1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan
negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk
kelangsungan sistem pemerintahan suatu Negara. Menurut Undang-Undang No.
28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Perpajakan, pajak
merupakan suatu konstribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap
orang maupun badan yang sifatnya memaksa namun tetap berdasarkan pada
Undang-Undang, dan tidak mendapat imbalan secara langsung serta digunakan
untuk kebutuhan negara juga kemakmuran rakyatnya. Pembayaran pajak
merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta bagi
masyarakat khususnya wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.
Sebuah hasil penelitian UNCTAD (United Nation Conference on Trade
and Development) baru-baru ini melaporkan bahwa perusahaan multinasional
memiliki andil besar menggerus penerimaan pajak negara-negara berkembang.
Hasil penelitian menyebutkan setidaknya negara berkembang kehilangan lebih
$100 milyar per tahun akibat penghindaran pajak perusahaan multinasional.
Penghindaran pajak ini juga menyebabkan sektor keuangan kehilangan hingga
$300 milyar (forum pajak, 2015 ) diakses pada tanggal 25 Agustus 2016.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Berdasarkan website resmi Dirjen pajak pada tahun 2011, Pemerintah
mencatat realisasi penerimaan perpajakan Tahun 2011 adalah Rp 872,6 triliun
atau mencapai 99,3% dari target sebesar Rp 878,7 triliun. Dibandingkan dengan
realisasi Tahun 2010, maka realisasi penerimaan perpajakan Tahun 2011 naik
sebesar Rp 149,3 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 20,6%.
Gambar 1.1
Paparan Evolusi Perkembangan Pusat Investasi di Luar Negeri
Pada gambar 1.1 menunjukkan setidaknya 30% perusahaan menggunakan
entitas bertujuan khusus (Special Purpose Entity/SPE) untuk mengalihkan dana.
Setiap peningkatan 10% pengalihan laba melalui SPE, akan diikuti dengan
penurunan pajak sekitar 1% pada laporan pajak perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Pemerintah
dalam
melakukan
berbagai
upaya
untuk
dapat
mengoptimalkan penerimaan dalam sektor pajak ini bukan tanpa kendala. Salah
satu kendala pemerintah dalam upaya pengoptimalan sektor pajak adalah
penghindaran pajak (Tax Avoidance) dan penggelapan pajak (Tax Evasion) atau
dengan berbagai kebijakan yang diterapkan perusahaan untuk meminimalkan
jumlah pajak yang dibayar perusahaan, yang salah satunya adalah perusahaan
dapat memilih metode akuntansi yang tepat untuk menurunkan effective tax rate
(ETR). Penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu tindakan yang benarbenar legal (Zain, 2008). Penghidaran pajak sama sekali tidak melanggar hukum
dan bahkan dapat memperoleh penghematan pajak dengan cara memanfaatkan
kelonggaran-kelonggaran aturan yang mengatur tentang pajak, sehingga
perusahaan dapat menghemat pengeluaran pajak. Sedangkan penggelapan pajak
(Tax Evasion) adalah usaha meminimalkan pembayaran pajak, namun melanggar
hukum yang berlaku tentang perpajakan. Dengan menggunakan tarif pajak
efektif (effective tax rate/ETR) dapat dijadikan kategori pengukuran perencanaan
pajak yang efektif.
Tarif pajak efektif perusahaan (Effective Tax Rate/ETR) sering digunakan
sebagai salah satu acuan oleh para pembuat keputusan dan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk membuat kebijakan dalam perusahaan dan memuat
kesimpulan sistem perpajakan pada perusahaan. Sesuai dengan Karayan dan
Swenson (2007), salah satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan melihat tarif efektifnya.
Masalah yang sering muncul pada pajak perusahaan adalah perdebatan
antara tarif pajak dan tarif pajak efektif. Berdasarkan United States Goverment
Accountability Office tarif pajak efektif (effective tax rate/ETR) berbeda dengan
tarif pajak yang berlaku. Tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur pajak
yang dibayarkan sebagai proporsi dari pendapatan ekonomi, sementara tarif
pajak yang berlaku menunjukkan jumlah kewajiban pajak relatif terhadap
penghasilan kena pajak.
Pada perusahaan pemerintah yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia mayoritas pemegang saham berada di tangan pemerintah, oleh karena
itu pemerintah dapat mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Pemegang
saham mayoritas di indikasikan terlibat dalam penetapan besaran effective tax
rate (ETR) perusahaan dan pada perusahaan pemerintah terdapat indikasi konflik
antara pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham mayoritas dalam hal
kebijakan penetapan besaran effective tax rate (ETR) tersebut.
Baru-baru ini, dunia dihebohkan dengan bocornya dokumen finansial dari
sebuah firma hukum asal Panama, Mossack Fonseca. Data yang kemudian disebut
Panama Papers itu diungkap oleh sebuah organisasi wartawan global,
International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Kasus terungkapnya
dokumen “Panama Papers” cukup membuat heboh berbagai negara, termasuk
Indonesia. Bukan hanya swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikabarkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
juga tersangkut dalam dalam Panama Papers. Hal ini pun menjadi sorotan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
Panama Papers adalah sekumpulan dokumen rahasia sebanyak 11,5 juta
buah yang dibuat oleh penyedia jasa perusahaan asal Panama, Mossack Fonseca,
yang didirikan oleh Jürgen Mossack dan Ramon Fonseca. Dokumen ini berisi
informasi rinci mengenai lebih dari 214.000 perusahaan luar negeri, termasuk
identitas pemegang saham dan direkturnya, yang dimiliki oleh Mossack Fonseca.
Mossack Fonseca & Co. adalah kantor hukum dan penyedia jasa perusahaan
Panama yang berbasis di Panama. Mossack Fonseca & Co memiliki lebih dari 40
cabang di seluruh dunia. Kantor ini didirikan oleh Jürgen Mossack tahun 1977
dan kemudian dikembangkan oleh Ramon Fonseca pada tahun 1986.
Skandal "Panama Papers" tidak hanya mengingatkan kita tentang praktik
penyembunyian kekayaan dan upaya menghindari pembayaran pajak di luar
kelaziman yang banyak ditemui dalam banyak kasus ilegal. Tapi kebocoran datadata memalukan itu memperlihatkan hal lain: kepercayaan publik dilanggar ketika
perusahaan, orang kaya dan orang kuat dapat menyembunyikan uang tanpa
melanggar hukum.
Indonesia adalah salah satu contoh bagaimana sebuah kontrak sosial yang
rusak telah menghambat pembangunan. Memobilisasi sumber daya untuk
meningkatkan layanan dan pengembangan pajak sebenarnya merupakan tantangan
global di banyak negara, yang basis pajaknya kurang baik. Sekitar 50 persen dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
negara-negara berkembang hanya bisa mendapatkan kontribusi penerimaan pajak
sekitar 15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka. Mayoritas negara
tersebut masih sangat tergantung pada penerimaan sumber daya alam. Bandingkan
dengan negara-negara maju, yang kontribusi pajaknya mencapai 34 persen dari
PDB( kata data, 2016 ), diakses pada tanggal 25 Agustus 2016.
Fenomena “Panama Papers” pada dasarnya tidak terlepas dengan isu
perencanaan pajak (tax planning), penghindaran pajak (tax avoidance) dan
penggelapan pajak (tax evasion), di mana ketiganya sudah lama menjadi
persoalan tersendiri bagi banyak negara.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar
pajak, ukuran perusahaan (size) misalnya merupakan variabel yang paling banyak
digunakan untuk meneliti beban pajak perusahaan (Rodriguez dan Arias, 2012).
Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi pendapatan (profitability), karena
mendapat laba maka mempengaruhi juga aset perusahaan dan tingkat utang
perusahaan sehingga berpengaruh terhadap pembayaran pajak. Semakin besar
ukuran suatu perusahaan, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks
yang akan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada
untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi (Ngadiman dan
Puspitasari, 2014).
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
return on asset (ROA). ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan
dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013).
Menurut Subakti (2012), profitabilitas perusahaan dengan penghindaran pajak
akan memiliki hubungan yang positif dan apabila perusahaan ingin melakukan
penghindaran pajak, maka harus efisien dari segi beban sehingga tidak perlu
membayar pajak dalam jumlah besar.
Setiawan (2006) dalam Suyanto dan Supramono (2012) menyebutkan
bahwa tingkat leverage perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan. Walaupun memiliki leverage tinggi
perusahaan manufaktur juga mengalami peningkatan penjualan saham. Hal ini
mungkin saja terjadi karena bunga atas utang merupakan beban tetap yang akan
mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan. Ozkan (2001) menyebutkan
bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang
yang tinggi pula, sehingga perusahaan sengaja berutang tinggi untuk mengurangi
beban pajak.
Capital Intensity Ratio adalah aktivitas investasi yang dilakukan
perusahaan yang dikaitkan dengan investasi dalam bentuk aset tetap (intensitas
modal). Hampir semua aset tetap mengalami penyusutan dan biaya penyusutan
dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan (Hanum, 2013 dalam
Roifah, 2015).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Struktur kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh institusional akan
mempengaruhi
pembayaran
pajak.
Pemegang
saham
institusional
akan
mempengaruhi perusahaan agar lebih agresif pajak dalam upaya memaksimalkan
laba setelah pajak dan arus kas setelah pajak dan pihak institusi sebagai pemegang
saham akan fokus pada kinerja jangka pendek yang mendorong manajer membuat
keputusan untuk meningkatkan laba jangka pendek (Khurana dan Moser, 2009).
Penelitian tentang effective tax rate (ETR) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya sudah pernah dilakukan sebelumnya. Bachtiar (2015) meneliti
pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan capital intensity terhadap
effective tax rate pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20112013 menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara capital intensity
dengan effective tax rate. Namun, kepemilikan manajerial, institusional dan
ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap effective tax
rate (ETR). Hasil tersebut berbeda dengan hasil yang didapat oleh Putranti dan
Setiawanta (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh kepemilikan
institusional, struktur dewan komisaris, kualitas audit dan komite audit terhadap
tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2013, menemukan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Hasil
berbeda juga diperoleh oleh Izadinia, dkk. (2013) yang menemukan adanya
pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dan effective tax rate pada
perusahaan yang terdaftar di Tehran (Turki) periode tahun 2004-2009.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Ardyansah (2014) juga menyatakan bahwa size dan komisaris independen
berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate. Sedangkan leverage,
profitability dan capital intensity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
effective tax rate, dalam skripsinya yang berjudul pengaruh size, leverage,
profitability, capital intensity dan komisaris independen terhadap ETR pada
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2010-2012. Pernyataan tersebut didukung
oleh Roifah (2015) yang tidak menemukan pengaruh signifikan leverage dan
effective tax rate. Namun, hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian
Andriyanto (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas dan leverage memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan fenomena diatas serta penelitian sebelumnya, masih
menghasilkan temuan yang tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut guna mengetahui temuan jika ditetapkan pada kondisi lingkungan dan
waktu yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi
variabel-variabel tersebut dengan menggunakan periode waktu terkini dan
mengganti kondisi sampel penelitian dengan harapan dapat meberikan hasil yang
berbeda dengan penelitian yang sebelumnya.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Kencana dan
Harneti. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan perusahaan BUMN periode tahun 2011-2015 dan
menambahkan variabel independen kepemilikan institusional. Pemilihan sampel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
ini diharapkan dapat relevan dengan kondisi saat ini. Dengan demikian,
berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas kembali masalah ini dalam
bentuk skripsi dengan judul, “Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage, Capital
Intensity Ratio dan Kepemilikan Institusional Terhadap Effective Tax Rate
Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di BEI periode 2011-2015.”
B.
RUMUSAN MASALAH
Sumber pendanaan terbesar bagi negara adalah Pajak. Sehingga pajak
menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Pemerintah memberikan fasilitas
berupa insentif pajak kepada para pelaku usaha dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan
ekonomi
nasional.
Diharapkan
akan
terjadi
peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional, yang menjadikan penerimaan negara dari pajak
juga akan meningkat. Namun, terdapat perbedaan sudut pandang antara
pemerintah dan perusahaan. Perusahaan sebagai wajib pajak melihat pajak sebagai
beban yang sebisa mungkin untuk dihindari. Perusahaan akan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meminimalkan pajak yang harus
dibayarkan
perusahaan. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi kebijakan
perusahaan berkaitan dengan pajak diantanranya size, profitabilitas, leverage,
capital intensity ratio dan kepemilikan institusional.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih terdapat
perbedaan temuan. Bachtiar (2015) menemukan adanya pengaruh positif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
signifikan antara capital intensity dengan effective tax rate. Namun, kepemilikan
manajerial, institusional dan ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Hasil tersebut berbeda dengan hasil
yang didapat oleh Putranti dan Setiawanta (2015) menemukan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Hasil berbeda juga
diperoleh oleh Izadinia, dkk. (2013) yang menemukan adanya pengaruh signifikan
antara ukuran perusahaan dan effective tax rate pada perusahaan yang terdaftar di
Tehran (Turki) periode tahun 2004-2009. Ardyansah (2014) juga menyatakan
bahwa size dan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap effective
tax rate. Sedangkan leverage, profitability dan capital intensity ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate. Pernyataan tersebut didukung
oleh Roifah (2015) yang tidak menemukan pengaruh signifikan leverage dan
effective tax rate. Namun, hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian
Andriyanto (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas dan leverage memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap effective tax
rate?
2. Apakah return on asset berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3. Apakah debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap effective tax
rate?
4. Apakah capital intensity ratio berpengaruh signifikan terhadap effective
tax rate?
5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
effective tax rate?
C.
TUJUAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap effective tax rate.
b) Untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap effective tax rate.
c) Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap effective tax
rate.
d) Untuk mengetahui pengaruh capital intensity ratio terhadap effective tax
rate.
e) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap effective
tax rate.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2. Kontribusi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kontribusi Kebijakan
1) Bagi akademisi dan peneliti, dapat digunakan sebagai bukti empiris
ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya
2) Bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
penelitian
ini
dapat
memberikan gambaran mengenai sikap perusahaan terhadap kewajiban
membayar pajak
3) Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai peraturan pajak pada perusahaan
b) Kontribusi Praktik
1) Membantu pihak yang berkepentingan untuk mengawasi dan turut
berperan aktif dalam penetapan kebijakan pajak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download