BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. 1.1. Kajian Teori 2.1.1 1. Model Pembelajaran Numbered Heads Together Pengertian Model Pembelajaran Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19). Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. (BBM KKG Bermutu, 2010 : 56). 2. Karakteristik Model Pembelajaran a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis. b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin. d. 3. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. Ciri-ciri Model Pembelajaran yang Baik a. Adanya keterlibatan intelektual – emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap. b. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran. c. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik. 5 6 d. 4. Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. Number Heads Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Spencer Kagan memperkenalkan model ini pada tahun 1992(BBM KKG Bermutu, 2010 : 70). Model pembelajaran ini biasanya diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerjakerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran ini adalah : 1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut; 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini; 7 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor panggil, melaporkan hasil kerjasama mereka; 5. Tanggapan dari kelompok lain; dan 6. Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. Model pembelajaran Number Heads Together ini sangat sesuai jika dipadukan dengan metode diskusi dan pendekatanya adalah inquiri. Namun sebelumnya ada baiknya jika kita menyeleksi KD yang tepat untuk model pembelajaran ini. Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki plus-minus sendiri-sendiri. Salah satu kekurangan dari model ini ialah kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali, sehingga menggangu proses belajar mengajar, tidak hanya dikelas sendiri, tetapi bisa juga mengganggu di kelas lain. 1. 2. Kelebihan Model Number Heads Together : a. Setiap siswa menjadi siap semua b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh c. Siswa yang kurang pandai dapat memperoleh informasi dari siswa yang pandai d. Tidak adasiswa yang mendominasi dalam kelompok Kelemahan Model Number Heads Together : a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru c. Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa d. Waktu yang dibutuhkan banyak 2.1.2 1. Hasil Belajar Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses psikologis, yaitu perubahan perilaku peserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan (Wahyudin, dkk, 2006 : 3.31). Proses belajar terjadi pada diri peserta didik selain dipengaruhi oleh faktor internal yang 8 bersangkutan, juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor eksternal lainnya. Selanjutnya dalam Pengantar Pendidikan (Wahyudin, dkk, 2006 : 3.31) dikemukakan pendapat beberapa ahli yang berbeda tentang belajar. a. Belajar menurut pandangan Skinner Skinner dalam Pengantar Pendidikan (Dinn Wahyudin, dkk, 2006 : 3.31) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila seseorang tidak belajar, maka responnya akan cenderung menurun. Pandangan Skinner ini terkenal dengan teori Skinner yaitu “conditioning operant”. b. Belajar menurut Gagne Gagne dalam Pengantar Pendidikan (Dinn Wahyudin, dkk,2006 : 3.31)berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari yang sederhana ke yang kompleks. Oleh sebab itu, proses belajar selalu bertahap mulai dari belajar melalui tanda (signal), kemudian melalui rangsangan reaksi (stimulus respon), belajar konsep, sampai kepada cara belajar prinsip dan belajar untuk memecahkan masalah. Hasilnya berupa kapabilitas, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan tertentu. c. Belajar menurut pandangan Piaget Piaget dalam Pengantar Pendidikan (Dinn Wahyudin, dkk, 2006 : 3.32) berpendapat bahwa belajar sifatnya individual. Artinya proses belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Perkembangan individu tersebut dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan intelektual dan usia yang bersangkutan. d. Belajar menurut Sund Sunddalam Pengantar Pendidikan (Dinn Wahyudin, dkk, 2006 : 3.32) mengutamakan proses penemuan (discovery) dalam belajar. Prosespenemuan adalah proses mental, intelektual, dan emosional yang dapat melibatkan siswa dalam pengolahan bahan belajar. Melalui suatu proses discovery siswa akan sampai pada penemuan sesuatu oleh dirinya atas bantuan minimal dari guru. e. Belajar menurut Rogers Rogers dalam Pengantar Pendidikan (Dinn Wahyudin, dkk, 2009 : 3.32) 9 berpendapat bahwa belajar harus memiliki makna bagi peserta didik. Pengorganisasian bahan dan ide baru harus dalam kerangka memberi makna kepada peserta didik. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman baru. 2. Hasil Belajar Hasil belajar didefinisikan sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah "perubahan". Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar memiliki ciriciri: 3. a. Perubahan terjadi secara sadar b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional c. Perubahan bersifat positif dan aktif d. Perubahan bukan bersifat sementara e. Perubahan bertujuan dan terarah f. Mencakup seluruh aspek tingkah laku. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Syah (2004) secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa 10 dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: faktor internal siswa, faktor eksternal siswa. a. Faktor internal siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek psikologis (bersifat rohaniah) dan aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah). 1) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat belajar dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi pelajaran pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas. 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu meliputi: tingkat kecerdasan / intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. b. Faktor eksternal siswa Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi dua faktor, yakni faktor lingkungan dan faktor instrumental. 1) Faktor lingkungan a) Lingkungan alami Lingkungan alami ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seperti suhu udara, kelembapan udara, cuaca, musim, dan kejadian-kejadian alam lainnya. 11 b) Lingkungan sosial Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Selain itu, masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan diperkampungan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2) Faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.Faktor-faktor tersebut meliputi: a) Kurikulum Kurikulum yang baik, jelas, sesuai dengan system pendidikan yang ada memungkinkan para siswa untuk dapat belajar dengan baik guna mencapai prestasi belajar yang baik. b) Program Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, kegiatannya, dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar. c) Sarana dan fasilitas Keadaan gedung atau tempat belajar siswa termasuk didalamnya penerangan yang cukup, fasilitas yang memungkinkan pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan ruangan besih, akan memberikan iklim yang kondusif untuk belajar. Alat-alat pelajaran yang lengkap, perpustakaan yang memadai, merupakan faktor pendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Sarana dan fasilitas lain seperti asrama, kantin, koperasi, bursa buku yang dimiliki sekolah yang dapat memberikan kemudahan bagi para siswa. d) Guru / tenaga pengajar 12 Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya pendorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Faktor prestasi belajar siswa tidak hanya di pengaruhi oleh diri siswa saja tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar siswa, dimana faktor internal dibagi menjadi dua aspek yaitu, aspek pikologis (bersifat rohaniah) dan aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor intumental. Faktor lingkungan dbagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial. Faktor instrumental merupakan faktor yang ada dan pengunaanya dirancang, faktor ini biasa diterapkan di sekolahan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh diri siswa tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehinga untuk mendapatkan prestasi yang baik faktor-faktor tersebut harus mendukung siswa dalam proses pembelajaran. 2.1.3 Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. 13 Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 : 416). 1. Tujuan Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 : 417). 2. Ruang Lingkup Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Bilangan b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data. 14 1.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan tentang Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Sampai 20 melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together adalah penelitian yang dilakukan oleh : Suminem (Guru SDN 2 Pekalongan) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Pembelajaran IPS tentang Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan di Kelas III SD 3 Lemah putih UPTD Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010” Dalam hal ini penelitian difokuskan pada penerapan model Numbered Heads Together. Pada pelaksanaan pembelajaran model Numbered Heads Together tersebut dimodifikasikan dengan penggunaan media gambar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Suminem berpendapat bahwa model Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi tentang memelihara lingkungan alam dan buatan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktiitas siswa pada prasiklus 24 % menjadi 96 % pada siklus ke dua, serta peningkatan hasil belajar siswa pada prasiklus 24 % menjadi 92 % pada siklus ke dua. Agus Wiyanto, S.Pd (Guru SDN 1Warukaranganyar) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas III Semester 2 tentang Sejarah Uang melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together SD Negeri 1 Warukaranganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010” Dalam penelitian tersebut peneiti menerapkan model Numbered Heads Together dengan menitik beratkan pada saat siswa mengerjakan lembar kerja. Pada pelaksanaanya siswa yang dipanggil nomornya akan diberi kesempatan untuk memanggil nomor lain dengan maksud untuk membuat kegiatan pembelajaran lebih kompetitif. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa model Numbered Heads Together sesuai untuk mengaktifkan siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatkanya aktivitas dan hasil belajar siswa sebesar 80 %, yaitu pada siklus 1 hanya 10 % siswa saja yang memenuhi KKM meningkat menjadi 90 % pada siklus 2. 15 1.3. Kerangka Berfikir Keberhasilan atas hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang diangkat dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together pada pembelajaran Matematika, didukung dengan model dan teknik mengajar yang baik dan komunikatif akan meningkatkan mutu pembelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar. Hal itu dapat terlihat pada kerangka berfikir sebagai berikut : KONDISIAWAL Guru Melaksanakan pembelajaran yang konvensional Siswa Ketuntasan belajarsiswa rendah SIKLUS I Persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 54 % TINDAKAN Menerapkan model Pembelajaran Numbered Heads Together SIKLUS II KONDISI AKHIR Diduga melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas I SD Negeri 1 Pendem semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 Persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 85 % Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir 1.4. Hipotesis Penelitian Dari refleksi hasil landasan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian : “Melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas I SD Negeri 1 Pendem semester 1 tahun pelajaran 2012/2013”.