PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN PERMASALAHANNYA

advertisement
Mulanya disebut penyakit
kelamin (venereal diseases) =
penyakit yg hanya terdapat pd
alat kelamin
Karena mengenai bagian tubuh
lain  berubah  Sexually
Transmitted Diseases (STD) =
Penyakit Menular Seksual (PMS)
Sejak 1998 disebut Sexually
Transmitted Infection (STI) 
mencakup penyakit-penyakit
infeksi yang asimptomatik.
PMS meluas & membuat komplikasi medis &
sosial ↑  berdampak pd kesehatan reproduksi
remaja & ibu hamil
PMS & kehamilan dihubungkan dgn : abortus,
Kematian Janin, prematuritas, cacat bawaan,
infeksi alat reproduksi.
Umur wanita memulai kegiatan seksualnya
cenderung semakin muda & semakin bebas
Infeksi Cytomegalo Virus (CMV) & klamidia
trakomatis  remaja  & infeksi campuran 
INFEKSI :
Sebelum hamil  mempengaruhi proses
implantasi  dapat hamil di luar kandungan.
Dalam kehamilan  abortus, infeksi ari-ari &
selaputnya, prematuritas, kematian janin dan
cacat bawaan.
Saat persalinan  infeksi kandungan & infeksi
bayi baru lahir.
Kehamilan  perubahan anatomi, immun ↓,
perubahan flora mulut rahim-vagina & perilaku
hub. seksual suami istri  risiko PMS 
Perlu pem. rutin selama kehamilan : deteksi dini
infeksi.
1. SIFILIS = LUES
Treponema pallidum
Ditularkan via kontak seksual
Kuman dpt menembus mukosa sehat, lewat abrasi
kulit atau lewat ari-ari bayi dalam kandungan.
Dapat  lahir prematur, Kematian Janin & infeksi
bayi baru lahir.
Perkembangan sifilis primer  sifilis sekunder,
sifilis laten, dan sifilis lanjut yaitu sifilis tersier
benigna, sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis.
Sifilis dpt dicegah dan relatif mudah terapinya.
Persoalannya  deteksi sedini mungkin dan
segera memberikan pengobatannya.
Chancre syphilitique
MANIFESTASI KLINIK
Sifilis primer
Inkubasi 3 minggu
Lesi primer : ditemukan pd bibir kemaluan,
mulut rahim, vagina atau daerah bibir,
lidah, puting susu dan anus.
Tanpa diobati lesi primer akan sembuh
sendiri dalam waktu 4-6 minggu.
Pem. mikroskop lapangan gelap mencari
treponema pallidum
Chancre syphilitique
Sifilis sekunder
Muncul 2 mgg - 6 bln setelah lesi primer.
Kel. limfe membesar, kadang
splenomegali.
Jarang  alopesia, hepatitis atau nefritis.
Gejala spontan hilang dlm 2-6 mgg
Diagnosa  gejala klinis dan hasil
serologis (darah)
Chancre syphilitique
Sifilis laten
Tanpa gejala klinis bertahun tahun sd
seumur hidup.
Kambuh  mirip sifilis sekunder.
Sepertiga bila tidak diobati menjadi 
sifilis tersier.
Sifilis tersier atau sifilis lanjut
Merusak  kulit, tulang (gumma), sistem
jantung & pembuluh darah, kelainan
sistem saraf  25 % fatal
Treponema pallidum menembus plasenta
Bila ditemukan sebelum UK18 mgg dan
diobati  sifilis sedikit pengaruh pada
janin
Bila terjadi setelah UK 18 mgg dapat
menyebabkan sifilis kongenital (janin)
Komplikasi : lahir prematur, Kematian
Janin dan hidramnion, ari-ari menjadi
berair dan seperti lilin.
Infeksi pd UK lanjut  infeksi bayi baru
lahir (40–50%)
Chancre syphilitique
Chancre syphilitique
PENGOBATAN
Dimulai sejak ada kontak infeksi
tanpa menunggu gejala klinis.
Kehamilan  lebih baik mengobati
ibu yg dicurigai terinfeksi drpd
berisiko sifilis kongenital.
Obat pilihan : penisilin.
2.HERPES GENITALIS
Causa : HSV 1, HSV 2 (keduanya sulit dibedakan)
Risiko infeksi HSV 2 :
-aktivitas sex 
-hub.sex umur muda
-partner sex banyak
Electrone micrograph of Herpes simplex virus: (1) capsid, (2) tegument,
(3) lipid membrane with glycoproteins
Perjalanan Penyakit
1.Infeksi Primer
Virus dari luar
Tubuh hospes (DNA)
Multiplikasi  lesi kulit yg luas & berat
antibodi spesifik (-)
saraf sensorik
ganglion sakralis (laten)
Initial (primary) genital herpes
in a male
Perjalanan Penyakit
2.Infeksi Non-primer
Infeksi lama :
-gejala klinis (-)
-antibodi spesifik (+)
Trigger faktor (+)
Virus  reaktivasi  multiplikasi  lesi rekurens
Recurrent genital herpes in a male
Gejala klinis :
Inkubasi 3-7 hr
Lesi (-)  rasa terbakar + gatal
Lesi (+)  malaise, demam, nyeri otot, nyeri waktu BAK
Penyembuhan 18-20 hr
Lesi rekuren : lebih ringan, antibodi spesifik (+),
asimptomatik, HSV 2 > 1
Predileksi ♂ : preputium, glans, batang penis, urethra,
anal, skrotum.
Predileksi ♀ : labia, klitoris, vagina, serviks, perianal,
bokong, mons.
Lesi khas : vesikel berkelompok dgn dasar kemerahan
Herpes
simpleks
Herpes simpleks
Herpes simpleks
Herpes
simpleks
Herpes simpleks
Herpes
simpleks
3. PENYAKIT GONORE
Sering terjadi
Kuman Neisseria gonorrhoeae = diplokokus Gram (–)
Tidak tahan : udara bebas, pengeringan, > 39o C, sinar
matahari, desinfektan.
Infeksi primer akibat kontak seksual dgn masa inkubasi
2–5 hari
Mudah terinfeksi  mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang (imatur) yakni vagina
wanita masa pubertas.
Bila terpapar  60–90% akan terinfeksi dan bila tidak
diobati maka 10–17% akan berkembang menjadi
penyakit radang panggul (PRP).
Jika positif gonore  20–40% juga terkena infeksi PMS
yang lain seperti klamidia & sifilis.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal : keputihan, gangguan kencing dan iritasi
rektum, perih dan panas, gatal dan radang vulva, vagina,
serviks atau urethra.
Radang kelenjar menjalar ke atas menyebabkan
tuba tersumbat (mandul) dan bisa hamil luar kandungan.
Komplikasi sistemik : arthritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Cara hub sex menyimpang  infeksi non genital berupa:
orofaringitis, proktitis dan konjungtivitis.
Infeksi gonore  abortus spontan, sepsis, prematuritas.
Bayi yg lahir dari ibu terinfeksi akan menyebabkan
optalmitis gonore (neonatal gonoblenorrhoe).
Infeksi mata bayi
DIAGNOSIS
Anamnesis, pem klinis dan pem
tambahan
Uji kultur (pembiakan kuman)
dan tes resistensi terhdp
penisilin
Uji yang dapat dilakukan adalah:
1. Sediaan langsung.
Bahan dari urethra, muara
kelenjar Bartholin, serviks dan
rektum
2. Kultur (biakan)
PENGOBATAN
Pasien dan partnernya harus diobati.
Pengobatan dengan
1.Penisilin
2.Seftriakson (generasi III)
3.Golongan antibiotika yg lain
4. LIMFOGRANULOMA VENERIUM (LGV)
= PMS yg mengenai sistem pembuluh limfe dan kel. limfe
terutama daerah genital, inguinal, anus dan rektum dan
penyebabnya Klamidia trakomatis. Penyakit ini sudah
jarang terjadi kecuali di negara dan daerah terkebelakang.
GAMBARAN KLINIS
1.Stadium dini
a). lesi primer genital
b). sindroma inguinal.
 Masa inkubasi 3-20 hari
 Lesi primer :
erosi atau ulkus dangkal,
papul, vesikel kecil mirip herpes,
keluhan uretritis dan tampak pada
vulva, vagina, porsio dan forniks.
Setelah Lesi Primer hilang
muncul 
limfadenitis inguinal
+ demam + menggigil
+ mual + nafsu makan 
Kelenjar meradang & bengkak
serta melekat satu sama lainnya
dan kulit diatasnya tampak merah
kebiruan, panas dan nyeri yang
selanjutnya melepuh terbentuk
abses multipel.
Limfadenitis inguinal
Trachoma
2.Stadium lanjut
a). Sindrom ano-rektal
b). Elefantiasis genital
Edema vulva sepanjang klitoris sampai
anus yang mengeras (elefantiasis labia)
akibat peradangan kronis dan kerusakan
kelenjar dan saluran limfe.
Perubahan keganasan dapat terjadi.
PENGOBATAN
istirahat total dan antibiotika : eritromisin,
doksisiklin, azytromysin, kotrimoksasol,
tetrasiklin, dll.
5. HUMAN PAPILLOMAVIRUS (HPV)
Kasus prematuritas banyak ditemukan pd
HPV tipe 16.
Bisa keganasan pada serviks, vagina dan
vulva.
HPV dapat menimbulkan kutil, kondiloma
akuminata, biasanya oleh HPV tipe 6 dan
11.
Tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan laring
papilomatosis pada bayi.
MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi 1–8 bulan.
Virus masuk tubuh melalui kulit  pada daerah alat
kelamin yang mudah mengalami trauma pada saat
berhubungan seksual.
3 bentuk : bentuk akuminata (jengger), bentuk papul
dan bentuk datar.
Giant Condyloma ( Buschke Lowstein ) dan Papulosis
Bowenoid  kemungkinan menjadi ganas.
Saat kehamilan  kondiloma akuminata akan
membesar dan meluas sampai memenuhi & menutupi
vagina dan perineum  kesulitan persalinan
pervaginam.
Keadaan basah daerah vulva saat kehamilan
merupakan kondisi yg bagus untuk pertumbuhan virus.
Bentuk papul
Bentuk akuminata (jengger)
PENATALAKSANAAN & PENGOBATAN
Saat kehamilan  sering mencuci dan
membersihkan daerah vulva, vagina irigasi
dan menjaga tetap kering  menghambat
proliferasi kutil.
Pemilihan cara pengobatan tergantung
pada besar, lokalisasi, jenis dan jumlah
lesi serta fasilitas pelayanan yang tersedia
Kondiloma anal
Btk papul, keratosis
Kondiloma glans
Batang penis : btk papul
Kondiloma batang penis
Btk datar
1.Kemoterapi
a.Tingtur Podofilin 15-25 %
b.Podofilitoksin 0,5 % ( podofiloks )
c.As. trikloroasetat 50 %
2.Tindakan bedah : bedah pisau, bedah
listrik, bedah beku (cryosurgery) dan
bedah laser untuk melakukan eksisi
massa tumor.
3.Bila tidak memberi hasil dapat diberikan
interferon dan immunoterapi.
6. ULKUS MOLE (Chancroid)
Haemophilus ducreyi
Klinis khas : ulkus orifisium dan sering dgn
supurasi kelenjar getah bening regional yg nyeri.
Insiden 1987 meningkat 10 x sejak 10 tahun
sebelumnya  penggunaan obat kuat untuk
hubungan seksual
(Schmid dkk; 1987).
Merupakan kofaktor risiko tinggi penyebaran
HIV dan Sifilis (CDC, 1998).
Diagnosis akurat  kultur dari luka yg bernanah
supurasi kelenjar
getah bening regional
Chancroid
Pengobatan yang dianjurkan :
Eritromisin
Kotrimoksasol
Seftriakson
Azitromisin
Bila terapi berhasil, keluhan akan
menghilang dalam waktu 3 hari dan ulkus
akan membaik dalam waktu 7 hari.
7. TRIKOMONIASIS
Infeksi pratozoa disebabkan Trikomonas
vaginalis
Menyerang alat kelamin
Ditularkan melalui hubungan seksual.
Prevalensi : 23% kulit hitam, 6,6%
Hispanik dan 6,1% kulit putih.
Trikomonas vaginalis
Vaginitis : karakteristik berupa sekret berwarna
kuning, berbau dan gatal pada vulva
Sekret vagina purulen,
Vulva dan vagina eritema
Serviks : “Strawberry cervix”
Sering kencing & nyeri  keluhan pertama
Infeksi kelenjar skene pada perabaan akan
terasa mengeras dan bila ditekan akan
mengeluarkan nanah.
Diagnosis : ditemukan trikomonas vaginalis
pada sediaan langsung (sediaan basah) atau
pada kultur sekret tubuh penderita.
Trikomoniasis serviks
PENGOBATAN
1. Obat pilihan : Metronidazol
2. Pengobatan pasangan seksual
3. Untuk menghindari kemungkinan infeksi
campuran (bakteri), maka dapat dicoba
pemberian antibiotika spektrum luas.
4.Resisten metronidazol  obat lain
seperti: nimorazol, tinidazol, ornidazol,
seknidazol atau karnidazol.
Trikomonas
Trikomonas serviks
8. AIDS
Pengidap HIV dapat menularkan virus
tetapi belum memunculkan gejala klinis
kecuali sudah menjadi “Acquired Immuno
Deficiency Syndrome” atau AIDS  tahap
ini mortalitasnya tinggi.
Target HIV  sistim imun
Prevalensi HIV ibu hamil tergantung
prevalensi HIV populasi, khususnya pada
wanita.
Kotsawang, 1995 : prevalensi HIV ibu
hamil di Thailand 0,3–1%.
MASALAH HIV DARI SEGI PERINATOLOGI
Sampai sekarang belum didapatkan vaksin
pencegahan HIV.
Menyusui bayi  salah satu cara penularan
perinatal, sehingga perlu dilarang.
Skrining HIV ibu hamil belum dilaksanakan.
Penularan parenteral dari pasien ke petugas
rumah sakit perlu menjadi perhatian
PENGARUH HIV TERHADAP KEHAMILAN
HIV  belum berpengaruh, tidak ada
hubungan antara infeksi HIVdengan makin
meningkatnya cacat bayi.
AIDS  prematuritas , KJDR
Meskipun kehamilan sistim imun , tetapi
sampai sekarang belum terbukti HIV
makin menjadi progresif setelah adanya
kehamilan (Ellerbrock T.V. & Rogers M.F.,
1990; Anderson J.R.,1995).
PENULARAN HIV
Penularan parenteral
- Melalui transfusi darah, tertusuk jarum suntik
- Melalui kulit hanya terjadi jika kontak intensif
dan lama (Fauci A.S. & Lane H.C., 1994)
Penularan seksual
- Kemungkinan ♀ tertular HIV dari ♂ HIV 20 x
dari kemungkinan ♂ tertular dari ♀ HIV 
karena sperma titer HIV 
Penularan perinatal
- In utero atau intra uterin
HIV via plasenta masuk tubuh bayi. Penularan in utero ini
diketahui karena didapatkannya HIV pd jaringan thymus,
lien, paru dan otak janin 20 mgg yg digugurkan ibu
pengidap HIV.
- Saat persalinan  terkontaminasi darah ibu saat
persalinan.
- Pasca persalinan.
melalui ASI saat menyusui, karena adanya HIV pd
kelenjar payudara dan ASI pengidap HIV  pemberian
ASI dilarang
Faktor yg berpengaruh thd penularan perinatal
Faktor virus  makin tinggi titer virus ,
makin infeksius.
Faktor Host (ibu hamil) : sistim kekebalan
tubuh , nutrisi, anemia.
Faktor Obstetrik : lama dan cara
persalinan.
Faktor bayi : aterm/prematur dan adanya
lecet pada bayi.
PENANGANAN PASIEN HAMIL DENGAN HIV
1. Penanganan ante partum
A. Konseling
B. Pemeriksaan ANC
Eksplorasi partner hubungan seksual :
-menderita penyakit hubungan seksual (STD)?
-pernah transfusi darah ?
-pernah disuntik ?
C. Pemberian obat anti virus
Zidovudin 3’ Azido 2’,3’Dideoxy
Thymidine (AZT)
Bayi baru lahir diberikan sirup AZT
Dengan cara ini penularan perinatal
dapat diturunkan dari 25,5 % menjadi
8,3 % (Anderson J.R.,1995)
2. Penanganan intra partum
“Universal Precaution” harus
diperhatikan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya penularan dari
ibu ke bayi, penolong maupun petugas
kesehatan lainnya.
Kemacetan persalinan  Seksio
Sesarea lebih baik daripada
memaksakan persalinan per vaginam.
Petugas kesehatan harus memakai :
1. sarung tangan vynil
2. kaca mata pelindung
3. masker
4. baju operasi yg tidak tembus air
5. mesin isap untuk membersihkan lendir atau
air ketuban dari mulut bayi, tidak dengan
kateter yg diisap mulut (Crombleholme W.R.,
1990).
Bayi baru lahir segera dimandikan dgn air
desinfektan yang tidak mengganggu bayi
(Roongpisuthipong A., 1995).
AIDS
3. Penanganan pasca
persalinan
Pencegahan penularan
melalui ASI, suntikan dan
luka atau lecet pada bayi.
Mencegah pemberian ASI,
tetapi untuk daerah yang
sedang berkembang hal ini
masih menjadi perdebatan
karena dikhawatirkan bayi
tidak mendapatkan
pengganti ASI.
Ibu pengidap HIV harus
diadviskan mencegah
kehamilan berikutnya
dengan alat kontrasepsi.
Download