BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsentrasi Kepemilikan Institusional
1.
Pengertian Konsentrasi Kepemilikan Institusional
Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan perusahaan publik dulu
dipandang tersebar diantara banyak pemegang saham sesuai model Berle and
Means (1932:11-12). Kenyataannya saat ini hal tersebut tidak menunjukkan
kebenarannya untuk diluar Amerika Serikat. Zhang (2005) menemukan bahwa
perusahaan di luar Amerika Serikat umumnya dikendalikan oleh pemegang saham
besar. Masalah keagenan utama dalam perusahaan dengan konsentrasi
kepemilikan seperti ini adalah konflik antara pemegang saham pengendali dengan
pemegang saham minoritas. Apabila tidak terdapat perlindungan hukum yang
memadai, pemegang saham pengendali dapat melakukan aktifitas yang
menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas.
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham yaitu perbandingan jumlah saham yan dimiliki oleh “orang dalam”
(insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata
lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan manajerial,
kepemilikan blockholder, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional dalam
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu
perusahaan diwakili oleh direksi (agents) dan yang ditunjuk pemegang saham
(principals), Erida (2011).
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham
dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham
tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan
lainnya. Kepemilikan saham
dikatakan menyebar,
jika kepemilikan saham
menyebar secara relatif merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam
jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya (Dallas, 2004) dalam
Nuryaman (2008).
Penelitian La Porta et al. (1999), Claessens et al. (2000a), dan Facio and
Lang (2002) menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan publik di hampir
semua negara adalah terkonsentrasi, kecuali di Amerika Serikat, Inggris dan
Jepang. Dengan demikian Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang
kepemilikan saham perusahaan publiknya adalah terkonsentrasi.
La Porta et al. (1999 dan 2000) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi terjadi di negara-negara dengan tingkat corporate governance
yang rendah.
Investor institusional dengan kepemilikan saham dalam jumlah besar akan
mempunyai dorongan yang cukup kuat untuk mengumpulkan informasi,
mengawasi tindakan-tindakan manajemen dan mendorong kinerja yang lebih baik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
yang dapat mengurangi manajemen laba. Bila para investor ini memiliki saham
dalam jumlah yang relatif rendah maka, para investor ini hanya memiliki sedikit
dorongan untuk
melakukan pengawasan terhadap
tindakan oportunistik
manajemen (Koh, 2003) dalam Nuraini dan Zein (2007).
2.
Jenis-Jenis Struktur Kepemilikan
a.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa
manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham (Erida, 2011).Pihak tersebut adalah mereka yang duduk
di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan.
Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang
berbeda, antara lain : mereka yang mewakili pemegang institusi, mereka yang
merupakan tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat
Umum Pemegang Saham, dan mereka yang duduk di jajaran manajemen
perusahaan karena turut memiliki saham. Berdasarkan teori keagenan, “hubungan
antara manajemen dengan pemegang saham, rawan terjadinya masalah
keagenan.Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk
memperkecil
adanya
konflik
agensi
dalam
perusahaan
adalah
dengan
memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial. Dengan menambah jumlah
kepemilikan manajerial, maka manajemen akan merasakan dampak langsung atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
setiap keputusan yang mereka ambil karena mereka menjadi pemilik perusahaan”
Jensen dan Meckling (1976) dalam Erida (2011).
Peningkatan atas kepemilikan manajerial akan membuat kekayaan
maanjemen, secara pribadi, semakin terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga
manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaan. Kepemilikan
manajerial yang tinggi berakibat pada rendahnya dividen yang dibayarkan kepada
shareholder.Hal ini disebabkan karena pembiayaan yang dilakukan oleh
manajemen terhadap nilai investasi di masa mendatang bersumber dari biaya
internal.
Lue et al (2006) dalam Darus et al (2008) mengemukakan bahwa ketika
kepemilikan manjerial meningkat, maka terdapat peningkatan risk avers euntuk
kesejahteraan boards itu sendiri dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan
yang tidak konsisten dengan kepentingan pemegang saham eksternal. Sejalan
dengan hal ini, boards tersebut cenderung melakukan pengungkapan yang kurang
atau seadanya untuk menghindari pengawasan pemegang saham eksternal.
b.
Kepemilikan Blockholder
Menurut Steen Thomsen, Torben Pedersen, dan Hans Kurt Kvist (2006)
dalam Rully (2011) kepemilikan blockholder adalah ukuran kepemilikan saham
dimana :
1.
Kepemilikan saham yang jumlahnya lebih dari 5%
2.
Saham oleh bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3.
Saham dimiliki oleh perusahaan lain (kecuali perusahaan dalam status
digadaikan)
4.
Saham dimiliki oleh seseorang karena adanya tunjangan pensiun.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ardiasih (2009) mengemukakan bahwa
pemegang saham subtansial diharapkan memiliki kekuasaan dan insentif yang
lebih besar dalam memonitor manajemen, karena kesejahteraan mereka terkait
dengan kinerja keuangan perusahaan.
Faktor-faktor yang memotivasi adanya kepemilikan blockholder yaitu
timbul dari superior manajemen atau pengawasan yang dapat dihasilkan dari
besarnya hak-hak untuk pembuatan keputusan dan pengaruh dari block ownership
yang besar. Blockholders juga memiliki dorongan untuk menggunakan voting
power mereka untuk menikmati sumber penghasilan perusahaan atau untuk
menikmati keuntungan-keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan pada
pemegang saham minoritas.
c.
Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang
dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang
berstatus luar negeri dalam Erida (2011). Perusahaan yang sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri
informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu, perusahaan
dengan kepemilikan asing yang besar akan mendorong untuk melaporkan atau
mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. (Novita 2008).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Healy dan Palepu (2001) dalam Ardiasih (2009) menyatakan
bahwa permasalahan asimetri informasi tidak dapat diatasi, maka biaya modal
perusahaan
akan
meningkat.
Manajer
yang
insentif
untuk
melakukan
pengungkapan sukarela untuk mengurangi masalah asimetri informasi, sehingga
diharapkan akan mengurangi biaya modal perusahaan. Xiao dan Yuan (2007)
meneliti
pengaruh
struktur
kepemilikan,
komposisi
boards
terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan – perusahaan publik di Cina. Keberadaan
kepemilikan asing memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan
pengungkapan sukarela.
d.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi,
perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT) dan
institusi lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena
mereka sumber daya yang lebih besar dibandingkan pemegang saham
lainnya.Oleh karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat
dibanding pemegang saham lainnya (Erida 2011).
Menurut Guan, Sheu, dan Chu (2007) mengemukakan bahwa investor
institusional lebih berpengalaman dan memiliki keahlian tekhnikal untuk
memonitor manajer secara efektif. Semakin tinggi jumlah investor institusional
maka akan terdapat peningkatan insentif bagi perusahaan untuk berperan aktif
dalam corporate govermance, termasuk dalam hal pengungkapan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Chan, Lin, dalam Zhang (2007) dalam Pizzaro et al. (2008) menemukan
bahwa terdapat pengungkapan akuntansi yang kredibel ketika kepemilikan
pemerintah berkurang dan kepemilikan institusional meningkat, karena terdapat
pemintaan akan audit yang berkualitas tinggi.
B.
Pengertian Rasio Leverage (LEV)
Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan.
Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk
menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat. Foster (1986:6566) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio leverage dengan
return perusahaan. Artinya hutang dapat digunakan untuk memprediksi
keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada
suatu perusahaan.
Jensen and Meckling (1976) berargumen tentang moral hazard untuk
menjelaskan agency cost of debt, bahwa level hutang tinggi akan menyebabkan
perusahaan untuk memilih pada proyek-proyek investasi berisiko secara
berlebihan. Masalah kerugian juga dapat memberikan kontribusi atas kebijakan
pendanaan melalui hutang. Myers and Majluf (1984) menyatakan bahwa jika
manajer-manajer
mempunyai
informasi
privat
mengenai
proyek-proyek
investasinya, mereka berharap memperoleh pendanaan dari pihak luar untuk
mengganti investor atas kemungkinan menemukan perusahaan yang kinerjanya
buruk pada proyek-proyek yang mempunyai net present value negatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
“Leverage merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber
pembiayaan perusahaan.” (Brigham ,2009:299). Financial leverage melibatkan
penggunaan pendanaan
biaya
tetap (Horne,2009:193).
Semakin
banyak
perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang, akan menambah resiko pada
saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage
keuangan.
C.
Nilai Pemegang Saham
1.
Pengertian Nilai Pemegang Saham
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan
terbatas”(Tjiptono,2011:5) Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut.
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam
memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian
pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan.
Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian
penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang
saham. Nilai pemegang saham merupakan nilai ekuitas yang menjadi bagian dari
nilai perusahaan. Nilai pemegang saham merupakan nilai perusahaan dikurangi
hutang. Penman (2004:43) menyatakan bahwa salah satu tujuan perusahaan
adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui dividen dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
meningkatkan harga saham. Selanjutnya dalam rangka untuk pembatasan pada
studi ini, maka nilai pemegang saham merupakan peningkatan atau penurunan
harga pasar saham yang beredar dibandingkan dengan nilai buku per lembar
saham.
Dalam rangka untuk kepentingan studi ini batasan nilai pemegang saham
mengikuti Brigham (1999:92), yaitu nilai yang diberikan oleh pelaku pasar saham
terhadap kinerja perusahaan. Nilai tersebut merupakan apresiasi pasar saham jika
harga saham di atas nilai buku per lembar saham. Sebaliknya nilai tersebut
merupakan depresiasi pasar saham jika harga saham di bawah nilai buku per
lembar saham.
Dalam studi ini ukuran nilai pemegang saham dengan menggunakan nilai
pasar saham terhadap nilai buku saham. Nilai perusahaan yang juga nilai
pemegang saham dalam bentuk harga saham. Harga saham perusahaan merupakan
reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan yang juga merupakan
sebagai cerminan nilai pemegang saham yang diwujudkan dalam bentuk harga
saham.
2.
Keuntungan Kepemilikan Saham
Pada dasarnya, ada keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli
atau memiliki saham, yaitu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
a.
Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik
bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi
atau dana pension dan lain-lain.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham, yaitu
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
b.
Capital Gain
Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga
beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika
pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital gain akan diperoleh jika
harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat
pembelian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3.
Risiko Kepemilikan Saham
Saham
memungkinkan
investor
untuk
mendapatkan
return
atau
keuntungan (capital gain ) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun
seiring dengan fluktuasi harga saham, maka saham juga dapat membuat investor
mengalami kerugian. Resiko tersebut antara lain :
a.
Tidak Mendapat Dividen
Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi.
perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka
perusahaan tidak dapat membagikan dividen.
b.
Capital Loss
Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang
saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan
kerugian (Capital Loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham
lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut.
c.
Perusahaan Bangkrut dan Dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka
pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau
pemgang obligasi , artinya setelah semua asset perusahaan yang dilkuidasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
tersebut dijual , terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang
obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual,
terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika
masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
d.
Saham di-delist dari Bursa
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umunya karena kinerja yang
buruk . Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
e.
Saham di-suspend
Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya
sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak sempat menjual sampai suspend
dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami
lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan oleh kreditornya, dan
berbagai kondisi
lain
yang
mengharuskan otoritas
bursa
men-suspend
perdagangan saham tersebut sahmpai perusahaan yang bersangkutan memberikan
konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas
tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang
jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan kembali seperti semula.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
4.
Jenis-jenis Saham
Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macam-macam
saham terbagi berdasarkan Hak Tagih atau Klaim adalah sebagai berikut:
a.
Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasar laba
atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham
biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dan
penjualan asset perusahaan.
b.
Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila
perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat
prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset.
5.
Harga Saham
Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan
merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup,
maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham
(Anoraga 2006:59). Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book
value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku
merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsic merupakan nilai
sebenarnya dari saham.”(Jogiyanto, 2008: 117)
Nilai pasar dari suatu surat berharga adalah harga pasar dari surat
berharga tersebut. Bagi surat berharga yang aktif diperdagangkan, nilai pasarnya
adalah harga pasar terakhir yang dilaporkan saat surat berharga tersebut dijual.
(Horne, 2009:109).
Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan
tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu
berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja
manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan
uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para
pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada
dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan
pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum
membeli atau menjual saham.
6.
Analisis Saham
Dalam konteks teori untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat
dua pendekatan dasar yakni :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
a.
Analisis Teknikal
“Metode analisis saham dengan basis pergerakan harga di masa lalu .
Metode ini menggunakan beragam grafik (chart) dalam analisisnya” (Hendy,
2008;7)
Model analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal di
masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu (nilai psikologis). Di
dalam analisis teknikal informasi tentang harga dan volume perdagangan
merupakan alat utama untuk analisis. misalnya, peningkatan atau penurunan harga
biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume perdagangan.
Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan
membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis
ataupun menggunakan analisis grafis.
b.
Analisis Fundamental
“Metode analisis saham dengan menganalisa data-data atau informasi
yang berhubungan dengan kinerja perusahaan” (Hendy, 2008;7). Umumnya
laporan keuangan menjadi sumber utama dalam analisis in termasuk penggunaan
rasio-rasio keuangan. Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan
nilai instrinsik dari suatu saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat
fundamental, analisis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai
instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh investor, dan hasil dari estimasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga
dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice.
D.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menguji mengenai pengaruh
konsentrasi kepemilikan institusional dan
leverage terhadap nilai pemegang
saham antara lain:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun
Nama
Judul
Hasil
2008
Tarjo
Pengaruh konsentrasi
kepemilikan institusional
dan leverage terhadap
manajemen laba, nilai
pemegang saham serta
cost of equity capital
Hasilnya menunjukan
bahwa konsentrasi
kepemilikan institusional
berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
pemegang saham. Ada
kesan bahwa pemilik
institusional sebagai
pemilik institusional
tidak berhasil menekan
manajer untuk
meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
Kegagalan tersebut
ternyata manajemen
tidak berhasil
meningkatkan likuiditas
pasar saham. Di samping
itu ketidakmampuan
investor institusional
meningkatkan nilai
pemegang saham
tersebut ternyata mereka
bukan pemegang saham
pengendali.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2005
Herry dan
Hamin
2007
Tendy
Penelitian tentang tingkat
kepemilikan manajerial
dan nilai perusahaan
Pengaruh struktur
kepemilikan terhadap
keputusan keuangan dan
nilai perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menunjukkan bahwa
leverage tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai pemegang
saham. penelitian ini
menyatakan bahwa
hutang berhubungan
positif dengan nilai
perusahaan yang juga
nilai pemegang saham.
Nilai perusahaaan
ditentukan oleh struktur
modal. Salah satu
struktur modal
perusahaan adalah
diperoleh melalui
hutang. Jadi seharusnya
keberadaan hutang jika
dikelola secara efektif
maka akan
meningkatkan nilai
pemegang saham
Hasilnya menunjukan
bahwa konsentrasi
kepemilikan institusional
memiliki arah hubungan
yang negatif. Hasil ini
pun jelas bertentangan
dengan teori yang ada.
Sama halnya dengan
pemilik manajerial, tidak
semua pemilik saham
institusional
menginginkan investasi
yang tinggi, karena
mereka juga
menginginkan
kesejahteraan melalui
pembayaran dividen
25
E.
Kerangka Pemikiran
1.
Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional terhadap Nilai
Pemegang Saham
Xu and Wang (1997), Pizarro et al. (2006) dan Bjuggren et al. (2007)
menyatakan bahwa:
kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap nilai
perusahaan dan kinerja perusahaan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga
mampu memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya.
Pada umumnya investor institusional merupakan pemegang saham yang
cukup besar sekaligus memiliki pendanaan yang besar. Ada anggapan bahwa
perusahaan yang memiliki pendanaan besar, maka kecil kemungkinan berisiko
mengalami
kebangkrutan.
Sehingga
keberadaannya
akan
meningkatkan
kepercayaan publik terhadap perusahaan Temuan tersebut menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu
memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya.
Demsetz and Lehn (1985) dan Demsetz and Villalonga (2001)
menemukan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu bahwa tidak ada
hubungan antara struktur kepemilikan dan profit perusahaan sebagai proksi firm
value. Penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat yang pasar modalnya
terdapat kepemilikan menyebar. Kalau kepemilikan sahamnya menyebar, maka
tidak ada yang memiliki kendali khusus sehingga manajer dapat melakukan
tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dan kemungkinan merugikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
pemegang saham. Pasar modal Amerika Serikat merupakan pasar modal yang
efisien dan regulasinya sangat ketat, sehingga keberadaan struktur kepemilikan
tidak terlalu penting. Para investor dapat dengan mudah mengakses informasi
mengenai perusahaan yang mereka butuhkan. Sehingga kinerja perusahaan lebih
banyak ditentukan oleh strategi dan kebijakan manajemen yang telah memperoleh
amanah dari para pemegang saham. Sedangkan penelitian Jennings (2002)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berhasil meningkatkan nilai
perusahaan, yaitu kepemilikan institusional menurunkan nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan investor institusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu
memonitor kinerja manajer secara baik. Keberadaan institusional justru
menurunkan kepercayaan publik terhadap perusahaan. Akibatnya pasar saham
mereaksi negatif yang berupa turunnya volume perdagangan saham dan harga
saham, sehingga menurunkan nilai pemegang saham.
Brush et al. (2000) memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian yang
lain. Hasil penelitian Brush et al. menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh
pihak eksternal dalam hal ini kepemilikan institusional tidak berhasil
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Kegagalan ini ternyata disebabkan
tidak
berhasil
meningkatkan pertumbuhan
penjualan.
Dengan demikian
keberadaan kepemilikan institusional gagal meningkatkan kinerja manajer.
Investor institusional sebagai pemilik mayoritas sangat berkepentingan
untuk membangun reputasi perusahaan tanpa harus melakukan ekspropriasi
terhadap pemegang saham minoritas. Komitmen pemegang saham mayoritas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
untuk meningkatkan nilai perusahaan yang juga nilai pemegang saham ini sangat
kuat karena apabila pemegang saham mayoritas melakukan ekspropriasi pada saat
dia memegang saham dalam jumlah besar, maka para pemegang saham minoritas
dan pasar saham akan mendiskon harga pasar saham perusahaan tersebut,
sehingga akan merugikan pemegang saham mayoritas itu sendiri. Ada anggapan
bahwa pemilik mayoritas memiliki pendanaan yang sangat kuat sehingga aman
bagi pemegang saham maupun calon investor jika membeli saham perusahaan
tersebut.
Dengan
demikian
konsentrasi
kepemilikan
institusional
akan
meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan berupa meningkatnya
volume perdagangan saham dan harga saham sehingga akan meningkatkan nilai
pemegang saham.
2.
Pengaruh Leverage Dengan Nilai Pemegang Saham
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Temuan Soliha dan Taswan (2002) menunjukkan bahwa kebijakan
hutang tidak berhasil mempengaruhi nilai perusahaan. Namun dalam hal arah
hubungannya penelitian Soliha dan Taswan mendukung pernyataan Modigliani
and Miller (1963), yaitu penggunaan hutang berhubungan positif dengan nilai
perusahaan. Di sisi lain penelitian Herry dan Hamin (2005) menunjukkan bahwa
leverage berhasil meningkatkan nilai perusahaan (value enchancing). Pengaruh ini
disebabkan oleh penggunaan aktiva perusahaan yang sebagian besar dibiayai
dengan hutang secara efektif. Penggunaan secara efektif ini akan menghasilkan
profit yang akhirnya berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham.
Pembiayaan
perusahaan
melalui
hutang
(financial
leverage)
menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham.
Namun, hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar apabila
perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga bank tinggi,
Perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari oleh investor
karena besarnya cost of capital atas hutang sehingga berpengaruh terhadap harga
saham.
Hasil kajian Kinsman and Newman (1998) melakukan review pada
beberapa penelitian yang menggunakan data selama periode sembilan tahun
(1987-1995) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hutang ternyata
berkorelasi negatif dengan kinerja perusahaan. semakin besar leverage berarti
semakin besar aktiva atau pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang.
Semakin besar hutang maka semakin besar kemungkinan kegagalan perusahaan
untuk tidak mampu membayar hutangnya, sehingga berisiko mengalami
kebangkrutan. Akibatnya pasar saham akan mereaksi secara negatif yang berupa
turunnya volume perdagangan saham dan harga saham yang berdampak terhadap
turunnya nilai pemegang saham. Di samping itu ada kesan bahwa semakin besar
hutang mencerminkan perusahaan tersebut kesulitan mencari pendanaan melalui
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
penjualan saham di pasar saham dan ada anggapan bahwa semakin besar hutang,
maka semakin besar perusahaan tersebut untuk tidak diminati oleh para investor
maupun calon investor pasar saham.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Konsentrasi
Kepemilikan Institusional
H1
H3
Nilai Pemegang Saham
Leverage
H2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download