BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan Bank Pada dasarnya bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyangkut bidang likuid dan mengalami perputaran yang cukup tinggi, sehingga tidak mengherankan bahwa bagian akuntansi dari suatu bank setiap hari akan mengelola puluhan ribu warkat yang harus diselesaikan pembukuannya pada hari itu juga. Dalam PSAK No. 31 (revisi 2000) mengenai Akuntansi Perbankan mendefinisikan Bank sebagai benrikut: Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Penggunaan laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, andal dan dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang karakteristik 4 5 khusus operasi bank. Meskipun bank merupakan objek pengawasan dan pengawas bank mempunyai kewenangan pengaturan untuk tidak menyediakan informasi tertentu bagi masyarakat, tetapi dibutuhkan pengungkapan yang menyeluruh dan memadai agar laporan keuangan bank sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna, dalam batasan yang layak untuk dipenuhi oleh manajemen. Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah. Dalam hal bank memiliki aktiva, kewajiban dan komitmen seta kontijensi dalam valuta asing harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal laporan. Kurs asing tidak tersedia di Bank Indonesia, maka digunakan kurs jual ditambah kurs beli bank yang bersangkutan dibagi dua. Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 revisi 2000. Laporan keuangan bank terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Neraca Bank menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya. b. Laporan laba rugi Bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal 6 dari kegiatan utama bank dan kegiatan lain. Laporan laba rugi bank menyajikan secara teperinci unsur pendapatan dan beban, serta membedakan antara unsur – unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasioanl dan nonoperasional. c. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. d. Laporan arus kas Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 yaitu laporan arus kas disusun berdasarkan kas selama periode laporan. Dalam catatan atas laporan keuangan, setiap pos – pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laoran arus kas yang perlu penjelasan harus didukung dengan informasi yang dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan. B. Mata Uang Pelaporan Menurut PSAK No. 52 (PSAK 52, Par. 3) dijelaskan bahwa ada beberapa jenis mata uang: 1) Mata uang fungsional, adalah mata uang utama dalam arti substansi ekonomi yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi perusahaan. 2) Mata uang pelaporan, adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. 7 3) Mata uang pencatatan, adalah mata uang yang digunakan oleh perusahaan untuk membukukan transaksi. Mata uang yang umumnya digunakan untuk penyajian laporan keuangan, yang untuk seterusnya disebut dengan mata uang pelaporan perusahaan di Indonesia adalah mata uang rupiah. Perusahaan yang hendak menggunakan mata uang pelaporannya harus menentukan mata uang pelaporannya berdasarkan mata uang fungsionalnya. Apabila mata uang fungsional telah ditentukan, maka mata uang ini harus digunakan sebagai mata uang pencatatan dan mata uang pelaporan secara konsisten. Apabila terjadi perubahan mata uang fungsioanal maka perubahan tersebut harus dilakukan pada awal tahun buku dan tidak boleh ditengah – tengah tahun pembukuan. Setelah perubahan tersebut, pada tahun berjalan mata uang fungsional yang baru akan menjadi base currency sedangkan mata uang selain mata uang fungsional yang baru akan menjadi mata uang asing. Selanjutnya, bagaimana saldo awal laporan keuangan yang sudah terlanjur dalam mata uang pelaporan yang lama harus disajikan dalam laporan keuangan. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengubahan saldo awal dari mata uang pelaporan yang lama menjadi mata uang pelaporan yang baru, yaitu metode restatement dan metode translation. Metode restatement adalah bahwa perusahaan mengubah mata uang pelaporan dan sebenarnya mata uang pelaporan baru sudah menjadi mata uang fungsional sejak dulu tetapi perusahaan melaporkan dengan mata uang pelaporan yang lama, maka laporan keuangan yang diterbitkan. 8 Metode restatement selalu mulai dari neraca. Dalam metode restatement, selisih yang muncul penyajian retroaktif tersebut mengharuskan akun aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca sedangkan akun persediaan, aktiva tetap, modal saham dan aktiva nonmoneter lainnya diukur kembali dengan kurs tanggal transaksi. Akun pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata – rata tertimbang selama periode tersebut kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva nonmoneter yang telah diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. Sedangkan untuk metode translation, selalu mulai dari laporan laba rugi. Dalam metode translation ini, selisih yang muncul dinamakan “rugi (laba) penjabaran kembali” dan disajikan pada bagian ekuitas di neraca. Metode translation digunakan apabila mata uang fungsional perusahaan memilih untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan mata uang fungsioanal pada periode tersebut. Misalnya, dulu perusahaan beroperasi dalam mata uang rupiah, namun mulai tahun ini perusahaan mengubah mata uang operasinya dalam mata uang US Dollar. Dalam kasus seperti ini, saldo awal dalam rupiah harus diubah dengan menggunakan metode translation. Oleh karena metode translation adalah bahwa perusahaan mengubah mata uang pelaporan dan perusahaan tersebut memang dipicu oleh kejadian atau transaksi yang substansinya berbeda secara jelas dari kejadian atau transaksi sebelumnya, maka pelaporan keuangan yang telah diterbitkan dengan mata uang pelaporan lama tidak boleh disajikan kembali secara retroaktif. Oleh karena itu, akun aktiva dan kewajiban dijabarkan kembali dengan 9 menggunakan kurs tanggal neraca, sedangkan akun ekuitas dijabarkan kembali dengan kurs tanggal transaksi. Akun pendapatan dan biaya dijabarkan kembali dengan menggunakan kurs rata – rata tertimbang selama periode tersebut. C. Transaksi Valuta Asing Menurut Hendri Joni, Andy Nahil Gultom, Arief (2010:30) dalam bukunya Celah – Celah Profit di Forex Market, Forex adalah pembelian atau penjualan sebuah mata uang terhadap penjualan atau pembelian mata uang lainnya. Valuta Asing atau Foreign Exchange atau Foreign Currency dapat diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan Internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Central (BI). Dari definisi tersebut, maka Transaksi Valuta Asing dapat diartikan sebagai suatu transaksi yang didenominasi dalam suatu mata uang selain mata uang pelaporan entitas (mata uang asing). Suatu transaksi yang melibatkan mata uang asing akan timbul jika suatu perusahaan melakukan transaksi – transaksi sebagai berikut: a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. 10 c. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana. d. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Sedangkan menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001:VI.4.1), Transaksi mata uang asing adalah: a. Segala jenis transaksi yang dilakukan dalam mata uang asing. b. Suatu transaksi yang menghasilkan exposure akibat pergerakan kurs tukar mata uang asing (artificial transaction). c. Transaksi lain yang melibatkan mata uang asing seperti hedging, cross currency, interest rate swap dan transaksi derivative lainnya. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs laporan (penutup) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan rata – rata kurs beli dan kurs jual berdasarkan Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari. 1. Jenis – jenis Transaksi Valuta Asing Jenis – jenis transaksi yang melibatkan kurs valuta asing terbagi dalam beberapa jenis yaitu: 1. Transaksi Spot Transaksi spot adalah pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Misalnya kontrak jual beli suatu 11 mata uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 12 juni 2002, penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 14 juni 2002. Apabila tanggal 14 juni 2002 tersebut kebetulan hari libur atau hari sabtu, maka penyelesaiannya adalah pada hari kerja berikutnya. Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut value date. Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini: a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak). b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak. c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi. 2. Transaksi Forward Transaksi forward disebut juga dengan transaksi berjangka yang pada prinsipnya adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo. Transaksi forward ini biasanya sering digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu transaksi yang dilakukan 12 semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya perubahan kurs. 3. Transaksi Swap Transaksi swap adalah transaksi pembelian dan penjualan bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Pembelian dan penjualan mata uang tersebut dilakukan pada bank lain yang sama. Jenis transaksi swap yang umum adalah spot terhadap forward. Dealer membeli suatu mata uang dengan transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sama kepada bank lain yang sama dengan kontrak forward. Karena itu dilakukan sebagai suatu transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak akan menghadapi resiko valas yang tidak diperkirakan. Seperti dijelaskan di atas bahwa pada prinsipnya transaksi swap merupakan transaksi tukar pakai suatu mata uang untuk jangka waktu tertentu. Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau menjual dan membeli suatu mata uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu membeli dan menjual. Penggunaan transaksi swap sebanarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut dilakukan atas 13 dasar swap point yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Transaksi swap antara bank dengan BI: a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20 % dari modal bank tersebut. b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap bank dengan nasabah yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri untuk keperluan ivestasi di Indonesia. Sebelum disebutkan jenis valuta asing selanjutnya, maka perlu diketahui dulu perbedaan dari ketiga jenis transaksi di atas, yaitu bahwa transaksi swap terjadi dua transaksi pada saat yang sama (double transaction), yaitu jual beli atau beli dan jual. Sedangkan pada spot dan forward hanya terjadi satu kali transaksi saja (one single transaction), yaitu jual saja beli saja. 4. Transaksi Option Transaksi option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. 2. Masalah Akuntansi Transaksi Valuta asing Masalah – masalah yang seringkali timbul apabila perusahaan melakukan transaksi valuta asing: 14 a. Pencatatan pada saat transaksi terjadi. b. Pencatatan akun yang didenominasi dalam mata uang asing pada tanggal pelaporan. c. Pengakuan keuntungan dan kerugian selisih kurs. d. Pencatatan penyelesaian tagihan atau kewajiban yang didenominasi dalam mata uang asing. Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu: a. Single Currency (Satu Jenis Mata Uang) Adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base currency) yang digunakan untuk Perbankan Indonesia yaitu mata uang Rupiah (IDR). b. Multi Currency (Lebih dari Satu Jenis Mata Uang) Adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan langsung ke dalam mata uang asing asal (original currency) yang digunakan pada transaksi tersebut. D. Selisih Kurs Berdasarkan PSAK No. 10 (PSAK 10, Par 5), selisih kurs didefinisikan sebagai: “Selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda”. 15 Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dalam transaksi mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing – masing periode. 1. Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs Dalam hal selisih kurs, berdasarkan PSAK No. 10 (PSAK 10,Par 9) pelaporan yang harus dilakukan pada setiap tanggal neraca adalah sebagai berikut: a) Pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs pada tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang obyektif. b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. 16 Menurut PAKBI (Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia), sistem aplikasi BIANG (Bank Indonesia Aplikasi Kostro Gabungan) digunakan untuk menghitung besarnya penyesuaian saldo cadangan selisih kurs (exchange rate adjustment) masing – masing jenis mata uang. Penyesuaian saldo cadangan selisih kurs dihitung dari hasil perkalian antara nominal valuta asing (NCP) dengan kurs neraca masing – masing jenis valuta yang berlaku pada hari itu dikurangi dengan saldo rupiah value sebelum penyesuaian dilakukan atau sesuai dengan formula berikut ini: CSK= NCP (KN-HPR) Dimana: CSK adalah Cadangan Salisih Kurs, yaitu akumulasi hasil penelitian kembali. NCP adalah Net Currency Position, yaitu suatu metode penatausahaan dan pencatatan valuta asing. KN adalah Kurs Neraca, yaitu kurs tengah valuta asing pada tanggal neraca yang digunakan untuk pelaporan dan transaksi intern Bank Indonesia. HPR adalah Harga Pokok Rata – rata per unit valuta asing yang merupakan hasil bagi antara rupiah cost valuta asing tertentu dengan jumlah valuta asing yang bersangkutan. Hasil penyesuaian saldo selisih kurs ini dicetak pada laporan penyesuaian saldo rekening valuta asing dengan kurs neraca. 17 2. Pengakuan dan Pengukuran Dengan perlakuan akuntansi diatas, ada beberapa pengakuan dan pengukuran yang dilakukan terhadap selisih kurs, yaitu: 1) Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. 2) Pos aktiva dan kewajiban meneter dalam mata uang asing pada tanggal laporan dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs penutupan. 3) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi tanggal dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing – masing periode. 4) Selisih penjabaran dan laba (rugi) kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan (dibebankan) pada perhitungan laba rugi periode berjalan. 5) Pos aktiva dan kewajiban non-moneter dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya atau 18 perolehannya transaksi. Contoh dari aktiva moneter adalah penyertaan, aktiva tetap dan inventaris. 3. Penyajian Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menyajikan selisih kurs dalam laporan keuangan, menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001:VI.4.3) yaitu: 1) Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang asing disajikan pada laporan laba rugi tahun berjalan dalam pos keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing. 2) Keuntungan dan kerugian karena selisih kurs disajikan tersendiri dalam laporan laba rugi tahun berjalan. 3) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari suatu transaksi yang dilakukan dalam mata uang asing dan keuntungan atau kerugian selisih kurs dapat dilaporkan secara neto. 4. Pengungkapan pada Laporan keuangan Hal - hal yang harus diungkapkan sehubungan dengan selisih kurs dalam penjelasan Atas Laporan Keuangan, menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001:VI.4.3) meliputi: 1) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode tersebut. 19 2) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode. 3) Pengungkapan mengenai resiko yang berkaitan dengan mata uang asing. 20 Berikut ini format Laporan Laba Rugi menurut PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) tahun revisi 2001. Table 2.1 Laporan Laba Rugi Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx LAPORAN LABA – RUGI Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20xx (Dalam jutaan Rupiah) Catatan 20xb (Rp) 20xa (Rp) Bunga xxx xxx Provisi dan komisi xxx xxx xxx xxx Bunga xxx xxx Provisi dan Komisi xxx xxx Jumlah Beban Bunga xxx xxx Pendapatan Bunga – Bersih xxx xxx xxx xxx xxx xxx Pendapatan Dividen (Metode Biaya) xxx xxx Imbalan (fee) xxx xxx Keuntungan Bersih Penilaian Efek yang diperdagangkan xxx xxx Keuntungan Bersih penjualan Efek xxx xxx Lain – Lain xxx xxx Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya xxx xxx Beban Penyisihan kerugian Aktiva Produktif xxx xxx Beban Estimasi Kerugian komitmen dan Kontijensi xxx xxx PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Jumlah Pendapatan Bunga Beban Bunga Pendapatan Operasional lainnya Pendapatan Transaksi Mata Uang Asing Pendapatan-Bersih dari Penyertaan Saham (Metode Ekuitas) Beban Operasional Lainnya 21 Administrasi dan Umum xxx xxx Tenaga Kerja xxx xxx Lain – Lain xxx xxx xxx xxx xxx xxx Pendapatan Sewa xxx xxx Lain – Lain xxx xxx xxx xxx Kerugian Penjualan Aktiva xxx xxx Lain – Lain xxx xxx xxx xxx PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL xxx xxx LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN xxx xxx (xxx) (xxx) LABA (RUGI) BERSIH xxx xxx LABA BERSIH PER SAHAM DASAR xxx xxx LABA BERSIH SAHAM DILUSIAN xxx xxx Jumlah Beban Operasional Lainnya LABA (RUGI) OPERASIONAL PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional Jumlah Pendapatan Bersih Non Operasional Beban Non Operasional Jumlah Beban Bersih Non Operasional TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN Sunber: PAPI revisi 2001 22 Penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan dan pengklasifikasian beban dalam laba rugi berdasarkan fungsi menurut PSAK. Table 2.2 Laporan Laba Rugi Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx LAPORAN LABA - RUGI Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20xx (Dalam jutaan Rupiah) 20xb(Rp) 20xa(Rp) xxx xxx (xxx) (xxx) Laba Bruto xxx xxx Pendapatan Lainnya xxx xxx Biaya Distribusi (xxx) (xxx) Beban administrasi (xxx) (xxx) Beban Lain-Lain (xxx) (xxx) Biaya Pendanaan (xxx) (xxx) xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) xxx xxx (xxx) (xxx) xxx xxx Pendapatan Beban Pokok Penjualan Bagian Laba Entitas Asosiasi Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Penghasilan Laba Tahun Berjalan dari Operasi yang Dilanjutkan Kerugian Tahun Berjalan dari Operasi yang Dihentikan LABA TAHUN BERJALAN 23 Pendapatan Komprehensif Lain: Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan dalam xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) Keuntungan Revaluasi Aset Tetap xxx xxx Keuntungan (kerugian) Aktuarial dr Program Pensiun ManfaatPasti xxx xxx Bagian Pendapatan Komprehensi Lain dari Entitas Asosiasi xxx xxx Pajak Penghasilan Terkait xxx xxx Pendapatan Komprehensif Lain Tahun Berjalan Setelah Pajak xxx xxx TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF THN BERJALAN xxx xxx Pemilik Entitas Induk xxx xxx Kepentingan Non Pengendali xxx xxx xxx xxx Pemilik Entitas Induk xxx xxx Kepentingan Non Pengendali xxx xxx xxx xxx xxx xxx Mata Uang Asing Aset Keuangan Tersedia Untuk Dijual Lindung Nilai Arus Kas Laba yang Dapat Diatribusikan Kepada: Jumlah Laba Rugi Komprehensif yang Dapat Diatribusikan Kepada: Laba per Saham (dalam satuan rupiah): Dasar dan Dilusian Sumber: Hepiprayudi.files.wordpress.com/2009/09/ed.psak-1.pdf E. Kerangka Pemikiran Dalam perekonomian yang relatif stabil, nilai tukar mata uang asing dapat dikatakan tidak terlalu berfluktuasi. Stabilnya fluktuasi nilai tukar menyebabkan 24 keuntungan ataupun kerugian akibat selisih kurs tidak terlalu mencolok dan tidak menjadi masalah dalam pencatatan, pengakuan dan pelaporan. Pada sekitar pertengahan tahun 1997 bangsa Indonesia mengalami gejolak moneter yang begitu dahsyat. Gejolak moneter yang terjadi mengakibatkan fluktuasi nilai rupiah yang sangat besar terhadap mata uang asing terutama dollar Amerika. Hal ini mengakibatkan perusahaan – perusahaan dan lembaga – lembaga keuangan yang melakukan transaksi dengan menggunakan valuta asing akan mengalami keuntungan ataupun kerugian selisih kurs yang terlalu besar, sehingga relatif tidak stabil. Beberapa tahun kemudian, perekonomian Indonesia mengalami banyak kemajuan, khususnya dimulainya kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini pun tidak lepas dari usaha Bank Indonesia dalam terus berupaya menstabilkan nilai rupiah. Perusahaan – perusahaan dan lembaga – lembaga keuangan di Indonesia lebih banyak memiliki kewajiban dalam valuta asing sehingga mereka mengalami kerugian yang sangat besar. Apalagi kerugian ini dibebankan ke dalam laporan laba rugi, hal ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi buruk karena perusahaan akan melaporkan net loss yang tidak normal. Oleh karena itu diperlakukan alternatif untuk membukukan selisih kurs. Hal ini khususnya diatur dalam PSAK No. 10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI revisi 2001). Dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisa perlakuan akuntansi selisih kurs pada Bank Indonesia dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan 25 Bank Indonesia (khususnya neraca dan laporan surplus defisit) atas perlakuan akuntansi tersebut serta pengungkapannya pada laporan keuangan Bank Indonesia.