Bab II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UMUM Setiap industri mempunyai acuan mutu masing – masing dengan adanya manajemen mutu yang diterapkan disetiap bidang. Adapun pengertian mutu adalah suatu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk atau jasa untuk menembus pasarnya, disamping faktor utama yang lain seperti : harga dan pelayanan. Manajemen mutu adalah semua aktifitas dari keseluruhan fungsi manjemen yang menetapkan kebijakan mutu, tujuan dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti perencanaa mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu dan peningkatan mutu di dalam sistem mutu. Refractori bila diterjemahkan secara bebas adalah material tahan temperature tinggi. Karena temperatur tinggi sering dihubungkan dengan api, maka dapat disebut juga material tahan api. Bahan atau material refraktori adalah suatu jenis material yang punya mampu menahan suhu panas amat tinggi tanpa kehilangan sifat ketahanannya (contohnya : tidak akan melunak/mencair). Material refractory mempunyai sifat-sifat mekanis dan elektris yang unik. Umumnya bersifat sebagai termal insulator. II - 1 Bab II Tinjauan Pustaka 2.2. DEFINISI SISTEM MANAJEMEN MUTU Sistem manajemen mutu yang dimaksud dalam tulisan ini adalah : a. Sistem adalah kumpulan unsur – unsur yang saling terkait atau interaksi b. Manajemen adalah kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi c. Sistem manajemen adalah system untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran itu d. Manajemen mutu adalah kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Jadi sistem manajemen mutu adalah system manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. 2.2.1. PRINSIP MANAJEMEN MUTU Delapan prinsip manajemen mutu mengadopsi sistem manajemen mutu merupakan keputusan strategis organisasi. Desain dan penerapan sistem manajemen mutu dipengaruh oleh kondisi yang berubah, sasaran tertentu produk yang disediakan, dan ukuran serta struktur organisasi. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 didasarkan pada delapan prinsip manajemen mutu Prinsip-prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja ( framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Delapan prinsip manajemen mutu in nantinya akan berintegrasi pada klausal-klausal ISO 9001:2000, II - 2 Bab II Tinjauan Pustaka yang secara singkat akan dijelaskan satu per satu pada uraian di bawah ini. 1. Fokus Pelanggan Pelanggan merupakan kunci meraih keuntungan Kelangsungan hidup perusahaan/organisasi sangat ditentukan bagaimana pandangan pelanggan terhadap organisasi tersebut. Oleh karena itu organisasi harus dapat mengerti dan memaham kebutuhan pelanggan baik kebutuhan sekarang maupun kebutuhan masa depan dan berusaha untuk memenuhi persyaratan pelanggan serta berupaya untuk melebihi harapannya. Fokus pada pelanggan hanya mungkin jika harapan pelanggan diketahui dengan pasti. Untuk dapat mengetahu harapan pelanggan, maka perlu mengidentifikas segmen pasar terlebih dahulu. Setiap segmen mempunyai pelanggan yang berbeda termasuk kebutuhan dan harapan pelanggan. Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk dapat mengidentifikasinya dengan benar, segmen mana atau harapan apa yang dapat dipenuhi oleh organisasi. 2. Kepemimpinan Manajemen dan kepemimpinan ( leadership) sering disamaartikan, padahal keduanya adalah dua ha yang berbeda, kepemimpinan berhubungan dengan top line, sedangkan manajemen berhubungan dengan bottom line. Walaupun berbeda keduanya tetap saling melengkapi. Seorang pemimpin mempunyai andil yang besar dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu seorang pemimpin II - 3 Bab II Tinjauan Pustaka juga harus memiliki kemampuan menciptakan visi sekaligus mewujudkannya menjad kenyataan. 3. Keterlibatan Personel Keterlibatan personel merupakan dasar yang penting dalam prinsip manajemen mutu. Persone pada semua tingkatan adalah modal utama perusahaan, dimana keterlibatan kemampuannya secara penuh sangat bermanfaat bagi perusahaan Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada personel untuk merencanakan menerapkan rencana, dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya Kebebasan dan pemberian wewenang perlu dilakukan kepada karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan adanya keterlibatan personel secara menyeluruh, maka akan menghasilkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah. Hal ini akan memicu karyawan untuk aktif dalam melihat peluang untuk peningkatan, kompetensi, pengetahuan, dan pengalaman. Hal ini tidak diartikan membiarkan karyawan untuk memutuskan caranya dalam melakukan segala sesuatu. Dalam hal ini semua karyawan harus tetap berada dalam koridor yang benar yaitu dengan mematuhi semua standar yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip keterlibatan personel bagi organisasi akan memberikan dampak yaitu meningkatnya antusiasme dan rasa bangga karena personel merasa menjadi bagian/memilik II - 4 Bab II Tinjauan Pustaka perusahaan, yang pada akhirnya akan berfokus pada kreasi dan memberikan nilai bagi pelanggan. 4. Pendekatan Proses Proses adalah kumpulan aktivitas yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka merubah input menjadi output. Sedangkan pendekatan proses berarti identfikasi yang sistematis dan pengelolaan proses yang digunakan organisas dan keterangan yang mempengaruhi setiap proses. Dalam konteks ISO 9001:2000, pendekatan proses mensyaratkan penerapan, organisasi pengelolaan, untuk dan melakukan melakukan identifikasi, peningkatan berkelanjutan ( continual improvement ) proses yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu, dan mengelola interaksi masing-masing proses yang bertujuan untuk mencapai sasaran organisasi. 5. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen Pendekatan sistem terhadap manajemen diartikan sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan dengan efektif dan efisien. 6. Peningkatan berkesinambungan Berkesinambungan didefenisikan sebagai Peningkatan kegiatan yang dilakukan berulang kali untuk meningkatkan kemampuan memenuhi persyaratan mutu. Peningkatan berkesinambungan ( improvement) harus menjadi sasaran tetap perusahaan. Pada II - 5 Bab II Tinjauan Pustaka continious improvement terjad proses pendekatan yang terusmenerus dan dilakukan dengan segera setelah terjad penyempurnaan. Hal ini akan menjadi standar dan tantangan untuk melakukan penyempurnaan lagi. 7. Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan analisis data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok yang berarti sebuah organisasi dan pemasok saling bergantung dan suatu hubungan yang saling menguntungkan meningkatkan kemamouan keduanya untuk menciptakan nilai. 2.2.2. MACAM – MACAM MANAJEMEN MUTU Macam – macam manajemen mutu adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan mutu adalah bagian dari manajemen mutu yang difokuskan ke penetapan sasaran mutu dan merinci proses operasional dan sumber daya terkait yang diperlukan untuk memenuhi sasaran mutu. 2. Pengendalian mutu adalah bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu. 3. Pemastian mutu adalah bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. II - 6 Bab II Tinjauan Pustaka Perbaikan mutu adalah bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada peningkatan kemampuan memenuhi persyaratan mutu. 2.3. PENDEKATAN SISTEM MANAJEMEN MUTU Pendekatan pada pengimplementasikan suatu system manajemen mutu terdiri dari beberapa langkah termasuk yang berikut : 1. Menentuksn kebutuhan dan harapan pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan. 2. Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu. 3. Menentukan proses dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai sasaran mutu. 4. Menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran mutu. 5. Menetapkan metode untuk mengukur keefektifan dan efisiensi tiap proses. 6. Menerapkan pengukuran ini untuk menentukan keefektifan dan efisiensi tiap proses. 7. Menentukan sarana pencegahan ketidaksesuaian dan penghilangan penyebabnya. 8. Menetapkan dan menerapkan proses perbaikan berkesinambungan dari system manajemen mutu. II - 7 Bab II Tinjauan Pustaka 2.4. KEBIJAKAN MUTU DAN SASARAN MUTU Kebijakan mutu adalah maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi yang terkait dengan mutu seperti yang dinyatakan secara resmi oleh pimpinan puncak. Sasaran mutu adalah sesuatu yang dicari atau dituju berkaitan dengan mutu. Sasaran mutu meliputi : 1. Tersedianya detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat bagi pelaksana fisik/konstruksi sesuai dengan kebutuhan program. 2. Terjaminnya pelaksanaan pengawasan/supervisi konstruksi yang sesuai dengan prosedur Sistem Manajemen Mutu dan terlaksananya Quality Assurance secara keseluruhan. 3. Manajemen Mutu untuk meraih kinerja yang memuaskan pada ruang lingkup Perencanaan dan Pengawasan. 4. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan. 2.5. DEFINISI REFRAKTORI Refractori (refractory) menurut pengertian bahasa berarti tahan terhadap temperature tinggi. Menurut terminology ASTM-C-71-99a, refraktori didefinisikan sebagai bahan anorganik bukan logan yang memiliki sifat kimia dan fisika sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk bahan konstruksi struktur atau sebagai komponen suatu system yang dikenai lingkungan panas dengan suhu minimum 538 °C. Bahan refraktori dapat berupa bahan alam, bahan olahan, bahan sintetis dan refractori bekas II - 8 Bab II Tinjauan Pustaka pakai. Bahan alam yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan baku refraktori tidak banyak macamnya. Bahan – bahan tersebut yaitu kaolin, fire clay, lempung tahan api plastis, piropilit, batuan silica, batuan forsterit dan andalusit. Bahan-bahan refraktori dibuat dengan kombinasi dan bentuk yang bervariasi tergantung pada penggunaannya. Persyaratanpersyaratan umum bahan refraktori adalah: 1. Tahan terhadap suhu tinggi 2. Tahan terhadap Perubahan suhu yang mendadak 3. Tahan terhadap lelehan terak logam, kaca, gas panas, dll. 4. Tahan terhadap beban pada kondisi perbaikan 5. Tahan terhadap beban dan gaya abrasi 6. Menghemat panas 7. Memiliki koefisien ekspansi panas yang rendah 8. Tidak boleh mencemari bahan yang bersinggungan Jenis refraktori yang digunakan tergantung pada area penggunaannya seperti boiler, tungku, kiln, oven dll., suhu dan tekanan yang dibutuhkan. Pemasangan refraktori ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1 Lining refraktori Furnace Gambar 2.2Dinding bagian busur/ arc dalam refraktori blok burner II - 9 Bab II Tinjauan Pustaka 2.5.1. SIFAT – SIFAT REFRAKTORI Beberapa sifat-sifat penting refraktori adalah: Titik leleh: Bahan-bahan murni meleleh dengan seketika pada suhu tertentu. Hampir kebanyakan bahan refraktori terdiri dari partikel yang terikat bersama dan memiliki suhu leleh tinggi. Pada suhu tinggi, partikel tersebut meleleh dan membentuk terak. Titik leleh refraktori adalah suhu dimana piramida uji (kerucut) gagal mendukung beratnya sendiri. Ukuran: Bentuk dan ukuran refraktori merupakan bagian dari rancangan tungku, karena hal ini mempengaruhi stabilitas struktur tungku. Ukuran yang tepat sangat penting untuk memasang bentuk refraktori dibagian dalam tungku dan untuk meminimalkan ruang antara sambungan konstruksinya. Bulk density: Bulk density merupakan sifat refraktori yang penting, yakni jumlah bahan refraktori dalam suatu volum (kg/m3). Kenaikan dalam bulk density refraktori akan menaikan stabilitas volum, kapasitas panas dan tahanannya terhadap penetrasi terak. Porositas: Porositas merupakan volume pori-pori yang terbuka, dimana cairan dapat menembus, sebagai persentase volum total refraktori. Sifat ini penting ketika refraktori melakukan kontak dengan terak dan isian yang leleh. Porositas yang nampak rendah mencegah bahan leleh menembus refraktori. Sejumlah besar poripori kecil biasanya lebih disukai daripada sejumlah kecil pori-pori yang besar. II - 10 Bab II Tinjauan Pustaka Cold crushing strength: Cold crushing strength merupakan resistansi refraktori terhadap kehancuran yang sering terjadi selama pengiriman. Hal ini hanya keterkaitan tidak langsung terhadap kinerja refraktori, dan digunakan sebagai salah satu indikator resistansi terhadap abrasi. Indikator lainnya adalah bulk density dan porositas. Kerucut pyrometric dan kerucut pyrometric eqivalen/ Pyrometric Cones Equivalent (PCE): ‘Kerefraktorian’ batu bata (refraktori) adalah suhu dimana refraktori melengkung yang disebabkan tidak dapat menahan beratnya lagi, Kerucut pyrometric digunakan di industri keramik untuk menguji kerefraktorian batu bata (refraktori). Kerucut ini terdiri dari campuran oksida yang dikenal meleleh pada kisaran suhu yang sempit. Kerucut dengan komposisi berbagai oksida diletakkan berurutan sesuai dengan suhu lelehnya sepanjang bata refraktori dalam tungku. Tungku dibakar dan suhunya akan naik. Satu kerucut akan melengkung bersama bata refraktori. Nilai ini merupakan kisaran suhu dalam oC, dimana diatas suhu tersebut refraktori tidak dapat digunakan. Hal ini disebut suhu Kerucut Pyrometric Ekivalen (Gambar 3) II - 11 Bab II Tinjauan Pustaka Creep pada suhu tinggi: Creep merupakan sifat yang tergantung pada waktu, yang menentukanrusaknya bentuk pada waktu dan suhu yang diberikan pada bahan refraktori dengan penekanan. Stabilitas volum, pengembangan, dan penyusutan pada suhu tinggi: kontraksi atau ekspansi refraktori dapat berlangsung selama umur pakai. Perubahan yang permanen dalam ukurannya dapat disebabkan oleh: 1. Perubahan dalam bentuk allotropic, yang dapat menyebabkan perubahan dalam specific gravity 2. Reaksi kimia, yang menghasilkan bahan baru dari specific gravity yang berubah 3. Pembentukan fase cair 4. Reaksi sintering 5. Penggabungan debu dan terak atau karena adanya alkali pada refraktori semen tahan api, membentuk basa alumina silikat. Hal ini biasanya teramati pada blast furnace. II - 12 Bab II Tinjauan Pustaka Ekspansi panas dapat balik: Bahan apapun akan mengembang jika dipanaskan, akan menyusut jika didinginkan. Pengembangan/ekspansi panas yang dapat balik merupakan cerminan perubahan fase yang terjadi selama pemanasan dan pendinginan. Konduktivitas panas: Konduktivitas panas tergantung pada komposisi kimia dan mineral dan kandungan silika pada refraktori dan pada suhu penggunaan. Konduktivitas biasanya berubah dengan naiknya suhu. Konduktivitas panas refraktori yang tinggi dikehendaki bila diperlukan perpindahan panas yang melalui bata, sebagai contoh dalam recuperators, regenerators, muffles, dll. Konduktivitas panas yang rendah dikehendaki untuk penghematan panas seperti refraktori yang digunakan sebagai isolator. Isolasi tambahan dapat menghemat panas namun pada saat yang sama akan meningkatkan suhu panas permukaan, sesampai diperlukan refraktori yang berkualitas lebih baik. Oleh sebab itu, atap bagian luar dari tungku dengan perapian terbuka/tungku open hearth biasanya tidak diisolasi, karena akan menyebabkan runtuhnya atap. Refraktori yang ringan dengan konduktivitas panas yang rendah digunakan secara luas pada tungku perlakuan panas suhu rendah, sebagai contoh dalam tungku jenis batch dimana kapasitas panas struktur refraktori yang re ndah meminimalkan panas tersimpan selama siklus pemanasan dan pendinginan. Refraktori untuk isolasi memiliki konduktivitas panas yang sangat rendah. Hal ini biasanya II - 13 Bab II Tinjauan Pustaka dicapai dengan penjebakan sebagian besar udara kedalam struktur. Beberapa contohnya adalah: 1. Bahan yang terjadi secara alami seperti asbes merupakan isolator yang baik namun bukan merupakan satu-satunya refraktori yang baik. 2. Wool mineral yang tersedia yang memadukan sifat isolasi dengan resistansi yang baik terhadap panas namun bahan ini tidak kaku 3. Batu bata berpori yang kaku pada suhu tinggi dan memiliki konduktivitas panas rendah. 2.6. JENIS - JENIS REFRAKTORI Refraktori dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya, pengguna akhir dan metoda pembuatannya sebagaimana diperlihatkan dibawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi Refraktori berdasarkan komposisi kimianya (Diambil dari Gilchrist) II - 14 Bab II Tinjauan Pustaka 2.6.1. REFRAKTORI SEMEN TAHAN API Batubata tahan api merupakan bentuk yang umum dari bahan refraktori. Bahan ini digunakan secara luas dalam industri besi dan baja, metalurgi non besi, industri kaca, kiln barang tembikar, industri semen, dan masih banyak yang lainnya. Refraktori semen tahan api, seperti batu bata tahan api, semen tahan api silika dan refraktori tanah liat alumunium dengan kandungan silika (SiO2) yang bervariasi sampai mencapai 78 persen dan kandungan Al2O3 sampai mencapai 44 persen. Tabel 5 memperlihatkan bahwa titik leleh (PCE) batu bata tahan api berkurang dengan meningkatnya bahan pencemar dan menurunkan Al2O3. Bahan ini seringkali digunakan dalam tungku, kiln dan kompor sebab bahan tersebut tersedia banyak dan relatif tidak mahal. Tabel 2.2 . Sifat-sifat batu bata tahan api (BEE, 2005) 2.6.2. REFRAKTORI ALUMINA TINGGI Refraktori silikat alumina yang mengandung lebih dari 45 persen alumina biasanya dikatakan sebagai bahan-bahan alumina II - 15 Bab II Tinjauan Pustaka tinggi. Konsentrasi alumina berkisar dari 45 sampai 100 persen. Penerapan refraktori alumina tinggi meliputi perapian dan batang as tungku hembus, kiln keramik, kiln semen, tangki kaca dan wadah tempat melebur berbagai jenis logam. 2.6.3. BATU BATA SILIKA Batu bata silika (atau Dinas) merupakan suatu refraktori yang mengandung paling sedikit 93 persen SiO2. Bahan bakunya merupakan batu yang berkualitas. Batu bata silika berbagai kelas memiliki penggunaan yang luas dalam tungku pelelehan besi dan baja dan industri kaca. Sebagai tambahan terhadap refraktori jenis multi dengan titik fusi yang tinggi, sifat penting lainnya adalah ketahanannya yang tinggi terhadap kejutan panas (spalling) dan kerefraktoriannya. Sifat batu bata silika yang terkemuka adalah bahwa bahan ini tidak melunak pada beban tinggi sampai titik fusi terdekati. Sifat ini sangat berlawanan dengan beberapa refraktori lainnya, contohnya bahan silikat alumina, yang mulai berfusi dan retak pada suhu jauh lebih rendah dari suhu fusinya. Keuntungan lainnya adalah tahanan flux dan stag, stabilitas volum dan tahanan spalling tinggi. 2.6.4. MAGNESIT Refraktori magnesit merupakan bahan baku kimia, yang mengandung paling sedikit 85 persen magnesium oksida. Tersusun dari magnesit alami (MgCO3). Sifat-sifat refraktori magnesit tergantung pada konsentrasi ikatan silikat pada suhu operasi. II - 16 Bab II Tinjauan Pustaka Magnesit kualitas bagus biasanya dihasilkan dari perbandingan CaO-SiO2 yang kurang dari dua dengan konsentrasi ferrit yang minimum, terutama jika tungku yang dilapisi refraktori beroperasi pada kondisi oksidasi dan reduksi. Perlawanan terak sangat tinggi terutama terhadap kapur dan terak yang kaya dengan besi . 2.6.5. REFRAKTORI KHROMIT Dibedakan dua jenis refraktori khromit: Refraktori Khrom- magnesit, yang biasanya mengandung 15-35 persen Cr2O3 dan 42-50 persen MgO. Senyawa-senayawa tersebut dibuat dengan kualitas yang bermacam- macam dan digunakan untuk membentuk bagian-bagian kritis pada tungku bersuhu tinggi.Bahan tersebut dapat tahan terhadap terak dan gas yang korosif dan memiliki sifat refaktori yang tinggi. Refraktori Magnesit-khromit, yang mengandung paling sedikit 60 persen MgO dan 8-18 persen Cr2O3. Bahan tersebut cocok untuk pelayanan pada suhu paling tinggi dan untuk kontak dengan terak/slag yang sangat dasar yang digunakan dalam peleburan baja. Magnesitkhromit biasanya memiliki tahanan spalling yang lebih baik daripada khrom- magnesit. 2.6.6. REFRAKTORI ZIRKONIA Zirkonium dioksida (ZrO2) merupakan bahan polymorphic. Penting untuk menstabilkan bahan ini sebelum penggunaannya sebagai refraktori, yang dicapai dengan mencampurkan sejumlah kecil kalsium, magnesium dan cerium oksida, dll. Sifatnya II - 17 Bab II Tinjauan Pustaka tergantung terutama pada derajat stabilisasi, jumlah penstabil/stabiliser dan jumlah bahan baku orisinalnya. Refraktori zirkonia memiliki kekuatan yang sangat tinggi pada suhu kamar, yang dicapai sampai suhu setinggi 15000C. Oleh karenanya bahan tersebut berguna sebagai bahan konstruksi bersuhu tinggi dalam tungku dan kiln. Konduktivitas panas zirkonium dioksid lebih rendah dari kebanyakan refraktori oleh karena itu bahan ini digunakan sebagai refraktori isolasi suhu tinggi. Zirkonia memperlihatkan kehilangan panas yang sangat rendah dan tidak bereaksi dengan logam cair, dan terutama berguna untuk pembuatan wadah tempat melebur logam pada refraktori dan tempat lainnya untuk keperluan metalurgi. Tungku kaca menggunakan zirkonia sebab bahan ini tidak mudah basah oleh kaca yang meleleh dan tidak mudah bereaksi dengan kaca. 2.6.7 REFRAKTORI OKSIDA (ALUMINA) Bahan refraktori alumina yang terdiri dari alumunium oksida dengan sedikit kotoran dikenal sebagai alumina murni. Alumina merupakan satu dari bahan kimia oksida yang dikenal paling stabil. Bahan ini secara mekanis sangat kuat, tidak dapat larut dalam air, steam lewat jenuh, dan hampir semua asam inorganik dan alkali. Sifatnya membuatnya cocok untuk pembentukan wadah tempat melebur logam untuk fusi sodium karbonat, sodium hidroksida dan sodium peroksida. Bahan ini memiliki tahanan tinggi dalam oksidasi dan reduksi pada kondisi II - 18 Bab II Tinjauan Pustaka atmosfir. Alumina digunakan dalam industri dengan proses panas. Alumina yang sangat berpori digunakan untuk melapisi tungku dengan suhu operasi sampai mencapai 1850oC. 2.6.8. MONOLITIK Refraktori monolitik adalah sebuah cetakan tunggal dalam pembentukan peralatan, seperti sendok besar seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9. Refraktori ini secara cepat menggantikan refraktori jenis kovensional dalam banyak digunakan termasuk tungku-tungku industri. Keuntungan utama monolitik adalah: 1. Penghilangan sambungan yang merupakan titik kelemahan 2. Metoda penggunaannya lebih cepat 3. Tidak diperlukan keakhlian khusus untuk pemasangannya 4. Mudah dalam penanganan dan pengangkutan 5. Cakupan yang lebih baik untuk mengurangi waktu penghentian dalam perbaikan 6. Cakupannya sungguh mengurangi tempat penyimpanan dan menghilangkan bentuk khusus 7. Penghematan panas 8. Tahanan spalling yang lebih baik 9. Stabilitas volum yang lebih besar Penempatan monolitik menggunakan berbagai macam metoda, seperti ramming, penuangan, gunniting, penyemprotan, dan sand slinging. Ramming memerlukan tool yang baik dan kebanyakan II - 19 Bab II Tinjauan Pustaka digunakan pada penggunaan dingin dimana penggabungan bahan merupakan hal yang penting. Dikarenakan semen kalsium aluminat merupakan bahan pengikat, maka bahan ini harus disimpan secara benar untuk mencegah penyerapan kadar air. Kekuatannya mulai berkurang setelah 6 sampai 12 bulan. Gambar 2.3. Pelapisan Monolitik untuk Ladel 2.7 BAHAN – BAHAN ISOLASI Bahan-bahan isolasi sangat mengurangi kehilangan panas yang melalui dinding. Isolasi dicapai dengan memberikan sebuah lapisan bahan yang memiliki konduktivitas panas rendah antara permukaan panas dibagian dalam tungku dan permukaan luar, jadi menjaga suhu permukaan luar tetap rendah. Bahan-bahan isolasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Batu bata isolasi 2. Castables isolasi 3. Serat keramik 4. Kalsium silikat 5. Pelapis keramik Bahan-bahan isolasi memiliki konduktivitas yang rendah terhadap poriporinya sementara kapasitas panasnya tergantung pada bulk density dan II - 20 Bab II Tinjauan Pustaka panas jenisnya. Bahan isolasi udara terdiri dari pori-pori yang sangat kecil dan diisi oleh udara, yang memiliki konduktivitas panas sangat rendah. Panas berlebih merugikan seluruh bahan isolasi, namun pada suhu berapa hal ini terjadi sangat bervariasi. Oleh karena itu pemilihan bahan isolasi harus didasarkan pada kemampuannya menahan konduktivitas panas dan pada suhu tertinggi dimana bahan ini maíz dapat bertahan. Salah satu bahan isolasi yang paling banyak digunakan adalah diatomite, juga dikenal dengan kiesel guhr, yang terdiri dari sejumlah massa kerangka tanaman air yang sangat kecil yang terendapkan ribuan tahun didasar lautan dan danau. Komposisi kimianya adalah silika yang tercemari oleh lempung dan bahan organik. Kisaran luas dari refraktori isolasi dengan perpaduan luas yang sekarang sudah tersedia. Tabel 6 memperlihatkan sifat fisik penting dari beberapa refraktori isolasi. Tabel 2.3. Sifat-sifat fisik bahan-bahan isolasi (BEE, 2005) 2.7.1. SERAT KERAMIK Serat keramik merupakan bahan isolasi massa panas yang rendah, yang merombak rancangan tungku sistim pelapisan. Serat keramik dibuat dengan cara pencampuran dan pelelehan alumina dan silika pada suhu 1800 – 2000oC, dan mematahkan aliran lelehan dengan menghembuskan udara bertekanan atau II - 21 Bab II Tinjauan Pustaka menjatuhkan aliran lelehan ke cakram berputar membentuk serat keramik lepasan atau dalam kumpulan yang besar. Serat dalam jumlah besar digunakan untuk memproduksi berbagai produk isolasi termasuk selimut/mantel, bilah/ strip, vernis dan modul jangkar, kertas, papan dan potongan yang dibentuk vakum, tali, felt basah, semen mastik, dll. Serat biasanya dihasilkan dalam dua jenis suhu terga ntung pada kandungan Al2O3. Produk yang baru adalah ZrO2 yang ditambahkan serat alumino-silikat, yang membantu mengurangi tingkat penyusutan dan oleh karenanya membuat serat cocok untuk suhu yang lebih tinggi. Suhu operasi kontinyu yang direkomendasikan untuk serat-serat diberikan dalam Tabel 7. Tabel 2.4. Suhu operasi kontinyu yang direkomendasikan untuk serat-serat (BEE, 2005) Serat keramik biasanya dihasilkan dalam bentuk wool ukuran besar dan dijahitkan ke mantel dengan masa jenis yang bervariasi berkisar dari 64 sampai190 kg/m3. Produk-produk yang diubah dan lebih dari 40 jenis berbeda dibuat dari mantel untuk memenuhi berbagai permintaan. Karakteristik serat keramik merupakan kombinasi yang luar biasa dari sifat-sifat refraktori dan bahan isolasi tradisional. II - 22 Bab II Tinjauan Pustaka a. Konduktivitas panas yang lebih rendah Dikarenakan konduktivitas panas yang rendah (0,1 kKal/m per jam per oC pada 600 oC untukmantel dengan massa jenis 128 kg/m3) maka memungkinkan untuk membuat lapisan yang lebih tipis dengan efisiensi panas yang sama dengan refraktori konvensional. Sebagai hasil dari lapisan yang lebih tipis, volum tungku menjadi lebih besar. Lapisan ini 40 persen lebih efektif daripada batu bata isolasi kualitas baik dan 2,5 kali lebih baik dari asbes. Serat keramik merupakan bahan isolasi yang lebih baik dari kalsium silikat. b. Ringan Massa jenis rata-rata serat keramik adalah 96 kg/m3. Nilai ini sepersepuluh berat batu bata isolasi dan sepertiga berat papan asbes/kalsium silikat. Untuk tungku yang baru, penyangga struktur bangunan dapat berkurang 40 persen. c. Penyimpan panas yang lebih rendah Lapisan serat keramik menyerap sedikit panas disebabkan masa jenisnya yang lebih rendah. Oleh karena itu tungku dapat dipanaskan dan didinginkan pada laju yang lebih cepat. Biasanya panas yang disimpan dalam sistim pelapisan serat keramik berkisar antara 2700 - 4050 kKal/m2 (1000 – 1500 Btu/Ft2) dibandingkan terhadap sistim pelapisan secara konvensional yang berkisar 54200-493900 kKal/m2 (20000 – 250000 Btu/Ft2). II - 23 Bab II Tinjauan Pustaka d. Tahan terhadap goncangan panas Pelapis serat keramik menahan goncangan panas karena matrik yang berpegas. Hal ini jugamenjadikan siklus pemanasan dan pendinginan lebih cepat, dengan demikian memperbaiki kemampuan dan produktivitas tungku. e. Tahan kimia Serat keramik menahan hampir seluruh serangan kimia dan tidak dipengaruhi oleh hidrokarbon, air dan steam yang ada dalam gas buang. f. Pegas mekanik Gaya pegas mekanik yang tinggi dari serat keramik memungkinkan untuk membuat tungku berlapis serat di luar pabrik, mengirimnya ke lokasi dalam bentuk rakitan tanpa resiko rusak. g. Biaya pemasangan yang rendah Dikarenakan serat keramik merupakan proses yang sudah distandarisasi, maka tidak diperlukan keakhlian khusus. Pelapis serat tidak memerlukan waktu pengeringan atau waktu curing dan tidak terdapat resiko retak atau spalling bilamana dipanaskan setelah pemasangan. h. Mudah dalam perawatan Dalam hal kerusakan fisik, bagian serat keramik yang rusak dapat dengan segera dibuang dan diganti dengan yang baru. Seluruh bagian panel dapat dipasang sebagian terlebih dahulu II - 24 Bab II Tinjauan Pustaka untuk pemasangan cepat dengan waktu penghentian yang minimal. i. Mudah dalam penanganan Seluruh bentuk produk mudah ditangani dan hampir seluruhnya dapat dengan cepat dipotong oleh pisau atau gunting. Produk yang dibentuk oleh vakum memerlukan pemotongan dengan menggunakan gergaji/band saw. j. Efisiensi panas Efisiensi panas sebuah tungku yang dilapisi dengan serat keramik diperbaiki dalam dua cara. Pertama, konduktivitas panas yang rendah dari serat keramik me njadikan lapisan lebih tipis dan oleh karena itu tungkunya dapat menjadi lebih kecil. Kedua, respon cepat serat keramik terhadap perubahan suhu juga menjadikan pengendalian distribusi suhu yang lebih akurat dalam tungku. Keuntungan lain yang diberikan oleh serat keramik adalah: Tungkunya ringan Pekerjaan fabrikasi bajanya sederhana Waktu penghentian pabriknya sedikit Produktivitas meningkat Kapasitas tambahan Biaya perawatan rendah Umur layanan yang lebih panjang Efisiensi panas lebih tinggi II - 25 Bab II Tinjauan Pustaka Responnya lebih cepat 2.7.2. PELAPIS EMISIVITAS YANG TINGGI Emisivitas (yakni ukuran kemampuan bahan untuk menyerap dan meradiasikan panas) seringkali dianggap sebagai sifat fisik yang sudah melekat yang biasanya tidak berubah (contoh lainnya adalah masa jenis, panas jenis dan konduktivias panas). Walau begitu, perkembangan pelapis dengan emisivitas tinggi me njadikan emisivitas bahan meningkat. Pelapis dengan emisivitas tinggi diterapkan pada permukaan interior tungku. Gambar 10 memperlihatkan bahwa emisivitas berbagai bahan isolasi berkurang dengan meningkatnya suhu proses. Keuntungan pelapis dengan emisivitas tinggi adalah bahwa emisivitas kurang lebih konstan. Gambar 2.4. Emisivitas Bahan Refraktori pada Berbagai Suhu (BEE, 2005) II - 26 Bab II Tinjauan Pustaka Emisivitas tungku yang beroperasi pada suhu tinggi adalah 0,3. Dengan menggunakan pelapis beremisivitas tinggi nilai ini akan naik mencapai 0,8, mengakibatkan naiknya perpindahan panas melalui radiasi. Manfaat lain dari pelapisan dengan emisivitas tinggi dalam ruang tungku adalah pemanasan yang seragam dan memperpanjang umur refraktori dan komponen logam seperti pipa radian dan elemen pemanas. Untuk tungku intermittent atau dimana diperlukan pemanasan cepat, penggunaan pelapis seperti itu akan menurunkan penggunaan bahan bakar atau daya 25 – 45 persen. 2.8. DEFINISI TUNGKU (FURNACE) Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melelehkan logam untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan, penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (perlakuan panas). Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan baku yang ditempatkan didalam tungku. Untuk alasan ini: Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik sebagai masukan energinya. II - 27 Bab II Tinjauan Pustaka Tungku induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi tuang. Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak. Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak tungku, terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan. Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak dikehendaki adanya sulfur. Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang minim. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah 7 persen) dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 persen). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi dalam tungku. Sebagai contoh, sebuah tungku yang lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang cukup signifikan melalui cerobong. Seluruh tungku memiliki komponen-komponen seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.5 (Carbon Trust, 1993): Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada suhu operasi yang tinggi. II - 28 Bab II Tinjauan Pustaka Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari bahan refraktori yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian darinya didinginkan oleh air. Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk menaikan dan menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat digunakan dalam pemanasan ulang/reheating tungku. Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari ruangan Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan untuk pemuatan dan pengeluaran muatan. Peralatan bongkar muat termasuk roller tables, conveyor, mesin pemuat dan pendorong tungku. Gambar 2.5 : Komponen-komponen Tungku (The Carbon Trust, 1993) II - 29 Bab II Tinjauan Pustaka 2.9. INDUSTRI – INDUSTRI PENGGUNA PRODUK REFRAKTORI DI INDONESIA Sebaran pemakaian produk refractori terutama didominasi oleh industri besi/baja seperti PT. Krakatau Steel sebesar 68 %. Sedangkan pemakaian berikutnya adalah industry semen seperti PT. Indocement Tunggal Prakarsa 7 %, industry logam bukan besi seperti PT. Molten Alumunium Producer Indonesia sebesar 5 %, industri lainnya oil/gas, fertilizer, keramik dan boiler seperti PT. Pertamina dan PLN sebesar 7 %. II - 30