Skripsi Desi Kristina UMS - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN
DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
DESI KRISTIANA
F 100 050 082
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh
pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor-sektor
ekonomi namun selain itu tidak bisa dipungkiri pembangunan yang telah
dilaksanakan menghasilkan beberapa hal yang kurang baik salah satunya
adalah terciptanya kesenjangan sosial-ekonomi dalam masyarakat Indonesia.
Satu sisi ada sebagian masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan dan
tingkat pendidikan yang tinggi, akan tetapi ada juga sebagian masyarakat
Indonesia yang tingkat pendidikan dan pendapatannya masih rendah bahkan
banyak dari masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seharihari.
Kesenjangan sosial ekonomi tersebut memunculkan permasalahanpermasalahan sosial ekonomi baik itu di pedesaan terlebih-lebih di perkotaan
yang masalahnya relativ lebih komplek. Banyaknya permasalahan yang
muncul diperkotaan salah satunya yaitu, munculnya fenomena anak jalanan
yang semakin meningkat jumlahnya dengan membawa bentuk permasalahan
baik di dalam lingkungan anak jalanan itu sendiri maupun permasalahan
dengan masyarakat sekitarnya. Sebagaimana menurut Fitriani (2003) anak
jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
1
2
mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum
lainnya.
Menurut UUD 1945 (dalam Wilonoyudho, 2006), ”anak terlantar itu
dipelihara oleh negara”. Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak
jalanan. Hak – hak asasi anak terlantar dan anak jalanan pada hakekatnya
sama dengan Hak - hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya
tercantum dalam UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan
keputusan Presiden RI No.36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention on
the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu
mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu
hak sipil dan kemerdekaan (civil right and freedoms), lingkungan keluarga dan
pilihan pemeliharaan (family enviorenment and alternative care), kesehatan
dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan
budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus
(special protection).
Survei
Sosial
Ekonomi
Nasional
(SUSENAS)
tahun
2000
menunjukkan bahwa salah satu faktor ketidakberhasilan Pembangunan
nasional dalam berbagai bidang itu antara lain disebabkan oleh minimnya
perhatian pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. Perhatian
dan treatment yang terfokus pada “keluarga sebagai baris dan sistem
pemberdayaan” yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara
relatif belum menjadi komitmen bersama dan usaha yang serius dari banyak
3
pihak. Padahal, masyarakat dan Negara yang sehat, kuat, cerdas, dan
berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang dari dalam lingkungan
keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas. Dengan demikian, masalah
anak termasuk anak jalanan perlu adanya penanganan yang berbasis keluarga,
karena keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama masa depan
anak-anak mereka (Sunusi, 2004).
Anak jalanan tidak seharusnya dipandang dari sisi negatifnya saja.
Setiap individu mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Anak jalanan selama ini
dipandang masyarakat sebagai anak yang banyak membuat ketidaknyamanan
di daerah tertentu, yaitu melakukan tindakan kriminal seperti mencopet,
memeras, mencuri, menjual narkoba, sampai yang paling menyedihkan seperti
melakukan pekerjaan yang bersinggungan dengan seksualitas.
Kecenderungan anak jalanan untuk berbuat kerusakan dan melanggar
tatanan hukum dan budaya masyarakat, terjadi akibat semakin sulitnya
mencari nafkah dijalan. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandangan
masyarakat yang menganggap bahwa anak jalanan sebagai sampah
masyarakat dan kemudian mempersempit ruang aksessibilitas mereka
terhadap fasilitas-fasilitas umum yang menjadi kebutuhan mereka (Fitriani,
2003).
Sebagai bagian dari kehidupan anak jalanan, mengamen di jalan
(bangjo) atau di dalam bus merupakan tren baru yang muncul saat ini.
Kelompok ini sebagian besar beranggotakan anak-anak, remaja tanggung
bahkan sudah mulai masuk usia dewasa awal atau dini. Pengamen di
4
perempatan lampu bangjo (traffic light) dianggap sudah biasa, tetapi
pengamen di dalam bus antar kota disebut sebagai fenomena baru di kota
Surakarta. Bermodal alat musik gitar kecil (kencrung, dalam bahasa Jawa)
atau ada yang menggunakan alat seadanya, mereka beraksi sepanjang hari
meminta uang seikhlasnya dari para penumpang di dalam bus.
Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin
meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat
dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di kota
Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan di kota ini. Beberapa pengamen di sekitar Terminal
Tirtonadi menggantungkan hidupnya dengan mengamen yang masuk di dalam
bus dalam kota maupun bus antar kota. Bila pergi ke suatu daerah tertentu
dengan menggunakan bus yang rutenya melewati Terminal Tirtonadi maka
pasti pemandangan pengamen di dalam bus terlihat. Seolah tiada hentihentinya mereka keluar masuk dalam bus tersebut. Selain itu bila sedang
menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi maka akan terlihat juga beberapa
pengamen yang sedang menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi, mereka
sedang mangkal terutama di pintu selatan Terminal Tirtonadi, sebagian dari
mereka memainkan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol
minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga
menghasilkan nada tertentu.
Tidak sedikit dari pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, misalnya dengan menolong orang tua
5
yang akan menyeberang jalan, menunjukkan letak pada penumpang yang
menanyakan bus jurusan tertentu, menolong orang yang kebetulan ban
motornya sedang bocor, bahkan diantara mereka ada yang menolong orang
yang sedang kecopetan. Fenomena yang muncul ini menunjukkan bahwa
pengamen juga mempunyai hubungan sosial yang baik dengan orang-orang
disekitarnya.
Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa
dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa
mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen
sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat,
mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan
mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa
yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Padahal dalam
masyarakat setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mereka juga membutuhkan orang
lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut sebagai makhluk sosial
akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat
dinamakan proses sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Sebagaimana menurut Walgito
(2002) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu
dengan individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang
6
lain begitu pula sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu hubungan yang
saling timbal balik. Hubungan tersebut juga terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Sehingga di dalam interaksi sosial individu mampu untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan disekitarnya, individu dapat mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
individu yang bersangkutan.
Pengamen banyak berinteraksi dengan sopir, kernet, dan pedagang
kaki lima. Kekerasan hidup, uang, dan bagaimana memenuhi kebutuhan
konsumtif adalah hal-hal yang memenuhi orientasi hidup mereka. Sehingga
secara umum perkembangan orientasi pemikiran mereka mengalami akselerasi
dibandingkan dengan anak seusianya. Dalam interaksi sosialnya dengan
lingkungan, pengamen yang masih mendapat cukup perhatian dari orang
tuanya, menampakkan adanya filtrasi dalam menyerap nilai dan norma
lingkungan mereka di jalan. Hal ini nampak dalam tingkat ketahanan diri
pengamen terhadap kecenderungan perilaku menyimpang seperti tindakan
asusila maupun tindakan kejahatan lainnya. Dari pengakuan, sebagian dari
mereka tetap melaksanakan kewajiban agama dan menghindari ajakan teman
dari perbuatan asusila. kuatnya pertahanan diri ini lebih dikarenakan masih
adanya bimbingan orang tua dalam kehidupan mereka. Sedangkan untuk
pengamen yang kurang atau tanpa perhatian orang tua, mereka rentan terhadap
pengaruh lingkungannya. Kurangnya perhatian orang tua terutama dalam
bentuk bimbingan untuk bersikap dan berperilaku serta disiplin dan kontrol
7
diri yang baik, membuat pertahanan diri mereka rapuh. Mereka mengadopsi
perilaku lingkungan di terminal tanpa filtrasi. Perilaku sekelilingnya seringkali
diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali
perilaku acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan
bertentangan dengan norma sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan
mengadopsi perilaku lingkungan adalah kebiasaan mengkonsumsi minuman
keras dan obat terlarang. Dalam kajian patologi sosial penyimpangan tersebut
dinyatakan sebagai produk dari perilaku defektif anggota keluarga, lingkungan
tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri
pengamen itu sendiri.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis ingin
mengajukan permasalahan yaitu bagaimana interaksi sosial pada anak jalanan?
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DI
SEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar
Terminal Tirtonadi Surakarta.
2. Bagaimana interaksi sosial pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi
Surakarta.
8
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta serta individu lain yang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian agar
dapat beriteraksi sosial dengan baik dengan lingkungannya sehingga
interaksi sosial yang muncul adalah yang positif.
2. Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan
kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak
hanya sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama
sehingga orang tua dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak
lainnya.
3. Masyarakat di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta tentang anak jalanan,
sehingga pengamen merasa nyaman dan dilindungi keberadaanya.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dan acuan
dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai interaksi sosial sudah pernah dilakukan, baik
dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif, beberapa diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Erniwati (2006) dan Yuli TriAstuti (2008).
Erniwati
(2006) meneliti tentang hubungan interaksi sosial dan hasil
pembelajaran virtual dengan keberhasilan tim kerja virtual. Yuli TriAstuti
(2008) meneliti tentang pola interaksi sosial anak autis disekolah khusus autis.
9
Akan tetapi pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena
dalam penelitian ini membahas tentang interaksi sosial pada pengamen, sejauh
pengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Selain itu penelitian ini
dilakukan pada informan atau pengamen yang berada di sekitar terminal
Tirtonadi Surakarta yang bertempat tinggal di Karisidenan Surakarta. Jadi
penelitian ini dapat dikatakan asli.
Download