IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade terakhir, menyebabkan perdagangan internasional serta investasi asing semakin gencar dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk dapat memasuki pasar global. Perdagangan internasional serta investasi asing, khususnya FDI, dipilih oleh pemerintah negara-negara di dunia dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, faktor lain seperti tenaga kerja serta modal juga turut dipertimbangkan dalam membantu proses ini. Estimasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan sejumlah variabel yang beberapa diantaranya diolah dalam bentuk logaritma natural (ln), sementara variabel yang lainnya sudah dalam bentuk persentase. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk memperoleh data yang stasioner. Konsekuensi dari pemberlakuan bentuk tersebut adalah nilai interpretasi dari hasil pengolahan menjadi nilai elastisitas. Adapun nilai elastisitas dari setiap koefisien variabel eksogen akan dinyatakan dalam bentuk persentase. 4.1 Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju dan Negara Berkembang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan ekonomi di suatu negara. Setiap negara berupaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara satu dengan negara 53 lainnya. Secara umum, perbedaan yang paling terlihat yaitu pada tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. Kondisi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang, baik dalam sistem ekonomi maupun kebijakannya, menandakan bahwa perlakuan yang diterapkan untuk negara maju dan negara berkembang tidak dapat disamakan. Dalam era perekonomian terbuka seperti saat ini, perdagangan internasional, yaitu ekspor dan impor, serta aliran investasi asing langsung (FDI), tidak dapat dipungkiri lagi peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Tabel 4.1 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Berkembang Periode 2000-2010 Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) 2000 2010 2000 2010 2000 2010 Indonesia 4.92 6.10 -2.72 1.88 114.02 121.39 Malaysia 8.86 7.19 4.04 3.85 124.64 213.71 Thailand 4.75 7.81 2.78 1.82 96.24 202.26 Filipina 4.41 7.63 2.95 0.91 57.19 55.64 Cina 8.40 10.40 3.41 1.80 312.40 1643.66 India 4.03 8.81 0.77 1.52 75.91 236.24 Meksiko 6.60 5.39 2.84 1.82 236.30 256.87 Rata-Rata 6.00 7.62 2.01 1.94 145.24 389.97 Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Pada Tabel 4.1 terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor negara-negara berkembang selama kurun waktu 2000-2010. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang cenderung memiliki trend yang positif. Hal ini terlihat dari nilai 54 pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara berkembang yang hampir seluruhnya menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut. Ada dua negara berkembang yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata tahun 2000, yaitu negara Malaysia, Cina dan Meksiko. Malaysia tidak hanya memiliki pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, namun juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini merupakan hasil dari pengadaan investasi besar-besaran di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Keberhasilan investasi pendidikan serta program penciptaan lapangan kerjanya, membuat Malaysia memiliki angka kemiskinan yang tergolong rendah dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Sementara itu, pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi tertinggi, tidak lagi dipegang oleh Malaysia. Cina bergerak maju dan menempati posisi tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di antara negara-negara berkembang lainnya. Negara Tirai Bambu ini, mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sebagai hasil dari reformasi ekonominya. Dari data inwards FDI, pada tahun 2000 dan 2010, negara Malaysia mempunyai nilai inwards FDI yang paling tinggi diantara negara-negara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Malaysia yang terus meningkat dan relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil menandakan bahwa negara tersebut mempunyai tingkat resiko yang kecil, dimana rendahnya tingkat resiko menjadi determinan penting masuknya FDI ke suatu negara. Sehingga bukan suatu hal yang mengejutkan bila Malaysia 55 menjadi salah satu negara tujuan investasi bagi banyak investor asing dari berbagai belahan dunia. Data ekspor untuk negara-negara berkembang juga memperlihatkan hal yang positif, sama halnya dengan perkembangan nilai PDB per kapita negaranegara berkembang. Perkembangan yang paling menonjol dan sangat signifikan ditunjukkan oleh negara Cina, dimana nilai ekspornya di tahun 2010 mencapai empat kali lipat nilai ekspornya di tahun 2000. Cina juga mempunyai nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan negara-negara lainnya. Negara Cina merupakan negara berkembang, dimana salah satu karakteristik dari negara berkembang yaitu banyak mengekspor produk primer. Namun, Cina tidak hanya bergantung pada ekspor produk primer, tapi juga pada produk-produk manufaktur yang nilainya cukup tinggi. Bukan hanya itu, Cina juga menjadi partner dagang yang kompeten bagi sejumlah negara di dunia, yang menyebabkan jumlah barang yang diekspornya relatif besar. Tabel 4.2 di bawah ini juga menggambarkan tentang pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor di negara-negara maju dalam kurun waktu 2000-2010. Pertumbuhan ekonomi negara maju memiliki kondisi yang berbedabeda, dimana hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi masing-masing negara, dimana ada negara yang pada kurun waktu tersebut nilai pertumbuhan ekonominya menurun dan ada pula negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa ada tiga negara maju yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata pada tahun 2000, yaitu negara Singapura, Korea Selatan dan Kanada. Sementara pada tahun 2010, hanya 56 ada dua negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata, yaitu Singapura dan Korea Selatan. Negara Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi diantara pertumbuhan ekonomi negara-negara maju lainnya yang terlibat dalam penelitian ini, selama dua periode tersebut. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat negara Singapura merupakan salah satu Newly Industrializing Countries (NIC), dimana negara ini memiliki sektor manufaktur yang relatif lebih maju. Tabel 4.2 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Maju Periode 2000-2010 Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) 2000 2010 2000 2010 2000 2010 Singapura 9.07 14.47 17.78 17.96 202.90 458.76 Jepang 2.86 4.00 0.18 -0.02 612.08 1049.56 Korea Selatan 8.49 6.16 1.69 0.68 254.51 484.83 New Zealand 2.62 1.30 2.53 0.40 21.93 38.77 Australia 3.95 1.28 3.80 2.53 107.83 259.05 Jerman 3.06 3.69 10.43 1.39 792.43 1637.66 Perancis 3.68 1.48 3.25 1.31 499.21 807.46 United Kingdom 3.92 3.92 8.04 2.05 651.56 789.98 United States 4.17 3.00 3.15 1.55 1616.38 2239.75 Kanada 5.23 3.21 9.21 1.49 397.05 479.78 Rata-Rata 4.71 4.25 6.01 2.93 515.59 824.56 Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Dari data inwards FDI, diperoleh informasi bahwa negara Singapura mempunyai jumlah inwards FDI tertinggi. Aliran masuk FDI yang membanjiri Singapura disebabkan karena pemerintah Singapura membuat kebijakan yang proforeign investment. Selain itu, pemerintahnya yang bebas dari korupsi, kualitas 57 sumber daya manusia, serta tingkat pajak yang rendah membuat aliran FDI mengalir deras ke negara ini. Jumlah ekspor negara maju mempunyai nilai yang tinggi. Output yang besar di negara maju memungkinkan negara ini untuk mencapai economies of scale dan mendorong nilai ekspornya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel diatas, US merupakan negara dengan niali ekspor yang paling tinggi. US mempunyai nilai ekspor yang tinggi, karena negara ini memiliki produk ekspor yang sangat beragam. Negara US lebih banyak mengekspor produk-produk sekunder dan tersier, yang nilainya relatif lebih tinggi. Dua tabel di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa perbedaan antara negara maju dan negara berkembang dapat terlihat dari nilai PDB per kapita, inwards FDI, serta nilai ekspornya. Negara maju mempunyai nilai rata-rata PDB per kapita sepuluh kali lebih besar dibandingkan negara berkembang. Sehingga wajar saja jika kesejahteraan penduduk negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Sementara, data inwards FDI juga menunjukkan bahwa negara maju jauh lebih unggul dibanding negara berkembang. Aliran masuk FDI mengalir jauh lebih banyak ke negara maju. Hal ini karena kecanggihan teknologi serta kualitas sumber daya manusia di negara maju jauh lebih baik dibandingkan negara berkembang. Bukan hanya itu, nilai ekspor negara maju juga lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Adapun kondisi ini dipengaruhi oleh jenis produk ekspor negara maju. Negara maju lebih banyak mengekspor barang-barang sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa-jasa) yang nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan barang-barang primer yang biasanya menjadi produk ekspor andalan di negara berkembang. 58 4.1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI Inwards FDI dianggap oleh banyak ekonom sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada kegiatan FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, serta managerial skill yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Selain itu, FDI juga membuka kesempatan bagi host country untuk dapat meningkatkan jumlah ekspornya dan memberikan akses untuk masuk ke pasar internasional. Dengan kata lain, FDI juga telah mendorong kegiatan ekspor di suatu negara. Kegiatan ekspor tersebut akan mendatangkan pendapatan bagi host country yang akan meningkatkan cadangan devisa negara yang bersangkutan. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI ln GDP Riil per Kapita 11 10 9 JPN USADEU AUS GBR FR CAN NZL A KOR MEX MYS 8 SGP THA IND PHL CHN 7 IDN 6 5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Inwards FDI (persen dari GDP) Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI 59 Pada gambar tersebut terlihat bahwa negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Inwards FDI negara maju dan negara berkembang, persen dari PDB, hampir memiliki share yang sama. Namun, karena nilai GDP negara maju lebih besar dari nilai GDP negara berkembang, maka dapat dikatakan bahwa aliran masuk FDI ke negara maju jauh lebih besar dibandingkan ke negara berkembang. Gambar di atas juga memperlihatkan hal yang menarik, dimana negara Singapura memiliki aliran masuk FDI yang paling besar, dibandingkan negara lainnnya. Hal ini terjadi karena Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, sehingga negara ini memiliki tingkat resiko yang kecil untuk dijadikan negara tujuan investasi. Selain itu, kebijakan-kebijakan di negara Singapura yang pro-foreign investment juga menjadi faktor penentu yang memengaruhi derasnya aliran FDI ke Singapura. 4.1.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Perdagangan internasional merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya ekspor. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara memberikan pemasukan bagi negara tersebut dan menambah cadangan devisa, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa ekspor negara berkembang jauh lebih kecil dibandingkan negara maju. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan produk ekspor antara negara berkembang dan negara maju. Negara berkembang mempunyai produk ekspor yang kurang beragam dibandingkan 60 negara maju. Negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap produkproduk pertanian dan ekspor barang-barang primer dibandingkan barang-barang sekunder dan tersier. Adapun negara maju lebih banyak mengekspor barangbarang sekunder dan tersier seperti jasa dan manufaktur yang mempunyai value added yang lebih besar, dibandingkan barang primer, dan mempunyai harga yang jauh lebih tinggi. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor 11 ln GDP Riil per Kapita NZL SGP AUS NZL CAN DEU USA FRA GBR 10 KOR 9 MYS MEX THA 8 CHN PHL 7 IDN IND 6 5 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5 ln Ekspor Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Pada gambar diatas kita juga dapat melihat bahwa negara Cina merupakan negara berkembang yang memiliki nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan negara-negara berkembang lainnya dan nilainya mendekati ekspor negara maju. Kondisi tersebut terjadi karena negara Cina mempunyai produk ekspor yang beragam, serta banyak mengekspor produk-produk manufaktur, mesin-mesin, peralatan elektronik, produk tekstil, dan masih banyak lagi produk 61 lainnya. Sehingga, tak mengherankan jika nilai ekspor negara Cina lebih tinggi dibanding negara berkembang lainnya. 4.1.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor 12 AUS ln GDP Riil per Kapita NZL JPN SGP 10 MYS 8 PHL IDN 6 KOR CAN FRAGBR DEU USA MEX THA CHN IND 4 2 0 24 25 26 ln Impor Negara Berkembang 27 28 29 Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Liberalisasi perdagangan tidak hanya fokus pada kegiatan ekspor, namun juga meliputi kegiatan impor barang dari suatu negara. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi pada saat tingkat efisiensi mengimpor suatu barang jauh lebih tinggi dibandingkan jika suatu negara harus memproduksinya sendiri. Inefisiensi yang timbul pada saat suatu negara memutuskan untuk memproduksi suatu produk sendiri akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan pada saat negara yang bersangkutan mengimpornya dari negara lain. 62 Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa negara maju mempunyai nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impor negara berkembang. Negara maju membutuhkan banyak pasokan bahan baku untuk menunjang proses produksinya. Keterbatasan sumber daya alam di negara maju mendorong mereka untuk mengimpor bahan baku dari negara lain dalam jumlah yang besar, karena produk yang akan diproduksi di negara maju pun jumlahnya tidak sedikit. Serupa dengan jumlah ekspornya, dalam jumlah impor pun negara Cina merupakan negara berkembang yang mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya, seperti yang terlihat pada gambar. Negara Cina merupakan salah satu negara dengan kegiatan industri yang sangat aktif. Negara ini juga banyak mengimpor mesin-mesin industri, bahan-bahan kimia organik, bahan-bahan plastik, dan lainnya dari negara lain sebagai bagian dari kegiatan industrinya. Selain itu, US juga merupakan negara yang memiliki nilai impor yang jauh lebih besar dibanding negara maju lainnya. Nilai impor yang tinggi merupakan hasil dari kegiatan produksi yang juga besar di “Negara Super Power” ini. Banyak produk yang dihasilkan oleh US karena permintaan yang tinggi akan produk-produk hasil produksi negara ini. Sehingga, keadaan ini menuntut US untuk mengimpor barang-barang dari negara lain untuk mendukung proses produksinya. 4.1.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Kapital merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan di suatu negara. Kapital mempunyai peran yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas dari suatu kegiatan produksi. Pada gambar dibawah ini, dapat kita 63 lihat bahwa jumlah kapital di negara berkembang jauh lebih besar dibanding negara maju. Negara berkembang membutuhkan jauh lebih banyak modal sebagai penunjang dari proses pembangunan di negaranya. Banyak proyek pembangunan yang diadakan oleh pemerintah negara berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonominya melalui pembangunan infrastruktur, khususnya pada tahap awal pembangunan. Sementara di negara maju, modal yang ada dialokasikan pada sektor-sektor produktif yang memberikan pengembalian yang tinggi ataupun digunakan untuk pengembangan teknologi di negara tersebut. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital 11 USA CAN JPN ln GDP Riil per Kapita AUS 10 GBR DEU FRA NZL SGP 9 KOR MEX MYS 8 THA 7 IDN CHN PHL IND 6 5 16 21 26 31 36 41 46 ln Kapital Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Pada gambar di atas terlihat bahwa Cina kembali mengungguli negara berkembang lainnya dalam hal jumlah modal. Cina merupakan negara dengan akumulasi modal yang paling tinggi dibanding negara berkembang maupun negara maju dalam penelitian ini. Potensi yang besar dari negara Cina banyak 64 mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Cina. Selain itu pendapatan negara yang diperoleh dari kegiatan ekspornya juga menjadi tambahan modal untuk negara ini. 4.1.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja 11 ln GDP Riil per Kapita SGD 10 AUD CAD GBP USD FR NZD KRW 9 MYR DE JPY MXN 8 THB CHN 7 PHP IDR INR 6 5 14 15 16 17 18 19 ln Angkatan Kerja Negara Berkembang Negara Maju 20 21 Sumber: UNCTAD, WDI, dan CEIC, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Peningkatan jumlah tenaga kerja secara teori dianggap mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja bisa dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada di suatu negara. Angkatan kerja yang besar akan menambah jumlah tenaga produktif di suatu negara. Tenaga kerja yang produktif akan membantu dalam proses pembangunan ekonomi. Kualitas dari tenaga kerja itu sendiri menjadi suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan 65 serta keterampilan yang dimiliki sangat menentukan kinerja ataupun kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu negara. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja negara berkembang dan negara maju sedikit sekali perbedaannya. Keduanya hampir memiliki pola yang sama. Pada kasus, negara berkembang, terdapat dua negara yang mempunyai jumlah angkatan kerja yang lebih banyak dibandingkan negara berkembang lainnya, yaitu Cina dan India. Peningkatan jumlah penduduk suatu negara akan diiringi pula oleh peningkatan jumlah angkatan kerjanya. Seperti yang kita ketahui, negara Cina dan India merupakan negara yang dikenal dengan jumlah penduduknya yang besar. Sehingga, tak mengherankan jika kedua negara ini mempunyai jumlah angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak. 4.2 Granger Causality Test pada Data Panel Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terkait dengan model umum penelitian (persamaan pertumbuhan ekonomi). Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tanda “√” menandakan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan menggunakan kriteria probabilitas < tingkat kritsis α = 10 persen (hasil Granger Causality Test untuk data seluruh kawasan, negara maju, dan negara berkembang dapat dilihat pada lampiran). Hipotesis nol untuk baris pertama adalah FDI tidak memengaruhi GDP dan GDP tidak memengaruhi FDI. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa secara umum pada kasus seluruh kawasan dan negara maju ada 66 hubungan kausalitas satu arah dimana FDI secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Sementara untuk kasus negara berkembang, tidak ditemukan hubungan kausalitas antara FDI dan GDP. Aliran masuk FDI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pada saat FDI masuk ke suatu negara, bukan hanya terjadi transfer modal, namun juga transfer teknologi serta ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Tabel 4.3 Granger Causality Test Seluruh Kawasan Hipotesis Nol Negara Berkembang Negara Maju 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag FDI ln_GDP ln_GDP FDI - √ - √ √ √ - √ - √ - - - - ln_X ln_GDP ln_GDP ln_X √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ - - ln_M ln_GDP ln_GDP ln_M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ - - K ln_GDP ln_GDP K √ √ √ - √ - √ √ √ √ √ - √ - √ - √ - ln_L ln_GDP ln_GDP ln_L √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan: Periode sample 2000-2010; GDP = GDP riil per kapita; FDI = inwards FDI; X = ekspor; M = impor; K = kapital; L = angkatan kerja; = tidak memengaruhi Hipotesis nol untuk baris kedua adalah ekspor tidak memengaruhi GDP, dan GDP tidak memengaruhi ekspor. Pada tabel diatas diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan terdapat hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP. Pada kasus negara maju, secara umum hanya ditemukan hubungan kausalitas satu arah pada lag 2 dan lag 4, dimana GDP secara signifikan memengaruhi ekspor. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada kasus negara berkembang, yaitu terdapat hubungan kausalitas satu arah dimana ekspor secara 67 signifikan memengaruhi GDP pada lag 2 dan 4. Kenaikan dalam jumlah ekspor akan meningkatkan cadangan devisa suatu negara yang artinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka GDP per kapita juga akan meningkat, dan pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan terhadap barang-barang ekspor. Hipotesis nol untuk baris ketiga adalah impor tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Pada hasil Granger Causality Test diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan dan negara maju secara umum terdapat hubungan kausalitas dua arah antara impor dan GDP. Sementara kondisi yang berbeda terjadi di negara berkembang, dimana hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah, yaitu impor secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh terhadap perubahan cadangan devisa suatu negara yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap impor suatu barang, hal ini terjadi karena tingkat pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan pendapatan suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan suatu negara akan memengaruhi permintaan barang-barang impor. Hipotesis nol untuk baris keempat adalah kapital tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kasus seluruh kawasan dan negara berkembang secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah, dimana kapital secara signifikan memengaruhi GDP. Namun, hal yang berbeda terjadi pada kasus di negara maju, dimana pada kasus tersebut ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara kapital dan GDP. Akumulasi kapital pada dasarnya dapat mendorong produksi di suatu negara, yang pada gilirannya akan 68 meningkatkan output, dan memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi jumlah kapital di suatu negara. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabil akan mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Hipotesis nol untuk baris terakhir adalah tenaga kerja memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Dari hasil Granger Causality Test diperoleh hasil bahwa secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara tenaga kerja dan GDP. Hasil tersebut berlaku untuk ketiga kasus, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tinggi rendahnya GDP per kapita di suatu negara menjadi cerminan tingkat pendapatan di negara tersebut. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, GDP per kapita suatu negara juga akan berada pada tingkat yang tinggi, sehingga penduduk di negara yang bersangkutan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta hal-hal lainnya, yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Namun, jika pertumbuhan ekonominya rendah, maka GDP per kapita di negara tersebut juga rendah. Hal ini akan memengaruhi kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Penduduk yang tinggal di suatu negara yang memiliki pendapatan rendah sangat sulit untuk mengonsumsi makanan-makanan bergizi, yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas tenaga kerja di negara tersebut. Dalam kaitan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian, maka dapat disimpulkan dari hasil Granger Causality Test yang menunjukkan bahwa terdapat 69 hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP. 4.3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis 4.3.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Tabel 4.4 menyajikan hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Dengan menggunakan model System Generalized Method of Moments (SYS-GMM) dalam estimasi twostep noconstant diperoleh model terbaik dengan terpenuhinya ketiga kriteria model GMM yang baik. Dari tabel di bawah ini, terdapat hasil Uji Arrelano-Bond serta Sargan Test. Dari hasil Uji Arrelano-Bond diperoleh nilai statistik m1 (-2.5053) dengan nilai probabilitas 0.0122, yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara, nilai statistik m2 (-0.69331) mempunyai nilai probabilitas 0.4881, yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Selanjutnya, nilai statistik Sargan Test (7.503021) mempunyai probabilitas 1.0000 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, serta 10 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Model ini juga disempurnakan 70 dengan terpenuhinya kriteria ketiga, yaitu mempunyai estimator yang tidak bias. Hal ini terbukti dari nilai koefisien variabel lag dependent dalam model GMM sebesar 0.6348356, yang nilainya berada diantara nilai koefisien variabel lag dependent PLS (0.9532685) dan FEM (0.5978861). Tabel 4.4 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Estimated Coeffients ln_GDP Standard Error P > |z| l.ln_GDP 0.6348356* 0.2281273 0.005 FDI 0.0029868* 0.0010098 0.003 ln_X -0.1680071 0.1345074 0.212 ln_M 0.2292861 0.1556638 0.141 K -0.0021364 0.0021262 0.315 ln_L -0.0310899 0.2938239 0.916 0.9532685 0.013855 0.000 l.ln_GDP 0.5978861 0.0761136 0.000 AB Test Z Pooled Least Squares l.ln_GDP Fixed Effects Model Prob > z Arrelano-Bond m1 -2.5053 0.0122 Arrelano-Bond m2 -0.69331 0.4881 Sargan Test chi2 (17) = 7.503021 Prob > chi2 = 1.0000 Keterangan : Tanda (*) = signifikan pada taraf nyata 1 persen Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa pada kasus negara maju, hanya ada dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kedua variabel tersebut adalah variabel lag dependent dan FDI yang keduanya signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Nilai koefisien dari variabel yang signifikan tersebut juga sejalan dengan teori. Sementara, untuk 71 variabel lainnya, seperti ekspor, impor, jumlah modal, dan tenaga kerja mempunyai nilai koefisien yang berlawanan dengan teori, namun nilai probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut. 4.3.1.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kasus negara maju. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel lag dependent yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.6348356. Nilai koefisien tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya sebesar 1 persen, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya sebesar 0.6348356 persen, ceteris paribus. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa korelasi pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya terbukti mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya pada kasus negara maju. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di periode selanjutnya, menjamin kondisi perekonomian pada periode sebelumnya dalam keadaan yang baik dan stabil merupakan hal yang patut dilakukan. Negara-negara maju mempunyai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dibanding negara berkembang. Hal ini terjadi karena kesuksesan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya di negara maju dijadikan pelajaran oleh pemerintah negara maju untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di periode berikutnya. 72 4.3.1.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Negara maju menjadi tujuan investasi bagi para investor asing. Hal ini terjadi karena modal asing, khususnya dalam bentuk FDI, akan selalu tertuju pada negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan mempunyai resiko yang kecil. Perusahaan-perusahaan multinasional tidak akan tertarik untuk membantu usaha-usaha pembangunan yang ada di suatu negara. Perhatian mereka tertuju pada maksimalisasi keuntungan atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Aliran masuk FDI ke host country dipengaruhi oleh kualitas modal manusia, pertumbuhan ekonomi yang kuat, kondisi politik dalam negeri yang stabil, tingkat pajak yang rendah, birokrasi yang efisien, pasar konsumen yang besar, sumber daya alam yang melimpah, serta lingkungan hukum negara tujuan investasi. Pada kasus di negara maju, berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, inwards FDI merupakan salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kondisi ini sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa aliran masuk FDI mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien untuk variabel FDI yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.0029868. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0029868 persen. Nilai probabilitas variabel FDI yang signifikan juga menunjukkan bahwa FDI mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara maju, dibandingkan variabel ekspor. Ini 73 artinya, melangkah ke depan dengan bergantung pada aliran masuk FDI, sangat memungkinkan untuk negara maju. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moudatsou dan Kyrkilis (2011) juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa negaranegara European Union, yang notabene merupakan negara-negara maju, mempunyai pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh FDI. Sumber-sumber FDI ke negara maju, biasanya berasal dari negara-negara maju lainnya. Salah satu contohnya adalah Singapura. Menurut data ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Singapura yang terbesar, salah satunya dari negara-negara di Eropa. Aliran FDI negara-negara Eropa ke Singapura di tahun 2005 mencapai US$ 4.76 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor intermediasi keuangan dan jasa-jasa, yaitu sebanyak US$ 7.37 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor perdangangan/komersil sebanyak US$ 5.93 miliar. Aliran masuk FDI ke negara maju jumlahnya begitu banyak. Kondisi ini akan semakin memperkuat perekonomian negara maju. Inwards FDI yang jumlahnya sangat signifikan tersebut akan semakin mendorong jumlah ekspor negara maju ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Ekspor yang tinggi akan memberikan pemasukan bagi devisa negara maju, yang pada gilirannya akan semakin mendorong pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, hal-hal yang memengaruhi masuknya aliran FDI ke host country perlu diperhatikan dan diperkuat lagi. Tujuannya agar jumlah aliran masuk FDI ke negara maju semakin meningkat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara maju pada level yang lebih tinggi. 74 4.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Globalisasi memberikan sebuah kesempatan bagi negara-negara berkembang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui perdagangan dan investasi. Kasus di negara berkembang, menggunakan model First Differences Generalized Method of Moments (FD-GMM) dalam estimasi noconstant dengan variabel ekspor sebagai variabel predetermined. Model tersebut sudah baik, karena dapat memenuhi tiga kriteria model GMM yang baik. Tabel 4.5 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Estimated Coeffients ln_GDP l.ln_GDP Standard Error P > |z| 0.8712932* 0.0396569 0.000 FDI 0.0067659** 0.0026375 0.010 ln_X 0.1776927* 0.066695 0.008 ln_M -0.1218141*** 0.0713968 0.088 0.0027756* 0.0010093 0.006 0.0025151 0.0668814 0.970 0.9596824 0.0103163 0.000 l.ln_GDP 0.8641365 0.0419266 0.000 AB Test Z K ln_L Pooled Least Squares l.ln_GDP Fixed Effects Model Prob > z Arrelano-Bond m1 -2.569 0.0102 Arrelano-Bond m2 -0.87888 0.3795 Sargan Test chi2 (17) = 63.2804 Prob > chi2 = Keterangan : Tanda (*) Tanda (**) Tanda (***) 0.1815 = signifikan pada taraf nyata 1 persen = signifikan pada taraf nyata 5 persen = signifikan pada taraf nyata 10 persen 75 Uji spesifikasi model yang dilakukan sama halnya dengan kasus di seluruh kawasan dan negara maju. Pada Tabel 4.5 hasil Uji Arrelano-Bond menunjukkan nilai statistik m1 (-2.569) dengan probabilitas 0.0102, yang berarti signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara nilai statistik m2 (0.87888) mempunyai nilai probabilitas 0.3795 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Hasil Sargan Test juga menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah valid. Ini ditandai oleh nilai probabilitas sebesar 0.1815, yang menunjukkan H0 diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Selain itu, model tersebut juga mempunyai nilai koefisien variabel lag dependent yang tak bias, karena berada diatas nilai koefisien variabel lag dependent model FEM (0.8641365) dan berada dibawah nilai koefisien variabel lag dependent model PLS (0.9596824). Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa hampir seluruh variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang, kecuali variabel tenaga kerja. Variabel-variabel yang signifikan tersebut diantaranya variabel lag dependent, inwards FDI, ekspor, impor, dan jumlah kapital. Keseluruhan variabel tersebut mempunyai tanda koefisien yang sejalan dengan teori. Namun, untuk variabel tenaga kerja, walaupun nilai koefisiennya positif, yang artinya sejalan dengan teori, tetapi probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut. 76 4.3.2.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Hal ini didukung oleh nilai koefisien variabel lag dependent yang positif, sebesar 0.8712932. Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya akan di respon dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun selanjutnya sebesar 0.8712932 persen, ceteris paribus. Negara berkembang cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif. Informasi di atas dapat diimplikasikan oleh para pembuat kebijakan di negara berkembang dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya dapat dijadikan acuan untuk para pembuat kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan kondisi negara berkembang dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonominya. 4.3.2.2 Pengaruh Inwards FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Aliran masuk FDI ke negara berkembang lebih terasa kehadirannya bagi negara-negara berkembang yang ekonominya lebih kecil dibandingkan negaranegara maju. Perusahaan-perusahaan multinasional yang merupakan bentuk konkret dari FDI, beroperasi di negara berkembang dan memfokuskan usaha mereka pada industri ekstaktif dan komoditi primer. Tujuan perusahaan multinasional tersebut adalah untuk mengambil kekayaan alam terpendam, yang biasanya tersedia dalam jumlah yang banyak di negara berkembang. Sumber daya alam yang melimpah di suatu negara juga merupakan salah satu faktor yang 77 menarik para investor asing, khususnya FDI, untuk masuk ke dalam negeri dan mendirikan subsidiary di suatu negara. Motif ini dalam kegiatan FDI, biasa disebut dengan backward integration yang merupakan bagian dari motif horizontal integration. Aliran FDI ke negara berkembang, biasanya berasal dari negara-negara maju di dunia. Salah satu negara berkembang dalam penelitian ini, yaitu Indonesia. Menurut data dari ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Indonesia yang terbesar yaitu berasal dari Amerika Utara, dengan jumlah sebesar US$ 2.95 miliar dan negara selanjutnya yang mempunyai kontribusi yang besar bagi FDI di Indonesia adalah negara-negara di Eropa. Aliran FDI negara-negara Eropa ke Indonesia pada tahun 2005 mencapai US$ 1.92 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor barang tambang dan galian, yaitu sebesar US$ 2.24 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor manufaktur sebesar US$ 1.92 miliar. Hasil estimasi yang diperoleh dari model yang telah dipilih menunjukkan bahwa inwards FDI mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif dari hasil estimasi, yaitu sebesar 0.0067659, mendukung hal tersebut. Angka tersebut juga menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0067659 persen. FDI memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, khususnya melalui transfer modal, teknologi, serta ilmu pengetahuan yang dibawa oleh perusahaan induk ke host country. FDI telah 78 meningkatkan akumulasi modal di negara domestik yang sangat berguna untuk pembangunan di negara berkembang. Peningkatan akumulasi modal akan mendukung proses pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sementara transfer teknologi yang muncul dari kegiatan FDI akan berdampak pada efisiensi proses produksi di negara berkembang dalam menghasilkan output. Semakin efisien proses produksi barang di suatu negara, maka hal ini akan menyebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk suatu barang tertentu dibanding negara lainnya. Jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif, maka pangsa ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Lain halnya dengan transfer teknologi, transfer ilmu pengetahuan yang dibawa dari negara asal FDI, akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara host country. Keberadaan FDI juga dapat mengurangi pengangguran yang tinggi, yang merupakan salah satu masalah di negara berkembang. Lapangan kerja akan bertambah jumlahnya jika FDI masuk dan mendirikan perusahaan multinasionalnya. FDI merupakan salah satu bentuk investasi asing yang juga dijadikan pilihan oleh negara berkembang untuk meningkatkan akumulasi modal di negaranya. Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara berkembang harus memilih proyek-proyek investasi secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan analisis produktivitas parsial seperti yang biasa ditunjukkan oleh rasio modaloutput dari sebuah industri. Proyek-proyek investasi yang akan dipilih harus dikaitkan dengan program-program pembangunan secara keseluruhan. Ini artinya, kegiatan tersebut juga harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh perekonomian 79 eksternal, akibat-akibat buruk secara tidak langsung, serta tujuan-tujuan jangka panjang dalam pembangunan yang ada di negara berkembang. 4.3.2.3 Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara menandakan bahwa perekonomian negara tersebut termasuk dalam kategori perekonomian terbuka. Secara umum, negara-negara berkembang lebih bergantung pada perdagangan internasional dibandingkan negara maju. Salah satu bentuk dari perdagangan internasional adalah ekspor. Negara-negara berkembang cenderung menyumbangkan bagian yang lebih besar dari outputnya untuk ekspor dibandingkan negara-negara maju. Pada Tabel 4.5 di atas diperoleh hasil estimasi yang menunjukkan bahwa ekspor mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif, sebesar 0.1776927, mendukung hal tersebut. Jika diinterpretasikan, nilai tersebut mengandung arti bahwa peningkatan jumlah ekspor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sebesar 0.1776927 persen. Selain itu, nilai koefisien variabel ekspor juga jauh lebih besar dibandingkan koefisien variabel FDI. Ini artinya, ekspor mempunyai dampak yang jauh lebih besar dibandingkan FDI bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Sehingga, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, negara-negara berkembang dapat berorientasi ke luar guna mempromosikan ekspor dan menjadi bagian dari kegiatan perdagangan bebas. 80 Jumlah ekspor terhadap GDP di suatu negara menjadi salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi. Perluasan ekspor atau promosi ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan menawarkan economies of scale yang lebih besar. Kegiatan ekspor akan meningkatkan penerimaan devisa negara berkembang. Jumlah yang dibayarkan oleh negara yang menjadi tujuan ekspor akan meningkatkan pendapatan serta sumber-sumber daya lainnya, termasuk fisik dan finansial yang jumlahnya sangat langka di negara berkembang. Pendapatan tersebut dapat menambah tabungan domestik, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang sangat penting dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga menuntut kualitas yang baik dari produk-produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Hanya produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif yang akan berhasil diterima di pasar global. Negara berkembang cenderung lebih banyak mengekspor komoditi primer yang mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan produk sekunder atau tersier. Karena pasar dan harga-harga bagi produk semacam itu tidak menentu, maka ketergantungan ekspor pada produk-produk primer tersebut diliputi oleh faktor risiko dan faktor ketidakpastian yang sangat tinggi. Selain itu, produk ekspor dari negara berkembang juga kurang beragam (Todaro dan Smith, 2006). Jika negara berkembang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui kegiatan promosi ekspor, maka banyak hal yang perlu dilakukan, diantaranya mengadopsi teknologi modern yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk-produknya agar mempunyai daya saing tinggi, dan meningkatkan keragaman jenis produk ekspornya. Negara berkembang juga perlu mengubah karakter dari barang 81 ekspornya, yang awalnya lebih banyak mengekspor barang-barang primer, mencoba untuk beralih ke barang sekunder atau tersier yang lebih mempunyai value added. Pola distribusi atas segenap hasil dan keuntungan dari kegiatan ekspor, serta kadar keterkaitannya juga dengan sektor-sektor lain dalam dalam perekonomian secara keseluruhan juga perlu diperhatikan, sehingga kegiatan ini dapat benar-benar menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang (Todaro dan Smith, 2006). 4.3.2.4 Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Banyak negara-negara berkembang yang mempunyai ketergantungan terhadap impor bahan-bahan mentah, barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, mesin-mesin dan peralatan modern, serta produk konsumen siap pakai guna menggerakkan industri mereka yang semakin berkembang dan memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya yang terus meningkat (Todaro dan Smith, 2006). Hasil estimasi menunjukkan bahwa impor memberikan pengaruh yang negatif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien variabel impor bertanda negatif, yakni sebesar -0.1218141. Ini dapat diartikan bahwa peningkatan jumlah impor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar -0.1218141 persen. Kegiatan impor yang dilakukan oleh suatu negara akan mengurangi pendapatan negara tersebut. Pada saat suatu negara mengimpor barang dari negara lain, maka jumlah devisa negara tersebut akan berkurang. Jumlah devisa yang berkurang tersebut dikarenakan adanya sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran barang-barang yang sudah diimpor dari negara lain. Menurunnya 82 jumlah devisa akan direspon oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi ketika suatu negara tidak dapat memproduksi sendiri barang yang dibutuhkannya secara efisien. Sehingga, akan lebih baik jika negara tersebut mengimpor barang dari negara lain yang memiliki keunggulan komparatif terhadap suatu komoditi tertentu dibandingkan harus memproduksinya sendiri. 4.3.2.5 Pengaruh Jumlah Kapital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Pembentukan pertumbuhan modal ekonomi. merupakan Pembangunan kebutuhan ekonomi di yang negara penting bagi berkembang membutuhkan modal yang sangat besar, terutama pada tahap-tahap awal pembangunan. Jika akumulasi modal di negara berkembang terbatas, maka pembangunan di negara tersebut akan terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi. Sementara, jika kapital yang ada di negara berkembang jumlahnya melimpah, maka pembangunan ekonomi di negara tersebut juga akan berjalan lancar, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif. Hasil estimasi di Tabel 4.5 menunjukkan pengaruh positif yang diberikan oleh variabel jumlah kapital. Nilai koefisien dari variabel kapital menunjuk pada angka 0.0027756. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kapital sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0027756 persen. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jumlah kapital dapat membantu proses percepatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. 83 Pada umumnya, jumlah akumulasi kapital di negara berkembang cenderung terbatas. Inilah yang menjadi tugas dari pemerintah di negara-negara berkembang untuk berupaya mengakumulasi modal, yakni dengan penerapan kebijakan fiskal dan moneter. Pada tahap awal pembangunan, investasi dalam bidang infrastruktur merupakan hal yang sangat penting mengingat fungsinya sebagai kerangka atau landasan bagi investasi-investasi produktif selanjutnya, baik yang dilakukan sektor swasta maupun pemerintah (Todaro dan Smith, 2006). 4.3.3 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut adalah ringkasan dari hasil estimasi yang diperoleh dengan pendekatan panel dinamis. Pada kasus negara maju, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara pada kasus negara berkembang, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent, FDI, ekspor, dan kapital, serta pengaruh negatif dari variabel impor terhadap pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Negara Maju Negara Berkembang Lag Dependent + + FDI + + Variabel Ekspor + Impor - Kapital + Tenaga Kerja