BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh D.C.Smith, M. Bruyns dan S.Evans (2011) terhadap 12 manajer proyek teknologi informasi menunjukkan bahwa manajer proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi dimana manajer proyek harus selalu berpikir positif dan harus bisa mengatur stres dalam memimpin pengerjaan proyek. Brenda Whittaker (1999) melakukan penelitian proyek teknologi informasi dengan menyebarkan kuesioner 1450 perusahaan negeri dan swasta di Canada . Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa 3 faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan proyek Teknologi Informasi yaitu manajemen proyek, keterampilan dari manajer proyek dan manajemen resiko. Nicole Haggerty (2000) melakukan penelitian dengan melakukan wawancara terhadap 5 manajer proyek di Canada dimana pengukuran kesuksesan dilakukan dengan 2 kriteria yaitu pertama adalah kepuasan proyek dimana proyek sesuai biaya, ruang lingkup dan selesai tepat waktu dan kedua adalah proyek mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa manajer proyek memiliki peranan yang sangat penting dimana manajer proyek dengan keterampilan, pengalaman dan pendidikannya berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Berdasarkan penelitian Leon A Kappelman, Robert McKeeman, dan Lixuan Zhang (2006) dimana dilakukan survei terhadap 55 orang manajer proyek yang memiliki pengalaman manajemen proyek teknologi informasi 8 9 rata-rata lebih dari 15 tahun menyatakan bahwa manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Matthew Miller (2008) melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dari 68 responden yang terdiri dari pengguna, klien dan manajmen puncak menyatakan bahwa manajer proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Proyek yang dipimpin manajer proyek dengan keterampilan profesional memiliki kemungkinan sukses sebesar 50% dibandign proyek yang dipimpin oleh menajer proyek yang tidak memiliki keterampilan profesional.Oleh karena itu manajer proyek yang mau direkrut oleh organisasi haruslah manajer proyek yang mempunyai pengalaman dalam proyek teknologi informasi dan manajer yang memiliki kualifikasi serta kemampuan yang baik. Berdasarkan penelitian Fahad Alfaader, Mohammad Alawairdhi, Mahran Al-Zyoud (2012) menyatakan bahwa manajer proyek dengan kepemimpinan dan soft skills berpengaruh terhadap kesuksesan suatu proyek teknologi informasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pelatihan kepimpinan, komunikasi dan penyelesaian konflik untuk manajer proyek. Berdasarkan penelitian Karel de Bakker, Albert Boonstra, Hans Wortmann (2009) menyatakan bahwa manajemen resiko yang merupakan bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Mitchell L Valentine (2002) melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada 42 responden yang terdiri dari manajer proyek dan anggota tim proyek menyatakan bahwa manajer proyek dengan keterampilan dan 10 kepemimpinannya berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Berdasarkan penelitian Imran Haider Naqvi, Shazia Aziz dan Kashif UrRehman (2011) menyatakan bahwa manjemen komunikasi yang merupakan salah satu bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Mary Summer, Douglas Book, Gary Giamarlino (2006) melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada 112 manajer proyek tetapi responden Cuma 57 menyatakan bahwa keterampilan dari manajer proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Graeme Thomas, Walter Fernandez (2008) melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada 36 perusahaan dengan 3 sektor industri di Australia menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesusksesan Proyek Teknologi Informasi adalah Definisi kriteria sukses. Berdasarkan penelitian Karel de Bakker, Albert Boonstra, Hans Wortmann (2012) menyatakan bahwa manajemen resiko yang merupakan bagian dari manajemen proyek berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Xiabo Xu, Weiyong Zhang, Reza baarkhi (2010) melakukan penelitian terhadap 700 organisasi di Uni Soviet menyatakan bahwa Infrastruktur Teknologi Informasi berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Berdasarkan penelitian Walid Al-ahmad, Khalid Al-Fagih, Khalid kahnfar, Khalid Alsamra, Saleem Abuleil, Hans Abu Salem (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek Teknologi Informasi 11 yaitu manajemen proyek, manajemen puncak, teknologi, organisasi, faktor kompleksitas/ukuran, dan faktor proses. Berdasarkan penelitian Ofel Zwikael (2008) menyatakan bahwa manajemen puncak berpengaruh terhadap kesuksesan proyek Teknologi Informasi. Tabel 2.1 Penulis Tahun Penelitian Terdahulu Judul Jurnal Jurnal Brenda Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan proyek teknologi informasi 1999 What went Mana Ma Ma Infrast Tek Or U Pr Defin jer naje naje ruktur nol gan ku os isi Proy men men Tekno ogi isa ra es Kriter ek Pro Pun logi si n yek cak Infor Sukse masi s X wrong? Whittaker Unsuccessful Information Technology Projects Nicole 2000 Understanding the Haggert between X link IT Project Manager Mitchell L Valentine 2002 Transformatio nal leadership: A prescription for IT Project X X ia 12 Success Leon A 2006 Early Warning Kappelma Signs of n Project Robbert Failure: McKeema Dominant n Dozen X IT The Lixuan Zhang Mary 2006 Exploring The Summer Linkage Douglas Between Book Charateristics Gary of IT Project Giamarlin Leaders o Project X The and Success Ofel 2008 Top X Management Zwikael Involvement in Project Management Matthew 2008 New Insights X into IT Project Miller Failure & How to Avoid IT Graeme 2008 Success in IT Thomas Projects: A Walter matter of Fernandez Definition X 13 Karel de 2009 Does Risk Bakker Management Albert Contribute Boonstra IT Hans Success? X to Project Wortman n Walid Al 2009 A Taxonomy Ahmad Of An Khalid Al Project Fagih Failure: Khalid Causes X X X IT Root Kahnfar Khalid Alsamra Saleem Abuleil Hans Abu Salem Xiabo Xu 2010 IT X Weiyong Infrastructure Zhang Capabilities & Reza Project Baarkhi Success: A Development Team Perspective D.C 2011 A Project X X X X 14 Smith, Manager’s M.Bruyns, optimism S.Evans Stress & Management and IT Project Success 2011 Imran The Impact Of Haider Stakeholder Naqvi Communicatio Shazia n on Project Aziz Outcome X Kashif UrRehma n 2012 Fahad Success and Alfaader Failure of IT Mohamm Projects: ad Study in Saudi Alawairdh Arabia X A i Mahran Al-Zyoud Karel de 2012 Risk Bakker Management’s Albert communicative Boonstra effects Hans Influencing IT Wortman Project n Success Total X 7 6 2 1 1 1 1 1 1 15 Melalui tabel di atas kita dapat melihat bahwa dari 15 penelitian yang dilakukan, ada 3 faktor yang paling sering ditemukan yaitu Manajer Proyek, Manajemen Proyek, Manajemen Puncak. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti ketiga faktor tersebut dan menambahkan satu faktor baru yang belum pernah diteliti, faktor tersebut adalah Lingkungan Proyek. 2.2 Pengertian Proyek Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 13), proyek adalah sebuah usaha sementara yang dilakukan untuk mencapai produk yang unik, layanan ataupun hasil. Menurut Kenneth C.Laudon, Jane P.Laudon (2010 : 249), proyek (project) adalah serangkaian aktivitas yang berhubungan yang terencana untuk mencapai sasaran bisnis tertentu. Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 402), proyek dapat didefinisikan sebagai seperangkat kegiatan yang saling terkait, dengan saat permulaan dan saat berakhir yang disepakati yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu, skala biaya dan sumberdaya yang sudah ditentukan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 2) mengatakan bahwa, “Proyek adalah suatu kelompok aktivitas yang bersifat sementara dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil produk atau jasa dalam suatu waktu tertentu.” Menurut Suryanto, Sanyoto gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 82), proyek adalah rangkaian usaha dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa/pelayanan unik tertentu, 16 dilaksanakan oleh manusia dengan memanfaatkan berbagai sumber daya, meallui rangkaian proses perencanaan, eksekusi dan kontrol. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat permulaan dan saat berakhir untuk menghasilkan sebuah produk dan layanan untuk memenuhi sasaran dan tujuan tertentu. 2.3 Pengertian Teknologi Informasi Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 1), teknologi informasi adalah teknologi komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk pemrosesan dan penyimpanan informasi, serta untuk pengiriman informasi. Menurut Haag, Cummings, McCubbrey (2006 : 28), teknologi informasi adalah alat berbasis komputer yang digunakan orang untuk bekerja dengan informasi dan untuk mendukung pengolahan informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Menurut Robert A.Schultz (2006 : 4), teknologi informasi adalah segala bentuk dari teknologi yang digunakan untuk membuat, menyimpan, mengubah dan menggunakan informasi dalam berbagai jenis bentuk. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi komputer yang digunakan untuk membuat, mengubah, memproses, menyimpan dan menyebarkan suatu informasi. 17 2.4 Pengertian Proyek Teknologi Informasi Menurut Kathy Schwallbe (2010 : 4), proyek teknologi informasi adalah proyek yang dikerjakan dengan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan untuk menghasilkan sebuah produk, layanan ataupun hasil. 2.5 Kriteria Proyek Yang Sukses Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 14), ada beberapa cara untuk mendefinisi proyek yang sukses. Adapun 3 kriteria dibawah ini biasanya digunakan untuk mengukur suatu proyek yang sukses: 1. Proyek sesuai dengan ruang lingkup, waktu dan biaya. 2. Proyek memuaskan pelanggan dan sponsor. 3. Hasil proyek mencapai tujuan utamanya seperti untuk menghasilkan uang, mengurangi biaya, memberikan pengembalian investasi, atau membuat para sponsor merasa puas. Menurut David L.Olson (2003 : 9), sebuah proyek dapat dikatakan sebagai proyek yang sukses jika sebuah proyek: 1. Selesai tepat waktu. 2. Tidak melebih anggaran. 3. Kegunaan tidak jauh berbeda dengan yang ditentukan. Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 400), suatu proyek yang sukses harus: 1. Selesai tepat waktu. 2. Sesuai anggaran. 3. Mendapatkan kepuasan pelanggan. 18 Menurut Brenda Whittaker (1999 : 23) bahwa suatu proyek dikatakan gagal jika: 1. Proyek melebihi anggaran sebesar 30 persen atau lebih. 2. Proyek melebihi jadwal sebesar 30 persen atau lebih. 3. Proyek dibatalkan karena tidak dapat memberikan manfaat/tujuan yang direncanakan. Menurut Matthew Miller (2008) bahwa suatu proyek dikatakan gagal jika: 1. Proyek melebihi anggaran sebesar 10%. 2. Proyek melebih waktu yang ditentukan sebesar 10%. 3. Proyek tidak memberikan manfaat bisnis sebesar 10%. 4. Proyek di batalkan. Menurut Fahad Alfaader, Mohammad Alaw Airdhi dan Mahran AlZyoud (2012), sebuah proyek dapat didefinisikan sebagai proyek yang sukses jika: 1. Proyek selesai tepat waktu. 2. Proyek selesai sesuai anggaran. 3. Proyek berkualitas (fitur dan fungsi yang direncanakan tercapai). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah proyek bisa dikatakan sebagai proyek yang sukses jika sesuai dengan ruang lingkup, waktu, biaya, mendapatkan kepuasan pelanggan/sponsor (kualitas) dan memenuhi tujuan utama proyek. 19 2.6 Fungsi Proyek Teknologi Informasi Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 42), proyek teknologi informasi dikerjakan untuk: 1. Mengurangi biaya. 2. Menghasilkan produk ataupun layanan. 3. Meningkatkan layanan pelanggan. 4. Meningkatkan komunikasi. 5. Meningkatkan pengambilan keputusan. 6. Menciptakan atau memperkuat hubungan dengan pemasok, pelanggan dan mitra. 2.7 7. Meningkatkan proses. 8. Meningkatkan kemampuan pelaporan. 9. Mendukung kebutuhan hukum baru. Daur Hidup Proyek (Project Life Cycle) Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 16), Project life cycle (PLC) yaitu Kumpulan dari tahapan logis atau fase kehidupan proyek dari awal hingga akhir untuk mendefinisikan, membangun dan memberikan produk dari sebuah proyek seperti sistem informasi. Gambar 2.1 Daur Hidup Proyek 20 Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 16), ada 5 tahapan dalam Project life cycle (PLC): 1. Menentukan tujuan proyek Tujuan proyek harus fokus untuk memberikan nilai tambah bagi bisnis suatu organisasi. Sebuah definisi tujuan yang baik akan memberikan tim proyek fokus yang jelas sehingga dapat memicu tahapan proyek selanjutnya. 2. Merencanakan proyek Membuat rencana proyek sangatlah penting. Dalam sebuah rencana proyek akan dibahas mengenai: a. Apa yang akan kita kerjakan? b. Mengapa kita harus mengerjakannya? c. Bagaimana kita mengerjakannya? d. Siapa yang akan terlibat? e. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? f. Berapa biayanya? g. Kesalahan apa yang mungkin terjadi dan apa yang harus kita lakukan? 3. h. Bagaimana kita menentukan estimasi jadwal dan anggaran? i. Mengapa kita harus membuat keputusan yang tepat? j. Bagaimana kita bisa mengetahui kalau proyek itu sukses? Menjalankan rencana proyek Melakukan tindakan sesuai rencana yang sudah dibuat. 21 4. Menutup proyek Tahapan penutupan berfungsi untuk memastikan semua pekerjaan telah sesuai dengan yang direncanakan dan sesuai dengan yang disetujui tim dan sponsor. 5. Evaluasi proyek Manajer proyek mungkin akan mengevaluasi kinerja dari setiap anggota tim untuk memberikan umpan balik berdasarkan prestasi setiap anggota seperti untuk masalah kenaikan gaji. Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 19), Systems Development Life Cycle (SDLC) merupakan tahapan yang berurutan dalam membangun suatu sistem informasi. Tahapan dalam SDLC yaitu: 1. Perencanaan Yaitu mengidentifikasi dan menanggapi masalah atau peluang serta menggabungkan manajemen proyek dengan proses dan kegiatan pengembangan sistem. 2. Analisis Yaitu mengidentifikasi dan mendokumentasi kebutuhan spesifik dan persyaratan untuk sistem baru. 3. Desain Yaitu mendesain jaringan, konfingurasi perangkat keras, basis data, user interface, dan program aplikasi. 4. Implementasi Yaitu mengembangkan , membangun sistem, menguji dan menginstalasi. 22 5. Memelihara dan mendukung Yaitu memperbaiki kesalahan yang ditemukan didalam sistem, untuk menambah fitur yang belum ada dalam perancangan awal ataupun untuk penyesuaian terhadap perubahan lingkungan bisnis. Menurut Kathy Schwallbe (2010 : 186), work breakdown structure (WBS) adalah pengelompokan pekerjaan dalam suatu proyek untuk menentukan keseluruhan ruang lingkup dari proyek. Sebuah WBS sering digambarkan dalam bentuk hierarki ataupun dalam bentuk bagan. 2.8 Manajer Proyek Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 17), manajer proyek adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sponsor proyek, tim proyek dan orang lain yang terlibat dalam proyek untuk mencapai tujuan proyek. Menurut James Cadle dan Donald yeates (2009 : 432), manajer proyek adalah seseorang yang mengendalikan proyek secara rutin dengan menggunakan kekuasan yang diberikan oleh sponsor proyek. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajer proyek adalah seseorang yang memiliki kuasa untuk mengendalikan proyek serta bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam proyek sehingga tujuan proyek dapat tercapai. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 25), seorang manajer proyek teknologi informasi yang efektif dan sukses dapat dievaluasi dari keterampilan yang dimilikinya. Adapun sepuluh keterampilan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer proyek yaitu: 23 1. Berhubungan dengan orang lain. 2. Kepemimpinan. 3. Mendengarkan. 4. Jujur, berperilaku etis dan konsisten. 5. Membangun kepercayaan yang kuat. 6. Komunikasi verbal. 7. Membangun tim yang kuat. 8. Manajemen konflik. 9. Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. 10. Mengerti dan menyeimbangkan prioritas. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), tim proyek adalah sekelompok orang yang terlibat di dalam proyek dimana memiliki keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan di dalam proyek. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 10), stakeholder proyek adalah orang yang terlibat atau dipengaruhi oleh aktivitas proyek, stakeholder proyek meliputi sponsor proyek, tim proyek, staf pendukung, pelanggan, pengguna, pemasok. Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 422), sponsor proyek adalah manajer bisnis yang secara finansial memiliki proyek. Sponsor proyek berpatisipansi dalam pengembangan proposal proyek awal termasuk penilaian terhadap kelayakan proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 12), beberapa uraian dari manajer proyek meliputi: kerja 24 1. Mendefinisikan ruang lingkup proyek. 2. Mengidentifikasi stakeholder dan juga sistem prosedur eskalasi dari setiap keputusan di dalam proyek teknologi informasi. 3. Menyusun rincian uraian tugas. 4. Mengestimasi kebutuhan waktu. 5. Menyusun flow chart dari manajemen proyek. 6. Mendefinisikan kebutuhan proyek dan juga anggaran. 7. Melakukan evaluasi kebutuhan proyek. 8. Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko. 9. Mempersiapkan rencana cadangan bila proyek tersebut tidak berjalan sesuai perencanaan. 10. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan. 11. Mengidentifikasi titik kritis dari proyek. 12. Berpatisipasi di dalam mengevaluasi proyek. 13. Mengamankan sumber daya yang dibutuhkan oleh proyek. 14. Mengelola sistem pengawasaan dari proyek teknologi informasi. 15. Menyusun dan melaporkan status dari proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), tugas dari manajer proyek adalah untuk melakukan koordinasi dengan tim yang berasal dari bagian atau fungsifungsi yang berbeda dan juga menilai serta mengajukan kelayakan proyek kepada pihak manajemen . Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 8), Seorang manajer proyek sangat penting terhadap proyek yang sukses dimana manajer proyek harus bekerja dengan sponsor proyek, tim proyek dan semua orang yang terlibat dalam proyek untuk mencapai tujuan proyek sehingga proyek menjadi sukses. 25 Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 9), kesuksesan atau kegagalan suatu proyek sangat ditentukan oleh pimpinan proyek yang berpengalaman dalam menangani proyek teknologi informasi. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman untuk menangani proyek yang sejenis dengan catatan bahwa proyek-proyek sebelumnya telah diselesaikan dengan baik. 2.9 Manajemen Proyek Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 82), manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.Manajemen proyek yang baik adalah cara mengelola dan mengorganisir ruang lingkup, waktu, biaya, kualitas, sumber daya manusia, komunikasi, resiko, pengadaan proyek sehingga suatu proyek dapat sukses. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 10), Manajemen proyek adalah aplikasi dari pengetahuan, kemampuan, alat dan teknik yang digunakan untuk kebutuhana aktivitas proyek. Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : 735), Manajemen proyek adalah aplikasi dari pengetahuan orang, kemampuan, alat , dan teknik untuk beragam aktivitas yang di rancang untuk mencapai tujuan dari proyek Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), manajemen proyek adalah suatu pengetahuan tentang aplikasi, keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek. 26 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah penerapan dari pengetahuan, keahlian menggunakan peralatan serta teknikteknik atau metode dalam memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 4), manfaat dari manajemen proyek teknologi informasi yaitu: 1. Memberikan pengawasan yang lebih baik dari sisi keuangan dan sumber daya manusia. 2. Meningkatkan kinerja dan hubungan dengan pelanggan. 3. Waktu pengembangan proyek menjadi lebih singkat. 4. Biaya yang lebih hemat dan rendah karena semua komponen lebih terkoordinasi. 5. Kualitas dari hasil proyek menjadi lebih baik dan dapat diandalkan. 6. Tingkat keuntungan yang lebih tinggi. 7. Meningkatkan produktivitas. 8. Koordinasi internal yang lebih baik. 9. Meningkatkan moral karyawan dan tim proyek. Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 11), alasan suatu manajemen proyek mendukung proyek Teknologi Informasi yaitu: 1. Sumber daya Proyek teknologi informasi membutuhkan kas ataupun sumber daya lain dari organisasi. Proyek harus diestimasi dengan akurat dari segi biaya dan jadwal harus dikendalikan secara efektif. Tanpa suatu alat, teknik, metode dan pengendalian maka proyek akan menghabiskan sumber daya yang dibutuhkan untuk proyek organisasi yang lain. 27 2. Ekspetasi Organisasi mengharapkan profesional teknologi informasi untuk menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas. Manajemen proyek memudahkan komunikasi sehingga tim proyek mengetahui ekspetasi dari organisasi dan bisa mencapai ekspetasi dari organisasi. 3. Kompetisi Manajemen proyek mendukung bahwa proyek Teknologi Informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh organisasi untuk berkompetisi dengan organisasi lain 4. Efisien dan Efekif Manajemen proyek memungkinkan pengembangan proyek yang efektif dan efisien dimana proyek dapat dikerjan dengan waktu yang lebih pendek, biaya rendah dan kualitas yang tinggi. Untuk mendukung kesuksesan proyek Teknologi Informasi, Manajemen proyek harus diterima dan didukung oleh semua level dalam organisasi. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 12), ada 8 bagian di dalam manajamen proyek yang sangat penting untuk kesuksesan proyek. 1. Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project scope management) Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 83), ruang lingkup mewakili semua kinerja yang terlibat dalam menciptakan produk dan proses yang terlibat dalam pendefenisian dan pengaturan mengenai apa yang termasuk atau tidak di dalam proyek. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 12), Manajemen ruang lingkup mendefinisikan serta mengendalikan aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan 28 dalam menyelesaikan suatu proyek.Ada lima proses utama dalam manajemen ruang lingkup: a. Pengumpulan permintaan Mendefinisi dan mendokumentasi fitur dan fungsi serta proses untuk menghasilkan produk dari proyek yang dikerjakan. b. Pendefinisian ruang lingkup Mengecek kembali project charter dan persiapan membuat scope statement selama proses awal dan pengumpulan data-data yang diperlukan selama proses perencanaan. c. Membuat WBS Meliputi pembagian dari gambaran proyek secara umum kedalam beberapa sub proyek atau proses yang lebih rinci secara hirarki. Menurut Carol, Daniel, Jeffrey, E.Wainright, dan William (2011 : P424), “Work breakdown is a basic management technique that systematically subdivides blocks of work down to the level of detail at which the project will be controlled.” d. Verifikasi ruang lingkup Meliputi penerimaan lingkup proyek, jika tidak disetujui biasanya pelanggan atau sponsor meminta perubahan yang menghasilkan suatu permintaan untuk dilakukan koreksi terhadap lingkup yang telah didefinisikan. e. Pengendalian ruang lingkup Meliputi pengendalian terdahap perubahan suatu lingkup proyek, yang mencakup identifikasi, evaluasi serta implementasi perubahan terhadap suatu lingkup proyek. 29 Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 17), ruang lingkup dari proyek teknologi informasi harus ditetapkan di awal setiap proyek dimulai. Tanpa ruang lingkup yang jelas maka pengelolaan sumber daya dan waktu tidak akan pernah dapat terealisasi dengan baik. Kesepakatan dan persetujuan dari manajemen puncak atas ruang lingkup dari proyek teknologi informasi yang sudah diprioritaskan menjadi pegangan utama dari pimpinan proyek di dalam memulai proyek tersebut. Ruang lingkup dari proyek teknologi informasi sangat berkaitan dengan hasil yang akan dicapai dari proyek tersebut. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 19), beberapa faktor yang dapat menyebabkan permasalahan di dalam proyek Teknologi Informasi dan dapat diprioritaskan berdasarkan kriteria dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah yaitu incomplete requirements and specifications dan changing requirements and specifications yang merupakan bagian dari ruang lingkup proyek merupakan urutan nomor 2 dan 3 dari sisi prioritas penyebab kegagalan suatu proyek TI di perusahaan. Untuk itu ruang lingkup proyek harus diukur dan dievalusasi dengan metode yang tepat. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 13), manajemen ruang lingkup yang efektif dan efisien jika: 2. a. Adanya keterlibatan pengguna aplikasi. b. Adanya pernyataan yang jelas mengenai kebutuhan . c. Adanya pengendalian terhadap perubahan ruang lingkup. Manajemen Waktu Proyek (Project time management) Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 83), manajemen waktu proyek secara sederhana 30 didefinisikan sebagai suatu proses yang dibutuhkan untuk menyakinkan pemenuhan waktu dari proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 23), waktu merupakan sesuatu yang selalu bergerak dan tidak dapat mundur. Oleh karena itu manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting di dalam manajemen proyek teknologi informasi. Tahapan–tahapan di dalam proyek teknologi membutuhkan waktu yang spesifik dan jelas. Pengalokasian waktu ke setiap sumber daya yang ada membutuhkan suatu pengukuran dan evaluasi di setiap kegiatan dan aktivitas yang akan dilakukan. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : P213-P214), ada enam proses utama didalam manajemen waktu proyek: a. Mendefinisikan aktifitas Mengidentifikasi aktifitas secara sepesifik yang harus dilakukan oleh anggota tim proyek serta para stakeholder agar proyek mudah diselesaikan. b. Mengurutkan aktifitas Meliputi identifikasi serta mendokumentasikan hubungan atar setiap aktifitas proyek. c. Mengestimasi sumberdaya Meliputi bagaimana memperkirakan besarnya kebutuhan akan sumber daya manusia, peralatan serta material. d. Mengestimasi kebutuhan waktu (durasi) Meliputi pengestimasian berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap aktifitas proyek. 31 e. Membuat jadwal Meliputi analisa terhadap urutan aktifitas, perkiraan sumberdaya serta estimasi kebutuhan waktu untuk menghasilkan suatu jadwal proyek. f. Mengendalikan jadwal Mencakup pengendalian dan pengaturan terhadap perubahan - perubahan serta tidakan koreksi terhadap jadwal proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 24), manajemen waktu yang baik membutuhkan pengalaman dari manajemen proyek di dalam mengelola waktu dari proyek-proyek sebelumnya. Pengalaman ini sangat penting mengingat bahwa model bisnis dan proses-proses sejenis yang pernah dilakukan dapat menjadi bahan acuan di dalam menentukan WBS dan critical path task yang penting dalam suatu proyek teknologi informasi. Critical path task merupakan titik kritis dari suatu rangkaian proses penyelesaian dari setiap tahapan proyek yang sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu proyek secara keseluruhan. 3. Manajemen Biaya Proyek (Project cost management) Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 82), manajemen biaya proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk menyakinkan bahwa proyek terselesaikan dengan anggaranyang dianjurkan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), biaya merupakan suatu pengorbanan atas sumber daya utnuk mencapai suatu target yang bersifat spesifik atau hasil yang diperoleh sebagai pengganti dari pengorbanan 32 tersebut. Biaya biasanya diukur berdasarkan nilai uang dan tercatat di dalam pengeluaran keuangan perusahaan di dalam laporan keuangan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), manajemen biaya proyek merupakan suatu proses dari pengelolaan biaya yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa proyek dapat diselesaikan dengan anggaran yang telah disetujui oleh manajemen perusahaan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), manajemen biaya proyek dibagi menjadi 3 hal penting yaitu: 1. Estimasi biaya yang merupakan estimasi biaya dan sumber daya yang dibutuhkan utnuk menyelesaikan suatu proyek. 2. Anggaran biaya yang merupakan alokasi seluruh alokasi biaya untuk pekerjaan setiap tim untuk tujuan mengukur kinerja dari biaya. 3. Pengendalian biaya yang merupakan aktivitias pengendalian terhadap perubahan biaya yang terjadi dengan menggunakan acuan dari anggaran proyek yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 34), perubahan sumber daya yang terjadi sebagai akibat dari implementasi proyek teknologi informasi harus diperhatikan. Organisasi atau perusahaan harus melakukan suatu analisa atau evaluasi sebelum suatu proyek teknologi informasi dijalankan, hal ini penting agar proyek tidak berhenti di tengah perjalankan karena disebabkan oleh kekurangan biaya. 33 4. Manajemen Kualitas Proyek (Project quality management) Pada tahapan ini akan dilakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan dan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa semua tindakan yang diperlukan dalam mencapai kualitas yang diinginkan telah dilaksanakan dengan baik. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 43), kualitas biasanya memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat dengan sejumlah standar itnernasional, seperti contohnya adalah memenuhi ISO sebagai panduan sistem manajemen mutu. Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 83), kualitas juga dapat diartikan sebgai totalitas output yang diharapkan oleh sponsor proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 43), secara umum manajemen kualitas proyek teknologi informasi dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu: 1. Perencanaan (plan) meliputi adanya standar kualitas yang diharapkan dari hasil proyek teknologi informasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan target manajemen. Perencanaan kualitas ini diuraikan dalam beberapa kriteria yang direncanakan harus dicapai dari setiap tahapan atau hasil dari produk teknologi informasi yang diimplementasikan diperusahaan. Kesepakatan dan persetujuan dari manajemen puncak atas perencanaan kualitas ini harus ditetapkan di awal dan sebelum proyek dimulai. 2. Pelaksanaan (execute) meliputi langkah evaluasi pelaksanaan proyek teknologi informasi (perform quality assurcance) atau 34 menilai kinerja proyek di setiap tahapan proses baik dari sisi software, hardware maupun brainware (tim yang terlibat samapi pemakai dari sistem). Pelaksanaan dari kinerja kualitas harus selalu dievaluasi oleh manajer proyek dan biasanya di dalam suatu proyek ditempatkan petugas pegawas mutu secara terpisah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga tingkat obyektifitas dari hasil yang diharapkan dari suatu proyek teknologi informasi. 3. Pengendalian (control) meliputi langkah pengendalian atas hasil mutu dari setiap tahapan proyek teknologi informasi diperusahaan (perform quality control). Langkah pengendalian ini dapat dilakukan dari internal organisasi atau meminta pihak konsultan sebagai pengendali kualitas dari proyek teknologi informasi. Semakin tinggi tingkat pengendalian yang dilakukan diharapkan hasil yang dicapai akan sesuai dengan target dan tingkat penyimpangan yang terjadi dapat dihindari sedini mungkin. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 52), kualitas dari proyek teknologi informasi dapat ditingkatkan dan diukur berdasarkan beberapa strategi pemahaman yang harus dimiliki oleh manajer proyek. Pemahaman tersebut meliputi langkah-langkah nyata dari: 1. Kepemimpian yang dapat meningkatkan kualitas. 2. Pemahaman atas biaya dari kualitas. 3. Fokus pada dampak organisasi terhadap kualitas yang dihasilkan. 35 4. Mengikuti prinsip model kematangan dari sisi teknologi informasi maupun organisasi untuk tujuan meningkatkan kualitas dari sisi sistem informasi perusahaan. 5. Manajemen Proyek Sumber Daya Manusia (Project human resource management) Merupakan suatu tindakan yang terkait dengan langkahlangkah efektif yang perlu diambil dari orang-orang yang terlibat (stakeholder) dalam suatu proyek. Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 83), manajemen sumber daya manusia proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk melakukan efektivitas dari penggunaan orang yang terlibat dengan proyek. Manajemen sumber daya manusia menyangkut semua stakeholder proyek Menurut Kathy schwalbe (2010 : 343) Manajemen sumber daya manusia mencakup empat proses: a. Perencanaan sumber daya manusia Meliputi identifikasi serta dokumentasi terhadap peranan, tanggung jawab serta hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek. b. Mendapatkan tim proyek Meliputi perekrutan serta penugasan personil yang terlibat dalam suatu proyek. c. Mengembangkan tim proyek Meliputi membangun kemampuan individu serta kelompok untuk meningkatkan kinerja proyek. 36 d. Mengatur tim proyek Meliputi penelusuran kinerja dari anggota tim, memotivasi anggota tim, memecahkan masalah serta konflik dan mengkoordinasikan perubahan dalam membantu meningkatkan kinerja proyek. 6. Manajemen Komunikasi Proyek (Project communications management) Meliputi bagaimana menghasilkan, mengumpulkan, menyebarkan serta menyimpan informasi suatu proyek. Tujuan dari manajemen komunikasi proyek adalah untuk memperkokoh hubungan antar personil, serta mendapatkan gagasan dan informasi penting untuk mencapai keberhasilan. Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 83), tujuan dari manajemen komunikasi proyek adalah untuk menyakinkan waktu dan turunan yang benar, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan, dan peletakan dari informasi proyek. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 383), Ada empat proses utama didalam komunikasi proyek: a. Identifikasi stakeholder Meliputi identifikasi semua orang yang terlibat di dalam ataupun dapat mempengaruhi proyek dan menentukan cara terbaik untuk mengatur hubungan di antara semua orang yang terlibat. b. Perencanaan komunikasi Meliputi penetapan kebutuhan-kebutuhan akan informasi dan komunikasi pada para stakeholder, mencakup informasi apa yang 37 dibutuhkan, kapan mereka membutuhkan serta bagaimana informasi dapat secara tepat disampaikan. c. Pendistribusian informasi Meliputi usaha agar informasi yang diperlukan oleh para stakeholder dapat terpenuhi. d. Pengaturan stakeholder Meliputi bagaimana melakukan komunikasi yang tepat terhadap para stakeholder agar harapannya dapat terpenuhi terhadap keberhasilan suatu proyek. e. Laporan kinerja Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja, termasuk laporan status kinerja serta perkiraan kapan perkerjaan yang bersangkutan akan dapat diselesaikan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 68), manajemen komunikasi di dalam proyek teknologi informasi harus dapat memberikan kontribusi di dalam memberikan informasi yang realistik dan obyektif ke manajemen puncak. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat pencapaian dan kendalakendala yang dihadapi oelh tim di dalam menyelesaikan tugas-tugas yagn diberikan. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 68), hambatan terbesar dari kegagalan suatu proyek teknologi informasi adalah komunikasi yang buruk dan metode penyampaian yang salah ke tim yang tidak tepat dari manajer proyek. Proses pendistribusian informasi di dalam perencanaan komunikasi sebagai dasar untuk pengelolaan permintaan-permintaan perubahan baik dari sisi proses bisnis, teknologi maupun peran dari tim 38 proyek di dalam setiap tahapan proyek. Manajer proyek harus mampu mengelola distribusi informasi secara efektif dan efisien ke segala lapisan di dalam organisasi. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 71), dengan metode komunikasi yang baik dan konsisten maka hambatan-hambatan di dalam proyek dapat diantisipasi dengan baik dan peneyelesaian yang dilakukan dapat didokumentasi dengan baik sebagai bahan referensi untuk penyelesaian masalah sejenis di masa mendatang. 7. Manajemen Resiko Proyek Merupakan suatu proses identifikasi, analisis, serta jawaban terhadap resiko-resiko yang berpotensi menghambat atau dapat menggagalkan jalannya suatu proyek. Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 84), maanjemen resiko proyek merupakan pengetahuan untuk mengidentifikasikan , menugaskan dan menanggapai resiko melalui daur hidup proyek dan perhatian dalam memenuhi objektif proyek. Tujuan dari manajemen resiko proyek dapat dilihat dengan meminimalkan potensi resiko sementara memaksimalkan potensi peluang atau pengeluaraan Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 73), antisipasi atas setiap resiko ini menjadi langkah pencegahan dari kegagalan suatu proyek teknologi informasi di suatu perusahaan. Banyak resiko yang mungkin terjadi di dalam setiap proyek teknologi informasi tetapi dengan persiapan dan langkah yang efektif dari manajer proyek dan manajemen puncak yang baik maka resiko dapat diperkecil dan dikurangi. 39 Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 81), utnuk obyektifitas dari manajemen resiko teknologi infromais harus dibuat pengukuran dari sisi biaya, wkatu , ruang lingkup dan mutu. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : P427), Ada enam proses utama yang termasuk didalam manajemen resiko: a. Perencanaan manajemen resiko Meliputi keputusan bagaimana melakukan pendekatan terhadap resiko dan perencanaan nya didalam aktifitas suatu proyek. b. Identifikasi resiko Menentukan resiko-resiko mana saja yang mungkin memilki perngaruh terhadap proyek serta mendokumentasikan karakteristik dari setiap resiko yang ada agar mudah diantisipasi jika ada resiko yang serupa dikemudian hari. c. Analisa resiko Memprioritaskan resiko berdasarkan kemungkinan terjadi serta dampak yang diakibatkannya. d. Kuantifikasi resiko Meliputi perkiraan secara kuantitatif atau derajat ketidakpastian terhadap tingkat pengaruh yang ditimbulkan oleh sutu resiko. e. Perencanaan tanggung jawab resiko Meliputi langkah-langkah yang dilakukan untuk menghasilkan atau meningkatkan kesempatan dan mengurangi ancaman dari suatu resiko terhadap tujuan suatu proyek. 40 f. Memantau dan mengendalikan resiko Melakukan tindakan korektif serta aksi pencegahan dari resiko-resiko baru yang teridentifikasi serta tindakan penanganannya. Kemudian melakukan evaluasi terhadap efektifitas penyelesaian tersebut didalam suatu proyek. 8. Manajemen Pengadaan Proyek (Project procurement management) Meliputi bagaimana mendapatkan barang dan pelayanan dari pihak luar atau (rekanan). Menurut Suryanto, Sanyoto Gondodiyoto, Desi N.I, Aryanto, Elis Triana (2009 : 84), pengadaan proyek mempunyai arti mendapatkan barang dan atau jasa dari sumber daya luar Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 465), Ada enam proses utama dari manajemen pengadaan proyek: a. Perencanaan pembelian Meliputi penentuan apa yang harus dibeli, kapan serta bagaimana dilakukan. b. Melakukan pembelian Meliputi pemilihan dari seluruh penyedia (seller) atau supplier melalui suatu proses evaluasi dan negosiasi kontrak. c. Administrasi kontrak kerja Meliputi pengaturan seluruh kesepakatan serta hubungan dengan pihak penyedia yang terpilih. d. Penutupan kontrak Meliputi penyelesaian dari setiap kontrak yang telah disepakati. 41 2.10 Manajemen Puncak Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 54), Orang yang ada di posisi manajemen puncak adalah stakeholder kunci di dalam proyek. Komitmen dan dukungan dari manajemen puncak merupakan faktor penting yang membantu manajer proyek sukses dalam memimpin proyek. Tanpa komitmen dari manajemen proyek maka proyek akan gagal. Alasan mengapa komitmen manajemen puncak sangat penting untuk manajer proyek yaitu: a. Manajer proyek membutuhkan sumber daya yang memadai. Cara terbaik untuk mengagalkan sebuah proyek adalah dengan menunda uang, sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu proyek. Jika manajer proyek mempunyai komitmen dair manajemen puncak maka manajemen puncak akan menyediakan sumber daya yang memadai sehingga proyek juga tidak akan tertunda. b. Manajer proyek membutuhkan persetujuan cepat dari manajemen puncak. Sebagai contoh, untuk proyek Teknologi Informasi yang besar, manajemen puncak harus mengerti dan menerima masalah-masalah yang tidak bisa diprediksi dari suatu proyek seperti tim secara mendadak membutuhkan perangkat lunak maupuan perangkat tambahan untuk melakukan pengujian proyek dan manajemen puncak harus memberikan persetujuan pembelian perangkat lunak maupun perangkat tambahan sehingga pengerjaan proyek Teknologi Informasi dapat dilanjutkan. c. Manajer proyek harus bekerja sama dengan orang dari semua bagian yang ada di organisasi. Proyek Teknologi Informasi melibatkan semua bagian fungsional dari organsasi. Oleh karena itu, manajemen 42 puncak harus membantu manajer proyek agar semua bagian fungsional dari organisasi mau diajak bekerja sama. d. Manajer proyek membutuhkan seseorang untuk mengajari dan membimbing mereka mengenai masalah kepemimpinan. Kebanyakan manajer proyek Teknologi Informasi memiliki latar belakang posisi teknikal dan tidak memiliki pengalaman sebagai manajer. Manajemen puncak harus mau meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan saran kepada manajer proyek untuk pengembangan kemampuan Leadership dari manajer proyek. Menurut Kathy Schwalbe (2010 : 70), Komitmen manajemen proyek sangat penting untuk kesuksesan proyek karena proyek mempengaruhi dan melibatkan banyak bagian fungsional dari organisasi sehingga manajemen puncak harus membantu manajer proyek untuk melakukan integrasi yang baik. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 9), kesuksesan sangat ditentukan dari dukungan manajemen puncak dalam memberikan komitmen waktu, tenaga dan biaya di dalam menjalankan proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 21), tanpa dukungan yang kuat dari manajemen puncak maka suatu proyek teknologi informasi akan sulit untuk dapat berhasil dengan baik. Dukungan yang dibutuhkan bukan hanya dari sisi keuangan tetapi dari sisi moril dan komitmen manajemen di dalam mengambil keputusan-keputusan yang bersifat kebijakan dan politis. Kegagalan dan hambatan yang sering terjadi dan terbesar adalah dari manajemen puncak yang tidak memahami peranan di dalam mengambil keputusan penting di dalam suatu proyek teknologi informasi. 43 Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 29), komunikasi yang baik antara manajer proyek dengan manajemen puncak sangat dibutuhkan agar hasil yang diharapkan dari proyek teknologi informasi dapat direalisasikan dengan baik. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 21), Perselisihan dan perbedaan pendapat antara manajemen puncak dengan tim ataupun para pemakai sistem di dalam organisai akan menyebabkan kegagalan di dalam proyek teknologi informasi. Untuk itu peranan dari pimpinan proyek di dalam membangun komunikasi adalah sangat penting dan memiliki tingkat prioritas yang tinggi. Komunikasi ini akan memberikan kejelasan mengenai permaslaahan dan solusi yang tepat untuk diambil di dalam menyelesaikan proyek teknologi informasi. 2.11 Lingkungan Proyek Menurut Jack T.Marchewka (2010 : 41), Lingkungan proyek adalah ruang kerja fisik bagi tim untuk bertemu, bekerja dan budaya proyek. Lebih spesifik, lingkungan proyek meliputi: a. Tempat kerja Tim proyek harus mempunyai tempat kerja dengan ruang dan luas yang memadai untuk bekerja dan bertemu. Jika ruang yang tersedia tidak memadai maka proses pengerjaan proyek akan terhambat karena tim proyek harus mengadakan pertemuan di luar kantor dan ini akan menambah durasi pengerjaan proyek. b. Teknologi Selain memiliki tempat kerja, tim proyek juga membutuhkan dukungan secara teknologi . Dukungan tersebut seperti personal computer, perangkat lunak, akses internet, electronic mail dan telepon. 44 c. Peralatan kantor Selain teknologi, tim proyek juga membutuhkan peralatan kantor seperti pena, pensil , kertas , dan lain lain. d. Budaya Setiap organisasi memiliki budayanya masing-masing begitu juga dengan tim proyek pasti mempunyai budaya. Buadaya mempengaruhi nilai dan aturan dalam sebuah tim. Cara untuk menentukan budaya dalam tim adalah dengan membuat team charter. Team charter memperbolehkan anggota tim menentukan sekumpulan nilai , aturan, ekspetasi dalam pengerjaan proyek serta peran dari masing-masing anggota tim proyek. Menurut Iwan K.Widjaya (2013 : 10), kesuksesan atau kegagalan suatu proyek teknologi informasi sangat ditentukan oleh standard software infrastucture yaitu menggunakan paket aplikasi dan infrastruktur yang sudah dibakukan di awal sampai akhir proyek teknologi informasi dijalankan. Penggunaan standarisasi atau pembakuan ini penting untuk tujuan melakukan kolaborasi atau integrasi informasi yang terkait dengan proyek. Menurut Nadief Kaelani (2011 : 31), infrastruktur teknologi informasi yaitu prasarana dan sarana teknologi informasi yang menyangkut jaringan , komputer, perangkat keras dan lunak lainnya. 45 2.12 Cara Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 2), ada 3 cara suatu penelitian dapat dilakukan yaitu: 1. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian Deskriptif terdiri dari lima jenis yaitu: a. Penelitian Deskriptif Murni Penelitian deskriptif murni merupakan penelitian yang benar- benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah lapangan atau wilayah tertentu. b. Penelitian Korelasi Penelitian korelasi adalah penelitan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. c. Penelitian Komparasi Penelitian komparasi adalah penelitian yang dilakukan untuk melakukan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kedua kondisi tersebut sama atau ada perbedaan dan kalau ada perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik. 46 d. Penelitian Penelusuran Penelitian penelusuran adalah penelitian yang mencermati jalan yang sudah dilalui atau menelusuri apa yang terjadi di masa lalu, atau dengan kata lain melacak. 2. Operation Research Operation Research merupakan penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaanya. 3. Eksperimen Eksperimen merupakan penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengna mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang menggangu. 2.13 Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 28), perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif No. 1. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif Kejelasan unsur: tujuan, Kejelasan unsur: subjek sampel, pendekatan, subjek, sumber sumber data tidak mantap dan rinci, data sudah mantap, dan rinci masih sejak awal. 2. Langkah fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan. penelitian: segala Langkah penelitian: baru diketahui sesuatu direncanakan sampai dengan mantap dan jelas setalah matang ketika persiapan penelitian selesai. 47 disusun. 3. Dapat menggunakan sampel Tidak dan hasil dapat menggunakan penelitiannya pendekatan populasi dan sampel. diberlakukan untuk populasi. 4. Hipotesis (jika memang perlu): Mengajukan hipotesis Hipotesis: Tidak mengemukan yang hipotesis sebelumnya, tetapi dapat akan diuji dalam penelitian. lahir selama penelitian berlangsung. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan. 5. Desain: dalam desain jelas Desain: desain penelitiannya adalah langkah-langkah penelitian dan fleksibel dengan langkah dan hasil hasil yang diharapkan. yang tidak dapat dipastikan data: kegiatan sebelumnya. 6. Pengumpulan data: kegiatan Pengumpulan dalam pengumpulan memungkinakan data pengumpulan data selalu harus untuk dilakukan sendiri oleh peneliti. diwakilkan. 7. Analisis data: dilakukan Analisis data: dilakukan bersamaan sesudah semua data terkumpul. dengan pengumpulan data. 2.14 Prosedur Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 61), langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Memilih masalah. 2. Studi pendahuluan. 48 3. Merumuskan masalah. 4. Merumuskan anggapan dasar. 5. Memilih pendekatan/ cara penelitian. 6. Menentukan variabel dan sumber data. 7. Menentukan dan menyusun instrumen. 8. Mengumpulkan data. 9. Analisis data. 10. Menarik kesimpulan. 11. Menulis laporan. 2.15 Populasi dan Sampel Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 18), populasi merupakan kesatuan yang mempunyai karakteristik yang sama dimana sampel akan kita tarik. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 18), sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang kita gunakan sebgai obyek riset kecil. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Kesalahan (error) yang terjadi di dalam penelitian dapat direpresentasikan dengan taraf signifikansi. Untuk ilmu kealaman taraf signifikansi itu disepakati para ahli (dalam berbagai literatur umumnya menyatakan sama) yang “terbaik” sebesar 0,01. Maksudnya hanya ada 0,01 atau 1% saja kesalahan karena kebetulan itu terjadi. Jadi, dengan kata lain, 49 yakin sebesar 99% bahwa hasil penelitian itu benar. Itu artinya, karena tetap berhati-hati, tidak ada yang “patut” diyakini 100% benar. Untuk ilmu-ilmu sosial disepakati yang “terbaik” itu sebesar 0,05 . Maksudnya hanya ada 0,05 atau 5% saja kesalahan karena kebetulan itu terjadi. Jadi, yakin 95% bahwa hasil penelitian itu benar. Ini karena tingkat kepastian “orang-orang” (sosial) itu relatif tidak seajeg seperti gejala kealaman. Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sample yang besar. Sebaliknya jika ukuran sample semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada. Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut: • Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan. • Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan 2.16 Variabel Penelitian Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 11), secara teori terdapat lima jenis variabel yaitu variabel independen, variabel dependen, variabel moderat, variabel kontrol dan variabel perantara. Variabel independen merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen. Variabel moderat adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk 50 menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas pertama dan variabel tergantung, contohnya pengaruh kualitas produk terhadap keputusan membeli konsumen maka variabel moderatnya ialah harga. Variabel kontrol adalah variabel yang variabilitasnya dikontrol oleh peneliti untuk menetralisasi pengaruhnya, contohnya pengaruh warna sepeda motor terhadap keputusan membeli di kalangan konsumen wanita. Variabel perantara adalah variabel yang secara konkret pengaruhnya tidak kelihatan tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang kita teliti, contohnya: Layanan yang berkualitas mempengaruhi kepuasan pelanggan maka variabel perantaranya adalah kualitas jasa/produk. 2.17 Tipologi Data Menurut Husein Umar (2008 : 48), data dari sisi sumber terbagi atas data primer dan sekunder. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 32), data sekunder ialah data yang sudah diproses oleh pihak tertentu sehingga data tersebut tersedia saat kita memerlukan, sebagai contoh data laporan keuangan, data gaji, dan lain-lain. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 37), data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau sumber pertama yang secara umum kita sebut sebagai nara sumber. 2.18 Skala Pengukuran Menurut Jonathan Sarwarno (2012 : 68), Skala pengukuran merupakan skala atau rentang yang digunakan untuk menilai obyek tertentu dalam hal ini 51 variabel dengan mencakup kehadiran karakteristik tertentu yang ada dalam variabel tersebut dan juga menunjukkan adanya tingkatan serta jumlah yang berbeda. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 69), skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang kehadiran karakteristik tertentu serta peringkat relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu, angka dalam skala ini hanya merupakan simbol peringkat dan tidak mengekspresikan jumlah. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 68), skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikan obyek, individual atau kelompok yang ada dalam variabel ke dalam kategori yang berbeda. Sebagai contoh yaitu jenis kelamin. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 71), skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal , ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai titik awal nol yang berkaitan dengan ketidak hadiran variabel yang sedang diukur. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 70), skala pengukuran interval tidak hanya mengukur kehadiran karakteristik tertentu tetapi juga mengukur jumlah yang dimiliki oleh obyek tertentu, angka dalam skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka sebenarnya dan angka tersebut dapat diperlakukan dalam operasi aritmatika. Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 72), Skala likert digunakan untuk mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan, pernyataan atau masalah yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam suatu riset tertentu. Menurut Thurstone, sikap ialah penolakan, penilaian, suka 52 atau suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis. Menurut Emory dan Cooper (1996 : 195), skala likert dapat diperlakukan sebagai skala interval. Oleh karena itu sehubungan dengan penelitian ini skala likert diperlakukan sebagai skala interval. 2.19 Teknik pengambilan sampel Menurut Husein Umar (2008 : 69), pengambilan sampel probabilitas adalah suatu metode pemilihan sampel, di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Jonathan Sawarno (2012 : 18), teknik pengambilan sampel probabilitas terbagi atas: a. Pengambilan sampel secara random sederhana (Simple Random Sampling) Pengambilan sampel secara random sederhana dilakukan dengan memberikan suatu nomor yang berbeda kepada setiap anggota populasi kemudian memilih sampel dengan menggunakan angka-angka random. b. Pengambilan sampel secara random sistematis (Systematic Random Sampling) Pengambilan sampel secara random sistematis dilakukan dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Misalnya, jika ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi secara acak, maka kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari interval pertama antara angka 1-5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka berikutnya dari interval selanjutnya. 53 c. Pengambilan sampel secara random bertahap (Random Multistage) Pengambilan sampel jenis ini dilakukan dengan menggunakan bentuk sampel acak dengan sedikitnya dilakukan dalam dua tahap. d. Pengambilan sampel random berstrata (Stratified Random Sampling) Pengambilan sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, dan perbedaan tersebut dapat mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada maka kita dapat menggunakan pengambilan sampel random. Menurut Jonathan Sawarnon (2012 : 20), dalam pengambilan sampel berstrata dapat dibagi menjadi dua versi. Pertama untuk versi proposional ini cara pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling. Keuntungannya yaitu aspek respentatifnya lebih menyakinkan sesuai dengan sifat-sifat yang membentuk dasar unit-unit yang mengklasifikasinya sehingga mengurangi keanekaragamnya. Kedua untuk versi disproporsional ini merupakan pengambilan sampel yang sama dengan proporsional cuma perbedaanya terletak pada ukuran sampel yang tidak proporsional terhadap ukuran unit sampling karena untuk kepentingan pertimbangan analisis dan kesesuaian. Dalam pengambilan sampel berstrata proposional maka jumlah proporsi masing-masing strata dalam sampel ditentukan secara proporsional sesuai dengan besarnya dalam populasi. Proporsi atau strata 54 terbesar akan mendapatkan sampel lebih besar dibandingkan dengan strata yang lebih kecil. Menurut Akdon (2008 : 108), rumus untuk strata proporsional yaitu: ni = Ni n N Di mana: ni = jumlah sampel menurut startum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya e. Pengambilan sampel kluster (Cluster) Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih unit- unit sampling atau kelompok-kelompok tertentu secara random dan hitung masing-masing kelompok. f. Pengambilan sampel kluster berstrata (Stratified Cluster) Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menyeleksi sampel dengan memilih kluster-kluster secara random untuk setiap unit sampling. g. Pengambilan sampel model repetisi Pengambilan sampel jenis ini dilakukan dengan menggunakan hasil sampel yang lebih dahulu untuk merancang sampel-sampel berikutnya. 55 2.20 Teknik Menentukan Ukuran Sampel Menurut Husein Umar (2008 : 65) Rumus Slovin, digunakan untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui. n = N 1 + N e2 Di mana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditoleransi, misalnya 5 % 2.21 Teknik Pengumpulan Data Menurut Husein Umar (2008 : 50), teknik pengumpulan data ada 4 jenis yaitu: 1. Kuesioner Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 194), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 268), prosedur dalam penyusunan kuesioner yaitu: a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. 56 b. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. 2. Wawancara Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. 3. Observasi Observasi yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. 4. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan penyelidikan terhadap benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. 2.22 Uji Validitas Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 84), suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahidan suatu instrumen. 57 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Husein Umar (2008 : 112) rumus korelasi product moment dari pearson digunakan untuk data metrik (data yang berskala interval atau rasio). Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 130), data yang digunakan dalam korelasi Pearson harus berskala interval/rasio. 2.23 Uji Reliabilitas Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 84), Reliabilitas yaitu adanya konsistensi hasil pengukuran yang sama jika dilakukan dalam konteks waktu yang berbeda. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 221), suatu instrumen yang reliabel harus mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Menurut Husein Umar (2008 : 56), uji reliabilitas untuk alternatif jawaban lebih dari dua akan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 239), rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya jika skornya antara 1 sampai dengan 5. 2.24 Uji Normalitas Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 96), Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian adata observasi apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 97), Uji Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit digunakan untuk mengetahui apakah distribusi nilai dalam 58 sampel sesuai dengan distribusi teoritis tertentu, misalnya normalitas data dan persyaratan untuk pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit yaitu data yang diuji harus data kuantitatif yang berskala interval atau rasio. 2.25 Uji Korelasi Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 120), korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan. Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 313), koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 314), metode korelasi multi variat merupakan metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan dan menentukan hubungan antara tiga variabel atau lebih. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 314), korelasi pearson (product moment) merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel. Korelasi searah jika nilai koefisien korelasi diketemukan positif sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik asosiasi antara dua variabel. Jika koefisien diketemukan tidak sama dengan nol maka terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi diketemukan +1 maka hubungan 59 tersebut disebut sebagai korelasi sempurna. Menurut Sarwono (2012 : 123), kriteria untuk korelasi yaitu: 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah. >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 124), signifikansi/probabilitas memberikan gambaran mengenai bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempat untuk benar. Secara umum angka signifikansi yang digunakan adalah sebesar 0,01; 0,05; 0,1. 2.26 Analisa Regresi Menurut Jonathan Sarwono (2012 : 181), regresi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen sedangkan regresi berganda digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh beberapa variabel independen yang akan dikenakan kepada variabel dependen. Dalam analisa regresi akan dilakukan 3 jenis pengujian yaitu: a. Uji F Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen / terikat . Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 60 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 > Sig], maka Ho di tolak dan Ha diterima, artinya signifikan. 2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 < Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b. Uji koefisien determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel – variabel independen dalam model dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah berkisar 0 ≤ R2 ≤ 1, dimana: 1. Jika R2 = 0, berarti tidak ada hubungan antara X dan Y, atau model regresi yang terbentuk tidak tepat untuk meramalkan Y. 2. Jika R2 = 1, berarti garis regresi yang terbentuk dapat meramalkan Y secara sempurna. c. Uji Koefisien Regresi Melalui pengujian koefisien regresi maka akan diperoleh persamaan regresi. Persamaan regresi sederhana: Y = a + b1X1 Persamaan regresi berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +….bnXn 61 2.27 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang diajukan untuk penelitian ini adalah seperti pada gambar 2.2 berikut ini: MJPY H1 MMPY H2 KPTI H5 YBN H3 MMPC H4 LPY Keterangan : MJPY : Manajer Proyek MMPY : Manajemen Proyek MMPC : Manajemen Puncak LPY : Lingkungan Proyek KPTI : Kesuksesan Proyek TI YBN : Yayasan Bina Nusantara Gambar 2.2 Hubungan Konstruk Eksogen dan Endogen 2.28 Dimensionalisasi Variabel Variabel manajer proyek dibentuk oleh 10 indikator yaitu berhubungan dengan orang lain (A1), kepemimpinan (A2), mendengarkan (A3), jujur, berperilaku etis, dan konsisten (A4), membangun kepercayaan yang kuat (A5), komunikasi verbal (A6), membangun tim yang kuat (A7), manajemen konflik (A8), berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (A9), mengerti dan menyeimbangkan (A10). prioritas digambarkan sebagai berikut: Indikator-indikator tersebut dapat 62 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Manajer Proyek A7 A8 A9 A10 Keterangan: A1 : Berhubungan dengan orang lain A2 : Kepemimpinan A3 : Mendengarkan A4 : Jujur, berperilaku etis, dan konsisten A5 : Membangun kepercayaan yang kuat A6 : Komunikasi verbal A7 : Membangun tim yang kuat A8 : Manajemen konflik A9 : Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah A10 : Mengerti dan menyeimbangkan prioritas Gambar 2.3 Indikator-indikator dari Variabel Manajer Proyek Variabel manajemen proyek dibentuk oleh 9 indikator yaitu manajemen ruang ruang lingkup proyek (A11), manajemen waktu proyek (A12), manajemen biaya proyek (A13), manajemen kualitas proyek (A14), manajemen sumber daya manusia (A15), manajemen komunikasi proyek (A16), manajemen resiko (A17), manajemen pengadaan proyek (A18). Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 63 A11 A12 A13 A14 A15 Manajemen Proyek A16 A17 A18 Keterangan: A11 : Manajemen ruang ruang lingkup proyek A12 : Manajemen waktu proyek A13 : Manajemen biaya proyek A14 : Manajemen kualitas proyek A15 : Manajemen sumber daya manusia A16 : Manajemen komunikasi proyek A17 : Manajemen resiko A18 : Manajemen pengadaan proyek Gambar 2.4 Indikator-indikator dari Variabel Manajemen Proyek Variabel manajemen puncak dibentuk oleh 3 indikator yaitu menyediakan sumber daya (A19), bekerja sama (A20), membimbing manajer proyek (A21). Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 64 A19 A20 A21 Manajemen Puncak Keterangan: A19 : Menyediakan sumber daya A20 : Bekerja sama A21 : Membimbing manajer proyek Gambar 2.4 Dimensi-dimensi dari Variabel Manajer Proyek Gambar 2.5 Indikator-indikator dari Variabel Manajemen Puncak Variabel lingkungan proyek dibentuk oleh 4 indikator yaitu tempat kerja (A22), teknologi (A23), peralatan kantor (A24), dan budaya tim proyek (A25). Indikator-indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: A22 A23 A24 Lingkungan Proyek A25 Keterangan: A22 : Tempat Kerja A23 : Teknologi A24 : Peralatan Kantor A25 : Budaya Tim Proyek Gambar 2.6 Indikator-indikator dari Variabel Lingkungan Proyek