BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuakultur

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuakultur merupakan cara budidaya yang memproduksi ikan dalam
jumlah besar. Akuakultur juga mampu memproduksi ikan dalam waktu relatif
cepat akibat penambahan stimulan pemacu pertumbuhan. Hal tersebut
W
D
dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar akan produk perikanan yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Produk akuakultur banyak diminati
karena mengandung protein hewani yang cukup tinggi.
Selain memberikan dampak positif, akuakultur juga memiliki dampak
K
U
negatif. Hal ini dikarenakan akuakultur menggunakan lahan yang cukup besar
dalam proses budidayanya. Pembangunan akuakultur pada umumnya
merupakan ancaman utama kelestarian ekosistem mangrove dunia (Hamilton
et al., 1998). Penggunaan bahan kimia, seperti antibiotik, makanan tambahan,
dan pupuk kimia pada akuakultur telah menyebabkan rusaknya ekosistem
©
mangrove. Demi menjaga kualitas air, proses budidaya akuakultur
mengaharuskan penggantian air secara berkala. Hal ini berdampak pada
penggunaan air yang tidak efisien. Selain itu, limbah budidaya akuakultur
banyak mengandung nitrogen yang berdampak toksik bagi biota perairan.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi
penurunan produksi akuakultur akibat penyusutan lahan budidaya dan
penurunan kualitas perairan adalah dengan sistem aquaponic. Aquaponic
2
merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh
budidaya ikan dan juga menjadi salah satu alternatif mengurangi jumlah
pemakaian air yang dipakai oleh sistem budidaya. Teknologi aquaponic
merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam rangka pemecahan
keterbatasan air. Disamping itu teknologi aquaponic juga mempunyai
keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang
W
D
akan memperbesar keuntungan para peternak ikan (meningkatnya kapasitas
produksi pada sistem budidaya) ( Putra et al., 2013).
Aquaponic
merupakan
gabungan
antara
akuakultur
dengan
hidroponik, sehingga yang dihasilkan tidak hanya ikan, tetapi juga tanaman
K
U
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam sistem ini, limbah budidaya
akuakultur dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Melalui proses
nitrifikasi, amonia yang dapat berdampak buruk bagi ikan diubah menjadi
nitrat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Proses
pengolahan limbah budidaya ikan dengan sistem aquaponic dapat menjaga
©
kualitas air di kolam budidaya tetap baik bagi pertumbuhan ikan. Oleh karena
itu, air dalam kolam budidaya tidak perlu diganti selama sistem berjalan.
Dengan kualitas air yang baik, maka padat tebar ikan pun dapat ditingkatkan
sehingga produktivitas budidaya meningkat. Hal tersebut dapat dijadikan
solusi untuk mengatasi ketersedian lahan dan air yang semakin terbatas.
Pemilihan ikan nila sebagai komoditas yang dibudidaya didasarkan
pada daya tahan ikan nila yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan
tempat hidupnya. Selain itu, ikan nila memiliki harga yang cukup terjangkau
3
bagi semua kalangan masyarakat, sehingga permintaan dipasaran cukup
tinggi.
Selain ikan nila, pemilihan komoditas bayam cabut merah ditujukan
karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi seperti kalori, protein,
lemak, hidrat arang, vitamin B1, vitamin A, vitamin C, Ca, Fosfor, Fe, dan
air. Selain hal itu, bayam cabut merah dapat tumbuh sepanjang tahun dan
W
D
mudah untuk dibudidayakan dengan waktu panen yang cukup singkat.
Faktor lain
yang perlu diperhatikan
selain
komoditas
yang
dibudidayakan adalah luas area tanam. Luas area tanam berhubungan dengan
jumlah tanaman yang ditanam dalam sistem aquaponic. Banyak sedikitnya
K
U
tanaman akan berpengaruh terhadap kualitas air pada kolam budidaya. Selain
itu, luas area tanam yang menutupi kolam juga menentukan suhu dan jumlah
oksigen terlarut yang menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan ikan.
Disamping itu jumlah tanaman juga berpengaruh dalam penyerapan nutrisi
yang berasal dari limbah akuakultur. Oleh sebab itu perlu dilakukan
©
pengujian mengenai luas area tanam 25%, 50%, dan 75% yang paling efektif
diaplikasikan pada sistem raft aquaponic.
4
B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh perbedaan luas area tanam bayam cabut merah
terhadap produktivitas ikan nila pada sistem raft aquaponic.
2. Mengetahui luas area tanam yang paling efektif digunakan dalam budidaya
ikan nila dan bayam cabut merah sistem raft aquaponic.
W
D
C. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perbedaan luas area tanam terhadap produktivitas
ikan nila dan bayam cabut merah pada sistem raft aquaponic?
2. Berapakah luas area tanam yang paling efektif digunakan dalam budidaya
K
U
ikan nila dan bayam cabut merah pada sistem raft aquaponic?
©
Download