BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh D.C.Smith, M. Bruyns dan S.Evans
(2011) terhadap 12 manajer proyek teknologi informasi menunjukkan bahwa
manajer proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi
dimana manajer proyek harus selalu berpikir positif dan harus bisa mengatur
stres dalam memimpin pengerjaan proyek.
Brenda Whittaker (1999) melakukan penelitian proyek teknologi
informasi dengan menyebarkan kuesioner 1450 perusahaan negeri dan swasta
di Canada . Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa 3 faktor
utama yang mempengaruhi kesuksesan proyek Teknologi Informasi yaitu
manajemen proyek, keterampilan dari manajer proyek dan manajemen resiko.
Nicole Haggerty (2000) melakukan penelitian dengan melakukan
wawancara terhadap 5 manajer proyek di
Canada dimana pengukuran
kesuksesan dilakukan dengan 2 kriteria yaitu pertama adalah kepuasan proyek
dimana proyek sesuai biaya, ruang lingkup dan selesai tepat waktu dan kedua
adalah proyek mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan, diketahui bahwa manajer proyek memiliki peranan yang
sangat penting dimana manajer proyek dengan keterampilan, pengalaman dan
pendidikannya berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi.
Berdasarkan penelitian Leon A Kappelman, Robert McKeeman, dan
Lixuan Zhang (2006) dimana dilakukan survei terhadap 55 orang manajer
proyek yang memiliki pengalaman manajemen proyek teknologi informasi
8
9
rata-rata lebih dari 15 tahun menyatakan bahwa manajemen proyek
berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi.
Matthew Miller (2008) melakukan penelitian dengan mengumpulkan
data dari 68 responden yang terdiri dari pengguna, klien dan manajmen puncak
menyatakan bahwa manajer proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek
Teknologi Informasi. Proyek yang dipimpin manajer proyek dengan
keterampilan profesional
memiliki
kemungkinan sukses sebesar 50%
dibandign proyek yang dipimpin oleh menajer proyek yang tidak memiliki
keterampilan profesional.Oleh karena itu manajer proyek yang mau direkrut
oleh organisasi haruslah manajer proyek yang mempunyai pengalaman dalam
proyek teknologi informasi dan manajer yang memiliki kualifikasi serta
kemampuan yang baik.
Berdasarkan penelitian Fahad Alfaader, Mohammad
Alawairdhi,
Mahran Al-Zyoud (2012) menyatakan bahwa manajer proyek dengan
kepemimpinan dan soft skills berpengaruh terhadap kesuksesan suatu proyek
teknologi informasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pelatihan kepimpinan,
komunikasi dan penyelesaian konflik untuk manajer proyek.
Berdasarkan penelitian Karel de Bakker, Albert Boonstra, Hans
Wortmann (2009)
menyatakan bahwa manajemen resiko yang merupakan
bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek
Teknologi Informasi.
Mitchell L Valentine (2002) melakukan penelitian dengan membagikan
kuesioner kepada 42 responden yang terdiri dari manajer proyek dan anggota
tim proyek menyatakan bahwa manajer proyek dengan keterampilan dan
10
kepemimpinannya berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi
Informasi.
Berdasarkan penelitian Imran Haider Naqvi, Shazia Aziz dan Kashif
UrRehman (2011) menyatakan bahwa manjemen komunikasi yang merupakan
salah satu bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan
proyek Teknologi Informasi.
Mary Summer, Douglas Book, Gary Giamarlino (2006) melakukan
penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada 112 manajer proyek tetapi
responden Cuma 57 menyatakan bahwa keterampilan dari manajer proyek
berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi.
Graeme Thomas, Walter Fernandez (2008) melakukan penelitian dengan
membagikan kuesioner kepada 36 perusahaan dengan 3 sektor industri di
Australia menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesusksesan Proyek
Teknologi Informasi adalah Definisi kriteria sukses.
Berdasarkan penelitian Karel de Bakker, Albert Boonstra, Hans
Wortmann (2012)
menyatakan bahwa manajemen resiko yang merupakan
bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek
Teknologi Informasi.
Xiabo Xu, Weiyong Zhang, Reza baarkhi (2010) melakukan penelitian
terhadap 700 organisasi di Uni Soviet menyatakan bahwa Infrastruktur
Teknologi Informasi berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi
Informasi.
Berdasarkan penelitian Walid Al-ahmad, Khalid Al-Fagih, Khalid
kahnfar, Khalid Alsamra, Saleem Abuleil, Hans Abu Salem (2009) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek Teknologi Informasi
11
yaitu manajemen proyek, manajemen puncak, teknologi, organisasi, faktor
kompleksitas/ukuran, dan faktor proses.
Berdasarkan penelitian Ofel Zwikael (2008)
menyatakan bahwa
manajemen puncak berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi
Informasi.
Tabel 2.1
Penulis
Tahun
Penelitian Terdahulu
Judul Jurnal
Jurnal
Brenda
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan proyek
teknologi informasi
1999
What
went
Mana
Ma
Ma
Infrast
Tek
Or
U
Pr
Defin
jer
naje
naje
ruktur
nol
gan
ku
os
isi
Proy
men
men
Tekno
ogi
isa
ra
es
Kriter
ek
Pro
Pun
logi
si
n
yek
cak
Infor
Sukse
masi
s
X
wrong?
Whittaker
Unsuccessful
Information
Technology
Projects
Nicole
2000
Understanding
the
Haggert
between
X
link
IT
Project
Manager
Mitchell L
Valentine
2002
Transformatio
nal leadership:
A prescription
for IT Project
X
X
ia
12
Success
Leon
A
2006
Early Warning
Kappelma
Signs
of
n
Project
Robbert
Failure:
McKeema
Dominant
n
Dozen
X
IT
The
Lixuan
Zhang
Mary
2006
Exploring The
Summer
Linkage
Douglas
Between
Book
Charateristics
Gary
of IT Project
Giamarlin
Leaders
o
Project
X
The
and
Success
Ofel
2008
Top
X
Management
Zwikael
Involvement in
Project
Management
Matthew
2008
New
Insights
X
into IT Project
Miller
Failure & How
to Avoid IT
Graeme
2008
Success in IT
Thomas
Projects:
A
Walter
matter
of
Fernandez
Definition
X
13
Karel
de
2009
Does
Risk
Bakker
Management
Albert
Contribute
Boonstra
IT
Hans
Success?
X
to
Project
Wortman
n
Walid Al
2009
A
Taxonomy
Ahmad
Of
An
Khalid Al
Project
Fagih
Failure:
Khalid
Causes
X
X
X
IT
Root
Kahnfar
Khalid
Alsamra
Saleem
Abuleil
Hans Abu
Salem
Xiabo Xu
2010
IT
X
Weiyong
Infrastructure
Zhang
Capabilities &
Reza
Project
Baarkhi
Success:
A
Development
Team
Perspective
D.C
2011
A
Project
X
X
X
X
14
Smith,
Manager’s
M.Bruyns,
optimism
S.Evans
Stress
&
Management
and IT Project
Success
2011
Imran
The Impact Of
Haider
Stakeholder
Naqvi
Communicatio
Shazia
n on Project
Aziz
Outcome
X
Kashif
UrRehma
n
2012
Fahad
Success
and
Alfaader
Failure of IT
Mohamm
Projects:
ad
Study in Saudi
Alawairdh
Arabia
X
A
i
Mahran
Al-Zyoud
Karel
de
2012
Risk
Bakker
Management’s
Albert
communicative
Boonstra
effects
Hans
Influencing IT
Wortman
Project
n
Success
Total
X
7
6
2
1
1
1
1
1
1
15
Melalui tabel di atas kita dapat melihat bahwa dari 15 penelitian yang
dilakukan, ada 3 faktor yang paling sering ditemukan yaitu Manajer Proyek,
Manajemen Proyek, Manajemen Puncak. Oleh sebab itu, peneliti ingin
meneliti ketiga faktor tersebut dan menambahkan satu faktor baru yang belum
pernah diteliti, faktor tersebut adalah Lingkungan Proyek.
2.2
Pengertian Proyek
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 13), proyek adalah sebuah usaha
sementara yang dilakukan untuk mencapai produk yang unik, layanan ataupun
hasil.
Menurut Kenneth C.Laudon, Jane P.Laudon (2010 : 249), proyek
(project) adalah serangkaian aktivitas yang berhubungan yang terencana untuk
mencapai sasaran bisnis tertentu.
Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 402), proyek dapat
didefinisikan sebagai seperangkat kegiatan yang saling terkait, dengan saat
permulaan dan saat berakhir yang disepakati yang dilakukan oleh sebuah
organisasi dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka
waktu, skala biaya dan sumberdaya yang sudah ditentukan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 2) mengatakan bahwa, “Proyek adalah
suatu kelompok aktivitas yang bersifat sementara dengan tujuan untuk
mencapai suatu hasil produk atau jasa dalam suatu waktu tertentu.”
Menurut Suryanto, Sanyoto gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana
(2009 : 82), proyek adalah rangkaian usaha dalam jangka waktu tertentu yang
bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa/pelayanan unik tertentu,
16
dilaksanakan oleh manusia dengan memanfaatkan berbagai sumber daya,
meallui rangkaian proses perencanaan, eksekusi dan kontrol.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proyek adalah suatu
rangkaian kegiatan yang mempunyai saat permulaan dan saat berakhir untuk
menghasilkan sebuah produk dan layanan untuk memenuhi sasaran dan tujuan
tertentu.
2.3
Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 1),
teknologi informasi adalah teknologi komputer baik perangkat keras maupun
perangkat lunak yang digunakan untuk pemrosesan dan penyimpanan
informasi, serta untuk pengiriman informasi.
Menurut Haag, Cummings, McCubbrey (2006 : 28), teknologi informasi
adalah alat berbasis komputer yang digunakan orang untuk bekerja dengan
informasi dan untuk mendukung pengolahan informasi yang dibutuhkan oleh
sebuah organisasi.
Menurut Robert A.Schultz (2006 : 4), teknologi informasi adalah segala
bentuk dari teknologi yang digunakan untuk membuat, menyimpan, mengubah
dan menggunakan informasi dalam berbagai jenis bentuk.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah
suatu teknologi komputer yang digunakan untuk membuat, mengubah,
memproses, menyimpan dan menyebarkan suatu informasi.
17
2.4
Pengertian Proyek Teknologi Informasi
Menurut Kathy Schwallbe (2010 : 4), proyek teknologi informasi adalah
proyek yang dikerjakan dengan menggunakan perangkat keras, perangkat
lunak dan jaringan untuk menghasilkan sebuah produk, layanan ataupun hasil.
2.5
Kriteria Proyek Yang Sukses
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 14), ada beberapa cara untuk
mendefinisi proyek yang sukses. Adapun 3 kriteria dibawah ini biasanya
digunakan untuk mengukur suatu proyek yang sukses:
1.
Proyek sesuai dengan ruang lingkup, waktu dan biaya.
2.
Proyek memuaskan pelanggan dan sponsor.
3.
Hasil
proyek
mencapai
tujuan
utamanya
seperti
untuk
menghasilkan uang, mengurangi biaya, memberikan pengembalian
investasi, atau membuat para sponsor merasa puas.
Menurut David L.Olson (2003 : 9), sebuah proyek dapat dikatakan
sebagai proyek yang sukses jika sebuah proyek:
1.
Selesai tepat waktu.
2.
Tidak melebih anggaran.
3.
Kegunaan tidak jauh berbeda dengan yang ditentukan.
Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 400), suatu proyek yang
sukses harus:
1.
Selesai tepat waktu.
2.
Sesuai anggaran.
3.
Mendapatkan kepuasan pelanggan.
18
Menurut Brenda Whittaker (1999 : 23) bahwa suatu proyek dikatakan
gagal jika:
1.
Proyek melebihi anggaran sebesar 30 persen atau lebih.
2.
Proyek melebihi jadwal sebesar 30 persen atau lebih.
3.
Proyek dibatalkan karena tidak dapat memberikan manfaat/tujuan
yang direncanakan.
Menurut Matthew Miller (2008) bahwa suatu proyek dikatakan gagal
jika:
1.
Proyek melebihi anggaran sebesar 10%.
2.
Proyek melebih waktu yang ditentukan sebesar 10%.
3.
Proyek tidak memberikan manfaat bisnis sebesar 10%.
4.
Proyek di batalkan.
Menurut Fahad Alfaader, Mohammad Alaw Airdhi dan Mahran AlZyoud (2012), sebuah proyek dapat didefinisikan sebagai proyek yang sukses
jika:
1.
Proyek selesai tepat waktu.
2.
Proyek selesai sesuai anggaran.
3.
Proyek berkualitas (fitur dan fungsi yang direncanakan tercapai).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah proyek bisa
dikatakan sebagai proyek yang sukses jika sesuai dengan ruang lingkup, waktu,
biaya, mendapatkan kepuasan pelanggan/sponsor (kualitas) dan memenuhi
tujuan utama proyek.
19
2.6
Fungsi Proyek Teknologi Informasi
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 42), proyek teknologi informasi
dikerjakan untuk:
1.
Mengurangi biaya.
2.
Menghasilkan produk ataupun layanan.
3.
Meningkatkan layanan pelanggan.
4.
Meningkatkan komunikasi.
5.
Meningkatkan pengambilan keputusan.
6.
Menciptakan atau memperkuat hubungan dengan pemasok,
pelanggan dan mitra.
2.7
7.
Meningkatkan proses.
8.
Meningkatkan kemampuan pelaporan.
9.
Mendukung kebutuhan hukum baru.
Daur Hidup Proyek (Project Life Cycle)
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 16), Project life cycle (PLC) yaitu
Kumpulan dari tahapan logis atau fase kehidupan proyek dari awal hingga
akhir untuk mendefinisikan, membangun dan memberikan produk dari sebuah
proyek seperti sistem informasi.
Gambar 2.1 Daur Hidup Proyek
20
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 16), ada 5 tahapan dalam Project life
cycle (PLC):
1.
Menentukan tujuan proyek
Tujuan proyek harus fokus untuk memberikan nilai tambah bagi
bisnis suatu organisasi. Sebuah definisi tujuan yang baik akan
memberikan tim proyek fokus yang jelas sehingga dapat memicu tahapan
proyek selanjutnya.
2.
Merencanakan proyek
Membuat rencana proyek sangatlah penting. Dalam sebuah rencana
proyek akan dibahas mengenai:
a.
Apa yang akan kita kerjakan?
b.
Mengapa kita harus mengerjakannya?
c.
Bagaimana kita mengerjakannya?
d.
Siapa yang akan terlibat?
e.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
f.
Berapa biayanya?
g.
Kesalahan apa yang mungkin terjadi dan apa yang harus kita
lakukan?
3.
h.
Bagaimana kita menentukan estimasi jadwal dan anggaran?
i.
Mengapa kita harus membuat keputusan yang tepat?
j.
Bagaimana kita bisa mengetahui kalau proyek itu sukses?
Menjalankan rencana proyek
Melakukan tindakan sesuai rencana yang sudah dibuat.
21
4.
Menutup proyek
Tahapan penutupan berfungsi untuk memastikan semua pekerjaan
telah sesuai dengan yang direncanakan dan sesuai dengan yang disetujui
tim dan sponsor.
5.
Evaluasi proyek
Manajer proyek mungkin akan mengevaluasi kinerja dari setiap
anggota tim untuk memberikan umpan balik berdasarkan prestasi setiap
anggota seperti untuk masalah kenaikan gaji.
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 19), Systems Development Life Cycle
(SDLC) merupakan tahapan yang berurutan dalam membangun suatu sistem
informasi. Tahapan dalam SDLC yaitu:
1.
Perencanaan
Yaitu mengidentifikasi dan menanggapi masalah atau peluang serta
menggabungkan manajemen proyek dengan proses dan kegiatan
pengembangan sistem.
2.
Analisis
Yaitu mengidentifikasi dan mendokumentasi kebutuhan spesifik
dan persyaratan untuk sistem baru.
3.
Desain
Yaitu mendesain jaringan, konfingurasi perangkat keras, basis data,
user interface, dan program aplikasi.
4.
Implementasi
Yaitu mengembangkan , membangun sistem, menguji dan
menginstalasi.
22
5.
Memelihara dan mendukung
Yaitu memperbaiki kesalahan yang ditemukan didalam sistem,
untuk menambah fitur yang belum ada dalam perancangan awal ataupun
untuk penyesuaian terhadap perubahan lingkungan bisnis.
Menurut Kathy Schwallbe (2010 : 186), work breakdown structure
(WBS) adalah
pengelompokan pekerjaan dalam suatu proyek untuk
menentukan keseluruhan ruang lingkup dari proyek. Sebuah WBS sering
digambarkan dalam bentuk hierarki ataupun dalam bentuk bagan.
2.8
Manajer Proyek
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 17), manajer proyek adalah seseorang
yang bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sponsor proyek, tim
proyek dan orang lain yang terlibat dalam proyek untuk mencapai tujuan
proyek.
Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 432), manajer proyek
adalah
seseorang
yang
mengendalikan
proyek
secara
rutin
dengan
menggunakan kekuasan yang diberikan oleh sponsor proyek.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajer proyek adalah
seseorang yang memiliki kuasa untuk mengendalikan proyek serta bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam proyek
sehingga tujuan proyek dapat tercapai.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 25), seorang manajer proyek teknologi
informasi yang efektif dan sukses dapat dievaluasi dari keterampilan yang
dimilikinya. Adapun sepuluh keterampilan dan kompetensi yang harus dimiliki
oleh manajer proyek yaitu:
23
1.
Berhubungan dengan orang lain.
2.
Kepemimpinan.
3.
Mendengarkan.
4.
Jujur, berperilaku etis dan konsisten.
5.
Membangun kepercayaan yang kuat.
6.
Komunikasi verbal.
7.
Membangun tim yang kuat.
8.
Manajemen konflik.
9.
Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.
10.
Mengerti dan menyeimbangkan prioritas.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), tim proyek adalah sekelompok
orang yang terlibat di dalam proyek dimana memiliki keterampilan dan
kemampuan yang dibutuhkan di dalam proyek.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 10), stakeholder proyek adalah orang
yang terlibat atau dipengaruhi oleh aktivitas proyek, stakeholder proyek
meliputi sponsor proyek, tim proyek, staf pendukung, pelanggan, pengguna,
pemasok.
Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 422),
sponsor proyek adalah manajer bisnis yang secara finansial memiliki proyek.
Sponsor proyek berpatisipansi dalam pengembangan proposal proyek awal
termasuk penilaian terhadap kelayakan proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 12), beberapa uraian dari
manajer proyek meliputi:
kerja
24
1.
Mendefinisikan ruang lingkup proyek.
2.
Mengidentifikasi stakeholder dan juga sistem prosedur eskalasi dari
setiap keputusan di dalam proyek teknologi informasi.
3.
Menyusun rincian uraian tugas.
4.
Mengestimasi kebutuhan waktu.
5.
Menyusun flow chart dari manajemen proyek.
6.
Mendefinisikan kebutuhan proyek dan juga anggaran.
7.
Melakukan evaluasi kebutuhan proyek.
8.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko.
9.
Mempersiapkan rencana cadangan bila proyek tersebut tidak
berjalan sesuai perencanaan.
10.
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan.
11.
Mengidentifikasi titik kritis dari proyek.
12.
Berpatisipasi di dalam mengevaluasi proyek.
13.
Mengamankan sumber daya yang dibutuhkan oleh proyek.
14.
Mengelola sistem pengawasaan dari proyek teknologi informasi.
15.
Menyusun dan melaporkan status dari proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), tugas dari manajer proyek adalah
untuk melakukan koordinasi dengan tim yang berasal dari bagian atau fungsifungsi yang berbeda dan juga menilai serta mengajukan kelayakan proyek
kepada pihak manajemen .
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 8), Seorang manajer proyek sangat
penting terhadap proyek yang sukses dimana manajer proyek harus bekerja
dengan sponsor proyek, tim proyek dan semua orang yang terlibat dalam
proyek untuk mencapai tujuan proyek sehingga proyek menjadi sukses.
25
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 9), kesuksesan atau kegagalan suatu
proyek sangat ditentukan oleh pimpinan proyek yang berpengalaman dalam
menangani proyek teknologi informasi. Pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman untuk menangani proyek yang sejenis dengan catatan bahwa
proyek-proyek sebelumnya telah diselesaikan dengan baik.
2.9
Manajemen Proyek
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana
(2009
:
82),
manajemen
proyek
adalah
kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber daya
tertentu.Manajemen
proyek
yang
baik
adalah
cara
mengelola
dan
mengorganisir ruang lingkup, waktu, biaya, kualitas, sumber daya manusia,
komunikasi, resiko, pengadaan proyek sehingga suatu proyek dapat sukses.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 10), Manajemen proyek adalah aplikasi
dari pengetahuan, kemampuan, alat dan teknik yang digunakan untuk
kebutuhana aktivitas proyek.
Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 735),
Manajemen proyek adalah aplikasi dari pengetahuan orang, kemampuan, alat ,
dan teknik untuk beragam aktivitas yang di rancang untuk mencapai tujuan dari
proyek
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), manajemen proyek adalah suatu
pengetahuan tentang aplikasi, keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin
suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek.
26
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah
penerapan dari pengetahuan, keahlian menggunakan peralatan serta teknikteknik atau metode dalam memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), manfaat dari manajemen proyek
teknologi informasi yaitu:
1.
Memberikan pengawasan yang lebih baik dari sisi keuangan dan
sumber daya manusia.
2.
Meningkatkan kinerja dan hubungan dengan pelanggan.
3.
Waktu pengembangan proyek menjadi lebih singkat.
4.
Biaya yang lebih hemat dan rendah karena semua komponen lebih
terkoordinasi.
5.
Kualitas dari hasil proyek menjadi lebih baik dan dapat diandalkan.
6.
Tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
7.
Meningkatkan produktivitas.
8.
Koordinasi internal yang lebih baik.
9.
Meningkatkan moral karyawan dan tim proyek.
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 11), alasan suatu manajemen proyek
mendukung proyek Teknologi Informasi yaitu:
1.
Sumber daya
Proyek teknologi informasi membutuhkan kas ataupun sumber
daya lain dari organisasi. Proyek harus diestimasi dengan akurat dari segi
biaya dan jadwal harus dikendalikan secara efektif. Tanpa suatu alat,
teknik, metode dan pengendalian maka proyek akan menghabiskan
sumber daya yang dibutuhkan untuk proyek organisasi yang lain.
27
2.
Ekspetasi
Organisasi mengharapkan profesional teknologi informasi untuk
menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas. Manajemen proyek
memudahkan komunikasi sehingga tim proyek mengetahui ekspetasi dari
organisasi dan bisa mencapai ekspetasi dari organisasi.
3.
Kompetisi
Manajemen proyek mendukung bahwa proyek Teknologi Informasi
yang dihasilkan dapat digunakan oleh organisasi untuk berkompetisi
dengan organisasi lain
4.
Efisien dan Efekif
Manajemen proyek memungkinkan pengembangan proyek yang
efektif dan efisien dimana proyek dapat dikerjan dengan waktu yang
lebih pendek, biaya rendah dan kualitas yang tinggi. Untuk mendukung
kesuksesan proyek Teknologi Informasi, Manajemen proyek harus
diterima dan didukung oleh semua level dalam organisasi.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 12), ada 8 bagian di dalam manajamen
proyek yang sangat penting untuk kesuksesan proyek.
1.
Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project scope management)
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 83), ruang lingkup mewakili semua kinerja yang terlibat
dalam menciptakan produk dan proses yang terlibat dalam pendefenisian
dan pengaturan mengenai apa yang termasuk atau tidak di dalam proyek.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 12), Manajemen ruang lingkup
mendefinisikan serta mengendalikan aktivitas-aktivitas apa yang bisa
dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan
28
dalam menyelesaikan suatu proyek.Ada lima proses utama dalam
manajemen ruang lingkup:
a.
Pengumpulan permintaan
Mendefinisi dan mendokumentasi fitur dan fungsi serta
proses untuk menghasilkan produk dari proyek yang dikerjakan.
b.
Pendefinisian ruang lingkup
Mengecek kembali project charter dan persiapan membuat
scope statement selama proses awal dan pengumpulan data-data
yang diperlukan selama proses perencanaan.
c.
Membuat WBS
Meliputi pembagian dari gambaran proyek secara umum
kedalam beberapa sub proyek atau proses yang lebih rinci secara
hirarki. Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William
(2011 : P424), “Work breakdown is a basic management technique
that systematically subdivides blocks of work down to the level of
detail at which the project will be controlled.”
d.
Verifikasi ruang lingkup
Meliputi penerimaan lingkup proyek, jika tidak disetujui
biasanya pelanggan atau sponsor meminta perubahan yang
menghasilkan suatu permintaan untuk dilakukan koreksi terhadap
lingkup yang telah didefinisikan.
e.
Pengendalian ruang lingkup
Meliputi pengendalian terdahap perubahan suatu lingkup
proyek, yang mencakup identifikasi, evaluasi serta implementasi
perubahan terhadap suatu lingkup proyek.
29
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 17), ruang lingkup dari proyek
teknologi informasi harus ditetapkan di awal setiap proyek dimulai.
Tanpa ruang lingkup yang jelas maka pengelolaan sumber daya dan
waktu tidak akan pernah dapat terealisasi dengan baik. Kesepakatan dan
persetujuan dari manajemen puncak atas ruang lingkup dari proyek
teknologi informasi yang sudah diprioritaskan menjadi pegangan utama
dari pimpinan proyek di dalam memulai proyek tersebut. Ruang lingkup
dari proyek teknologi informasi sangat berkaitan dengan hasil yang akan
dicapai dari proyek tersebut.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 19), beberapa faktor yang dapat
menyebabkan permasalahan di dalam proyek Teknologi Informasi dan
dapat diprioritaskan berdasarkan kriteria dari tingkat tertinggi ke tingkat
terendah yaitu incomplete requirements and specifications dan changing
requirements and specifications yang merupakan bagian dari ruang
lingkup proyek merupakan urutan nomor 2 dan 3 dari sisi prioritas
penyebab kegagalan suatu proyek TI di perusahaan. Untuk itu ruang
lingkup proyek harus diukur dan dievalusasi dengan metode yang tepat.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 13), manajemen ruang lingkup
yang efektif dan efisien jika:
2.
a.
Adanya keterlibatan pengguna aplikasi.
b.
Adanya pernyataan yang jelas mengenai kebutuhan .
c.
Adanya pengendalian terhadap perubahan ruang lingkup.
Manajemen Waktu Proyek (Project time management)
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 83), manajemen waktu proyek secara sederhana
30
didefinisikan sebagai suatu proses yang dibutuhkan untuk menyakinkan
pemenuhan waktu dari proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 23), waktu merupakan sesuatu
yang selalu bergerak dan tidak dapat mundur. Oleh karena itu manajemen
waktu merupakan hal yang sangat penting di dalam manajemen proyek
teknologi informasi. Tahapan–tahapan di dalam proyek teknologi
membutuhkan waktu yang spesifik dan jelas. Pengalokasian waktu ke
setiap sumber daya yang ada membutuhkan suatu pengukuran dan
evaluasi di setiap kegiatan dan aktivitas yang akan dilakukan.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : P213-P214), ada enam proses
utama didalam manajemen waktu proyek:
a.
Mendefinisikan aktifitas
Mengidentifikasi aktifitas secara sepesifik yang harus
dilakukan oleh anggota tim proyek serta para stakeholder agar
proyek mudah diselesaikan.
b.
Mengurutkan aktifitas
Meliputi identifikasi serta mendokumentasikan hubungan atar
setiap aktifitas proyek.
c.
Mengestimasi sumberdaya
Meliputi bagaimana memperkirakan besarnya kebutuhan
akan sumber daya manusia, peralatan serta material.
d.
Mengestimasi kebutuhan waktu (durasi)
Meliputi pengestimasian berapa lama jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap aktifitas proyek.
31
e.
Membuat jadwal
Meliputi
analisa
terhadap
urutan
aktifitas,
perkiraan
sumberdaya serta estimasi kebutuhan waktu untuk menghasilkan
suatu jadwal proyek.
f.
Mengendalikan jadwal
Mencakup pengendalian dan pengaturan terhadap perubahan
- perubahan serta tidakan koreksi terhadap jadwal proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 24), manajemen waktu yang baik
membutuhkan pengalaman dari manajemen proyek di dalam mengelola
waktu dari proyek-proyek sebelumnya. Pengalaman ini sangat penting
mengingat bahwa model bisnis dan proses-proses sejenis yang pernah
dilakukan dapat menjadi bahan acuan di dalam menentukan WBS dan
critical path task yang penting dalam suatu proyek teknologi informasi.
Critical path task merupakan titik kritis dari suatu rangkaian proses
penyelesaian dari setiap tahapan proyek yang sangat menentukan tingkat
keberhasilan suatu proyek secara keseluruhan.
3.
Manajemen Biaya Proyek (Project cost management)
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 82), manajemen biaya proyek melibatkan proses yang
dibutuhkan untuk menyakinkan bahwa proyek terselesaikan dengan
anggaranyang dianjurkan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), biaya merupakan suatu
pengorbanan atas sumber daya utnuk mencapai suatu target yang bersifat
spesifik atau hasil yang diperoleh sebagai pengganti dari pengorbanan
32
tersebut. Biaya biasanya diukur berdasarkan nilai uang dan tercatat di
dalam pengeluaran keuangan perusahaan di dalam laporan keuangan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), manajemen biaya proyek
merupakan suatu proses dari pengelolaan biaya yang dibutuhkan untuk
memastikan bahwa proyek dapat diselesaikan dengan anggaran yang
telah disetujui oleh manajemen perusahaan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), manajemen biaya proyek
dibagi menjadi 3 hal penting yaitu:
1.
Estimasi biaya yang merupakan estimasi biaya dan sumber
daya yang dibutuhkan utnuk menyelesaikan suatu proyek.
2.
Anggaran biaya yang merupakan alokasi seluruh alokasi
biaya untuk pekerjaan setiap tim untuk tujuan mengukur
kinerja dari biaya.
3.
Pengendalian biaya yang merupakan aktivitias pengendalian
terhadap perubahan biaya yang terjadi dengan menggunakan
acuan
dari
anggaran
proyek
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), perubahan sumber daya
yang terjadi sebagai akibat dari implementasi proyek teknologi informasi
harus diperhatikan. Organisasi atau perusahaan harus melakukan suatu
analisa atau evaluasi sebelum suatu proyek teknologi informasi
dijalankan, hal ini penting agar proyek tidak berhenti di tengah
perjalankan karena disebabkan oleh kekurangan biaya.
33
4.
Manajemen Kualitas Proyek (Project quality management)
Pada
tahapan
ini
akan
dilakukan
tindakan-tindakan
yang
dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan dan kepuasan kepada semua
pihak yang berkepentingan bahwa semua tindakan yang diperlukan
dalam mencapai kualitas yang diinginkan telah dilaksanakan dengan
baik.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 43), kualitas biasanya memiliki
hubungan keterkaitan yang sangat erat dengan sejumlah standar
itnernasional, seperti contohnya adalah memenuhi ISO sebagai panduan
sistem manajemen mutu.
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 83), kualitas juga dapat diartikan sebgai totalitas output
yang diharapkan oleh sponsor proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 43), secara umum manajemen
kualitas proyek teknologi informasi dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
1.
Perencanaan (plan) meliputi adanya standar kualitas yang
diharapkan dari hasil proyek teknologi informasi tersebut untuk
memenuhi kebutuhan bisnis dan target manajemen. Perencanaan
kualitas ini diuraikan dalam beberapa kriteria yang direncanakan
harus dicapai dari setiap tahapan atau hasil dari produk teknologi
informasi yang diimplementasikan diperusahaan. Kesepakatan dan
persetujuan dari manajemen puncak atas perencanaan kualitas ini
harus ditetapkan di awal dan sebelum proyek dimulai.
2.
Pelaksanaan (execute) meliputi langkah evaluasi pelaksanaan
proyek teknologi informasi (perform quality assurcance) atau
34
menilai kinerja proyek di setiap tahapan proses baik dari sisi
software, hardware maupun brainware (tim yang terlibat samapi
pemakai dari sistem). Pelaksanaan dari kinerja kualitas harus selalu
dievaluasi oleh manajer proyek dan biasanya di dalam suatu proyek
ditempatkan petugas pegawas mutu secara terpisah. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk menjaga tingkat obyektifitas dari
hasil yang diharapkan dari suatu proyek teknologi informasi.
3.
Pengendalian (control) meliputi langkah pengendalian atas
hasil mutu dari setiap tahapan proyek teknologi informasi
diperusahaan (perform quality control). Langkah pengendalian ini
dapat dilakukan dari internal organisasi atau meminta pihak
konsultan sebagai pengendali kualitas dari proyek teknologi
informasi. Semakin tinggi tingkat pengendalian yang dilakukan
diharapkan hasil yang dicapai akan sesuai dengan target dan tingkat
penyimpangan yang terjadi dapat dihindari sedini mungkin.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 52), kualitas dari proyek
teknologi informasi dapat ditingkatkan dan diukur berdasarkan beberapa
strategi pemahaman yang harus dimiliki oleh manajer proyek.
Pemahaman tersebut meliputi langkah-langkah nyata dari:
1.
Kepemimpian yang dapat meningkatkan kualitas.
2.
Pemahaman atas biaya dari kualitas.
3.
Fokus pada dampak organisasi terhadap kualitas yang
dihasilkan.
35
4.
Mengikuti prinsip model kematangan dari sisi teknologi
informasi maupun organisasi untuk tujuan meningkatkan
kualitas dari sisi sistem informasi perusahaan.
5.
Manajemen Proyek Sumber Daya Manusia (Project human
resource management)
Merupakan suatu tindakan yang terkait dengan langkahlangkah efektif yang perlu diambil dari orang-orang yang terlibat
(stakeholder) dalam suatu proyek.
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto,
Elis Triana (2009 : 83), manajemen sumber daya manusia proyek
melibatkan proses yang dibutuhkan untuk melakukan efektivitas
dari penggunaan orang yang terlibat dengan proyek. Manajemen
sumber daya manusia menyangkut semua stakeholder proyek
Menurut Kathy schwalbe (2010 : 343) Manajemen sumber
daya manusia mencakup empat proses:
a.
Perencanaan sumber daya manusia
Meliputi
identifikasi
serta
dokumentasi
terhadap
peranan, tanggung jawab serta hubungan antara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proyek.
b.
Mendapatkan tim proyek
Meliputi perekrutan serta penugasan personil yang
terlibat dalam suatu proyek.
c.
Mengembangkan tim proyek
Meliputi membangun kemampuan individu serta
kelompok untuk meningkatkan kinerja proyek.
36
d.
Mengatur tim proyek
Meliputi
penelusuran
kinerja
dari
anggota
tim,
memotivasi anggota tim, memecahkan masalah serta konflik
dan
mengkoordinasikan
perubahan
dalam
membantu
meningkatkan kinerja proyek.
6.
Manajemen
Komunikasi
Proyek
(Project
communications
management)
Meliputi bagaimana menghasilkan, mengumpulkan, menyebarkan
serta menyimpan informasi suatu proyek. Tujuan dari manajemen
komunikasi proyek adalah untuk memperkokoh hubungan antar personil,
serta mendapatkan gagasan dan informasi penting untuk mencapai
keberhasilan.
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 83), tujuan dari manajemen komunikasi proyek adalah
untuk menyakinkan waktu dan turunan yang benar, pengumpulan,
penyebaran, penyimpanan, dan peletakan dari informasi proyek.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 383), Ada empat proses utama
didalam komunikasi proyek:
a.
Identifikasi stakeholder
Meliputi identifikasi semua orang yang terlibat di dalam
ataupun dapat mempengaruhi proyek dan menentukan cara terbaik
untuk mengatur hubungan di antara semua orang yang terlibat.
b.
Perencanaan komunikasi
Meliputi penetapan kebutuhan-kebutuhan akan informasi dan
komunikasi pada para stakeholder, mencakup informasi apa yang
37
dibutuhkan,
kapan
mereka
membutuhkan
serta
bagaimana
informasi dapat secara tepat disampaikan.
c.
Pendistribusian informasi
Meliputi usaha agar informasi yang diperlukan oleh para
stakeholder dapat terpenuhi.
d.
Pengaturan stakeholder
Meliputi bagaimana melakukan komunikasi yang tepat
terhadap para stakeholder agar harapannya dapat terpenuhi
terhadap keberhasilan suatu proyek.
e.
Laporan kinerja
Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja,
termasuk laporan status kinerja serta perkiraan kapan perkerjaan
yang bersangkutan akan dapat diselesaikan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 68), manajemen komunikasi di
dalam proyek teknologi informasi harus dapat memberikan kontribusi di
dalam memberikan informasi yang realistik dan obyektif ke manajemen
puncak. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat pencapaian dan kendalakendala yang dihadapi oelh tim di dalam menyelesaikan tugas-tugas yagn
diberikan.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 68), hambatan terbesar dari
kegagalan suatu proyek teknologi informasi adalah komunikasi yang
buruk dan metode penyampaian yang salah ke tim yang tidak tepat dari
manajer proyek. Proses pendistribusian informasi di dalam perencanaan
komunikasi sebagai dasar untuk pengelolaan permintaan-permintaan
perubahan baik dari sisi proses bisnis, teknologi maupun peran dari tim
38
proyek di dalam setiap tahapan proyek. Manajer proyek harus mampu
mengelola distribusi informasi secara efektif dan efisien ke segala lapisan
di dalam organisasi.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 71), dengan metode komunikasi
yang baik dan konsisten maka hambatan-hambatan di dalam proyek
dapat diantisipasi dengan baik dan peneyelesaian yang dilakukan dapat
didokumentasi dengan baik sebagai bahan referensi untuk penyelesaian
masalah sejenis di masa mendatang.
7.
Manajemen Resiko Proyek
Merupakan suatu proses identifikasi, analisis, serta jawaban
terhadap resiko-resiko yang berpotensi menghambat atau dapat
menggagalkan jalannya suatu proyek.
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 84), maanjemen resiko proyek merupakan pengetahuan
untuk mengidentifikasikan , menugaskan dan menanggapai resiko
melalui daur hidup proyek dan perhatian dalam memenuhi objektif
proyek. Tujuan dari manajemen resiko proyek dapat dilihat dengan
meminimalkan potensi resiko sementara memaksimalkan potensi peluang
atau pengeluaraan
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 73), antisipasi atas setiap resiko
ini menjadi langkah pencegahan dari kegagalan suatu proyek teknologi
informasi di suatu perusahaan. Banyak resiko yang mungkin terjadi di
dalam setiap proyek teknologi informasi tetapi dengan persiapan dan
langkah yang efektif dari manajer proyek dan manajemen puncak yang
baik maka resiko dapat diperkecil dan dikurangi.
39
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 81), utnuk obyektifitas dari
manajemen resiko teknologi infromais harus dibuat pengukuran dari sisi
biaya, wkatu , ruang lingkup dan mutu.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : P427), Ada enam proses utama
yang termasuk didalam manajemen resiko:
a.
Perencanaan manajemen resiko
Meliputi
keputusan
bagaimana
melakukan
pendekatan
terhadap resiko dan perencanaan nya didalam aktifitas suatu
proyek.
b.
Identifikasi resiko
Menentukan resiko-resiko mana saja yang mungkin memilki
perngaruh terhadap proyek serta mendokumentasikan karakteristik
dari setiap resiko yang ada agar mudah diantisipasi jika ada resiko
yang serupa dikemudian hari.
c.
Analisa resiko
Memprioritaskan resiko berdasarkan kemungkinan terjadi
serta dampak yang diakibatkannya.
d.
Kuantifikasi resiko
Meliputi
perkiraan
secara
kuantitatif
atau
derajat
ketidakpastian terhadap tingkat pengaruh yang ditimbulkan oleh
sutu resiko.
e.
Perencanaan tanggung jawab resiko
Meliputi
langkah-langkah
yang
dilakukan
untuk
menghasilkan atau meningkatkan kesempatan dan mengurangi
ancaman dari suatu resiko terhadap tujuan suatu proyek.
40
f.
Memantau dan mengendalikan resiko
Melakukan tindakan korektif serta aksi pencegahan dari
resiko-resiko
baru
yang
teridentifikasi
serta
tindakan
penanganannya. Kemudian melakukan evaluasi terhadap efektifitas
penyelesaian tersebut didalam suatu proyek.
8.
Manajemen Pengadaan Proyek (Project procurement management)
Meliputi bagaimana mendapatkan barang dan pelayanan dari pihak
luar atau (rekanan).
Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis
Triana (2009 : 84), pengadaan proyek mempunyai arti mendapatkan
barang dan atau jasa dari sumber daya luar
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 465), Ada enam proses utama
dari manajemen pengadaan proyek:
a.
Perencanaan pembelian
Meliputi penentuan apa yang harus dibeli, kapan serta
bagaimana dilakukan.
b.
Melakukan pembelian
Meliputi pemilihan dari seluruh penyedia (seller) atau
supplier melalui suatu proses evaluasi dan negosiasi kontrak.
c.
Administrasi kontrak kerja
Meliputi pengaturan seluruh kesepakatan serta hubungan
dengan pihak penyedia yang terpilih.
d.
Penutupan kontrak
Meliputi penyelesaian dari setiap kontrak yang telah
disepakati.
41
2.10 Manajemen Puncak
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 54), Orang yang ada di posisi
manajemen puncak adalah stakeholder kunci di dalam proyek. Komitmen dan
dukungan dari manajemen puncak merupakan faktor penting yang membantu
manajer proyek sukses dalam memimpin proyek. Tanpa komitmen dari
manajemen proyek maka proyek akan gagal.
Alasan mengapa komitmen manajemen puncak sangat penting untuk
manajer proyek yaitu:
a.
Manajer proyek membutuhkan sumber daya yang memadai. Cara
terbaik untuk mengagalkan sebuah proyek adalah dengan menunda uang,
sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu proyek. Jika manajer proyek
mempunyai komitmen dair manajemen puncak maka manajemen puncak
akan menyediakan sumber daya yang memadai sehingga proyek juga
tidak akan tertunda.
b.
Manajer proyek membutuhkan persetujuan cepat dari manajemen
puncak. Sebagai contoh, untuk proyek Teknologi Informasi yang besar,
manajemen puncak harus mengerti dan menerima masalah-masalah yang
tidak bisa diprediksi dari suatu proyek seperti tim secara mendadak
membutuhkan perangkat lunak maupuan perangkat tambahan untuk
melakukan pengujian proyek dan manajemen puncak harus memberikan
persetujuan pembelian perangkat lunak maupun perangkat tambahan
sehingga pengerjaan proyek Teknologi Informasi dapat dilanjutkan.
c.
Manajer proyek harus bekerja sama dengan orang dari semua
bagian yang ada di organisasi. Proyek Teknologi Informasi melibatkan
semua bagian fungsional dari organsasi. Oleh karena itu, manajemen
42
puncak harus membantu manajer proyek agar semua bagian fungsional
dari organisasi mau diajak bekerja sama.
d.
Manajer proyek membutuhkan seseorang untuk mengajari dan
membimbing mereka mengenai masalah kepemimpinan. Kebanyakan
manajer proyek Teknologi Informasi memiliki latar belakang posisi
teknikal dan tidak memiliki pengalaman sebagai manajer. Manajemen
puncak harus mau meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan
saran kepada manajer proyek untuk pengembangan kemampuan
Leadership dari manajer proyek.
Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 70), Komitmen manajemen proyek
sangat penting untuk kesuksesan proyek karena proyek mempengaruhi dan
melibatkan banyak bagian fungsional dari organisasi sehingga manajemen
puncak harus membantu manajer proyek untuk melakukan integrasi yang baik.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 9), kesuksesan sangat ditentukan dari
dukungan manajemen puncak dalam memberikan komitmen waktu, tenaga dan
biaya di dalam menjalankan proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 21), tanpa dukungan yang kuat dari
manajemen puncak maka suatu proyek teknologi informasi akan sulit untuk
dapat berhasil dengan baik. Dukungan yang dibutuhkan bukan hanya dari sisi
keuangan tetapi dari sisi moril dan komitmen manajemen di dalam mengambil
keputusan-keputusan yang bersifat kebijakan dan politis. Kegagalan dan
hambatan yang sering terjadi dan terbesar adalah dari manajemen puncak yang
tidak memahami peranan di dalam mengambil keputusan penting di dalam
suatu proyek teknologi informasi.
43
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 29), komunikasi yang baik antara
manajer proyek dengan manajemen puncak sangat dibutuhkan agar hasil yang
diharapkan dari proyek teknologi informasi dapat direalisasikan dengan baik.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 21), Perselisihan dan perbedaan
pendapat antara manajemen puncak dengan tim ataupun para pemakai sistem di
dalam organisai akan menyebabkan kegagalan di dalam proyek teknologi
informasi. Untuk itu peranan dari pimpinan proyek di dalam membangun
komunikasi adalah sangat penting dan memiliki tingkat prioritas yang tinggi.
Komunikasi ini akan memberikan kejelasan mengenai permaslaahan dan solusi
yang tepat untuk diambil di dalam menyelesaikan proyek teknologi informasi.
2.11 Lingkungan Proyek
Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 41), Lingkungan proyek adalah
ruang kerja fisik bagi tim untuk bertemu, bekerja dan budaya proyek. Lebih
spesifik, lingkungan proyek meliputi:
a.
Tempat kerja
Tim proyek harus mempunyai tempat kerja dengan ruang dan luas
yang memadai untuk bekerja dan bertemu. Jika ruang yang tersedia tidak
memadai maka proses pengerjaan proyek akan terhambat karena tim
proyek harus mengadakan pertemuan di luar kantor dan ini akan
menambah durasi pengerjaan proyek.
b.
Teknologi
Selain memiliki tempat kerja, tim proyek juga membutuhkan
dukungan secara teknologi . Dukungan tersebut seperti personal
computer, perangkat lunak, akses internet, electronic mail dan telepon.
44
c.
Peralatan kantor
Selain teknologi, tim proyek juga membutuhkan peralatan kantor
seperti pena, pensil , kertas , dan lain lain.
d.
Budaya
Setiap organisasi memiliki budayanya masing-masing begitu juga
dengan tim proyek pasti mempunyai budaya. Buadaya mempengaruhi
nilai dan aturan dalam sebuah tim. Cara untuk menentukan budaya dalam
tim adalah dengan membuat team charter. Team charter memperbolehkan
anggota tim menentukan sekumpulan nilai , aturan, ekspetasi dalam
pengerjaan proyek serta peran dari masing-masing anggota tim proyek.
Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 10), kesuksesan atau kegagalan suatu
proyek teknologi informasi sangat ditentukan oleh standard software
infrastucture yaitu menggunakan paket aplikasi dan infrastruktur yang sudah
dibakukan di awal sampai akhir proyek teknologi informasi dijalankan.
Penggunaan standarisasi atau pembakuan ini penting untuk tujuan melakukan
kolaborasi atau integrasi informasi yang terkait dengan proyek.
Menurut Nadief Kaelani (2011 : 31), infrastruktur teknologi informasi
yaitu prasarana dan sarana teknologi informasi yang menyangkut jaringan ,
komputer, perangkat keras dan lunak lainnya.
45
2.12 Cara Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 2), ada 3 cara suatu penelitian dapat
dilakukan yaitu:
1.
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk menyelidiki
keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian.
Penelitian Deskriptif terdiri dari lima jenis yaitu:
a.
Penelitian Deskriptif Murni
Penelitian deskriptif murni merupakan penelitian yang benar-
benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam
sebuah lapangan atau wilayah tertentu.
b.
Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitan yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi
terhadap data yang memang sudah ada.
c.
Penelitian Komparasi
Penelitian komparasi adalah penelitian yang dilakukan untuk
melakukan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah
kedua kondisi tersebut sama atau ada perbedaan dan kalau ada
perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik.
46
d.
Penelitian Penelusuran
Penelitian penelusuran adalah penelitian yang mencermati
jalan yang sudah dilalui atau menelusuri apa yang terjadi di masa
lalu, atau dengan kata lain melacak.
2.
Operation Research
Operation Research merupakan penelitian yang dilakukan oleh
seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa
mengubah sistem pelaksanaanya.
3.
Eksperimen
Eksperimen merupakan penelitian untuk mencari hubungan sebab
akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengna
mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang menggangu.
2.13 Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 28), perbedaan antara penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
No.
1.
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Kejelasan
unsur:
tujuan, Kejelasan unsur: subjek sampel,
pendekatan,
subjek,
sumber sumber data tidak mantap dan rinci,
data sudah mantap, dan rinci masih
sejak awal.
2.
Langkah
fleksibel,
timbul
dan
berkembangnya sambil jalan.
penelitian:
segala Langkah penelitian: baru diketahui
sesuatu direncanakan sampai dengan mantap dan jelas setalah
matang
ketika
persiapan penelitian selesai.
47
disusun.
3.
Dapat menggunakan sampel Tidak
dan
hasil
dapat
menggunakan
penelitiannya pendekatan populasi dan sampel.
diberlakukan untuk populasi.
4.
Hipotesis (jika memang perlu):
Mengajukan
hipotesis
Hipotesis:
Tidak
mengemukan
yang hipotesis sebelumnya, tetapi dapat
akan diuji dalam penelitian. lahir selama penelitian berlangsung.
Hipotesis
menentukan
hasil
yang diramalkan.
5.
Desain: dalam desain jelas Desain: desain penelitiannya adalah
langkah-langkah penelitian dan fleksibel dengan langkah dan hasil
hasil yang diharapkan.
yang
tidak
dapat
dipastikan
data:
kegiatan
sebelumnya.
6.
Pengumpulan data: kegiatan Pengumpulan
dalam
pengumpulan
memungkinakan
data pengumpulan
data
selalu
harus
untuk dilakukan sendiri oleh peneliti.
diwakilkan.
7.
Analisis
data:
dilakukan Analisis data: dilakukan bersamaan
sesudah semua data terkumpul.
dengan pengumpulan data.
2.14 Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 61), langkah-langkah penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Memilih masalah.
2.
Studi pendahuluan.
48
3.
Merumuskan masalah.
4.
Merumuskan anggapan dasar.
5.
Memilih pendekatan/ cara penelitian.
6.
Menentukan variabel dan sumber data.
7.
Menentukan dan menyusun instrumen.
8.
Mengumpulkan data.
9.
Analisis data.
10.
Menarik kesimpulan.
11.
Menulis laporan.
2.15 Populasi dan Sampel
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 18), populasi merupakan kesatuan
yang mempunyai karakteristik yang sama dimana sampel akan kita tarik.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173), populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian.
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 18), sampel merupakan sebagian
kecil dari populasi yang kita gunakan sebgai obyek riset kecil.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 174), sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.
Kesalahan
(error)
yang
terjadi
di
dalam
penelitian
dapat
direpresentasikan dengan taraf signifikansi. Untuk ilmu kealaman taraf
signifikansi itu disepakati para ahli (dalam berbagai literatur umumnya
menyatakan sama) yang “terbaik” sebesar 0,01. Maksudnya hanya ada 0,01
atau 1% saja kesalahan karena kebetulan itu terjadi. Jadi, dengan kata lain,
49
yakin sebesar 99% bahwa hasil penelitian itu benar. Itu artinya, karena tetap
berhati-hati, tidak ada yang “patut” diyakini 100% benar.
Untuk ilmu-ilmu sosial disepakati yang “terbaik” itu sebesar 0,05 .
Maksudnya hanya ada 0,05
atau 5% saja kesalahan karena kebetulan itu
terjadi. Jadi, yakin 95% bahwa hasil penelitian itu benar. Ini karena tingkat
kepastian “orang-orang” (sosial) itu relatif tidak seajeg seperti gejala kealaman.
Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin
besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sample akan
semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya
diperlukan ukuran sample yang besar. Sebaliknya jika ukuran sample semakin
kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.
Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
•
Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel
signifikan.
•
Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel
tidak signifikan
2.16 Variabel Penelitian
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 11), secara teori terdapat lima jenis
variabel yaitu variabel independen, variabel dependen, variabel moderat,
variabel kontrol dan variabel perantara. Variabel independen merupakan
variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
dependen adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk
menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen. Variabel
moderat adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
50
menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara
variabel bebas pertama dan variabel tergantung, contohnya pengaruh kualitas
produk terhadap keputusan membeli konsumen maka variabel moderatnya
ialah harga. Variabel kontrol adalah variabel yang variabilitasnya dikontrol
oleh peneliti untuk menetralisasi pengaruhnya, contohnya pengaruh warna
sepeda motor terhadap keputusan membeli di kalangan konsumen wanita.
Variabel perantara adalah variabel yang secara konkret pengaruhnya tidak
kelihatan tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen yang kita teliti, contohnya: Layanan yang
berkualitas mempengaruhi kepuasan pelanggan maka variabel perantaranya
adalah kualitas jasa/produk.
2.17 Tipologi Data
Menurut Husein Umar (2008 : 48), data dari sisi sumber terbagi atas data
primer dan sekunder.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 32), data sekunder ialah data yang
sudah diproses oleh pihak tertentu sehingga data tersebut tersedia saat kita
memerlukan, sebagai contoh data laporan keuangan, data gaji, dan lain-lain.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 37), data primer ialah data yang
berasal dari sumber asli atau sumber pertama yang secara umum kita sebut
sebagai nara sumber.
2.18 Skala Pengukuran
Menurut Jonathan Sarwarno (2012 : 68), Skala pengukuran merupakan
skala atau rentang yang digunakan untuk menilai obyek tertentu dalam hal ini
51
variabel dengan mencakup kehadiran karakteristik tertentu yang ada dalam
variabel tersebut dan juga menunjukkan adanya tingkatan serta jumlah yang
berbeda.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 69), skala pengukuran ordinal
memberikan informasi tentang kehadiran karakteristik tertentu serta peringkat
relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu,
angka dalam skala ini hanya merupakan simbol peringkat dan tidak
mengekspresikan jumlah.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 68), skala pengukuran nominal
digunakan untuk mengklasifikan obyek, individual atau kelompok yang ada
dalam variabel ke dalam kategori yang berbeda. Sebagai contoh yaitu jenis
kelamin.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 71), skala pengukuran ratio
mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal , ordinal dan
interval dengan kelebihan skala ini mempunyai titik awal nol yang berkaitan
dengan ketidak hadiran variabel yang sedang diukur.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 70), skala pengukuran interval tidak
hanya mengukur kehadiran karakteristik tertentu tetapi juga mengukur jumlah
yang dimiliki oleh obyek tertentu, angka dalam skala pengukuran interval
benar-benar merupakan angka sebenarnya dan angka tersebut dapat
diperlakukan dalam operasi aritmatika.
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 72), Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan,
pernyataan atau masalah yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam
suatu riset tertentu. Menurut Thurstone, sikap ialah penolakan, penilaian, suka
52
atau suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis.
Menurut Emory dan Cooper (1996 : 195), skala likert dapat diperlakukan
sebagai skala interval. Oleh karena itu sehubungan dengan penelitian ini skala
likert diperlakukan sebagai skala interval.
2.19 Teknik pengambilan sampel
Menurut Husein Umar (2008 : 69), pengambilan sampel probabilitas
adalah suatu metode pemilihan sampel, di mana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 18), teknik pengambilan sampel
probabilitas terbagi atas:
a.
Pengambilan sampel secara random sederhana (Simple Random
Sampling)
Pengambilan sampel secara random sederhana dilakukan dengan
memberikan suatu nomor yang berbeda kepada setiap anggota populasi
kemudian memilih sampel dengan menggunakan angka-angka random.
b.
Pengambilan sampel secara random sistematis (Systematic Random
Sampling)
Pengambilan sampel secara random sistematis dilakukan dengan
menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Misalnya, jika
ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi secara acak, maka
kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari interval pertama
antara angka 1-5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka berikutnya
dari interval selanjutnya.
53
c.
Pengambilan sampel secara random bertahap (Random Multistage)
Pengambilan sampel jenis ini dilakukan dengan menggunakan
bentuk sampel acak dengan sedikitnya dilakukan dalam dua tahap.
d.
Pengambilan
sampel
random
berstrata
(Stratified
Random
Sampling)
Pengambilan sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat
bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada,
dan perbedaan tersebut dapat mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika
tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada maka kita dapat
menggunakan pengambilan sampel random.
Menurut Jonathan Sawarnon (2012 : 20), dalam pengambilan
sampel berstrata dapat dibagi menjadi dua versi. Pertama untuk versi
proposional ini cara pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi
setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling.
Keuntungannya yaitu aspek respentatifnya lebih menyakinkan
sesuai dengan sifat-sifat yang membentuk dasar unit-unit yang
mengklasifikasinya sehingga mengurangi keanekaragamnya.
Kedua
untuk versi disproporsional ini merupakan pengambilan sampel yang
sama dengan proporsional cuma perbedaanya terletak pada ukuran
sampel yang tidak proporsional terhadap ukuran unit sampling karena
untuk kepentingan pertimbangan analisis dan kesesuaian.
Dalam pengambilan sampel berstrata proposional maka jumlah
proporsi masing-masing strata
dalam sampel ditentukan secara
proporsional sesuai dengan besarnya dalam populasi. Proporsi atau strata
54
terbesar akan mendapatkan sampel lebih besar dibandingkan dengan
strata yang lebih kecil.
Menurut Akdon (2008 : 108), rumus untuk strata proporsional yaitu:
ni
=
Ni
n
N
Di mana:
ni = jumlah sampel menurut startum
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya
e.
Pengambilan sampel kluster (Cluster)
Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih unit-
unit sampling atau kelompok-kelompok tertentu secara random dan
hitung masing-masing kelompok.
f.
Pengambilan sampel kluster berstrata (Stratified Cluster)
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menyeleksi sampel
dengan memilih kluster-kluster secara random untuk setiap unit
sampling.
g.
Pengambilan sampel model repetisi
Pengambilan sampel jenis ini dilakukan dengan menggunakan hasil
sampel yang lebih dahulu untuk merancang sampel-sampel berikutnya.
55
2.20 Teknik Menentukan Ukuran Sampel
Menurut Husein Umar (2008 : 65) Rumus Slovin, digunakan untuk
menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi
diketahui.
n
=
N
1 + N e2
Di mana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditoleransi, misalnya 5 %
2.21 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Husein Umar (2008 : 50), teknik pengumpulan data ada 4 jenis
yaitu:
1.
Kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 194), kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 268), prosedur dalam
penyusunan kuesioner yaitu:
a.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
56
b.
Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran
kuesioner.
c.
Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih
spesifik dan tunggal.
d.
Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan sekaligus
untuk menentukan teknik analisisnya.
2.
Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden
dan jawaban responden dicatat atau direkam.
3.
Observasi
Observasi
yaitu
pengamatan
dengan
menggunakan
indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan.
4.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan penyelidikan terhadap benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.
2.22 Uji Validitas
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 84), suatu skala pengukuran
dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahidan suatu instrumen.
57
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Menurut Husein Umar (2008 : 112) rumus korelasi product moment dari
pearson digunakan untuk data metrik (data yang berskala interval atau rasio).
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 130), data yang digunakan dalam korelasi
Pearson harus berskala interval/rasio.
2.23 Uji Reliabilitas
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 84), Reliabilitas yaitu adanya
konsistensi hasil pengukuran yang sama jika dilakukan dalam konteks waktu
yang berbeda.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 221), suatu instrumen yang reliabel
harus mampu mengungkap data yang bisa dipercaya.
Menurut Husein Umar (2008 : 56), uji reliabilitas untuk alternatif
jawaban lebih dari dua akan menggunakan uji Cronbach’s Alpha.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 239), rumus alpha digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya jika
skornya antara 1 sampai dengan 5.
2.24 Uji Normalitas
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 96), Uji normalitas data digunakan
untuk melakukan pengujian adata observasi apakah data tersebut berdistribusi
normal atau tidak.
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 97), Uji Kolmogorov-Smirnov
Goodness of Fit digunakan untuk mengetahui apakah distribusi nilai dalam
58
sampel sesuai dengan distribusi teoritis tertentu, misalnya normalitas data dan
persyaratan untuk pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit yaitu data
yang diuji harus data kuantitatif yang berskala interval atau rasio.
2.25 Uji Korelasi
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 120), korelasi merupakan teknik
analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
(kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 313), koefisien korelasi adalah
suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil
pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat
hubungan antara variabel-variabel ini.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 314), metode korelasi multi variat
merupakan
metode
statistik
yang
digunakan
oleh
peneliti
untuk
menggambarkan dan menentukan hubungan antara tiga variabel atau lebih.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 314), korelasi pearson (product
moment) merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan hubungan
antara dua variabel.
Korelasi searah jika nilai koefisien korelasi diketemukan positif
sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah.
Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik asosiasi antara dua variabel. Jika
koefisien diketemukan tidak sama dengan nol maka terdapat hubungan antara
dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi diketemukan +1 maka hubungan
59
tersebut disebut sebagai korelasi sempurna. Menurut Sarwono (2012 : 123),
kriteria untuk korelasi yaitu:
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel.
>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah.
>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 124), signifikansi/probabilitas
memberikan gambaran mengenai bagaimana hasil riset itu mempunyai
kesempat untuk benar.
Secara umum angka signifikansi yang digunakan
adalah sebesar 0,01; 0,05; 0,1.
2.26 Analisa Regresi
Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 181), regresi sederhana digunakan
untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel
independen sedangkan regresi berganda digunakan untuk mengukur besarnya
pengaruh beberapa variabel independen yang akan dikenakan kepada variabel
dependen. Dalam analisa regresi akan dilakukan 3 jenis pengujian yaitu:
a.
Uji F
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen / terikat .
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
60
1.
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 > Sig], maka Ho di tolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
2.
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 < Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan.
b.
Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel –
variabel independen dalam model dapat menjelaskan variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah berkisar 0 ≤ R2 ≤ 1, dimana:
1. Jika R2 = 0, berarti tidak ada hubungan antara X dan Y, atau
model regresi yang terbentuk tidak tepat untuk meramalkan
Y.
2.
Jika
R2 = 1, berarti garis regresi yang terbentuk dapat
meramalkan Y secara sempurna.
c.
Uji Koefisien Regresi
Melalui pengujian koefisien regresi maka akan diperoleh
persamaan regresi.
Persamaan regresi sederhana:
Y = a + b1X1
Persamaan regresi berganda:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +….bnXn
61
2.27 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang diajukan untuk penelitian ini adalah
seperti pada gambar 2.2 berikut ini:
MJPY
H1
MMPY
H2
KPTI
H5
YBN
H3
MMPC
H4
LPY
Keterangan :
MJPY
: Manajer Proyek
MMPY : Manajemen Proyek
MMPC : Manajemen Puncak
LPY
: Lingkungan Proyek
KPTI
: Kesuksesan Proyek TI
YBN
: Yayasan Bina Nusantara
Gambar 2.2 Hubungan Konstruk Eksogen dan Endogen
2.28 Dimensionalisasi Variabel
Variabel manajer proyek dibentuk oleh 10 indikator yaitu berhubungan
dengan orang lain (A1), kepemimpinan (A2), mendengarkan (A3), jujur,
berperilaku etis, dan konsisten (A4), membangun kepercayaan yang kuat (A5),
komunikasi verbal (A6), membangun tim yang kuat (A7), manajemen konflik
(A8), berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah (A9), mengerti dan
menyeimbangkan
(A10).
prioritas
digambarkan sebagai berikut:
Indikator-indikator
tersebut
dapat
62
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Manajer
Proyek
A7
A8
A9
A10
Keterangan:
A1 : Berhubungan dengan orang lain
A2 : Kepemimpinan
A3 : Mendengarkan
A4 : Jujur, berperilaku etis, dan konsisten
A5 : Membangun kepercayaan yang kuat
A6 : Komunikasi verbal
A7 : Membangun tim yang kuat
A8 : Manajemen konflik
A9 : Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah
A10 : Mengerti dan menyeimbangkan prioritas
Gambar 2.3 Indikator-indikator dari Variabel Manajer Proyek
Variabel manajemen proyek dibentuk oleh 9 indikator yaitu manajemen
ruang ruang lingkup proyek (A11), manajemen waktu proyek (A12),
manajemen biaya proyek (A13), manajemen kualitas proyek (A14),
manajemen sumber daya manusia (A15), manajemen komunikasi proyek
(A16), manajemen resiko (A17), manajemen pengadaan proyek (A18).
Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
63
A11
A12
A13
A14
A15
Manajemen
Proyek
A16
A17
A18
Keterangan:
A11 : Manajemen ruang ruang lingkup proyek
A12 : Manajemen waktu proyek
A13 : Manajemen biaya proyek
A14 : Manajemen kualitas proyek
A15 : Manajemen sumber daya manusia
A16 : Manajemen komunikasi proyek
A17 : Manajemen resiko
A18 : Manajemen pengadaan proyek
Gambar 2.4 Indikator-indikator dari Variabel Manajemen Proyek
Variabel manajemen puncak dibentuk oleh 3 indikator yaitu
menyediakan sumber daya (A19), bekerja sama (A20), membimbing manajer
proyek (A21). Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
64
A19
A20
A21
Manajemen
Puncak
Keterangan:
A19 : Menyediakan sumber daya
A20 : Bekerja sama
A21 : Membimbing manajer proyek
Gambar 2.4 Dimensi-dimensi dari Variabel Manajer Proyek
Gambar 2.5 Indikator-indikator dari Variabel Manajemen Puncak
Variabel lingkungan proyek dibentuk oleh 4 indikator yaitu tempat
kerja (A22), teknologi (A23), peralatan kantor (A24), dan budaya tim proyek
(A25). Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
A22
A23
A24
Lingkungan
Proyek
A25
Keterangan:
A22 : Tempat Kerja
A23 : Teknologi
A24 : Peralatan Kantor
A25 : Budaya Tim Proyek
Gambar 2.6 Indikator-indikator dari Variabel Lingkungan Proyek
Download