlah Restoran.
2011. Medan: Dinas Pariwisata Kota Medan.
Elbany MA. 2009. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran Pujasega
Garut , Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-6 . Jilid 1.
Budiyanto, Penerjemah. Jakarta : Binarupa Aksara.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Perilaku Konsumen. ed ke-6 Jilid 2.
Budijanto, penerjemah. Jakarta : Binarupa Aksara.
Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor : IPB Press.
Gerson R. 2002.
Erlangga.
Mengukur kepuasan Konsumen. Ed ke-2.
Jakarta : PT.
117
Griffin J. 2005. Customer Loyalty (Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan). Jakarta : PT Erlangga.
Ghozali, IF. 2005. Structural Equation Modelling. Semarang : Universitas
Diponegoro. Semarang.
Golob TF. 2003. Structural Equation Modeling. Chapter 11. CRC Press LLC.
www.ebooks.narotama.ac.id [29 Juni 2011]. University Of California.
Hayes BE. 2008. The True Tes Of Loyalty. Quality progress. 41 (6) : 20.
Husein U. 2002. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ikawati NL. 2011. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Pengunjung Departement
Store Pasaraya Blok M. [Tesis]. Program Studi Manajemen dan Bisnis
Sekolah Pascasarjana. IPB.
Irawan H. 2003. Indonesia Customer Satisfaction : Membedah Strategi Kepuasan
Pelanggan Merek Pemenang ICSA. Jakarta : PT. Elex Media Computindo.
Kasali, R. 2003. Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting dan
Positioning. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kotler P. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ketiga. Jakrata : PT.
Prehallindo.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta : PT.
Media Komputindo Gramedia
Lovelock CH,Wright LK. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. Widyantoro A,
penerjemah; Jakarta: PT. Indeks. Terjemahan dari: Principles of Service
Marketing and Management.
Lupiyoadi R, Hamdani A. 2006. Pemasaran Jasa. Edisi ke-2. Salemba Empat.
Marsum WA. 1993. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta. Andi.
Mukhtar. 2004. Perlunya standar ruang lingkup dan permasalahan pelayanan
sebuah restauran hotel. Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara.
Nura A. 2008. Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Fast Food di Kota
Medan. Jurnal Wawasan Vol.13. No.3 Februari 2008.
Musanto T. 2004. Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas
Pelanggan.Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya.
118
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, September 2004, hal.
123 –136.
Palupi
DH. 2005. Potret Loyalitas Konsumen 2005. Dikutip
http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=1997
dari
Sari KK. Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Ayam Geprek Istimewa Bogor.
2009 [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Soemawinata, KD. 2010. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap
Restoran Ayam Goreng Fatmawati Di Kota Bogor, Jawa Barat [Skripsi].
Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, IPB.
Sumarwan U. 2004. Perilaku konsumen: teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Edisi Ke- 1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sumarwan U. 2011. Perilaku konsumen: teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Edisi Ke- 2. Bogor: Ghalia Indonesia
Sumarwan, et al. 2011. Riset Pemsaran dan Konsumen. Bogor : IPB Press
Tjiptono F. 2007. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia Publishing.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Jakarta: Andy offset.
Utami D.2012. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran BakulBakul Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Utomo DA. 2011. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Prima Fresh Mart
(Pendekatan Service Quality) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
manajemen, Institut Pertanian Bogor
Wijayanto H. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
119
112
Lampiran 1. Struktur Organisasi Restoran Ayam Bakar Wong Solo
Direktur Utama
General Manager
Bumbu
Produksi
Belanja
Administrasi dan
Keuangan
Personalia
Gudang
121
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Correlations
Spearman's
rho
X11
Produc
t
.678(*
*)
.000
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X12
30
.502(*
*)
.005
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X13
30
.665(*
*)
.000
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X14
30
.762(*
*)
.000
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X15
30
.680(*
*)
.000
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X16
30
.622(*
*)
.000
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X
2
1
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X
2
2
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X
2
3
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X
2
4
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
30
Price
Spearman's
rho
KETERANG
AN
VALID
.750(*
*)
KETERANGAN
VALID
.000
30
.529(*
*)
VALID
.003
30
.736(*
*)
VALID
.000
30
.765(*
*)
VALID
.000
30
122
Correlations
KETERANGAN
Place
Spearman's
rho
X
Correlation Coefficient
3
1
VALID
.877(**)
Sig. (2-tailed)
.000
N
X
30
Correlation Coefficient
3
2
VALID
.838(**)
Sig. (2-tailed)
.000
N
30
Correlations
Promotion
Spearman's
rho
X41
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.653(**)
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
VALID
.000
N
X42
KETERANGAN
30
.853(**)
VALID
.000
N
30
Correlations
KETERANGAN
People
Spearman's
rho
X51
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X52
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X53
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X54
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.780(**)
VALID
.000
30
.768(**)
VALID
.000
30
.922(**)
VALID
.000
30
.878(**)
VALID
.000
30
123
Correlations
Physics_Eviden
ce
Spearman's
rho
X61
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.860(**)
30
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.708(**)
30
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.732(**)
30
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.831(**)
30
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.856(**)
VALID
.000
N
X66
VALID
.000
N
X65
VALID
.000
N
X64
VALID
.000
N
X63
VALID
.000
N
X62
KETERANGAN
30
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.626(**)
VALID
.000
N
30
Correlations
KETERANGAN
Process
Spearman's
rho
X71
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X72
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X73
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X74
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
X75
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.849(**)
VALID
.000
30
.820(**)
VALID
.000
30
.762(**)
VALID
.000
30
.764(**)
VALID
.000
30
.717(**)
VALID
.000
30
124
UJI RELIABILITAS
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
30
0
30
%
100.0
.0
100.0
a. Listwise deletion based on all
v ariables in the procedure.
Reliabi lity Statisti cs
Cronbach's
Alpha
.927
N of Items
29
Item-Total Statisti cs
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X21
X22
X23
X24
X31
X32
X41
X42
X51
X52
X53
X54
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
Scale Mean if
Item Deleted
85.57
85.63
85.70
85.73
85.70
85.57
85.87
85.83
85.67
85.70
85.83
85.40
85.70
86.47
85.83
85.63
85.67
85.77
85.37
85.27
85.47
85.60
85.67
85.50
85.80
85.97
85.97
85.93
85.67
Scale
Variance if
Item Deleted
92.254
93.482
90.148
88.133
88.631
86.737
91.499
92.557
93.402
88.355
91.040
93.214
90.769
89.913
86.833
87.551
86.506
86.254
89.964
90.478
93.085
91.214
88.368
91.017
85.062
84.861
87.895
87.995
86.782
Corrected
Item-Total
Correlation
.420
.242
.471
.567
.613
.689
.525
.429
.275
.639
.317
.238
.470
.368
.785
.732
.781
.835
.581
.450
.175
.329
.510
.390
.764
.732
.650
.662
.845
Cronbach's
Alpha if Item
Delet ed
.926
.928
.925
.924
.924
.922
.925
.926
.927
.923
.928
.928
.925
.928
.921
.922
.921
.920
.924
.926
.930
.928
.925
.927
.921
.921
.923
.923
.921
125
Lampiran 3. Hasil (output) SEM dengan Software LISREL 8,30
DATE: 7/10/2012
TIME: 3:03
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\SEMGHINA\DATA.SPJ:
Observed Variables
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X21 X22 X23 X24
X31 X32 X41 X42 X51 X52 X53 X54 X61
X62 X63 X64 X65 X66 X71 X72 X73 X74
X75 Y11 Y21 Y22 Y23
Correlation Matrix From File D:\SEMGHINA\DATA.COR
Sample Size = 170
Latent Variables X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 KEPUASAN LOYALITAS
Relationships
X11 X12 X13 X14 X15 X16 = X1
X21 X22 X23 X24 = X2
X31 X32 = X3
X41 X42 = X4
X51 X52 X53 X54 = X5
X61 X62 X63 X64 X65 X66 = X6
X71 X72 X73 X74 X75 = X7
Y11 = KEPUASAN
Y21 Y22 Y23 = LOYALITAS
KEPUASAN = X1-X7
LOYALITAS =KEPUASAN
Path Diagram
OPTIONS RO RC=1 ME=uL AD=OFF IT=500
SET THE ERROR VARIANCE OF Y11 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF X31 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF LOYALITAS EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF X3 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF X5 EQUAL TO FREE
set the error covariance between X41 and X32 to free
set the error covariance between X42 and X31 to free
set the error covariance between X74 and X73 to free
126
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
ERROR COVARIANCE BETWEEN Y11 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN Y21 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN Y22 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN Y23 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X14 AND X13 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X16 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X24 AND X22 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X31 AND X11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X31 AND X14 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X31 AND X31 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X32 AND X21 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X32 AND X23 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X32 AND X31 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X41 AND X41 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X42 AND X41 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X61 AND X21 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X61 AND X32 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X62 AND X32 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X64 AND X63 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X66 AND X61 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X72 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X73 AND X42 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X74 AND X42 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X75 AND Y11 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X42 AND X32 TO FREE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
SET THE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X52 AND X51 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X53 AND X51 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X53 AND X52 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X54 AND X51 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X54 AND X52 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X54 AND X53 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X62 AND X61 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X63 AND X61 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X63 AND X62 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X64 AND X61 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X64 AND X62 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X65 AND X61 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X65 AND X62 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X65 AND X63 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X65 AND X64 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X66 AND X62 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X66 AND X63 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X66 AND X64 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X66 AND X65 TO FREE
ERROR COVARIANCE BETWEEN X71 AND Y22 TO FREE
End of Problem
Sample Size = 170
Covariance Matrix to be Analyzed
127
Y11
Y21
Y22
Y23
X11
X12
-------- -------- -------- -------- -------- -------Y11
Y21
Y22
Y23
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X21
X22
X23
X24
X31
X32
X41
X42
X51
X52
X53
X54
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
2.00
0.62
0.67
0.70
0.61
0.53
0.49
0.50
0.46
1.00
0.50
0.45
0.40
0.57
0.31
0.23
0.50
0.29
0.50
0.47
0.43
0.51
0.27
0.26
0.28
0.23
0.31
0.35
0.46
0.45
0.37
0.41
0.62
2.00
0.97
0.98
0.57
0.37
0.61
0.49
0.47
0.62
0.45
0.56
0.50
0.56
0.17
0.00
0.48
0.51
0.66
0.60
0.55
0.62
0.03
0.14
0.21
0.25
0.22
0.28
0.66
0.69
0.56
0.64
0.92
2.00
0.97
0.55
0.37
0.64
0.64
0.62
0.67
0.46
0.63
0.47
0.59
0.24
0.03
0.53
0.53
0.67
0.66
0.50
0.69
0.06
0.22
0.24
0.24
0.28
0.36
0.68
0.70
0.57
0.65
0.91
2.00
0.61
0.40
0.63
0.56
0.46
0.70
0.49
0.60
0.54
0.59
0.26
0.10
0.53
0.51
0.66
0.70
0.62
0.73
0.13
0.24
0.31
0.34
0.31
0.35
0.73
0.77
0.63
0.70
1.00
2.00
0.63
0.63
0.48
0.43
0.61
0.25
0.27
0.31
0.43
0.55
0.22
0.42
0.34
0.51
0.54
0.50
0.53
0.25
0.18
0.26
0.25
0.22
0.33
0.46
0.56
0.23
0.26
0.49
2.00
0.30
0.43
0.25
0.53
0.31
0.38
0.25
0.61
0.40
0.35
0.32
0.04
0.47
0.49
0.34
0.41
0.32
0.22
0.39
0.37
0.23
0.44
0.45
0.51
0.39
0.50
0.38
Covariance Matrix to be Analyzed
X13
X14
X15
X16
X21
X22
-------- -------- -------- -------- -------- -------X13
X14
X15
X16
X21
X22
X23
X24
X31
X32
X41
X42
2.00
0.85
0.59
0.49
0.39
0.50
0.44
0.52
0.17
0.19
0.17
0.29
2.00
0.71
0.50
0.39
0.69
0.48
0.72
0.08
0.23
0.37
0.26
2.00
0.46
0.26
0.37
0.29
0.60
0.19
0.01
0.24
0.20
2.00
0.50
0.45
0.40
0.57
0.31
0.23
0.50
0.29
2.00
0.87
0.81
0.76
0.35
0.45
0.26
0.26
2.00
0.86
0.61
0.16
0.23
0.30
0.30
128
X51
X52
X53
X54
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
0.58
0.42
0.48
0.51
0.19
0.21
0.24
0.22
0.19
0.21
0.56
0.52
0.40
0.44
0.61
0.60
0.77
0.60
0.65
0.19
0.40
0.40
0.30
0.26
0.27
0.66
0.52
0.52
0.53
0.66
0.55
0.53
0.47
0.67
-0.01
0.26
0.27
0.18
0.15
0.19
0.58
0.46
0.26
0.26
0.56
0.50
0.47
0.43
0.51
0.27
0.26
0.28
0.23
0.31
0.35
0.46
0.45
0.37
0.41
0.62
0.38
0.33
0.49
0.56
0.50
0.24
0.31
0.34
0.30
0.35
0.60
0.51
0.44
0.53
0.52
0.43
0.43
0.41
0.48
0.25
0.22
0.21
0.22
0.34
0.39
0.70
0.57
0.46
0.53
0.71
X41
X42
Covariance Matrix to be Analyzed
X23
X24
X31
X32
-------- -------- -------- -------- -------- -------X23
X24
X31
X32
X41
X42
X51
X52
X53
X54
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
2.00
0.84
0.13
0.47
0.33
0.22
0.52
0.47
0.48
0.48
0.36
0.46
0.36
0.34
0.29
0.37
0.48
0.46
0.28
0.38
0.69
2.00
0.28
0.31
0.29
0.17
0.66
0.78
0.68
0.76
0.24
0.43
0.51
0.44
0.29
0.43
0.57
0.50
0.45
0.56
0.77
2.00
0.43
0.42
0.39
0.41
0.36
0.41
0.44
0.44
0.34
0.40
0.41
0.42
0.44
0.33
0.47
0.41
0.43
0.33
2.00
0.23
-0.06
0.22
0.30
0.27
0.27
0.91
0.51
0.33
0.34
0.29
0.19
0.13
0.21
0.34
0.21
0.29
2.00
0.46
0.33
0.44
0.32
0.28
0.27
0.23
0.25
0.16
0.27
0.20
0.29
0.36
0.38
0.38
0.46
2.00
0.36
0.28
0.28
0.36
-0.04
0.05
0.10
0.18
0.25
0.26
0.22
0.37
0.47
0.45
0.43
X61
X62
Covariance Matrix to be Analyzed
X51
X52
X53
X54
-------- -------- -------- -------- -------- -------X51
X52
X53
X54
2.00
0.74
0.86
0.85
2.00
0.91
0.92
2.00
0.88
2.00
129
X61
X62
X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
0.24
0.30
0.44
0.43
0.33
0.51
0.63
0.67
0.46
0.45
0.81
0.29
0.53
0.50
0.46
0.36
0.33
0.63
0.58
0.48
0.49
0.86
0.29
0.40
0.44
0.47
0.38
0.47
0.67
0.63
0.39
0.41
0.85
0.26
0.57
0.50
0.46
0.39
0.47
0.72
0.74
0.42
0.53
0.85
2.00
0.39
0.27
0.31
0.24
0.14
0.19
0.26
0.35
0.23
0.29
2.00
0.66
0.66
0.72
0.50
0.29
0.23
0.18
0.22
0.46
Covariance Matrix to be Analyzed
X63
X64
X65
X66
X71
X72
-------- -------- -------- -------- -------- -------X63
X64
X65
X66
X71
X72
X73
X74
X75
2.00
0.94
0.56
0.58
0.37
0.29
0.33
0.43
0.50
2.00
0.68
0.66
0.42
0.28
0.37
0.45
0.51
2.00
0.60
0.33
0.33
0.32
0.33
0.43
2.00
0.50
0.32
0.23
0.37
0.49
2.00
0.80
0.44
0.61
0.85
2.00
0.57
0.67
0.84
Covariance Matrix to be Analyzed
X73
X74
X75
-------- -------- -------X73
X74
X75
2.00
0.91
0.68
2.00
0.75
2.00
Number of Iterations = 98
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
Y11 = 0.82*KEPUASAN, Errorvar.= 1.33 , R² = 0.34
(0.054)
(0.12)
15.08
11.29
Y21 = 0.94*LOYALITA, Errorvar.= 1.12 , R² = 0.44
(0.090)
12.36
Y22 = 0.99*LOYALITA, Errorvar.= 1.01 , R² = 0.49
(0.036)
(0.096)
130
27.50
10.62
Y23 = 1.03*LOYALITA, Errorvar.= 0.94 , R² = 0.53
(0.037)
(0.10)
28.19
9.35
X11 = 0.70*X1, Errorvar.= 1.51 , R² = 0.24
(0.024)
(0.081)
28.64
18.69
X12 = 0.62*X1, Errorvar.= 1.61 , R² = 0.19
(0.023)
(0.080)
26.60
20.13
X13 = 0.72*X1, Errorvar.= 1.48 , R² = 0.26
(0.025)
(0.087)
28.69
16.96
X14 = 0.83*X1, Errorvar.= 1.31 , R² = 0.35
(0.026)
(0.086)
32.45
15.24
X15 = 0.66*X1, Errorvar.= 1.56 , R² = 0.22
(0.024)
(0.089)
27.73
17.63
X16 = 0.75*X1, Errorvar.= 1.44 , R² = 0.28
(0.025)
(0.081)
30.31
17.83
X21 = 0.83*X2, Errorvar.= 1.31 , R² = 0.34
(0.026)
(0.080)
31.45
16.34
X22 = 0.94*X2, Errorvar.= 1.12 , R² = 0.44
(0.030)
(0.088)
31.34
12.71
X23 = 0.85*X2, Errorvar.= 1.28 , R² = 0.36
(0.026)
(0.080)
32.25
15.94
X24 = 1.08*X2, Errorvar.= 0.83 , R² = 0.58
(0.031)
(0.10)
34.49
8.08
X31 = 1.28*X3, Errorvar.= 2.00 ,
(0.063)
(0.081)
20.20
24.60
131
X32 = 0.84*X3, Errorvar.= 2.00 ,
(0.062)
(0.081)
13.58
24.60
X41 = 1.37*X4, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.94
(0.040)
(0.10)
34.21
1.07
X42 = 1.14*X4, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.65
(0.046)
(0.11)
25.09
6.18
X51 = 1.07*X5, Errorvar.= 2.00 ,
(0.061)
(0.081)
17.55
24.60
X52 = 1.09*X5, Errorvar.= 2.00 ,
(0.062)
(0.081)
17.62
24.60
X53 = 1.02*X5, Errorvar.= 2.00 ,
(0.059)
(0.081)
17.40
24.60
X54 = 1.15*X5, Errorvar.= 2.00 ,
(0.064)
(0.081)
17.86
24.60
X61 = 0.70*X6, Errorvar.= 1.51 , R² = 0.24
(0.034)
(0.086)
20.47
17.53
X62 = 0.92*X6, Errorvar.= 1.15 , R² = 0.42
(0.033)
(0.084)
27.66
13.73
X63 = 1.06*X6, Errorvar.= 0.87 , R² = 0.56
(0.032)
(0.081)
33.46
10.77
X64 = 1.03*X6, Errorvar.= 0.94 , R² = 0.53
(0.032)
(0.082)
32.27
11.47
X65 = 0.92*X6, Errorvar.= 1.15 , R² = 0.43
(0.032)
(0.081)
28.82
14.17
X66 = 1.08*X6, Errorvar.= 0.83 , R² = 0.59
(0.032)
(0.084)
33.89
9.80
X71 = 0.85*X7, Errorvar.= 1.29 , R² = 0.36
(0.024)
(0.085)
132
34.67
15.19
X72 = 0.84*X7, Errorvar.= 1.30 , R² = 0.35
(0.024)
(0.085)
34.23
15.18
X73 = 0.64*X7, Errorvar.= 1.59 , R² = 0.21
(0.023)
(0.085)
27.77
18.75
X74 = 0.73*X7, Errorvar.= 1.47 , R² = 0.26
(0.024)
(0.086)
30.72
17.15
X75 = 1.05*X7, Errorvar.= 0.90 , R² = 0.55
(0.027)
(0.098)
39.16
9.22
Error Covariance for Y21 and Y11 = -0.15
(0.087)
-1.71
Error Covariance for Y22 and Y11 = -0.15
(0.089)
-1.63
Error Covariance for Y23 and Y11 = -0.14
(0.090)
-1.57
Error Covariance for X14 and X13 = 0.24
(0.079)
3.10
Error Covariance for X16 and Y11 = 0.51
(0.078)
6.50
Error Covariance for X24 and X22 = -0.41
(0.083)
-4.92
Error Covariance for X31 and X11 = 0.27
(0.080)
3.38
Error Covariance for X31 and X14 = -0.26
(0.081)
-3.17
Error Covariance for X32 and X21 = 0.30
(0.079)
3.75
Error Covariance for X32 and X23 = 0.31
(0.079)
3.96
Error Covariance for X32 and X31 = 0.43
(0.077)
5.63
Error Covariance for X41 and X32 = -0.05
(0.090)
-0.53
Error Covariance for X42 and X31 = 0.038
133
(0.098)
0.39
Error Covariance for X42 and X32 = -0.29
(0.088)
-3.28
Error Covariance for X42 and X41 = -1.11
(0.083)
-13.34
Error Covariance for X52 and X51 = 0.74
(0.077)
9.60
Error Covariance for X53 and X51 = 0.86
(0.077)
11.14
Error Covariance for X53 and X52 = 0.91
(0.077)
11.88
Error Covariance for X54 and X51 = 0.85
(0.077)
11.09
Error Covariance for X54 and X52 = 0.92
(0.077)
11.97
Error Covariance for X54 and X53 = 0.88
(0.077)
11.41
Error Covariance for X61 and X21 = 0.29
(0.077)
3.72
Error Covariance for X61 and X32 = 0.72
(0.077)
9.29
Error Covariance for X62 and X32 = 0.26
(0.078)
3.34
Error Covariance for X62 and X61 = -0.25
(0.080)
-3.14
Error Covariance for X63 and X61 = -0.47
(0.079)
-5.90
Error Covariance for X63 and X62 = -0.32
(0.079)
-3.99
Error Covariance for X64 and X61 = -0.41
(0.080)
-5.13
Error Covariance for X64 and X62 = -0.29
(0.079)
-3.64
Error Covariance for X64 and X63 = -0.15
(0.079)
-1.89
Error Covariance for X65 and X61 = -0.41
(0.079)
134
-5.17
Error Covariance for X65 and X62 = -0.13
(0.079)
-1.68
Error Covariance for X65 and X63 = -0.42
(0.078)
-5.29
Error Covariance for X65 and X64 = -0.27
(0.079)
-3.44
Error Covariance for X66 and X61 = -0.62
(0.079)
-7.82
Error Covariance for X66 and X62 = -0.49
(0.079)
-6.27
Error Covariance for X66 and X63 = -0.57
(0.079)
-7.13
Error Covariance for X66 and X64 = -0.46
(0.079)
-5.77
Error Covariance for X66 and X65 = -0.40
(0.078)
-5.15
Error Covariance for X71 and Y22 = -0.06
(0.078)
-0.71
Error Covariance for X72 and Y11 = -0.15
(0.080)
-1.89
Error Covariance for X73 and X42 = 0.23
(0.077)
2.96
Error Covariance for X74 and X42 = 0.18
(0.077)
2.33
Error Covariance for X74 and X73 = 0.45
(0.078)
5.77
Error Covariance for X75 and Y11 = -0.13
(0.081)
-1.61
KEPUASAN = 0.20*X1 + 0.00018*X2 + 0.76*X3 + 0.021*X4 + 0.11*X5 - 0.32*X6 + 0.50*X7,
Errorvar.= 0.28, R² = 0.72
(0.10) (0.069)
(0.14) (0.043) (0.050) (0.039) (0.12)
2.00 0.0026
5.28
0.49
2.26 -8.14
4.12
LOYALITA = 1.00*KEPUASAN,, R² = 1.00
(0.046)
21.57
135
Covariance Matrix of Independent Variables
X1
X2
X3
X4
X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -------X1
1.00
X2
0.66
(0.03)
23.36
X3
0.32
0.22
(0.03) (0.03)
10.83
7.47
X4
0.32
0.22
0.24
(0.03) (0.02) (0.04)
12.57
9.47
5.97
1.00
X5
0.67
0.52
0.29
(0.04) (0.03) (0.03)
18.75
16.53
9.15
0.24
(0.02)
11.24
--
X6
0.37
0.37
0.33
(0.02) (0.02) (0.02)
19.66
19.88
14.10
0.15
(0.02)
8.04
0.40
(0.02)
16.50
X7
0.80
0.70
0.35
(0.03) (0.03) (0.03)
25.51
25.48
11.77
0.33
0.70
0.44
(0.03) (0.04) (0.02)
12.49
18.74 22.53
1.00
--
1.00
Covariance Matrix of Independent Variables
X7
-------X7
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
KEPUASAN LOYALITA
X1
X2
X3
X4
-------- -------- -------- -------- -------- -------KEPUASAN
1.00
LOYALITA
1.00
1.00
X1
0.80
0.80
1.00
X2
0.60
0.60
0.66
X3
0.17
0.17
0.32
X4
0.41
0.41
0.32
X5
0.59
0.59
0.67
X6
0.27
0.27
0.37
X7
0.87
0.87
0.80
1.00
0.22
0.22
0.52
0.37
0.70
-0.24
0.29
0.33
0.35
1.00
0.24
0.15
0.33
136
Covariance Matrix of Latent Variables
X5
X6
X7
-------- -------- -------X5
-X6
0.40
1.00
X7
0.70
0.44
1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 422
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 142.00 (P = 1.00)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 0.0)
Minimum Fit Function Value = 2.70
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.0)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.0)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 1.00
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 4.14
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (4.14 ; 4.14)
ECVI for Saturated Model = 6.64
ECVI for Independence Model = 30.64
Chi-Square for Independence Model with 528 Degrees of Freedom = 5112.00
Independence AIC = 5178.00
Model AIC = 420.00
Saturated AIC = 1122.00
Independence CAIC = 5314.48
Model CAIC = 994.87
Saturated CAIC = 3442.18
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.069
Standardized RMR = 0.035
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.74
Normed Fit Index (NFI) = 0.91
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.89
Critical N (CN) = 183.17
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
X11
X2
13.4
-0.31
X12
X6
19.5
0.19
137
X13
X15
X16
X22
X24
X6
8.6
-0.17
X5
11.0
-0.30
X5
9.7
0.38
X6
13.9
-0.22
X1
12.2
0.47
The Problem used 276696 Bytes (= 0.4% of Available Workspace)
Time used: 40.515 Seconds
138
Lampiran 5. Dokumentasi
Suasana Area Restoran
Suasana Area Makan Restoran
Suasana Parkir Restoran
Suasana Pelayanan Restoran
Suasana Ruang Makan lesehan
Suasana Ruang Makan VIP
139
Toilet
Suasana Dapur Makanan
Satu Porsi Ayam Bakar
Ruang Musholla
Suasana Dapur Minuman
Karyawan
140
Papan Nama Logo Restoran di Pintu Masuk
Suasana Tampak Depan Restoran
Papan Nama Logo Restoran
Daftar Menu Makanan dan Minuman
141
LAMPIRAN
Download