BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan Bank
Pada dasarnya bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang
menyangkut bidang likuid dan mengalami perputaran yang cukup tinggi, sehingga
tidak mengherankan bahwa bagian akuntansi dari suatu bank setiap hari akan
mengelola puluhan ribu warkat yang harus diselesaikan pembukuannya pada hari
itu juga.
Dalam PSAK No. 31 (revisi 2000) mengenai Akuntansi Perbankan
mendefinisikan Bank sebagai benrikut:
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank
adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan
pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro,
tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak
yang memerlukan dana.
Penggunaan laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat
dipahami, relevan, andal dan dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi
keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pengguna juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang karakteristik
4
5
khusus operasi bank. Meskipun bank merupakan objek pengawasan dan pengawas
bank mempunyai kewenangan pengaturan untuk tidak menyediakan informasi
tertentu bagi masyarakat, tetapi dibutuhkan pengungkapan yang menyeluruh dan
memadai agar laporan keuangan bank sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna,
dalam batasan yang layak untuk dipenuhi oleh manajemen.
Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah. Dalam
hal bank memiliki aktiva, kewajiban dan komitmen seta kontijensi dalam valuta
asing harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs
tengah yang berlaku pada tanggal laporan. Kurs asing tidak tersedia di Bank
Indonesia, maka digunakan kurs jual ditambah kurs beli bank yang bersangkutan
dibagi dua.
Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank
harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
31 revisi 2000. Laporan keuangan bank terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Neraca
Bank menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca berdasarkan
karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.
b. Laporan laba rugi
Bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan
dan beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang
(multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal
6
dari kegiatan utama bank dan kegiatan lain. Laporan laba rugi bank
menyajikan secara teperinci unsur pendapatan dan beban, serta
membedakan antara unsur – unsur pendapatan dan beban yang berasal dari
kegiatan operasioanl dan nonoperasional.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva
bersih atau kekayaan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 yaitu laporan arus
kas disusun berdasarkan kas selama periode laporan. Dalam catatan atas
laporan keuangan, setiap pos – pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan
laoran arus kas yang perlu penjelasan harus didukung dengan informasi
yang dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan.
B. Mata Uang Pelaporan
Menurut PSAK No. 52 (PSAK 52, Par. 3) dijelaskan bahwa ada beberapa
jenis mata uang:
1) Mata uang fungsional, adalah mata uang utama dalam arti substansi
ekonomi yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
2) Mata uang pelaporan, adalah mata uang yang digunakan dalam
menyajikan laporan keuangan.
7
3) Mata uang pencatatan, adalah mata uang yang digunakan oleh perusahaan
untuk membukukan transaksi.
Mata uang yang umumnya digunakan untuk penyajian laporan keuangan,
yang untuk seterusnya disebut dengan mata uang pelaporan perusahaan di
Indonesia adalah mata uang rupiah. Perusahaan yang hendak menggunakan mata
uang pelaporannya harus menentukan mata uang pelaporannya berdasarkan mata
uang fungsionalnya.
Apabila mata uang fungsional telah ditentukan, maka mata uang ini harus
digunakan sebagai mata uang pencatatan dan mata uang pelaporan secara
konsisten. Apabila terjadi perubahan mata uang fungsioanal maka perubahan
tersebut harus dilakukan pada awal tahun buku dan tidak boleh ditengah – tengah
tahun pembukuan. Setelah perubahan tersebut, pada tahun berjalan mata uang
fungsional yang baru akan menjadi base currency sedangkan mata uang selain
mata uang fungsional yang baru akan menjadi mata uang asing.
Selanjutnya, bagaimana saldo awal laporan keuangan yang sudah terlanjur
dalam mata uang pelaporan yang lama harus disajikan dalam laporan keuangan.
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengubahan saldo awal dari mata
uang pelaporan yang lama menjadi mata uang pelaporan yang baru, yaitu metode
restatement dan metode translation.
Metode restatement adalah bahwa perusahaan mengubah mata uang
pelaporan dan sebenarnya mata uang pelaporan baru sudah menjadi mata uang
fungsional sejak dulu tetapi perusahaan melaporkan dengan mata uang pelaporan
yang lama, maka laporan keuangan yang diterbitkan.
8
Metode restatement selalu mulai dari neraca. Dalam metode restatement,
selisih yang muncul penyajian retroaktif tersebut mengharuskan akun aktiva dan
kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca
sedangkan akun persediaan, aktiva tetap, modal saham dan aktiva nonmoneter
lainnya diukur kembali dengan kurs tanggal transaksi. Akun pendapatan dan
beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata – rata tertimbang selama
periode tersebut kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi
aktiva nonmoneter yang telah diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal
transaksi.
Sedangkan untuk metode translation, selalu mulai dari laporan laba rugi.
Dalam metode translation ini, selisih yang muncul dinamakan “rugi (laba)
penjabaran kembali” dan disajikan pada bagian ekuitas di neraca. Metode
translation digunakan apabila mata uang fungsional perusahaan memilih untuk
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan mata uang fungsioanal pada periode
tersebut. Misalnya, dulu perusahaan beroperasi dalam mata uang rupiah, namun
mulai tahun ini perusahaan mengubah mata uang operasinya dalam mata uang US
Dollar. Dalam kasus seperti ini, saldo awal dalam rupiah harus diubah dengan
menggunakan metode translation. Oleh karena metode translation adalah bahwa
perusahaan mengubah mata uang pelaporan dan perusahaan tersebut memang
dipicu oleh kejadian atau transaksi yang substansinya berbeda secara jelas dari
kejadian atau transaksi sebelumnya, maka pelaporan keuangan yang telah
diterbitkan dengan mata uang pelaporan lama tidak boleh disajikan kembali secara
retroaktif. Oleh karena itu, akun aktiva dan kewajiban dijabarkan kembali dengan
9
menggunakan kurs tanggal neraca, sedangkan akun ekuitas dijabarkan kembali
dengan kurs tanggal transaksi. Akun pendapatan dan biaya dijabarkan kembali
dengan menggunakan kurs rata – rata tertimbang selama periode tersebut.
C. Transaksi Valuta Asing
Menurut Hendri Joni, Andy Nahil Gultom, Arief (2010:30) dalam
bukunya Celah – Celah Profit di Forex Market, Forex adalah pembelian atau
penjualan sebuah mata uang terhadap penjualan atau pembelian mata uang
lainnya.
Valuta Asing atau Foreign Exchange atau Foreign Currency dapat
diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang
digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan
keuangan Internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan
kurs resmi pada Bank Central (BI).
Dari definisi tersebut, maka Transaksi Valuta Asing dapat diartikan
sebagai suatu transaksi yang didenominasi dalam suatu mata uang selain mata
uang pelaporan entitas (mata uang asing).
Suatu transaksi yang melibatkan mata uang asing akan timbul jika suatu
perusahaan melakukan transaksi – transaksi sebagai berikut:
a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi
dalam suatu mata uang asing.
b. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi
dalam suatu mata uang asing.
10
c. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum
terlaksana.
d. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi
kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Sedangkan menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI
revisi 2001:VI.4.1), Transaksi mata uang asing adalah:
a. Segala jenis transaksi yang dilakukan dalam mata uang asing.
b. Suatu transaksi yang menghasilkan exposure akibat pergerakan kurs tukar
mata uang asing (artificial transaction).
c. Transaksi lain yang melibatkan mata uang asing seperti hedging, cross
currency, interest rate swap dan transaksi derivative lainnya.
Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan
menggunakan kurs laporan (penutup) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu
kurs tengah yang merupakan rata – rata kurs beli dan kurs jual berdasarkan
Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari.
1. Jenis – jenis Transaksi Valuta Asing
Jenis – jenis transaksi yang melibatkan kurs valuta asing terbagi
dalam beberapa jenis yaitu:
1. Transaksi Spot
Transaksi spot adalah pembelian dan penjualan valuta asing untuk
penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling
lambat dalam jangka waktu dua hari. Misalnya kontrak jual beli suatu
11
mata uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 12 juni 2002,
penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 14
juni 2002. Apabila tanggal 14 juni 2002 tersebut kebetulan hari libur atau
hari sabtu, maka penyelesaiannya adalah pada hari kerja berikutnya.
Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut value date. Penyerahan
dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa
cara berikut ini:
a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal
(hari) yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi
(kontrak).
b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari
kerja berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak.
c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah
tanggal transaksi.
2. Transaksi Forward
Transaksi forward disebut juga dengan transaksi berjangka yang
pada prinsipnya adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan
sejumlah mata uang lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan
datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran
dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo.
Transaksi forward ini biasanya sering digunakan untuk tujuan hedging dan
spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu transaksi yang dilakukan
12
semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya
perubahan kurs.
3. Transaksi Swap
Transaksi swap adalah transaksi pembelian dan penjualan
bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta
(penyerahan) yang berbeda. Pembelian dan penjualan mata uang tersebut
dilakukan pada bank lain yang sama. Jenis transaksi swap yang umum
adalah spot terhadap forward. Dealer membeli suatu mata uang dengan
transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sama
kepada bank lain yang sama dengan kontrak forward. Karena itu dilakukan
sebagai suatu transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak
akan menghadapi resiko valas yang tidak diperkirakan. Seperti dijelaskan
di atas bahwa pada prinsipnya transaksi swap merupakan transaksi tukar
pakai suatu mata uang untuk jangka waktu tertentu. Transaksi swap
berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam mekanisme swap,
terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual
dan membeli atau menjual dan membeli suatu mata uang yang sama.
Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu
membeli
dan
menjual.
Penggunaan
transaksi
swap
sebanarnya
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang
disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan
antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan bank Indonesia
(disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut dilakukan atas
13
dasar swap point yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Transaksi swap
antara bank dengan BI:
a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI
untuk dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas
ini untuk setiap bank maksimum 20 % dari modal bank tersebut.
b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank
berdasarkan swap bank dengan nasabah yang dananya berasal dari
pinjaman luar negeri untuk keperluan ivestasi di Indonesia.
Sebelum disebutkan jenis valuta asing selanjutnya, maka perlu
diketahui dulu perbedaan dari ketiga jenis transaksi di atas, yaitu bahwa
transaksi swap terjadi dua transaksi pada saat yang sama (double
transaction), yaitu jual beli atau beli dan jual. Sedangkan pada spot dan
forward hanya terjadi satu kali transaksi saja (one single transaction),
yaitu jual saja beli saja.
4. Transaksi Option
Transaksi option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir
tertentu.
2. Masalah Akuntansi Transaksi Valuta asing
Masalah – masalah yang seringkali timbul apabila perusahaan
melakukan transaksi valuta asing:
14
a. Pencatatan pada saat transaksi terjadi.
b. Pencatatan akun yang didenominasi dalam mata uang asing
pada tanggal pelaporan.
c. Pengakuan keuntungan dan kerugian selisih kurs.
d. Pencatatan
penyelesaian
tagihan
atau
kewajiban
yang
didenominasi dalam mata uang asing.
Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat
dua metode yang dapat digunakan, yaitu:
a. Single Currency (Satu Jenis Mata Uang)
Adalah
pencatatan
transaksi
mata uang asing dengan
membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base
currency) yang digunakan untuk Perbankan Indonesia yaitu
mata uang Rupiah (IDR).
b. Multi Currency (Lebih dari Satu Jenis Mata Uang)
Adalah
pencatatan
transaksi
mata uang asing dengan
membukukan langsung ke dalam mata uang asing asal (original
currency) yang digunakan pada transaksi tersebut.
D. Selisih Kurs
Berdasarkan PSAK No. 10 (PSAK 10, Par 5), selisih kurs didefinisikan
sebagai:
“Selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama
dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda”.
15
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal
transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul
dalam transaksi mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi
berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui
dalam periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi
berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing
– masing periode.
1. Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs
Dalam hal selisih kurs, berdasarkan PSAK No. 10 (PSAK 10,Par
9) pelaporan yang harus dilakukan pada setiap tanggal neraca adalah
sebagai berikut:
a) Pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kurs pada tanggal neraca, maka dapat digunakan
kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang obyektif.
b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan
kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan
menggunakan kurs tanggal transaksi.
c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata
uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
16
Menurut PAKBI (Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia), sistem
aplikasi BIANG (Bank Indonesia Aplikasi Kostro Gabungan) digunakan untuk
menghitung besarnya penyesuaian saldo cadangan selisih kurs (exchange rate
adjustment) masing – masing jenis mata uang. Penyesuaian saldo cadangan selisih
kurs dihitung dari hasil perkalian antara nominal valuta asing (NCP) dengan kurs
neraca masing – masing jenis valuta yang berlaku pada hari itu dikurangi dengan
saldo rupiah value sebelum penyesuaian dilakukan atau sesuai dengan formula
berikut ini:
CSK= NCP (KN-HPR)
Dimana:
CSK adalah Cadangan Salisih Kurs, yaitu akumulasi hasil penelitian kembali.
NCP adalah Net Currency Position, yaitu suatu metode penatausahaan dan
pencatatan valuta asing.
KN adalah Kurs Neraca, yaitu kurs tengah valuta asing pada tanggal neraca yang
digunakan untuk pelaporan dan transaksi intern Bank Indonesia.
HPR adalah Harga Pokok Rata – rata per unit valuta asing yang merupakan hasil
bagi antara rupiah cost valuta asing tertentu dengan jumlah valuta asing yang
bersangkutan.
Hasil penyesuaian saldo selisih kurs ini dicetak pada laporan penyesuaian saldo
rekening valuta asing dengan kurs neraca.
17
2. Pengakuan dan Pengukuran
Dengan perlakuan akuntansi diatas, ada beberapa pengakuan dan
pengukuran yang dilakukan terhadap selisih kurs, yaitu:
1) Transaksi
dalam
mata
uang
asing
dibukukan
dengan
menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
2) Pos aktiva dan kewajiban meneter dalam mata uang asing pada
tanggal laporan dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs penutupan.
3) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara
tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date)
pos moneter yang timbul dari transaksi tanggal dalam mata
uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi
berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh
selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika
timbulnya dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui
untuk setiap periode akuntansi dengan
memperhitungkan
perubahan kurs untuk masing – masing periode.
4) Selisih penjabaran dan laba (rugi) kurs yang timbul dari
transaksi dalam mata uang asing dikreditkan (dibebankan) pada
perhitungan laba rugi periode berjalan.
5) Pos aktiva dan kewajiban non-moneter dalam mata uang asing
dilaporkan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya atau
18
perolehannya transaksi. Contoh dari aktiva moneter adalah
penyertaan, aktiva tetap dan inventaris.
3. Penyajian
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menyajikan selisih
kurs dalam laporan keuangan, menurut Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI revisi 2001:VI.4.3) yaitu:
1) Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang asing disajikan
pada laporan laba rugi tahun berjalan dalam pos keuntungan
atau kerugian transaksi mata uang asing.
2) Keuntungan dan kerugian karena selisih kurs disajikan
tersendiri dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
3) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari suatu transaksi yang
dilakukan dalam mata uang asing dan keuntungan atau
kerugian selisih kurs dapat dilaporkan secara neto.
4. Pengungkapan pada Laporan keuangan
Hal - hal yang harus diungkapkan sehubungan dengan selisih kurs
dalam penjelasan Atas Laporan Keuangan, menurut Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001:VI.4.3) meliputi:
1) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau
kerugian untuk periode tersebut.
19
2) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas
sebagai suatu unsur yang terpisah dan rekonsiliasi selisih kurs
tersebut pada awal dan akhir periode.
3) Pengungkapan mengenai resiko yang berkaitan dengan mata
uang asing.
20
Berikut ini format Laporan Laba Rugi menurut PAPI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia) tahun revisi 2001.
Table 2.1
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx
LAPORAN LABA – RUGI
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20xx
(Dalam jutaan Rupiah)
Catatan
20xb (Rp)
20xa (Rp)
Bunga
xxx
xxx
Provisi dan komisi
xxx
xxx
xxx
xxx
Bunga
xxx
xxx
Provisi dan Komisi
xxx
xxx
Jumlah Beban Bunga
xxx
xxx
Pendapatan Bunga – Bersih
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Dividen (Metode Biaya)
xxx
xxx
Imbalan (fee)
xxx
xxx
Keuntungan Bersih Penilaian Efek yang diperdagangkan
xxx
xxx
Keuntungan Bersih penjualan Efek
xxx
xxx
Lain – Lain
xxx
xxx
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
xxx
xxx
Beban Penyisihan kerugian Aktiva Produktif
xxx
xxx
Beban Estimasi Kerugian komitmen dan Kontijensi
xxx
xxx
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
Pendapatan Bunga
Jumlah Pendapatan Bunga
Beban Bunga
Pendapatan Operasional lainnya
Pendapatan Transaksi Mata Uang
Asing
Pendapatan-Bersih dari Penyertaan
Saham (Metode
Ekuitas)
Beban Operasional Lainnya
21
Administrasi dan Umum
xxx
xxx
Tenaga Kerja
xxx
xxx
Lain – Lain
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Sewa
xxx
xxx
Lain – Lain
xxx
xxx
xxx
xxx
Kerugian Penjualan Aktiva
xxx
xxx
Lain – Lain
xxx
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL
xxx
xxx
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
LABA (RUGI) BERSIH
xxx
xxx
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
xxx
xxx
LABA BERSIH SAHAM DILUSIAN
xxx
xxx
Jumlah Beban Operasional Lainnya
LABA (RUGI) OPERASIONAL
PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL
Pendapatan Non Operasional
Jumlah Pendapatan Bersih Non Operasional
Beban Non Operasional
Jumlah Beban Bersih Non Operasional
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Sunber: PAPI revisi 2001
22
Penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan dan
pengklasifikasian beban dalam laba rugi berdasarkan fungsi menurut PSAK.
Table 2.2
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx
LAPORAN LABA - RUGI
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20xx
(Dalam jutaan Rupiah)
20xb(Rp)
20xa(Rp)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
Laba Bruto
xxx
xxx
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
Biaya Distribusi
(xxx)
(xxx)
Beban administrasi
(xxx)
(xxx)
Beban Lain-Lain
(xxx)
(xxx)
Biaya Pendanaan
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
Pendapatan
Beban Pokok Penjualan
Bagian Laba Entitas Asosiasi
Laba Sebelum Pajak
Beban Pajak Penghasilan
Laba Tahun Berjalan dari Operasi yang Dilanjutkan
Kerugian Tahun Berjalan dari Operasi yang Dihentikan
LABA TAHUN BERJALAN
23
Pendapatan Komprehensif Lain:
Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan dalam
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
Keuntungan Revaluasi Aset Tetap
xxx
xxx
Keuntungan (kerugian) Aktuarial dr Program Pensiun ManfaatPasti
xxx
xxx
Bagian Pendapatan Komprehensi Lain dari Entitas Asosiasi
xxx
xxx
Pajak Penghasilan Terkait
xxx
xxx
Pendapatan Komprehensif Lain Tahun Berjalan Setelah Pajak
xxx
xxx
TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF THN BERJALAN
xxx
xxx
Pemilik Entitas Induk
xxx
xxx
Kepentingan Non Pengendali
xxx
xxx
xxx
xxx
Pemilik Entitas Induk
xxx
xxx
Kepentingan Non Pengendali
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Mata Uang Asing
Aset Keuangan Tersedia Untuk Dijual
Lindung Nilai Arus Kas
Laba yang Dapat Diatribusikan Kepada:
Jumlah Laba Rugi Komprehensif yang Dapat Diatribusikan
Kepada:
Laba per Saham (dalam satuan rupiah):
Dasar dan Dilusian
Sumber: Hepiprayudi.files.wordpress.com/2009/09/ed.psak-1.pdf
E. Kerangka Pemikiran
Dalam perekonomian yang relatif stabil, nilai tukar mata uang asing dapat
dikatakan tidak terlalu berfluktuasi. Stabilnya fluktuasi nilai tukar menyebabkan
24
keuntungan ataupun kerugian akibat selisih kurs tidak terlalu mencolok dan tidak
menjadi masalah dalam pencatatan, pengakuan dan pelaporan.
Pada sekitar pertengahan tahun 1997 bangsa Indonesia mengalami gejolak
moneter yang begitu dahsyat. Gejolak moneter yang terjadi mengakibatkan
fluktuasi nilai rupiah yang sangat besar terhadap mata uang asing terutama dollar
Amerika. Hal ini mengakibatkan perusahaan – perusahaan dan lembaga – lembaga
keuangan yang melakukan transaksi dengan menggunakan valuta asing akan
mengalami keuntungan ataupun kerugian selisih kurs yang terlalu besar, sehingga
relatif tidak stabil.
Beberapa tahun kemudian, perekonomian Indonesia mengalami banyak
kemajuan, khususnya dimulainya kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang
asing. Hal ini pun tidak lepas dari usaha Bank Indonesia dalam terus berupaya
menstabilkan nilai rupiah.
Perusahaan – perusahaan dan lembaga – lembaga keuangan di Indonesia
lebih banyak memiliki kewajiban dalam valuta asing sehingga mereka mengalami
kerugian yang sangat besar. Apalagi kerugian ini dibebankan ke dalam laporan
laba rugi, hal ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi buruk karena
perusahaan akan melaporkan net loss yang tidak normal. Oleh karena itu
diperlakukan alternatif untuk membukukan selisih kurs. Hal ini khususnya diatur
dalam PSAK No. 10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001).
Dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisa perlakuan akuntansi
selisih kurs pada Bank Indonesia dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan
25
Bank Indonesia (khususnya neraca dan laporan surplus defisit) atas perlakuan
akuntansi tersebut serta pengungkapannya pada laporan keuangan Bank
Indonesia.
Download